Taksonomi[sunting | sunting sumber]
Awalnya, sapi diidentifikasi sebagai tiga spesies terpisah: Bos taurus (sapi eropa),[1] Bos indicus[1] (zebu), dan Bos
primigenius[2] (aurochs) yang telah punah. Seiring berjalannya waktu, ilmuwan mengalami perbedaan pendapat. Mereka
menganggap Bos taurus dan Bos indicus (keduanya adalah sapi domestik yang ada saat ini) merupakan subspesies dalam
spesies yang sama. Beberapa ilmuwan kemudian berpendapat bahwa aurochs dan sapi domestik masih tergolong satu
spesies. Sistem Informasi Taksonomi Terpadu (ITIS) mengklasifikasikan sapi dalam spesies Bos taurus yang terdiri atas tiga
subspesies: Bos taurus primigenius, Bos taurus taurus, dan Bos taurus indicus.[3]
Terminologi[sunting | sunting sumber]
Ada berbagai istilah yang digunakan di seluruh dunia untuk mengklasifikasikan sapi. Sebagian istilah tersebut, terutama yang
berkaitan dengan industri peternakan sapi, berasal dari bahasa Inggris.[4]
Pedet adalah anak sapi yang baru lahir hingga usia penyapihan (sekitar delapan bulan).
Sapi bibit adalah sapi yang mempunyai sifat unggul yang dapat diwariskan.
Sapi pejantan adalah sapi jantan dewasa yang semennya digunakan untuk menghasilkan keturunan, baik sebagai
sapi pemacek dalam kawin alami maupun sumber semen beku untuk inseminasi buatan.[5]
Sapi indukan adalah sapi betina dewasa yang berperan sebagai induk untuk menghasilkan keturunan.
Sapi bakalan adalah sapi yang dipelihara selama kurun waktu tertentu untuk mencapai bobot badan maksimal
pada umur optimal untuk dipotong. Sapi bakalan biasanya dipelihara di feedlot.
Sapi potong atau sapi pedaging adalah sapi yang dipelihara dengan tujuan dipotong untuk diambil daging dan
produk-produk lainnya.
Sapi perah adalah sapi yang dipelihara dengan tujuan untuk dimanfaatkan susunya.
Reproduksi[sunting | sunting sumber]
Anatomi sapi betina. 1-rektum, 2- vulva, 3-klitoris, 4-vagina, 5-tulang (bagian dari pelvis), 6-kelenjar susu, 7-puting, 8-serviks, 9-kandung
kemih, 10-corong oviduk, 11-ovarium, 12-tanduk rahim, 13-oviduk, 14-ambing
Selain kawin secara alami, pada sapi juga dilakukan inseminasi buatan (IB) untuk pemuliaan hewan. Teknik IB dilakukan
dengan menempatkan semen dari sapi jantan ke dalam rahim sapi betina pada masa estrus. Masa kebuntingan pada sapi
berlangsung sekitar sembilan bulan. Terkadang, terjadi kesulitan melahirkan yang disebut distokia. Di beberapa daerah di
Indonesia, anak sapi yang baru lahir disebut pedet. Secara alami, pedet akan menyusu selama 7 hingga 8 bulan sebelum
disapih.[6] Namun, pedet sudah bisa disapih sejak berumur dua bulan, misalnya ketika induknya digunakan sebagai sapi
perah.[7] Ambing sapi memiliki dua pasang kelenjar susu sehingga terdapat empat kuarter.
Sapi jantan memiliki penis fibroelastis. Karena hanya ada sedikit jaringan erektil, tidak ada pembesaran yang signifikan ketika
seekor sapi ereksi. Penis mereka cukup kaku saat tidak ereksi dan menjadi lebih kaku saat ereksi. Penonjolan tidak banyak
dipengaruhi oleh ereksi, tetapi lebih karena relaksasi otot retraktor penis dan pelurusan fleksura sigmoid.[8]
Rumpun[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Daftar rumpun sapi
Sebagaimana hewan lainnya, sapi juga terdiri atas berbagai macam rumpun. Di antara ratusan rumpun, sapi friesian-
holstein merupakan rumpun sapi yang paling banyak ditemukan di seluruh dunia, yaitu di 128 negara.[9] Suatu rumpun dapat
terbentuk secara alami maupun campur tangan manusia sehingga terbentuk rumpun campuran. Teknologi seperti inseminasi
buatan dan fertilisasi in vitro memungkinkan manusia untuk memperoleh kombinasi rumpun sapi sesuai dengan yang
diinginkan. Transfer embrio pada sapi dilakukan dengan memindahkan sel telur yang telah dibuahi dari sapi dengan karakter
unggul kepada sapi betina lain untuk dirawat dalam kandungan dan dilahirkan.[10] Metode ini membuat rumpun sapi tertentu
dapat dihasilkan dalam jumlah besar dengan waktu yang singkat.[11]
Nilai ekonomi[sunting | sunting sumber]
Lihat pula: Peternakan
Manusia memelihara sapi untuk mengambil produknya dan menggunakan tenaganya. Berdasarkan manfaat yang diambil,
sapi peliharaan dapat digolongkan menjadi sapi potong, sapi perah, dan sapi pekerja. Biasanya, rumpun sapi tertentu
cenderung dimanfaatkan untuk hal tertentu, misalnya sapi limousin merupakan sapi pedaging sedangkan sapi
holstein merupakan sapi perah. Selain daging dan susu, bagian tubuh sapi yang bernilai ekonomis yaitu kulit, tanduk, dan
tinjanya.
Peternakan sapi dapat dilakukan secara ekstensif (di luar) maupun intensif (di kandang). Pada peternakan ekstensif, sapi
dibiarkan berkeliaran di lahan penggembalaan; sedangkan pada peternakan intensif, sapi dipelihara dalam kandang dan
semua kebutuhannya disediakan oleh manusia. Peternakan intensif yang dilakukan untuk kebutuhan industri
disebut peternakan pabrik. Sistem pemeliharaan ekstensif dan intensif dapat dikombinasikan, misalnya pada peternakan
keluarga yang sapi-sapinya kadang dibiarkan mencari makan sendiri dan kadang diberikan pakan yang telah disiapkan.
Sistem campuran ini disebut peternakan semi-intensif.
Galeri[sunting | sunting sumber]
Catatan[sunting | sunting sumber]
1. ^ B. primigenius dinyatakan tidak valid oleh ITIS, tetapi pada tahun 2003 Komisi Internasional Tatanama
Zoologi mempertahankan 17 nama spesies hewan primitif liar yang dianggap moyang bentuk domestik, termasuk sapi.
Nama B. primigenius taurus tetap dapat dipakai untuk sapi ternak, bersama-sama dengan B. taurus.
Referensi[sunting | sunting sumber]
1. ^ Lompat ke:a b Linné, Carl von; Salvius, Lars (1758). Caroli Linnaei...Systema naturae per regna tria naturae: secundum
classes, ordines, genera, species, cum characteribus, differentiis, synonymis, locis. Holmiae: Impensis Direct. Laurentii
Salvii,. doi:10.5962/bhl.title.542.
2. ^ Bojanus, L.H. (1827). "De Uro nostrate ejusque sceleto Commentatio: Scripsit et bovis primigenii sceleto auxit". Nova
Acta Academiae Caesareae Leopoldino Carolinae Germanicae Naturae Curiosorum. 13 (2): 413–478.
3. ^ "ITIS Standard Report Page: Bos taurus". Itis. Diakses tanggal 14 Desember 2019.
4. ^ "Cattle Terminology". experiencefestival.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 April 2008.
5. ^ "Exercise Sapi Pejantan di BPPIBT Sapi Potong Ciamis". Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa
Barat. 10 Februari 2020. Diakses tanggal 26 Desember 2021.
6. ^ "Beef cattle: weaning of calves". nda.agric.za. Diakses tanggal 15 Desember 2019.
7. ^ "Manajemen Pemeliharaan Dan Pakan Pembesaran Sapi Perah". Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi
Jawa Barat. 4 Desember 2019. Diakses tanggal 13 Januari 2022.
8. ^ Reece, William O. (2009). Functional anatomy and physiology of domestic animals (edisi ke-4). Ames, Iowa. ISBN 978-
0-8138-1451-3. OCLC 254528491.
9. ^ Organisasi Pangan dan Pertanian (2007). The State of the World's Animal Genetic Resources for Food and Agriculture-
in brief (PDF). Roma: Organisasi Pangan dan Pertanian. hlm. 12.
10. ^ Yunan (22 Agustus 2012). "Transfer Embrio Bantu Perbanyak Keturunan Sapi". Kompas. Diakses tanggal 16
Desember 2019.
11. ^ "Transfer Embrio". LIPI. Diakses tanggal 16 Desember 2019.