0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
40 tayangan2 halaman
Standar prosedur operasi caesar dengan metode ERACS diringkaskan dalam 3 kalimat. Metode ini bertujuan mempersingkat masa pemulihan pasca operasi dengan mengurangi nyeri, mual dan waktu perawatan. Prosedur meliputi tahapan asepsi, insisi, kelahiran bayi, penjahitan uterus, dan pemantauan pasca operasi untuk memastikan kestabilan kondisi pasien.
Standar prosedur operasi caesar dengan metode ERACS diringkaskan dalam 3 kalimat. Metode ini bertujuan mempersingkat masa pemulihan pasca operasi dengan mengurangi nyeri, mual dan waktu perawatan. Prosedur meliputi tahapan asepsi, insisi, kelahiran bayi, penjahitan uterus, dan pemantauan pasca operasi untuk memastikan kestabilan kondisi pasien.
Standar prosedur operasi caesar dengan metode ERACS diringkaskan dalam 3 kalimat. Metode ini bertujuan mempersingkat masa pemulihan pasca operasi dengan mengurangi nyeri, mual dan waktu perawatan. Prosedur meliputi tahapan asepsi, insisi, kelahiran bayi, penjahitan uterus, dan pemantauan pasca operasi untuk memastikan kestabilan kondisi pasien.
STANDAR Direktur, PROSEDUR Tanggal diterbitkan: OPERASIONAL (SPO) dr. Bambang Suhariyanto, MM NIK. 201.021.001 Pengertian ERACS adalah singkatan dari Enhanced Recovery After Cesarean Surgey. Ini merupakan metode melahirkan yang bisa mempersingkat masa penyembuhan usai melahirkan. Metode ERACS adalah pengembangan metode ERAS (Enhanced Recovery After Surgey) untuk mempersingkat perawatan pasca operasi bedah. ERACS tidak bisa dilakukan pada keadaan pasien yang membutuhkan transfusi darah dalam jumlah banyak. Tujuan 1. Untuk mempersingkat masa penyembuhan usai melahirkan. 2. Nyeri pasca operasi dengan ERACS berkurang atau lebih sedikit dibandingkan operasi SC biasa. 3. Mual dan muntah berkurang. 4. Mempersingkat waktu perawatan di rumash sakit. Kebijakan Keputusan direktur RSNU Babat Nomor : K.02.01/A/RSNU-BABAT/VIII/2021 Tentang ERACS Prosedur 1. Setelah dilakukan Anestesi Regional oleh dokter Anestesi dilakukan tindakan Asepsis oleh Operator atau Asisten Operator, lalu dilakukan Drapping 2. Time Out 3. Perawat instrument memberikan Chirurgis Pinset kepada operator untuk memastikan keberhasilan tindakan anastesi dengan rangsangan / sensitivitas nyeri dan memberikan scapel hand no. 4 dengan bisturi no. 20 / 23 yang di letakkan diatas kidney tray kepada operator untuk melakukan insisi kulit sampai lemak 4. Perawat instrument memberikan Hemostatic Forceps Rochester Pean dan kassa kepada operator dan asisten operator untuk menjepit fasia, dan mengontrol perdarahan dengan Hemostatic Forceps dan kasa, couter, kemudian suction dan menjepit ujung pembuluh darah yang terputus dengan menggunakan haemostatic forceps, lalu perawat instrument memberikan handpiece couter ESU untuk koagulasi. 5. Perawat instrument memberikan 2 pinset cirurgis untuk mengangkat lapisan peritonium dan gunting jaringan untuk pelebaran lapisan. 6. Perawat instrument memberikan doyen (hak abdoment) dan pisau untuk membuka uterus sambil di suction. Dilanjutkan dengan menyiapkan Hemostatic Forceps Rochester Pean bengkok sedang untuk memecah cairan amnion dan lakukan suction pada cairan tersebut. 7. Operator memposisikan kepala bayi agar mudah ekstensi. Setelah bayi lahir perawat asisten mengelap wajah bayi dengan kassa dan suction mulut bayi. Perawat instrument memberikan 1 umbilical cord klem dan 1 Hemostatic Forceps Rochester Pean bengkok sedang untuk menjepit tali pusat dan lakukan pemotongan tali pusat diantara umbilical cord klem dan Hemostatic Forceps Rochester Pean bengkok sedang dengan menggunakan gunting jaringan. 8. Perawat instrument memberikan 4 ovarium klem dan dekatkan Kidney tray untuk menampung plasenta. Dan 1 ovarium klem dengan kasa untuk membersihkan bagian dalam uterus. 9. Perawat instrument memberikan benang T-Dio no 1 untuk menjahit uterus, dan siapkan pinset cirurgis, gunting benang dan juga pean untuk asisten. 10. Sign Out : Lakukan penghitungan instrument yang digunakan, monitor hemodinamik, perdarahan post, re-assesment nyeri 11. Perawat instrumen memberikan Anatomis pinset needle holder dan benang T- Plain 0. Operator melakukan heacting pada lapisan kulit peritoneum dan otot dengan menggunakan cromic 2.0 12. Perawat instrumen memberikan Chirurgis pinset needle holder dan benang T- Dio no 1. Operator melakukan heacting pada lapisan fasia. 13. Perawat instrumen memberikan pinet cirugis needle holder dan benang T-Plain 0. Operator melakukan heacting pada lapisan lemak lalu Operator jahit kulit dengan T-Dio 3.0 14. Perawat instrumen menutup luka dengan memebersihkan dengan iodine providone 10% dan menutup luka operasi dengan kassa steril kemudian di fiksasi dengan plester. 15. Perawat sirkuler merapikan dan membersihkan pasien dengan towel 16. Perawat instrument menaruh instrument ke tempat box alat kotor setelah di hitung kelengkapan. 17. Perawat instrument, sirkuler, operator melepas jas steril, melepas sarung tangan, apron, setelah itu cuci tangan procedural. 18. Tim anastesi melakukan pengecekan kesadaran pasien. 19. Setelah pasien sadar, pindahkan pasien ke brankart dan dibawa ke recovery room. 20. Sesampainya di recovery room di pasang BSM (Besdside Monitor) dan oksigen. 21. Monitor kesadaran, ttv dan atur posisi. 22. Setelah itu lakukan penilaian kondisi pasien selesai operasi menggunakan aldrette score dan pasien bisa di pindah ke bangsal jika score minimal ≥ 8. 23. Timbang terima antara perawat recovery room dengan perawat ruangan. Unit Kerja Kamar Operasi