Anda di halaman 1dari 4

‫ْالحمْ ُد هّٰلِل‬

‫ص!!حْ ِب ِه‬ َ ‫ َو َع َلى ٰالِ ِه َو‬،‫ان‬ َ ‫صاَل ةُ َوال َّساَل ُم َع َلى م َُح َّم ٍد َس ِّي ِد َو َل ِد َع ْد َن‬ َّ ‫ َوال‬،‫َّان‬ِ ‫ي‬‫د‬َّ ‫ال‬ ‫ك‬
ِ ِ ‫ل‬ ‫م‬
َ ْ
‫ال‬ ِ َ
‫ـزهُ َع ِن ْال ِج ْس ! ِم َّي ِة‬ َ ‫ َوَأ ْش َه ُد َأنْ اَّل ِإ ٰل َه ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِري‬،‫ان‬
َّ ‫ْك َل ُه ْال ُم َن‬ َّ ِّ‫َو َت ِاب ِع ْي ِه َع َلى َمر‬
ِ ‫الز َم‬
 ‫آن‬ َ ْ‫ان ُخلُقُ ُه ْالقُر‬ َ ‫ َوَأ ْش َه ُد َأنَّ َسيِّدَ َنا م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُ ُه الَّ ِذيْ َك‬،‫ان‬ ِ ‫ان َو ْال َم َك‬ ِ ‫الز َم‬َّ ‫َو ْال ِج َه ِة َو‬
:‫ ْال َقاِئ ِل ِفي ِك َت ِاب ! ِه ْالقُ!!رْ ٰا ِن‬،‫ان‬ َّ
‫ن‬ ‫م‬
َ ‫ال‬ ‫هللا‬
ِ ‫ى‬ ‫و‬َ ْ
‫ق‬ َ
‫ت‬ ‫ب‬ ‫ي‬ ‫س‬
ِ ْ
‫ف‬ َ
‫ن‬ ‫و‬
َ ‫م‬ْ ُ
‫ك‬ ْ
‫ي‬ ‫ص‬
ِ ‫و‬ْ ‫ َفإ ِّني ُأ‬،‫ ِع َبادَ الرَّ حْ ٰمن‬،‫َأمَّا َبعْ ُد‬
ِ ِ ِ
‫ْث اَل َيحْ َت ِس ! ۗبُ َو َمنْ َّي َت َو َّك ْل َع َلى هّٰللا ِ َف ُه! َ!و‬ ُ ‫ َّو َيرْ ُز ْق ! ُه ِمنْ َحي‬.‫َو َمنْ َّي َّت ِق هّٰللا َ َيجْ َع! ْل لَّ ٗه َم ْخ َرجً ا‬
‫ َحسْ ب ُٗۗه اِنَّ هّٰللا َ َبالِ ُغ اَ ْم ِر ٖۗه َق ْد َج َع َل هّٰللا ُ لِ ُك ِّل َشيْ ٍء َق ْدرً ا‬ 
Maasyiral Muslimin rahimakumullah, Tidak bosan-bosannya khatib mengajak kepada seluruh jamaah, mari kita senantiasa
meningkatkan dan menguatkan ketakwaan kita kepada Allah swt. Barometer dari ketakwaan adalah kemampuan kita untuk
sekuat tenaga menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang oleh-Nya. Posisi kita berada di jalan
yang telah digariskan oleh Allah swt, dengan tidak belok ke kanan dan ke kiri ini, akan menjadikan kita pada posisi tengah
dan kuat sehingga mampu menghantarkan kita pada tujuan yang benar dan hakiki dalam kehidupan di dunia. Ketakwaan ini
juga yang telah ditegaskan oleh Allah swt sebagai bekal yang paling baik dalam menjalani kehidupan. Allah berfirman:

ِ ‫الزا ِد ال َّت ْق ٰو ۖ!ى َوا َّتقُ ْو ِن ٰ ٓياُولِى ااْل َ ْل َبا‬


 ‫ب‬ َّ ‫ َو َت َز َّو ُد ْوا َفاِنَّ َخي َْر‬ 
Artinya: “Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-
orang yang mempunyai akal sehat!”. (QS al-Baqarah: 197)   Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Pada kesempatan khutbah
kali ini, khatib mengajak kita semua untuk kembali merenungkan nikmat-nikmat dan rezeki yang telah dianugerahkan oleh
Allah swt dalam kehidupan. Segala nikmat ini adalah nyata adanya dan telah ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Kautsar

ayat 1:

!َ ‫ ِا َّنٓا اَعْ َطي ْٰن‬ 


  ‫ك ْال َك ْو َثر‬
Artinya: “Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak.” Nikmat yang telah diberikan ini tidak boleh
menjadikan kita lupa sehingga jauh dari Allah swt. Sebaliknya, nikmat ini harus mampu dijadikan sebagai sarana untuk
beribadah dan membawa kita lebih dekat kepada Allah swt. Lalu bagaimana kita mendekatkan diri kepada Allah? Pertanyaan

ini dijawab di ayat selanjutnya yakni ayat kedua surat Al-Kautsar:  


ْ‫ِّك َوا ْن َح ۗر‬ َ ‫ َف‬ 
َ ‫ص ِّل لِ َرب‬
Artinya: “Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada
Allah).”.   Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Jelas dalam ayat ini, Allah memerintahkan kita untuk terus mendekatkan diri
kepada-Nya dengan dua bentuk ibadah. Pertama adalah shalat yang memang sudah menjadi kewajiban dan rutinitas harian
kita dengan melaksanakannya lima waktu setiap hari, yakni Shubuh, Dhuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya. Kedua adalah dengan
berkurban yang merupakan ibadah tahunan dan hanya bisa dilaksanakan pada bulan Dzulhijjah. Pada bulan Dzulhijjah ini
kita diperintahkan untuk menyembelih hewan kurban di Hari Raya Haji atau Idul Adha pada tanggal 10 Dzuhijjah atau tiga
Hari Tasyriq, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 bulan Dzulhijjah.   Dari sisi bahasanya sendiri, kurban berasal dari bahasa Arab,
yakni qaruba – yaqrubu – qurban yang artinya dekat. Untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui kurban, kita dituntut
berkorban menyisihkan harta kita untuk membeli hewan kurban dan memberikannya kepada orang lain. Tentu kita harus
benar-benar ikhlas dan menata hati dengan benar dalam berkorban dengan berkurban ini. Jangan sampai pengorbanan kita
dengan mengambil harta yang kita miliki tidak membuahkan hasil dan jauh dari hakikat ibadah kurban itu sendiri yakni
mendekatkan diri pada Allah. Jangan sampai kita salah niat, sehingga kita malah akan semakin jauh dari Allah karena niatan
yang salah seperti ingin dipuji orang dan niatan-niatan lainnya yang tidak lillahi ta’ala.   Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Menyembelih hewan kurban menurut Imam Malik dan Imam al-Syafi’i adalah kesunnahan yang diutamakan atau sunnah
muakkadah. Sedangkan Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa ibadah kurban adalah wajib bagi penduduk yang mampu
dan tidak dalam keadaan bepergian. Nabi Muhammad saw pun telah memberi contoh dengan tidak pernah meninggalkan
ibadah kurban sejak disyariatkannya sampai beliau wafat.   Sebagai sebuah kesunnahan yang ditekankan dan rutin
dilakukan oleh Nabi Muhammad, ibadah kurban memiliki keutamaan tersendiri sebagaimana haditst Nabi dari Siti Aisyah
yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Ibnu Majah:

  ‫اق ال َّد ِم ِإ َّن َها َل َتْأ ِتي َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة‬


ِ ‫ر‬
َ ْ‫ه‬‫ِإ‬ ْ‫ن‬ ‫م‬
ِ ‫هللا‬
ِ ‫ى‬ َ
‫ل‬ ‫ِإ‬ َّ‫ب‬ ‫ح‬
َ ‫َأ‬ ‫َما َع ِم َل آدَ مِيٌّ ِمنْ َع َم ٍل َي ْو َم ال َّنحْ ِر‬
‫ض َف ِطيبُ!!وا‬ ِ ْ‫ان َق ْب َل َأنْ َي َق َع ِمنْ اَأْلر‬ ِ ْ‫ار َها َوَأ ْظاَل ِف َها َوَأنَّ ال َّد َم َل َي َق ُع ِمن‬
ٍ ‫هللا ِب َم َك‬ ِ ‫ع‬َ ْ
‫ش‬ ‫ِبقُرُو ِن َها! َوَأ‬
‫ ِب َها َن ْفسًا‬ 
Artinya:  “Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan anak Adam (manusia) pada hari raya Idul Adha yang lebih dicintai oleh
Allah dari menyembelih hewan. Karena hewan itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya,
dan kuku-kuku kakinya. Darah hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. Karenanya, lapangkanlah
jiwamu untuk melakukannya.”   Keutamaan lain dari ibadah kurban adalah sebuah ibadah yang memiliki dua dimensi, yakni
vertikal dan horizontal. Dimensi vertikal artinya ibadah yang ditujukan hanya kepada Allah swt, sementara dimensi
horizontal adalah ibadah sosial berupa berbagi rezeki untuk membahagiakan orang lain. Ketika kita mampu
membahagiakan orang lain, maka kita pun akan merasa bahagia dan pada akhirnya kebahagiaan bersama juga akan mudah
terwujud sehingga kehidupan di tengah-tengah masyarakat pun akan bahagia dan damai.   Ma’asyiral muslimin
rahimakumullah, Dengan agungnya makna dan tujuan dari ibadah kurban ini, maka sudah selayaknya kita berusaha untuk
dapat melaksanakannya sehingga kita akan semakin dekat kepada Allah. Tentu kita tidak ingin menjadi hamba yang kufur
nikmat dan terputus rahmat Allah karena kita tidak berkurban padahal sebenarnya kita mampu. Mari kita bersama-sama
menjadi hamba yang cinta kepada Allah dan Rasul-Nya dengan menjalankan perintah-perintahnya. Jangan sampai kita pada
kondisi yang disebutkan dalam surat Al-Kautsar ayat 3:

  ‫ك ه َُو ااْل َ ْب َت ُ!ر‬


!َ ‫ اِنَّ َشا ِنَئ‬ 
Artinya: "Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah)".  

Anda mungkin juga menyukai