Anda di halaman 1dari 9

BANDAR UDARA (AIRPORT) INDONESIA

Bab. 1. BANDAR UDARA DI INDONESIA

Bandar udara (disingkat: bandara) atau pelabuhan udara merupakan sebuah fasilitas tempat
pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandar udara yang paling sederhana
minimal memiliki sebuah landas pacu namun bandara-bandara besar biasanya dilengkapi
berbagai fasilitas lain, baik untuk operator layanan penerbangan maupun bagi penggunanya.

Gambar 1. Bandara Kemayoran Jakarta (pertama di Indonesia)

Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization): Bandar udara adalah
area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan peralatan) yang
diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan
pergerakan pesawat.

Sedangkan definisi bandar udara menurut PT (persero) Angkasa Pura adalah "lapangan udara,
termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal untuk
menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk masyarakat".

1.1. Awal Mula


Pada masa awal penerbangan, bandar udara hanyalah sebuah tanah lapang berumput yang bisa
didarati pesawat dari arah mana saja tergantung arah angin.
Pada masa Perang Dunia I, bandar udara mulai dibangun permanen seiring meningkatnya
penggunaan pesawat terbang dan landas pacu mulai terlihat seperti sekarang. Setelah perang
berakhir, bandar udara mulai ditambahkan fasilitas-fasilitas komersial untuk melayani
penumpang.
Sekarang, bandar udara bukan hanya tempat untuk naik dan turun pesawat. Dalam
perkembangannya, berbagai fasilitas ditambahkan seperti toko-toko, restoran, pusat
kebugaran, dan butik-butik merek ternama apalagi di bandara-bandara baru.

Kegunaan bandar udara selain sebagai terminal lalu lintas manusia / penumpang juga sebagai
terminal lalu lintas barang. Untuk itu, di sejumlah bandar udara yang berstatus bandar udara
internasional ditempatkan petugas-petugas bea cukai. Di Indonesia, bandar udara yang
berstatus bandar udara internasional antara lain adalah Kuala Namu (Deliserdang), Soekarno-
Hatta (Cengkareng), Djuanda (Surabaya), Sultan Aji Muhammad Sulaiman (Kota Balikpapan),
Hasanuddin (Makassar), dan masih banyak lagi.

1.2. Fasilitas Bandara

1.2.1. Sisi Udara (Air Side)

 Runway atau landas pacu yang mutlak diperlukan pesawat. Panjangnya landas pacu biasanya
tergantung dari besarnya pesawat yang dilayani. Untuk bandar udara perintis yang melayani
pesawat kecil, landasan cukup dari rumput ataupun tanah diperkeras (stabilisasi). Panjang
landasan perintis umumnya 1.200 meter dengan lebar 20 meter, misal melayani Twin Otter,
Cessna, dan lain-lain. pesawat kecil berbaling-baling dua (umumnya cukup 600-800 meter saja).
Sedangkan untuk bandar udara yang agak ramai dipakai konstruksi aspal, dengan panjang 1.800
meter dan lebar 30 meter. Pesawat yang dilayani adalah jenis turbo-prop atau jet kecil seperti
Fokker-27, Tetuko 234, Fokker-28, dlsb. Pada bandar udara yang ramai, umumnya dengan
konstruksi beton dengan panjang 3.600 meter dan lebar 45-60 meter. Pesawat yang dilayani
adalah jet sedang seperti Fokker-100, DC-10, B-747, Hercules, dlsb. Bandar udara international
terdapat lebih dari satu landasan untuk antisipasi ramainya lalu lintas.
 Apron atau tempat parkir pesawat yang dekat dengan terminal building, sedangkan taxiway
menghubungkan apron dan runway. Konstruksi apron umumnya beton bertulang, karena
memikul beban besar yang statis dari pesawat.
 Untuk keamanan dan pengaturan, terdapat Air Traffic Controller, berupa menara khusus
pemantau yang dilengkapi radio control dan radar.
 Karena dalam bandar udara sering terjadi kecelakaan, maka disediakan unit penanggulangan
kecelakaan (air rescue service) berupa peleton penolong dan pemadam kebakaran, mobil
pemadam kebakaran, tabung pemadam kebakaran, ambulans, dan peralatan penolong lainnya.
 Juga ada fuel service untuk mengisi bahan bakar avtur.

1.2.2. Sisi Darat (Land Side)

 Terminal bandar udara atau concourse adalah pusat urusan penumpang yang datang atau pergi.
Di dalamnya terdapat pemindai bagasi sinar X, counter check-in, (CIQ, Custom - Inmigration -
Quarantine) untuk bandar udara internasional, dan ruang tunggu (boarding lounge) serta
berbagai fasilitas untuk kenyamanan penumpang. Di bandar udara besar, penumpang masuk ke
pesawat melalui garbarata atau avio bridge. Di bandar udara kecil, penumpang naik ke pesawat
melalui tangga (pax step) yang bisa dipindah-pindah.
 Curb, adalah tempat penumpang naik-turun dari kendaraan darat ke dalam bangunan terminal
 Parkir kendaraan, untuk parkir para penumpang dan pengantar/penjemput, termasuk taksi

Bab. 2. Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta

(https://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_Udara_Internasional_Soekarno-Hatta) Bandar Udara


Internasional Soekarno-Hatta (IATA: CGK, ICAO: WIII) merupakan sebuah bandar udara utama
yang melayani penerbangan untuk Jakarta, Indonesia. Bandar udara ini diberi nama sesuai
dengan nama dwitunggal tokoh proklamator kemerdekaan Indonesia, Soekarno dan
Mohammad Hatta, yang sekaligus merupakan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia pertama.
Bandar udara ini berlokasi di Cengkareng, Tangerang, Banten, dengan kode IATA-nya yaitu CGK.
Bandara ini mulai beroperasi pada tahun 1985, menggantikan Bandar Udara Kemayoran
(penerbangan domestik) di Jakarta Pusat, dan Halim Perdanakusuma di Jakarta Timur. Terminal
2 dibuka pada tahun 1992.

2.1. Rancangan Bandara

Soekarno-Hatta memiliki luas 18 km², memiliki 2 landasan paralel yang dipisahkan oleh 2
taxiway sepanjang 2,4 km. Terdapat dua bangunan terminal utama: Terminal 1 untuk semua
penerbangan domestik kecuali penerbangan yang dioperasikan oleh Garuda Indonesia dan
Terminal 2 melayani semua penerbangan internasional juga domestik oleh Garuda.

Setiap bangunan terminal dibagi menjadi 3 concourse. Terminal 1A, 1B, dan 1C digunakan
(kebanyakan) untuk penerbangan domestik oleh maskapai lokal. Terminal 2D dan 2E digunakan
untuk melayani semua penerbangan internasional maskapai asing. Terminal 2F untuk
penerbangan domestik Garuda Indonesia.

Terminal 3 selesai dibangun pada tanggal 15 April 2009. Saat ini ada 2 Maskapai penerbangan
yang menggunakan Terminal 3 yaitu Indonesia AirAsia dan Mandala Airlines. dan direncanakan
dapat didarati pesawat model Airbus A380. SHIA melakukan pendaratan perdana pesawat A380
(SQ-232) pada tanggal 4 Mei 2012 walaupun status pendaratan sendiri adalah divert landing.

Bandar udara ini dirancang oleh arsitek Perancis Paul Andreu, yang juga merancang Bandar
Udara Charles de Gaulle di Paris, Perancis. Salah satu karakteristik besar bandara ini adalah
gaya arsitektur lokalnya, dan kebun tropis di antara lounge tempat tunggu.

PT Angkasa Pura II sedang merencanakan pembangunan terminal baru dengan fitur desain yang
modern. Terminal 3 dibangun untuk maskapai bertarif rendah. Terdapat sebuah rencana besar
untuk membangun 5 terminal penumpang + 1 terminal haji dan 4 landasan pacu. Bandar udara
ini membebankan pajak sebesar Rp. 150.000 (US$15) untuk setiap penumpang internasional
dan Rp. 40.000 (US$4) untuk setiap penumpang domestik.
Tabel 1. Tahapan Proyek Bandara Internasional Soekarno–Hatta
Tahap Tahun Deskripsi Status
I 1985 Pembangunan Terminal 1 yang dapat menangani 9 juta penumpang per tahun Selesai
Pembangunan Terminal 2 yang dapat menangani 18 juta penumpang per
II 1992 Selesai
tahun
Pembangunan Terminal 3 tahap I yang dapat menangani 22 juta penumpang
III 2008 Selesai
per tahun
Revitalisasi Terminal 1 yang dapat menangani 31 juta penumpang per tahun Diproses
2012
Revitalisasi Terminal 2 yang dapat menangani 41 juta penumpang per tahun Diproses
Pembangunan Terminal 3 sepenuhnya yang dapat menangani 62 juta
Diproses
penumpang per tahun
2013
IV Pembangunan Terminal Kargo baru berkapasitas 1,5 juta ton per tahun Diproses
Pembangunan gedung terintegrasi sepenuhnya Diproses
Pembangunan landas pacu 3 Ditunda
2014 Pembangunan Terminal 4 yang dapat menangani 87 juta penumpang per
Ditunda
tahun

2.2. Masterplan Baru

Dalam sebuah "Masterplan" yang terbaru, Bandara Internasional Soerkarno-Hatta akan


meningkatkan kapasitasnya dari 22 juta penumpang per tahun menjadi 62 juta per tahun pada
tahun 2014 mendatang. Bandara ini akan menggunakan tema "Bandara Modern Dengan
Sentuhan Tradisional" untuk megaproyek tersebut. PT Angkasa Pura II sebagai operator
merancang Bandara Internasional Soekarno-Hatta akan memiliki 3 terminal penumpang,
terminal kargo baru 1 (Cargo Village) dan sebuah bangunan yang terintegrasi pada 2014. Juga
akan ada peningkatan kapasitas apron dari 125 pesawat menjadi 174 pesawat terbang. Sebuah
kereta menuju bandara dari Stasiun Manggarai dan People Mover System dirancang untuk
transportasi darat dari, ke, dan di dalam bandara juga dalam perencanaan.

PT Angkasa Pura II akan menghabiskan dana sekitar Rp11.7 triliun (US$ 1.36juta) untuk
mengubah Bandara Internasional Soekarno-Hatta menjadi sebuah 'Bandara Berkelas Dunia'
yang akan disebut Aerotropolis pada tahun 2014. Terminal 3 terlebih dahulu yang akan
dikembangkan, selanjutnya Terminal 1 dan Terminal 2 akan dikembangkan dan diintegrasikan
dengan dinding hijau dan bandara akan memiliki ruang konvensi, pusat perbelanjaan, hotel,
taman bermain, fasilitas rekreasi dan area parkir untuk 20.000 kendaraan. Juga akan
terintergrasi dengan commuter line.
Untuk mengantisipasi lonjakan jumlah penumpang, pemerintah sedang mempersiapkan untuk
meletakkan landasan pacu nomor 3. Ini ditargetkan akan selesai pada 2017. Jika bandara
memiliki 3 landasan pacu, maka kapasitas layanan akan meningkat menjadi 623.420 pergerakan
per tahun dan akan dapat mengantisipasi pertumbuhan setidaknya sampai dekade 2030-an.
Perluasan lahan tersebut akan menggunakan 1.000 hektaree dari 10 desa di Teluk Naga dan
Kosambi. Rencana ekspansi telah ditolak oleh Pemkab Tangerang karena penduduk yang tinggal
di sekitar bandara tidak akan mampu untuk mendapatkan penghasilan untuk keluarga mereka.
Pemerintah daerah menawarkan lokasi lain seperti di Balaraja, tetapi sekretaris perusahaan PT
Angkasa Pura II mengatakan bahwa membangun bandara baru tidak akan menjadi tugas yang
mudah, karena membutuhkan kajian yang menyeluruh.

Karena kurangnya ruang untuk membuat landasan pacu ketiga di Bandara Internasional
Soekarno-Hatta, pemerintah berencana untuk membangun bandara baru pada 2013 sekitar
Cikarang dan Karawang. Bandara ini akan diintegrasikan dengan sebuah pelabuhan
internasional yang sedang direncanakan, yaitu Pelabuhan Internasional Cilamaya di Karawang.
Studi kelayakan masih berjalan dan akan selesai pada akhir 2011 atau awal 2012. Pembangunan
bandara internasional baru di sekitar Cikarang dan Karawang akan dilakukan mulai tahun 2015
sebagai solusi jangka panjang untuk meningkatkan kapasitas penumpang dan pergerakan
pesawat di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, sehingga Jabodetabek memiliki 2
bandara internasional.

Bab. 3 Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya

(https://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_Udara_Internasional_Juanda) Bandara Internasional


Juanda (kode IATA: SUB, kode ICAO: WARR) adalah bandar udara internasional yang terletak di
Kecamatan Sedati, kabupaten Sidoarjo, 20 km sebelah selatan kota Surabaya. Bandara
Internasional Juanda dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I. Namanya diambil dari Ir. Djuanda
Kartawidjaja, Wakil Perdana Menteri (Waperdam) terakhir Indonesia yang telah menyarankan
pembangunan bandara ini. Bandara Internasional Juanda adalah bandara tersibuk kedua di
Indonesia setelah Bandara Internasional Soekarno-Hatta berdasarkan pergerakan pesawat dan
penumpang. Bandara ini melayani rute penerbangan dari dan tujuan Surabaya.

Bandara ini memiliki panjang landasan 3000 meter dengan luas terminal sebesar 51.500 m²,
atau sekitar dua kali lipat dibanding terminal lama yang hanya 28.088 m². Bandara baru ini juga
dilengkapi dengan fasilitas lahan parkir seluas 28.900 m² yang mampu menampung lebih dari
3.000 kendaraan. Bandara ini diperkirakan mampu menampung 13 juta hingga 16 juta
penumpang per tahun dan 120.000 ton kargo/tahun.

3.1. Sejarah

Berangkat dari tujuan membantu operasi TNI dalam pembebasan Irian Barat, pemerintah
menyetujui pembangunan pangkalan udara baru di sekitar Surabaya. Saat itu terdapat
beberapa pilihan lokasi, antara lain: Gresik, Bangil (Pasuruan) dan Sedati (Sidoarjo). Setelah
dilakukan survei, akhirnya pilihan jatuh pada Kecamatan Sedati, Sidoarjo. Tempat ini dipilih
karena selain dekat dengan Surabaya, areal tersebut memiliki tanah yang sangat luas dan datar,
sehingga sangat memungkinkan untuk dibangun pangkalan udara yang besar dan dapat
diperluas lagi di kemudian hari.

Proyek pembangunan yang berikutnya disebut sebagai “Proyek Waru” tersebut merupakan
proyek pembangunan lapangan terbang pertama sejak Indonesia merdeka. Proyek ini bertujuan
menggantikan pangkalan udara yang tersedia di Surabaya adalah landasan udara peninggalan
Belanda di Morokrembangan dekat Pelabuhan Tanjung Perak, yang sudah berada di tengah
pemukiman yang padat dan sulit dikembangkan.

Untuk membangun pangkalan udara dengan landasan pacu yang besar (panjang 3000 meter
dan lebar 45 meter) ini membutuhkan pembebasan lahan yang luas keseluruhannya mencapai
sekitar 2400 hektar. Lahan tersebut tidak hanya berbentuk tanah, tetapi juga sawah dan rawa.
Selain itu juga dibutuhkan pasir dan batu dalam jumlah yang besar. Pasirnya digali dari Kali
Porong dan batunya diambil dari salah satu sisi Bukit Pandaan yang, kemudian diangkut dengan
ratusan truk proyek menuju Waru. Jumlah pasir dan batu yang diperlukan sekitar 1.1200.000
meter kubik atau 1.800.000 ton. Konon Jumlah pasir sebanyak itu bisa digunakan untuk
memperbaiki jalan Jakarta-Surabaya sepanjang 793 Km dengan lebar 5 m dan kedalaman
30 cm. Sedangkan jarak tempuh seluruh truk proyek, bila digabungkan adalah sekitar 25 juta
Km atau 600 kali keliling bumi.

Di tengah proses pembangunan bandara ini, sempat terjadi krisis masalah keuangan.
Penanganan masalah ini pun sampai ke Presiden Sukarno. Dan Presiden Sukarno kemudian
memberikan mandat kepada Waperdam I Ir. Djuanda untuk mengatasi masalah ini hingga
proyek ini selesai. Tidak lama setelah itu, pada tanggal 7 Nopember 1963 Ir. Djuanda wafat.
Karena dianggap sangat berjasa atas selesainya proyek tersebut dan untuk mengenang jasa-jasa
dia, maka pangkalan udara baru tersebut diberi nama Pangkalan Udara Angkatan Laut
(LANUDAL) Djuanda dan secara resmi dibuka oleh Presiden Sukarno pada tanggal 12 Agustus
1964.

Dalam perkembangannya muncul keinginan maskapai Garuda Indonesia Airways (GIA) untuk
mengalihkan operasi pesawatnya dari lapangan terbang Morokrembangan yang kurang
memadai ke Djuanda. Namun, karena dalam pembangunannya tidak direncanakan untuk
penerbangan sipil, Lanudal Djuanda tidak memiliki fasilitas untuk menampung penerbangan
sipil sehingga kemudian otoritas pangkalan saat itu berinisiatif merenovasi gudang bekas
Batignolles untuk dijadikan terminal sementara. Dan jadilah Lanudal Djuanda melayani
penerbangan sipil yang pengelolaannya sejak 7 Desember 1981 dilakukan oleh Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara Departemen Perhubungan RI. Pada 1 Januari 1985, pengelolaan
bandara komersial ini dialihkan kepada Perum Angkasa Pura I berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 30 tahun 1984. Seiring waktu berjalan, frekwensi penerbangan sipil disana
pun bertambah. Hingga akhirnya dibangun terminal khusus untuk melayani penerbangan sipil
dan melayani juga penerbangan internasional. Pada 24 Desember 1990, bandara Juanda
ditetapkan sebagai bandara internasional dengan peresmian terminal penerbangan
internasional.

Gambar 3. Bandar Udara Juanda Surabaya

3.2. Terminal Bandara Juanda

3.2.1. Terminal 1
Terminal 1 Bandara Juanda dibuka pada tahun 2006. Terminal ini terletak di sebelah utara
landasan pacu. Terminal ini terbagi menjadi terminal A dan B. Beberapa tahun kemudian,
semakin banyak rute penerbangan dari dan ke Surabaya. Baik domestik, maupun internasional.
Hal ini membuat terminal ini menjadi overload. Kapasitas sebenarnya hanya 6 juta
penumpang/tahun. Namun pada tahun 2013, jumlah penumpang yang berangkat dan datang
menjadi 17 juta penumpang/tahun. Akhirnya pemerintah memutuskan membangun terminal 2
yang berada di terminal lama bandara juanda. Terminal lama dibongkar dan dibangun terminal
2.

3.2.2. Terminal 2
Terminal 2 mulai dibangun sejak tahun 2011 yang berada di terminal lama bandara Juanda.
Terminal lama dibongkar dan dibangun terminal 2. Terminal ini dibangun untuk mengurangi
kepadatan penumpang di terminal 1 yang sudah overload. Terminal ini dipakai oleh Garuda
Indonesia dan Indonesia AirAsia serta penerbangan internasional. Setelah tertunda beberapa
bulan, terminal ini dijadwalkan beroperasi tanggal 14 Februari 2014. Namun karena abu letusan
Gunung Kelud, terminal ini ditunda operasinya hingga beberapa hari. Terminal ini akan
menampung 6 juta penumpang/tahun.

3.2.3. Terminal 3
Terminal 3 mulai dibangun sejak awal tahun 2015. Terminal ini terletak di sebelah timur
Terminal 1 Juanda. Terminal ini dibangun demi mengurangi kepadatan penumpang di terminal
1 dan 2 yang sudah overload. Rencananya, terminal ini akan beroperasi pada tahun 2018.
Terminal ini berkonsep Airport city dan dilengkapi pusat perbelanjaan, kereta monorel, dan
akses bawah tanah ke terminal 1, 2, dan 4 serta Jalan Tol Waru-Juanda.

3.2.4. Terminal 4
Terminal 4 juga mulai dibangun sejak awal tahun 2015. Terminal ini dan 3 juga berkonsep
Airport city serta kereta monorel, akses bawah tanah, dan jalan tol.

Tabel 2. MASKAPAI PENERBANGAN


Maskapai Tujuan Terminal
AirAsia Kuala Lumpur 2
Airfast Indonesia Jakarta - Soekarno-Hatta, Makassar 1
Batik Air Ambon, Jakarta - Halim Perdanakusuma, Jakarta - Soekarno-Hatta, Kupang 1
Cathay Pacific Hong Kong 2
Batam, Bandung, Banjarmasin, Denpasar, Jakarta - Halim Perdanakusuma, Jakarta -
Citilink Soekarno-Hatta, Kupang, Lombok, Makassar, Padang, Palangkaraya, Palembang, 1
Pekanbaru, Pontianak
Citilink Jeddah, Mumbai 2
China Airlines Singapore, Taipei-Taoyuan 2
EVA Air Taipei-Taoyuan 2
Eaglexpress Charter Musiman: Jeddah, Kuala Lumpur 2
EastIndo Charter: Jakarta - Pondok Cabe 1
Flynas Charter: Jeddah 2
Garuda Indonesia Jeddah, Singapore 2
Ambon, Balikpapan, Bandung, Banjarmasin, Batam, Denpasar, Jakarta - Soekarno-
Garuda Indonesia 2
Hatta, Kupang, Lombok, Makassar, Manado, Medan, Semarang
Garuda Indonesia
operated by
Banyuwangi, Jember, Solo, Semarang 2
CRJ1000NG / ATR 72-
600 Explore Garuda
Indonesia AirAsia Bangkok-Don Mueang, Johor Bahru, Kuala Lumpur, Penang, Singapore 2
Indonesia AirAsia Bandung, Denpasar, Jakarta - Soekarno-Hatta, Lombok, Makassar, Padang, Semarang 2
Indonesia AirAsia X Denpasar, Jakarta - Soekarno-Hatta, Kuala Lumpur 2
Jetstar Asia Airways Singapore 2
Kalstar Aviation Berau, Denpasar, Kotabaru, Pangkalanbun, Pontianak, Sampit 1
Loong Air Charter: Shenzhen 2
Ambon, Balikpapan, Bandung, Banjarmasin, Batam, Denpasar, Jakarta - Soekarno-
Lion Air 1
Hatta, Kupang, Lombok, Makassar, Manado, Medan, Palangkaraya, Solo, Tarakan
Malaysia Airlines Kuala Lumpur 2
NAM Air Batam, Denpasar, Jakarta-Soekarno-Hatta, Kupang 1
Orenair Charter: Moscow-Sheremetyevo 2
Royal Brunei Airlines Bandar Seri Begawan 2
Saudia Musiman: Jeddah, Madinah, Riyadh 2
SilkAir Singapore 2
Singapore Airlines Singapore 2
Balikpapan, Batam, Jakarta - Soekarno-Hatta, Kupang, Kendari, Makassar, Semarang,
Sriwijaya Air 1
Ternate, Yogyakarta
Susi Air Karimunjawa, Sumenep 1
Tiger Airways Singapore 2
Tigerair Mandala Jakarta - Soekarno-Hatta, Medan, Padang, Pekanbaru 2
Tigerair Mandala Singapore 2
Trigana Air Service Pangkalanbun 1
Uni Air Charter: Kaohsiung 2
Valuair Singapore 2
Wings Air Banyuwangi, Semarang, Solo, Yogyakarta 1
XpressAir Jayapura, Makassar, Yogyakarta 1

Anda mungkin juga menyukai