Anda di halaman 1dari 68

3.5.

2 Gelagar Melintang

Gelagar melintang direncanakan menggunakan Profil WFS 700 x 300 x

15 x 28 dalam jarak antara gelagar 1,75 m dan lebar jembatan 8,2 m, tebal lapisan

aspal 5 cm.. Berdasarkan Lampiran tabel baja WFS diperoleh :

q = 285 kg/m

A = 700 mm

B = 300 mm

Ag = 273,6 cm2

Ix = 237000 cm4

Iy = 12900 cm4

Sx = 6700 cm3

Sy = 853 cm3

ix = 29,4 cm

iy = 6,86 cm

3,5 m

1,75 m 1,75 m 1,75 m 1,75 m

Gambar Pelimpahan beban terhadap gelagar memanjang dan melintang.


Beban yang bekerja pada girder melintang adalah beban mati, beban

hidup, beban angin, beban gempa dan beban rem.

1. Beban mati

Beban mati pada gelagar melintang terdiri dari :

 Bridge deck = 0,200 m × 2,400 t/m3 = 0,480 t/m2

 Wearing surface = 0,050 m × 2,20 t/m3 = 0,110 t/m2

 Air hujan = 0,050 m × 1 t/m3 = 0,050 t/m2

q1 = 0,640 t/m

 Trotoir = 0,500 m × 3,5 m × 2,400 t/m3 = 4,200 t/m

 Air hujan = 0,050 m × 3,5m × 1 t/m2 = 0,175 t/m

 Berat profil siku sama kaki 60.60.10 = 0,009 t/m

q2 = 4,38 t/m

 Profil = 0,215 t/m

q3 = 0,215 t/m

Analisa perhitungan beban terpusat:

 Girder memanjang = 0,0797 t/m × 3,5 m = 0,279 ton

 Berat baut = 0,20 × 0,279 = 0,056 ton

 Berat pelat siku = 4 × 3 kg = 0,012 ton

P = 0,347 ton
Besarnya beban terbagi rata q ekivalen adalah:

0,875 m
xm

1,75 m

x = 2/3 × h qek = q1 × x

= 2/3 × 0,875 = 0,640 × 0,583

= 0,583 m = 0,373 t/m

qt1 = qek × 2 = (0.373 × 2) = 0,747 t/m

Q1 = qtl x L =0,747 x 7 = 5,227 t/m

Q2 = q2 x L =4,384 x 0,5 = 2,192 t/m

Q3 = q3 x L =0,215 x 8,2 = 1,763 t/m

Beban mati akibat beban terbagi rata q yang bekerja pada girder melintang

dapat dilihat pada gambar berikut ini:


P2 P1
P1 P2 P2

0,1 m 0.5 m 1,75 m 1,75 m 1,75 m 1,75 m 0,5 m 0.1 m


Gambar 3.5.3 Beban Mati yang Bekerja pada Gelagar Melintang
P1 = qekv gel. memnjang x L + q gel. memnjang x L

= (0,513 x 3,5) + (0,0797 x 3,5)

= 2,076 ton

P2 = (2 x qekv gel. memnjang x L) + q gel. memnjang x L

= (2 x 0,513 x 3,5) + (0,0797 x 3,5)

= 3,872 ton
Maka reaksi tumpuan dan momen maksimum yang timbul pada girder

melintang akibat beban mati adalah:

RA = RB = ½ × ( ΣP + (Q3) + ( 2 × Q2 ) + ( Q1 )

= ½ × (15,768 + 1,763 + 4,384 + 5,227)

= 13,571 ton

Mmaks = (RA×1/2 L) – (Q3×1/4L) – (Q2×(1/2.0,5 + 3,5)) – (Q1×1,75) –

(P1×3,5) – (P2×1,75)

= (13, 448 × 4,10) – (1,763×2,05) – (2,192 ×3,75) – (5,227×1,75) –

(2,076×3,5) – (3,872×1,75)

= 55,136 – 3,614 – 8,220 – 9,147 – 7,265 – 6,776

= 20,619 tm

2. Beban hidup

Beban hidup terdiri dari beban terbagi rata “q” dan garis “P” menurut SNI

03-1725-1989, untuk menghitung pengaruh-pengaruh dinamis. Tegangan akibat

beban garis “P” harus dikalikan dengan koefisien kejut, untuk menghitung

koefisien kejut digunakan rumus:

20
K =1+
50+L

20
=1+
50+ 35

= 1,235
a. Beban terbagi rata

Besarnya beban terbagi rata untuk panjang bentang 30 < L < 60 m

digunakan rumus:

q = 2,2 – 1,1/60 × (L-30) t/m1


= 2,2 – 1,1/60 × (35 – 30)
= 2,11 t/m1
Untuk jembatan kelas A beban terbagi rata diambil sebesar 100 %

q = 2,11 t/m x 100%


= 2,11 t/m
Beban kendaraan dalam jalur (100%)

2,11
q1 = 2,75 3,5 x100%
= 2,683 t/m
Beban terbagi rata diluar jalur (50%)

2,11
q2 = 2,75 x 3,5 x 50 %
= 0,342 t/m
Beban terbagi rata untuk trotoir diperhitungkan terhadap beban hidup 500

kg/m2 dan beban diambil 60% dari beban hidup trotoir.

q3 = 0,5 t/m2 x 3,5 m x 60 % = 1,05 t/m

0,75 m 5,5 m 0,75 m

Gambar 3.5.4 Beban Hidup yang Bekerja Pada Gelagar Melintang

Reaksi yang terjadi adalah:

RA = RB = 0
∑ MB = 0

8,200×RA = ( Q3 × 7,850 ) + ( Q2 × 7,225 ) + ( Q1 × 4,100 ) + ( Q2×0,975)

+ ( Q3×0,350 )

8,200×RA = ( 0,525× 7,850) + ( 1,006 × 7,225) + ( 14.758 × 4,100) +

( 1,006 × 0,975) + ( 0,525 × 0,350 )

RA = 8,910 ton

Momen maksimum yang bekerja pada girder melintang akibat beban hidup
adalah:
Mmaks1 = ( RA × ½ L ) – ( Q3 × 3,750 ) – ( Q2 × 3,125 ) – ( Q1 × 1,375 )

= (8,910 × 4,100 ) – ( 0,525 × 3,750) – ( 1,006 × 3,125 ) –

(14,758 × 1,375)

= 11,127 t.m

b. Beban garis

Berdasarkan SNI 03-1725-1989 beban garis “P” = 12 ton, untuk jembatan

kelas A beban garis diambil 100%.

P = 100 % x 12 ton = 12 ton

Untuk menghitung beban garis maka “P” harus dikalikan dengan koefisien kejut:

o Beban garis didalam lajur diambil 100%:

12
P1 = × 3,5 × 1,235 × 100%
2,75

= 18,862 ton

o Beban garis diluar lajur diambil 50%:

12
P2 = × 3,5 × 1,235 × 50%
2,75
= 9,431 ton

P2 P1 P2

0,1m 0,5 m 0,75 m 5,5 m 0,75 m 0,5 m 0,1 m

Gambar 3.5.5 Beban Garis yang Bekerja pada Gelagar Melintang

Reaksi yang terjadi adalah:

RA = RB = 1/2 × ∑ P = 1/2 × 37,724

= 18,862 ton

Momen maksimum yang timbul pada girder melintang akibat beban garis

adalah:

Mmaks2 = ( RA × ½ L ) – ( P2 × (½ . 0,75 + ½ . 5,5) )

= (18,862 × 4,100 ) – (9,431× (½ . 0,75 + ½ . 5,5))

= 77,334 – 29,472

= 47,862 t.m

Dengan demikian gaya lintang dan momen maksimum yang bekerja pada

girder melintang akibat beban hidup (beban terbagi rata dan beban garis)

adalah:

Dt = 8,910 ton + 18,862 ton

= 27,772 ton

Mmaks = Mmaks 1 + Mmaks 2

= 11,127 t.m + 47,862 t.m


= 58,989 t.m

3. Beban angin

Tekanan angin yang bekerja pada kendaraan adalah 150 kg/m 2 pada

ketinggian 2 meter dari lantai kendaraan pada jarak 3,5 meter, maka luas bidang

yang mengalami tekanan angin = 2 m × 3,5 m = 7 m2. Jarak As roda kendaraan =

1,75 m seperti yang diperlihatkan pada gambar berikut ini:

P
w = 150 kg/m2
2m 1m
1,75 m

Gambar 3.5.6 Gaya Angin yang Mempengaruhi pada Gelagar Memanjang

Maka gaya angin yang menekan lantai kendaraan adalah:

1,75 × P = A × q × 1 m

2 2
7 m x 150 kg/m x 1 m
P1 = P2= 1 ,75 m

= 600 kg

= 0,600 ton
P1= P2
Reaksi yang terjadi adalah :

RA = RB = 1/2 × P

= 1/2 × 0,600

= 0,300 ton

Momen maksimum yang timbul pada girder melintang akibat beban angin adalah

Mmaks =¼×P×L

= ¼ × 0,600 × 8,20

= 1. 230 t.m

4. Beban rem

Besarnya beban rem yang diperhitungkan adalah 5% dari beban “D” tanpa

koefisien kejut, dan gaya rem tersebut dianggap bekerja horizontal dalam arah

sumbu jembatan dengan titik tangkap setinggi 1,80 m diatas permukaan lantai

kendaraan. Beban yang terjadi akibat gaya rem adalah :

o Beban terbagi rata (Q)

Q = ( q1 × 5,5 ) + ( 2 × q2 × 0,75 )

= (2,683 x 5,5) + 2 (1,342 x 0,75)


= 14,758 + 0,671
= 15,429 ton
Beban garis tanpa koefisien kejut

Beban garis dalam jalur (diambil 100%)

12
P1 = × 3,5 × 100%
2,75
= 15,272 ton

Beban garis diluar jalur (diambil 50%)

12
P2 = × 3,5 × 50%
2,75

= 7,636 ton

Maka beban hidup “D” akibat gaya rem yang bekerja pada jembatan adalah:

Pt = Q + P 1 + P2
= 15,272 + 15,272 + 7,636
= 38,338 t

Besarnya beban “R” adalah:

R = 5% × Pt

= 5% × 38,338

= 1,917 ton

Momen yang timbul akibat gaya rem yang bekerja horizontal dalam arah

sumbu jembatan dengan titik tangkap setinggi 1,8 meter adalah:

Mrem = 1,8 m × R

= 1,8 m × 1,917 t

= 3,450 tm
5. Kombinasi beban

Maka momen – momen yang bekerja pada girder melintang adalah :

 Beban Primer

 Beban mati (DL) = 20,619 tm

 Beban hidup (LL) = 58,989 tm + 1,235 tm = 60,224 tm

 Beban Sekunder

 Beban angin (W) = 1.230 tm

 Beban rem (A) = 3,450 tm

Sedangkan gaya lintang yang bekerja pada girder melintang adalah :

 Beban Primer

 Beban mati (DL) = 13,571 t

 Beban hidup (LL) = 27,772 t + 1,235 t = 29,008 t

 Beban Sekunder

 Beban angin (W) = 0,300 t

 Beban rem (A) = 1,917 t

Kombinasi Mu (tm) Vu (t)


1,4DL 28,866 18,999
1,2DL + 1,6LL 121,101 62,697
0,75x(1,2DL + 1,6LL + 1,6W) 92,301 47,383
1,2DL + 1,6LL + 0,5(W/A) 122,826 63,656
 Pengecekan terhadap kondisi momen dominan

Dari data kombinasi didapatkan:

Mumax = 1228,26 kNm

Vumax = 636,560 kN

Fy = 240 MPa

E = 200000 MPa

 Pilih penampang balok yang dapat memikul momen sebesar Mu, dengan

mengasumsikan profil kompak

Ølentur Mn = 0.9 . Zx . Fy > Mu = 1228,26 kNm

Wx > Mu / (0.9 x fy) = 1228,26 x 106 / (0.9 x 1,12 x 240)

Wx > 5077123,2 mm3

Wx > 5077,123 cm3

o Penampang yang digunakan

Direncanakan girder memanjang dari profil WFS 700.300.15.28 dengan mutu

baja Fe 360 yang mempunyai tegangan ijin 1.600 kg/cm2.

Dari tabel diperoleh :

B = 300 mm tf = 28 mm

Ag = 273,6 cm2 tw = 15 mm

ix = 29,4 cm r = 28 mm
iy = 6,86 cm Iy = 12900 cm4

Ix = 237000 cm4 Wy = 853 cm3

Wx= 6700 cm3

o Cek kelangsingan pelat badan dan sayap

a. Sayap

b 300
λ = = = 5,357
2Tf 2 x 28

λP = 0,38 √ E/fy
= 0,38 √ 200000/240

= 10,970

Karena λf < λp, maka penampang sayap kompak

b. Badan

h 700
=
λ = tw = 15

= 46,667

λP = 3,76 √ E/fy = 3,76 √ 200000/240 =108,54

Karena λw < λp, maka penampang badan kompak

o Cek pengaruh tekuk lateral

Lp = 1,76 × ry ×
√ E
Fy

= 1,76 x 68,6 240√


200000
= 3393,896 mm
Lr = r y [ ]√
X1
fL

1+ 1+ ( X 2 × f 2L )

Dimana:

FL = fy – fr = 240 – (0,3 x 240) = 168 Mpa

X1 =
π
Wx √ E .G . J . A
2


5
π 2. 10 x 76923,08 x 5114900 x 27360
=
6700 x 10
3
2

= 15376,581 Mpa

E 2 x 105
G = = = 76923,08 Mpa
2 ( 1+υ ) 2(1+ 0,3)

J
1 2
=∑ 3 xbxt = 3
3
3 1
{
x 300 x 28 + x ( 700−2 x 28 ) x 15
3
3
}
= 5114900 mm4

Wx Iw
X2 = 4 { GxJ }2. Iy

6700 .103 1 , 234 . 1013


4
= 4 { 76923 ,08 x 5114900 }2. 10800 .10 = 1,310 x 10-4

2
hff
Iw = Iy . ≈ hff = 700 – 28 = 672 mm
4
2
672
= 12900 x10 mm x 4 = 1,456.1013
4 4

Lr = iy { }√
X1
FL
1+ √ 1+ X 2 F2L
15376 ,581
} √ 1+ √ 1+1,310 x 10 168❑
−4 2
68,6 mm{ 168
=

= 10880,555 mm

Dengan Lp = 3246,556 mm < Lb = 8200 mm < Lr = 10880,555 mm maka

balok tersebut berada pada zona bentang menengah ( tekuk torsi-lateral

inelastik ) dan Cb = 1,3

Sehingga:

[
Mn = Cb M p −( M p−M r ) ( )]
Lb −L p
Lr−L p
≤ Mp

Mr = Sx × ( Fy – fr ) = 6700 × 103 × 168 = 1125,6x106 Nmm


= 1125,6 kNm

Mp = 1,12 × Sx × Fy = 1,12 × 6700 × 103 × 240 = 1800960000 N.mm

1800960000
3 3
= 10 . 10 = 1800,96 kNm
Mn [
= Mcr = Cb Mp−( Mp−Mr ) (
Lb−Lp
Lr−Lp ]
) ≤ Mp

[
= 1,30 1800,96−( 1800,96−1125,6 ) (
8200−3393,896
10880,555−3393,896 ]
) ≤ Mp

= 1,30 (1800,96 – 433,551) ≤ Mp


= 1777,631 ≤ Mp
Menentukan kaut lentur rencana balok Mn:

Øb Mn = 0,9 x 1777,631 kNm = 1599,868 kNm

Maka :
Øb Mn = 1599,868 kNm > Mu = 1228,26 kNm

Cek kelangsingan penampang terhadap geser

h 700
λw =
tw
= 15
= 46,667

1.10 √
Kn. E
Fy = 1,10 240 √
5 , 036. 200000
= 64,785

5
2
Kn = 5 + (8200/700) = 5,036

h
Maka : tw < 1,10 √ Kn. E
Fy .................................................oke

Ø Vn = 0,6 x Aw x fyw

= 0,8 x ( 0,6 x Aw x fyw)

= 0,8 x ( 0,6 x ( 700– 2 x 28 ) x 15 x 240)

= 1112832 N = 1112,832 kN

Menentukan kuat geser rencana balok ∅ V n:

Maka : Øb Vn = 1112,832 kN > Vu = 636,556 kN

Øb Vn > Vu ≈ maka penampang kuat untuk menahan desain.

Kombinasi momen lentur dan geser

Mu Vu
+0,725 x < 1,375
∅ Mn ∅ Vn

1228,258 636,556
+0,725 x < 1,375
1599,868 1112,832

1,182 < 1,375, Penampang kuat menahan beban

Cek kuat tekuk lateral :


Tekuk lateral akan terjadi jika panjang bentang (L) lebih besar dari Lp

Lp = 1,76 x iy x √ E/fy
= 1,76 x 6,68x10 x 28,87

= 3394,188 mm = 3,24 m
Sehingga (L = 3,5 m) < Lp, tidak perlu menggunakan penopang lateral.

Cek lendutan

M u=1228,258 kNm

5 × M u × L2 5 ×1228,258 ×106 ×8200 2


δ= = =18,150 mm
48× E × I x 48 × 200000× 237000 ×104

L 8200
δ ijin=
360
= 360
= 22,778 mm

δ =18,150< δ ijin=22,778 mm → Syarat lendutanterpenuhi

Dari hasil-hasil pengecekan diatas semuanya telah memenuhi syarat-

syarat, maka profil 700.300.15.28 dengan berat profil 215 kg/m dapat digunakan

untuk girder melintang.


3.5.3 Gelagar Utama
Beban-beban yang bekerja pada Gelagar Utama adalah
1. Berat Gelagar Utama Dan Sandaran
2. Berat Lantai Kendaraan dan lainya
3. Berat Beban Hidup
4. Berat Beban Angin

1. Berat Gelagar Utama Dan Sandaran


Berat gelagar utama dan sandaran terdiri dari batang bawah dan batang
diagonal. Untuk menghitung berat gelagar utama digunakan persamaan :
a. Berat Gelagar Utama
G = (20 + 3L) kg/m2
Panjang bentang jembatan 35 meter, maka :
G = (20 + 3 x 35) kg/m2
G =125 kg/m2
Berat keseluruhan Gelagar Utama :
Pa = 125 kg/m2 x 35 m x 8,2 m
= 35875 kg
b. Berat Sandaran
Beban-beban yang bekerja pada sandaran adalah:

 Berat pipa = 4 × 35 m × 5,08 kg/m = 711,8 kg

 Berat clam pipa = 21 × 4 × 1 kg = 84 kg

Pb = 795,2 kg

Berat total girder utama dan sandaran adalah:

Pt = Pa + Pb

= 35875 kg + 795,2 kg

= 36670,2 kg
Berat untuk satu girder utama adalah:

P = ½ × Pt = ½ × 36670,2 kg

= 18335,1 kg = 18,335 ton

Untuk tiap-tiap titik buhul menerima beban sebesar :

 Titik buhul tengah (P1) = 1/10 × 18335,1 kg = 1833,51 kg

= 1,834 ton

 Titik buhul tepi (1/2 P1) = ½ × 1833,51 kg = 916,755 kg

= 0,917 ton

Reaksi tumpuan untuk satu girder utama adalah:

ΣV = 0

RA = RB = ½ × P

= ½ × 18,335 t

= 9,170 ton
Gaya akibat berat sendiri dihitung menggunakan creamona yang terdapat

pada lampiran G.1:

Tabel T.3.1 Gaya Batang Akibat Berat sendiri

Nomor Gaya Pada Batang (T) Nomor Gaya Pada Batang (T)
Batang Tekan (-) Tarik (+) Batang Tekan (-) Tarik (+)
A1=A10 - - V1=V11 - -
A2=A9 4.814   V2=V10 8.369  
A3=A8 3.745   V3=V9 6.168  
A4=A7 2.674   V4=V8 4.701  
A5=A6 1.605   V5=7 2.751  
B1=B10   4.814 V6 - -
B2=B9   8.559 D1=D10   9.555
B3=B8   11.233 D2=D9   7.431
B4=B7   12.838 D3=D8   5.308
B5=B6   13.374 D4=D7   3.186
      D5=D6   1.062

1. Berat lantai kendaraan dan lainnya


Berat lantai kendaraan selebar 6 meter dan lebar trotoir 2 × 0,50 meter,

serta ruang bebas 2 × 0,10 meter. Diperhitungkan sepanjang 3 meter, dengan

berat lantai kendaraan dan lainnya adalah sebagai berikut:

 Berat lantai = 0,2m × 7m × 3,5m × 2,40 t/m3 = 11,76 t

 Berat aspal = 0,05m × 7m × 3,5m × 2,2t/m3 = 2,695 t

 Berat air hujan = 0,05m × 7m × 3,5m × 1,00t/m3 = 1,225 t

 Berat trotoar = 0,5m × 0,5m × 3,5m × 2,40t/m3 = 2,100 t

 Berat girder melintang = 8,20m × 0,215t/m = 1,763t

 Berat profil siku 60.60.10 = 0,009t/m × 3,5m × 2 = 0,105 t

 Berat girder memanjang = 0,0797t/m × 3,5m × 5 = 1,395 t

 Berat ikatan angin atas dan bawah = 0,01 ×(8,2 ×3,5) = 0,287 t

Pt = 21,330 t
Untuk tiap-tiap titik buhul menerima gaya P sebesar:

 Titik buhul tengah (P1) = ½ × 21,330 t = 10,665 t

 Titik buhul tepi (1/2P1) = ½ × 10,665 t = 5,332 t

Reaksi tumpuan pada girder utama akibat berat lantai kendaraan dan lain-

lain adalah:

ΣV = 0

RA = RB = ½ × ( P1 x 10 )

= ½ × (10,665 x 10)

= 53,324 t

Berat gaya batang akibat lantai kendaraan dihitung dengan

mengalikan factor perbandingan (f) antara reaksi tumpuan berat sendiri

lantai dengan girder utama dikalikan dengan gaya batang yang diperoleh

dari hasil creamona:

53 , 32 4
f= 9 , 17 = 5,815
4.2 Gaya Batang Akibat Berat Lantai dan Lainnya
Tabel T.
Nomor Gaya Pada Batang (T) Nomor Gaya Pada Batang (T)
Batang Tekan (-) Tarik (+) Batang Tekan (-) Tarik (+)
A1=A10 - - V1=V11 - -
A2=A9 27.996   V2=V10 47.993  
A3=A8 21.778   V3=V9 37.328  
A4=A7 15.550   V4=V8 26.663  
A5=A6 9.332   V5=7 15.998  
B1=B10   27.996 V6 - -
B2=B9   49.774 D1=D10   55.565
B3=B8   65.323 D2=D9   43.215
B4=B7   74.655 D3=D8   30.865
B5=B6   77.769 D4=D7   18.525
      D5=D6   6.175

2. Beban hidup

Menurut SNI 03-1725-1989 untuk jembatan lebar lantai 5,5 m,

dengan beban “D” diambil 100 % dan selebihnya 50 % seperti

diperlihatkan pada gambar dibawah ini:

Gambar 6.1 Ketentuan Beban “D” Menurut SNI 03-1725-1989


Sumber: Anonim (2002)

a. Beban terbagi rata (q)


Jembatan yang direncanakan adalah dengan panjang bentang 35

m. Menurut SNI 1989 besarnya beban terbagi rata untuk jembatan 35 m

adalah sebesar :

q = 2,2 t/m – 1,1/60 × (L-30) t/m

= 2,2 – 1,1/60 × (35 – 30)

= 2,11 t/m

Untuk jembatan kelas A diambil beban terbagi rata 100%, sehingga:

q = 2,11 t/m × 100%

= 2,11 t/m

Beban terbagi rata dalam lajur diambil sebesar 100 %, sehingga:

2, 11
q1 = × 5,5 × 100% = 4,22 t/m
2,75

Beban terbagi rata diluar lajur diambil sebesar 50 %, sehingga:

2, 11
q2 = × 5,5 × 50%
2,75

= 2,11 t/m

Beban terbagi rata pada trotoar diambil 60%, sehingga:

q3 = 0,5 t/m2 × 0,5 m × 60%

= 1,50 t/m

Beban terbagi rata (qt) pada satu gelagar utama adalah:

qt = ½ × ( q 1 + q 2 + q 3 )

= ½ × ( 4,22 t/m + 2,11 t/m +1,50 t/m )

= 3,238 t/m

b. Beban garis (P)


Berdasarkan SNI 03-1725-1989 beban garis “P” = 12 ton, untuk

jembatan kelas A beban garis diambil 100%

P = 12 ton × 100%

= 12 ton

Untuk menghitung beban garis maka “P” harus dikali dengan koefisien

kejut.

20
K =1+
50+L

20
=1+
50+ 35

= 1,235

Beban garis untuk dalam lajur diambil 100%, sehingga:

12
P1 = × 5,5 × 1,235 × 100%
2,75

= 29,640 ton

Beban garis untuk diluar lajur diambil 50%, sehingga:

12
P2 = × 5,5 × 1,235 × 50%
2,75

= 14,820 ton

Beban garis (Pt) pada satu gelagar utama adalah:

Pt = ½ × ( P 1 + P 2 )

= ½ × ( 29,640 + 14,820)

= 22,230 ton

Gaya batang akibat beban hidup “D“ ( beban terbagi rata dan

beban garis) dihitung dengan menggunakan metode garis pengaruh


dengan menganggap P = 1 ton bergerak sepanjang jembatan. Beban P

tersebut ditentukan pada pusat momen masing-masing ordinat, dengan

menggunakan persamaan berikut ini:

x×( L−x )
L×H
Y=

Dimana :

Y = Ordinat garis pengaruh batang

x = Jarak tumpuan ke pusat momen ditinjau

L = Panjang bentangan jembatan

H = Tinggi rangka baja

Perhitungan garis pengaruh batang atas (A)

1. Garis pengaruh batang A1 = A10, beban P = 1 ton diletakkan pada titik 1

YA1 = YA9 = 0

Garis pengaruh batang A2 = A9, beban P = 1 ton diletakkan pada titik 2

7 ×(3 5 – 7)
YA2 = YA8 = = 0,933 ( - )
3 5× 6

2. Garis pengaruh batang A3 = A8, beban P = 1 ton diletakkan pada titik 3

10,5×(35 – 10,5)
YA3 = YA7 = = 1,225 ( - )
35 × 6

3. Garis pengaruh batang A4 = A7, beban P = 1 ton diletakkan pada titik 4

1 4 ×(3 5 – 1 4)
YA4 = YA6 = = 1,400 ( - )
3 5 ×6

4. Garis pengaruh batang A5 = A6, beban P = 1 ton diletakkan pada titik 5


17,5×(35 – 1 7 , 5)
YA5 = = 1,458 ( - )
3 5 ×6

Perhitungan garis pengaruh batang bawah (B)

1. Garis pengaruh batang B1 = B12, beban P = 1 ton diletakkan pada titik 1

3,5×(35 – 3,5)
YB1 = YB10 = = 0,525 ( + )
35× 6

2. Garis pengaruh batang B2 = B11, beban P = 1 ton diletakkan pada titik 2

7 ×(35 – 7)
YB2 = YB9 = = 0,933 ( + )
35 ×6

3. Garis pengaruh batang B3 = B10, beban P = 1 ton diletakkan pada titik

10,5×(35 – 10,5)
YB3 = YB8 = = 1,225 ( + )
35× 6

4. Garis pengaruh batang B4 = B9, beban P = 1 ton diletakkan pada titik 4

14 ×(35 – 14)
YB4 = YB7 = = 1,400 ( + )
35 ×6

5. Garis pengaruh batang B5 = B8, beban P = 1 ton diletakkan pada titik 5

17,5×(35 – 17,5)
YB5 = YB6 = = 1,458 ( + )
35× 6

Perhitungan Garis Pengaruh Batang Vertikal (V)


Untuk perhitungan garis pengaruh pada batang diagonal (V) dapat
digunakan persamaan :
RA −1 RA −1
Yv1.1 = sin ά Yv1.1 = sin ά

 Garis pengaruh pada batang V1=V11


P = 1 ton diletakkan pada titik 1
35
RA = = 1,000 t
35
1−1
YV1= YV11 =
sin 90 °
=0
 Garis pengaruh pada batang V2 =V10
P = 1 ton diletakkan pada titik 2
31 , 5
RA = = 0,900 t
35
0,900
YV2= YV10 =
sin 90 °
= 0,900

 Garis pengaruh pada batang V3 = V9


P = 1 ton diletakkan pada titik 3
28
RA = = 0,800 t
35
0,8 00
YV3= YV9 =
sin 90 °
= 0,800

 Garis pengaruh pada batang V4 = V8


P = 1 ton diletakkan pada titik 4
2 4,5
RA = = 0,700 t
35
0,7 00
YV3= YV9 =
sin 90 °
= 0,700

 Garis pengaruh pada batang V5 = V7


P = 1 ton diletakkan pada titik 5
21
RA = = 0,600 t
35
0,6 00
YV1= YV11 =
sin 90 °
= 0,600
 Garis pengaruh pada Batang V6 adalah 0
Perhitungan Garis Pengaruh Batang Diagonal (D)
Untuk perhitungan garis pengaruh pada batang diagonal (D) dapat
digunakan persamaan :
RA − 1 RA
YD1 = sin α YD1.1 = sin α
Sudut yang terbentuk oleh batang diagonal adalah
3,5
=0,5 83
Tg 1 = 6

= 20,242o
Sin 20,242 = 0,346
6
=1 ,714
Tg 2 = 3,5

= 59,744o
Sin 59,744 = 0,864

Garis pengaruh batang D1 =D10


P = 1 ton diletakkan pada titik A
35
RA = = 1,000 t
35
1,000−1
YD1 = =0
0 , 346
P = 1 ton diletakan pada titik 1
x
RA =
L
= 31,5
35
= 0,900 t
0,9 00
YD1.1 = 0,894 = 1,042 (+)
Garis pengaruh batang D2 =D9
P = 1 ton diletakan pada titik 1
31,5
RA = = 0,900 t
35
0,900−1
YD2 = = 0,289 (-)
0 ,346
P = 1 diletakan pada titik 2
28
RA = = 0,800 t
35
0,8 00
YD2.1 = = 0,926 (+)
0,8 6 4

Garis pengaruh batang D3 = D8


P = 1 ton diletakan pada titik 2
28
RA = = 0,800 t
35
0,8 00−1
YD3 = = 0,578 (-)
0,3 4 6
P = 1 diletakan pada titik 3
2 4,5
RA = = 0,700 t
35
0 ,70 0
YD3.1 = = 0, 810 (+)
0,86 4

Garis pengaruh batang D4 = D7


P = 1 diletakan pada titik 3
2 4,5
RA = = 0,700 t
35
0,70 0−1
YD4 = = 0,867 (-)
0,346
P = 1 diletakan pada titik 4
21
RA = = 0,600 t
35
0,6 00
YD4.1 = = 0,694 (+)
0,8 6 4
Garis pengaruh batang D5 = D6
P = 1 diletakan pada titik 4
21
RA = = 0,600 t
35
0,6 00−1
YD5 = = 1,156 (-)
0,34 6
P = 1 diletakan pada titik 5
17,5
RA = = 0,500 t
35
0,5 00
YD5.1 = = 0,579 (+)
0,8 6 4

Untuk perhitungan besarnya luas diagram garis pengaruh dari


setiap batang, dapat diuraikan sebagai berikut :

Luas Diagram Garis Pengaruh


Luas diagram garis pengaruh untuk setiap batang adalah sebagai
berikut :

1. Luas garis pengaruh Batang Atas (A)


Fa1 = Fa10 = ½ (35 x 0) = 0 (-)
Fa2 = Fa9 = ½ (35 x 0,933) = 16,333 (-)
Fa3 = Fa8 = ½ (35 x 1,225) = 21,438 (-)
Fa4 = Fa7 = ½ (35 x 1,400) = 24,500 (-)
Fa5 = Fa6 = ½ (35 x 1,458) = 25,521 (-)

2. Luas Garis Pengaruh Batang Bawah (B)


Fb1 = Fb12 = ½ (35 x 0,525) = 9,188 (+)
Fb2 = Fb11 = ½ (35 x 0,933) = 16,333 (+)
Fb3 = Fb10 = ½ (35 x 1,225) = 21,438 (+)
Fb4 = Fb9 = ½ (35 x 1,333) = 23,994 (+)
Fb5 = Fb8 = ½ (35 x 1,400) = 24,500 (+)
Fb6 = Fb7 = ½ (35 x 1,458) = 25,521 (+)

3. Luas Garis Pengaruh Batang Vertikal (V)


Fv1 = Fv11 = ½ ( 35 x 0 ) =0 (+)
Fv2 = Fv10 = ½ ( 35 x 0.900 ) = 15,750 (+)
Fv3 = Fv9 = ½ ( 35 x 0,800 ) = 14,000 (+)
Fv4 = Fv8 = ½ ( 35 x 0,700 ) = 12,250 (+)
Fv5 = Fv7 = ½ ( 35 x 0,600 ) = 10,500 (+)
Fv6 ` = ½ ( 35 x 0 ) =0 (+)

4. Luas Garis Pengaruh Batang Diagonal (D)


F D1 = FD10 = ½ ( 35 x 1,042 ) = 18,468 (-)
FD2 = FD9 = ½ (31,5 x 0,923) = 14,583 (-)
FD3 = FD8 = ½ (28 x 0,810) = 11,343 (-)
FD4 = FD7 =½ (24,5 x 0,694) = 8,507 (-)
FD5 = FD6 =½ (21 x 0,579) = 6,076 (-)

Perhitungan Gaya Batang


Gaya setiap batang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

Gb = (P x Y) + (q x F)

Dimana :
Gb = Gaya batang
Pt = Beban garis = 22,230 ton
Y = Ordinat garis pengaruh
qt = Beban terbagi rata = 3,238 t/m
F = Luas diagram garis pengaruh

1. Gaya Batang Atas (A)


A1 = A10 = (22,230 x 0) + (3,238 x 0) =0 (−)

A2 = A9 = (22,230 x 0,933 )+ (3,238 x 14,994) = 73,627 (−)

A3 = A8 = (22,230 x 1,225) + (3,238 x 21,438) = 96,13 (−)

A4 = A7 = (22,230 x 1,400) + (3,238 x 24,500 ) = 110,441 (−)

= A6 = (22,230 x 1,458) + (3,238 x 25,521) = 115,043 (−)


A5

2. Gaya Batang Bawah (B)


B1 = B10 = (22,230 x 0,525) + (3,238 x 9,188) = 41,415 (+)
B2 = B9 = (22,230 x 0,933 )+ (3,238 x 14,994) = 73,627 (+)
B3 = B8 = (22,230 x 1,225) + (3,238 x 21,438) = 96,13 (+)
B4 = B7 = (22,230 x 1,400) + (3,238 x 24,500 ) = 110,441 (+)
B5 = B6 = (22,230 x 1,458) + (3,238 x 25,521) = 115,043 (+)

3. Gaya Batang Vertikal


V1 = V11 = adalah batang 0
V2 = V10 = (22,230 x 0,900) + (3,238 x 15,750) = 70,998 (+)
V3 = V9 = (22,230 x 0,800) + (3,238 x 14,000) = 63,109 (+)
V4 = V8 = (22,230 x 0,700) + (3,238 x 12,250) = 55,220 (+)
V5 = V7= (22,230 x 0,600) + (3,238 x 10,500) = 47,332 (+)
V6 = adalah batang 0

4. Gaya Batang Diagonal (D)


D1= -D12
- = (22,230x 1,026) + (3,238 x 18,468) = 82,173 ton (-)
D2= D11 = (22,230x 0,932) + (3,238 x 15,098) = 67,797 ton (-)
D3 =-D10
- = (22,230x 0,839) + (3,238 x 12,176) = 54,732 ton (-)
D4 =-D9 = (22,230x 0,746) + (3,238 x 9,567) = 42,987 ton (-)
-D5 = -D8 = (22,230x 0,652) + (3,238 x 7,311) = 32,537 ton (-)

Tabel gaya batang tertera pada lampiran T.3.3.3 di bawah ini,

Tabel T.3.3.3 Gaya Batang Akibat Beban Hidup


Nomor Gaya Pada Batang (T) Nomor Gaya Pada Batang (T)
Batang Tekan (-) Tarik (+) Batang Tekan (-) Tarik (+)
A1=A10 0 - V1=V11 0 -
A2=A9 73.627   V2=V10 70.998  
A3=A8 96.636   V3=V9 63.109  
A4=A7 110.441   V4=V8 55.220  
A5=A6 115.043   V5=7 47.332  
B1=B10   11.671 V6 0 -
B2=B9   73.627 D1=D10   82.173
B3=B8   96.636 D2=D9   67.797
B4=B7   110.441 D3=D8   54.732
B5=B6   115.042 D4=D7   42.979
      D5=D6   32.537

5. Beban Angin
Besarnya beban angin yang bekerja pada jembatan berdasarkan
PPPJJR SKBI 1.3.28.1987 adalah sebesar 150 kg/m 2. Tekanan-tekanan
angin yang bekerja pada jembatan adalah
- Tekanan angin pada lantai kendaraan (wr)
- Tekanan angin pada kendaraan (wm)
- Tekanan angin pada rangka jembatan (wbr)

Tekanan-tekanan angin pada jembatan diperlihatkan gambar dibawah ini


H
hm

hbr
wr

b
K K
Gambar G 4.7 Tekanan Angin Yang Bekerja Pada Jembatan

Luas bidang yang menahan angin adalah


- Pada Lantai Kendaraan = Fr = 0,50 x 35 = 17,5 m2
- Pada Kendaraan = Fm = 2,00 x 35 = 70 m2
- Pada Rangka Jembatan
 Rangka Jembatan
Fbr1 = 35 x 6 x 30%
= 63 m2
 Pelengkap
Fbr2 = 35 x 6 x 15%
= 31,5 m2

Fbrt = Fbr1 + Fbr2


= 63 + 31,5
= 94,5 m2
Jarak Titik Tangkap Gaya Angin terhadap tumpuan adalah
hr = (½ x 0,5) = 0,250 m
hm = (½ x 2,0) + 0,2 = 1,20 m
hbr = (½ x 6) = 3,00 m
Besarnya tekanan angin yang bekerja pada jembatan adalah
- Lantai Kendaraan (wr) = 17,5 x 150 kg/m2 = 2625 kg
- Kendaraan (wm) = 70 x 150 kg/m2 = 10500 kg
- Rangka Jembatan (wbr) = 94,50 x 150 kg/m2 = 14175 kg
Reaksi tumpuan yang timbul akibat tekanan angin pada gelagar utama
adalah
(wbr x hbr ) + ( wm x hm) + ( wr x hr)
K = b
(14175 x 3 ,00 ) + (10500 x 1,2) + (2625 x 0 ,25 )
K = 8,2
= 6802,59 kg
= 6,803 ton
Akibat gaya K menimbulkan reaksi pada tumpuan gelagar utama sebesar
:
RA = ½ . K
= ½ x 6,803 ton
= 3,401 ton
P = 1/10 x 3,401 ton
= 0,340 ton

½ P = ½ . 0,340
= 0,170 ton
Re aksi tumpuan akibat beban angin
f = Re aksi tumpuan akibat berat sendiri
3 , 401
f = 9 ,17
f = 0,371
Gaya batang akibat beban muatan angin dihitung dengan rumus : Sx = f.s
Dimana : x = Gaya batang akibat beban muatan angin
f = Faktor perbandingan reaksi tumpuan akibat beban muatan
angin dengan raeksi tumpuan akibat berat sendiri gelagar
utama

S = Gaya batang akibat berat sendiri


dibawah ini merupakan gaya-gaya akibat beban angin.

Tabel T.3.3.4 Gaya Batang Akibat Beban Angin

Nomor Gaya Pada Batang (T) Nomor Gaya Pada Batang (T)
Batang Tekan (-) Tarik (+) Batang Tekan (-) Tarik (+)
A1=A10 - - V1=V11   -
A2=A9 1.786   V2=V10   3.105
A3=A8 1.389   V3=V9   2.288
A4=A7 0.992   V4=V8   1.744
A5=A6 0.595   V5=7   1.021
B1=B10   1.786 V6   -
B2=B9   3.175 D1=D10 3.545  
B3=B8   4.168 D2=D9 2.757  
B4=B7   4.763 D3=D8 1.969  
B5=B6   4.962 D4=D7 1.182  
      D5=D6 0.394  
6. Pendimensian Gelagar Utama
Gelagar Utama terdiri dari batang atas, batang bawah, batang
vertikal dan batang diagonal. gelagar utama yang direncanakan :
a. Batang Atas
b. Batang Bawah
c. Batang Vertikal
d. Batang Diagonal

a. Pendimensian Batang Atas


Panjang batang atas 3,5 m dan terjadi gaya tekan, kedua ujung
batang dianggap sendi-sendi.
Pmax = 198,573 ton = 1985,73 kN
Lk = L = 3,5 meter
Fy = 240 Mpa
 Berdasarkan batasan kelangsingan maksimum
lk
r min > 200
350
r min > 200
r min > 1,75 cm
 Nilai Ag minimum yang diperlukan untuk memikul gaya tekan
terfaktor, Nu adalah :
Nu x ω 1985730 x 1, 103
Ag min = φ x Fy = 0 , 85 x 240 = 10736,594 mm2
Coba profil IWF 350.350.10.16 ( Ag = 14600 mm 2, r min = 8,78 cm,
rx = 15,1 cm)
 Kuat tekan rencana, ǿ Nu


1 lk Fy
λ c
r
= π x min x E
λ c
1 3500
= π x 87,8 x √ 240
200000 = 0,44
1,43 1,43
λ c > 0,25 = ω = 1,6 − 0,67 λc = 1,6 − 0,67 x 0,44 = 1,096

Maka kuat tekan rencana :


Fy
Ø Nn = ǿ x Ag x ω
240
.
= 0,85 x 14600 x 1,096
= 2718775,3 N
= 2718,775 kN

 Kriteria design :
Nu
φ Nn < 1
1985,73
2718,775 < 1
0,730 < 1
Kesimpulan : Profil IWF 350.350.10.16, dapat digunakan

b. Pendimensian Batang Bawah


Panjang batang bawah 3,5 m dan terjadi gaya tarik, kedua ujung
batang dianggap sendi-sendi.
Pmax = 293,44 ton = 2934,40 kN
Lk = L = 3,5 meter
Fy = 240 Mpa
Fu = 370 Mpa
Tentukan Ag minimum yang diperlukan oleh kondisi leleh dan
kondisi fraktur :
 Kondisi leleh
Nu 2934400
Ag min = φ Fy = 0,9 . 240 = 13585,15 mm2
 Kondisi fraktur
Nu
Ag min = φ Fu . U + jumlah lubang baut
b 2
Asumsikan U = 0,90 untuk kondisi h > 3 dan jumlah baut
> 4 buah perbaris bedasarkan luas minimum Ag dari kondisi, diasumsikan
profil IWF 350.350.10.16 untuk sementara memadai, tf = 16 mm, maka
kondisi fraktur diperoleh, dan diambil diameter lubang baut = 25 mm,
2934400
Ag min = 0,75 . 370 . 0,9 + 4 x 25 x 16
= 13349,316 mm2
Ambil penampang yang memenuhi kelangsingan minimum
L 350
I min = 240 = 240 = 1,45 cm
penampang IWF 350.350.10.16, ( Ag = 14600 mm 2, imin = 8,78 cm,
rx = 15,1 cm) pengecekan terhadap penampang terpilih :
1. Sifat – sifat penampang
Ag = 14600 mm2 > Ag min = 13349,316 mm2
2. Kuat tarik nominal
Kondisi leleh
Ø Nn = Ø Fy x Ag = 0,9 x 240 x 14600
= 3153600 N
= 3153,600 kN
Kondisi fraktur
Ae = U = 0,90 x (14600 – 4 x 25 x 16 ) = 11700 mm2
Ø Nn = Ø Fu x Ae
= 0,75 x 370 x 11700 = 3246750 N
= 3246,750 kN > 2934,40 Kn ...................... ok
3. Kelangsingan penampang :
imin = 8,78 cm > 1,45 cm ....................... ok
Kesimpulan : Profil IWF 350.350.10.16, dapat digunakan

c Pendimensian batang vertikal


Panjang batang vertikal 6 m dan terjadi gaya tarik, kedua ujung batang
dianggap sendi-sendi.
Pmax = 181,230 ton = 1812,30 kN
Lk = L = 6 meter
Fy = 240 Mpa
Fu = 370 Mpa
Tentukan Ag minimum yang diperlukan oleh kondisi leleh dan
kondisi fraktur :
 Kondisi leleh
Nu 1812300
Ag min = φ Fy = 0,9 . 240 = 8390,25 mm2
 Kondisi fraktur
Nu
Ag min = φ Fu . U + jumlah lubang baut
b 2
Asumsikan U = 0,90 untuk kondisi h > 3 dan jumlah baut
> 4 buah perbaris bedasarkan luas minimum Ag dari kondisi, diasumsikan
profil IWF 350. 350. 10. 16, untuk sementara memadai, tf = 16 mm, maka
kondisi fraktur diperoleh, dan diambil diameter lubang baut = 25 mm,
1812300
Ag min = 0,75 . 370 . 0,9 + 4 x 25 x 16
= 8856,435 mm2

Ambil penampang yang memenuhi kelangsingan minimum


L 600
I min = 240 = 240 = 2,5 cm
Coba penampang IWF 350.350.10.16, ( Ag = 14600 cm 2, rmin = 8,78
cm, rx = 15,1 cm) pengecekan terhadap penampang terpilih :
1. Sifat – sifat penampang
Ag = 14600 mm2 > Ag min = 8856,435 mm2
2. Kuat tarik nominal
Ø Nn = Ø Fy x Ag = 0,9 x 240 x 14600
= 3153600 N
= 3153,600 kN
Kondisi fraktur
Ae = U = 0,90 x (14600 – 4 x 25 x 16 ) = 1700 mm2
Ø Nn = Ø Fu x Ae
= 0,75 x 370 x 11700 = 3246750 N
= 3246,750 kN > 1812,30 kN .................. ok
3. Kelangsingan penampang :
imin = 7,87 cm > 2,50 cm ................ok
Kesimpulan : Profil IWF 350. 350. 10. 16, dapat digunakan

d. Pendimensian Batang Diagonal


Panjang batang diagonal = √ 6²+3 , 5 ² = 6,95 dan keduanya ujung
batang dianggap sendi-sendi. Berdasarkan gaya yang bekerja pada
batang, batang diagonal terdiri atas :
Batang Diagonal yang mengalami gaya Tekan
Pmax = 209,62 ton = 2096,20 kN
Lk = L = 6,95 meter
Fy = 240 Mpa

 Berdasarkan batasan kelangsingan maksimum


lk
r min > 200
695
r min > 200
r min > 3,475 cm

Ambil penampang yang memenuhi kelangsingan minimum


L 695
I min = 240 = 240 = 2,90 cm

 Nilai Ag minimum yang diperlukan untuk memikulm gaya


tekan terfaktor, Nu adalah :
Nu x ω 2096200 x 1 , 103
Ag min = φ x Fy = 0 , 85 x 240
= 11333,911 mm2
Coba profil IWF 350.350.10.16 ( Ag = 14600 mm 2, r min = 8,78 cm,
rx = 15,1 cm )


1 lk Fy
λc r
= π x min x E

1 6950
= π x 2900 x √ 240
200000
= 0,026
Untuk λ c < 0,25 nilai ω = 1
Maka kuat tekan rencana :
Fy
Ø Nn = ǿ x Ag x ω
240
= 0,85 x 14600 x 1
= 2978400 N
=2978,400 kN
 Kriteria design :
Nu
φ Nn < 1
2096,20
2978 ,400 < 1
0,704 < 1

pengecekan terhadap penampang terpilih :


1. Sifat – sifat penampang
Ag = 14600 mm2 > Ag min = 11333,911 mm2
2. Kuat tarik nominal
Kondisi leleh
Ø Nn = Ø Fy x Ag = 0,9 x 240 x 14600
= 3153600 N
= 3153,600 kN
Kondisi fraktur
Ae = U = 0,90 x (14600 – 4 x 25 x 16 ) = 11700 mm2
Ø Nn = Ø Fu x Ae
= 0,75 x 370 x 11700 = 3246750 N
= 3246,750 kN > 2790,96 kN .................... ok
3. Kelangsingan penampang :
imin = 9,65 cm > 2,4 cm ...................ok

Kesimpulan : Profil IWF 350. 350. 10. 16, dapat digunakan


3.5.4 Perhitungan Ikatan Angin
Besarnya beban angin yang bekerja pada jembatan berdasarkan
PPPJJR SKBI – 1.3.28 – 1987 adalah sebesar 150 kg/m 2. Tekanan-
tekanan angin yang bekerja pada jembatan diperlihatkan gambar dibawah
ini :

Ka
Wm

wbr Hm

Hb
Wr

Kb hr

Gambar G.3.4 Perhitungan Ikatan Angin Pada Jembatan

Besarnya Tekanan Angin yang bekerja pada jembatan adalah


- Lantai Kendaraan (wr) =17,5 x 150 kg/m2 = 2625 kg
- Kendaraan (wm) = 70 x 150 kg/m2 = 10500 kg
- Rangka Jembatan (wbr) = 89,78 x 150 kg/m2 = 14175 kg

Reaksi tumpuan yang timbul adalah


(wbr x hb ) + (wm x hm) + (wr x hr )
Ka = H

(14175 x 3,000) + (10500 x 1,783) + (26 25 x 0,833 )


Ka = 6
= 9296,875 kg
= 9,297 ton
Kb = (wr + wbr + wm ) − Ka
= (2625+14175 + 10500) –9296,875
= 18003,125 kg = 18,003 ton

A Pehitungan Ikatan Angin Batang Atas


Gaya yang bekerja pada tiap-tiap titik buhul adalah
- Untuk Titik Buhul Tengah (P1) = 1/10 x Ka
= 1/10 x 9296,875 kg
= 0,9300 ton
- Untuk Titik Buhul Tepi (P2) = ½ x P1
= ½ x 0,9300 ton
= 0,465 ton

Reaksi Tumpuan yang terjadi Pada Ikatan Angin Atas adalah


RA = RB = ½ x Ka
= ½ x 9296,875 kg
= 4648,438 kg
= 4,65 ton

Tekanan angin yang bekerja pada ikatan angin atas diperlihatkan


pada gambar G.3.6 berikut ini :

8,2 m

1
/2P P1 P1 P1 P1 P1 P1 P1 P1 P1
1
/2P
2,753,5
m m
Gambar G.4.9 Tekanan ikatan angin atas jembatan.
B. Perhitungan Ikatan Angin Batang Vertikal
Panjang batang vertikal 8,2 meter kedua ujungnya dianggap sendi-
sendi.
Pmax = 4,65 ton = 46,50 kN
Lk = L = 8,2 meter
Fy = 240 Mpa
 Berdasarkan batasan kelangsingan maksimum
lk
r min > 200
820
r min > 200
r min > 4,1 cm
 Nilai Ag minimum yang diperlukan untuk memikulm gaya
tekan terfaktor, Nu adalah :
Nu x ω 46500 x 1,103
Ag min = φ x Fy = 0,85 x 240 = 251,419 mm2
Coba profil IWF 100. 100. 6.8 ( Ag = 2190 mm 2, r min = 2,47 cm, rx
= 4,18 cm)

 Kuat tekan rencana, ǿ Nu


1 lk Fy
λ c
r
= π x min x E

1 8200
= π x 247 x √ 240
200000
= 0,37
Untuk λ c < 0,25 nilai ω = 1
1,43 1,43
ω = 1,6 − 0,67 λc = 1,6 − 0,67 x 0,37 = 1,056
Maka kuat tekan rencana :
Fy
Ø Nn = ǿ x Ag x ω
240
= 0,85 x 2190 x 1,056
= 423207,43N
= 423,207 kN
 Kriteria design :
Nu
φ Nn < 1
46,50
423, 207 < 1
0,11 < 1
Kesimpulan : Profil IWF 100. 100. 6. 8, dapat digunakan

C. Perhitungan Ikatan Angin Batang Diagonal (D)


Batang diagonal pada ikatan angin atas dan bawah mengalami
gaya tekan dan tarik
.

P2

D2
V2


D1
V1

RA

Gambar G.3.5 Batang Diagonal pada Jembatan


1/2 x 8,2
Tg  = 3,5
Tg  = 1,17
 = 49,48o
1 /2 (4,65 ton − 0,465 ton)
0
D1 = D2 = sin 49 ,48
= 2,753 ton

Panjang batang diagonal

L = √ ( 4,1 )2+ ( 3,5 )2


= 5,39 m

Batang diagonal yang mengalami gaya tekan


Panjang batang diagonal 5,39 meter kedua ujungnya dianggap
sendi-sendi.
Pmax = 2,753 ton = 27,53 kN
Lk = L = 5,39 meter
Fy = 240 Mpa

 Berdasarkan batasan kelangsingan maksimum


lk
r min > 200
539
r min > 200
r min > 2,695 cm
 Nilai Ag minimum yang diperlukan untuk memikul gaya tekan
terfaktor, Nu adalah :
Nu x ω 27530 x 1 ,103
Ag min = φ x Fy = 0 , 85 x 240 =148,85 mm2
Coba profil L 120.120.11 ( Ag = 2540 mm2, r min= 2,35 cm)
Kuat tekan rencana, ǿ Nn

1 lk Fy
λ c
r
= π x min x E

1 539
= π x 235 x √ 240
200000
= 0,025
Untuk λ c < 0,25 nilai ω = 1
Maka kuat tekan rencana :
Fy
Ø Nn = ǿ x Ag x ω
240
= 0,85 x 2540 x 1
= 518160 N
= 518,160 Kn

 Kriteria design :
Nu
φ Nn < 1
27,53
518,160 < 1
0,05 < 1
Kesimpulan : Profil L 75. 76. 10 dapat digunakan

D. Perhitungan ikatan Angin Batang Bawah


Gaya-gaya yang bekerja pada tiap-tiap titik buhul adalah :
- Untuk Titik Buhul Tengah (P1) = 1/10x Kb
= 1/10 x 18,003 ton
= 1,80 ton

- Untuk Titik Buhul Tepi (P2) = ½ x P1


= ½ x 1,80 ton
= 0,90 ton
Reaksi Tumpuan yang terjadi Pada Ikatan Angin bawah adalah
RA = RB = ½ x Kb
= ½ x 18,003 ton
= 9,0015 ton

Tekanan angin yang bekerja pada ikatan angin bawah diperlihatkan


pada gambar berikut ini ;
    

8,2 m

1/
2 P1 P1 P1 P1 P1 P1 P1 P1

3m Gambar G.4.8 Tekanan Angin Bawah

Gambar G.4.11 Tekanan ikatan bawah atas jembatan.


Besar gaya batang melintang (V)
V = RA – P2
= 9001,5 – 900,15
= 8101,35 kg

Sudut yang dibentuk oleh batang V dan D 1 adalah


D1 3,5
Tg  = 8,2
8,2 m
Tg  = 0,427
 = 23,12o
3,5 m

Gaya batang diagonal dihitung dengan keseimbangan momen :

V =0
V – D1 cos  = 0
V
D1 = cos α
8101,35 kg
o
= cos 23 , 12
= 8808,68 kg = 8,809 ton
Panjang batang diagonal (D1) adalah

L = √(8,2)2 + (3,5 )2
= 8,92 m

Batang diagonal yang mengalami Gaya Tarik


Panjang batang tekan diagonal 8,73 m dan kedua ujung batang
dianggap sendi-sendi.
Pmax = 8,809 ton = 88,09 kN
Lk = L = 8,92 meter
Fy = 240 Mpa
Fu = 370 Mpa
Tentukan Ag minimum yang diperlukan oleh kondisi leleh dan kondisi
fraktur :
 Kondisi leleh
Nu 88090
Ag min = φ Fy = 0,9 . 240 = 407,82 mm2
 Kondisi fraktur
Nu
Ag min = φ Fu . U + jumlah lubang baut
b 2
Asumsikan U = 0,90 untuk kondisi h > 3 dan jumlah baut
> 3 buah perbaris bedasarkan luas minimum Ag dari kondisi, diasumsikan
profil L 120. 120. 11, untuk sementara memadai, tf = 11 mm, maka kondisi
fraktur diperoleh, dan diambil diameter lubang baut = 25 mm,
88090
Ag min = 0,75 . 370 . 0,9 + 4 x 25 x 11
= 1452,71 mm2
Ambil penampang yang memenuhi kelangsingan minimum
L 892
I min = 240 = 240 = 3,71 cm
profil penampang L 120. 120. 11, ( Ag = 2540 mm2, r min= 2,35 cm )
Sifat – sifat penampang
Ag = 2540 mm2 > Ag min = 1452,71 mm2
1. Kuat tarik nominal
Kondisi leleh
Ø Nn = Ø Fy x Ag = 0,9 x 240 x 2540
= 548,640 kN
Kondisi fraktur
Ae = U = 0,90 x (2540 – 4 x 25 x 11 ) = 1296 mm2
Ø Nn = Ø Fu x Ae
= 0,75 x 370 x 1296
= 431,568 kN > 88,09 ...............................ok
2. Kelangsingan penampang :
Kesimpulan : Profil L 120. 120. 11 dapat digunakan
3.6 Perhitungan Sambungan Gelagar Utama
Sambungan pada gelagar utama terdiri dari sambungan batang atas,
bawah dan batang diagonal. Sambungan gelagar utama ini menggunakan
sambungan tampang satu (tunggal) dengan tebal pelat buhul 30 mm. Alat
sambung yang digunakan adalah baut A-325 dengan diameter 1 inchi, Fu b
= 825 Mpa, Fup = 370 Mpa
a. Kuat geser perbaut setengah ulir dengan bidang geser ( m ) satu
Ø Rn (geser tunggal ) = Ø ( 0,5 x Fub ) x m x Ab
1
= 0,75 ( 0,5 x 825 ) 1 x 4 x Л x 25,42
= 156,683 kN
b. Kuat tumpu pelat
Ø Rn = Ø ( 2,4 x Fup ) x d1 x tb
= 0,75 ( 2,4 x 370 ) x ( 25,4 + 3 ) x 30
= 667,432 kN
Maka kuat nominal satu baut adalah : 156,683 kN

3.6.1 Sambungan Batang Atas (A)


Gaya maksimum yang bekerja pada batang atas sebesar 198,573
ton = 1985,73 kN dan baut yang digunakan diameter 25,4 mm ( 1 inchi ).
Jumlah baut yang digunakan adalah
Pmax
n = φ Rn
1985 ,73 kN
n = 156,683 kN
n = 12,67  16 buah baut
Dimana :
s = 3.d = 3 x 2,54 = 7,62 cm = 8 cm
s1 = 2.d = 2 x 2,54 = 5,08 cm = 6 cm
3.6.2 Sambungan Batang Bawah (B)
Gaya maksimum yang bekerja pada batang bawah sebesar 293,44
ton dan baut yang digunakan diameter 1 inchi.
Jumlah baut yang digunakan adalah :
Pmax
n = φ Rn
2934,4 kN
n = 156,683kN
n = 18,73  20 buah baut
Dimana :
s = 3.d = 3 x 2,54 = 7,62 cm = 8 cm
s1 = 2.d = 2 x 2,54 = 5,08 cm = 6 cm

3.6.3 Sambungan Batang Vertikal (c)


Gaya maksimum yang bekerja pada batang Vertikal sebesar
199,436 ton dan baut yang digunakan diameter 1 inchi.
Jumlah baut yang digunakan adalah
Pmax
n = φ Rn
1994 , 36 kN
n = 156,762 kN
n = 12,7  14 buah baut
Dimana :
s = 3.d = 3 x 2,54 = 7,62 cm = 8 cm
s1 = 2.d = 2 x 2,54 = 5,08 cm = 6 cm

3.6.4 Sambungan Batang Diagonal (D)


Gaya maksimum yang bekerja pada batang Diagonal sebesar
181,23 ton dan baut yang digunakan diameter 1 inchi.
Jumlah baut yang digunakan adalah

Pmax
n = φ Rn
1812 ,3 kN
n = 156,683 kN
n = 11,56  12 buah baut
Dimana :
s = 3.d = 3 x 2,54 = 7,62 cm = 8 cm
s1 = 2.d = 2 x 2,54 = 5,08 cm = 6 cm

3.7 Sambungan Gelagar Utama Dengan Gelagar Melintang


Gaya-gaya melintang yang bekerja pada gelagar melintang terdiri
dari :beban mati, beban hidup, beban angin dan beban akibat rem,dari
kombinasi beban didapat Pmax = 63,656 ton Baut yang digunakan adalah
berdiameter 1 inchi dan pelat penyambung yang digunakan direncanakan
dari profil siku L.60.60.10. dengan menggunakan persamaan : ( Fu b = 825
Mpa, Fup = 370 Mpa )

a. Kuat geser perbaut setengah ulir dengan bidang geser ( m ) dua


Ø Rn (geser tunggal ) = Ø ( 0,5 x Fub ) x m x Ab
1
= 0,75 ( 0,5 x 825 ) 2 x 4 x Л x 25,42
= 313,366 kN

b. Kuat tumpu pelat


Kekuatan desain pada tumpu pada siku – siku akan lebih kecil dari
kekuatan tumpu pada flens kolom tengah yang mempunyai
ketebalan 15 mm, sehingga dilakukan mendesain tebal minimum
siku – siku agar kuat tumpu tidak menentukan dengan jalan
menyamakan kekuatan tumpu siku dengan kuat gesernya .
Ø Rn = Ø ( 2,4 x Fup ) x d1 x tp
313,525 = 0,75 ( 2,4 x 370 ) x ( 25,4 + 3 ) x tp
313,525 = 20,4336 x tp
313,366
Min. tps = 18 , 914 = 16,57 mm, ambil 17 mm
18,914 x tp = 18,914 x 17
= 321,538
Maka kuat nominal satu baut adalah : 313,366 kN
Jumlah baut yang diperlukan akibat kekuatan geser adalah
Pmax
n = φ Rn
636,56 kN
n = 313,366 kN
n = 2,03  4 buah baut
Jumlah baut yang diperlukan akibat kekuatan tumpu adalah
Pmax
n = φ Rn
636,56 kN
n = 313,366 kN
n = 2,03  4 buah baut
Jumlah baut yang digunakan akibat kekuatan geser dan desak
sebanyak 4 buah baut.
Dimana :
s = 3.d = 3 x 2,54 = 7,62 cm = 8 cm
s1 = 2.d = 2 x 2,54 = 5,08 cm = 6 cm
Sambungan gelagar utama dengan gelagar melintang diperlihatkan
pada gambar dibawah ini :

Gelagar Utama W R

2d
N1
3d
e1 N2
e2 2d

Gambar G.4.12 Sambungan Gelagar Utama Dengan Gelagar


Melintang

3.8 Sambungan Gelagar Memanjang Dengan Gelagar Melintang


Gaya-gaya melintang yang bekerja pada gelagar memanjang

terdiri dari: beban mati, beban hidup, beban angin dan beban akibat rem.

Dari kombinasi didapatkan Pmaks = 18,655 ton. Baut yang digunakan

adalah berdiameter 1,27 cm dan pelat penyambung yang digunakan

direncanakan dari profil L 100.100.10.

a. Kuat geser perbaut setengah ulir dengan bidang geser ( m ) dua


Ø Rn (geser tunggal ) = Ø ( 0,5 x Fub ) x m x Ab
1
= 0,75 ( 0,5 x 825 ) 2 x 4 x Л x 12,72
= 78,341 kN

b. Kuat tumpu pelat


Kekuatan desain pada tumpu pada siku – siku akan lebih kecil dari
kekuatan tumpu pada flens kolom tengah yang mempunyai
ketebalan 15 mm, sehingga dilakukan mendesain tebal minimum
siku – siku agar kuat tumpu tidak menentukan dengan jalan
menyamakan kekuatan tumpu siku dengan kuat gesernya .

Ø Rn = Ø ( 2,4 x Fup ) x d1 x tp
78,341 = 0,75 ( 2,4 x 370 ) x ( 12,7 + 3 ) x tp
78,341 = 10,456 x tp
78,341
Min. tps = 10,456 = 7,49 mm, ambil 8mm ≈ 10 mm
10,604 x tp = 10,456 x 10
= 104,56
Maka kuat nominal satu baut adalah : 78,341 kN

Jumlah baut yang diperlukan akibat kekuatan geser adalah


Pmax
n = φ Rn
186,55 kN
n = 78,381 kN
n = 2,38  4 buah baut
Jumlah baut yang diperlukan akibat kekuatan tumpu adalah
Pmax
n = φ Rn
186,55 kN
n = 78,381 kN
n = 2,38  3 buah baut
Jumlah baut yang digunakan akibat kekuatan geser dan desak
sebanyak 3 buah baut.
Dimana :
s = 3.d = 3 x 1,27 = 3,81 cm = 4 cm
s1 = 2.d = 2 x 1,27 = 2,54 cm = 3 cm
Sambungan gelagar memanjang dengan gelagar melintang diperlihatkan pada
gambar dibawah ini :

W = 5,5 cm

R 2 cm

N1
N2 Baut 1 inchi
e1
e2
Plat Siku Gelagar
Memanjang

Gelagar Melintang

Ganbar 2.7 Sambungan gelagar melintang dengan gelagar memanjang


Sumber : Jembatan Potma dan De Vries (1984)

3.9 Sambungan Ikatan Angin


Baut yang digunakan pada sambungan ikatan angin adalah baut A-
325 dengan diameter ½ inchi dan ¾ inchi. Sambungan ikatan angin atas
dan ikatan angin bawah diuraikan.

3.
3.9
3.9.1 Sambungan Ikatan Angin Atas
 Sambungan pada batang vertikal, sambungan ini pada batang
vertikal merupakan sambungan tampang satu.
Pmax = 4,65 ton = 46,50 kN
d = 1,27 cm
Fub = 825 Mpa, Fup = 370 Mpa
a. Kuat geser perbaut ( tanpa ulir ) dengan bidang geser ( m ) satu
Ø Rn (geser tunggal ) = Ø ( 0,5 x Fub ) x m x Ab
1
= 0,75 ( 0,5 x 825 ) 1 x 4 x Л x 12,72
= 39,170 kN
b. Kuat tumpu pelat
Ø Rn = Ø ( 2,4 x Fup ) x d1 x tp
= 0,75 ( 2,4 x 370 ) x ( 12,7 + 1) x 10
= 104,562 kN
Maka kuat nominal satu baut adalah : 39,170 kN

3.9.2 Sambungan Ikatan Angin Batang Atas (A)


Gaya maksimum yang bekerja pada batang atas sebesar 4,65 ton
ton dan baut yang digunakan diameter 25,4 mm.
Jumlah baut yang digunakan adalah
Pmax
n = φ Rn
46,50 kN
n = 39,170 kN
n = 1,19  2 buah baut
Dimana :
s = 3.d = 3 x 2,54 = 7,62 cm = 8 cm
s1 = 2.d = 2 x 2,54 = 5,08 cm = 6 cm

 Sambungan pada batang diagonal, sambungan ini pada batang


diagonal merupakan sambungan tampang satu.
Pmax = 2,753 ton
d = 2,54 cm
Fub = 825 Mpa, Fup = 370 Mpa

a. Kuat geser perbaut setengah ulir dengan bidang geser ( m ) satu


Ø Rn (geser tunggal ) = Ø ( 0,5 x Fub ) x m x Ab
1
= 0,75 ( 0,5 x 825 ) 1 x 4 x Л x 25,42
= 156,762 kN
b. Kuat tumpu pelat
Ø Rn = Ø ( 2,4 x Fup ) x d1 x tp
= 0,75 ( 2,4 x 370 ) x ( 25,4 + 1) x 10
= 175,824
Maka kuat nominal satu baut adalah : 156,762 kN
Jumlah baut yang digunakan adalah
Pmax
n = φ Rn
28,74ton kN
n = 156,762 kN
n = 0,18  1 buah baut
Dimana :
s = 3.d = 3 x 2,54 = 7,62 cm = 8 cm
s1 = 2.d = 2 x 2,54 = 5,08 cm = 6 cm
Baut diameter 1 inchi dapat dipergunakan pada sambungan batang
diagonal sebanyak 1 buah.

3.9.3 Sambungan Ikatan Angin Batang Bawah


Sambungan pada batang bawah merupakan sambungan tampang
satu.
Pmax = 9,001 kN
d = 25,4 cm
Fub = 825 Mpa, Fup = 370 Mpa

a. Kuat geser perbaut setengah ulir dengan bidang geser ( m ) satu


Ø Rn (geser tunggal ) = Ø ( 0,5 x Fub ) x m x Ab
1
= 0,75 ( 0,5 x 825 ) 1 x 4 x Л x 25,42
= 156,762 kN
b. Kuat tumpu pelat
Ø Rn = Ø ( 2,4 x Fup ) x d1 x tp
= 0,75 ( 2,4 x 370 ) x ( 25,4 + 1 ) x 10
= 175,824
Maka kuat nominal satu baut adalah : 156,762 kN
Jumlah baut yang digunakan adalah
Pmax
n = φ Rn
90,01 kN
n = 156,762 kN
n = 0,5  1 buah baut
Dimana :
s = 3.d = 3 x 2,54 = 7,62 cm = 8 cm
s1 = 2.d = 2 x 2,54 = 5,08 cm = 6 cm
Baut diameter 1 inchi dapat dipergunakan pada sambungan batang
diagonal sebanyak 1 buah.
3.10 Pehitungan Plat Buhul
Plat buhul direncanakan dengan tebal plat 30 mm, tinggi 100 cm
dengan mutu baja St. 52 (d = 3600 kg/cm2). Gaya-gaya yang bekerja
pada plat buhul diperlihatkan pada gambar dibawah ini :

Gambar G.4.13 Gaya-Gaya yang bekerja pada Plat Buhul

Rmax = ½ . 2934,40 kN
= 1467,20 kN
Dmax = ½ . 1467,2 kN
= 733,6 kN
t
Tg α = b
6
= 3,5
= 59,740
Profil yang digunakan pada batang bawah adalah IWF 300 x 300 x
10 x 15 diperoleh harga h = 300 mm.
Jarak Titik Tangkap :
e =½.H–½xh
= ½ x 100 – ½ x 30,0
= 35 cm
P = R + T . cos 
= 1467,20 + 733,6 (cos  = 59,74)
= 1834 kN

V = T sin 
= 733,6 (sin  = 59,74o)
= 630,90 kN

M =Pxe
= 1834 x 35
= 64190 kN.cm

W = 1/6 x s x H2
= 1/6 x 2 x 1002
= 3333,33 cm3

F = 0,8 x 2 x 1002
= 16000 cm2
 Tegangan geser yang timbul pada plat buhul adalah
V
 = F
630,90
= 1600
= 0,039 kN/cm2
 Tegangan tarik yang timbul pada pada plat buhul adalah :
P M
+
tr = F W
1834 64190
+
= 1600 3333,33
= 19,37 kg/cm2 < 16,00 kN/cm2
Plat buhul dengan tebal 30 mm dan tinggi 100 cm dapat digunakan
untuk plat penyambung.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil perhitungan yang telah penulis bahas pada bab III, maka

dapat diambil beberapa kesimpulan :

4.1 Kesimpulan

Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan

hasil perencanaan adalah :

1. Pembebanan untuk jembatan diambil berdasarkan Pedoman

Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya ( PPPJJR SKBI

– 1. 3. 28. 1987 )

2. Perhitungan gaya – gaya batang dilakukan dengan metode

Cremona untuk beban tetap dan metode garis pengaruh untuk

beban bergerak.

3. Pendinensian gelagar dilakukan berdasarkan pembebanan yang

maksimum untuk mendapatkan profil yang seragam.


4. Railing Sandaran direncanakan dari profil Circular Hollow Section

dengan mutu baja Bj. 37 dengan tegangan leleh ( Fy ) 240 MPa.

5. Untuk profil gelagar melintang direncanakan dari profil Wide

Flange Shape WFS 700 x 300 x 14 x 26 dengan berat profil 210

kg/m, dengan jenis baja Bj. 37, dan tegangan leleh ( Fy ) 250 MPa.

6. Untuk profil gelagar utama direncanakan dari profil Wide Flange

Shape WFS 300 x 300 x 15 x 18 dengan jenis baja Bj. 37,

untuk batang atas dan batang bawah. Gelagar untuk batang

diagonal menggunakan IWF 350 x 350 x 10 x 16 dan batang

vertikal menggunakan IWF 350 x 350 x 10 x 16 dengan jenis baja

Bj. 37, dan tegangan leleh


81 ( Fy ) 240 MPa.

7. Untuk profil ikatan angin atas batang vertikal direncanakan dari

profil Wide Flange Shape IWF 100 x 100 x 6 x 8, dan tegangan

leleh ( Fy ) 240 MPa, sedangkan ikatan angin bawah batang

vertikal digunakan dari profil L 120 x 120 x 11

8. Untuk sambungan digunakan Baut A-325 dengan diameter 1 ’’, 1/2’’

dan 3/4 Fub = 825 Mpa, Fup = 370 Mpa, dengan tebal pelat 30 mm.

4.2 Saran
1. Penggunaan profil disarankan dengan profil yang lebih ekonomis

2. Sambungan dilakukan dengan baut untuk memudahkan dalam

pelaksanaan dilapangan dan pada saat pembongkaran apabila

jembatan tersebut sudah tidak layak lagi digunakan atau memang

harus dibongkar.
3. Perencanaan gelagar utama disarankan dengan menggunakan

profil tunggal agar tidak memerlukan pelat kopel dan mudah dalam

pekerjaan.

4. Profil rangka utama disarankan digunakan yang seragam untuk

memudahkan pelaksanaan pemasangan dilapangan.

Anda mungkin juga menyukai