Anda di halaman 1dari 2

BAB V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian dalam pembahasan, dalam penelitian ini dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Implementasi CPG tidak menurunkan frekuensi komplikasi hari ketiga
pascaodontektomi gigi molar ketiga rahang bawah impaksi di RSGM Prof. Soedomo.
2. Implementasi CPG menurunkan frekuensi komplikasi hari ketujuh
pascaodontektomi gigi molar ketiga rahang bawah impaksi di RSGM Prof. Soedomo.
3. Frekuensi komplikasi hari ketiga pascaodontektomi gigi molar ketiga rahang
bawah impaksi pada tahap praimplementasi CPG di RSGM Prof. Soedomo adalah sebesar
80,7%, dengan rincian komplikasi inflamasi sebesar 78,4% dan komplikasi operatif sebesar
5,7%. Pada tahap pascaimplementasi CPG, frekuensi komplikasinya adalah sebesar 67,5%,
dengan rincian komplikasi inflamasi sebesar 67,5% dan komplikasi operatif sebesar 2,4%.
4. Frekuensi komplikasi hari ketujuh pascaodontektomi gigi molar ketiga rahang
bawah impaksi pada tahap praimplementasi CPG di RSGM Prof. Soedomo adalah sebesar
37,5%, dengan rincian komplikasi inflamasi sebesar 36,4% dan komplikasi operatif sebesar
2,3%. Pada tahap pascaimplementasi CPG, komplikasinya adalah sebesar 10,8%, dengan
rincian komplikasi inflamasi sebesar 10,8% dan komplikasi operatif sebesar 1,2%.
5. Jenis komplikasi terbanyak pada hari ketiga adalah edema (tahap praimplementasi
sebesar 58,0% dan tahap pascaimplementasi sebesar 49,4%); sedangkan komplikasi dengan
frekuensi tertinggi pada hari ketujuh adalah nyeri (tahap praimplementasi sebesar 23,9% dan
tahap pascaimplementasi sebesar 7,2%).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan penelitian, dapat diajukan


beberapa saran sebagai berikut:
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan
Kedokteran mengamanatkan bahwa organisasi profesi menyusun Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran (PNPK) yang akan menjadi panduan penyusunan Standar Prosedur
Operasioanl (SPO) di tingkat fasilitas kesehatan. Pedoman Nasional Pelayanan Kesehatan
pada hakekatnya adalah suatu national guidelines. Oleh karena itu disarankan agar organisasi

62
63

profesi kedokteran gigi (Persatuan Dokter Gigi Indonesia - PDGI) dan Perhimpunan Dokter
Gigi Spesialis untuk segera menyusun PNPK.
2. Penyusunan PNPK memerlukan penelusuran pustaka-pustaka terbaru dari journals
terkemuka dan memerlukan kajian sistematis terhadap best available evidence tersebut.
Disarankan kepada organisasi profesi kedokteran gigi untuk bekerjasama dengan institusi
pendidikan untuk membentuk tim kerja yang bertugas untuk menyusun PNPK.
3. Berkaitan dengan saran pertama di atas, perlu disarankan agar para pembuat regulasi
memasukkan ada/tidaknya guidelines dan/atau clinical pathway ke dalam indikator mutu
klinik fasilitas kesehatan.
4. Bagi Direksi RSGM Prof. Soedomo khususnya, manajer pelayanan kesehatan, dan
pengelola rumah sakit pada umumnya, serta para klinisi yang bekerja di rumah sakit, baik
pemerintah maupun swasta, disarankan untuk selalu menggunakan guidelines dalam
pengelolaan kasus yang dihadapi, dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan masyarakat melalui filosofi clinical governance.
5. Hasil penelitian ini juga mengkonfirmasi bahwa intervensi dalam sistem mikro mampu
meningkatkan luaran klinik. Oleh karena itu bagi para peneliti dalam bidang manajemen
pelayanan kesehatan, hasil penelitian ini dapat dijadikan bukti empirik tentang teori The Chain
of Effect yang dikemukakan oleh Berwick (2002) khususnya dalam aspek sistem mikro. Saran
yang diberikan kepada peneliti di bidang ini adalah bahwa penggunaan teori tersebut dalam
penelitian tentang mutu pelayanan kesehatan adalah masih sangat relevan.
6. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis komplikasi terbanyak pada pengamatan hari
ketiga adalah edema. Pada hari ketujuh, edema merupakan komplikasi terbanyak kedua
setelah nyeri. Komplikasi edema disebabkan oleh reaksi inflamasi normal tubuh terhadap
trauma yang terjadi selama odontektomi. Oleh karena itu disarankan kepada para klinisi agar
selain menggunakan guidelines, para klinisi juga melakukan operasi odontektomi dengan
trauma seminimal mungkin, dengan upaya-upaya: menggunakan split method, menggunakan
bur yang tajam, melakukan irigasi yang adekuat selama proses odontektomi, melakukan
odontektomi dengan waktu sesingkat mungkin, dan memberikan anti-inflamasi non-steroid
sebagai medikasi pascaodontektomi.

Anda mungkin juga menyukai