Anda di halaman 1dari 8

KLIPING

Kisah Di Susun Oleh:

Pahlaw Nama
Nst
: Nabihan Al Mujaddid Ahmad

an Kelas : IV A

Muslim Pelajaran : Agama Islam


Semester : Genap
Indones
ia
SD Negeri I
BUKIT TEMPURUNG
2021

DAFTAR ISI

BAB I Pangeran Diponegoro


A. Asal usul
B. Kisah Perlawanan
C. Akhir Hidup

BAB II KH Hasyim Asyari

A. Asal Usul
B. Kisah Perlawanan
C. Akhir Hidup

BAB III KH Ahmad Dahlan

A. Asal Usul
B. Kisah Perlawanan
C. Akhir Hidup

BAB I

1. Pangeran Diponegoro
A. Asal usul
Pangeran Diponegoro lahir di Yogyakarta pada jumat 11 November 1785
dari ibu yang merupakan seorang selir bernama R.A. Mangkarawati, dan ayahnya
yang bernama Gusti Raden Mas Surojo, yang di kemudian hari naik tahta bergelar
Hamengkubuwono III.

B. Kisah Perlawanan

Perang Diponegoro

Sekitar 1825-1830, Pangeran Diponegoro memimpin Jawa Tengah dan sebagian


Jawa Timur dalam perang besar-besaran yang hampir-hampir meruntuhkan
kekuasaan imperialis Belanda di Indonesia. Perang ini diawali dengan keputusan
dan tindakan Hindia Belanda yang memasang patok-patok di atas lahan milik
Diponegoro di Desa Tegalrejo. Ditambah lagi, Hindia Belanda yang tidak
menghargai adat istiadat setempat serta eksploitasi berlebihan terhadap rakyat
dengan pajak tinggi.

Belanda melakukan berbagai cara untuk menangkap Pangeran Diponegoro dan


pasukannya. Belanda membuat taktik sayembara barang siapa yang bisa
menangkap atau membunuh Pangeran Diponegoro akan diberikan hadiah sangat
besar yaitu 20.000 gulden. Akan tetapi, pengikut Pangeran Diponegoro pada saat
itu tidak goyah akan tawaran tersebut.

C. Akhir Hidup

Akhir hayat Pangeran Diponegoro


Belanda berhasil menangkap Pangeran Diponegoro beserta keluarga dan
pengikutnya pada 20 April 1830 yang kemudian dibawa dengan kapal Pollux
menuju Manado. Sesampainya di Manado, Pangeran Diponegoro dan
rombongannya langsung ditawan di Benteng Amsterdam.

BAB II
2. KH Hasyim Asy’ari
A. Asal usul

H. Muhammad Hasyim Asy’ari dilahirkan pada tanggal 10 April 1875 atau


menurut penanggalan arab pada tanggal 24 Dzulqaidah 1287H di Desa Gedang,
Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Ia putra dari pasangan Kiai Asyari dan Nyai Halimah, Ayahnya Kyai Asyari
merupakan seorang pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan
Jombang. Ia anak ketiga dari 11 bersaudara. Dari garis keturunan ibunya, KH.
Hasyim Asyari punya nasab kedelapan dari Jaka Tingkir (Sultan Pajang).

B. Kisah Perlawanan

Sebagai ulama kharismatik dan tokoh umat, maka Hasyim Asy’ari


mengelorakan semangat perjuangan untuk menentang penjajahan Belanda
terutama dikalangan anak muda atau para santri. Beliau mengajak mereka untuk
berjihad melawan penjajah dan menolak kerjasama dengan penjajah tersebut.
Gerakan perlawanan ini disambut umat untuk membebaskan mereka dari
ketertindasan yang menghinakan menuju kemulian yang membahagiakan.

Demikian juga pada masa penjajahan Jepang, beliau tetap giat membangkitkan
semangat juang generasi muda dan ikut serta dalam perjuangan pada front
terdepan. Hal ini menyebabkan tentara Jepang marah besar dan menangkap
Hasyim Asy’ari dan dimasukkan kedalam penjara. Lalu diasingkan ke Mojokerto
untuk ditahan bersama-sama dengan pejuang lainnya. Berbulan-bulan lamanya
beliau ditahan, namun tidak menyurutkan semangat perjuangannya bahkan justru
semakin menambah energi baru dalam merebut kemerdekaan.

C. Akhir Hidup

Pada tanggal 25 Juli 1947, (07 Ramadhan 1366 H). pada pukul 03.00 pagi,
pejuang besar dan pendidik sejati ini, kembali menemui Tuhannya. Kepergian
beliau ketempat peristirahatan terakhir, diantarkan dengan belasungkawa yang
amat dalam dari hampir seluruh lapisan masyarakat, terutama dari para pejabat
sipil maupun militer, kawan seperjuangan, para ulama, warga NU, dan khususnya
para santri Tebuireng. Umat Islam telah kehilangan pemimpin besarnya yang kini
berbaring di pusara dalam Pesantren Tebuireng. Ketika kita melihat pusaranya
maka tentu akan tergambar betapa agung sosok ulama kharismatik yang telah
memberikan sesuatu yang berharga untuk bangsa besar ini. Semoga pemikiran
dan perjuangan dilanjutkan generasai berikutnya dalam membangun bangsa ini.

BAB III
3. KH Ahmad Dahlan

A. Asal usul

Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Nama kecil KH
Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwis. Ia merupakan anak keempat dari tujuh
orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik
bungsunya.

B. Kisah Perlawanan

Sosok Ahmad Dahlan melekat erat dalam kisah perjalanan Indonesia. 'Sang
Pencerah' yang berasal dari Kauman, Yogyakarta, ini merupakan pendiri
Muhammadiyah, salah satu ormas terbesar di Indonesia yang banyak berperan di
bidang sosial, pendidikan dan kesehatan.
Dari berbagai sumber, Senin (27/7/2015), Ahmad Dahlan lahir dari Yogyakarta
pada 1 Agustus tahun 1868. Dahlan muda, yang dikenal dengan nama
Muhammad Darwis, pada umur 15 tahun berangkat menuju Makkah untuk
menunaikan ibadah haji dan belajar agama.
Lahir dari orang tua yang kental dengan ilmu keagamaan, Ahmad Dahlan
mengikuti jejak ayahnya, K.H Abu Bakar, yang merupakan ulama masjid
kesultanan Yogyakarta. Selama di Mekkah, Ahmad Dahlan belajar dari Syeh
Ahmad Khatib dan ulama-ulama lainnya dan mempelajari pemikiran dari
Muhammad Abduh, Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani,dan Rasyid Ridha.
Setelah kembali ke tanah air, Ahmad Dahlan menikah dengan Siti Walidah yang
kelak menjadi pahlawan nasional. Siti walidah merupakan pendiri dari gerakan
perempuan Aisyiah. Ajaran yang dikembangkan Ahmad Dahlan adalah berfokus
pada sunnah dan Alquran.
Dakwah yang dilakukan oleh Ahmad Dahlan tidaklah selalu mulus. Pertentangan
dan penolakan hingga ancaman pembunuhan dialami Dahlan dalam
mengembangkan Muhammadiyah. Ketika surat permohonan pembentukan
badan hukum Muhammadiyah dikeluarkan pemerintah Hindia Belanda, Ahmad
Dahlan hanya dapat melakukan aktivitasnya di Yogyakarta.

C. Akhir Hidup
Pada usia 54 tahun, tepatnya pada tanggal 23 Februari 1923, Kiai Haji Akhmad
Dahlan wafat di Yogyakarta. Beliau kemudian dimakamkan di kampung
Karangkajen, Brontokusuman, wilayah bernama Mergangsan di Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai