Anda di halaman 1dari 8

Seminar Nasional Tahunan XIII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 13 Agustus 2016

RANCANG BANGUN PERANGKAT KERAS ELEKTRONIS TEKNOLOGI


pBB-08
PEMANTAUAN UNTUK BUDIDAYA LAUT
1 2
Salasi W. Widyanto* dan Susilo Wisnugroho
1
Loka Perekayasaan Teknologi Kelautan, Puslitbang Sumber Daya Laut dan Pesisir
2
Balitbang KP, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Wakatobi
*e-mail: abuyumna26@gmail.com

Abstrak

Teknologi pemantauan budidaya laut secara telemetri nirkabel yang menggabungkan antara
data numerik hasil pembacaan sensor parameter kualitas air laut dengan data visual hasil baca
kamera belum pernah diimplementasikan, sehingga dirumuskanlah inovasi yang bertujuan
untuk membuat prototipe alat tersebut guna memantau kondisi area pengembangan budidaya
laut pada kedalaman tertentu. Tahapan rancang bangun teknologi yang dibuat meliputi
pembuatan konsep desain awal, pemilihan piranti penyusun alat, pengujian awal performa
piranti penyusun alat, pembuatan prototipe alat, dan pengujian sistem secara terpadu. Kegiatan
perekayasaan yang berlangsung dari bulan Januari sampai dengan November 2015 ini, telah
menghasilkan prototipe alat dalam bentuk konfigurasi IP Camera, sensor pemantau parameter
kualitas air laut, sensor controller, dan microcontroller yang ditempatkan dalam acrylic housing
kedap air berbentuk kotak non pejal dengan suplai catu daya dari solar cell system dan sistem
transmisi data hasil integrasi kerja antara Customer Premises Equipment Twisted Pair Link (CP
TP-Link) dengan antena Omni-directional yang dipasang pada stasiun pemantau dan stasiun
induk secara point to point. Integrasi tampilan data numerik yang terdiri dari nilai temperatur,
turbiditas, pH, konduktivitas, Dissolved Oxygen, salinitas air laut, dan data visualisasi kamera
bawah laut di area budidaya laut dapat tersaji dengan baik secara real time dan tersimpan pada
server di stasiun induk.

Kata kunci: budidaya laut, data numerik, data visual, pemantauan, telemetri nirkabel

Pengantar

Perkembangan budidaya dengan metode keramba jaring apung untuk komoditas laut yang
potensial di perairan laut sudah menjadi model pembudidayaan yang digemari oleh masyarakat
nelayan. Untuk menunjang kesuksesan dalam sarana pembudidayaan itu maka dibutuhkan
peralatan yang mampu menunjang informasi kondisi perairan pada sarana budidaya tersebut
setiap saat dengan bentuk data berupa nilai parameter kondisi fisik perairan dan kondisi visual
dari budidaya di dalam air.

Perlunya teknologi telemetri dalam upaya pemantauan kualitas air laut dilatarbelakangi oleh
kenyataan bahwa pengukuran secara manual biasanya hanya dilakukan secara insidental,
sedangkan teknologi ini menawarkan pemantauan secara realtime. Selain itu, ketidakakuratan
pengukuran akibat human error dan efisiensi dan efektivitas waktu pengukuran dalam upaya
pemantauan kualitas air laut secara manual merupakan masalah yang kerap muncul, sehingga
teknologi telemetri menawarkan solusi yang cukup menjanjikan, meskipun belum semua
parameter kualitas air laut dapat diukur dengan teknologi ini. Selain itu, teknologi telemetri
nirkabel yang memadukan integrasi kerja pembacaan data numerik parameter kualitas air laut
dengan data visual hasil baca kamera bawah laut belum pernah diimplementasikan
sebelumnya.

Permasalahan yang mungkin timbul dalam teknologi telemetri nirkabel yang akan dibuat adalah
transfer data video secara realtime. Kelemahan teknologi nirkabel secara umum berupa delay
yang besar, masalah propagasi radio seperti terhalang, terpantul, atau banyaknya sumber
interferensi diestimasikan menjadi sandungan yang cukup signifikan untuk menciptakan suatu
transfer data video yang kontinyu, mengingat kapasitas data video yang ditransfer berukuran
besar dan kecepatan data transfer minimal yang diperlukan sebesar 10 fps (frame per second)

Semnaskan_UGM / Genetika & Bioteknologi (pBB-08)-193


Seminar Nasional Tahunan XIII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 13 Agustus 2016

untuk menghasilkan pergerakan gambar yang halus. Namun, kendala tersebut besar harapan
bisa diatasi dengan pendekatan teknik modulasi dan teknik antenna diversity.

Tujuan yang ingin dicapai adalah membuat prototipe alat untuk memantau kondisi area
pengembangan budidaya laut pada kedalaman tertentu yang bisa menampilkan data numerik
hasil baca sensor parameter kualitas air laut dan data visual hasil baca kamera bawah laut
secara integratif dan simultan.

Bahan dan Metode

Bahan
Bahan yang dipergunakan dalam kegiatan rancang bangun ini ditampilkan dalam tabel berikut
ini:

Tabel1. Komponen perangkat keras elektronis teknologi pemantauan untuk budidaya laut.
No. Bahan Jenis Tipe Daya kerja
1. Power Supply Unit Panel Surya Monocrystalline Power maximum 50 Wp,
maximum power voltage (Vpm)
18,90 V, maximum power current
(Ipm) 2,67 A
Baterei Lead acid Kapasitas 12 V, 7 Ah, energi
density 33.73 wh/kg, cycle life
200 cycle
2. Conductivity Sensor Seri 8306 Kemampuan ukur tingkat daya
hantar listrik 0-199,99 mS/cm.
3. Disolved Oxygen Seri 8402 Kemampuan pengukuran
Sensor 0-199,99 ppm
4. pH Sensor Seri E201 Kemampuan pengukuran
nilai pH 0-14
5. Temperature Sensor Seri DS18B20 Kemampuan pengukuran
0 0
-55 C-125 C.
6. Turbidity Sensor Seri TSD-10 Kemampuan pengukuran
0-4000 NTU
7. IP Camera 4 mm, dengan Kecepatan transmisi dengan
seri H264 dengan gambar video kualitas
tinggi hingga 30 frame per detik
0
8. Digital Compas Seri IC HMC Resolusi keakuratan arah 1 .
5883L
9. Alat Transmisi Data Antena omni 2,4GHz 15 dBi Beroperasi pada frekuensi 2,4-
directional 2,5 GHz, sehingga kuat pancar
0
sinyal di atas radius 360
Data CPE Kecepatan wireless hingga 54
transceiver TL-WA5210G Mbps, koneksi wifi hingga 15 km,
2,4 GHz ketahanan petir 4000 V/15 kV
10. Sistem prosessor Mikrokontroller ATMEGA 32u4 Kinerja tinggi, low power 8 bit
Arduino Leonardo Kecepatan komunikasi data
ethernet shield internet hingga 10 Mbps
11. Sistem Data Logger video recorder 4 chanel H.264 video compression,
kapasitas penyimpanan 1 TB
HDD 1 TB Kapasitas penyimpanan 1 TB

Metode
Aktivitas perekayasaan lebih mengedepankan kegiatan yang berbasis proses sehingga metode
yang digunakan merupakan tahapan-tahapan dari proses tersebut. Tahapan yang digunakan
pada kegiatan rancang bangun sistem telemetri perangkat keras elektronis teknologi
pemantauan untuk budidaya laut mengacu pada tahapan sebuah kegiatan perekayasaan
secara umum yang diringkas dalam beberapa tahapan berikut:

194-Semnaskan_UGM / Salasi W. Widyanto & Susilo Wisnugroho


Seminar Nasional Tahunan XIII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 13 Agustus 2016

1. pembuatan desain konseptual, desain awal, dan desain rinci,


2. pemilihan piranti penyusun alat,
3. pengujian awal performa piranti penyusun alat,
4. pembuatan prototipe alat,
5. pengujian sistem secara terpadu.
Ide rencana

Penentuan Spesifikasi

Spesifikasi/Kriteria

Identifikasi Problem Kritis:


 Tentukan struktur kefungsian
 Cari dasar pemecahan
 Cari pemecahan alternatif
 Evaluasi terhadap kriteria tekno ekonomi

Konsep rancangan

Pilih bentuk dan tata letak


Evaluasi terhadap tekno ekonomi

Lay Out Awal

Optimasi Bentuk Desain


 Cek kesalahan
 Persiapan daftar elemen
 Dokumen produksi

Lay out akhir

Rancangan
Gambar Detail Dokumen Produksi
Detail

Pembuatan Prototipe Prototipe

Perencanaan Pengujian
Pelaksanaan Pengujian Pengujian
Performance (Kalibrasi)
Kriteria Khusus

Hasil Pengujian

Selesai

Gambar 1. Tahapan umum kegiatan perekayasaan (Sumber: adriy.weebly.com/uploads/...


materi_04_-_metode_penelitian.pptx).

Semnaskan_UGM / Genetika & Bioteknologi (pBB-08)-195


Seminar Nasional Tahunan XIII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 13 Agustus 2016

Teknologi integratif sistem pemantauan nirkabel ini terdiri dari dua stasiun, yaitu stasiun
pemantauan di keramba jaring apung dan stasiun induk yang berada di rumah pengelola
keramba jaring apung. Untuk mendapatkan suplai energi pada stasiun induk digunakan listrik
yang berasal dari PLN, sedangkan untuk memberikan suplai energi pada stasiun pemantau
digunakan PLTS mandiri. Langkah awal untuk merancang sistem PLTS mandiri adalah
menentukan kebutuhan total beban yang akan dipasok. Selanjutnya ditentukan asumsi rugi-rugi
(losses) sebesar 15%, karena keseluruhan komponen sistem yang digunakan masih baru.
Bertolak dari langkah tersebut, maka kapasitas daya modul photovoltaic dapat diperhitungkan
dengan memperhatikan beberapa faktor, yaitu kebutuhan energi sistem alat yang diisyaratkan,
insolasi matahari, dan faktor penyesuaian. Faktor penyesuaian pada kebanyakan instalasi
PLTS adalah 1,1 (Bien et al., 2008). Menurut Bien et al., (2008), kapasitas daya modul dapat
dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

Kapasitas Modul ......(1)

Menurut Papadopoulou (2011), jumlah modul yang digunakan memenuhi persamaan berikut,

Jumlah modul ......(2)

Sedangkan sistem penyimpanan energi dari panel surya menggunakan baterai yang digunakan
sebagai media penyimpanan energi dengan siklus pengisian (charging) dan pengosongan
(discharging). Kapasitas suatu baterai menyatakan berapa lama kemampuan untuk
memberikan aliran listrik, pada tegangan tertentu yang dinyatakan dalam Ampere-hour.
Kapasitas baterai dinyatakan dalam persamaan (Hankins, 2010):

......(3)

Keterangan: C : Kapasitas battery (Ah);


E : Energi total yang harus disupply photovoltaic (Wh);
Vb : Tegangan kerja battery (volt);
DOD : Tingkat pengosongan battery (%). Besarnya nilai ini maksimal sebesar
80% ;dan
𝛈total : Efisiensi total photovoltaic (%). Jika DOD bernilai 80%, maka nilai
efisiensi total photovoltaic juga relatif sama sebesar 80%.

Untuk mengatur besarnya arus dan tegangan dari photovoltaic ke baterai digunakan Battery
Controll Regulator (Bien et al., 2008).

Hasil dan Pembahasan

Hasil
Rancang bangun prototipe ini menggunakan konsep dasar seperti pada gambar sebagai
berikut:

Gambar 2. Konsep bagan prototipe alat teknologi pemantauan untuk budidaya laut.

196-Semnaskan_UGM / Salasi W. Widyanto & Susilo Wisnugroho


Seminar Nasional Tahunan XIII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 13 Agustus 2016

Prototipe alat teknologi pemantauan untuk budidaya laut yang dihasilkan merupakan inovasi
teknologi telemetri nirkabel yang mengintegrasikan proses penyimpanan data angka hasil baca
sensor-sensor pemantau kualitas air laut dengan data visual video hasil baca IP Camera.
Sistem ini dipasang pada sarana budidaya laut berupa Sarana Budidaya Rumput Laut
(SARLAN) dan Keramba Jaring Apung (KJA) dengan harapan dapat memberikan kontribusi
dalam upaya pemantauan budidaya laut. Alat ini terdiri dari komponen utama IP Camera dan
sensor-sensor pemantau kualitas air laut (temperature sensor, turbidity sensor, conductivity
sensor, pH sensor, dan dissolved oxygen sensor) dengan suplai daya dari PLTS di stasiun
pemantau yang hasil bacanya ditransmisikan oleh perpaduan kinerja perangkat Customer
Premises Equipment Twisted Pair Link dan antena omni-directional. Hasil tampilan datanya
divisualisasikan oleh display monitor di stasiun induk setelah diolah sedemikan rupa melalui
mekanisme penguatan sinyal, penghilangan derau (noise), linearisasi, konversi, filtering dan
impedance matching, serta penyetingan IP Address. Data angka pembacaan sensor kualitas air
laut hasil pembacaan disimpan pada media logger yang berada pada stasiun induk di rumah
pengelola keramba. Penyimpanan hasil pembacaan data kualitas air laut ini melakukan update
setiap 5 detik.

(a) (b) (c) (d)

Gambar 3. (a) Prototipe alat yang dipasang di bawah permukaan laut, (b) Prototipe alat berada
pada Keramba Jaring Apung, (c) Tampilan data visual, (d) Tampilan data angka
(numeric) parameter kualitas air laut.

Pembahasan
Power supply unit terdiri dari komponen utama berupa panel surya, charge controller, dan
baterei. Perangkat ini merupakan catu daya di stasiun pemantau untuk menyuplai energi yang
dibutuhkan beban berupa seperangkat sensor dan kamera yang dikemas dalam acrylic
housing. Total kebutuhan energi ditampilkan dalam tabel berikut:

Tabel 2. Data beban komponen elektronis yang disuplai oleh solar cell system.
Daya Total Daya Intensitas/hari Energi
No. Beban Jumlah
(W) (W) (jam (h) (Wh)
1, IP Camera 2,4 4 9,6 24 230,4
2, Sensor DO 0,3 1 0,3 24 7,2
3, Sensor EC 0,225 1 0,225 24 5,4
4, Sensor Temperatur 0,0075 1 0,0075 24 0,18
5, Sensor Turbiditas 0,15 1 0,15 24 3,6
6, Router/cpe max 12 1 12 24 288
7, Arduino 0,225 1 0,225 24 5,4
8, AVR ATMega 32u4 0,1925 1 0,1925 24 4,62
9, Kompas 0,00036 1 0,00036 24 0,00864
10, LAN Hub 0,375 1 0,375 24 9
11, Sensor Kebocoran 0,00025 1 0,00025 24 0,006
12, Lampu Sinyal-Pulsed 0,24 1 0,24 24 5,76
Total Energi (ET) 559.5746
Total energi yang harus dipasok (ET + rugi-rugi 15%) 643.5108

Berdasarkan perhitungan rumus yang telah dipaparkan pada metode di atas dan jumlah jam
kerja matahari rata-rata setahun di wilayah Sulawesi Tenggara pada tahun 2013 adalah
sebesar 4.360 (Sumber: Stasiun BMKG Bau-bau), maka didapatkan hasil sebagai berikut.

Semnaskan_UGM / Genetika & Bioteknologi (pBB-08)-197


Seminar Nasional Tahunan XIII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 13 Agustus 2016

Kapasitas Modul ......(4)

Sehingga. jumlah modul yang digunakan adalah

Jumlah modul ......(5)

Dalam ujicoba yang dilakukan. baterei yang digunakan sebanyak 2 unit dengan kapasitas 12
Volt 7 Ah. Baterei disusun secara paralel agar didapatkan nilai tegangan yang selalu sama
pada sistem. Hasil yang menunjukkan kinerja baterei untuk menyuplai beban dalam durasi
waktu tertentu ditampilkan dalam tabel berikut:

Tabel 3. Data durasi waktu kinerja baterei dengan total kapasitas 12 V 14 Ah.
Waktu beban mulai
No. Hari/Tanggal Waktu beban mati Durasi waktu
hidup
1. 11 September 2015 07:04:17 20:08:34 13 jam 4’ 17”
2. 12 September 2015 06:59:08 20:06:00 13 jam 6’ 52”
3. 13 September 2015 07:06:23 19:58:24 12 jam 52’ 1”
4. 14 September 2015 07:13:01 20:04:02 12 jam 55’ 1”
5. 15 September 2015 07:01:11 20:05:14 13 jam 4’ 3”
6. 16 September 2015 06:58:46 20:06:17 13 jam 7’ 31”
7. 17September 2015 06:59:00 19:59:57 13 jam 0’ 57”
8. 18 September 2015 07:04:23 20:01:38 12 jam 57’ 15”
9. 19 September 2015 07:07:59 19:59:44 12 jam 51’ 45”
10. 20 September 2015 06:58:34 20:00:39 13 jam 2’ 5”

Kinerja keseluruhan sistem yang telah dipasang tercermin dalam tampilan hasil akhir pada
stasiun induk saat dilakukan ujicoba pertama kali pada tanggal 8 September 2015. Tampilan
tersebut terangkum dalam tabel berikut:

Tabel 4. Data keluaran akhir hasil instalasi sistem pada stasiun induk.
Nilai
No. Tanggal Waktu Suhu DO Conductivity Salinity Turbidity Comp
0 pH
( C) (%) (µS) (ppt) (NTU) as
1. 08/09/2015 11:36:40 26.5 8.47 98.3 53300 32.9 196.6553 150.6
2. 08/09/2015 11:38:03 26.5 8.48 93.9 53800 33.2 188.4155 142.7
3. 08/09/2015 11:38:08 26.5 8.48 93.2 53800 33.3 180.1758 135.8
4. 08/09/2015 11:38:52 26.5 8.48 91.8 53800 33.3 213.1348 134.7
5. 08/09/2015 11:38:58 26.5 8.48 91.6 54100 33.5 215.8813 141.1
6. 08/09/2015 11:39:03 26.5 8.48 88.6 53800 33.3 221.3745 138.6
7. 08/09/2015 11:39:08 26.5 8.48 87.8 53600 33.1 221.3745 132
8. 08/09/2015 11:42:39 26.5 8.49 82.9 53700 33.2 207.6416 138.7
9. 08/09/2015 11:42:46 26.5 8.49 82.7 53300 33 204.895 136.2

Dari data tersebut terlihat bahwa fluktuasi nilai setiap parameter yang diukur tidak terjadi secara
signifikan. sehingga bisa dikatakan sistem bekerja dengan stabil dan terukur.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan
Berdasarkan tujuan.hasil. dan pembahasan dalam pembuatan prototipe alat ini. maka dapat
diambil kesimpulan bahwa prototipe alat yang merupakan penerapan teknologi nirkabel untuk
memantau keadaan bawah laut dengan kamera yang dilindungi oleh housing dan memantau
kualitas air laut dengan beberapa parameter yang bisa diukur oleh sensor yang dipasang pada
platform Keramba Jaring Apung (Tuna Pakan Mandiri/TPM) dan Sarana Budidaya Rumput Laut

198-Semnaskan_UGM / Salasi W. Widyanto & Susilo Wisnugroho


Seminar Nasional Tahunan XIII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 13 Agustus 2016

(SARLAN) telah berhasil dibuat dan beroperasi sesuai dengan fungsi kerjanya dengan
beberapa kelebihan dan kekurangan.

Saran
1. PLTS di stasiun pemantau dengan dukungan 2 buah baterei lead acid masing-masing
berkapasitas 12 V. 7 Ah hanya mampu menyuplai energi sekitar 13 jam dalam sehari. Oleh
karena itu. diperlukan penambahan jumlah baterei sebanyak 2 unit agar bisa beroperasi
penuh selama 24 jam.
2. Pemanfaatan teknologi ini di daerah taman laut nasional bisa dikembangkan sebagai salah
satu sarana daya tarik wisata untuk memvisualisasikan video keindahan karang dan
ekosistem bawah laut
3. Teknologi ini juga dapat dimanfaatkan pada perairan darat untuk memantau lingkungan dan
objek budidaya perairan yang dikembangkan.

Ucapan Terima Kasih

Terima kasih disampaikan kepada Loka Perekayasaan Teknologi Kelautan atas alokasi
anggaran perekayasaan yang dikucurkan melalui skim DIPA LPTK 2016 beserta jajaran
pimpinan dan rekan-rekan yang membantu memberikan motivasi positif bagi penulis.

Daftar Pustaka

Bien. L.E.. I. Karim & W. Wibowo. 2008. Perancangan sistem hibrid pembangkit listrik tenaga
surya dengan jala-jala listrik PLN untuk rumah. Jurnal Teknik Elektro Universitas
Trisakti (JETri). Jakarta. 41-43p

Elind. C. 2012. Kelebihan dan kelemahan jaringan nirkabel (wireless). [online]. (http://
cintiaelind. blogspot. co. id/ 2012/ 09/ kelebihan-dan-kelemahan-jaringan.html. diakses
tanggal 6 Juni 2016).

Elind. C. 2014. Konsep dasar video streaming. [online]. (http:// cintiaelind. blogspot. co. id /
2014/ 02/ konsep-dasar-video-streaming.html. diakses tanggal 6 Juni 2016).

Gunawan. A. 2013. Keunggulan/Kelebihan dan kelemahan jaringan nirkabel (wireless). [online].


(http:// besoklagiaja. blogspot. co. id/ 2013/ 07/ keunggulankelebihan-dan-
kelemahan_28.html. diakses: 6 Juni 2016).

Hankins. M. 2010. Stand-alone solar electric systems. Earthscan. London. 249 hal

Istiyanto. J.E. 2014. Pengantar elektronika dan instrumentasi pendekatan project arduino dan
android. Andi. Yogyakarta. 420p

Papadopoulou, E.V.M. 2011. Photovoltaic industrial systems an environmental


approach.Springer. Berlin. 161p

Pratama. I.P.A. E. & S. Suakanto. 2015. Wireless sensor network. Informatika. Bandung. 604
hal.

Setiawan. I. (2009) Buku ajar sensor dan transduser. Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Press. Semarang. 24p

Stallings. W. 2007. Komunikasi & jaringan nirkabel jilid 1. Erlangga. Jakarta. 291p

Stallings. W. 2007. Komunikasi & jaringan nirkabel jilid 2. Erlangga. Jakarta. 374p

Wahyudi. H.Z. Konsep dasar video. [online]. (http://digitalview.weebly.com/konsep-dasar-


video.html. diakses tanggal 6 Juni 2016).

Semnaskan_UGM / Genetika & Bioteknologi (pBB-08)-199


Seminar Nasional Tahunan XIII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 13 Agustus 2016

200-Semnaskan_UGM / Salasi W. Widyanto & Susilo Wisnugroho

Anda mungkin juga menyukai