Anda di halaman 1dari 48

RANCANG BANGUN PENENTU JARAK AMAN

DAN INTENSITAS CAHAYA TELEVISI


OTOMATIS DENGAN MENGGUNAKAN
METODE PERBANDINGAN DIAGONAL LAYAR
BERBASIS ARDUINO

DESIGN OF SAFETY DISTANCE DETECTION


AND LIGHT INTENSITY OF AUTOMATIC
TELEVISION USING ARDUINO BASED SCREEN
DIAGONAL METHOD

PROPOSALPROYEKAKHIR

Juntrismon Sirenden
6702164032

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KOMPUTER


FAKULTAS ILMU TERAPAN
UNIVERSITAS TELKOM
BANDUNG, 2019
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era sekarang banyaknya tingkat pengguna televisi saat ini mengakibatkan


efek yang sangat besar terhadap kesehatan manusia terutama pada indera
penglihatan yaitu mata yang diakibatkan paparan radiasi dari tampilan layar
televisi yang digunakan. Perilaku masyarakat dalam menonton televisi dan
terutama anak-anak serta orang dewasa yang sekarang ini kurang
memperhatikan jarak yang ideal dalam menonton televisi dan intensitas
cahaya yang aman saat menonton televisi sudah menjadi faktor utama dalam
mempengaruhi dalam kesehatan mata serta karena belum adanya suatu
sistem yang bersifat efektif yang dapat menimimalkan dampak dari paparan
sinar televisi yang diterima oleh mata.
Menonton televisi dengan jarak pandang yang terlalu dekat berakibatkan
buruk untuk kesehatan mata seperti rabun jauh, rabun dekat, kaburnya
pandangan hingga efek terburuknya kebutaan. Dan termasuk kurangnya
dalam intensitas cahaya disekitar ruangan juga sangat dapat memengaruhi
untuk kesehatan mata dikarenakan mata dipaksa harus melihat cahaya yang
terang di satu titik sumber cahaya, dimana suatu intensitas cahaya ini yang
ideal adalah perbandingan dari nilai kecerahan (Brightness) televisi dengan
suatu cahaya disekitar ruangan.
Menurut Dr. Hardiono D Pusponegoro SpA (K) “mata memiliki peran
terpenting bagi perkembang kecerdasan manusia”. Mata memilik lensa mata
yang dapat berubah sejalan dengan usianya, perubahan warna lensa yang
melewati lensa. Maka, semakin bertambah usia manusia, semakin kecil resiko
terganggunya lensa akibat sinar biru. Sinar biru adalah sinar dengan panjang
gelombang 400-500 nm (nanometer), sumber terdekatnya adalah lampu
layar telivisi. Resiko kerusakan mata terjadi tergantung dari panjang cahaya
yang diterima oleh mata, intensitas durasi paparan yang diterima mata. Dan

1
untuk mengurangi sebuah dampak dari paparan yang diterima oleh mata
yang diakibatkan oleh kurangnya kesadaran manusia akan terhadap
keamanan menonton televisi dengan membuat suatu alat pendeteksi
pengaman yang meliputi penentuan jarak aman dan intensitas cahaya
ruangan sebagai upaya menjaga kesehatan mata.
Maka berdasarkan pemikiran diatas penulis bermaksud untuk mengangkat
judul “Rancang Bangun Penentu Jarak Aman Dan Intensitas Cahaya Televisi
Otomatis Dengan Menggunakan Metode Perbandingan Diagonal Layar
Berbasis Arduino”. Dimana sistem alat ini telah diterapkan suatu metode
yang bertujuan untuk mempermudah pemakaian dan sistem kerja alat.
Metode yang digunakan yaitu metode perbandingan diagonal layar, dimana
tinggi dan lebar televisi atau disebut diagonal televisi dibandingkan dengan
penentuan objek didepannya, jadi semakin besarnya diagonal televisi
semakin jauh jarak aman dalam menonton televisi. Alat ini akan membantu
untuk memberikan informasi sebuah notifikasi terhadap pengguna televisi
yang mengenai jarak aman dan kondisi intesitas cahaya yang terdapat
disekitar televisi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya maka


didapatkan perumusan masalah tentang,
1. Bagaimana menentukan rancangan sistem yang efektif untuk mengurangi
dampak buruk dalam penggunaan televisi?
2. Bagaiman menentukkan jarak aman menonton tv berdasarkan dimensi tv?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan pembuatan proposal laporan akhir ini adalah :


1. Dapat merancang sebuah alat keamanan jarak dan intensitas cahaya dalam
menonton televisi.

2
2. Dapat memberikan informasi jarak aman serta intensitas cahaya ruangan
yang ideal pada saat menonton televise berdasarkan dimensi tv.

1.4 Batasan Masalah

Agar pembahasan ini tidak menyimpang dari tujuan, maka perlu dibuat suatu
batasan masalah yaitu:
1. Sensor yang akan digunakan pada alat ini adalah sensor ultrasonik sebagai
pengukur jarak dan Sensor LDR sebagai pengukur intensitas cahaya
2. Rancang bangun ini menggunakan buzzer sebagai peringatan bunyi
3. Rancang bangun ini juga menggunakan relay sebagai pemutus tegangan
yang akan digunakan untuk menonaktifkan televisi.

1.5 Definisi Operasional

Televisi merupakan alat elektronik untuk media penyampain informasi yang


bersifat audio visual, dalam penggunaanya tidak mengetahui jarak aman dan
kondisi intensitas cahaya yang ideal dalam menonton televisi untuk itu
dibuatlah suatu sistem yang dapat memberikan informas mengenai kondisi
jarak dan intensitas cahaya yang ideal serta sistem dapat memberikan kondisi
mematikan televisi apabila kondisi tidak terpenuhi. Penerapan metode
perbandingan diagonal layar digunakan agar dapat digunakan diberbagai
jenis ukuran televisi, sistem ini dikontrol oleh IC berupa mikrokontroler
sebagai pengendali utama sistem, sensor jarak menggunakan ultrasonik dan
sensor cahaya menggunakan LDR serta untuk output sistem menggunakan
display LCD sebagai penampil informasi.

1.6 Metode Pengerjaan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode waterfall. Model
SDLC air terjun (waterfall) sering juga disebut model sekuensial linier
(sequential linear) atau alur hidup klasik (classic life cycle). Model air terjun
(waterfall) menyediakan pendekatan alur hidup perangkat lunak secara
sekuensial atau terurut dimulai analisis, desain, pengodean, pengujian.
3
a. Metode Studi Pustaka
Yaitu merupakan metode pengumpulan data mengenai fungsi dan cara
kerja masing-masing alat serta komponen- komponen lainnya yang
bersumber dari buku, internet, artikel dan lain-lain. Metode ini dilakukan
untuk membantu Penulis dalam pembuatan Proyek Akhir.
b. Metode Eksperimen
Yaitu tahap perancangan alat yang akan dibuat terdiri dari perancangan
rangkaian, membuat layout dan merealisasikan nya pada papan PCB.
c. Metode Konsultasi / Wawancara
Yaitu metode pengumpulan data dengan bertanya kepada para dosen
khususnya dosen pembimbing serta instruktur yang berhubungan dengan
judul yang Penulis bahas.
d. Pembuatan
Pada tahap pembuatan (construction) ini merupakan proses pembuatan
sistem sesuai dengan kebutuhan yang telah dianalisis sebelumnya.e.
Pengkodean
Untuk dapat dimengerti oleh mesin, dalam hal ini adalah komputer, maka
desain tadi harus diubah bentuknya menjadi bentuk yang dapat dimengerti
oleh mesin, yaitu ke dalam bahasa pemrograman melalui proses coding
f. Pengujian
Sesuatu yang dibuat diujicobakan. Demikian juga dengan software. Semua
fungsi- fungsi software harus diujicobakan, agar software bebas dari error,
dan hasilnya harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan yang sudah
didefinisikan sebelumnya.

4
1.7 Jadwal Pengerjaan

Waktu Pelaksanaan Proyek Akhir Tahun 2019

No Uraian Februari Maret April Mei


Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Metode
Studii
pustaka

2 Metode
Eksperimen

3 Metode
Konsultasi/W
awancara

4 Pembuatan

5 Pengkodean

6 Metode
Pengujian

5
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Sebelumnya

Pada pelnelitian sebelumnya penulis juga menggunakan metode


perbandingan diagonal layar namun, sistemnya berbeda. Sistem yang
dibuat dikontrol oleh IC berupa mikrokontroler sebagai pengendali
utama sistem

Tabel 2. 1 aplikasi yang digunakan dalam system monitoring

No Nama Peneliti Judul Hardware &


Software

1. Muhammad OTOMATISASI PENDETEKSI Mikrokontroler


iksan JARAK AMAN DAN ATMega 8535,
INTENSITAS CAHAYA Sensor Ultrasonic,
DALAM MENONTON
Sensor LDR, Display
TELEVISI DENGAN METODE
PERBANDINGAN DIAGONAL LCD Buzzer, Relay,
LAYAR BERBASIS Transistor Resistor,
MIKROKONTROLER ATMEGA Kapasitor, Ic
8535 Regulator, LM 317T
Dioda, Push Botton
2 Verna A. Suoth Rancang bangun alat Arduino Nano,
pendeteksi intensitas cahaya Sensor ldr, Luxmeter,
berbasis Sensor Light Display LCD, Resistor,
Dependent Resistance (LDR) Serial I2C, Jumper,
Project Board

3 Mochammad ALAT PENDETEKSI TELUR Sensor LDR,


Hamdani , MENGGUNAKAN SENSOR Mikrokontroler,
Luqman CAHAYA DAN ATmega 8 ,LCD 4x20,
Affandi , BAHASA C Analog, digital
Syahminan converter, ADC
0804/0808, Kristal,
Trimpot, Resistor,
Relay, Lampu,
Bolam/dop

6
2.2.1 Arduino Uno

Gambar 2.2 Arduino Uno (1)


Arduino Uno adalah board mikrokontroler berbasis ATmega328 (datasheet).
Memiliki 14 pin input dari output digital dimana 6 pin input tersebut dapat
digunakan sebagai output PWM dan 6 pin input analog, 16 MHz osilator
kristal, koneksi USB, jack power, ICSP header, dan tombol reset. Untuk
mendukung mikrokontroler agar dapat digunakan, cukup hanya
menghubungkan Board Arduino Uno ke komputer dengan menggunakan
kabel USB atau listrik dengan AC yang-ke adaptor-DC atau baterai untuk
menjalankannya. Uno berbeda dengan semua board sebelumnya dalam hal
koneksi USB-to-serial yaitu menggunakan fitur Atmega8U2 yang diprogram
sebagai konverter USB-to-serial berbeda dengan board sebelumnya yang
menggunakan chip FTDI driver USB-to-serial. Nama “Uno” berarti satu dalam
bahasa Italia, untuk menandai peluncuran Arduino 1.0. Uno dan versi 1.0 akan
menjadi versi referensi dari Arduino. Uno adalah yang terbaru dalam
serangkaian board USB Arduino, dan sebagai model referensi untuk platform
Arduino, untuk perbandingan dengan versi sebelumnya, lihat indeks board
Arduino. (1)

7
Ringkasan Spesifikasi

Mikrokontroler ATmega328
Operasi tegangan 5Volt
Input tegangan disarankan 7-11Volt
Input tegangan batas 6-20Volt
Pin I/O digital 14 (6 bisa untuk PWM)
Pin Analog 6
Arus DC tiap pin I/O 50mA
Arus DC ketika 3.3V 50Ma
Memori flash 32 KB (ATmega328) dan 0,5 KB digunakan oleh bootloader
SRAM 2 KB (ATmega328)
EEPROM 1 KB (ATmega328)
Kecepatan clock 16 MHz

2.2.2 Sensor Ultrasonik SRF-05

Gambar 2.3 Sensor Ultrasonik SRF-05 (2)


SRF05 merupakan sensor pengukur jarak yang menggunakan ultrasonik.
Dimana prinsip kerja sensor Ultrasonik ini adalah Pemancar (transmitter)
mengirimkan seberkas gelombang ultrasonik, lalu diukur waktu yang
dibutuhkan hingga datangnya pantulan dari objek. Lamanya waktu ini
sebanding dengan dua kali jarak sensor dengan obyek, sehingga didapat jarak
sensor dengan objek yang bisa ditentukan dengan persamaan.
Ultrasonik adalah suara atau getaran dengan frekuensi yang terlalu tinggi
untuk bisa didengar oleh telinga manusia, yaitu kira-kira di atas 20 KiloHertz.

8
Hanya beberapa hewan, seperti lumba-lumba menggunakannya untuk
komunikasi, sedangkan kelelawar menggunakan gelombang ultrasonik untuk
navigasi. Dalam hal ini, gelombang ultrasonik merupakan gelombang ultra (di
atas) frekuensi gelombang suara (sonik). Ultrasonic sensor (juga dikenal
sebagai mengirim dan menerima) bekerja pada prinsip yang mirip
dengan radar atau sonar yang mengevaluasi atribut target dengan
menginterpretasikan gema dari radio atau gelombang suara masing-
masing. Sensor ultrasonik menghasilkan gelombang suara frekuensi tinggi
dan mengevaluasi gema yang diterima kembali oleh
sensor. Sensor menghitung interval waktu antara pengiriman sinyal dan
menerima gema untuk menentukan jarak ke objek. Sensor Ultrasonik
Devantech SRF-05 dengan spesifikasi sebagai berikut :
1. Bekerja pada tegangan DC 5 volt
2. Beban arus sebesar 30 mA – 50 mA
3. Menghasilkan gelombang dengan frekuensi 40 KHz
4. Jangkauan jarak yang dapat dideteksi 3 cm – 400 cm
5. Membutuhkan trigger input minimal sebesar 10 uS
6. Dapat digunakan dalam dua pilihan mode yaitu input trigger dan
output echo terpasang pada pin yang berbeda atau input trgger dan
output echo terpasang dalam satu pin yang sama.(2)

9
Mode 1- SRF05 - Trigger dan Echo terpisah
Pada mode ini, untuk mengakses input dan output digunakan pin
sensor utrasonik yang berbeda. Artinya satu pin akan berfungsi sebagai
transmitter dan satu pin sisanya berfungsi sebagai receiver. Jadi antara Triger
dan Echo di bedakan. (2)

Gambar 2.4 Mode 1 SRF-05 (2)


Timing diagram SRF05 mode trigger dan echo yang terpisah adalah sebagai
berikut

Gambar 2.5 Timing Diagram SRF-05 (2)

Mode 2- SRF05 - Trigger dan echo dalam 1 pin


Pada mode ini menggunakan 1 pin untuk digunakan sebagai trigger dan echo.
Untuk menggunakan mode ini, hubungkan pin mode pada 0V / ground. Sinyal

10
echo dan sinyal trigger di dapat dari 1 pin saja dengan delay antara sinyal
trigger dan sinyal echo kurang lebih 700 us.

Gambar 2.6 Mode 2 SRF-05 (2)


Timing diagram SRF05 mode trigger dan echo yang jadi satu adalah sebagai
berikut:

Gambar 2.7 Timing Diagram SRF-05 (2)

2.2.3 Liquid Crystal Display (LCD)

11
Gambar 2.8 Display LCD 16x2 (3)
Display elektronik adalah salah satu komponen elektronika yang berfungsi
sebagai tampilan suatu data, baik karakter, huruf ataupun grafik. Liquid Cristal
Display (LCD) adalah salah satu jenis display elektronik yang dibuat dengan
teknologi CMOS logic yang bekerja dengan tidak menghasilkan cahaya tetapi
memantulkan cahaya yang ada di sekelilingnya terhadap front-lit atau
mentransmisikan cahaya dari back-lit. Liquid Cristal Display ( LCD) berfungsi
sebagai penampil data baik dalam bentuk karakter, huruf, angka ataupun
grafik.(3)

2.2.3.1 Material Liquid Cristal Display (LCD)


LCD adalah lapisan dari campuran organik antara lapisan kaca bening dengan
elektroda transparan indium oksida dalam bentuk tampilan seven-segment
dan lapisan elektroda pada kaca belakang. Ketika elektroda diaktifkan dengan
medan listrik (tegangan), molekul organik yang panjang dan silindris
menyesuaikan diri dengan elektroda dari segmen. Lapisan sandwich memiliki
polarizer cahaya vertikal depan dan polarizer cahaya horizontal belakang yang
diikuti dengan lapisan reflektor. Cahaya yang dipantulkan tidak dapat
melewati molekul-molekul yang telah menyesuaikan diri dan segmen yang
diaktifkan terlihat menjadi gelap dan membentuk karakter data yang ingin
ditampilkan. (3)

Mengendali LCD

Dalam modul LCD terdapat microcontroller yang berfungsi sebagai


pengendali tampilan karakter LCD. Microntroller pada suatu LCD dilengkapi
dengan memori dan register. Memori yang digunakan microcontroler internal
LCD adalah :
1. Display Data Random Access Memory (DDRAM)merupakan memori
tempat karakter yang akan ditampilkan berada.

12
2. Character Generator Random Access Memory (CGRAM) merupakan
memori untuk menggambarkan pola sebuah karakter dimana bentuk
dari karakter dapat diubah-ubah sesuai dengan keinginan.
3. Character Generator Read Only Memory (CGROM) merupakan
memori untuk menggambarkan pola sebuah karakter dimana pola
tersebut merupakan karakter dasar yang sudah ditentukan secara
permanen oleh pabrikan pembuat LCD (Liquid Cristal Display) tersebut
sehingga pengguna tinggal mangambilnya sesuai alamat memorinya
dan tidak dapat merubah karakter dasar yang ada dalam CGROM. [3]
Register control yang terdapat dalam suatu LCD diantaranya adalah :
1. Register perintah yaitu register yang berisi perintah-perintah dari
mikrokontroler ke panel LCD (Liquid Cristal Display) pada saat proses
penulisan data atau tempat status dari panel LCD (Liquid Cristal
Display) dapat dibaca pada saat pembacaan data.
2. Register data yaitu register untuk menuliskan atau membaca data dari
atau ke DDRAM. Penulisan data pada register akan menempatkan
data tersebut ke DDRAM sesuai dengan alamat yang telah diatur
sebelumnya.
Pin kaki atau jalur input dan kontrol dalam suatu LCD diantaranya adalah :
1. Pin data adalah jalur untuk memberikan data karakter yang ingin
ditampilkan menggunakan LCD (Liquid Cristal Display) dapat
dihubungkan dengan bus data dari rangkaian lain seperti
mikrokontroler dengan lebar data 8 bit.
2. Pin Register Select (RS) berfungsi sebagai indikator atau yang
menentukan jenis data yang masuk, apakah data atau perintah.
Logika low menunjukan yang masuk adalah perintah, sedangkan
logika high menunjukan data.
3. Pin R/W (Read Write) berfungsi sebagai instruksi pada modul jika
low tulis data, sedangkan high baca data.

13
4. Pin E (Enable) digunakan untuk memegang data baik masuk atau
keluar.
5. Pin VLCD berfungsi mengatur kecerahan tampilan (kontras)
dimana pin ini dihubungkan dengan trimpot 5 Kohm, jika tidak
digunakan dihubungkan ke ground, sedangkan tegangan catu daya
ke LCD sebesar 5 Volt. (3)
2.2.4 Relay

Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan merupakan
komponen Electromechanical (Elektromekanikal) yang terdiri dari 2 bagian
utama yakni Elektromagnet (Coil) dan Mekanikal (seperangkat Kontak
Saklar/Switch). Relay menggunakan Prinsip Elektromagnetik untuk
menggerakkan Kontak Saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil (low
power) dapat menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi. Sebagai
contoh, dengan Relay yang menggunakan Elektromagnet 5V dan 50 mA
mampu menggerakan Armature Relay (yang berfungsi sebagai saklarnya)
untuk menghantarkan listrik 220V 2A. [4]
Gambar Relay dan Bentuk Simbol Relay
Dibawah ini adalah gambar bentuk Relay dan Simbol Relay yang sering
ditemukan di Rangkaian Elektronika. (4)

14
SIMBOL RELAY NORMALLY OPEN NORMALLY CLOSE

Gambar 2.10 Relay dan Simbol Relay (4)

1. Prinsip Kerja Relay


Pada dasarnya, Relay terdiri dari 4 komponen dasar yaitu :
a. Electromagnet (Coil)
b. Armature
c. Switch Contact Point (Saklar)
d. Spring
Berikut ini merupakan gambar dari bagian-bagian Relay :

Gambar 2.11 Struktur Sederhana Relay (4)


Kontak Poin (Contact Point) Relay terdiri dari 2 jenis yaitu :
1. Normally Close (NC) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan
selalu berada di posisi CLOSE (tertutup)
2. Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan
selalu berada di posisi OPEN (terbuka)
Berdasarkan gambar diatas, sebuah Besi (Iron Core) yang dililit oleh
sebuah kumparan Coil yang berfungsi untuk mengendalikan Besi tersebut.
Apabila Kumparan Coil diberikan arus listrik, maka akan timbul gaya
Elektromagnet yang kemudian menarik Armature untuk berpindah dari Posisi

15
sebelumnya (NC) ke posisi baru (NO) sehingga menjadi Saklar yang dapat
menghantarkan arus listrik di posisi barunya (NO). Posisi dimana Armature
tersebut berada sebelumnya (NC) akan menjadi OPEN atau tidak
terhubung. Pada saat tidak dialiri arus listrik, Armature akan kembali lagi ke
posisi Awal (NC). Coil yang digunakan oleh Relay untuk menarik Contact Poin
ke Posisi Close pada umumnya hanya membutuhkan arus listrik yang relatif
kecil. (4)

2.2.5 Regulator Tegangan LM2596

Modul Step-Down Voltage Regulator/ DC Buck Converter adalah modul yang


sangat praktis digunakan untuk mengkonversi atau menurunkan tegangan
dari catu daya sumber menjadi tegangan keluaran yang lebih rendah. Modul
elektronika ini menggunakan Integrated Circuit/ IC LM2596, 3A Step-
Down.(5)

Gambar 2.13 Regulator Tegangan LM2596 (5)


Chip LM2596 bekerja pada switching frequency 150 kHz, memungkinkan
komponen penyaring berukuran lebih kecil dibanding komponen penyaring
yang biasa dibutuhkan oleh switching regulator berfrekuensi rendah.
Produsen IC ini menjamin toleransi perbedaan tegangan keluaran hanya ±4%
pada tegangan masukan dan kondisi beban keluaran sesuai spesifikasi, dan
±15% toleransi pada frekuensi osilator. IC ini dapat ditidurkan secara
eksternal, dengan konsumsi daya hanya sebesar 80µA pada moda siaga. Fitur
proteksi termasuk pembatas arus pengurang frekuensi dua tahap (two stage

16
frequency reducing current limit) untuk output switchdan fitur mematikan
chip secara otomatis pada kondisi kelebihan panas (over termperature). (5)

Gambar 2.14 Rangkaian Regulator Switching LM2596 [7]


Sesuai dengan namanya regulator switching bekerja dengan sistem switching
/ saklar yang artinya bekerja pada 2 kondisi, ON-OFF. Tegangan akan di-saklar
sesuai dengan tegangan umpan balik ke pin Feedback. Di dalam LM2596 pin
Feedback terhubung dengan penguat kemudian masuk ke komparator
dibandingkan dengan yang suatu nilai tegangan. Keluaran komparator ini
menentukan keadaan output switching. Tegangan pembanding pada
komparator sama dengan tegangan output untuk tipe fix output sedangkan
untuk tipe adj (adjustable) tegangan pembandingnya 1.23V. Kecepatan
penyaklaran (ON-OFF) LM2596 adalah 150kHz. (5)
Berikut adalah aliran arus pada LM2596 saat output ON.

Gambar 2.15 Aliran Arus LM2596 ON.(5)


Pada saat ON maka arus akan mengalir dari Output ke Cout melalui induktor.
Pada saat OFF:

Gambar 2.16 Aliran arus LM2596 OFF.(5)

17
Seperti yang diketahui, induktor dapat menyimpan arus dalam waktu yang
singkat. Akibat arus yang tersimpan pada saat kondisi ON, maka induktor akan
membuang arus pada saat kondisi OFF. arus mengalir melalui dioda-induktor-
Cout. Dalam kondisi ini dioda berperan penting dalam menyalurkan arus,
sehingga dioda yang digunakan harus memiliki tegangan buka dan kecepatan
respon yang tinggi yaitu dioda Schottky. Berikut adalah hal-hal yang perlu
diperhatikan saat menggunakan regulator switching:
1. Pastikan rating arus dioda dan induktor lebih tinggi dari arus keluaran
maksimum. Akan lebih baik jika rating arus lebih tinggi dari
kemampuan regulator.
2. Gunakan induktor dan kapasitor output sesuai dengan panduan di
datasheet untuk ripple switching sekecil mungkin.
3. Pada saat design PCB, jauhkan jalur feedback dengan induktor, karena
induktor dapat menimbulkan EMI yang mengacaukan feedback.
4. Pada saat design PCB, usahakan jalur loop switching kondisi ON dan
kondisi OFF di atas sependek mungkin. (5)

2.2.6 Buzzer

Gambar 2.17 Buzzer.(6)


Buzzer adalah sebuah komponen elektronika yang berfungsi untuk mengubah
getaran listrik menjadi getaran suara. Pada dasarnya prinsip kerja buzzer
hampir sama dengan loud speaker, jadi buzzer juga terdiri dari kumparan yang
terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus

18
sehingga menjadi elektromagnet, kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau
keluar, tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya, karena kumparan
dipasang pada diafragma maka setiap gerakan kumparan akan menggerakkan
diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar yang akan
menghasilkan suara. Buzzer biasa digunakan sebagai indikator bahwa proses
telah selesai atau terjadi suatu kesalahan pada sebuah alat (alarm). (6)

2.2.7 Power Supply


Power Supply atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Catu Daya adalah
suatu alat listrik yang dapat menyediakan energi listrik untuk perangkat listrik
ataupun elektronika lainnya. Pada dasarnya Power Supply atau Catu daya ini
memerlukan sumber energi listrik yang kemudian mengubahnya menjadi
energi listrik yang dibutuhkan oleh perangkat elektronika lainnya. Oleh karena
itu, Power Supply kadang-kadang disebut juga dengan istilah Electric Power
Converter. (7)

Gambar 2.18 Power Supply.(7)


Pada umumnya Power Supply dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok
besar, yakni berdasarkan Fungsinya, berdasarkan Bentuk Mekanikalnya dan
juga berdasarkan Metode Konversinya. Berikut ini merupakan penjelasan
singkat mengenai ketiga kelompok tersebut :

19
1. Power Supply berdasarkan Fungsi
Berdasarkan fungsinya, Power supply dapat dibedakan menjadi
Regulated Power Supply, Unregulated Power Supply dan Adjustable
Power Supply. [5]
a. Regulated Power Supply adalah Power Supply yang dapat
menjaga kestabilan tegangan dan arus listrik meskipun terdapat
perubahaan atau variasi pada beban atau sumber listrik (Tegangan
dan Arus Input).
b. Unregulated Power Supply adalah Power Supply tegangan
ataupun arus listriknya dapat berubah ketika beban berubah atau
sumber listriknya mengalami perubahan.
c. Adjustable Power Supply adalah Power Supply yang tegangan
atau Arusnya dapat diatur sesuai kebutuhan dengan menggunakan
Knob Mekanik. Terdapat 2 jenis Adjustable Power Supply yaitu
Regulated Adjustable Power Supply dan Unregulated Adjustable
Power Supply.
2. Power Supply Berdasarkan Bentuk
Untuk peralatan Elektronika seperti Televisi, Monitor Komputer, Komputer
Desktop maupun DVD Player, Power Supply biasanya ditempatkan di dalam
atau menyatu ke dalam perangkat-perangkat tersebut sehingga konsumen
tidak dapat melihatnya secara langsung. Jadi hanya sebuah kabel listrik yang
dapat dilihat dari luar. Power Supply ini disebut dengan Power Supply
Internal (Built in). Namun ada juga Power Supply yang berdiri sendiri (stand
alone) dan berada diluar perangkat elektronika yang digunakan seperti
Charger Handphone dan Adaptor Laptop. Ada juga Power Supply stand alone
yang bentuknya besar dan dapat disetel tegangannya sesuai dengan
kebutuhan. (7)

20
3. Power Supply Berdasarkan Metode Konversinya
Selain pengklasifikasian diatas, Power Supply juga dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis, diantaranya adalah DC Power Supply, AC Power Supply,
Switch Mode Power Supply, Programmable Power Supply, Uninterruptible
Power Supply, High Voltage Power Supply. Berikut ini adalah penjelasan
singkat mengenai jenis-jenis Power Supply. (7)

Jenis-jenis Power Supply


Selain pengklasifikasian diatas, Power Supply juga dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis, diantaranya adalah DC Power Supply, AC Power Supply,
Switch Mode Power Supply, Programmable Power Supply, Uninterruptible
Power Supply, High Voltage Power Supply. Berikut ini adalah penjelasan
singkat mengenai jenis-jenis Power Supply. (7)
1. DC Power Supply
2. AC Power Supply
3. Switch-Mode Power Supply
4. Programmable Power Supply
5. Uninterruptible Power Supply (UPS)
6. High Voltage Power Supply

21
2.2.8 Modul Light Dependent Resistor (LDR)
Sensor Cahaya LDR adalah salah satu jenis resistor yang dapat mengalami perubahan
resistansinya apabila mengalami perubahan penerimaan cahaya. Besarnya nilai
hambatan pada Sensor Cahaya LDR tergantung pada besar kecilnya cahaya yang
diterima oleh LDR itu sendiri. LDR sering disebut dengan alat atau sensor yang berupa
resistor yang peka terhadap cahaya. Biasanya LDR terbuat dari cadmium sulfida yaitu
merupakan bahan semikonduktor yang resistansnya berupah-ubah menurut
banyaknya cahaya (sinar) yang mengenainya. Resistansi LDR pada tempat yang gelap
biasanya mencapai sekitar 10 MΩ, dan ditempat terang LDR mempunyai resistansi
yang turun menjadi sekitar 150 Ω. Seperti halnya resistor konvensional,
pemasangan LDR dalam suatu rangkaian sama persis seperti pemasangan
resistor biasa. Simbol LDR dapat dilihat seperti pada gambar berikut. (8)

Gambar 2.19 Light Dependent Resistor (LDR) Modul.(8)

Resistansi LDR berubah seiring dengan perubahan intensitas cahaya yang

mengenainya. Dalam keadaan gelap resistansi LDR sekitar 10 M dan dalam

keadaan terang sebesar 1K atau kurang. LDR terbuat dari bahan

semikonduktor seperti cadmium sulfide. Dengan bahan ini energy dari cahaya

yang jatuh menyebabkan lebih banyak muatan yang dilepas atau arus listrik

meningkat. Artinya resistansi bahan telah mengalami penurunan.

LDR digunakan untuk mengubah energy cahaya menjadi energy listrik. Saklar

cahaya otomatis dan alarm pencuri adalah beberapa contoh alat yang

menggunakan LDR. Akan tetapi karena responnya terhadap cahaya cukup

22
lambat. LDR tidak digunakan pada situasi di mana intensitas cahaya berubah

secara drastis. Sensor ini akan berubah nilai hambatannya apabila ada

perubahan tingkat kecerahan cahaya. (8)

Pada saat gelap atau cahaya redup, bahan dari cakram tersebut menghasilkan

elektron bebas dengan jumlah yang relative kecil. Sehingga hanya ada sedikit

elektron untuk mengangkut muatan elektrit. Artinya pada saat cahaya redup,

LDR menjadi konduktor yang buruk, atau bisa disebut juga LDR memiliki

resistansi yang besar pada saat gelap atau cahaya redup. (8)

Pada saat cahaya terang, ada lebih banyak elektron yang lepas dari atom

bahan semikonduktor tersebut. Sehingga akan lebih banyak elektron untuk

mengangkut muatan elektrit. Artinya pada saat cahaya terang, LDR menjadi

konduktor yang baik, atau bisa disebut juga LDR memiliki resistansi kecil pada

saat cahaya terang. Penerapan laindari sensor LDR ini ialah alarm Pencuri. [1]

Misalnya untuk rangkaian system alarm cahaya menggunakan LDR yang aktif

ketika terdapat cahaya. Ketika akan mengatur kepekaan LDR dalam suatu

rangkaian maka perlu menggunakan potensiometer. Katur letaknya agar

ketika mendapat cahaya maka buzzer atau bell akan berbunyi dan ketika tidak

mendapat cahaya maka buzzer atau bell tidak akan berbunyi.

2.2.9 Metode Perbandingan Diagonal Layar

Menonton tv ada aturan-aturan yang harus ditaati jika tidak ingin efek buruk
menghampiri . Salah satunya adalah jarak layar monitor televisi ke mata
harus mengikuti perhitungan standar yang berlaku secara internasional.
Rumus jarak layar televisi ke mata penonton adalah 5 kali diagonal layar. (9)

Rumus jarak aman nonton TV = Ukuran layar televisi (inchi) x 5

23
Untuk itu perkiraan jarak aman menonton televisi dapat disajikan sebagai
berikut:
1. 14 inchi = 14 x 5 x 0,0254.= 1,78 meter
2. 17 inchi = 17 x 5 x 0,0254.= 2,16 meter
3. 20 inchi = 20 x 5 x 0,0254.= 2,54 meter
4. 21 inchi = 21 x 5 x 0,0254.= 2,67 meter
5. 29 inchi = 29 x 5 x 0,0254.= 3,67 meter
6. 32 inchi = 32 x 5 x 0,0254.= 4,07 meter
7. 50 inchi = 50 x 5 x 0,0254.= 6,35 meter
Keterangan :
Diagonal layar adalah jarak ujung layar kiri atas ke ujung layar kanan bawah.
Inchi(“) adalah satuan jarak non standar internasional, dimana 1 inch =
0.0254m. untuk ukuran layar televisi yang lain bisa dihitung sendiri dengan
mengalikan diagonal layar dengan 5 lalu dikali 0.0254. ukuran digonal layar
yang dipakai untuk pembuatan alat ini digunakan 22 inch, berarti 22 inch x 5
x 0.0254 = 2.79 meter. (9)

Gambar 2.20 Metode perbandingan diagonal layar (9)

24
3. ANALISIS DAN PERANCANGAN

3.1 Gambaran Sistem Saat Ini

Diagram blok merupakan penyingkatan dari rangkaian yang sesungguhnya,


karena dalam blok diagram hanya terdapat jalur antara blok-blok saja.
Dimana masing-masing blok mewakili komponen penunjang yang
berhubungan dengan rangkaian sebenarnya. Blok diagram rangkaian
Diagram Sistem Pendeteksi Jarak Aman dan Intensitas Cahaya Televisi
Otomatis dengan Menggunakan Metode Perbandingan Diagonal Layar
Berbasis Arduino UNO terdiri dari: Arduino UNO R3, Sensor Jarak Ultrasonik
SRF-04, Relay, Power Supply, LCD 16x2, Sensor LDR, dan Buzzer. Secara
umum televisi adalah alat elektronik yang berfungsi menampilkan tampilan
dan suara. Pada umumnya anak-anak sampai orang dewasa pada saat ini
tidak mengetahui jarak yang ideal menonton televisi yang baik dan benar
serta mengakibatkan pada usia muda anak-anak dan orang dewasa
mengalami hal seperti mengalami kerusakan mata yang diakibatkan paparan
sinar dari televisi. Untuk itu dilakukan penelitian mengenai efek penggunaan
televisi bagi anak-anak serta orang dewasa dan mencari solusi pemecahan
suatu masalah yang ada di masyarakat pada saat ini serta membuat suatu
sistem yang mampu memberikan informasi dan peringatan pada saat
menonton televisi. Pada sistem ini informasi tersebut ditampilkan pada
sebuah tampilan visual display LCD yang menampilkan keadaan jarak
manusia dalam menonton televisi dan intensitas yang ideal. Serta indikator
suara sebagai alarm peringatan apabila jarak dan intensitas tidak ideal dan
sistem ini mampu menonaktifkan televisi apabila salah satu kondisi baik
jarak maupun intesitas cahaya dibawah batas aman.

25
POWER
SUPPLAY

SENSOR JARAK
PENONTON
ULTRASONIKK

ARDUINO
SENSOR LDR BUZZER

TELEVISI SUARA

DISPLAY
LCD

RELAY

RUNNING
TEXT

Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem Pendeteksi Jarak Aman dan Intensitas
Cahaya Televisi Otomatis dengan Menggunakan Metode Perbandingan
Diagonal Layar Berbasis Arduino UNO

Pada gambar 3.1 memperlihatkan blok diagram dari alay yang dirancang.
Untuk lebih jelas mengenai blok diagram tersebut maka akan dijelaskan
sebagai berikut:
Pada blok diagram yang terdapat pada gambar 3.1 dijelaskan dari catu daya
sebagai daya input yang digunakan pembuatan rangkaian sistem pendeteksi
jarak aman dan intensitas cahaya televisi otomatis dengan menggunakan
metode perbandingan diagonal layar berbasis Arduino UNO ini dengan
tegangan 5V, dari catu daya langsung terhubung ke Arduino Uno, dari Arduino
ini lah semua komponen yang terhubung akan terproses. Jika ada objek
terdeteksi, disini sensor ultrasonik SRF-05 akan mengirim informasi ke

26
Arduino Uno, dari Arduino akan memproses semua data yang akan dikirim
pada masing-masing komponen, dari sensor LDR yang langsung menghadap
televisi akan mengukur intensitas cahayanya, dari sensor LDR akan mengirim
informasi ke arduino untuk memproses ke Display LCD, Buzzer yang berupa
suara untuk memberitahu sebuah peringatan kepada objek dan Relay untuk
mematikan televisi.

3.2 Gambar Rangkaian Lengkap Pendeteksi Jarak Aman Menonton


Televisi Otomatis

Gambar 3.2 Skema Rangkaian


3.3 Cara Kerja Rangkaian
Prinsip sistem kerja alat ini sebagai pendeteksi jarak aman dan intensitas
cahaya. Komponen Utama dalam rangkaian ini adalah Arduino UNO yang
berfungsi sebagai pengendali umum. Prinsip kerja ini dimulai dari
menghubungkan sumber daya (power supply) ke sistem, selanjutnya setelah
sumber daya terhubung ke rangkaian, regulator tegangan akan menurunkan
tegangani dengan menggunakan LM2596 dimana digunakan sebagai
penurun tegangan. Komponen jenis ini dapat menurunkan tegangan sesuai
27
yang

28
diinginkan pengguna. Setelah tegangan disesuaikan dengan kebutuhan
selanjutnya rangkaian akan mulai bekerja pada saat catu daya diaktifkan
yaitu mulai membaca sensor ultrasonik oleh Ardunio Uno yang yaitu dengan
mengirim pulse star ke sensor ultrasonik dan menunggu respon waktu dari
sensor yaitu waktu pantul oleh objek serta menkkonversi intensitas cahaya
berupa sinyal analog menjadi sinyal digital yang bertujuan mempermudah
pembacaan intensitas cahaya. Setelah diperoleh respon waktu tempuh
gelombang suara Arduino akan menghitung jarak antara sensor dengan
objek berdasarkan waktu pantul yang diterima dan kecepatan suara. Hasil
kalkulasi nanti akan digunakan sebagai indikator jarak yaitu menampilkan
jarak terukur pada layar LCD. Selain menampilkan pada display, Arduino juga
akan memberikan output berupa suara yang dihasilkan buzzer dengan
frekuensi tetap pada saat kondisi jarak dibawah kondisi set point.
Keseluruhan sistem ini dibuat sedemikian sederhana dan komplek yang
bertujuan agar sistem pendeteksi keamanan dalam menonton televisi ini
mudah digunakan. Jarak aman menonton televisi ideal untuk televisi ukuran
21 Inch adalah 2.67 meter.

3.4 Langkah-langkah Perancangan


Perancangan adalah tahap penting dalam pembuatan suatu perangkat
electronic tetapi sebelum melakukan perancangan terhadap benda kerja
maka terlebih dahulu dipersiapkan suatu perancangan sistem terdiri dari tiga
bagian, yaitu sebagai berikut :
1. Perancangan Elektronik
Tahap yang berhubungan dengan suatu sistem yang dirancang
diantaranya adalah menentukan sifat dan spesifikasi alat, pemilihan
komponen, pembuatan desain rangkaian, pemasangan komponen
dan penyolderan serta pengujian alat.
2. Perancangan Pemograman
Dimulai dari input, dimana input yang berperan merupakan Sensor

29
Ultrasonik SRF-05, Relay 2 channel, Sensor LDR kemudian diproses
arduino dan output yang dikendalikan oleh LCD dan suara.

30
3. Perancangan Mekanik
Dalam pengerjaan mekanik meliputi pembuatan kotak yang akan
ditempati semua komponen,pengeboran dan sebagainya untuk
pembuatan kotak sesuai yang diharapkan.
3.4.1 Perancangan Elektronik
Langkah-langkah yang harus dilakukan pada perancangan elektronik adalah
sebagai berikut :
a. Membuat desain rangkaian
Tata letak komponen harus dirancang terlebih dahulu agar komponen dapat
dipasang secara teratur. Dalam perancangan tata letak komponen ada
beberapa faktor yang diperhatikan yaitu :
1. Letakkan komponen sesuai dengan jalur letak komponen
2. Hubungan antara komponen agar dapat dibuat sependek mungkin
3. Ukuran komponen
b. Pemilihan bahan dan komponen
Pemilihan komponen dan peralatan dilakukan dengan memperhatikan
fungsi yang akan dikerjakan oleh komponen tersebut yang ditentukan oleh
kualitas komponen dan peralatan yang dipakai.

Tabel 3.1 Daftar Alat

No. Bahan Jumlah


1 Arduino UNO 1
2 Sensor Ultrasonik SRF-05 1
3 Modul Sensor LDR 1
4 Relay 2 Channel 1
5 DC Step Down 1
6 Adaptor 12V/5A 1
7 LCD 16x2 1

c. Perakitan Alat

31
Perencanaan perakitan sangatlah penting untuk diperhatikan, karena pada
tahap inilah dibuat suatu rencana perakitan alat sesuai dengan karakteristik
yang diharapkan agar nantinya alat tersebut dapat bekerja dengan maksimal
sesuai dengan apa yang diharapkan.
Pada tahap perakitan ini merupakan keseluruhan bagian pada proyek akhir
yang terdiri dari bagian elektronik dan bagian mekanik , yaitu pemasangan
dan penyambungan alat yang digunakan beserta perakitan didalam kotak.

3.4.2 Pembuatan Alat


Pembuatan bagian mekanik meliputi proses pengerjaan kotak, dimana
proses ini harus mendukung bagian-bagian elektronik sehingga terwujud alat
yang diinginkan. Proses ini meliputi pengeboran, penyolderan, dan
pemasangan pada kotak.
a. Alat dan Bahan yang diperlukan
1. Akrilik
2. Pena F/pensil spidol
3. Bor
4. Mata bor disesuaikan
5. Kabel
6. Solder
7. Timah
8. Penyedot timah
b. Perancangan pada kotak
Untuk perancangan pada kotak, pertama kali tentukan terlebuh dahulu
ukuran rumah yang akan digunakan. Jika telah menemukan material yang
pas untuk kotak, kemudian tentukan penempatan letak dari titik uji ataupun
penempatan komponen alat yang digunakan dengan spidol dan baut.
Pengaturan pada kotak dilakukan pengeboran sesuai dengan ukuran dan
tempat yang dibutuhkan.
c. Pengeboran

32
Pengeboran dilakukan untuk membuat panel-panel pada plat besi plastik
yang mempunyai fungsi untuk penempatan kabel-kabel penghubung input,
kabel penghubung ke adaptor, Sensor Ultrasonik SRF-05, Modul LDR, dan
Relay 2 channel. Dan juga untuk membuat lubang-lubang baut.
d. Perakitan
Perakitan merupakan langkah (tahap) akhir dari seluruh proses pembuatan
suatu alat. Proses dari perakitan ini berguna untuk mewujudkan alat menjadi
satu kesatuan, dan pengerjaannya dilakukan setelah bagian dari rancangan
elektronika dan bagian rancangan mekaniknya selesai.

1. Rangkaian Modul Relay 2 Channel


Rangkaian ini mempunyai fungsi sebagai penguat untuk mengendalikan
relay dan mematikan Televisi. Ketika mendapatkan supply dari power supply
maka saklar switch pada relay terjadi hubungan, sehingga televisi akan mati
secara otomatis.

5 VOLT

PIN 8

GND

Gambar 3.2 Rangkaian Modul Relay 2 Channel

3.5 Flowchart Pendeteksi Jarak Aman Dan Intensitas Cahaya Televisi


Otomatis Dengan Menggunakan Metode Perbandingan Diagonal
Layar Berbasi Arduino

33
Flowchart ini merupakan alir proses bekerjanya sistem hingga proses selesai.
Dimana proses dimulai dari menghubungkan daya kesistem hingga proses
pendeteksian dan penyampaian informasi selesai. Adapun flowchart dari
program ini dapat dilihat pada gambar dibawah.

START

INISIALISASI
MENGHIDUPKAN
BUZZER 2
MENDETEKSI
OBJEK Ya
MENDETEKSI
OBJEK

Tidak APAKA
H ADA
OBJEK Tidak
APAKAH
Ya ADA
OBJEK

MENDETEKSI
Ya
OBJEK

MENGHIDUPKAN
MENGHIDUPK BUZZER 3
AN BUZZER 1

MENONAKTIFKAN
TELEVISI
Tidak Ya
APAKAH
ADA
OBJEK FINISH

34
Gambar 3.3 Flowchart Pendeteksi Jarak Aman Dan Intensitas Cahaya
Televisi Otomatis Dengan Menggunakan Metode Perbandingan
Diagonal Layar Berbasis Arduino

Pada flowchart yang ditunjukkan pada gambar 3.14 bisa dilihat bagaimana
cara kerja dari sebuah rangkaian pendeteksi jarak aman dan intensitas
cahaya televisi otomatis dengan menggunakan metode perbandingan
diagonal layar berbasis arduino ini, biasa mengerti alur system kerja dari alat
ini dari awal mulai (Start) langsung masuk ke persiapan dan mendeteksi
objek, sensor ultrasonic ini akan mendeteksi dan memberika informasi/sinyal
ke arduino dan memproses, yang pertama adakahh obje yang terdeteksi, jika
Ya, sensor akan langsung mengirimkan sinyal ke arduino untuk memproses
ke komponen lainnya seperti buzzer untuk memberi pemberitahuan jika
objek sudah melewati batasan jarak aman yang sudah ditentukan dan akan
langsung memproses ke relay untuk mematikan televisi, jika Tidak sensor
tidak bekerja dan tidak memproses. Proses ini bekerja selama 3 kali
mendeteksi.

35
4. PEMBAHASAN

Pada setiap pembuatan alat, merupakan hal yang sangat penting untuk
menguji dan mengetahui apakah alat tersebut berfungsi secara baik dan
sesuai dengan apa yang diharapkan. Pengujian alat bertujuan untuk
mengetahui keluaran arus pada alat yang dibuat. Oleh karena itu, dilakukan
tahapan pada pembuatan pendeteksi jarak aman pada televisi otomatis ini
antara lain sebagai berikut.
4.1 Pengujian Alat
Untuk mempermudah dalam pengambilan data, maka diperlukan pengujian
alat dengan menggunakan metode ini akan dilakukan pengukuran pada titik-
titik terpenting dalam rangkaian pendeteksi jarak aman pada televise
otomatis.
Pengujian alat berguna untuk mendapatkan data-data spesifikasi atau
mendapatkan data-data spesifik atau mendapatkan titik pengukuran dari
alat yang telah dibuat sehingga akan mempermudah menganalisa kesalahan
dan kerusakan yang akan terjadi pada saat alat ini bekerja dan dengan ini
dapat mempermudah dalam perbaikan benda kerja. Kemudian akan
dihasilkan data yang maksimal untuk mempermudah dalam penganalisaan
cara kerja rangkaian.
4.2 Tujuan Pengujian
Adapun tujuan dilakukan pengukuran rangkaian pendeteksi jarak aman pada
televisi otomatis adalah :
1. Untuk mengetahui tegangan pada setiap titik uii.
2. Untuk mengetahui bentuk gelombang pada setiap titik uji.
3. Mempelajari prinsip kerja peralatan yang dibuat.
4. Meneliti apakah rangkaian sudah bekerja dengan sebagaimana mestinya.
4.3 Rangkaian Pengujian
Rangkaian yang telah selesai dengan s66pesifikasi alat yang diinginkan, maka
perlu diadakan serangkaian pengujian-pengujian terhadap rangkaian
tersebut. Pengujian ini berguna untuk membuktikan bahwa hasil
perencanaan yang dilakukan adalah benar. Pengujian atau pengukuran

36
dilakukan pada rangkaian pengujian dengan memperhatikan TP (Titik
Pengukuran).
4.4 Peralatan Pengukuran
Pengukuran digunakan untuk menganalisa fungsi kerja dari peralatan yang
telah dirancang. Parameter-parameter yang diamati adalah tegangan,
frekuensi sinyal. Jadi untuk mengamati parameter-parameter tersebut
diperlukan peralatan, yaitu :
1. Osiloskop 1 Buah
2. Multimeter 1 Buah
3. Kabel BNC to Banana 1 Buah
4. Kabel Power 1 Buah
4.5 Langkah-langkah Pengukuran
Adapun hal yang diperlukan saat pengukuran alat untuk mengurangi
kesalahan dan kecelakaan maka pengukuran dilakukan dengan langkah-
langkah berikut :
1. Siapkan peralatan yang diperlukan dalam pengukuran.
2. Nyalakan osiloskop dan multimeter kemudian lakukan kalibrasi
terlebih dahulu untuk memastikan bahwa peralatan dalam
keadaan baik.
3. Hidupkan power alat.
4. Mengukur tiap-tiap titik yang telah ditentukan pada rangkaian.
5. Amatilah nilai yang muncul pada multimeter lalu catat hasilnya.
6. Amatilah juga nilai dan gambar keluaran pada osiloskop dan
simpan hasilnya untuk data laporan.
7. Kalibrasi ulang multimeter setelah melakukan percobaan untuk
memastikan bahwa multimeter masih dalam keadaan baik.
8. Setelah selesai melakukan pengukuran, matikan semua peralatan.

4.6 Titik Uji Pengukuran


Setelah perancangan secara elektronik telah dilakukan dan menghasilkan
rangkaian keseluruhan yang sesuai dengan yang diinginkan, maka untuk
mengetahui apakah rangkaian yang telah dibuat dapat bekerja dengan baik
atau tidak, dapat mudah mengetahuinya dengan melakukan pengujian pada

37
alat tersebut dengan meletakkan beberapa titik pengujian pada rangkaian.
1. Titik Pengukuran (TP1) yang dilakukan untuk melihat output
tegangan pada Sensor Ultrasonik SRF-05 :

TP2

TP1

Gambar 4.1 Letak Titik Pengukuran Sensor Ultrasonik SRF-05


Pada pengujian yang pertama dilakukan pada sensor Ultarsonik SRF-05, yang
akan diukur pada pin Echo dan Triger. Tujuan untuk melakukan pengukuran
untuk melihat bagaimana sensor yang di uji berhasil atau tidak. Disini bisa
dilihat keluaran/output nya bagus atau tidak. Pada sensor ultrasonik ini di
setting ke arduino pada pin 11 dan 12, yaitu pada Triger yang terhubung ke
pin 11 dan Echo terhubung ke pin 12. Hasil keluaran pada Sensor Ultrasonik
SRF-05 ini berbentuk gelombang Pulse atau berbentuk kotak. Yang saya
dapatkan pada pengukuran hasil dari keluaran sensor tersebut berbentuk
Pulse.

38
A. Hasil Pengukuran Jarak
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran ketika ada objek yang terdeteksi
No. Jarak Jangkauan Buzzer
1 10 cm Bunyi
2 20 cm Bunyi
3 30 cm Bunyi
4 40 cm Bunyi
5 50 cm Bunyi
6 60 cm Bunyi
7 70 cm Bunyi
8 80 cm Bunyi
9 99 cm Bunyi
10 100 cm Tidak Bunyi (Jarak Aman)
11 150 cm Tidak Bunyi (Jarak Aman)
12 200 cm Tidak Bunyi (Jarak Aman)
13 201 cm Bunyi
14 250 cm Bunyi
15 300 cm Bunyi
Setelah dilakukan pengukuran pada jarak untuk sensor ultrasonik SRF-05 ini,
didapatkan jarak yang ditentukan sesuai dengan ketentuan batasan idealnya
untuk menonton. Dengan rumus diagonal yang didapatkan dengan ukuran
televisi 21 inch berarti jarak aman yang didapatkan sekitar 200 cm atau
setara 2 meter jaraknya. Sesuai dengan cara kerja pada umumnya, jadi jika
ada objek yang terdeteksi dan mendekat dalam jarak yang tidak aman
sekitar kurang dari 100 cm , sensor ultrasonik ini akan mendeteksi dan akan
memproses dan langsung terhubung pada LCD, buzzer dan relay fungsi
untuk mematikan TV, dan buzzer akan memberi keluaran berupa suara
untuk mengeluarkan sebuah peringatan jika objek yang terdeteksi sangat lah
dekat. Buzzer akan berbunyi selama 4 kali dalam jeda 5 detik, jika objek
mengabaikan sebuah peringatan buzzer tersebut. Jika objek mengambil
tindakan dan langsung berpindah pada jarak aman yang telah diukur dengan
jarak <100 cm sampai 200 cm berarti artinya objek dalam keadaan batas

39
yang aman untuk menonton Televisi. Sensor ultrasonik akan memproses
kembali objek yang terdeteksi dan memproses buzzer akan berhenti
berbunyi, dan kondisi televisi masih menyala. Dan jika objek yang terdeteksi
mengambil tindakan menjauh dari televisi dan melebihi batas aman ukuran
jarak menonton, sensor jarak akan kembali memproses sesuai ukuran jarak
objek menonton, jika objek menonton melebihi batas aman sekitar <200 cm
, buzzer akan berbunyi kembali dan memberi peringatan/pemberitahuan
untuk kembali dalam batas jarak aman menonton televisi.
B. Hasil Pengukuran Menggunakan Multimeter
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Pada Titik Pengukuran Tegangan 1 (TP-1) dan
Tegangan 2 (TP-2)
No. Titik Uji Gambar
1 TP 1 (Triger)

40
2 TP 2 (Echo)

Pada percobaan yang pertama yang dilakukan dengan menggunakan


multimeter untuk mencoba pengukuran, yang di coba pada saat pertama
saat kondisi televisi Hidup dan yang kedua pada saat kondisi televisi mati.
Hasil data yang didapatkan pada pengukuran sensor ultrasonik SRF-05 ini
pada pengujian menggunakan multimeter ini, pada saat televisi menyala
hitungan pada multimeter dengan hasil 1.092 mV pada pin trigger dan hasil
pada saat televisi mati, hitungan pada multimeter pada pin trigger berubah
menjadi 0.003 mV. Dan pada saat pengukuran pada pin Echo, saat kondisi
televisi menyala, hasil yang didapatkan adalah sebesar 1. 106 mV, dan pada
saat kondisi televisi mati, hasil hitungan multimeter berubah menjadi 0.056
mV. Disini bisa dilihat perbedaan tegangan pada sensor ultrasonik SRF-05
pada saat kondisi televisi menyala dan mati dengan hasil perhitungan yang
berbeda.
C. Hasil Pengukuran Menggunakan Osiloskop
Tabel 4.3 Tampilan Osiloskop Pada Sensor Ultrasonik SRF-05
No Titik Gambar Keterangan
Uji

41
1 TP 1 Frekuensi: 50 Hz
Peak to Peak:5.52 V
Amplitudo: 5.20 V
Tegangan: 2 V

2 TP 2 Frekuensi: 4.7 Hz
Peak to Peak:64.0 V
Amplitudo: 64.0 V
Tegangan: 20 V
Dan pada pengukuran kedua dengan menggunakan osiloskop, bisa dilihat
hasil keluaran sinyal pada sensor ultrasonik SRF-05 ini. Dengan ketentuan
keluaran sinyal pada sensor ini adalah sinyal pulsa atau sinyal kotak. Pada
pengukuran yang dicoba dan hasil yang didapatkan adalah sinyal pulsa. Pada
pengukuran untuk kaki pin Triger, hasil sinyal yang didapatkan berbentuk
sinyal pulsa dengan hasil yang bagus dan jernih. Disini frekuensi yang
didapatkan sebesar 50 Hz, Vpp sebesar 5.52 V, amplitude sebesar 5.20 V dan
Tegangan yang didapatkan sebesar 2 V. Dan untuk pengukuran pada pin kaki
Echo, hasil yang didapatkan adalah bentuk sinyal pulsa, dan yang didapakan
sinyal tidak berbentuk pulsa, dikarenakan adanya noise yang terdapat pada
rangkaian. Dan hasil yang didapatkan tidaklah sempurna. Pada pengukuran
kaki pin Echo didapatkan besaran frekuensinya sebesar 4.7 Hz, pada Vpp
sebesar 64.0V, amplitude sebesar 64.0 V dan tegangan yang didapatkan
sebesar 20 V.
1. Titik pengukuran ke-3 (TP-3) untuk melihat output tegangan pada
Relay 2 Channel

TP3

Gambar 4.2 Titik Pengukuran Relay 2 Channel


Pada pengujian yang ketiga dilakukan pada relay 2 channel, yang akan
diukur pada kaki ground dan Vcc. Tujuan untuk melakukan pengukuran
42
untuk melihat bagaimana komponen yang di uji berhasil atau tidak. Disini
bisa dilihat keluaran/output nya bagus atau tidak. Pada Kaki In 2 pada Relay
ini di setting ke arduino pada pin 8, fungsi dari relay ini untuk mematikan
televisi. Hasil keluaran pada relay 2 channel ini berbentuk gelombang
sinusoidal. Yang didapatkan pada pengukuran hasil dari keluaran Relay
tersebut berbentuk sinusoidal.

43
A. Hasil Pengukuran Tegangan Menggunakan Multimeter
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Pada Titik Pengukuran Tegangan 3 (TP-3)
T
i
t
i Tegangan saat
N Tegangan saat Televisi
k Televisi
o Menyala
Mati
U
j
i

T
1 P
3

Pengukuran pertama yang akan di uji coba dengan menggunakan


multimeter pada relay 2 channel ini. Yang di ukur ketika kondisi saat televisi
menyala dan mati. Hasil yang didapatkan dengan menggunakan multimeter
pada saat kondisi televisi menyala sebesar 05.18 V dan pada saat kondisi
televisi mati hitungan pada multimeter berubah menjadi sebesar 0.031 mV.

44
4.7 Analisa Hasil Keseluruhan
Pada perancangan alat pendeteksi jarak aman pada televisi otomatis
menggunakan beberapa modul dan komponen lainnya yaitu menggunakan
modul arduino, sensor ultrasonik SRF-05, Relay 2 Channel, Modul LDR,
Converter Step Down LM2596 dan Buzzer. Alat ini di supply daya dari
adaptor 12 Volt. Rangkaian ini harus menggunakan DC-Converter untuk
meredam daya yang bersumber dari adpator yaitu 12 V menjadi 5.15 V,
karena jika rangkaian menggunakan daya 12 V maka akan terjadi kerusakan
pada komponen yang digunakan, digunakannya DC-Converter adalah supaya
tidak terjadi short dan tidak terjadi kerusakan pada komponen yang
digunakan. Dan pada saat tegangan sumber disambungkan dengan
rangkaian maka tegangan menurun menjadi rata-rata 5.00 V, hal ini
dikarenakan daya tersebut telah dibagikan ke modul lainnya.
Pengukuran dilakukan menggunakan arduino yang terhubung dengan sensor
ultrasonik dengan jarak yang sudah ditentukan dan juga dengan mengukur
titik-titik yang telah ditentukan pada rangkaian. Kemudian diamati hasilnya
pada multimeter dan osiloskop.
Pengujian ini dilakukan untuk melihat respon hubungan pada Sensor
ultrasonic SRF-05 dengan Arduino Uno . Disini pengujian dilakukan pada saat
kondisi kedekatan, aman dan kejauhan. Pengujian alat dilakukan
menggunakan sensor ultrasonik sesuai dengan jarak yang telah ditentukan
yaitu 1-2 meter.
Pada tabel pengukuran jarak jangkauan menggunakan Sensor Ultrasonik
SRF-05 dengan kondisi televisi menyala, dapat dilihat dari data diatas pada
jarak <100cm sampai dengan >200 cm alat masih bekerja dengan baik
walaupun sedikit kurang respon deteksi dan berarti aman. Sedangkan untuk
jarak jangkauan yang melebihi 200 cm (2 meter) akan berbunyi, televisi akan
mati.
Maka hasil yang didapat untuk pengukuran jarak jangkauan koneksi
menggunakan sensor ultrasonik SRF-05 pada kondisi menyala dan mati, dari
sensor ultrasonik pada saat bekerja atau mendeteksi suatu objek. Tegangan
yang didapatkan pada saat sensor tidak bekerja atau tidak mendeteksi objek,
lebih besar dibanding saat sensor tidak bekerja atau tidak mendeteksi objek,

45
karena ini disebabkan pada saat gelombang ultrasonik yang dipancarkan
oleh bagian transmitter pada saat sensor ultrasonik yang tidak mendeteksi
suatu objek, maka tidak terjadi penguatan dibagian receiver pada sensor
ultrasonik.
Hasil data pengukuran TP-1 dan TP-2 pada sensor ultrasonik SRF-05 dengan
menggunakan tegangan 5 Volt. Hasil data didapat tegangan pada Echo di
sensor ultrasonik sebesar 1.092 mV pada saat televisi menyala dan ketika
kondisi televisi mati berubah menjadi sebesar 0.003 mV, sedangkan untuk
sensor Ultrasonik SRF-05 Triger 1.106 mV dan pada kondisi saat televisi mati
sebesar 0.056 mV. Pada saat pengukuran menggunakan osiloskop pada titik
pengukuran mengeluarkan TP1 dan TP2 hasil gelombang sinyal berupa Pulsa
ini dikarenakan pada sensor ultrasonik SRF-05 dengan ketentuan hasil
gelombangnya berupa gelombang sinyal Pulsa. Dan yang didapatkan pada
pengukuran hasilnya berupa gelombang pulsa.
Hasil tabel pengukuran tegangan Relay 2 Channel dengan menggunakan
tegangan 5 Volt, didapat nilai tegangan 05.17 V pada saat relay televisi
menyala dan 0,031 mV pada saat televisi mati atau pada saat rangkaian tidak
diberi beban . Relay ini bekerja untuk mematikan televisi. Pada saat
pengukuran menggunakan osiloskop pada titik pengukuran mengeluarkan
TP3 hasil gelombang sinyal berupa sinus ini dikarenakan pada Relay 2
Channel dengan ketentuan hasil gelombangnya berupa gelombang sinyal
sinus. Dan yang didapatkan pada pengukuran, didapatkan hasil berupa
gelombang sinus.

46
Daftar Pustaka

[1] Kho Dickson.2015. “Pengertian LDR (Light Depedent Resistor) dan Cara
Mengukurnya”.http://teknikelektronika.com/pengertoan-ldr-light-
depedentresistor-cara-mengukur-ldr/. Diakses Pada Tanggal 13 Januari 2018.

[2] McRobert Michelle. 2010. Beginning Arduino. Paul Manning.

[3] Micro Club. 2016. “Mengenal LCD 16x2”.


http://microclub.sv.ugm.ac.id/index.php/2016/03/26/mengenal-lcd-16x2/. Diakses
pada tanggal 12 Januari 2018.

[4] Prayudha, J.,Nofriansyah, D., Ikhsan, M. (2014, September). Otomatisasi


Pendeteksi Jarak Aman Dan Intensitas Cahaya Dalam Menonton Televisi Dengan
Metode Perbandingan Diagonal Layar Berbasis Mikrokontroler Atmega 8535. Jurnal
SAINTIKOM. 13(3).171-182.

[5] Rohmatullah.2015. “Pengertian dan Fungsi Catu Daya Secara Umum”.


Htpp://rohmattullah.student.telkomuniversity.ac.id/pengertian-dan-fungsicatu-
daya-secara-umum/. Diakses Pada Tanggal 11 Januari 2018.

[6] Santoso Hari. 2015. “Cara Kerja Sensor Ultrasonik SRF-05, Rangkaian dan
Aplikasinya”. https://www.elangsakti.com/2015/05/sensor-ultrasonik.html. Diakses
pada tanggal 12 Januari 2018.

[7] Surjati, Regulator LM 2596. Vol 10. TESLA. 2008.

[8] Syaputra Nanda. 2017. “Modul Relay”.


http://nandasyaputra77.blogspot.co.id/2017/04/modul-relay.html. Diakses pada
tanggal 12 Januari 2018.

[9] Wappingers falls new York. 2003. Infrared parts Manual IEEE as part of Try
Engineering, (2008). Buzzer Circuit.

47

Anda mungkin juga menyukai