Anda di halaman 1dari 5

LATAR BELAKANG

Dipicu teori peluruhan radioaktif ciptaan Ernest Rutherford dan Frederick Soddy pada tahun
1902, sejumlah ahli fisika dunia kemudian berlomba-lomba menguak struktur atom lebih
mendalam. Tiga ilmuwan tersebut di antaranya adalah Enrico Fermi (Italia), Niels Bohr
(Denmark), dan Arthur H. Compton (Amerika Serikat). Pemerintah Amerika Serikat tidak
menyia-nyiakan temuan para ilmuwan tersebut. Mereka kemudian direkrut dan ditugaskan
dalam Proyek Manhattan. Selain mereka, ada pula Albert Einstein yang masuk ke Amerika
Serikat dengan teori relativitas yang amat dahsyat, yaitu E = me.

RUMUSAN MASALAH

 Apa saja teknologi yang digunakan dalam Perang Dunia ll ?


 Apa akibat dari penggunaan teknologi persenjataan tersebut bagi masyarakat dunia?

1) PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PERSENJATAAN DI JERMAN


Pada tahun 1930-an, Jerman sudah mendahului negara lain dalam riset atom. Kebanyakan
ahli atom ketika itu berkebangsaan Jerman atau Austria seperti Otto Hahn, sarjana Jerman
pertama yang melakukan pemecahan atom pada tahun 1938. Namun, dengan berkuasanya
Nazi yang menjalankan politik rasial, maka banyak ilmuwan Jerman keturunan Yahudi yang
melarikan diri ke luar Jerman atau Austria, seperti Albert Einstein, Lise Meitner, dan Gustav
Hertz. Banyak dari mereka yang pindah ke Amerika Serikat atau Inggris. Akibatnya penelitian
nuklir di Jerman mengalami kemunduran karena terjadinya brain drain keluar. Mereka yang
diusir ke luar bukan hanya keturunan Yahudi, tetapi siapa pun yang tidak sejalan dengan
politik Nazi.
Akhir tahun 1930-an, ilmuwan fisika yang paling terkenal di Jerman tinggal Werner
Heisenberg. Namanya diakui secara internasional karena karyanya dalam mekanika kuantum
dan The Uncertainty Principle, yang membuatnya meraih hadiah Nobel tahun 1932.
Sekalipun di bukan anggota Nazi, tetapi Heisenberg adalah seorang patriot ferman seperti
para perwira militer profesional Jerman ketika itu. Dialah yang drunjak untuk memimpin
program pengadaan nuklir Jerman yang disponson secara resmi oleh begara. Pihak Sekutu
mengetahui perkembangan ini dari para ilmuwan yang melarikan diri dari Jerman dan
menceritakan adanya program tersebut.
Tahun 1939. Perang Dunia II meletus di Eropa dan tahun berikutnya Nari menyerang
Norwegia dan mendudukinya. Jerman merebut pabrik pembuatan air berat di Vermork,
sebuah kota sekitar 160 km utara ibu kota Oslo. Air berat atau deuterium itu sangat
diperlukan oleh Jerman untuk program nuklirnya Pada dasarnya, sebuah reaktor atom
beroperasi dengan menimbulkan reaksi berantai atom dari masa uranium-238 yang ada di
dalam reaktor. Untuk memicu reaks aliran neutron di sekeliling isotop, radioaktif harus
dimoderasikan dengan substansi lain seperti graphite atau air berat. Para ilmuwan Jerman
ternyata memilih air berat yang justru langka dan sulit membuatnya.
Memasuki tahun ketiga Perang Dunia II. Jerman merasa harus memiliki senjata pamungkas
guna mempercepat rencana gila Adolf Hitler untuk menguasai dunia. Para petinggi angkatan
bersenjata Jerman percaya akan kemampuan ilmuwan fisika itu dalam mengklasifikasikan
beragam fenomena fisika yang diungkapkan oleh beberapa fisikawan senior seperti Niels
Bohr, J. Robert Oppenheimer, dan Albert Einstein.
Sementara itu, Intelijen Inggris mulai mengetahui kaitan antara reaktor Jerman dengan
kebutuhan air berat dari pabrik di Vermork. Pada tahun 1942, pabrik itu telah mampu
memproduksi 10.000 pon air berat untuk keperluan tim Heisenberg di Berlin dan Leipzig.
Namun, Inggris yang khawatir jika pihak Nari berhasil dalam program nuklirnya, bertekad
untuk menghancurkan pabrik tersebut. Namun, serangan pasukan komando Inggris gagal
karena pesawat pesawat glider mereka tertimpa badai salju dan jatuh di luar daerah
sasaran.
Akhirnya, direncanakan suatu aksi sabotase oleh pasukan komando Norwegia yang dilatih
Inggris. Di tengah hujan salju mereka berhasil menyusup ke dalam pabrik dan meledakkan
bagian-bagian terpenting pabrik tersebut. Jerman merasa pabriknya yang berada di
Norwegia tidak aman. Oleh karena itu, pabrik tersebut dipindahkan ke Jerman. Namun,
kapal feri yang membawa air berat dan mesin-mesinnya, ditenggelamkan oleh pejuang-
pejuang Norwegia yang berhasil memasang bom di kapal tersebut.
Meskipun mengalami gangguan dalam suplai air beratnya, namun pada tahun 1941, para
ilmuwan Jerman sudah mencapai tingkat yang cukup maju dalam pengembangan program
bom atom. Mereka telah mencapai beberapa kesimpulan tentang teori dalam pembuatan
bom atom yang hampir sama dengan apa yang telah ditemukan para ilmuwan Proyek
Manhattan di Amerika Serikat.
Para ilmuwan Amerika Serikat berhasil menangani reaktor serta menghasilkan bom uranium
dan plutonium menjelang akhir Perang Dunia II. Para ilmuwan Jerman tidak pernah
mencapai konsep kerja untuk memproduksinya secara nyata. Ada beberapa hal yang
menyebabkan kekalahan Jerman dalam komba pengembangan dan pembuatan bom atom.
Penyebabnya adalah sebagai berikut

a. Politik Rasial

Pada tahun 1930-an, banyak ahli fisika dan nuklir Jerman yang bermigrasi ke luar negeri
akibat politik rasial Nazi. Mereka umumnya keturunan Yahudi atau orang yang menentang
kebijakan politik Hitler. Contohnya adalah kasus Gustav Hertz yang hampir berhasil dalam
penelitiannya mengenai metode pemisahan isotop. Hanya gara-gara pamannya, Heinrich
Hertz, ilmuwan yang terkenal itu adalah seorang Yahudi maka Gustav pun dicopot dari
jabatannya sebagai pimpinan fisika di Kolese Teknik Berlin. Penggantinya ternyata tidak
mampu dan tidak tertarik untuk melanjutkan pekerjaan Gustav Hertz yang hampir selesai
itu. Akibatnya, Jerman tidak pernah berhasil mengembangkan isotop.

b. Kemampuan Berorganisasi

Jerman tidak memiliki kemampuan berorganisasi yang baik. Jika di Amerika Serikat ada
Proyek Manhattan begitu efektif maka proyek serupa di Jerman terombang-ambing di
antara beberapa kementerian, sementara ilmuwannya tidak terkoordinasi dengan baik
sehingga hasil kerjanya sia-sia.

c. Sikap Kultur Rezim Nazi

Sikap kultural Nazi menganggap bahwa ilmuwan sejati adalah mereka yang bekerja
menciptakan roket dan jet, sedangkan lainnya hanyalah pelengkap. belaka. Hitler sendiri
digambarkan lebih percaya pada kemampuan senjata konvensional.
2) Perkembangan Teknologi Persenjataan di Amerika

Sebulan sebelum Perang Dunia II meletus, tepatnya pada tanggal 2 Agustus 1939, ilmuwan
besar Albert Einstein mengirim surat kepada Presiden Amerika Serikat, Franklin Delano
Roosevelt. Dalam surat itu Einstein memberitahu bahwa Nazi telah mampu memurnikan
uranium-235. Mereka akan mengembangkan penemuan tersebut menjadi bom atom, bom
terbaru yang sangat luar biasa. Bom berbahan bakar radioaktif itu belum pernah dibuat di
mana pun. Kekuatannya berjuta-juta kali lipat dari bahan peledak konvensional (TNT).
Bom ini bisa menghancurkan sebuah kota dalam hitungan detik. Serikat
Tidak lama setelah Roosevelt membaca surat tersebut, Amerika Serikat membangun
megaproyek rahasia bersandi Proyek Manhattan (Manhattan Project). Dalam megaproyek
ini, Amerika Serikat dibantu oleh Inggris dan Kanada.
Riset ilmiah Proyek Manhattan dipimpin oleh ahli fisika yang memberitahu pih Amerika
Serikat dari Universitas California, Berkeley bernama penelitian bom atom Jer Dr. J. Robert
Oppenheimer. Adapun secara keseluruhan dipimpin oleh Deputy Chief of Construction US
Army Corp of Engineers, Jenderal Leslie R. Groves. Proyek ini resmi dilaksanakan pada bulan
Juni 1942 dan banyak melibatkan para insinyur dari Angkatan Darat.
Proyek ini dipicu oleh penemuan-penemuan baru di bidang fisika atom. Berdasarkan
penemuan-penemuan itu, dapat disimpulkan bahwa atom meru pakan bagian terkecil
dari sebuah materi dan dapat melontarkan energi yang amat besar.
Proyek Manhattan dipecah dan dikerjakan di 37 tempat penelitian berbed Di antara tempat-
tempat ini ada tiga tempat yang kemudian dikenal sebag pusat penelitian atom, yaitu
Hanford (Washington), Los Alamos (New Mexico dan Oaks Ridge (Tennesse). Hanya orang-
orang tertentu saja yang mengen tentang tujuan akhir dari proyek ini. Begitu ketatnya
rahasia proyek ini, sehingga banyak warga di sekitar wilayah yang akan dijadikan tempat
penelitian dan pembuatan bom atom terpaksa harus dipindah ke tempat lain tanpa
penjelasan
yang rinci dari pemerintah. Lebih dari seratus ribu orang dipekerjakan dalam pabrik-pabrik y
dibangun di Hamford, Oak Ridge, dan di laboratorium utama di Los Alamos New Mexico.
Banyak pekerja yang tidak diberi tahu tentang apa yang mereka kerjakan. Orang yang
mengerti Proyek Manhattan lebih memilih bekerja tanpa banyak bicara daripada harus
menanggung akibat yang sangat buruk. Mereka bekerja di bawah pengawasan dan arahan
penuh J. Robert Oppenheimer, sang ahli fisika dan nuklir. yang
Enam tahun setelah surat Einstein diterima Presiden Amerika Serikat kerja keras Proyek
Manhattan akhirnya membuahkan hasil. Hal itu terjadi pada tanggal 16 Juli 1945. Ujicoba
peledakan bom atom pertama yang diberi nama Gadget, dilakukan di Alamogordo, New
Mexico.
Uji coba peledakan dipimpin oleh Kenneth T. Brainbridge, ahli fisika dari Massachussets
Institute of Technology (MIT). Peledakan dilakukan pada pukul 05.29 pagi, disaksikan
sekelompok ilmuwan: petinggi-petinggi Angkatan Darat duta Besar Inggris, Lord Halifak; dan
Presiden Universitas Harvard, Dr. James B. Conant.
Gadget yang diledakkan telah menghasilkan kilauan sinar raksasa yang melebihi sinar dan
panas matahari pagi itu. Ledakan berkekuatan 19 kilo ton TNT itu sanggup memecahkan
kaca jendela dari jarak 120 mil. Sementara muntahan akibat ledakan mencapai jarak sejauh
250 mil. Untuk mengamati ledakan dibuatlah tiga titik pengamatan berjarak 10.000 yard
dari ground zero atau titik ledakan. Bangunan tersebut terdiri dari shelter kayu dengan
perlindungan beton dan tanah. Bunker di sebelah selatan digunakan sebagai tempat kontrol
peledakan. Oppenheimer berdiri tepat di dekat operator penekan tombol pemicu ledakan.
Beberapa ilmuwan lain dan tokoh kunci dari Proyek Manhattan termasuk Jenderal Leslie R.
Groves dan para kepala staf angkatan menyaksikan peledakan di base camp yang juga
berada 10 mil di bagian selatan. Sementara para tamu undangan menyaksikan di Compania
Hill, 20 mil sebelah utara dari ground zero.
Rencana peledakan pukul 04.00 pagi tanggal 16 Juli 1945, tetapi karena hujan turun sangat
lebat disertai kilat maka jadwalnya diundur. Pada pukul 05.10, hitungan mundur 20 menit
dimulai. Akhirnya, pada pukul 05.29.45 Gadget meledak. Hans Bethe, salah seorang ilmuwan
dalam Proyek Manhattan, melukiskan ledakannya seperti kilauan magnesium raksasa. Bola
putih raksasa membumbung tinggi membentuk cendawan raksasa. Sekejap kemudian
cendawan itu berubah warna menjadi hitam dengan pekat beterbangan. Ledakan Gadget
diperkirakan setara dengan ledakan yang dihasilkan oleh 19.000.000 bom TNT. Bom atom
yang pertama ini mamp menjadi pembunuh massal yang kejam.
Satu hari setelah uji coba peledakan Gadget di Los Alamos, New Mexico, para ahli atom
berkumpul, mereka sepakat membuat Szilard Petition atau Petisi Szilard. Petisi ini kemudian
ditandatangani oleh para ahli yang terlibat dalam pembuatan bom atom. Mereka
menyimpulkan, dengan melihat efek pemusnahan dari bom atom maka bom ini tidak
seharusnya digunakan dalam peperangan. Bahkan secara spesifik para ahli itu
merekomendasikan agar bom atom tidak digunakan untuk menyerang Jepang. Karena dapat
dibayangkan, berapa besar korban jiwa dan material yang ditimbulkannya.
Pada tanggal 24 Juli 1945, Presiden Amerika Serikat, Harry S. Truman berdiskusi dengan
pemimpin Uni Soviet. Joseph Stalin. Keduanya terlibat pembicaraan serius perihal senjata
baru (new weapon) yang sudah dimiliki oleh Amerika Serikat. Keesokan harinya, tanggal 25
Juli 1945, Presiden Truman menulis bahwa target-target yang akan dihancurkan Amerika
Serikat di Hiroshima dan Nagasaki adalah instalasi instalasi militer. Pada hari yang sama,
Presiden Truman memaparkan instruksi resmi kepada Jenderal Spaatz bahwa target
pengeboman adalah instalasi-instalasi militer.
Untuk misi pengeboman ini, Amerika Serikat menyiapkan dua bom atom. Bom pertama
adalah Little Boy. Bom atom uranium ini berdiameter 28 inci, panjang 120 inci, beratnya
8.100 pon, dan kekuatan ledakannya setara dengan 20 ribu. ton bom TNT. Adapun yang
kedua adalah bom atom plutonium, Fat Man. Bom atom ini berdiameter 20 inci, panjang 10
kaki delapan inci (3,25 meter), dan berat 10.800 pon.
Tepat pada hari yang ditentukan, Little Boy diangkut sebuah pesawat pembom B-29 dari
Pulau Tinian, Pasifik Selatan. Bom itu kemudian dijatuhkan di atas kota Hiroshima pada
tanggal 6 Agustus 1945. Little Boy meledak dan membuat cendawan debu hingga ketinggian
45.0 kaki dengan gelombang kejut berkecepatan 1.100 kaki/detik. Belum lagi efek
Fledakan ini menimbulkan hembusan angin dengan kecepatan ratusan mil/jam hingga radius
puluhan mil Diperkirakan sebanyak 137.000 nyawa melayang dalam hitungan detik. Begitu
juga dengan gedung, jembatan, dan tumbuhan musnah tidak tersisa.
Selang tiga hari kemudian, bom atom kedua dijatuhkan di Nagasaki. Kali ini 78.000 orang
menjadi korban Fat Man. Bom atom kedua itu juga diangkut dari Pulau Tinian menggunakan
pesawat pembom B-29. Akibat pengeboman tersebut negara Jepang hancur.
Tragedi bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada megatif, tanggal 6 dan 9 Agustus 1945,
memang mengakhiri Perang Dunia II karena Jepang menyerah kepada Sekutu Akan tetapi
setelah itu, dunia semakin tegang karena Perang Dingin dan perlombaan senjata nuklir.

SUMBER :
 BUKU BAILMU SEJARAH PEMINATAN
 https://matkul-it.blogspot.com/2015/01/makalah-perkembangan-senjata-
saat.html?m=1
 https://www.idntimes.com/science/discovery/amp/farhan-alam/teknologi-
penting-perang-dunia-2-c1c2?page=all#page-2

Anda mungkin juga menyukai