SEJARAH FISIKA
“ENRICO FERMI”
Disusun oleh:
Mudzullah Rajif (16034015)
Mila Devita Rahma (16034034)
Dosen:
Rahmat Hidayat, S.Pd., M.Pd.
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
a. Menjelaskan bagaimana biografi dari Enrico Fermi
b. Menjelaskan bagaimana seorang ilmuan meraih Hadiah Nobel sebagai
penghargaan di bidang ilmu
1.3 Rumusan Masalah
a. Bagaimana biografi Enrico Fermi?
1.4 Manfaat
a. Agar dapat mengetahui bagaimana biografi dari seorang Bapak Bom
Atom, yaitu seorang ilmuwan yang bernama Enrico Fermi
b. Agar dapat mengetahui bagaimana proses yang dilalui oleh Enrico
Fermi dalam melakukan penelitian-penelitiannya sehingga dapat
meraih penghargaan Nobel
BAB II
PEMBAHASAN
Enrico Fermi lulus dan menerima gelar Ph.D. dalam bidang fisika dari
Universitas Pisa sebelum umurnya mencapai 21 tahun. Menjelang usia 26 tahun
ia sudah menjadi profesor penuh di Universitas Roma. Saat itu ia sudah
menerbitkan kertas kerja utamanya, salah satunya berkaitan dengan cabang
fisika yakni, “Statistik kuantum”. Dalam kertas kerja itu, Fermi
mengembangkan teori statistik yang digunakan untuk melukiskan tingkah laku
penyatuan partikel dalam jumlah besar yang terpisah-pisah, jenis yang kini
dihubungkan sebagai fermions. Karena elektron, proton dan neutron --tiga
"gugus bangunan" yang terdiri dari benda biasa-- kesemuanya fermions. Teori
Fermi punya makna yang sangat penting untuk ilmu pengetahuan.
Peluruhan beta, Sebuah neutron meluruh menjadi proton dan elektron yang dipancarkan. Agar total energi
dalam sistem tetap sama, Pauli dan Fermi mendalilkan bahwa neutrino juga dipancarkan
Percobaan-Percobaan
Tahun 1932, seorang ahli fisika Inggris, James Chadwick telah berhasil
menemukan partikel subatomis yang bernama neutron. Mulai dari tahun 1934,
Fermi meneruskan dengan cara mengirimkan arus partikel berkecepatan tinggi
terhadap atom dengan neutron. Percobaan-percobaannya menunjukkan bahwa
banyak jenis atom sanggup menyerap neutron, dan dalam banyak hal atom-atom
yang dihasilkan dari pengubahan nuklir macam ini mengandung radioaktif.
Di awal tahun 1939, dilaporkan oleh Lise Meitner, Otto Hahn, dan Fritz
Strassmann bahwa penyerapan neutron-neutron kadangkala menyebabkan atom-
atom uranium jadi terpisah-pisah. Ketika kabar laporan ini pecah, Fermi (begitu
juga beberapa ahli fisika terkemuka) segera menyadari bahwa terpisah-pisahnya
atom uranium dapat melepaskan cukup neutron untuk memulai reaksi berantai.
Lebih jauh dari itu, Fermi (juga bersama ahli fisika lainnya) segera melihat dan
membayangkan potensi kemiliteran yang bisa dihasilkan oleh reaksi berantai
ini. Menjelang bulan Maret tahun 1939, Fermi menghubungi Angkatan Laut
Amerika Serikat dan mencoba menarik perhatian mereka dalam hal pembuatan
senjata atom. Tetapi, baru beberapa bulan kemudian, sesudah Albert
Einstein menulis sepucuk surat mengenai soal itu kepada Presiden Roosevelt,
barulah pemerintah Amerika Serikat menaruh perhatian terhadap tenaga atom.
Ilustrasi Chicago Pile-1, Reaktor nuklir pertama untuk mencapai reaksi berantai mandiri. Dirancang
oleh Fermi. Terdiri dari uranium dan oksida uranium dalam kisi kubik tertanam dalam grafi
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Enrico Fermi (29 September 1901 – 28 November 1954) adalah seorang
fisikawan Italia. Karyanya yang paling dikenal adalah Chicago Pile-1
(reaktor nuklir pertama). Ia juga memiliki kontribusi dalam pengembangan
teori kuantum, nuklir, fisika partikel, dan mekanika statistik. Dia adalah
salah satu orang yang disebut sebagai Bapak Bom Atom. Fermi memegang
beberapa paten yang berhubungan dengan penggunaan tenaga nuklir. Pada
tahun 1938 ia dianugerahi penghargaan Nobel dalam Fisika untuk karyanya
pada induksi radioaktivitas oleh pemboman neutron dan penemuan elemen
transuranic. Pada tanggal 2 Desember 1942, reaktor nuklir selesai dirancang
dan dibangun dengan berhasil di bawah pengawasan Fermi di Chicago. Ini
adalah pertama kalinya dalam sejarah manusia orang berhasil membuat
reaksi berantai nuklir.
B. NILAI MORAL
Sebagai ilmuwan dan ahli fisika terkemuka, Fermi tentu saja jadi incaran
pemerintahan fasis pimpinan Mussolini. Tentu, Fermi sadar betul akan
posisinya dan tentu saja ia tak akan sudi jika sampai terjadi kecemerlangan
otaknya kelak dijadikan senjata pembunuh untuk membela kepentingan
rezim Mussolini. Meski anak seorang pejabat pemerintahan--ayahnya,
Alberto Fermi, menjabat sebagai inspektur kepala di Kementerian
Komunikasi, Fermi menganut paham politik yang anti-fasisme. Artinya,
secara politik ia berseberangan dengan Mussolini. Selain itu, pemerintahan
fasis Mussolini menerapkan suatu undang-undang yang anti-Semit
(Yahudi). Padahal, sang istri, Laura Capon adalah wanita keturunan Yahudi.
Oleh karena itulah dengan alasan politis itu pula, usai menerima hadiah
Nobel di Stockholm, Swedia pada Desember 1938, Fermi dan istri, serta
kedua anaknya tidak pulang ke Italia, melainkan langsung menyeberang ke
New York, Amerika Serikat. Tentu saja, kedatangan Fermi di AS membuat
girang pihak AS dan Sekutu. Mereka bak mendapatkan durian jatuh. Fermi
langsung mendapat tempat terhormat di Universitas Columbia.
Namun andai kata Enrico Fermi tidak memutuskan hijrah ke Amerika
Serikat, mungkin Kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang tak luluh lantak
akibat dihantam bom atom. Peta politik dan kekuatan militer dunia pun
tidak akan seperti sekarang di mana Amerika menjadi demikian jumawa.
Dan umat manusia tidak akan terlalu skeptis terhadap pemanfaatan energi
nuklir untuk kesejahteraan hidup.
Tapi, sejarah memang tak bisa diputar ulang. Semua sudah terjadi. Meski
ia ilmuwan besar dan dikaruniai otak cemerlang, Fermi tetap saja seorang
anak manusia yang tak bisa melepaskan diri dari takdirnya, sebagai bagian
dari unsur penting sejarah yang menciptakan wajah dunia mencapai
bentuknya seperti sekarang. Andai pun Fermi memutuskan tetap tinggal di
Italia dan mengabdikan segala kemampuannya untuk kepentingan negara
dan bangsanya, belum tentu pula tidak tercipta bom atom.