Anda di halaman 1dari 101

TUGAS AKHIR MAGANG

DI KANTOR KPID (KOMISI PENYIARAN INDONESIA


DAERAH)

PROVINSI LAMPUNG

PERAN DAN FUNGSI KPID PROVINSI LAMPUNG PADA


KAMPANYE PILKADA SERENTAK TAHUN 2020 DI
PROVINSI LAMPUNG
(Studi Kasus Pada Pemilihan Wali Kota Bandar Lampung Tahun 2020)

Oleh :

Nama : Jefri Maulid Dio

NPM : 17610029

LABORATORIUM HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS MALAHAYATI
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Laporan Magang : PERAN DAN FUNGSI KPID PROVINSI


LAMPUNG PADA KAMPANYE
PILKADA SERENTAK TAHUN 2020 DI
PROVINSI LAMPUNG (Studi Kasus
Pada Pemilihan Walikota Bandar
Lampung Tahun 2020)

Nama Mahasiswa : Jefri Maulid Dio

Nomor Pokok Mahasiswa : 17610029

Program Studi : Ilmu Hukum

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Andre Pebrian Perdana S.I,P M.I.P Christian Thalolu S Sos, MM


NPP: 0310160121 NIP: 19710213.199703.1.004

2. Dekan Fakultas Hukum


Universitas Malahayati

Aditia Arief Firmanto, S.H.,M.H


NPP : 0205160114

i
LEMBAR PENGESAHAN

1. Tim Penguji
Penguji Utama :Tubagus M. Nasaruddin S.H., M.H. …….........…..

Penguji I :Andre Pebrian Perdana S.I,P M.I.P ……...........….

Penguji II :Christian Thalolu S Sos, MM ……...........….

2. Dekan Fakultas Hukum Universitas Malahayati

Aditia Arief Firmanto, S.H.,M.H


NPP : 0205160114

Tanggal Lulus Ujian Akhir Magang :………..2022

ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :Jefri Maulid Dio

NPM : 17610029

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Laporan Akhir Magang saya yang


berjudul “PERAN DAN FUNGSI KPID PROVINSI LAMPUNG PADA
KAMPANYE PILKADA SERENTAK TAHUN 2020 DI PROVINSI
LAMPUNG (Studi Kasus Pada Pemilihan Walikota Bandar Lampung
Tahun 2020”. berdasarkan hasil penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari
saya sendiri, dan bukan hasil plagiat. Jika terdapat karya orang lain, saya akan
mencantumkan sumber yang jelas.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan keadaan sadar tanpa paksaan dari
pihak manapun.

Bandar Lampung, ....................... 2022


Yang membuat pernyataan,

Jefri Maulid Dio

iii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILIMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Malahayati, saya yang bertanda tangan


dibawah ini:
Nama : Jefri Maulid Dio
NPM : 17610029.
Jurusan/ProgramStudi : S-1 Ilmu Hukum.
Fakultas : Hukum.
Jenis Karya Ilmiah : Tugas Akhir Magang.

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Malahayati Hak Bebas Royalti Nonekslusif (None-exclusive Royalty
FreeRight) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
“PERAN DAN FUNGSI KPID PROVINSI LAMPUNG PADA KAMPANYE
PILKADA SERENTAK TAHUN 2020 DI PROVINSI LAMPUNG (Studi
Kasus Pada Pemilihan Walikota Bandar Lampung Tahun 2020”.
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas
Royalti/Noneksklusif ini Universitas Malahayati berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan karya ilmiah saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di : Bandar Lampung
Pada tanggal :.....................2022
Yang Menyatakan,

Jefri Maulid Dio

iv
RIWAYAT HIDUP

Jefri Maulid Dio nama lengakap penulis lahir di


Bogorejo, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten
Pesawaran tanggal 18 Juni 1999. Penulis merupakan
anak Ketiga dari 3 (Tiga) Bersaudara dari pasangan
Supangat dan Dewi Haryati. Penulis menempuh
Pendidikan Pertama kali di Sekolah Dasar Negri 1
Sukaraja Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten
Pesawaran kemudian lulus pada tahun 2011. Kemudia
Penulis melanjutkan Sekolah Tingkat Pertama pada
tahun yang sama di SMP Negeri 4 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan
lulus pada tahun 2014. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di
Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran
dan selesai pada tahun 2017. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan kuliah
Strata Satu (S1) pada Fakultas Hukum Prodi Ilmu Hukum Universitas Malahayati
Bandar Lampung yang lulus pada tahun 2022.

Semasa kuliah penulis aktif dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa


Fakultas Hukum (BEM-FH) yang menjabat sebagai anggota Devisi
Pengembangan Bakat pada periode 2017/2018, Kemudian pada Tahun 2019/2020
Wakil Ketua Divisi Pengembangan Bakat, 2020/2021 Ketua Divisi
Pengembangan Bakat. Selain itu Penulis pernah bergabung pada media Pers
Universitas Malahayati pada periode 2018/2019, Dan Mengikuti Pelatihan
Jurnalis yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum
(BEM-FH), serta penulis aktif dibidang olahraga seperti futsal, sepak bola dan
volly.

Kemudian penulis melakukan magang merdeka belajar di KPID Provinsi


Lampung selama 3 bulan pada tahun 2020/2021 pada bidang Pengawasan Isi
Siaran. Kemudian penulis menyelesaikan masa studinya dengan membuat laporan
akhir magang yang mengangkat judul tentang
“PERAN DAN FUNGSI KPID PROVINSI LAMPUNG PADA KAMPANYE
PILKADA SERENTAK TAHUN 2020 DI PROVINSI LAMPUNG (Studi
Kasus Pada Pemilihan Walikota Bandar Lampung Tahun 2020”.

v
MOTO

‘Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling
pahit ialah berharap kepada manusia.’

(Ali Bin Abi Thalib)

‘Allah mencintai pekerjaan yang apabila bekerja ia menyelesaikannya dengan


baik’

(HR. Thabrani)

‘Susah, tapi bismillah’

(Fiersa Besari)

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdullilah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan


rangkaian kemudahan, karena atas berkat dan rahmatnya, saya dapat
menyelesaikan Laporan Akhir ini yang berjudul “PERAN DAN FUNGSI KPID
PROVINSI LAMPUNG DALAM PILKADA SERENTAK TAHUN 2020 DI
PROVINSI LAMPUNG (Studi Kasus Pada Pemilihan Walikota Bandar
Lampung Tahun 2020)”. Penulisan Laporan Akhir Magang ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada
Fakultas Hukum Program Studi Ilmu Hukum Universitas Malahayati.

Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan laporan akhir ini, sangat sulit bagi
penulis untuk menyelesaikan laporan akhir ini, Penulis banyak mengucapkan
terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Achmad Farich, dr., MM selaku Rektor Universitas Malahayati.


2. Bapak Aditia Arief Firmanto, S.H., M.H selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Malahayati.
3. Bapak Andre Pebrian Perdana S.I.P M.I.P selaku Dosen Pembimbing
Lapangan (Pembimbing 1) yang telah memberikan arahan dan masukan dalam
menyelesaikan laporan akhir magang ini.
4. Bapak Christian Thalolu S Sos, MM selaku Mentor (Pembimbing II) di KPID
Provinsi Lampung, yang telah membimbing, memberikan masukan dan saran-
saran baik selama magang sampai dengan laporan ini diselesaikan. Terima
kasih telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan
penulis baik dalam menyusun laporan mingguan magang serta laporan akhir
magang ini.
5. Bapak Budi Jaya S.H. Ketua KPID Provinsi Lampung, saya ucapkan terima
kasih atas kesempatan yang sangat berharga ini untuk belajar serta
berkontribusi dalam program magang di KPID Provinsi Lampung.
6. Ibu Rissa Afni Martinouva, S.H., M.H selaku Dosen serta Dosen Pembimbing
Akademik yang telah membimbing, memberikan ilmu, dan membantu penulis
semasa kuliah.
7. Bapak Chandra Muliawan, S.H., M.H., C.L.A dan Tubagus M Nasaruddin S.H.
M.H selaku dosen dari awal masuk kuliah sampai dengan selesai ditulis

vii
laporan akhir ini. Terima kasih atas ilmu pengetahuan yang diberikan semasa
kuliah.
8. Seluruh staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Malahayati yang telah
memberikan ilmu pengetahuan yang tak ternilai selama penulis menempuh
pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Malahayati.
9. Seluruh Insan KPID Provinsi Lampung yang telah berbagi ilmu serta
membantu selama magang.
10. Fakultas Hukum angkatan 2017 yang sudah menemani semasa kuliah, terima
kasih untuk waktu dan kebersamaannya, semoga silaturahmi kita tetap
terjaga.
11. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Supangat dan Ibu Dewi Haryati serta
kedua kakak saya Okkyawan Dan Deris Alintio, terima kasih atas keringat
dan perjuangan yang telah diberikan untuk membesarkan, yang tidak dapat
dibalas kebaikan yang sudah diberikan, Penulis selalu mendoakan yang
terbaik bagi beliu semua.
12. Kepada teman-teman dekat yang selalu ada disaat suka maupun duka eko,
malik, bagas, ari, tedi, yudha, ryan, rizal, bang redho, bang dedi terima kasih
waktu bersamanya semoga kita selalu berkawan baik.
13. Dedek miftah yang sudah menemani kurang lebih 3 tahun kebelakang terima
kasih atas waktu, tenaga dan pikiran yang kita lalui bersama walaupun
sekarang terputus komunikasi antara kita berdua tapi semua itu hanya perihal
waktu I still love you forever <3

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rizki dan Nikmat bagi keluarga
dan kerabat baik yang tertuliskan ataupun tidak, serta mengizinkan saya untuk
membalas budi baiknya suatu saat nanti. Akhir kata, penulis berharap semoga
penulisan laporan akhir ini dapat bermanfaat untuk kepentingan penelitian, ilmu
pengetahuan dimasa mendatang dan terkhusus di dalam Hukum Tata Negara.

Bandar Lampung, ...........2022

Jefri Maulid Dio

viii
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………………. i

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………... ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ………………………………… iii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI …………… iv

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS …………... v

RIWAYAT HIDUP ………………………………………………………… vi

MOTTO ……………………………………………………………………... vii

KATA PENGANTAR …………………………………………………....... viii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. ix

DAFTAR BAGAN ………………………………………………………… xi

DAFTAR TABEL …………………………………………………………. xii

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………. xiv

ABSTRAK………………………………………………………………….. xv

ABSTRACK………………………………………………………………… xvi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Dasar Pemikiran …………………………………………………… 1


B. Tujuan Magang ……………………………………………………. 7
C. Target Magang …………………………………………………….. 8
1. Target Magang 1. ……………………………………………… 8
2. Target Magang 2. ……………………………………………… 8
3. Target Magang 3. ……………………………………………… 8
D. Waktu Pelaksanaan Magang ……………………………………... 8
E. Profil Institusi Tempat Magang ………………………………….. 10
1. Sejarah Singkat KPI ………………………………………….. 10

ix
2. Fungsi, Wewenang, Tugas, dan Kewajiban KPI …………… 14
3. Visi dan Misi KPI …………………………………………….. 15
4. Struktur Organisasi …………………………………………... 15
F. Rumusan Masalah ………………………………………………... 16
G. Teori dan Kerangka Berfikir ……………………………………. 17
1. Teori …………………………………………………………... 17
2. Kerangka Berfikir …………………………………………… 32
H. Metode Penelitian ………………………………………………... 33
1. Jenis Penelitian ………………………………………………. 33
2. Pendekatan Masalah ……………………………………….... 34
3. Sifat Penelitian ……………………………………………….. 34
4. Sifat Penelitian ……………………………………………….. 34
5. Metode Pengambilan Sampling Penelitian …………………. 36
6. Analisis Data …………………………………………………. 36
7. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data …………….. 37

BAB II

KEGIATAN MAGANG

A. Jadwal Pelaksanaan Magang …………………………………… 22


B. Pembimbing Magang ……………………………………………. 23
1. Oleh Dosen Pembimbing Lapangan ………………………... 23
2. Oleh Institusi Tempat Magang ……………………………... 23
C. Rincian Kegiatan Magang ……………………………………… 24

BAB III

ANALISIS KEGIATAN MAGANG

A. Pencapaian Target 1 ……………………………………………… 45


1. Mengetahui alasan berdirinya Komisi Penyiaran Indonesia.. 45

2. Mengetahui Tugas dan Fungsi Komisi Penyiaran Indonesia.. 51

3. Mengetahui Visi dan Misi Komisi Penyiaran Indonesia…….. 52

x
B. Pencapaian Target 2 ………………………………………………… 53
1. Mengetahui terkait mekanisme pengaduan masyarakat dan tindak
lanjut di KPID Provinsi Lampung……………………………… 54
2. Mekanisme Komisi Penyiaran Indonesia dalam pelaksanaan
pengawasan isi siaran Kampanye………………………………. 55
3. Peranan KPID Provinsi Lampung dalam pengawasan isi siaran
kampanye pilkada serentak tahun 2020 di Provinsi Lampung.. 56

C. Pencapaian Target 3
1. Soft Skill ………………………………………………………….. 69
2. Hard Skill ………………………………………………………… 73

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………….. 77
B. Hambatan ……………………………………………………………. 77
C. Saran ………………………………………………………………… 78

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 80

LAMPIRAN ………………………………………………………………… 82

xi
DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Struktur Keorganisasian KPID Provinsi Lampung…………… 15

Bagan 1.2 Kerangka Berfikir…………………………………………….. 33

xii
DAFTAR TABEL

Table 1.2 Jadwal Pelaksanaan Magang Kerja KPID Provinsi Lampung….. 9

Table 1.2 Jadwal Pelaksanaan Magang Kerja KPID Provinsi Lampung …. 10


Table 2.1 Rincian Kegiatan Magang ……………………………………… 10
Table 3.1 Soft Skill………………………………………………………… 70
Table 3.2 Hard Skill……………………………………………………….. 74

xiii
DAFTAR GAMBAR

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

xv
PERAN DAN FUNGSI KPID PROVINSI LAMPUNG PADA KAMPANYE
PILKADA SERENTAK TAHUN 2020 DI PROVINSI LAMPUNG
(Studi Kasus Pada Pemilihan Walikota Bandar Lampung Tahun 2020)

Oleh : Jefri Maulid Dio

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang Peran dan Fungsi KPID Provinsi Lampung
dalam Mengawasi Isi Siaran Kampanye pada Pilkada Serentak Tahun 2020 Di
Provinsi Lampung. Sesuai Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 Tentang
Penyiaran, Pada Tahun 2020 Kota Bandar Lampung melakukan Pilkada Serentak.
Kampanye politik biasa dilakukan di media massa seperti televisi dan radio.
Banyak sedikitnya penayangan iklan paslon akan mempengaruhi penilaian
masyarakat terhadapnya. Media massa harus seimbang dalam menayangkan iklan
kampanye. Maka dari itu diperlukan peran KPID Provinsi Lampung dalam
mengawasi isi siaran Kampanye supaya tidak terjadi monopoli media.

Jenis Penelitian ini menggunakan model penelitian Kualitatif. Data primer


diperoleh melalui wawancara terhadap Koordinator dan staff divisi Pembinaan
dan Pengawasan KPID Provinsi Lampung. Data sekunder diperoleh melalui
dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek Penelitian,
peraturan perundang-undangan dan lain-lain, kemudian data primer yang
diperoleh diolah dan dianalisis secara analisis kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam hal Pengawasan isi siaran
Kampanye Komisi Penyiaran Indonesia Daerah melalui kerja sama dengan KPU
dan BAWASLU untuk melakukan Pengawasan melalui dua media elektronik
yaitu Radio dan Televisi (TV lokal), KPID Provinsi Lampung ini sudah berusaha
bekerja dengan maksimal membantu BAWASLU dan KPU agar selama pilkada
berjalan dengan lancar sesuai jam iklan yang sudah dibuat oleh penyelenggara
pemilu kada.

Kata Kunci : Peran, Pilkada, Pengawasan.

xvi
xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Dasar Pemikiran
Dalam rangka menyiapkan mahasiswa menghadapi perubahan sosial,
budaya, dunia kerja dan kemajuan teknologi yang pesat, kompetensi
mahasiswa harus disiapkan untuk lebih baik sesuai dengan kebutuhan zaman.
Link dan Macth tidak saja dengan dunia industri dan dunia kerja tetapi juga
dengan masa depan yang berubah dengan cepat. Perguruan Tinggi dituntut
untuk dapat merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang inovatif
agar mahasiswa dapat meraih capaian pembelajaran mencakup aspek sikap,
pengetahuan dan keterampilan secara optimal dan selalu relevan.

Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka diharapkan dapat


menjadi jawaban atas tuntutan tersebut. Kampus Merdeka merupakan wujud
pembelajaran di Perguruan Tinggi yang otonom dan fleksibel, sehingga
tercipta kultur belajar yang inovatif, tidak mengekang dan sesuai dengan
kebutuhan mahasiswa.

Program utama yaitu kemudahan pembukaan program studi baru,


perubahan sistem akreditasi perguruan tinggi, kemudahan perguruan tinggi
negeri menjadi PTN berbadan hukum, dan hak belajar tiga semester diluar
program studi, tiga semester yang dimaksud berupa 1 semester kesempatan
mengambil mata kuliah diluar program studi dan 2 semester melaksanakan
aktivitas pembelajaran diluar perguruan tinggi.

Selain itu dalam rangka pencapaian pembelajaran Merdeka Belajar


yang dimaksud diatas, Fakultas Hukum Universitas Malahayati merasa
terpanggil untuk berperan serta secara aktif mewujudkan program Merdeka
Belajar yang telah disepakati oleh para pimpinan di Universitas Malahayati
dalam bentuk kegiatan magang/praktik kerja di berbagai Instansi,

1
2

LBH dan Kantor Hukum di Wilayah Bandar Lampung dalam satu


semester (20 SKS). Kegiatan tersebut harus dilaksanakan dengan bimbingan
dari dosen. Hal ini diharapkan dapat memberikan pengalaman kontekstual
lapangan yang akan meningkatkan kompetensi mahasiswa secara utuh, siap
kerja, atau menciptakan lapangan kerja baru.

Proses pembelajaran dalam Kampus Merdeka di Fakultas Hukum


Universitas Malahayati merupakan perwujudan pembelajaran yang berpusat
pada mahasiswa (student centered learning) yang sangat esensial.
Pembelajaran dalam Kampus Merdeka memberikan tantangan dan
kesempatan serta mengembangkan kemandirian dalam mencari dan
menemukan pengetahuan melalui kenyataan dan dinamika lapangan seperti
persyaratan kemampuan, permasalahan riil, instrospeksi sosial, kolaborasi,
manajemen diri, tuntutan kinerja, target dan pencapaianya. Melalui program
Merdeka Belajar yang dirancang dan diimplementasikan dengan baik, maka
hard skill dan soft skill mahasiswa akan terbentuk dengan kuat.

Program Merdeka Belajar di Fakultas Hukum Universitas Malahayati


diharapkan dapat menjawab tantangan Perguruan Tinggi untuk menghasilkan
lulusan yang sesuai perkembangan zaman, kemajuan IPTEK, tuntutan dunia
industri maupun dinamika masyarakat.

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Provinsi Lampung


merupakan lembaga penyiaran yang bersifat independen sebagai wujud peran
serta masyarakat dalam hal penyiaran. Sebagai lembaga yang bergerak dalam
bidang penyiaran, semua tugas serta fungsi yang dijalankan oleh KPI
bertujuan untuk memperbaiki seluruh siaran di Indonesia. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana Komisi Penyiaran Indonesia Daerah
(KPID) Provinsi Lampung dalam melakukan pengawasan isi siaran
kampanye Pilkada 2020.

Pemilihan umum secara langsung oleh rakyat merupakan saran


perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan Negara yang
demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Penyelenggaraan pemilihan umum secara langsung,
umum, bebas,rahasia, jujur dan adil dapat terwujud apabila dilaksanakan oleh
3

penyelenggara pemilihan umum yang mempunyai integritas, profesionalitas,


dan akuntabilitas.Media punya peran strategis dalam pelaksanaan pemilu,
karena pentingnya sebagai sarana untuk proses berlangsungnya memilih
wakil dan pemimpin rakyat maka media massa punya andil mengawal
pembelaan demokrasi 5 tahunan itu meski tidak mudah, karena sebagian
masih terbelenggu kepentingan politik.(Undang-Undang Nomor 08 Tahun
2012).

Menurut Mufid, (2017:209) menjunjung tinggi Norma dan nilai


Agama, serta budaya, bangsa yang multikultural. Lembaga Penyiaran wajib
menayangkan klasifikasi siaran, lembaga penyiaran wajib mengklarifikasi,
Memberikan peringatan, himbauan arahan, bimbingan orang tua terhadap
anak atau remaja yang menonton siaran tersebut.

Harus menjunjung tinggi hak-hak Asasi Manusia menjunjung tinggi


prinsip ketidak berpihakan dan keakuratan, melindungi kehidupan anak-anak,
remaja dan kaum perempuan melindungi kaum yang tidak diuntungkan,
melindungi publik dari pembodohan dan kesejahteraan, serta menumbuhkan
demokrasi, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 pasal 3 menambahkan
bahwa penyiaran diselenggarakan dengan tujuan memperkukuh intergrasi
nasional, terbinanya watak dan jadi diri bangsa yang beriman dan bertakwa,
Mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejateraan umum, serta
membangun masyarakat mandiri, demokratif, adil sejahtera, dan
menumbukan industri penyiaran Indonesia.

Menurut Najib (2014:3) Penyelenggaraan pemilu tidak pernah


terbebas dari berbagai bentuk kejahatan dan pelanggaran, meskipun telah ada
Undang-Undang atau Peraturan yang mengaturnya Berdasarkan pengalaman
beberapa penyelenggaraan Pemilu pelanggaran yang terjadi antara lain
berkuat seputar pelanggaran administratif, konflik kampanye, money politik
dan sejenisnya.ketentuan Pasal 82 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012
tentang Pemilihan Umum, bahwa kampanye Pemilu dapat dilakukan melalui
pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka, penyebaran bahan kampanye,
pemasangan alat peraga kampanye, iklan di media massa cetak maupun
elektronik, rapat umum dan kegiatan lain yang tidak melanggar larangan
Kampanye Pemilu dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dari
4

ketujuh macam metode kampanye tersebut, selanjutnya menurut ketentuan


pasal 83 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012, Kampanye dalam
bentuk iklan media cetak dan media massa

Media elektronik menjadi alat komunikasi yang esensial dalam


Demokrasi, begitu pentingnya peranan komunikasi media dalam masyarakat
yang demokratis sehingga dapat dikatakan bahwa batasan demokrasi banyak
ditentukan oleh komunikasi, termasuk naik turunnya tingkat demokrasi
banyak tergantung pada struktur dan ciri sistem komunikasi.

Menurut Cangara, (2011:62) bahwa pemilihan media komunikasi


harus didasarkan pada isi pesan yang ingin disampaikan, dan pemilikan
media yang dimiliki oleh khalayak. Isi kemasan pesan yang ditunjukan untuk
masyarakat luas sebaiknya disalurkan melalui media massa misalnya surat
kabar atau telivisi dan untuk komunikasi kelompok. Pengetahuan tentang
pemilikan media dikalangan masyarakat harus diketahui lebih dahulu
berdasarkan hasil riset yang telah dilakukan, Hal ini penting untuk
menghindari terjadinya pemborosan biaya, waktu dan tenaga, Tidak ada
gunanya memakai media jika yang dimaksud tidak diterima.

Menurut Soekanto (2002:243) Kampanye melalui televisi memang


memiliki keunggulan, hasil survey nasional menunjukan bahwa model iklan
dengan pemasangan bendera memiliki tingkat efektivitas sebesar 44,7%,
spanduk 44,8%, aksi pengerahan massa 7,2%, pawai atau karnaval sebesar
70,9%, iklan di Televisi (TV) sebesar 71,7%. Dari data ini, para politikus
berebutan kesempatanmemanfaatkan slot iklan semaksimal mungkin,
terutama iklan di televisi yang memiliki pengaruh paling besar dan efektif,
dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 media elektronik harus
menyangkan pemberitaan pemilu sesuai dengan prinsip jurnalistik dan kode
etik jurnalistik, Sementara, penayangan jejak pendapat, penghitungan cepat,
dialog dan debat, iklan kampanye, dan blocking time, harus mengedepankan
independensi dan keberimbangan.

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Provinsi Lampung adalah


sebuah lembaga Negara Independen di Indonesia yang didirikan di setiap
provinsi berfungsi sebagai legulator penyelenggara penyiaran di setiap
5

Provinsi di Indonsia yang dimaksud dalam skripsi ini ialah KPID Provinsi
Lampung yang terletak di Jalan Bougenvile No. 8, Rawa Laut, Tanjung
Karang Timur, Rw. Laut, Engal, Kota Bandar Lampung, Lampung 35213.
Merupakan salah satu regulator penyiaran berfungsi mewadahi aspirasi serta
mewakili kepentikan masyarakat akan penyiaran, dengan adanya KPID
Provinsi Lampung juga memperoleh penyelenggaraan penyiaran yang
berkualitas, Pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui
dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas atau
pekerjaan apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak.

Menurut Effendi (1993:175) kinerja yang dilakukan KPID dalam


mengawasi siaran televisi yang sesuai dengan Pedoman Perilaku Penyiaran
dan Standar Program Siaran (P3SPS). Televisi merupakan perpaduan antara
radio (Broadcast) dan film (moving picture). Melihat jauh disini diartikan
dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat (studio televisi)
dapat dilihat dari tempat lain melalui sebuah perangkat penerima. Perangkat
Televisi (TV) adalah. SiaranTelevisi lokal stasiun penyiaran dengan wilayah
siaran terkecil yang mencangkup satu wilayah kota atau kabupaten.

Untuk terwujud lembaga penyiaran yang sehat,berimbang adil,


beragam dan berkualitas, maka lahirlah Komisi Penyiaran Indonesia dengan
amanat undang-undang penyiaran nomor 32 tahun 2002, yang mengatur dan
mengawasi lembaga penyiaran, memiliki wewenang juga dalam menetapkan
standar program siaran, setelah, terlebih dahulu mendapatkan masukan dari
masyarakat dan organisasi lainnya.

Komisi Penyiaran Indonesia ialah sebuah lembaga independen, terdiri


dari KPI Pusat dan KPI Daerah, Aggota Komisi Penyiaran Indonesia Pusat
berjumlah 9 orang dan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah berjumlah 7
orang, Masa Jabatannya 3 tahun, serta dapat dipilih kembali dalam satu kali
masa jabatan berikutnya.

Menjalankan fungsinya sesuai dengan pasal 8 ayat 2 dengan


wewenang Menetapkan standar program siaran, menyusun peraturan dan
pedoman perilakupenyiaran, Megawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman
perilaku pelanggaran peraturan, baik itu pelanggaran pedoman perilaku
6

penyiaran atau standar program siaran, serta melakukan koordinasi dan


kerjasama dengan pemerintah, lembaga penyiaran, dan masyarakat.

Dalam menjalankan fungsinya, Komisi Penyiaran Indonesia memiliki


kewenangan (otoritas), menyusun dan mengawasi berbagai peraturan
penyiaran, serta menghubungkanantara lembaga penyiaran, pemerintah dan
masyarakat, peraturan yang dilakukan mencakup semua proses kegiatan
penyiaran, mulai dari tahap pendirian, operasional, pertanggung jawaban dan
evaluasi.

(UU Penyiaran No, 32 Tahun 2002) Kampanye Politik, secara umum


media massa memiliki berbagai fungsi bagi khalayaknya,sebagai pemberi
informasi: kedua pemberian komentar atau interpretasi yang membantu
pemahaman makna informasi; ketiga pembentukan kesepakatan; keempat,
kolerasi bagian-bagian masyarakat dalam pemberian respon terhadap
lingkungan; kelima, transmisi warisan budaya; dan keenam, ekspresi nilai-
nilai dan simbol budaya yang diperlukan untuk melestarikan identitas dan
kesinambungan masyarakat. Kampanye politik dewasa ini tidak bisa lepas
dari peran iklan di media massa seperti televisi (TV), Cetak maupun radio,
Media Televisi (TV) tetap menjadi primadona karena dianggap memiliki efek
paling efektif dalam mempengaruhi orang, Dikarenakan sifat televisi (TV)
yang audio visiul, tidak seperti media cetak ataupun yang hanya audio saja
ataupun visual saja.Iklan Televisi (TV) dengan arus teknologi ini, rasanya
media elektronik menjadi saluran utama untukmempengaruhi pandangan
masyarakat khususnya dalam masa kampanye Pemilu, Medium ini telah
berkembang pesat seiring dengan perkembangan teknologi, Hal ini salah
satunya disebabkan sudah banyaknya masyarakat yang memiliki televisi
maupun radio, bahkan sebagian lagi sudah mampu menggunakan internet.

Banyak sedikitnya penayangan yang berhubungan dengan tranformasi


sosialisasi visi dan misi dari sebuah Partai maupun calon yang dijagokan akan
sangat mempengaruhi penilaian masyarakat terhadapnya. Oleh karena itu bagi
yang ingin mendapat kemenangan suara harus mampu ”menguasai” media ini
dengan penayanagan iklannya, Dengan tidak sedikit biaya tentunya, iklan
7

tidak hanya sering tapi juga harus menarik dan mudah diingat oleh
masyarakat, Pemberitaan mengenai Partai maupun tokoh juga berpengaruh
terhadap persepsi masyarakat, Misalnya partai mana saja yang sering
melakukan kecurangan atau bertindak anarkis akan dapat di lihat masyarakat
secara aktual, Oleh karena itu opini yang sengaja dibentuk oleh media
menjadi untuk menaikan ataupun menjatukan pamor salah satu kontestan
Pemilu.

Bahwa dalam rangka untuk memfasilitasi pasangan Iklan Kampanye


pasangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bandar Lampung Tahun
2020 pada Media Cetak dan media Elektronik, berikut disampaikan jadwal
iklan kampanye pada media cetak dan elektronik sebagaimana terlampir
dengan ketentuan: Iklan Kampanye pada media cetak bagi 3 (tiga) Pasangan
Calon dimuat dalam 1 (Satu) halaman sesuai dengan nomor urut Pasangan
Calon, Iklan Kampanye pada media Elektronik bagi 3 (tiga) Pasangan Calon
ditayangkan secara berurutan sesuai dengan nomor urut Pasangan Calon,
Komisi Pemilihan Umum Kota Bandar Lampung 21 November 2020.

Dalam kesempatan kali ini penulis melaksanakan magang di kantor


Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Provinsi Lampung Selama 65 Hari dan
Penulis tertarik untuk menganalisis dan mengkaji mengenai:

“PERAN DAN FUNGSI KPID PROVINSI LAMPUNG PADA


PILKADA SERENTAK TAHUN 2020 DI PROVINSI LAMPUNG (Studi
Kasus Pada Pemilihan Walikota Bandar Lampung Tahun 2020”.

B. Tujuan Magang
Tujuan Magang di Perusahan/Instansi Pemerintah/LSM/Lembaga
lainya adalah kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka, Program “hak
belajar satu semester di luar Program Studi” adalah untuk meningkatkan
kempetensi lulusan, baik soft skill maupun hardskill, agar mahasiswa lebih
siap dan relevan dalam memenuhi suatu kebutuhan zaman, menyiapkan
lulusan sebagai pemimpin masa depan bangsa bangsa yang unggul dan
kepribadian, maka dari itu penulis memiliki tujuan :
8

1. Untuk mengetahui Peran dan Fungsi KPID Provinsi Lampung pada


Pilkada Serentak Tahun 2020 Di Bandar Lampung.

C. Target Magang

1. Target Magang 1.
a. Mengetahui alasan berdirinya KPID Provinsi Lampung;
b. Mengetahui visi dan misi KPID Provinsi Lampung.
c. Mengetahui tugas, fungsi dan kewenangan KPID Provinsi Lampung;

2. Target Magang 2.
a. Mengetahui terkait mekanisme Pengaduan masyarakat Di KPID
Provinsi Lampung
b. Mengetahui terkait Tindak Lanjut mengenai Pengaduan masyarakat
Di KPID Provinsi Lampung
c. Mengetahui terkait Sanksi yang diberikan terhadap Pelanggaran Radio
atau Televisi
d. Mekanisme Komisi Penyiaran Indonesia dalam pelaksanaan
pengawasan isi siaran Kampanye
e. Peranan KPID Provinsi Lampung dalam pengawasan isi siaran
kampanye pilkada tahun 2020 di Provinsi Lampung

3. Target Magang 3.

a. Soft Skill
1) Kemampuan Berkomunikasi.

2) Bekerja Sama.

3) Rasa ingin tahu, kreatif dan inovatif.

4) Bekerja Keras.

5) Kejujuran Integritas.

b. Hard Skill
1) Merumuskan Permasalahan Hukum.

2) Menyelesaikan Permasalahan teknis dilapangan.

3) Kemampuan analisis untuk membuat dokumen hukum.


9

D. Waktu Pelaksanaan Magang


Penulis melaksanakan program magang disemester Ganjil 2020/2021
selama tiga bulan, dimulai sejak tanggal 23 November 2020 sampai dengan
23 Februari 2021. Dan bidang yang di jadwalkan setiap minggunya yaitu
Bidang Pengelolaan Struktur Dan Sistem Penyiaran (PS2SPS), Bidang
Pengawasan Isi Siaran, Bidang Kelembagaan, Dan Administrasi
Kesekretariatan. Terhitung sejak tanggal 24 November 2020 sampai dengan
23 Februari 2021, program magang dilaksanakan selama 65 (enam puluh
lima) hari bukti daftar hadir (terlapir), dan laporan mingguan (terlampir).
Selama melaksanakan program magang di KPID Provinsi Lampung, penulis
bekerja sesuai dengan jadwal jam kerja pada table sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan
Penulis mencoba mengumpulkan infomasi terkait KPID Provinsi
Lampung baik dari teman, internet, bahkan dari sebuah webinar yang
berkaitan dengan KPID Provinsi Lampung, kemudian penulis
mempersiapkan syarat-syarat administrasi terkait pendaftaran magang,
yaitu mengisi formulir pendaftaran magang, surat keterangan mahasiswa
(SKM), foto copy kartu tanda mahasiswa (KTM), transkip nilai, kartu hasil
studi (KHS) semester VI, pas foto berwarna 2x3 sejumlah 1 lembar dan
3x4 sejumlah 1 lembar.
Sebelum pelaksanaan magang di KPID, penulis dan beberapa
mahasiswa mendapatkan pembekalan tentang magang sekaligus pelepasan
mahasiswa yang akan melaksakan magang oleh fakultas. Kemudian
setelah itu, penulis mengantarkan surat permohonan izin magang di KPID
Provinsi Lampung sekaligus pengenalan dan penyampaian tata tertib
peraturan dikantor KPID Provinsi Lampung.

2. Tahap Pelaksanaan
Penulis melaksanakan program magang pada Bidang
Kelembagaan, Bidang Perizinan, dan Bidang Pembinaan dan Pengawasan
disetiap minggunya. Terhitung sejak tanggal 24 November 2020 sampai
dengan 23 Februari 2021, program magang dilaksanakan selama 62 (enam
puluh dua) hari bukti daftar hadir (terlampir), dan laporan mingguan
(terlampir) selama melaksanakan program magang di KPID Provinsi
10

Lampung penulis bekerja sesuai dengan jadwal jam kerja pada table
sebagai berikut:
Table 1.1 Jadwal Jam Kerja KPID Provinsi Lampung
Hari Kerja Jam Kerja Jam Istirahat

Senin – Kamis 08.00 – 16.30 WIB 12.00 – 13.00 WIB


Jumat 08.00 – 17.00 WIB 12.00 – 13.00 WIB

Table 1.2 Jadwal Pelaksanaan Magang Kerja KPID Provinsi


Lampung

No. Keterangan Waktu Pelaksanaan

November Desember Januari Februari

1. Survei lokasi
magang

2. Penulisan TOR

3. Pelaksanaan
kegiatan magang

4. Belajar dan
memahami
kegiatan magang

Table 1.3 Jadwal Waktu Pasca Pelaksanaan Magang Kerja KPID


Provinsi Lampung

No. Kegiatan Mar Apr Mei Jun Jul Agus


1. Pengumpulan data
2. Bimbingan DPL
3. Bimbingan Mentor
4. Penulisan laporan
akhir

E. Profil Institusi Tempat Magang

1. Sejarah Singkat KPI


Komisi Penyiaran Indonesia (disingkat KPI) adalah sebuah
lembaga independen di indonesia yang kedudukannya setingkat dengan
11

lembaga negara lainnya yang berfungsi sebagai regulator


penyelenggaraan penyiaran di Indonesia. Komisi ini berdiri sejak
tahun 2002 berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2002 Tentang Penyiaran. KPI terdiri atas Lembaga Komisi
Penyiaran Indonesia Pusat (KPI Pusat) dan Komisi Penyiaran Indonesia
Daerah (KPID) yang bekerja di wilayah setingkat Provinsi. Wewenang
dan lingkup tugas Komisi Penyiaran meliputi pengaturan penyiaran yang
diselenggarakan oleh Lembaga Penyiaran Publik, Lembaga Penyiaran
Swasta, dan Lembaga Penyiaran Komunitas.

Undang-undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 merupakan


dasar utama bagi pembentukan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
Semangatnya adalah pengelolaan sistem penyiaran yang merupakan
ranah publik harus dikelola oleh sebuah badan independen yang bebas
dari campur tangan pemodal maupun kepentingan kekuasaan.

Berbeda dengan semangat dalam Undang-undang penyiaran


sebelumnya, yaitu Undang-undang No. 24 Tahun 1997 pasal 7 yang
berbunyi "Penyiaran dikuasai oleh negara yang pembinaan dan
pengendaliannya dilakukan oleh pemerintah", menunjukkan bahwa
penyiaran pada masa itu merupakan bagian dari instrumen kekuasaan
yang digunakan untuk semata-mata bagi kepentingan pemerintah.

Proses demokrasi di Indonesia menempatkan publik sebagai


pemilik dan pengendali utama ranah penyiaran. Karena frekuensi adalah
milik publik dan sifatnya terbatas, maka penggunaannya harus sebesar-
besarnya bagi kepentingan publik. Sebesar-besarnya bagi kepentingan
publik artinya adalah media penyiaran harus menjalankan fungsi
pelayanan informasi publik yang sehat. Informasi terdiri dari bermacam-
macam bentuk, mulai dari berita, hiburan, ilmu pengetahuan, dll. Dasar
dari fungsi pelayanan informasi yang sehat adalah seperti yang tertuang
dalam Undang-undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 yaitu Diversity
of Content (prinsip keberagaman isi) dan Diversity of Ownership (prinsip
keberagaman kepemilikan).

Kedua prinsip tersebut menjadi landasan bagi setiap kebijakan


yang dirumuskan oleh KPI. Pelayanan informasi yang sehat
12

berdasarkan prinsip keberagaman isi adalah tersedianya informasi yang


beragam bagi publik baik berdasarkan jenis program maupun isi
program. Sedangkan prinsip keberagaman kepemilikan adalah jaminan
bahwa kepemilikan media massa yang ada di Indonesia tidak terpusat
dan dimonopoli oleh segelintir orang atau lembaga saja. Prinsip ini juga
menjamin iklim persaingan yang sehat antara pengelola media massa
dalam dunia penyiaran di Indonesia.

Apabila ditelaah secara mendalam, Undang-undang no. 32 Tahun


2002 tentang Penyiaran lahir dengan dua semangat utama, pertama
pengelolaan sistem penyiaran harus bebas dari berbagai kepentingan
karena penyiaran merupakan ranah publik dan digunakan sebesar-
besarnya untuk kepentingan publik. Kedua adalah semangat untuk
menguatkan identitas lokal dalam semangat otonomi daerah dengan
pemberlakuan sistem siaran berjaringan.

Maka sejak disahkannya Undang-undang no. 32 Tahun 2002


terjadi perubahan fundamental dalam pengelolaan sistem penyiaran di
Indonesia, di mana pada intinya adalah semangat untuk melindungi hak
masyarakat secara lebih merata. Perubahan paling mendasar dalam
semangat UU ini adalah adanya limited transfer of authority dari
pengelolaan penyiaran yang selama ini merupakan hak ekslusif
pemerintah kepada sebuah badan pengatur independen (independent
regulatory body) bernama Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

Independen yang dimaksudkan adalah untuk mempertegas bahwa


pengelolaan sistem penyiaran yang merupakan ranah publik harus
dikelola oleh sebuah badan yang bebas dari intervensi modal maupun
kepentingan Kekuasaan. Belajar dari masa lalu di mana pengelolaan
sistem penyiaran masih berada ditangan pemerintah (pada masa rezim
orde baru), sistem penyiaran sebagai alat strategis tidak luput
dari kooptasi negara yang dominan dan digunakan untuk melanggengkan
kepentingan kekuasaan.
13

Sejarah KPID Provinsi Lampung


Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) merupakan Lembaga
Negara Independen yang dibentuk melalui Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2002 tentang Penyiaran dengan tujuan untuk mengatur berbagai hal
yang berkenaan dengan penyiaran di Indonesia. Untuk memenuhi amanat
UU Nomor 32 Tahun 2002 tersebut, Pemerintah Provinsi Lampung
membentuk Tim Seleksi Administrasi Calon Anggota KPID Provinsi
Lampung melalui Surat Keputusan Gubernur Lampung, Nomor :
G/04/B.IX/HK/2005, Tanggal 25 Maret 2005. Selanjutnya proses berlanjut
dengan dikeluarkannya Surat Ketua DPRD Provinsi Lampung, Nomor:
160 154/ILO1 2007, Tanggal 6 Februari 2007 dan Nomor: 160/182
13.01/2008, Tanggal 21 Februari 2008. Perihal Penyampaian Hasil fit And
Proper Test Calon Anggota KPID Provinsi Lampung, dimana diusulkan 7
(tujuh) orang Calon Anggota KPID Provinsi Lampung Hasil fff and Proper
Test Komisi A DPRD Provins: Lampung untuk diangkat dan ditetapkan
menjadi Anggota KPID Provinsi Lampung. Usulan nama-nama Anggota
KPID Provinsi Lampung sebanyak 7 (tujuh) orang tersebut merupakan
hasil Validasi Data dan Konfirmasi Sekretariat KPID Provinsi Lampung
langsung kepada nama-nama Calon Anggota KPID Provinsi Lampung
sesuai Hasil Fit and and Proper TestKomisi A DPRD Provinsi Lampung,
dimana usulan tidak sesuai dengan nomor urut 1 sampai dengan 7, karena
ada yang masuk 7 besar tetapi tidak bersedia dilantik karena sudah
menunggu terlalu lama dan sudah mendapatkan pekerjaan lain.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang


Penyiaran Pasal 7 Ayat (3) dan Ayat (4), KPID berkedudukan di ibukota
provinsi serta diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Provinsi, dan Anggarannya berasal dari APBD Provinsi.

Anggota KPID berjumlah 7 (tujuh) orang yang merupakan Pejabat


Negara dengan Masa Jabatan 3 (tiga) Tahun. Komisioner KPID Provinsi
Lampung dalam melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsinya
dibagikedalam 3 bidang kerja, yaitu :

a. Bidang Kelembagaan
b. Bidang Pembinaan dan Pengawasan
14

c. Bidang Perizinan
2. Fungsi, Wewenang, Tugas, dan Kewajiban KPI
a. Fungsi KPI:
KPI sebagai wujud peran serta masyarakat berfungsi mewadahi
aspirasi serta mewakili kepentingan masyarakat akan penyiaran pasal
3 Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia

b. KPI mempunyai tugas dan kewajiban :


1. Menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak
dan benar sesuai dengan hak asasi manusia;
2. Ikut membantu pengaturan infrastruktur bidang penyiaran;
3. Ikut membangun iklim persaingan yang sehat antarlembaga
penyiaran dan industri terkait;
4. Memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata, dan
seimbang;
5. Menampung, meneliti, dan menindaklanjuti aduan, sang-gahan,
serta kritik dan apresiasi masyarakat terhadap penye-lenggaraan
penyiaran; dan
6. Menyusun perencanaan pengembangan sumber daya manusia
yang menjamin profesionalitas di bidang penyiaran.

c. Dalam menjalankan fungsinya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),


KPI mempunyai wewenang:
1) Menetapkan standar program siaran;
2) Menyusun peraturan dan menetapkan pedoman perilaku
penyiaran;
3) Mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku
penyiaran serta standar program siaran;
4) Memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman
perilaku penyiaran serta standar program siaran;
5) Melakukan koordinasi dan/atau kerjasama dengan Pemerintah,
lembaga penyiaran, dan masyarakat.
15

3. Visi dan Misi KPI:


Visi
Terwujudnya sistem penyiaran nasional dan daerah yang berkeadilan dan
bermartabat untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan
masyarakat.

Misi
a. Membangun dan memelihara tatanan informasi nasional yang adil,
merata dan seimbang.
b. Membantu mewujudkan infrastruktur bidang penyiaran dan teratur,
serta arus informasi yang harmonis antara pusatdan daerah, antar
wilayah Indonesia, juga antara Indonesia dan dunia internasional.
c. Membangun iklim persaingan usaha di bidang penyiaran yang sehat dan
bermartabat:
d. Mewujudkan program siaran yang sehat, cerdas dan berkualitas, watak,
moral, kemajuan bangsa, persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan
nilai-nilai dan budaya Indonesia.
e. Menetapkan perencanaan dan peraturan serta pengembangan sumber
daya manusia yang menjamin profesionalitas penyiaran.
4. Stuktur Organisasi

Bagan 1.1 Struktur Keorganisasian KPID Provinsi Lampung

KETUA

WAKIL KETUA

BIDANG PENGELOLAAN BIDANG BIDANG


STRUKTUR DAN SISTEM PENGAWASAN ISI KELEMBAGAAN
PENYIARAN SIARAN
16

F. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari dasar pemikiran di atas, maka penulis mencoba


mengidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana peran dan fungsi KPID Provinsi Lampung dalam pengawasan isi
siaran kampanye pilkada serentak tahun 2020 di Provinsi Lampung?

G. Teori dan Kerangka Berpikir

1. Teori

a. Pengawasan
Menurut Makmur (2011:176), Pengawasan adalah proses
pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk
menjamin semua perkerjaan yang sedang dilakukan akan berjalan
sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut para
ahli di atas adalah suatu bentuk usaha dan tindakan yang memberikan
pemahaman dan kesadaran kepada seseorang atau beberapa orang yang
diberikan tugas untuk melaksanakan dengan menggunakan berbagai
sumber daya yang telah tersedia secara baik dan besar, sehingga tidak
akan terjadi kesalahan dan penyimpangan yang sesungguhnya yang
dapat menciptakan kerugian oleh lembaga atau organisasi yang
bersangkutan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah
pengawasan adalah di artikan dari kata ‘’awas’’, sehingga pengawasan
merupakan kegiatan dari pengawasan. Sedangkan menurut Sarwoto
‟pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar
pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang di tetapkan
dan atau hasil yang dikehendak‟ Sarwoto (2010;93)

Kemudian Widodo (2001:120) mendefinisikan pengawasan


(control), sebagai ‟proses usaha untuk melihat, menemukan apakah
suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan apa yang direncanakan‟
Senada dengan pendapat tersebut Sujanto (1996:53) mendefinisikan
pengawasan sebagai ‟Segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan
menilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas atau
perkerjaan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak‟
17

Berdasarkan pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa


pengawasan control merupakan kegiatan untuk melihat apakah kegiatan
dilakukan sesuai dengan yang direncanakan.

Widodo (2001:173) mendefinisikan Kontrol birokrasi sebagai


suatu proses untuk menemukan penyimpangan dan melakukan tindakan
koreksi atas penyimpangan yang ditemukan, Lebih lanjut Rahman
(227:127) menyatakan bahwa fungsi pengawasan merupkan fungsi
mengontrol badan eksekutif oleh legislatif dalam arti sesuai dengan
Undang-undang, Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa pengawasan pemerintahan adalah kegiatan atau
proses untuk menemukan penyimpangan dan melakukan tindakan
koreksi atas penyimpangan tersebut dalam hal ini dilakukan oleh
lembaga legislatif terhadap eksekutif.

Menurut Nucholis (2007:312) pengawasan terhadap pemerintahan


daerah terdiri atas pengawasan hirarki dan pengawasan fungsional.
Pengawasan hirarki berti pengawasan terhadap pemerintah dengan yang
dilakukan secara fungsional baik oleh departemen sektoral maupun oleh
pemerintah yang menyelenggarakan pemerintahan umum (Departemen
dalam Negeri).

Menurut Bagis Manansebagimana dikutip oleh Hanif Nurcholis


(2007:312), menjelaskan bahwa hubungan antara pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah sesuai dengan UUD 1945 adalah hubungan
yang desentralistrik, artinya bahwa hubungan antara dua badan hukum
yang diatur dalam undang-undang terdesentralisasi, tidak sematamata
hubungan antara atasan dan bawahan, Dengan demikian pengawasan
terhadap pemerintahan daerah dalam sistem pemerintahan Indonesia
lebih ditunjukan untuk memperkuat otonomi daerah, bukan untuk
‟‟mengekang‟‟ dan „‟membatasi’’

Pengawasan adalah suatu bentuk pola pikir dan pola tindakan


untuk memberikan pemahaman dan kesadaran kepada seseorang atau
beberapa orang yang diberikan tugas untuk dilaksanakan dengan
menggunakan berbagai sumber daya yang tersedia secara baik dan
18

benar, sehingga tidak terjadi kesalahan dan penyimpangan yang


sesungguhnya dapat menciptakan kerugian oleh lembaga atau
organisasi yang bersangkutan Makmur (2011:176).

1) Maksud Dan Tujuan Pengawasan menurut Handayaningrat yang


dikutip dalam Sopi (2013:17) maksud dan tujuan pengawasan
adalah:
a). Untuk mencegah atau memperbaiki kesalahan, penyimpangan,
ketidaksesuaian penyelenggaraan yang lain-lain yang tidak
sesuai dengan tugas dan wewenang yang telah ditentukan.
b). Agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna
dan berhasil guna sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya.
2) Prinsip-prinsip Pengawasan menurut Hindayaningrat (2013:19)
mengemukankan bahwa:
a). Pengawasan berorientasi apa tujuan organisasi
b). Pengawasan harus objektif, jujur dan mendahulukan
kepentingan umum.
c). Pengawasan harus berorientasi terhadap kebenaran menurut
peraturan perundang-undang yang berlaku, berorientasi
kebeneran tujuan dalam pelaksanaan perkerjaan
d). Pengawasan harus menjamin sumber daya dan hasil guna
perkerjaan.
e). Pengawasan harus berdasarkan atas standar yang objektif, teliti
dan tepat.
f). Pengawasan harus bersifat terus menerus.
g). Hasil pengawasan, harus dapat memberikan umpan balik
terhadap perbaikan dan penyempurnaan dalam pelaksanaan,
perncanaan serta kebijakan waktu yang akan datang.
3) Fungsi Pengawasan
Menurut Solihin (2009 : 193) mengemukaaan bahwa pada
dasarnya fungsi pengawasan merupakan suatu upaya untuk
memastikan aktivitas yang dilakukan oleh seluruh bagian organisasi
berjalan sesuai dengan tujuan yang telah di tetapkan, Pada saat
19

menjalankan fungsi pengawasan, pars manajer berusaha untuk


mempengaruhi dan mengarahkan prilaku dan kinerja bawahannya
agar mendapattujuan organisasi, Dari pengertian diatas dapat
diambil kesimpulan manfaat dari pengawasan adalah:

a). Mempertebal rasa tanggung jawab pegawai yang telah dibeli


wewenang untuk menjalankan tugas dengan baik.
b). Mendidik pegawai agar melakukan perkerjaan sesuai dengan
standar yang telah di tetapkan.
c). Mencegah terjadinya kelemahan, kelalaian dan penyimpangan
agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan.
d). Memperbaiki kesalahan dan penyelewengan supaya dalam
pelaksanaan perkerjaan tidak menemui hambatan-hambatan.

Menurut Siangian (2003: 261), mengemukaan bahwa manfaat


terpenting dari pengawasan yaitu:

a). Tersedianya bahan informasi bagi manajemen tentang situasi


nyata dalam mana organsasi.
b). Dikenalinya faktor-faktor pendukung terjadinya operasionalisasi
rencana dengan efesien dan efektif.
c). Adanya pemahaman tentang berbagai faktor yang menimbulkan
kesulitan dalam penyelenggaraan barbagai kegiatan operasional.
d). Mengetahui langkah-langkah apa saja yang segera diambil untuk
menghargai kinerja yang memuaskan.
e). Dapat melakukan tindakan preventif apa saja yang segera dapat
dilakukan agar devisi dari standar tidak terus berlanjut.

Menurut Rahayu (2012: 111) fungsi pengawasan adalah sebagai


berikut:

a). Menetapkan tujuan organisasi yang merupakan standar


pelaksanaan kegiatan.
b). Memonitor pelaksanaannya.
c). Membandingkan pelaksanaan kegiatan dengan standar yang
ditentukan.
d). Melakukan tindakan koreksi apabila ada penyimpangan.
20

4) Tujuan Dari Fungsi Pengawasan.


Tujuan pengawasan menurut Juliana (2008: 72) adalah untuk
mengidentifikasi berbagai faktor yang menghambat kegiatan, dan
pengambilan tindakan koreksi yang di perlukan agar tujuan dapat
tercapai, Memastikan apakah yang telah direncanakan dan di
organisasikan dapat berjalan dengan baik. Menurut Juliana (2008:72)
juga menjelaskan bahwa ada empat tujuan dari pengawasan yaitu:

a). Adaptasi lingkungan, bertujuan agar organisasi dapat beradaptasi


dengan perubahan-berubahan yang terjadi di lingkungan, baik
lingkungan internal maupun ekternal.
b). Meminimumkan kegagalan, dihapkan kegagaan hasil produksi
yang tidak memenuhi standar menjadi lebih kecil.
c). Meminimumkan biaya, yaitu untuk meminumumkan biaya, baik
pada kegiatan memproduksi maupun yang lainnya.
d). Mengatisipasi kompleksitas organisasi, yaitu untuk menjamin
bahwa kompleksitas organisasi dapat diantisipasi dengan baik.

Menurut Rahayu (2012: 107) tujuan dari pengawasan adalah


untuk menghindari terjadinya penyimpagan, akan tetapi apabila
penyimpangan tersebut sudah terlanjur terjadi maka peran fungsi
pengawasan adalah mengembalikan arah kegiatan pada tujuan yang
sudah ditetapkan semula.

5) Metode Pengawasan Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan


Menurut Peters dan Widodo (2001:173) mengemukakan
bahwa untuk melakukan kontrol/pengawasan penyelenggaraan
pemerintahan dapat dilakukan menggunakan dua macam metode.
Pertama metode organisasi (organzational methods). Kedua, metode
kontrol politik (political methods of control). Metode organisasi pada
dasarnya menggunakan “popular and legal sanctions within the
organizational to gain compliance” (sanksi dan hukum yang
dilakukan dalam organisasi untuk mendapatkan kepatuhan) sarana
atau alat untuk melaksanakan metode kontrol organisasional antara
lain meliputi publisitas (publicity), disiplin internal (internal
21

dicipline), penekan kelompok dan publik (group and public


pressures). Metode kontrol politik adalah metode pengawasan yang
dilakukan oleh lembaga politik yaitu lembaga perwakilan rakyat
(representative of the people) sebagai perwakilan suara masyarakat
untuk melakukan kontrol.

Metode kontrol politik yang dilakukan lembaga legislatif


menurut Peters dalam Widodo(2001:177) dapat dilakukan dengan
“funding, investigasion, constituency service, and postaudit”.

a). Penganggaran (Funding) Penganggaran perogram (Program


funding) merupakan salah satu alat lembaga legislatif dalam
melakukan kontrol kepada birokrasi dengan mengontrol
perogram yang akan dianggarkan.
b). Investigasi (Investigation) Investigasi dilakukan lembaga
legislatif untuk melakukan kontrol, bentuk paling sederhana dari
investigasi lembaga legislatif adalah dengar pendapat dengan
pemerintah.
c). Pelayanan Publik (Constituennce service) Yaitu kontrol yang
dilakukan oleh lembaga legislatif berdasarkan tuntutan
masyarakan terhadap pelayanan publik yang diberikan. Untuk
memecahkan masalah yang ada dalam pelayanan yang diberikan
pemerintah.
d). Posaudit (Postaudit) Alat kontrol terakhir lembaga legislatif
adalah Posaudit yaitu pemeriksaaan laporan kegiatan yang
dilakukan pemerintah sesuai dengan perogram anggaran yang
direncanakan. Pengawasan yang dilakukan oleh lembaga politik
yaitu lembaga perwakilan rakyat (represenatative of the people)
sebagai perwakilan suaramasyarakat untuk melakukan control.
Metode kontrol politik yang dilakukan lembaga lembaga
legislative menurut Poters dalam Widodo (2001:177) dapat
dilakukan dengan “funding, investigasion, Constituncy service,
and postaudil”.
22

6) Pengawasan Tentang Penyiaran.


Menurut Handoko (2001:373) untuk menjadi efektif, sistem
pengawasan harus memenuhi kriteria tertentu, Kreteria-kreteria
utama adalah bahwa sistem seharusnya mengawasi kegiatan-
kegiatan yang benar, tepat waktu, dengan biaya yang efektif, tepat
akurat dan dapat di terima oleh yang bersangkutan, Semakin di
penuhinya Kreteria-kreteria pengawasan yang efektif dapat lebih di
perinci sebagai berikut:

a). Akurat Informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat, Data


yang tidak akurat dari sistem pengawasan dapat menyebabkan
organisasi mengambil tindakan koreksi yang keliru atau bahkan
menciptakan masalah yang sebenarnya tidak ada.
b). Tepat Waktu Informasi harus di kumpulkan, di sampaikan dan di
evaluasi secepatnya bila kegiatan perbaikan harus di lakukan
segera.
c). Obyektif dan menyeluruh Informasi harus mudah di pahami dan
bersifat obyektif serta lengkap.
d). Terpusat pada titik-titik pengwasan strategisSistem pengawasan
harus memusatkan perhatian pada bidangbidang di mana
penyimpangan-penyimpangan dari standar paling sering terjadi
atau yang akan mengakibatkan kerusakan paling fatal.
e). Realistik secara ekonomi. Biaya pelaksanaan sistem pengawasan
harus lebih rndah, atau paling tidak sama dengan kegunaan yang
di peroleh dari sistem tersebut.
f). Realistik secara organisasional Sistem pengawsan harus cocok
atau harmonis dengan kenyataan-kenyataan organisasi
g). Terkoordinasi dengan aliran kerja Organisasi Informasi
pengawasan harus teroordinasi dengan aliran kerja organisasi,
karena setiap tahap dari proses pekerjaan dapat mempengaruhi
sukses atau kegagalan keseluruan operasi, dan informasi
pengawasan harus sampai pada seluruh personalia yang
memerlukan
23

h). Fleksibel Pengawasan harus mempunyai fleksibilitas untuk


memberikan tanggapan atau reaksi tarhadap ancaman ataupun
kesempatan dari lingkungan.
i). Bersifat sebagai petunjuk dan operasionalSistem pengawasan
efektif harus menunjukan baik deteksi atau deviasi dari standar
dan tindakan koreksi apa yang seharusnya di ambil.
j). Diterima para anggota organisasi sistem pengawasan harus
mampu mengarahkan pelaksanaan kerja para anggota organisasi
dengan mendorong perasaan atonomi, tanggung jawab dan
berprestasi.

Dari beberapa karakter pengawasan terhadap penyiaran, maka


bisa dianalisis dan disimpulkan bahwa pengawasan penyiaran bukan
hanya tentang bagaimana mengetahui berbagai pelanggaran,
bagaimana mangurangi pelanggaran sehingga menentukan sanksi
yang akan diberikan. Namun ada beberapa karakter yang harus
dipenuhi dalam pengawasan itu sendiri supaya bisa berjalan optimal
dan efesien, Baik dalam bentuk kerjasama lembaga penyiaran
maupun kondisi sasaran pengawasan supaya kegiatan pengawasan
memberikan dampak bagi sasaran kegiatan. terdapat dua macam
pengawasan antara lain sebagai berikut adalah:

7) Pengawasan Langsung
Menurut Pidarta (2004;27) mengemukakaan definisi dari
pengawasan langsung adalah melakukan kontrol pada waktu
perkerjaan sedang berlangsung atau kontrol yang dilakukan terhadap
perkerjaan yang sedang berkerja, sedangkan menurut Terry (2003;
168) memberikan definisi yaitu: Pengawasan langsung dapat
memberikan gambaran yang sesunggunya dari pelaksanaan suatu
kegiatan, kuantitas dan kualitas perkerjaan, metode-metode dan
melaporkan sikap mentalpara perkerja. Sebaliknya pengawasan
memakan waktu lama: tujuan dari pengamataan tersebut dapat
disalah tafsirkan dan Data yang diambil bersifat umum dan kurang
akurat, maka kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat
para ahli tersebut bahwa pengawasan langsung adalah pengawasan
24

yang dilakukan oleh atasan atau pempinan dengan cara inspeksi


langsung, observasi di tempat, dan laporan ditempat pada waktu
perkerjaan sedag berlangsung. Pengawasan Langsung bisa bersifat
Tatap Muka.

8) Pengawasan Tidak Langsung


Menurut Siagian (2005;115) pengawasan tidak langsung adalah
pengawasan yang dilakukan dari jarak jauh, pengawasan ini dilakukan
melalui laporan berbentuk laporan yang disampaikan oleh para
bawahan. Laporan tersebut dapat berupa laporan lisan dan laporan
tulisan. Menurut pendapat Terry (2005:168) adalah laporan lisan
berisikan tentang hasil-hasil wawancara dan diskusi-diskusi kelompok,
sedang laporan tulisan memuat tentang uraian-uraian atau data statistik,
Laporan-laporan lisan yang cukup baik untuk situasi-situasi yang dapat
diadakan Tanya jawab, terutama akan bersifat komprehensif dan
mengandung informasi-informasi yang menditail. Sedangkan menurut
Siagian (2005:116) kelemahan dari pengawasan tidak langsung adalah
adanya bawahan yang sering melaporkan hal-hal yang positif saja.
Dengan kata lain, bawahan tersebut mempunyai kecenderungan hanya
melaporkan hal-hal yang diduganya akan menyenangkan pimpinan
tidak dapat mengetahui terhadap bawahannya.

9) Pengawasan Formal
Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa pengawasan formal dilakukan dengan menitik
beratkan pada legelitas ataupun izin berdirinya sebuah lembaga Televisi
(TV) Kabel. Izin Tetap, Apabila pada saat Inspeksi Mendadak tidak
ditepati lembaga Televisi (TV) Kabel yang tidak berizin maka KPID
berwenang untuk menyegel lembaga Televisi (TV) Kabel
tersebut.www.goriau.com (Diakses tanggal 20 November 2020.

10) Pengawasan Non Formal


Berdasarkan bentuk pengawaan secara Non Formal di atas, peran
masyarakat sangat dianggap penting untuk menciptakan program isi
siaran yang sehat (layak untuk ditayangkan). Peran Masyarakat dalam
25

pengawasan terhadap penyelenggaraan penyiaran oleh Lembaga


Televisi (TV) Kabel itu sendiri tidak secara langsung dikaitkan, karena
seperti yang diketahui dalam UU No 32 Tahun Tentang Penyiaran, KPI
Pusat dan KPI Daerah-lah yang memiliki tugas dan tanggung jawab
secara langsung dalam hal tersebut. Tetapi agar terciptanya program
siaran yang sesuai dengan peraturan Standar Progam Siaran (SPS)
masyarakat juga turut andil. www.goriau.com (Diakses tanggal 20
November 2020.

b. Penyiaran
Lembaga Penyiran Komunitas Undang-undang Nomor 23 Tahun
2020 tentang penyiaran menyatakan bahwa jasa penyiaran radio dan
jasa penyiaran telivisi, Jasa penyiaran tersebut dapat diselenggarakan
oleh : (1) LembagaPenyiaran Publik; (2) Lembaga Penyiaran Swasta
;(3) Lembaga Penyiaran Komunitas ; dan (4) Lembaga Penyiaran
Berlangganan.

Ghazail (2002) mendefinisikan lembaga penyiaran komunitas


sebagai penyiaran yang memberikan pengakuan secara signifikan
terhadap peran supervise dan evaluasi oleh anggota komunitasnya
melalui sebuah lembaga supervise yang khusus didirikan untuk tujuan
tersebut dimaksudkan untuk melayani suatu komunitas tertentu saja,
dan (karenanya) memiliki daerah jangkauan yang terbatas, Menurut
Ghazail, radio komunitas disebut sebagai Low Power Broacdcasting
atau penyiaran berdaya pancar rendah, yaitu hanya dapat diterima
dalam radius 5-6 km dari pemancarnya dan beroperasi pada gelombang
FM.

Sedangkan dalam pasal 21 UU Penyiaran, lembaga penyiaran


komunitas adalah merupakan lembaga penyiaran yang berbentuk badan
hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat
independen, dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas
jangkauan wilayah terbatas, serta untuk melayani kepentingan
komunitasnya, Lembaga Penyiaran Komunitas diselenggarakan; (1)
tidak untuk mencari laba atau tidak merupakan bagian perusahaan yang
26

mencari keuntungan semata; dan (2) untuk mendidik dan memajukan


masyarakat dalam mencapai kesejateraan dengan melaksanakan
program acara yang meliputi budaya, pendidikan, dan informasi yang
menggambarkan identitas bangsa. Lembaga penyiaran Komunitas
merupakan komunitas non partisipan yang keberadaan organisasinya :
(1) tidak mewakili organisasi atau lembaga asing sertabukan komunitas
internasional; (2) tidak terkait dengan organisasi terlalang;dan (3) tidak
untuk kepentingan propaganda bagi kelompok atau golongan tertentu.
Lembaga Penyiaran Komunitas didirikan atas biaya yang diperoleh
kontribusi komunitas tertentu dan menjadi milik komunitas tersebut.
Lembaga Penyiaran Komunitas dapat memperoreh sumber pembiayaan
dan namun Lembaga Penyiaran Komunitas dilarang melakukan siaran
iklan dan/atau siaran komersial lainnya, kecuali iklan layanan
masyarakat.

Dalam Undang-uandang penyiaran Afrika Selatan, definisi


penyiaran komunitas diatur dengan cukup tegas, Komunitas dalam
pembukaan UU itu adalah kesatuan individu yang tinggal di daerah
tertentu atau kesatuan individu yang memiliki ketertarikan sama. Tidak
hanya itu, Afrika Selatan juga menjabarkan konsep dasar penyiaran
komunitas, Konsepnya adalah : dikontrol oleh lembaga non- profit,
memiliki tujuan non-komersial dan melayani komunitas tertentu, Dalam
Batang tubuhnya, penyiaran komunitas diatur dengan lebih tegas lagi,
Salah satu pointnya,manajemen penyiaran komunitas harus dikontrol
oleh sebuah dewan yang dipilih secara demokratis oleh anggota
komunitas yang berada dalam daerah geografis tertentu.

Di Afrika Selatan, izin radio komunitas tidak diberikan kepada


partai, organisasi, badan atau asosiasi yang bergerak di tataran politik
(Ghazali, 2002). Dari berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa lembaga penyiaran komunitas adalah lembaga penyiaran dari,
oleh dan untuk kepentingan komunitas tersebut, Dengan demikian,
berbeda dengan siaran radio publik yang miliki jangkauan siaran lebih
luas, (Seperti RRI) dan radio hendaknya harus dapatmenemui
kebutuhan informasi, pendidikan, dan hiburan khalayaknya.
27

Kesuksesan suatu radio komunitas bukan terletak pada keuntungan


finansial yang diperolehnya, namun terletak pada kepuasan anggota
komunitasnya yang telah dapat berperan serta secara aktif dalam
penyiaran komunitas. www.tambuhansinta.org. (Diakses tangal 17
November 2020).

1) Media Penyiaran Radio


Menurut Rahanatha (2008: 42) menjelaskan pengertian radio
adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan
cara modulasi dan radiasi elektromagenetik (glombang
elektromagenetik). Dengan demikian yang dimaksud dengan istila
radio bukan hanya bentuk fisiknya saja, tetapi antara bentuk fisik
dengan kegiatan radio adalah saling berhubungan dan tidak dapat
dipisakan satu sama lain. Karena itu apabila pengertian radio
tersebut dipisakan satu persatu ataupun diperinci secara fisik, maka
yang dimaksud dengan radio adalah keseluruhan dari pada
pemancar, stasiun, dan pesawat penerima sekaligus, Penyampaian
pesan melalui radio siaran dilakukan dengan menggunakan bahasa
lisan kalaupun ada lambang-lambang non verbal, yang dipergunakan
jumlahnya sangat minim, umpamanya tanda pada saat akan memulai
acara berita dalam bentuk bunyi telegrafi atau bunyi salah satu
musik. Asep Syamsul M. Romli dalam Broadcast Journalism
menerangkan mengenai radio siaran, bahwa: “ Radio, tempatnya
radio siaran (broadcasting radio) merupakan salah satu jenis media
massa (massa media), yakni sarana atau saluran komunikasi massa
(chennel of mass communication), seperti halnya surat kabar,
majalah, atau televise. Ciri khasutama radio adalah Auditif, yakni
dikomsumsi teliga atau pendengaran. “(Romli, 2004: 19).

Dengan demikian karena sifatnya yang auditif ini mendorong


masyarakat lebih menyukainya sebagai salah satu media massa yang
cepat digemari dengan kemudahan penerima tanpa memerlukan
keahlian khusus. Adapun kelebihan dan kelemahan radio adalah :

a). Kelebihan Radio


28

(1) Sarana tercepat penyebar informasi dan hiburan


(2) Dapat diterima di daerah yang belum memiliki sambungan
listrik
(3) Merakyat, buta huruf bukan kendala.
b) Kelemahan Radio
(1) Hanya bunyi, tidak ada visualisasi yang nyata
(2) Tergantung pada kondisi dan stabilitas udara disuatu lokasi
(3) Terdengar selintas, sulit diingat, dan tidak bisa diulang. Hanya
bisa didengar, tidak bisa didokumentasikan.
c. Kampanye
Menurut Nasution Fauzi (2015:24) Kampanye adalah kegiatan
menawarkan visi, misi, dan program pasangan calon dan/atau informasi
lainnya, yang bertujuan mengenalkan atau meyakinkan pemilihan,
kampanye adalah upaya persuasif untuk mengajak orang lain yang
belum sepaham atau belum yakin pada ide-ide yang kita tawarkan agar
mereka bersedia bergabung dan mendukungnya. Sedangkan pengertian
kampanye yang dikemukakan oleh Kotler dan Roberto adalah sebagai
berikut „‟campaing ia an organized effort conductsed by one group (the
change agent), to accept, modify, or abandon certain ideas, attitudes,
practices and behavior (kampanye ialah sebuah upaya yang dikelola
oleh satu kelompok, (agen perubahan) yang ditunjukan untuk
mempersuasi target sasaran agar bisa menerima memdifikasi atau
membuang ide, sikap dan perilaku tertentu).

Menurut pasal 1 ayat 26 Undang-Undang Nomor 10 tahun 2008


tentang pemilihan umum DPR, DPD, DPRD yang disebut kampanye
adalah kegiatan peserta pemilu untuk meyakinkan para pemilihan
dengan menawarkan visi,misi dan program peserta pemilu, Jadi
berdasarkan pada definisi diatas arti kampanye adalah sebuah purpose
to something. Yakni akitivitas komunikasi yang ditunjukan untuk
memengaruhi orang lain agar ia memiliki wawasan, sikap dan perilaku
sesuai dengan kehendak atau kegiatan penyebar atau pemberi informasi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kampanye adalah


serentak mengadakan gerakan bisik, gerakan dengan jalan menyiarkan
29

kabar angin, Menurut Rice dan Paisley (2003) menyebutkan bahwa


kampanye adalah keinginan untuk mempengeruhi kepercayaan dan
tingkah laku orang lain dengan daya tarik yang komunikatif. Kampanye
politik adalah bentuk komunikasi politik yang dilakukan seseorang atau
sekelompok orang atau organisasi politik dalam waktu tertentu
memperoleh dukungan politik dari masyarakat.

Merujuk pada definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan


kampanye adalah sebuah tindakan ajakan bertujuan mendapatkan
pencapaian dukungan. Usaha kampanye bisa dilakukan oleh perorangan
atau sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian
suatu proses pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok
Kampanye bisa juga dilakukan guna memengaruhi, pengambatan,
pembelokan pencapaian. Sistem politik demokrasi, kampanye politis
berdaya mengacu pada kampanye elektrol pencapaian dukungan, di
mana wakil terpilih atau referenda diputuskan.

Kampanye politis tindakan politik berupaya meliputi usaha


terorganisir untuk mengubah kebijakan di dalam suatu institusi.
Kampanye juga memiliki ciri atau karateristik yang lainnya, yaitu
sumber yang jelas yang menjadi penggagas, perancang, penyapaian
sekaligus penanggung jawab suatu produk kampanye (campaign
maskers), sehingga setiap individu yang menerima pesan kampanye
dapat mengidentifikasi bahkan mengevaluasi kredibilitas sumber pesan
tersebut setiap saat.

Selesai itu pesan-pesan kampanye juga terbuka untuk


didiskusikan, bahkan gagasan-gagasan pokok yang melantar belakangi
diselenggarakannya kampanye juga terbuka untuk dikritisi.
Keterbukaan seperti ini dimungkinkan karena gagasan dan tujuan
kampanye pada dasarnya mengandung kebaikan untuk publik. Segala
tindakan dalam kegiatan kampanye dilandasi oleh prinsip persuasi,
yaitu mengajak dan mendorong publik untuk menerima atau melakukan
sesuatu yang dianjurkan atas dasar kesukarelaan. Konten kampanye
sangat memerlukan etika, baik peraturan yang mengatur yang
30

bersumber dari undang-undang maupun etika dari budaya/kearifan


lokal. Etika adalah hal yang sulit di jelaskan dengan cara yang pasti.

Dalam konteks umum,etika (ethics) adalah kode prinsip dan


nilai moral yang membangun perilaku seseorang atau sebuah kelompok
yang berhubungan dengan benar dan salah. Dilema etis (Ethical
Dilmma) muncul dalam situasi yang menyangkut benar atau salah
ketika nilai-nilai menjadi pertentangan Individu yang harus membuat
pilihan etis dalam sebuah organisasi disebut agen moral, Pendekatan
individualisme (individualisme approach) mengatakan bahwa suatu
tindakan dianggap pantas ketika tindakan tersebut mengusung
kepentingan terbaik jangka panjang seorang individu.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14


Tahun 2009 tentang tata cara bagi penjabat Negara dalam
melaksanakan Kampanye Pemilihan Umum dan Undang-Undang
nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
Presiden, pejabat Negara mempunyai hak politik untuk ikut serta dalam
kampanye pemilihan umum sepanjang berstatus sebagai calon anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, calon Presiden, calon Wakil
Presiden, anggota Tim Kampanye, atau sebagai anggota Pelaksanaan
Kampanye. Bahwa untuk menciptakan keseimbangan antara hak politik
Penjabat Negara dalam berkampanye dan kewajiban memelihara
keberlangsungan tugas penyelenggaraan Negara dan pemerintahan
daerah perlu mengatur pelaksanaan kampanye pemilihan umum bagi
Pejabat Negara, bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan huruf b, serta sesuai ketentuan Pasal 39 ayat
(3) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang pembentukan
peraturan perundang-undangan, perlu menetapkan peraturan Pemerintah
tentang tata cara bagi pejabat Negara dalam melaksanakan kampanye
pemilihan. Pembahasan diatas dapat dipahami bahwa etika kampanye
tidak dapat dipisahkan dengan subjek sebagai pelaku etika yaitu
manusia, Fungsi etika politik dalam masyarakat serta menjelaskan alat-
alat teoritis untuk mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik
31

secara bertanggung jawab, Manfaat etika kampanye bagi pelaksanaan


sistem politik Indonesia antara lain:

1) Etika diperlukan dalam hubungannya dengan relasi antara politik


dan kekuasaan, Karena kekuasaan cenderung disalahgunakan maka
etika sebagai prinsip normative/etika normative (bukan metematika)
sangat diperlukan, Etika di sini ada sebagai sebuah keharusan
ontologis, Dengan memahami etika politik, para pejabat tidak akan
menyalah gunakan kekuasaannya.
2) Etika kampanye bertujuan untuk memberdayakan mekanisme
kontrol masyarakat terhadap pengambilan kebijakan para pejabat
agar tidak menyalahi etika. Masyarakat sebagai yang memiliki
segara tidak bisa melepaskan diri dalam mengurus Negara.

Para pejabat dapat bertanggung jawab atas berbagai keputusan


yang dibuatnya baik selama ia menduduki posisi tertentu maupun
setelah meninggalkan jabatanya Tujuan utama etika kampanye adalah
mengarahkan kehidupan politik yang lebih baik, baik bersama dan
untuk orang lain dalam rangka membangun institusi-institusi politik
yang adil, Etika kampanye membantu untuk menganalisa korelasi
antara tindakan individual, tindakan kolektif dan struktur-struktur
politik yang ada. Pelaksanaan adanya kolerasi ini menghindarkan
pemahaman etika kampanye yang menjadi sekedar etika individual
perilaku individu dalam bernegara.

Prinsip Dasar Etika Politik, yaitu:

1) Pluralisme, dengan pluralisme dimaksud kesediaan untuk menerima


pluralitas, artinya untuk hidup dengan positif, damai toleran, dan
bisa/ normal bersama warga masyarakat yang berbeda pandangan
hidup, agama budaya, adat, Pluralisme mengimplementasikan
pengakuan terhadap kebebasan beragama, kebebasan berpikir,
kebebasan mencari informasi, toleransi Pluralisme memerlukan
kematangan kepribadiaan seseorang dan sekelompok orang, Lawan
Pluarisme adalah intoleransi, segenap pelaksanaan dalam hal agama,
kepicikan idelogi yang mau memaksakan pandangannya kepada
32

orang lain, Prinsip pluarisme terungkap dalamKetuhanan Yang


Maha Esa yang menyatakan bahwa di Indonesia tidak ada orang
yang boleh didikriminasikan karena keyakinan religiusnya, Sikap ini
adalah bukti keberadaban dan kematangan karakter kolektif bangsa.
2) Ham, Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti kemanusiaan
yang adil dan beradap, Mengapa Karena hak-hak asasi manusia
menyalankan bagaimana manusia wajib diperlakukan dan wajib
tidak diperlukan, Jadi bagaimana manusia harus diperlukan agar
sesuai dengan martabatnya sebagai manusia.
3) Solidaritas Bangsa, Solidaritas mengatakan bahwa tidak hanya hidup
demi diri sendiri, melainkan juga demi orang lain bahwa kita bersatu
senasib sepenanggungan. Manusia hanya hidup menurut hartanya
apabila tidak hanya bagi dirinya sendiri, melainkan menyambungkan
sesuatu pada hidup manusia-manusia lain. Sosialitas manusia
berkembang secara melingkar keluarga, kampung, kelompok etnis,
kelompok agama, kebangsaan, maka disini termasuk rasa
kebangsaan itu dihayati seimbang apabila semua lingkaran
kesusilaan itu dihayati dalam kaitan dan keterbatasan masing-
masing.
4) Demokrasi, prinsip kedaulatan rakyat menyatakan bahwa tak ada
manusia, atau sebuah elit, atau sekelompok idelogi, atau sekelompok
pendeta/pastor/ulama berhak untuk menentukan dan memaksakan
(menuntut dengan pakai ancaman) bagaimana orang lain harus atau
boleh hidup. Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang
dipimpin berhak menentukan siapa yang memimpin mereka dan
kemana merekamau dipimpin, Jadi demokrasi memerlukan sebuah
system penerjemaan kehendak masyarakat ke dalam tindakan politik.
5) Keadilan sosial, merupakan norma moral paling dasar dalam
kehidupan masyarakat. paling-paling bisa survive/bertahan di hari
berikut nya.
33

d. Peran
a. Pengertian Peran
Secara etimologi peran berarti sesorang yang melakukan tindakan
yang dimana tindakan tersebut diharapkan oleh masyarakat lain.
Artinya setiap tindakan yang dimiliki setiap individu memiliki arti
penting untuk sebagian orang.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 2) peran diartikan
sebagai bagian yang dimainkan dalam suatu kegiatan dalam adegan
film, sandiwara dengan berusaha bermain baik dan secara aktif
dibebankan kepadanya. Selain itu di KBBI juga menyebutkan peranan
merupakan tingkah seorang pemain yang memiliki sifat yang mampu
menghasilkan dan menggerakan sesuatu hal yang baik ke dalam sebuah
peristiwa.
Menurut Soekanto (2012: 212) menyebutkan arti peran yang
merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Peran adalah suatu
pekerjaan yang dilakukan seseorang berdasarkan status yang disandang.
Meskipun setiap tindakan untuk menunjukkan peran berdasarkan status
yang disandang tapi tetap dalam koridor keteraturan yang berbeda yang
menyebabkan hasil peran dari setiap orang berbeda.
Menurut Berry (2009: 105) menyebutkan bahwa peran sekumpulan
harapan yang dibebabnkan kepada sseorang individu atau kelompok
yang sedang menempati kedudukan sosial tertentu. Harapan tersebut
bisa timbul dari masyarakat ataupun yang sedang menduduki posisi
tersebut.
Apabila seorang sudah melakukan hak serta kewajibannya didalam
kedudukan yang ia miliki, berarti ia sedang menjalankan peran. Adanya
peran dihasilkan dari banyak sekali latarbelakang, peran dan kedudukan
dua aspek yang tidak mungkin terpisahkan. Adanya peran berarti
kedudukan sudah mendasari setiap tindakan atau peran yang dihasilkan
sesuai kesempatan yang diberikan dalam suatu masyarakat kepadanya.
(Siagian (2012: 212)
Menurut Rivai (2004: 148) menyebutkan bahwasannya peranan
adalah sebuah perilaku yang diatur dan diharapkan oleh seseorang
dalam posisi tertentu. Adapun pendapat lain mengatakan peran adalah
34

sebuah kumpulan perilaku yang dihubungkan dengan jabatan atau


kedudukan.
Sehingga dapat disimpulkan peran adalah aktivitas yang dilakukan
oleh seseorang atau sekumpulan orang untuk menghasilkan suatu
perubahan yang iinginkan oleh masyarakat berdasarkan kedudukan atau
jabatan yang dimiliki seseorang atau sekumpulan orang tersebut.

b. Konsep Peran
Dari penjelasan di atas kita mengetahui bahwa peran dan status
sosial merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Adapun konsep
peran menurut Soekanto (2012: 213) adalah sebagai berikut:
1) Persepsi Peran
Persepsi Peran adalah pandangan kita terhadap tindakan yang
seharusnya dilakukan pada situasi tertentu. Persepsi ini berdasarkan
interpretasi atas sesuatu yang diyakini tentang bagaimana seharusnya
kita berperilaku.
2) Ekspektasi Peran
Ekspektasi peran merupakan sesuatu yang telah diyakini orang lain
bagaimana seseorang harus bertindak dalam situasi tertentu.
Sebagian besar perilaku seseorang ditentukan oleh peran yang
didefinisikan dalam konteks dimana orang tersebut bertindak.
3) Konflik Peran
Saat seseorang berhadapan dengan ekspektasi peran yang berbeda,
maka akan menghasilkan konflik peran. Konflik ini akan muncul
saat seseorang menyadari bahwa syarat satu peran lebih berat untuk
dipenuhi ketimbang peran lain.

c. Struktur Peran
Secara umum, struktur peran dapat dikelompokkan menjadi dua
bagian, yaitu:
1) Peran Formal
Peran formal merupakan peran yang nampak jelas, yaitu berbagai
perilaku yang sifatnya homogen. Contohnya dalam keluarga, suami/
35

ayah dan istri/ibu memiliki peran sebagai provider (penyedia),


pengatur rumah tangga, merawat anak, rekreasi, dan lain-lain.
2) Peran Informal
Peran informal merupakan peran yang tertutup, yaitu suatu peran
yang sifatnya implisit (emosional) dan umumnya tidak terlihat di
permukaan. Tujuan peran informal ini adalah untuk pemenuhan
kebutuhan emosional dan menjaga keseimbangan dalam keluarga.

d. Jenis Peran
Mengacu pada penjelasan di atas, peran dapat dibagi menjadi tiga
jenis. Menurut Soekanto (2012: 214), adapun jenis-jenis peran adalah
sebagai berikut:
1) Peran Aktif
Peran aktif adalah peran seseorang seutuhnya selalu aktif dalam
tindakannya pada suatu organisasi. Hal tersebut dapat dilihat atau
diukur dari kehadirannya dan kontribusinya terhadap suatu
organisasi.
2) Peran Partisipasif
Peran partisipasif adalah peran yang dilakukan seseorang
berdasarkan kebutuhan atau hanya pada saat tertentu saja.
3) Peran Pasif
Peran pasif adalah suatu peran yang tidak dilaksanakan oleh
individu. Artinya, peran pasif hanya dipakai sebagai simbol dalam
kondisi tertentu di dalam kehidupan masyarakat.

Fungsi
Pengertian fungsi menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia
merupakan kegunaan suatu hal, daya guna serta pekerjaan yang dilakukan.
Adapun menurutpara ahli, definisi fungsi yaitu menurut The Liang Gie
dalam Nining HaslindaZainal.
Fungsi merupakan sekelompok aktivitas yang tergolong pada jenis yang
sama berdasarkan sifatnya, pelaksanaan ataupun pertimbangan lainnya.
Definisi tersebut memiliki persepsi yang sama dengan definisi fungsi
menurut Sutarto dalam Nining Haslinda Zainal (2008:22), yaitu Fungsi
36

adalah rincian tugas yang sejenis atau erat hubungannya satu sama lain
untuk dilakukan oleh seorang pegawai tertentu yang masing-masing
berdasarkan sekelompok aktivitas sejenis menurut sifat atau
pelaksanaannya.
Sedangkan pengertian singkat dari definisi fungsi menurut Moekijat
dalam Nining Haslinda Zainal (2008:22), yaitu fungsi adalah sebagai suatu
aspek khusus dari suatu tugas tertentu.
Menurut Julina (2008:72) mengemukakan tentang fungsi pengawasan
adalah identifikasi berbagai faktor yang menghambat kegiatan, dan
pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan agar tujuan dapat tercapai.
Fungsi ini diperlukan untuk memastikan apakah yang telah direncanakan
dan diorganisasikan dapat berjalan dengan baik.

e. Pemilu (Pemilihan Umum)


a. Pengertian Pemilu
Pemilihan Umum adalah suatu proses untuk memilih orang-orang
yang akan menduduki kursi pemerintahan. Pemilihan umum ini
diadakan untuk mewujudkan negara yang demokrasi, dimana para
pemimpinnya dipilih berdasarkan suara mayoritas terbanyak.
Menurut Morissan (2015:17) Pemilihan umum adalah cara atau
sarana untuk mengetahui keinginan atau arah kebijakan negara kedepan
yang diinginkan. Paling tidak dari pemilu tersebut menjadikan peralihan
pemerintahan secara aman dan tertib serta dalam rangka perwujudan
kedaulatan masyarakat dalam rangka melaksanakan hak asasi warga
negara.
Pemilihan umum (Pemilu) menurut Haris (2006: 10), merupakan
salah satu bentuk pendidikan politik bagi rakyat, yang bersifat
langsung, terbuka, masal, yang diharapkan bisa mencerdaskan
pemahaman politik dan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai
demokrasi.
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum Pasal 1 Ayat 1 bahwa:
Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana
kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
37

anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan


untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang
dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Berdasarkan teori diatas dapat dikatakan bahwa Pemilihan umum
merupakan sarana demokrasi yang dilakukan untuk menyampaikan
keinginan rakat dan untuk memilih wakil rakyat yang nantinya dapat
memberi kebijakan negara kedepan sesuai harapan dan aspirasi
masyarakat.
b. Tujuan Pemilu
Pemilu diselenggarakan dengan tujuan untuk memilih wakil rakyat
dan wakil daerah, serta untuk membentuk pemerintahan yang
demokratis, kuat,dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka
mewujudkan tujuan nasional sebagaimana Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Semua kegiatan dalam
penyelenggaraan pemilu pasti ada bayak tujuan dan capaian yang
diinginkan, begutu juga tujuan pemilu.
Menurut Prihatmoko (2003:19) pemilu dalam pelaksanaanya
memiliki tiga tujuan yakni:
1) sebagai mekanisme untuk menyeleksi para pemimpin pemerintahan
dan alternatif kebijakan umum (public policy).
2) pemilu sebagai pemindahan konflik kepentingan dari masyarakat
kepada badan badan perwakilan rakyat melalui wakil wakil yang
terpilih atau partai yang memenangkan kursi sehingga integrasi
masyarakat tetap terjamin.
3) pemilu sebagai sarana memobilisasi, menggerakan atau menggalang
dukungan rakyat terhadap Negara dan pemerintahan dengan jalan
ikut serta dalam proses politik.
Selanjutnya Menurut Humtingthon (2011: 18) pemilu dalam
pelaksanaanya memiliki lima tujuan yakni:
a) Pemilu sebagai implementasi perwujudan kedaulatan rakyat. Asumsi
demokrasi adalah kedaulatan terletak di tangan rakyat. Karena rakyat
yang berdaulat itu tidak bisa memerintah secara langsung maka
38

melalui pemilu rakyat dapat menentukan wakil-wakilnya dan para


wakil rakyat tersebut akan menentukan siapa yang akan memegang
tampuk pemerintahan.
b) Pemilu sebagai sarana untuk melakukan penggantian pemimpin
secara konstitusional. Pemilu bisa mengukuhkan pemerintahan yang
sedang berjalan atau untuk mewujudkan reformasi pemerintahan.
Melalui pemilu, pemerintahan yang aspiratif akan dipercaya rakyat
untuk memimpin kembali dan sebaliknya jika rakyat tidak percaya
maka pemerintahan itu akan berakhir dan diganti dengan
pemerintahan baru yang didukung oleh rakyat.
c) Pemilu sebagai sarana bagi pemimpin politik untuk memperoleh
legitimasi. Pemberian suara para pemilih dalam pemilu pada
dasarnya merupakan pemberian mandat rakyat kepada pemimpin
yang dipilih untuk menjalankan roda pemerintahan. Pemimpin
politik yang terpilih berarti mendapatkan legitimasi (keabsahan)
politik dari rakyat.
d) Pemilu sebagai sarana partisipasi politik masyarakat untuk turut serta
menetapkan kebijakan publik. Melalui pemilu rakyat secara
langsung dapat menetapkan kebijakan publik melalui dukungannya
kepada kontestan yang memiliki program-program yang dinilai
aspiratif dengan kepentingan rakyat. Kontestan yang menang karena
didukung rakyat harus merealisasikan janji-janjinya itu ketika telah
memegang tampuk pemerintahan.
Dari berbagai pendapat para ahli mengenai tujuan pemilu diatas
dapat diketahui bahwa tujuan dari pemilu adalah untuk menyeleksi
para pemimpin pemerintahan baik di eksekutif (pemerintah) maupun
legislatif, serta untuk membentuk pemerintahan yang demokratis,
kuat dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan
tujuan nasional sebagai mana diamanatkan dalam UUD 1945.
39

2. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir penelitian adalah batasan-batasan yang akan
diteliti untuk menghindari permasalahan yang tidak perlu kompleks
sehingga hasil penelitian menjadi jelas dan terarah dan tidak menyimpang
dari jalur pembahasan. Kerangka pemikiran merupakan sintesa tentang
hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah
dideskripsikan, kemudian dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga
menghasilkan sintesa tentang hubungan variabel tersebut yang selanjutnya
digunakan untuk merumuskan hipotesis. (sugiyono, 2009)
40

Bagan 1.2 Kerangka Berfikir

Peran dan Fungsi KPID Provinsi Lampung Pada


Kampanye Pilkada Serentak Tahun 2020 Di
Provinsi Lampung (Studi kasus pada pemilihan
walikota Bandar Lampung Tahun 2020).

Bagaiman peran dan fungsi KPID Provinsi


Lampung dalam pengawasan isi siaran Kampanye
Pilkada serentak tahun 2020 Di Provinsi Lampung.

Penulis menggunakan metode penelitian jenis


Kualitatif dengan pendekatan masalah yaitu
Normatif empiris dan sifat penelitian bersifat
Deskriptif analitis.

Data Primer Data Sekunder

Objek Penelitian (KPID UU No. 32 tahun 2002


Provinsi Lampung)

Sebagai landasan teori, penulis menggunakan


teori yaitu ;

1. Teori Pengawasan
2. Teori Penyiaran
3. Teori Kampanye
4. Teori Peran dan Fungsi
5. Teori Pemilu

Kesimpulan
41

H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan model penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal
menurut pandangan manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif
berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat, atau kepercayaan orang yang
diteliti; kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka (Sulistyo-Basuki,
2006:78).

Penelitian kualitatif pada umumnya dirancang untuk memberikan


pengalaman senyatanya dan menangkap makna sebagaimana yang tercipta
di lapangan penelitian melalui interaksi langsung antara peneliti dan yang
diteliti (Putu Laksman Pendit, 2003: 195). Penelitian kualitatif merupakan
suatu proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial berdasarkan
pada penciptaan gambaran holistic lengkap yang dibentuk dengan kata-
kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan disusun
dalam sebuah latar alamiah (Ulber Silalahi, 2009: 77).

2. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah yang dilakukan pada penelitian ini adalah
normatif empiris. Penelitian hukum normatif empiris adalah penelitian
hukum mengenai pemberlakuan ketentuan hukum normatif (kodifikasi,
undang-undang atau kontrak) secara in action pada setiap peristiwa hukum
tertentu yang terjadi di dalam masyarakat. (Abdulkadir, Muhammmad,
2004)

Pendekatan yuridis normatif mengacu kepada norma-norma hukum


yang terdapat dalam peraturan perundang- undangan dan putusan-putusan
pengadilan serta norma-norma hukum yang ada dalam masyarakat.
Sedangkan pendekatan yuridis empiris atau sosiologi hukum adalah
pendekatan dengan melihat sesuatu kenyataan hukum di dalam
masyarakat. Pendekatan sosiologi hukum merupakan pendekatan yang
digunakan untuk melihat aspek-aspek hukum dalam interaksi sosial di
dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai penunjang untuk
42

mengidentifikasi dan mengklarifikasi temuan bahan non hukum bagi


keperluan penelitian atau penulisan hukum (Zainudin Ali,, 2017, p. 105)

3. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yang mengungkapkan
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum
yang menjadi objek penelitian. Demikian pula hukum dalam
pelaksanaannya di dalam masyarakat yang berkenaan dengan objek
penelitian.( Zainudin Ali, 2017: 105)

4. Sumber Data
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah :

a Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya baik
melalui wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk
dokumen tidak resmi yang kemudian di olah oleh peneliti.

Data primer pada penelitian ini diperoleh dari hasil analis untuk
memperoleh informasi secara langsung dengan menggunakan
beberapa pertanyaan kepada responden secara lisan yaitu dengan
Koordinator Bidang Pembinaan dan Pengawasan KPID Provinsi
Lampung serta Akademisi hukum dari Fakultas Hukum Universitas
Malahayati.

b Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen


resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil
penelitian dalam bentuk laporan, skripsi, tesis, disertasi, dan peraturan
perundang-undangan. Data sekunder terdiri dari bahan hukum primer,
bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier.
1) Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat
terdiri dari:
a). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002
tentang Penyiaran;
b). Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2014 Tentang
Kelembagaan Komisi Penyiaran Indonesia;
43

c). Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Tentang


Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) Dan Standar Program Siaran
(SPS)
d). UU Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati
dan Walikota
e). Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan
Daerah
f). Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
g). Undang-Undang Dasar 1945
2) Bahan hukum sekunder yaitu data yang diperoleh dari bahan
pustaka seperti buku-buku dan tulisan-tulisan ilmiah hukum yang
terkait dengan kewenangan KPI.
3) Bahan hukum tersier yaitu petunjuk atau penjelasan mengenai
bahan hukum primer atau bahan hukum sekunder yang berasal dari
kamus, ensiklopedia, majalah, surat kabar dan sebagainya.
(Zainudin Ali, 2017: 106)
5. Metode Pengambilan Sampling Penelitian
Setiap peneliti harus membuat keputusan tentang siapa dan berapa
jumlah orang yang akan diteliti. Dalam penelitian kualitatif cenderung
menggunakan teknik sampling yang bersifat selektif dengan pertimbangan
konsep teoritis yang digunakan, keingintahuan peneliti, karakteristik
empiriknya dan lain sebagainya.Oleh karena itu peneliti menggunakan
teknik cuplikan “purposive sampling”.

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber


data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya
orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan,
atau mungkin sebagai pemimpin sehingga memudahkan peneliti
menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti. (Muhammad Kadafi dan
Idham, 2016 : 111).

a Subjek Penelitian.
Anggota Bidang Pengawasan Isi Siaran KPID Provinsi Lampung.
b Objek Penelitian.
44

Peran Dan Fungsi KPID Provinsi Lampung Pada Kampanye Pilkada


Serentak Tahun 2020 Di Bandar Lampung
6. Analisis Data
Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang
diperoleh adalah data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan
bukan rangkaian angka serta tidak dapat disusun dalam kategori-
kategori/struktur klasifikasi. Data bisa saja dikumpulkan dalam aneka
macam cara (observasi, wawancara, intisari dokumen, pita rekaman) dan
biasanya diproses terlebih dahulu sebelum siap digunakan (melalui
pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih-tulis), tetapi analisis
kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun ke dalam
teks yang diperluas, dan tidak menggunakan perhitungan matematis atau
statistika sebagai alat bantu analisis.

Menurut miles dan Huberman, kegiatan analisis terdiri dari tiga


alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan/verivikasi. Terjadi secara bersamaan
berarti reduksi data , penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verivikasi
sebagai sesuatu yang saling jalin menjalin merupakan proses siklus dan
interaksi pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam
bentuk sejajar yang membangun wawasan umum yang disebut “analisis”
(Ulber Silalahi, 2009: 339).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif


mencakup transkip hasil wawancara, reduksi data, analisis, interpretasi
data dan triangulasi. Dari hasil analisis data yang kemudian dapat ditarik
kesimpulan.

7. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data


a Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang akan digunakan penulis dalam penyusunan
Laporan Akhir Magang ini adalah melalui pengumpulan Data Primer
dan Data Sekunder, yaitu sebagai berikut:

1) Studi Kepustakaan
45

Data Kepustakaan yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan


yang bersumber dari peraturan perundang-undangan, buku-buku,
dokumen resmi, publikasi dan hasil penelitian. (Zainudin Ali, 2017:
107) Untuk memperoleh data sekunder peneliti melakukan dengan
cara membaca, mencatat dan mengutip dari perundang-undangan yang
berlaku serta literatur- literatur dan dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan data tentang sosialisasi kampanye pilkada tahun 2020 di
Provinsi Lampung.

2) Studi Lapangan
Data Lapangan yang diperlukan sebagai data penunjang diperoleh
melalui informasi dan pendapat-pendapat dari responden yang
ditentukan secarapurposive sampling(ditentukan oleh peneliti
berdasarkan kemauannya) dan/atau random sampling (ditentukan oleh
peneliti secara acak).(Zainudin Ali, 2017: 107).

b Prosedur Pengolahan Data


Setelah keseluruhan data baik data terkumpul, maka tahap
selanjutnya dilakukan pengolahan terhadap data tersebut dengan
langkah-langkah sebagai berikut:

1) Editing Data
Editing data yaitu memeriksa data yang didapat, dan diteliti kembali
kelengkapan, kejelasan dan kebenarannya serta hubungannya bagi
penulisan sehingga terhindar dari kesalahan.

2) Evaluating Data
Evaluating data yakni memeriksa data yang masuk dan telah melalui
proses editing, selanjutnya dievaluasi sehingga didapat gambaran
yang jelas dalam rangka menjawabpenelitian.

3) Sistematisasi Data
Sistematisasi data yakni melakukan pemeriksaan data yang masuk
dan telah melalui proses editing dan evaluating, dan setelah dirasa
cukup lengkap, maka data tersebut disusun secara sistematis serta
diperiksa dan dipersiapkan untuk dianalisa dengan tujuan
46

menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca


dan diinterpretasikan sehingga memudahkan dalam pembahasan.
47

BAB II

KEGIATAN MAGANG

A. Jadwal Pelaksanaan Magang

Penulis melaksanakan Program magang pada semester ganjil 2020/2021


dilakukan dalam waktu 3 bulan (12 minggu), magang dimulai pada tanggal
23 November 2020 s/d 23 Febuari 2021.

B. Pembimbingan Magang
1. Pembimbingan Magang Oleh DPL
a. Pembimbingan oleh DPL dengan menanyakan kegiatan apa saja yang
dilakukan oleh mahasiswa saat magang dan Bidang-bidang yang
dijalani saat magang.

b. Memonitoring kegiatan mahasiswa saat magang selama 2 minggu


sekali baik hadir langsung ke instansi magang ataupun via zoom online
atau whatsapp.

c. Melaporkan kegiatan magang setiap 2 minggu sekali dalam proses saat


melaksanakan magang.

d. Melakukan bimbingan terkait kendala-kendala yang menghambat


kegiatan magang.

e. Melakukan bimbingan terkait laporan mingguan magang.

f. Melakukan bimbingan terkait laporan akhir magang.

2. Pembimbingan Magang Oleh Mentor

a. Pada minggu pertama penulis diberi arahan mengenai tata tertib selama
magang, diberi kebebasan untuk beradaptasi terhadap insan KPID
Provinsi Lampung maupun terkait fasilitas dan sarana yang ada di
instansi tersebut.
48

b. Pada hari ke-3 pada proses pelaksanaan magang penulis mendapat


undangan secara lisan dari instansi KPID Provinsi Lampung untuk ikut
hadir dalam acara KPID Lampung Award 2020 yang diselenggarakan
disalah satu hotel diLampung.
c. Pada bulan desember penulis diberikan pembekalan pada setiap bidang
yang ada diinstansi tersebut.
d. Pada akhir tahun penutupan buku yang artinya adanya evaluasi kinerja
dan pembekalan untuk kegiatan selanjutnya.
e. Pada awal tahun 2021 mengikuti rapat pleno terkait pengukuhan
struktur KPID Provinsi Lampung.
f. Pada bulan februari bimbingan terkait judul laporan akhir magang oleh
mentor KPID Provinsi Lampung.
g. Pada akhir bulan februari bimbingan terkait analisis kasus laporan akhir
magang yang akan diambil.
C. Rincian Kegiatan Magang
Table 2.1 Rincian Kegiatan Magang

No Tanggal Kegiatan
1 23 November 2020 Perkenalan dan Sosialisasi Instansi KPID
Lampung;
2 24 November 2020 Pengenalan tugas kesekretariatan dan
belajar administrasi tentang surat menyurat
3 25 November 2020 Mempelajari Draft surat keluar
4 26 November 2020 Mengkonsep dan Mempelajari pembuatan
berita acara pleno
5 27 November 2020 Memahami dan Mempelajari pembuatan
surat keputusan KPID
6 30 November 2020 Mempelajari dan Memahami UU No. 32
Tahun 2002 tentang penyiaran sebagai
dasar KPI
7 1 Desember 2020 Mempelajari dan Memahami UU No. 32
Tahun 2002 tentang penyiaran sebagai
dasar KPI
8 2 Desember 2020 Mempelajari dan Memahami UU No. 32
Tahun 2002 tentang penyiaran sebagai
49

dasar KPI
9 3 Desember 2020 Mempelajari dan Memahami UU No. 32
Tahun 2002 tentang penyiaran sebagai
dasar KPI
10 4 Desember 2020 Pertest pemahaman mahasiswa magang
terkait UU No. 32 Tahun 2002 tentang
penyiaran sebagai dasar KPI
11 7 Desember 2020 Mempelajari dan Memahami Peraturan KPI
tahun 2014 tentang Kelembagaan Komisi
Penyiaran
12 8 Desember 2020 Mempelajari dan Memahami Peraturan KPI
tahun 2014 tentang Kelembagaan Komisi
Penyiaran
13 9 Desember 2020 Mempelajari dan Memahami Peraturan KPI
tahun 2014 tentang Kelembagaan Komisi
Penyiaran
14 10 Desember 2020 Mempelajari dan Memahami Peraturan KPI
tahun 2014 tentang Kelembagaan Komisi
Penyiaran
15 11 Desember 2020 Pertest pemahaman mahasiswa magang
terkait Peraturan KPI tentang Kelembagaan
Komisi Penyiaran Indonesia
16 14 Desember 2020 Mempelajari dan Memahami Pedoman
perilaku penyiaran (P3) Dan Standar
program siaran (SPS
17 15 Desember 2020 Mempelajari dan Memahami Pedoman
perilaku penyiaran (P3) Dan Standar
program siaran (SPS
18 16 Desember 2020 Mempelajari dan Memahami Pedoman
perilaku penyiaran (P3) Dan Standar
program siaran (SPS
19 17 Desember 2020 Mempelajari dan Memahami Pedoman
perilaku penyiaran (P3) Dan Standar
50

program siaran (SPS


20 18 Desember 2020 Pertest pemahaman mahasiswa magang
terkait Pedoman perilaku penyiaran (P3)
Dan Standar program siaran (SPS)
21 21 Desember 2020 Mempelajari Surat menyurat administrasi
22 22 Desember 2020 Mempelajari Surat menyurat administrasi
23 23 Desember 2020 Mempelajari Surat menyurat administrasi
24 28 Desember 2020 Mempelajari dan Memahami surat tugas
(surat dinas keluar)
25 29 Desember 2020 Mempelajari dan Memahami surat tugas
(surat dinas keluar)
26 30 Desember 2020 Mempelajari dan Memahami surat tugas
(surat dinas keluar)
27 4 Januari 2021 Mempelajari terkait surat tindak lanjut
28 5 Januari 2021 Mempelajari terkait surat tindak lanjut
29 6 Januari 2021 Mempelajari terkait surat tindak lanjut
30 7 Januari 2021 Mempelajari terkait surat tindak lanjut
31 8 Januari 2021 Pertest mahasiswa magang terkait surat
tindak dan surat tidak lanjut
32 11 Januari 2021 Mempelajari dan Memahami surat tugas
(surat dinas masuk)
33 12 Januari 2021 Mempelajari dan Memahami surat tugas
(surat dinas masuk)
34 13 Januari 2021 Mempelajari dan Memahami surat tugas
(surat dinas masuk)
35 14 Januari 2021 Mempelajari dan Memahami surat tugas
(surat dinas masuk)
36 15 Januari 2021 Pertest mahasiswa magang terkait surat
tugas (surat dinas masuk)
37 18 Januari 2021 Mempelajari dan Memahami terkait
pemantauan dan pengawasan isi siaran
televise
38 19 Januari 2021 Mempelajari dan Memahami terkait
51

pemantauan dan pengawasan isi siaran


televise
39 20 Januari 2021 Mempelajari dan Memahami terkait
pemantauan dan pengawasan isi siaran
televise
40 21 Januari 2021 Mempelajari dan Memahami terkait
pemantauan dan pengawasan isi siaran
televise
41 22 Januari 2021 Pertest mahasiswa magang terkait
pemantauan dan pengawasan isi siaran
televise
42 25 Januari 2021 Mempelajari dan Memahami terkait
pemantauan dan pengawasan isi siaran
radio
43 26 Januari 2021 Mempelajari dan Memahami terkait
pemantauan dan pengawasan isi siaran
radio
44 27 Januari 2021 Mempelajari dan Memahami terkait
pemantauan dan pengawasan isi siaran
radio
45 28 Januari 2021 Mempelajari dan Memahami terkait
pemantauan dan pengawasan isi siaran
radio
46 29 Januari 2021 Pertest mahasiswa magang terkait
pemantauan dan pengawasan isi siaran
radio
47 1 Februari 2021 Mempelajari dan Memahami terkait bidang
kelembagaan KPID di provinsi Lampung
48 2 Februari 2021 Mempelajari dan Memahami terkait bidang
kelembagaan KPID di provinsi Lampung
49 3 Februari 2021 Mempelajari dan Memahami terkait bidang
kelembagaan KPID di provinsi Lampung
50 4 Februari 2021 Mempelajari dan Memahami terkait bidang
52

kelembagaan KPID di provinsi Lampung


51 5 Februari 2021 Pertest mahasiswa magang terkait bidang
kelembagaan KPID di provinsi Lampung
52 8 Februari 2021 Mempelajari dan Memahami terkait
administrasi kesekretariatan di KPID
Provinsi Lampung
53 9 Februari 2021 Mempelajari dan Memahami terkait
administrasi kesekretariatan di KPID
Provinsi Lampung
54 10 Februari 2021 Mempelajari dan Memahami terkait
administrasi kesekretariatan di KPID
Provinsi Lampung
55 11 Februari 2021 Mempelajari dan Memahami terkait
administrasi kesekretariatan di KPID
Provinsi Lampung
56 12 Februari 2021 Pertest mahasiswa magang terkait
administrasi kesekretariatan di KPID
Provinsi Lampung
BAB III

ANALISIS KEGIATAN MAGANG

A. PENCAPAIAN TARGET 1
1. Mengetahui alasan berdirinya Komisi Penyiaran Indonesia.
Komisi Penyiaran Indonesia (disingkat KPI) adalah sebuah
lembaga independen di Indonesia yang kedudukannya setingkat dengan
lembaga negara lainnya yang berfungsi sebagai regulator penyelenggaraan
penyiaran di Indonesia. Komisi ini berdiri sejak tahun 2002 berdasarkan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran. KPI terdiri
atas Lembaga Komisi Penyiaran Indonesia Pusat (KPI Pusat) dan Komisi
Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) yang bekerja di wilayah setingkat
Provinsi. Wewenang dan lingkup tugas Komisi Penyiaran meliputi
pengaturan penyiaran yang diselenggarakan oleh Lembaga Penyiaran
Publik, Lembaga Penyiaran Swasta, dan Lembaga Penyiaran Komunitas.

Sebelum KPI terbentuk, Undang-undang Nomor 24 Tahun 1997


tentang Penyiaran mengamanatkan terbentuknya Badan Pertimbangan dan
Pengendalian Penyiaran Nasional (BP3N), suatu lembaga yang memiliki
kewenangan atas penyiaran di Indonesia, yaitu dalam pemberi
pertimbangan dalam pembuatan kebijakan penyiaran ke pemerintah
(awalnya juga direncanakan diberi hak dalam perizinan siaran) dan diisi
oleh tokoh masyarakat, ahli dan pemerintah. Walau demikian, BP3N tidak
sempat didirikan hingga penggantinya, Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2002 tentang Penyiaran disahkan. Selain itu, dalam pengawasan isi siaran,
di awal kelahiran televisi swasta, sempat hadir juga Komisi Siaran
(Daerah), di Jawa Barat dan Jawa Timur, yang bertugas mengawasi siaran
masing-masing dari RCTI Bandung dan SCTV Surabaya agar sesuai.
46

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 merupakan dasar utama


bagi pembentukan KPI. Semangatnya adalah pengelolaan sistem penyiaran
yang merupakan ranah publik harus dikelola oleh sebuah badan
independen yang bebas dari campur tangan pemodal maupun kepentingan
kekuasaan.

Berbeda dengan semangat dalam Undang-undang penyiaran


sebelumnya, yaitu Undang-undang No. 24 Tahun 1997 pasal 7 yang
berbunyi "Penyiaran dikuasai oleh negara yang pembinaan dan
pengendaliannya dilakukan oleh pemerintah", menunjukkan bahwa
penyiaran pada masa itu merupakan bagian dari instrumen kekuasaan yang
digunakan untuk semata-mata bagi kepentingan pemerintah.

Proses demokratisasi di Indonesia menempatkan publik sebagai


pemilik dan pengendali utama ranah penyiaran. Karena frekuensi adalah
milik publik dan sifatnya terbatas, maka penggunaannya harus sebesar-
besarnya bagi kepentingan publik. Sebesar-besarnya bagi kepentingan
publik artinya adalah media penyiaran harus menjalankan fungsi
pelayanan informasi publik yang sehat. Informasi terdiri dari bermacam-
macam bentuk, mulai dari berita, hiburan, ilmu pengetahuan, dll. Dasar
dari fungsi pelayanan informasi yang sehat adalah seperti yang tertuang
dalam Undang-undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 yaitu Diversity
of Content (prinsip keberagaman isi) dan Diversity of Ownership (prinsip
keberagaman kepemilikan).

Kedua prinsip tersebut menjadi landasan bagi setiap kebijakan


yang dirumuskan oleh KPI. Pelayanan informasi yang sehat berdasarkan
prinsip keberagaman isi adalah tersedianya informasi yang beragam bagi
publik baik berdasarkan jenis program maupun isi program. Sedangkan
prinsip keberagaman kepemilikan adalah jaminan bahwa kepemilikan
media massa yang ada di Indonesia tidak terpusat dan dimonopoli oleh
segelintir orang atau lembaga saja. Prinsip ini juga menjamin iklim
persaingan yang sehat antara pengelola media massa dalam dunia
penyiaran di Indonesia.
47

Apabila ditelaah secara mendalam, Undang-undang no. 32 Tahun


2002 tentang Penyiaran lahir dengan dua semangat utama, pertama
pengelolaan sistem penyiaran harus bebas dari berbagai kepentingan
karena penyiaran merupakan ranah publik dan digunakan sebesar-besarnya
untuk kepentingan publik. Kedua adalah semangat untuk menguatkan
entitas lokal dalam semangat otonomi daerah dengan pemberlakuan sistem
siaran berjaringan.

Maka sejak disahkannya Undang-undang no. 32 Tahun 2002


terjadi perubahan fundamental dalam pengelolaan sistem penyiaran di
Indonesia, di mana pada intinya adalah semangat untuk melindungi hak
masyarakat secara lebih merata. Perubahan paling mendasar dalam
semangat UU ini adalah adanya limited transfer of authority dari
pengelolaan penyiaran yang selama ini merupakan hak ekslusif pemerintah
kepada sebuah badan pengatur independen (independent regulatory body)
bernama Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Independen yang
dimaksudkan adalah untuk mempertegas bahwa pengelolaan sistem
penyiaran yang merupakan ranah publik harus dikelola oleh sebuah badan
yang bebas dari intervensi modal maupun kepentingan kekuasaan. Belajar
dari masa lalu di mana pengelolaan sistem penyiaran masih berada
ditangan pemerintah (pada masa rezim orde baru), sistem penyiaran
sebagai alat strategis tidak luput dari kooptasi negara yang dominan dan
digunakan untuk melanggengkan kepentingan kekuasaan. Sistem
penyiaran pada waktu itu tidak hanya digunakan untuk mendukung
hegemoni rezim terhadap publik dalam penguasaan wacana strategis,
tetapi juga digunakan untuk mengambil keuntungan dalam kolaborasi
antara segelintir elitpenguasa dan pengusaha.

Terjemahan semangat yang kedua dalam pelaksanaan sistem siaran


berjaringan adalah, setiap lembaga penyiaran yang ingin
menyelenggarakan siarannya di suatu daerah harus memiliki stasiun lokal
atau berjaringan dengan lembaga penyiaran lokal yang ada didaerah
tersebut. Hal ini untuk menjamin tidak terjadinya sentralisasi dan
monopoli informasi seperti yang terjadi sekarang. Selain itu,
pemberlakuan sistem siaran berjaringan juga dimaksudkan untuk
48

merangsang pertumbuhan ekonomi daerah dan menjamin hak sosial-


budaya masyarakat lokal. Selama ini sentralisasi lembaga penyiaran
berakibat pada diabaikannya hak sosial-budaya masyarakat lokal dan
minoritas. Padahal masyarakat lokal juga berhak untuk memperolah
informasi yang sesuai dengan kebutuhan politik, sosial dan budayanya.
Disamping itu keberadaan lembaga penyiaran sentralistis yang telah
mapan dan berskala nasional semakin menghimpit keberadaan lembaga-
lembaga penyiaran lokal untuk dapat mengembangkan potensinya secara
lebih maksimal.

Sejarah Pendirian KPI, KPI dibentuk berdasarkan Undang-Undang


(UU) Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002. Semangatnya adalah pengelolaan
sistem penyiaran yang merupakan ranah publik sehingga harus dikelola
oleh badan independen yang bebas dari campur tangan pemodal maupun
kepentingan kekuasaan. Semangat baru ini berbeda dengan landasan
dalam UU Penyiaran sebelumnya, yakni UU No. 24 Tahun 1997 Pasal 7,
yang menyatakan bahwa penyiaran dikuasai oleh negara, pembinaan dan
pengendaliannya pun dilakukan oleh pemerintah. Seperti yang tercatat
dalam website KPI, semangat lama tersebut menunjukkan bahwa
penyiaran pada masa itu (Orde Baru) merupakan bagian dari instrumen
kekuasaan yang digunakan semata-mata untuk kepentingan pemerintah.
KPI yang dibentuk pasca Reformasi 1998 atau setelah tumbangnya rezim
Soeharto ingin menjadi lembaga penyiaran yang berbeda seiring dengan
semangat perubahan dan demokrasi. Proses demokratisasi menempatkan
publik sebagai pemilik dan pengendali utama ranah penyiaran. Lantaran
frekuensi adalah milik publik dan sifatnya terbatas, maka penggunaannya
harus sebesar-besarnya bagi kepentingan rakyat. Artinya, masih dikutip
dari situs KPI, media penyiaran harus menjalankan fungsi pelayanan
informasi publik yang sehat, baik yang berupa berita, hiburan, dan lainnya.

Dasar dari fungsi pelayanan informasi yang sehat adalah seperti


yang tertuang dalam UU Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002, yaitu Diversity
of Content (Prinsip Keberagaman Isi) dan Diversity of Ownership (Prinsip
Keberagaman Kepemilikan). Dua prinsip inilah yang, konon, menjadi
landasan bagi setiap kebijakan KPI. KPI punya beberapa kewenangan.
49

Salah satunya, dikutip dari Lembaga-Lembaga Negara Independen (2019)


karya Laurensius Arliman Simbolon, adalah memberikan sanksi terhadap
pelanggaran peraturan dan pedoman perilaku penyiaran, serta standar
program siaran. Itulah yang telah dilakukan KPI terhadap Spongebob,
Gundala, dan beberapa program televisi/radio lainnya baru-baru ini.
Jangan lupa, KPI juga punya tugas untuk berhubungan dengan masyarakat
dalam menampung dan menindaklanjuti segala bentuk apresiasi publik
terhadap lembaga penyiaran maupun dunia penyiaran pada umumnya.

Sementara di Indonesia, lanjutnya, KPI Pusat dipilih oleh DPR


atau DPRD untuk KPI Daerah, dan keanggotaannya tidak boleh terkait
dengan kepemilikan media massa serta bukan wakil dari partai politik.

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), yang lahir atas amanat


Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002, terdiri atas KPI Pusat dan KPI
Daerah (tingkat provinsi). Anggota KPI Pusat (9 orang) dipilih oleh
Dewan Perwakilan Rakyat dan KPI Daerah (7 orang) dipilih oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. Selain itu, anggaran program kerja KPI Pusat
dibiayai oleh APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) dan KPI
Daerah dibiayai oleh APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah).

Dalam pelaksanaan tugasnya, KPI dibantu oleh sekretariat tingkat


eselon II yang stafnya terdiri dari staf pegawai negeri sipil serta staf
profesional non PNS. KPI merupakan wujud peran serta masyarakat
berfungsi mewadahi aspirasi serta mewakili kepentingan masyarakat akan
penyiaran harus mengembangkan program-program kerja hingga akhir
kerja dengan selalu memperhatikan tujuan yang diamanatkan Undang-
undang Nomor 32 tahun 2002 Pasal 3:

"Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi


nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan
bertaqwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan
umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis,
adil, dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia."

Untuk mencapai tujuan tersebut organisasi KPI dibagi menjadi tiga


bidang, yaitu bidang kelembagaan, struktur penyiaran dan pengawasan isi
50

siaran. Bidang kelembagaan menangani persoalan hubungan antar


kelembagaan KPI, koordinasi KPID serta pengembangan kelembagaan
KPI. Bidang struktur penyiaran bertugas menangani perizinan, industri dan
bisnis penyiaran. Sedangkan bidang pengawasan isi siaran menangani
pemantauan isi siaran, pengaduan masyarakat, advokasi dan literasi media.

Komisi Penyiaran Indonesia Pusat dan Komisi Penyiaran Indonesia


Daerah membuat regulasi berupa Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan
Standar ProgramSiaran (SPS) yang dimasukkan dalam Undang-undang
Republik Indonesia Nomor32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Tujuannya
adalah menegakkan aturan-aturanmengenai pelanggaran program
siaranmerusak nilai-nilai, dan budaya yangberlaku di masyarakat.
Sehingga diharapkan masyarakat mendapatkan siaran yangsehat dan
bermartabat karena frekuensi adalah milik publik bukan milik individuatau
golongan.

Komisi Penyiaran Indonesia sebagai pengawas penyiaran di


Indonesia yang lokasinya di pusat ibu kota Jakarta tidak akan bisa
mungkin untuk mengawasi seluruh setasiun televisis yang ada di indonesia
khususnya yang ada di daerah. KPI juga telah mendirikan komisi
penyiaran di berbagai daerah untuk mengawasi berbagai siaran televisi
yang berada di daerah karena disetiap daerah juga banyak memiliki
berbagai stasiun televisi lokal yang hanya tersiar didaerah saja. KPI pusat
mendirikan lembaga didaerah bukan tanpa alasan karena stasiun televisi
lokal juga banyak yang melanggar ketentuan undang undang penyiaran
maka dari itudengan adanya KPID dapat membantu KPI pusat untuk
mengawasi dan menangani stasiun televisi lokal yang berada di daerah
apabila melakukan pelanggaran.

Penyiaran itu adalah suatu hal yang sangat penting untuk diawasi
oleh KPI dan KPID karena apabila penyiaran itu tidak baik dalam
penayangannya maka dampak nya akan besar terhadap masyarakat sekitar
dan juga anak-anak dibawah umur karena dengan adanya penyangan
siaran yang tidak baik atau tidak sesuaidengan standar program siaran
makan pemikiran masyarakat dan anak-anak akanter doktrin dengan
dengan negatifnya penayangan yang tidak sepantasnya dilihat,apalagi
51

anak-anak adalah masa depan bangsa dan negara yang harus diawasi
sehingga kedepannya menjadi anak yang baik bagi orang tua dan lain serta
bangsa dan negaranya, maka dari itu KPID sebagai pegangan masyarakat
untuk membina masyarakat dengan baik dan juga mengawasi stasiun
televisi yang berada di daerah agar lebih baik lagi ketika menampilkan
penayangan siaran yangpostif bagi daerahnya sehingga pemahaman
masyarakat dan anak-anak juga menjadi lebih positif.

Dari maksud penjelasan diatas bahwa KPI dan KPID harus


melakukan kebijakan dan wewenangnya yang harus sesuai dengan
Undang-Undang No 32 Tahun 2002 tentang penyiaran dan Peraturan
Komisi Penyiaran Indonesia tentang standar program siaran untuk
membina semua stasiun televisi sehingga lebih baiklagi dengan
wewenangnya stasiun televisi maupun lembaga penyiaran yang fungsinya
untuk memberikan informasi dan penayangan yang lebih positif lagibagi
masyarakat dan anak-anak sehingga pemahaman anak-anak lebih terah
kearah yang lebik dan benar sehingga diprakteknya kedalam kehidupan
lebih bermanfaat untuk bagi masyarakat yang lain.

2. Mengetahui Tugas dan Fungsi Komisi Penyiaran Indonesia


Dalam menjalankan fungsi, tugas, wewenang dan kewajibannya,
KPI Pusat diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,
dan KPI Daerah diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi.
KPI didukung secara operasional oleh suatu Sekretariat yang dibiayai oleh
negara dimana Sekretariat pada KPI Daerah berdasarkan Surat Keputusan
menteri Dalam Negeri adalah setingkat Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD).

KPI sebagai wujud peran serta masyarakat berfungsi mewadahi


aspirasi serta mewakili kepentingan masyarakat akan penyiaran. Dalam
melaksanakan fungsinya tersebut, KPI mempunyai wewenang:

a. menetapkan standar program siaran;


b. menyusun peraturan dan menetapkan pedoman perilaku penyiaran;
c. mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran
serta standar program siaran;
52

d. memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman


perilaku penyiaran serta
e. standar program siaran;
f. melakukan koordinasi dan/atau kerjasama dengan Pemerintah,
lembaga penyiaran, dan masyarakat.

Selain kewenangan tersebut, KPI mempunyai tugas dan kewajiban untuk :


a. menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak dan
benar sesuai dengan hak asasi manusia;
b. ikut membantu pengaturan infrastruktur bidang penyiaran;
c. ikut membangun iklim persaingan yang sehat antar lembaga penyiaran
dan industri terkait;
d. memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata, dan
seimbang;
e. menampung, meneliti, dan menindak lanjuti aduan, sanggahan, serta
kritik dan apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaraan penyiaran;
dan
f. menyusun perencanaan pengembangan sumber daya manusia yang
menjamin profesionalitas dibidang penyiaran.

3. Mengetahui Visi dan Misi Komisi Penyiaran Indonesia.

Visi
Terwujudnya sistem penyiaran nasional yang berkeadilan dan bermartabat
untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat.

Misi

a. Mengembangkan kebijakan pengaturan, pengawasan dan


pengembangan Isi Siaran;

b. Melaksanakan kebijakan pengawasan dan pengembangan terhadap


Strutur Sistem Siaran dan Profesionalisme Penyiaran;

c. Membangun Kelembagaan KPI dan partisipasi masyarakat terhadap


penyelenggaraan penyiaran;

d. Meningkatkan kapasitas Sekretariat KPI.


53

B. PENCAPAIAN TARGET II
1. Mengetahui terkait mekanisme pengaduan masyarakat dan tindak
lanjut di KPID Provinsi Lampung
Pengaduan masyarakat ini berasal dari masyarakat pendengar
siaran radio dan pemirsa tayangan televisi, baik perorangan maupun
organisasi. Pengaduan masyarakat ke KPID Provinsi Lampung dapat
dilakukan melalui:
a. Surat.
b. Mengisi formulir pengaduan.
c. Melalui SMS Center 081279005000.
d. Melalui Telepon 0721-255267, 242447.
e. Melalui facsimile 0721-261602.
f. Melalui Email
g. Datang langsung ke Kantor KPID Provinsi Lampung secara perorangan
dan apabila secara kelompok perlu penanganan khusus.

Namun dari berbagai fasilitas pengaduan masyarakat yang


disediakan KPID di atas, umumnya yang paling banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk melapor adalah melalui fasilitas pelayanan SMS Center
dan Telepon. Sedangkan yang paling sedikit dilakukan oleh masyarakat
adalah pengaduan dengan cara mendatangi langsung KPID Provinsi
Lampung.

Mengenai isi dari pengaduan masyarakat umumnya bervariasi


misalnya tentang berita umum, berita kriminal, sinetron, reality show,
iklan, masalah pemilu atau pilkada, blocking time, tidak mengaburkan atau
menyamarkan korban kejahatan, kekerasan, seks, mistik, model pakaian,
jam tayang, serta penggunaan dan pengucapan bahasa.

Tindak Lanjut dari setiap pengaduan masyrakat kemudian


direkam/defile dan kemudian digandakan serta dicatat pada logbook,
disampaikan pada kesempatan pertama kepada Sekretariat untuk
dilanjutkan kepada Koordinator Bidang Pengawasan Isi Siaran,
selanjutnya disampaikan kepada Pimpinan KPID Provinsi Lampung.
Rekaman isi siaran radio dan tayangan televisi dilakukan terus
menerus atau dalam waktu tertentu kemudian digandakan, guna sewaktu-
54

waktu diperlukan. Pelanggaran-pelanggaran yang ditemukan kemudian


dikaji, diklarifikasi dan dibahas dalam rapat pleno KPID untuk dijatuhkan
sanksi sesuai dengan tingkat pelanggaranya.

Adapun bentuk sanksi pelanggarannya berupa:


a. Teguran lisan melalui sarana yang tersedia.
b. Teguran tertulis dengan memanggil pimpinan/penanganan pengaduan
stasiun radio/televisi yang bersangkutan.
c. Mata acara yang bermasalah dihentikan.
d. Durasi dan waktu siaran dibatasi.
e. Denda administratif.
f. Kegiatan siaran untuk waktu tertentu dibekukan.
g. Izin penyelenggaraan penyiaran tidak diperpanjang.
h. Izin penyelenggaraan penyiaran dicabut.
i. Sanksi pidana.

Untuk sanksi yang berbentuk teguran tertulis selama ini KPID


Provinsi Lampung telah mengeluarkan sebanyak 20 (dua puluh) surat
teguran yang diajukan kepada 12 televisi lokal dan 8 radio. Untuk
penghentian sementara program siaran antara lain adalah:

a. Iklan obat herbal diradio.


b. Siaran agama di RRI.
c. Lejel home shopping di Tegar TV.
d. Iklan kampanye diradio.
e. Talk Show obat herbal di Radar TV.

Untuk pencabutan izin penyelenggaraan penyiaran antara lain


dilakukan terhadap 1 (satu) Lembaga Penyiaran Radio yaitu Radio
Yudhistira FM Bandar Lampung. Sedangkan untuk penghentian atau
penutupan lembaga penyiaran illegal antara lain dilakukan terhadap:

a. Radio Pelangi Bandar Lampung.


b. Radio Star FM Lampung Selatan.

c. Radio Raja FM Lampung Selatan.


d. Radio Komunitas Petani dan Nelayan Lampung Timur.
55

e. Gajar TV Lampung Tengah.

2. Mekanisme Komisi Penyiaran Indonesia dalam pelaksanaan


pengawasan isi siaran Kampanye

KPI melaksanakan pemantauan dan pengawasan pemberitaan,


penyiaran, dan iklan Kampanye melalui Lembaga Penyiaran dengan ruang
lingkup:

a. Tingkat nasional/pusat
1) Gugus Tugas tingkat nasional/pusat melakukan kajian bersama atas
hasil pemantauan, laporan, dan pengaduan masyarakat serta
mengeluarkan kesimpulan atas dugaan pelanggaran pemberitaan,
penyiaran, dan iklan kampanye di lembaga penyiaran berjaringan
(nasional) dan berlangganan.
2) Gugus Tugas tingkat nasional/pusat mengeluarkan rekomendasi
sanksi atas pelanggaran yang dilakukan oleh Peserta Pemilu
berdasarkan hasil kesimpulan untuk ditindaklanjuti sesuai
kewenangan masing-masing lembaga.
3) KPI Pusat menindaklanjuti rekomendasi yang dikeluarkan Gugus
Tugas tingkat nasional/pusat kepada lembaga penyiaran berjaringan
(nasional) dan/atau berlangganan.
b. Tingkat Provinsi
1) Gugus Tugas tingkat provinsi melakukan kajian bersama atas hasil
pemantauan, laporan, dan pengaduan masyarakat serta
mengeluarkan kesimpulan atas dugaan pelanggaran pemberitaan,
penyiaran, dan iklan kampanye di lembaga penyiaran lokal,
berlangganan, dan/atau komunitas.
2) Gugus Tugas tingkat provinsi mengeluarkan rekomendasi sanksi
atas pelanggaran yang dilakukan oleh Peserta Pemilu berdasarkan
hasil kesimpulan untuk ditindaklanjuti sesuai kewenangan masing-
masing lembaga.
56

3) KPI Daerah menindaklanjuti rekomendasi yang dikeluarkan Gugus


Tugas tingkat provinsi kepada lembaga penyiaran lokal,
berlangganan, dan/atau komunitas.
c. Tingkat Kabupaten/Kota
1) Gugus Tugas tingkat kabupaten/kota melakukan kajian bersama
atas hasil pemantauan, laporan, dan pengaduan masyarakat serta
mengeluarkan kesimpulan atas dugaan pelanggaran pemberitaan,
penyiaran, dan iklan kampanye di lembaga penyiaran lokal,
berlangganan, dan/atau komunitas.
2) Gugus Tugas tingkat kabupaten/kota mengeluarkan rekomendasi
sanksi atas pelanggaran yang dilakukan oleh Peserta Pemilu
berdasarkan hasil kesimpulan untuk ditindaklanjuti sesuai
kewenangan masing-masing lembaga.
3) KPI Daerah menindaklanjuti rekomendasi yang dikeluarkan Gugus
Tugas tingkat Kabupaten/Kota kepada lembaga penyiaran lokal,
berlangganan, dan/atau komunitas.
d. Teknis Pengawasan
KPI Pusat melakukan pengawasan terhadap pemberitaan, penyiaran,
dan iklan kampanye di lembaga penyiaran dengan tahapan sebagai
berikut:

1) Analis Pemantauan
a) Melakukan pemantauan penyiaran, pemberitaan, dan iklan
kampanye di lembaga penyiaran;
b) Melakukan tagging/penandaan terhadap tayangan/siaran, baik
berupa penyiaran, pemberitaan, maupun iklan kampanye, yang
diduga melanggar;
c) Memberi deskripsi awal perihal muatan tayangan/siaran yang
diduga melanggar pada kolom yang tersedia di sistem
pemantauan.
e. Visual Data
1) Menerima hasil tagging/penandaan dari analis pemantauan;
57

2) Melakukan sinkronisasi dan melengkapi deskripsi analis


pemantauan perihal muatan penyiaran, pemberitaan, dan iklan
kampanye yang diduga melanggar;
3) Melakukan pemotongan program siaran dan pengelompokkan iklan
kampanye.
f. Tenaga Ahli Pemantauan
1) Menerima hasil dari tim visual data;
2) Melakukan verifikasi atas muatan penyiaran, pemberitaan, dan
iklan kampanye yang diduga melanggar;
3) Melakukan identifikasi pasal yang diduga dilanggar berdasarkan
P3SPS;
4) Melakukan analisis terhadap muatan penyiaran, pemberitaan,dan
iklan kampanye yang diduga melanggar;
5) Menyampaikan laporan hasil verifikasi, identifikasi, dan analisis
dalam rapat pemeriksaan potensi pelanggaran setiap 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) minggu bersama komisioner bidang Pengawasan Isi
Siaran, tim hukum KPI, dan tim Fasilitasi Penjatuhan Sanksi;
6) Dalam kondisi tertentu yang membutuhkan tindak lanjut segera,
tenaga ahli pemantauan melakukan verifikasi, identifikasi, dan
analisis secara cepat dan tepat serta melaporkannya kepada
komisioner bidang Pengawasan Isi Siaran setelah ditemukannya
muatan tayangan/siaran yang diduga melanggar.
7) Dalam kondisi sebagaimana yang dimaksud huruf f, laporan
dilakukan tanpa harus diadakan rapat khusus pemeriksaan potensi
pelanggaran.
g. Staf Administrasi Pengaduan
1) Menerima laporan dan pengaduan masyarakat setiap harinya
melalui berbagai platform komunikasi dan sosial media resmi KPI
antara lain; -
: 021-21203889 - SMS
: 081213070000 Website
: www.kpi.go.id Email
: pengaduan@kpi.go.id Facebook
: @KPI Pusat Twitter
58

: @KPI_Pusat Instagram
2) Membaca seluruh isi laporan dan pengaduan masyarakat
mengenai muatan penyiaran, pemberitaan, dan iklan kampanye
yang disampaikan melalui berbagai platform komunikasi resmi
KPI Pusat;
3) Melakukan identifikasi dan pengelompokan sesuai dengan
substansi pengaduan;
4) Melakukan tagging/penandaan terhadap tayangan yang diduga
melanggar sesuai laporan dan/atau pengaduan masyarakat;
5) Menyiapkan bahan tayangan/ siaran berdasarkan laporan dan
pengaduan masyarakat untuk dianalisis oleh tenaga ahli
pengaduan dan sebagai bahan rapat pemeriksaan potensi
pelanggaran.
h. Tenaga Ahli Pengaduan
1) Menerima muatan penyiaran, pemberitaan, dan iklan kampanye
2) yang diduga melanggar dari staf administrasi pengaduan;
3) Melakukan verifikasi terhadap program siaran yang diduga
melanggar sesuai dengan isi laporan dan/atau pengaduan
masyarakat;
4) Melakukan identifikasi pasal yang diduga dilanggar berdasarkan
P3SPS;
5) Melakukan analisis terhadap muatan penyiaran, pemberitaan, dan
iklan kampanye yang diduga melanggar;
6) Menyampaikan laporan hasil verifikasi, identifikasi, dan analisis
dalam rapat pemeriksaan potensi pelanggaran setiap 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) minggu bersama komisioner bidang Pengawasan Isi
Siaran, tim hukum KPI, dan tim Fasilitasi Penjatuhan Sanksi;
7) Dalam kondisi tertentu yang membutuhkan tindak lanjut segera,
tenaga ahli pengaduan melakukan verifikasi, identifikasi, dan
analisis secara cepat dan tepat serta melaporkannya kepada
komisioner bidang Pengawasan Isi Siaran;
8) Dalam kondisi sebagaimana yang dimaksud huruf 6, laporan
dilakukan tanpa harus diadakan rapat khusus pemeriksaan potensi
pelanggaran.
59

3. Peranan KPID Provinsi Lampung dalam pengawasan isi siaran


kampanye pilkada serentak tahun 2020 di Provinsi Lampung.
Sebelum dilaksanakanya Pilkada serentak tahun 2020 Di Provinsi
Lampung, KPID Provinsi Lampung melakukan kunjungan kebeberapa
Lembaga Penyiaran yang ada di Lampung dalam rangka pembinaan serta
pengawasan penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)
serentak, Selain itu KPID meminta agar Lembaga Penyiaran yang
memiliki izin serta diberikan wewenang oleh KPU untuk menyiarkan
Pilkada dapat turut berpartisipasi dalam pelaksanaan Pilkada serentak yang
akan diselenggarakan pada 9 Desember 2020 mendatang.
Melalui wawancara penulis terhadap Pak Barli selaku anggota
bidang pengawasan beliau imgin agar lembaga penyiaran khususnya yang
ada diseluruh Provinsi Lampung turut berpartisipasi dalam rangka
mensukseskan pesta demokrasi ini, kemudian KPID Provinsi Lampung
menjelaskan mengenai peran yang dapat dilakukan lembaga penyiaran
yakni menginformasikan kepada masyarakat terkait dengan visi dan misi
para calon kepala daerah, tata cara pelaksanaan pilkada ditengah pandemi
dan mengenai berbagai informasi yang berkaitan dengan pilkada.
Kemudian menjelaskan kepada masyarakat terkait dengan calon yang
dapat mereka pilih, sehingga nantinya terpilih calon terbaik, yang bisa
memajukan daerahnya masing-masing bagi kebermanfaatan masyarakat
Lampung.
Karena pelaksanaan pesta 5 tahunan ini berada pada situasi
pandemi Covid-19, jika diliat dari situasi pandemi yang sedang dialami
saat ini maka terdapat 2 kerawanan terkait dengan keamanan kesehatan
yang ternyata lebih parah dari sebelumnya, adapun kerawanan mengenai
keamanan pelaksanaan pilkada mengingat dalam pilkada ini peserta
merupakan orang setempat peserta kontestanya adalah orang-orang daerah
jadi diakar rumput jika tidak dijaga dengan baik kemungkinan bisa
terprovokasi dan bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Lembaga penyiaran sudah melakukan penyiaran dengan damai
kepada masyarakat sehingga tidak timbul provokasi dan hal-hal yang tidak
diinginkan. Namun demikian walaupun pelaksanaan Pilkada Tahun 2020
ditengah pandemi KPID Provinsi Lampung melakukan perannya
60

semaksimal mungkin alhasil pada pelaksanaanya tetap sukses, aman dan


nyaman dalam arti tidak menimbulkan cluster baru dalam setiap tahapan
yang dilaksanakan.
Lanjutnya KPID melihat lembaga penyiaran mensosialisasikan
kepada pemilih, peserta, penyelenggaraan pemilu supaya selama kegiatan
berlangsung semuanya sehat dan aman baik sebelum maupun sesudah
penyelenggaraan pemilu. KPID melihat seluruh lembaga penyiaran sudah
menjaga netralitas dan independensi sebagai lembaga penyiaran, Proses
pemilihan ini berjalan dengan aman asalkan mengikuti protokol kesehatan
yang sudah ditetapkan.
Kunci semua ini adalah perubahan perilaku manusia atau
masyarakat dalam menyikapi keadaan Covid-19 ini, Pemerintah pun sudah
mensosialisasikan protokol covid ketika akan masuk bilik dan di lapangan,
KPU juga sudah membatasi sedemikian rupa kampanye di lapangan dan
mengalihkan ke kampanye di media social dan virtual. KPID menjadi
ujung tombak pengawasan pada media, dalam penyelenggaraan Pilkada
tahun 2020 di tengah kondisi pandemi lembaga penyiaran sudah menjadi
bagian dari instrument memperkuat demokrasi dengan meningkatkan
kualitas dan kuantitas partisipasi kepada pemilih.

Tindakan KPID Provinsi Lampung Ketika Menemukan Potensi


Masalah Pelanggaran Isi Siaran
Adapun beberapa potensi masalah yang muncul pada saat
Pemberitaan (Liputan Kampanye) dan Penyiaran (Monolog; dialog; debat
publik; dan/atau jejak pendapat) antara lain :
a) Framing dan Penggiringan opini
b) Fake news atau hoax
c) Keberimbangan dan proposionalitas
d) Blocking time atau Blocking segmen
e) Jejak pendapat dan quick count
f) Pemberitaan dan penyiaran selama masa tenang (fokus pada
penyelenggara dan penyelenggaraan)
61

Adapun beberapa potensi masalah yang muncul pada saat Iklan


Kampanye (Durasi iklan dan jumlah spot perhari diatur oleh
penyelenggara), dan (Difasilitasi oleh penyelenggara) antara lain :
a) Penayangan iklan diluar jadwal
b) Penayangan iklan selain yang difasilitasi oleh penyelenggara
Adanya fake news dan hoax tapi ini hampir tidak ada dilembaga
penyiaran, karna apa kalaupun informasi yang tidak akurat disampaikan
oleh lembaga penyiaran ditemukan itu lalu kemudian disampaikan kepada
KPI atau KPID langkah yang diambil adalah melakukan klarifikasi kepada
lembaga penyiaran yang bersangkutan maka kewajiban lembaga tersebut
untuk segera juga menyampaikan klarifikasi secara terbuka kepada publik
jika ditemukan ada informasi yang ternyata tidsk benar.
Sering kali lembaga penyiaran mengatakan bahwa tidak semua
calon memiliki news value sehingga hanya beberapa calon yang diliput
dan disiarkan oleh lembaga penyiaran, ini menjadi perhatian bagi KPI dan
KPID karna melalui informasi daring kemudian tidak diketahui oleh
lembaga penyiaran dan tidak diliput ini yang disampaikan oleh KPI dan
KPID.
Terkait pemberitaan dan penyiaran selama masa tenang lembaga
penyiaran wajib fokus penyelenggara dan penyelenggaraan bukan fokus
pada calonya karena bagaimana lembaga penyiaran meliput calon sudah
berimbang. Kemudian terkait dengan penayangan iklan diluar jadwal tentu
penyelenggara KPU sudah memiliki jadwal penayangan iklan dan
penayangan iklan selain yang difasilitasi oleh penyelenggara dalam
konteks pilkada iklan hanya difasilitasi atau dilaksanakan oleh
penyelenggara melalui lembaga penyiaran.
Pemasangan iklan kampanye penyelenggara sudah mengutamakan
lembaga penyiaran lokal daripada lembaga penyiaran berjaringan,
Kemudian untuk lembaga penyiaran berjaringan lebih mengutamakan
konten lokal lembaga penyiaran anak berjaringan. Metode kampanye yang
telah difasilitasi oleh penyelenggara tidak dapat dilakukan secara mandiri
oleh peserta termasuk iklan kampanye di media massa cetak dan media
elektronik.
62

Gugus tugas pilkada 2020 KPI, BAWASLU, KPU dan Dewan


Pers menandatangani MOU atau kesepakatan kerja sama membentuk
kembali gugus tugas, Rujukan utama KPI dan KPID dalam bekerja di
dalam gugus tugas ini adalah UU Pemilihan Kepala Daerah dan PKPU
karena posisi KPI bukan lah penyelenggara pemilihan kepala daerah tetapi
KPI sebagai supporting institution hanya saja jika ada potensi pelanggaran
yang terjadi di lembaga penyiaran yang tadi beberapa terjadi itu kemudian
bisa diverifikasi oleh KPI.
Kemudian jika perlu ada penindakan oleh KPI karena apapun
potensi yang terjadi dilembaga penyiaran pasti sumbernya bukan semata-
mata dari lembaga penyiaran melainkan sumber dari potensi pelanggaran
dari calon semisal calon ingin diperlakukan lebih atau sebagainya maka
dari calon pun perlu dilakukan verifikasi dan klarifikasi. Terkait dari
potensi pelanggaran lembaga penyiaran KPI melakukan equal treatmen
secara bersamaan bersama KPU dan BAWASLU kepada peserta
pemilihan kepala daerah dan KPI akan menindak lanjuti kepada
penyiaranya. Perlindungan Kepentingan Publik antara lain:
Pedoman Perilaku Penyiaran pasal 11
1) Lembaga penyiaran wajib memperhatikan kemanfaatan dan
perlindungan untuk kepentingan publik
2) Lembaga penyiaran wajib menjaga independensi dan netralitas isi
siaran dalam setiap program siaran
Standar Program Siaran pasal 11
1) Program siaran wajib dimanfaatkan untuk kepentingan publik dan tidak
untuk kepentingan kelompok tertentu
2) Program siaran dilarangan dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi
pemilik lembaga penyiaran bersangkutan dan/atau kelompoknya
Dengan adanya aturan ini KPI dan KPID melakukan pengawasan
memastikan bahwa lembaga penyiaran menjadi media atau instrument
penyampaian informasi yang proper, professional, berkualitas dan tidak
semata-mata ditunggangi oleh kepentingan kelompok tertentu.
63

C. PENCAPAIAN TARGET III


1. Soft Skill
Soft skill didefinisikan sebagai keterampilan, kemampuan dan sifat-sifat
yang berhubungan dengan kepribadian, sikap, perilaku daripada
pengetahuan formal atau teknis, (Mahasneh & Thabet, 2015). Soft skill
adalah karakteristik yang mempengaruhi hubungan pribadi dan profesional
seorang individu dan bekerja yang berkaitan dengan prospek karir (Vyas &
Chauhan, 2013). Dalam perspektif sosiologi soft skill disebut sebagai
Emotional Intelligence Quotient (Rahayu, 2013). Berikut beberapa soft
skill yang didapatkan selama pelaksanaan magang, antara lain :
64

Table 3.1 Soft Skill

No. Soft Skill Hasil Yang Diperoleh


1. Kemampuan berkomunikasi Pada saat melaksanakan
proses kegiatan magang
penulis mencoba
berkomunikasi dan
bersosialiasasi dengan baik
dengan para insan yang ada
di instansi KPID Provinsi
Lampung, dengan
beradaptasi dari awal
kegiatan magang dengan
mengedepankan adab dan
attitude yang baik agar
tercipta nya keharmonisan
antar sesama dengan cara
lain mengikuti kegiatan-
kegiatan yang terselenggara
pada saat itu dan dalam hal
lain. Sering melakukan
sharing dan bertukar pikiran
dengan para karyawan demi
mendapatkan ilmu yang
bermanfaat. Dan agar
kedepan nya bisa public
speaking didepan orang
banyak.
2. Bekerja sama Manusia merupakan makhluk
yang pribadi dan sekaligus
makhluk sosial yang artinya
dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya salah satu caranya
ialah dengan kerja sama
contohnya saat penulis
65

melaksanakan kegiatan
magang agar dapat
terwujudnya tujuan bersama
maka dilakukan nya kerja
sama diinstansi tersebut
dengan mengikuti aktivitas
bersama saling membantu
dan memahami terhadap
aktivitas masing-masing.
3. Rasa ingin tahu, kreatif dan Rasa keingintahuan berkaitan
inovatif dengan pemikiran ingin tahu
seperti penjelajahan, dan
pembelajaran terkait dengan
semua bidang dan aspek
diinstansi tempat penulis
magang dari proses
pembelajaran dan kainginan
untuk memperoleh
pengetahuan dan
keterampilan. Dalam proses
rasa ingin tahu maka timbul
pemunculan gagasan baru
atau hubungan baru antara
gagasan yang sudah ada agar
menjadi refrensi para anggota
instansi tersebut contohnya
seperti jam kerja yang sudah
ada bagaimana dapat
dijalankan dengan
semestinya dan mlenjadi
acuan bagi penulis dan rekan
yang lain nya agar lebih
disiplin dalam waktu. Dalam
proses kreatifitas lalu
66

dikembangkan agar menjadi


manfaat dan terlaksananya
kegiatan dengan baik dan
lancar penulis mencoba
memberi inovasi-inovasi
baru seperti hal nya agar
proses magang berjalan aktif
maka setiap minggu
dilakukan rolling dari setiap
bagian agar penulis
mendapatkan manfaat dari
setiap bidang yang ada.
4. Bekerja keras Bekerja keras artinya ketika
anda dapat menggunakan
waktu dengan efisien dan
efektif kemudian mempunyai
semangat yang tinggi serta
kemauan dan kemampuan
untuk mencapai target
pribadi yang dianggap sedikit
melebihi batas kemampuan
anda atinya jangan
melakukan hal-hal yang tidak
berarti saat melakukan
kegiatan magang dan kita
sendiri harus memiliki target
yang akan dicapai diakhir
magang.
5. Kejujuran integritas Kejujuran ialah mengatakan
kebenaran dengan kata lain
dapat menyesuaikan kata-
kata dengan realitas yang
terjadi dilapangan artinya
dalam bekerja kita harus
67

manjadi pribadi yang jujur


dalam melakukan hal apapun
jangan memberi harapan jika
tidak dapat dilakukan
sehingga timbul nya konflik
sebaiknya berkata jujur lebih
baik. Sedangkan integritas
memiliki arti dapat
menyesuaikan realitas
dengan kata-kata dengan kata
lain dapat memenuhi janji
dan harapan itulah yang
menjadi nilai bagi diri sendiri
apabila dapat
melaksanakanya dapat
dipandang baik bagi orang
banyak ucapan kita dapat
dipercaya dan bukan bual
belaka.

2. Hard Skill

Hard Skill secara tradisional sering mengacu pada kemampuan


teknis yang dimiliki calon pekerja seperti kemampuan menggunakan suatu
alat, mengolah data, mengoperasikan komputer, atau mengetahui
pengetahuan tertentu. Kemampuan-kemampuan seperti ini disebut dengan
hard skills atau kemampuan teknis. Ketika seseorang menyebut hard skill
biasanya mengacu pada skill sebagaimana yang didefinisakan oleh
Random House Dictionary (dalam Robles, 2012), yaitu kemampuan yang
berasal dari pengetahuan, kemampuan praktis, atau kecerdasan untuk
melakukan sesuatu dengan baik; kompetensi dalam melakukan sesuatu;
keahlian atau keterampilan yang membutuhkan latihan tertentu. Hard skill
yang juga sering disebut kemampuan teknis ini sangat diperlukan oleh
pekerja dalam rangka melaksanakan serangkaian tugas-tugas pokok untuk
68

mencapai tujuan pekerjaan. Berikut beberapa hard skill yang didapat dari
pelaksanaan magang, antara lain:
Table 3.2 Hard Skill
No. Hard Skill Hasil Yang Diperoleh
1. Merumuskan Dari magang ini penulis menemukan
Permasalahan Hukum permasalahan hukum yang timbul
dari kampanye pemilu kada
mengenai terkait durasi isi siaran
kampanye.
2. Menyelesaikan Dalam kegiatan magang di KPID
Permasalahan teknis di Provinsi Lampung telah
lapangan mendapatkan pemahaman dan
pembelajaran yang baik berupa
bagaimana menerima laporan atau
aduan masyarakat ke KPID Provinsi
Lampung atau konsultasi terkait
permasalahan pada isi siaran
kampanye, pemeriksaan laporan
aduan dan bagaimana melakukan
pendampingan ke masyarakat.
3. Kemampuan analisis Berdasarkan bidang kerja yang ada
untuk membuat dokumen di kantor Komisi Penyiaran
hukum Indonesia daerah (KPID) Provinsi
Lampung yang penulis laksanakan
adalah mendata pendaftar hak cipta
yang ada di Provinsi Lampung,
melihat konsultasi terhadap
permasalahan surat izin
penyelenggaraan penyiaran dll.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian penelitian tugas akhir magang di atas maka peneliti menarik
kesimpulan bahwa peran dan fungsi pengawasan komisi penyiaran Indonesia
daerah (KPID) Provinsi Lampung dalam isi siaran kampanye pada pemilihan
walikota Bandar Lampung tahun 2020 yaitu :

1. Peran dan fungsi Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Provinsi


Lampung dalam mengawasi isi siaran Kampanye Pemilihan Walikota
Bandar Lampung tahun 2020. Disini peran KPID Lampung memiliki
kewenangan otoritas, menyusun dan mengawasi berbagai peraturan
penyiaran, serta menghubungkan antara lembaga penyiaran pemerintah
dan masyarakat, menjamin masyarakat mendapatkan informasi yang
layak sesuai dengan hak asasi manusia, dan peraturan yang mencangkup
semua proses kegiatan penyiaran, mulai dari tahap pendirian,
operasional, tanggung jawab dan evaluasi Undang-Undang No. 32 Tahun
2002 tentang Penyiaran.
B. Hambatan
Selama menjalankan program magang di Kantor KPID Provinsi
Lampung, berikut beberapa hambatan yang dialami penulis selama proses
program magang, yaitu:
1. Kantor KPID Provinsi Lampung
Dalam menjalankan proses magang di Kantor KPID Provinsi Lampung,
penulis mengalami kesulitan pada awal magang dimulai yaitu bagaimana
alur kerja yang terdapat di Kantor KPID Provinsi Lampung karena belum
mendapatkan pembekalan materi.

Pada tahap awal magang, penulis masih belum memahami system kerja
kantor, tugas dan wewenang yang ditangani di Kantor sehingga hal tersebut
menjadi penghambat penulis dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Akan

77
tetapi seiring berjalannya waktu penulis sedikit banyaknya dapat memahami
sistem kerja kantor, tugas dan wewenang, cara pemantauan isi siaran,

78
78

cara penanganan kasus, dan beberapa hal lainya. Hal tersebut diperoleh
melalui diskusi mingguan dan sharing dengan staf kantor, voluntir kantor,
dan peserta magang dari kampus lain yang terdahulu dibandingkan dengan
penulis terkait hal-hal yang belum diketahui oleh penulis terkait kantor.

2. Dosen Pembimbing Lapangan (DPL)


Pada saat proses magang penulis merasa sangat melakukan bimbingan
kepada dosen pembimbing lapangan arahan serta koordinasi yang
diberikan oleh DPL baik kepada penulis maupun kantor. Hal tersebut
menjadi salah satu faktor penghambat bagi penulis untuk mengerjakan
laporan akhir magang.

3. Fakultas Hukum Universitas Malahayati Bandar Lampung


Terkait pelaksanaan program merdeka belajar pertama yang diterapkan
di kampus khususnya di Fakultas Hukum, penulis merasa kurangnya
kesiapan yang matang terkait format laporan mingguan maupun format
laporan akhir sehingga penulis sempat merasa kebingungan karena
sewaktu-waktu format laporan dapat berubah-ubah.

C. Saran
Setelah kurang lebih selama kurang lebih 62 hari penulis melakukan
magang Merdeka Belajar di kantor KPID Provinsi Lampung, penulis memberi
saran untuk kantor KPID Provinsi Lampung dan juga pihak Fakultas Hukum
Universitas Malahayati
1) Bagi penulis
a. Penulis harus lebih bisa meningkatkan berkomunikasi kepada setiap
insan yang ada di kantor KPID Provinsi Lampung agar dapat
melaksanakan kegiatan magang yang lebih baik dan bisa membangun
relasi dengan rekan yangb ada di kantor
b. Penulis harus lebih tanggap ketika dibutuhkan membantu kerjaan
c. Penulis harus memahami teori yang diterapkan dilapangan
79

2) Bagi fakultas hukum Universitas Malahayati


a. Pihak kampus atau fakultas seharusnya bisa memberi pengertian waktu
mengenai pelaksanaan program merdeka belajar ini dan memberikan
pembekalan yang lebih mendalam terhadap mahasiswa sebelum terjun
ke lapangan agar tidak muncul kebingungan dan hambatan dalam
penulisan laporan akhir
b. Seharusnya mahasiswa yang memilih melaksanakan magang merdeka
belajar diberi banyak pilihan instansi tempat magang agar tidak rebut-
rebutan dalam pemilihan tempat instansi magang
3) Bagi instansi
Terlepas dari segala pelayanan dan ilmu yang diberi serta
pengalaman yang sudah diberikan kepada penulis, penulis sangat
berterima kasih telah diterima dengan baik selama kurang lebih 3 bulan
dan penulis memberi saran agar jangan segan-segan jika ingin memberi
tugas kepada mahasiswa yang melaksanakan magang supaya waktu
mahasiswa berguna dan tidak hanya berdiam diri.
80

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Aditya Arief Firmanto dkk. 2019, Pedoman Magang Merdeka Belajar-


Kampus Merdeka. Lampung

Aan Komariah, Djam’an Satori. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:


Alfabeta

Asshiddiqie, Jimly. 2009. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta:


PT.Raja Grafindo Persada.

Djazuli, Yusa. 2018, Pengantar Ilmu Politik. Depok: Rajawali Pers

Kadafi, Dr. Muhammad, Dr. H Idham, SH, M.Kn. 2016. Metode Penelitian
Hukum, Lampung: Perdana Publishing.

Kansil. C.S.T Hukum Tata Negara Republik Indonesia. 2000. Jakarta:

Fahmi, Khairul. 2012, Pemilihan Umum & Kedaulatan Rakyat. Jakarta:


Rajawali Pers

Nugrahani, Farida. 2014, Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: Cakra


Books

Undang-Undang

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 Tentang


Penyiaran

Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2014 Tentang Kelembagaan


Komisi Penyiaran Indonesia

Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Tentang Pedoman Perilaku


Penyiaran (P3) Dan Standar Program Siaran (SPS)

UU Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1


Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
81

Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan


Walikota

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

Undang-Undang Dasar 1945

Jurnal

Karmanis, Karjono. 2020, Buku Pedoman Belajar Metode Penelitian.


Semarang : Pilar Nusantara

Andriyan, Dody Nur Hukum Tata Negara dan Sistem Politik: Kombinasi
Presidensial dengan Multipartai di Indonesia. Yogyakarta: Laksbang
Mediatama. 2008.

Akbar, Mohamad Wieldan dan Abraham Benedict. ‘ Kampanye di Tengah


New Normal Era: Mampukah Kita Berdamai dengan Pandemi?’. Ampera.
Mei 2020.

Web

www.kpi.go.id

www.kpid.lampungprov.go.id
82

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai