Anda di halaman 1dari 4

FIKIH IBADAH DAN PRINSIP IBADAH DALAM ISLAM

A. Pengertian Fiqih Ibadah

Secara bahasa kata fiqih dapat diartikan al-Ilm, artinya ilmu, dan al-fahm, artinya

pemahaman. Jadi fiqih dapat diartikan ilmu yang mendalam.

Secara istilah fiqih adalah ilmu yang menerangkan tentang hukum-hukum syar’i yang

berkaitan dengan perbuatan-perbuatan para mukallaf yang dikeluarkan dari dalil-dalilnya

yang terperinci. Mukallaf adalah orang yang layak dibebani dengan kewajiban. Seorang

dianggap mukallaf setidaknya ada dua ukuran; pertama, aqil, maksudnya berakal. Cirinya

adalah seseorang sudah dapat membedakan antara baik dan buruk, dan antara benar dan

salah. Kedua, baligh, maksudnya sudah sampai pada ukuran-ukuran biologis. Untuk laki-laki

sudah pernah ikhtilam (mimpi basah), sedangkan perempuan sudah haid.

Sementara itu ibadah secara bahasa ada tiga makna; (1) ta’at (‫( ;)الطاعة‬2) tunduk (

‫( ;)الخضوع‬3) hina (‫ ;)الذ ّل‬dan (‫ )التنسّك‬pengabdian. Jadi ibadah itu merupakan bentuk ketaatan,

ketundukan, dan pengabdian kepada Allah.

Adapun pendapat lain mengenai ibadah adalah:

‫التقرب ألى هللا بامتثال أوامره واجتنا ب نواهيه والعمل بما أذن به الشا رع وهي عامة وخاصة‬
Artinya:

Ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya


dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Juga yang dikatakan ibadah adalah beramal dengan

yang diizinkan oleh Syari’ Allah Swt.; karena itu ibadah itu mengandung arti umum dan arti

khusus.

Ibadah dalam arti umum adalah segala perbuatan orang Islam yang halal yang

dilaksanakan dengan niat ibadah. Sedangkan ibadah dalam arti yang khusus adalah perbuatan

ibadah yang dilaksanakan dengan tata cara yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw. Ibadah

dalam arti yang khusus ini meliputi Thaharah, Shalat, Zakat, Shaum, Haji, Kurban, Aqiqah

Nadzar dan Kifarat.

Dari dua pengertian tersebut jika digabungkan, maka fikih ibadah adalah ilmu yang

menerangkan tentang dasar-dasar hukum-hukum syar’i khususnya dalam ibadah khas seperti

meliputi thaharah, shalat, zakat, puasa (saum), haji, kurban, aqiqah dan sebagainya yang
kesemuanya itu ditujukan sebagai rasa bentuk ketundukan dan harapan untuk mencapai rida

Allah.

B.  Pengertian Syari’at

Pengertian lain yang mirip dengan fiqih adalah syari’at. Secara bahasa syari’ah

artinya jalan (thariqah). Secara istilah adalah segala bentuk hukum baik perintah dan

larangan yang terdapat dalam Islam, yang tujuannya untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Jadi, secara praktis antara fiqih dan syari’at tidak jauh berbeda. Perbedaannya fiqih jauh lebih

teoritik, sementara syariat lebih praktis.

Tujuan diciptakannya syari’at di dalam Islam adalah untuk:

1. Memelihara agama (hifzud din)

2. Memelihara jiwa (hifzun nufus)

3. Memelihara akal (hifzul aql)

4. Memelihara keturunan (hifzun nasl)

5. Memelihara harta (hifzul mal)

6. Memelihara kehormatan (hifzul irdh)

7. Memelihara lingkungan (hifzul bi’ah)

Tujuh kriteria tersebut dapat dijadikan ukuran apakah syariat (hukum) yang diterapkan itu

benar atau tidak. Jika hukum yang dikerjakan ternyata menabrak dari salah satu kriteria
tersebut, maka keberadaan hukum tersebut perlu ditinjau kembali.

C. Dasar Fikih Ibadah

Dasar ilmu Fiqih Ibadah adalah yakni Alquran dan s-Sunnah maqbulah. As-Sunnah

maqbulah artinya sunnah yang dapat diterima. Dalam kajian hadis sunnah al-Maqbulah

dibagi menjadi dua, Hadis Shahih dan Hadis Hasan. Hal ini disandarkan pada hadis berikut;

ِ ‫َاب هَّللا‬ ِ َ‫ت فِي ُك ْم َأ ْم َر ْي ِن لَ ْن ت‬


َ ‫ضلُّوا َما تَ َم َّس ْكتُ ْم بِ ِه َما ِكت‬ َ ِ ‫َأ َّن َرسُو َل هَّللا‬
َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
ُ ‫ال ت ََر ْك‬
‫َو ُسنَّةَ نَبِيِّ ِه‬
Artinya:
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Aku meninggalkan untukmu dua perkara, kamu tidak
akan tersesat jika berpegang pada keduanya, yakni: Kitab Allah (Alquran) dan Sunnah Nabi.
 D. Prinsip Ibadah
Adapun prinsip melaksanakan Ibadah sebagai berikut:

1.  Niat lillahi Ta’ala (Al-Fatihah/1:5)

( ُ‫ك نَ ْعبُ ُد َوِإيَّاكَ ن َْس‚‚تَ ِعين‬ ِ ِ‫) َمال‬٣( ‫) الرَّحْ َم ِن ال َّر ِح ِيم‬٢( َ‫) ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمين‬١( ‫بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِح ِيم‬
َ ‫) ِإيَّا‬٤( ‫ك يَوْ ِم الدِّي ِن‬

1. dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 2. segala

puji[2] bagi Allah, Tuhan semesta alam. 3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 4. yang

menguasai di hari Pembalasan. 5. hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada

Engkaulah Kami meminta pertolongan.

2.  Ikhlas (al-Bayyinah/98:5)

ِ ِ‫َو َما ُأ ِمرُوا ِإال لِيَ ْعبُدُوا هَّللا َ ُم ْخل‬


‫صينَ لَهُ ال ِّدينَ ُحنَفَا َء َويُقِي ُموا الصَّالةَ َويُْؤ تُوا ال َّز َكاةَ َو َذلِكَ ِدينُ ْالقَيِّ َم ِة‬
Terjemahnya:
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan (ikhlas)
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.
3. Tidak menggunakan perantara (washilah) (Al-Baqarah/2: 186)

َ‫اع ِإ َذا َدعَا ِن فَ ْليَ ْست َِجيبُوا لِي َو ْليُْؤ ِمنُوا‚ بِي لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ُش ُدون‬ ‫ُأ‬
ِ ‫َوِإ َذا َسَألَكَ ِعبَا ِدي َعنِّي فَِإنِّي قَ ِريبٌ ِجيبُ َد ْع َوةَ ال َّد‬
Terjemahnya:
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah),
bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia
memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
4. Dilakukan sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan sunnah
5. Seimbang antara dunia akhirat (Al-Qashash/28:77)

‫‚غ ْالفَ َس‚ا َد فِي‬


ِ ‚‫ك ِمنَ ال ُّد ْنيَا َوَأحْ ِس ْن َك َما َأحْ َسنَ هَّللا ُ ِإلَ ْي‚‚كَ َوال تَ ْب‬
َ َ‫َصيب‬ َ ‫اآلخ َرةَ َوال تَ ْن‬
ِ ‫سن‬ ِ ‫ار‬ َ ‫ك هَّللا ُ ال َّد‬
َ ‫َوا ْبت َِغ فِي َما آتَا‬
َ‫ض ِإ َّن هَّللا َ ال ي ُِحبُّ ْال ُم ْف ِس ِدين‬ِ ْ‫األر‬
Terjemahnya:
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.
6. Tidak berlebih-lebihan (Al-A’raf/7:31)

‫ين‬ ِ ‫ْرفُوا ِإنَّهُ ال ي ُِحبُّ ْال ُمس‬


‚َ ِ‫ْرف‬ ِ ‫يَا بَنِي آ َد َم ُخ ُذوا ِزينَتَ ُك ْ‚م ِع ْن َد ُك ِّل َم ْس ِج ٍد َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا‚ َوال تُس‬
Terjemahnya:
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid[534], Makan
dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan[535]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan.
7. Mudah (bukan meremehkan) dan Meringankan bukan Mempersulit

(Al-Baqarah/2:286)

‫‚ذنَا‚ ِإ ْن ن َِس‚ينَا َأوْ َأ ْخطَْأنَ‚‚ا َربَّنَ‚‚ا َوال‬


ْ ‚‫َؤاخ‬
ِ ُ‫ت َربَّنَا ال ت‬ ْ َ‫ت َو َعلَ ْيهَا َما ا ْكتَ َسب‬ ْ َ‫ال يُ َكلِّفُ هَّللا ُ نَ ْفسًا ِإال ُو ْس َعهَا‚ لَهَا َما َك َسب‬
‫تَحْ ِملْ َعلَ ْينَا ِإصْ رًا َك َما َح َم ْلتَهُ َعلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِنَا َربَّنَا َوال تُ َح ِّم ْلنَا َما ال طَاقَةَ لَنَ‚‚ا بِ‚ ِه َوا ْع‚‚فُ َعنَّا َوا ْغفِ‚‚رْ لَنَ‚‚ا‬
َ‫َوارْ َح ْمنَا َأ ْنتَ َموْ النَا‚ فَا ْنصُرْ نَا‚ َعلَى ْالقَوْ ِم ْال َكافِ ِرين‬
Terjemahnya:
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat
pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (mereka berdoa): “Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika
Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami
beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya
Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami
memikulnya. berima’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong
Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir.”

Anda mungkin juga menyukai