Anda di halaman 1dari 9

Daftar isi

BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A.LATAR BELAKANG.............................................................................................................1
B.RUMUSAN MASALAH..........................................................................................................1
C.TUJUAN PENELITIAN...........................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
C. MAKNA SPIRITUAL IBADAH BAGI KEHIDUPAN SOSIAL.............................................6
1. Kebahagiaan dan kesenangan hidup yang hakiki di dunia dan akhirat.......................................6
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Ibadah merupakan bentuk taat atau tunduk kepada Allah berupa doa dan segala tingkah dan
perilaku yang berdasarkan pada al-Qur’an dengan menjalankan segala perintahNya dan menjauhi
hal-hal yang di laranganNya, ibadah baik berupa ritual, sikap dan tingkah laku menjadi
kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap muslim sebagai wujud dari keimanan yang dimiliki
untuk menggapai ridho Allah. Ibadah menjadi sebuah bingkai dalam kehidupan dalam
mengembangkan suatu keimanan yang nyata, selain itu ibadah juga memiliki manfaat sebagai
usaha secara sadar dalam memelihara keimanan seseorang, kemudian Alim menambahkan
bahwa ada dua pembagian ibadah dalam islam yaitu iadah mahdhah yang bersifat khusus dan
ibadah ghoiru mahdhah yang sifatnya umum . Ibadah mahdhah, yaitu ibadah yang berhubungan
dengan penjalanan syariat Islam yang terkandung dalam rukun Islam. Contoh ibadah mahdhah
antara lain sholat, zakat, puasa dan haji. Sementara ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang
dilaksanakan umat Islam dalam hubungannya dengan sesama manusia dan lingkungannya.
Ibadah ghairu mahdhah dikenal dengan ibadah muamalah. Kandungan atau manfaat ibadah
adalah mampu memberikan ketenangan jiwa bagi pelakunya. Dengan demikian maka dapat
disimpulkan bahwa ibadah merupakan kegiatan yang dilandaskan oleh iman sehingga
mendorong ketaatan seseorang untuk terbiasa melakukan ibadah dalam kehidupan sehari-hari
dengan tujuan mendapatkan ridha Allah Swt, sebagaimana Islam mengajarkan kepada umatnya
bahwa dalam kehidupan tak lepas dari sebuah unsur balasan baik berupa pahala maupun berupa
siksaan, maka seseorang yang dikatakan memiliki tingkat terbiasa dalam kegiatan beribadah
maka memiliki nilai ketaatan tersendiri.

RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian Ibadah dan prinsip-prinsip ibadah

2. Menjelaskan syarat-syarat diterimanya amal ibadah

3. Menjelaskan makna spiritual ibadah dalam kehidupan

TUJUAN PENELITIAN

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui prinsip-prinsip ibadah

2. Agar mahasiswa dan dosen dapat mengetahui syarat-syarat diterimanya amal ibadah dalam
islam

3. Agar mahasiswa dapat mengetahui makna spiritual dari ibadah dalam kehidupan sehari-hari

ii
BAB II

PEMBAHASAN

A. PRINSIP - PRINSIP IBADAH

Ibadah secara bahasa ada tiga makna; (1) ta’at (‫( ;)الطاعة‬2) tunduk (‫( ;)الخضوع‬3) hina (‫;)الذ ّل‬
dan (‫ )التنسّك‬pengabdian. Jadi ibadah itu merupakan bentuk ketaatan, ketundukan, dan pengabdian
kepada Allah.

Adapun pendapat lain mengenai Ibadah dalam Islam adalah:

‫التقرب ألى هللا بامتثال أوامره واجتنا ب نواهيه والعمل بما أذن به الشا رع وهي عامة وخاصة‬

Artinya ; ‘Ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan perintah-
perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Juga yang dikatakan ibadah adalah beramal
dengan yang diizinkan oleh Syari’ Allah Swt.; karena itu ibadah itu mengandung arti umum dan
arti khusus.

Ibadah dalam arti umum adalah segala perbuatan orang Islam yang halal yang dilaksanakan
dengan niat ibadah. Sedangkan ibadah dalam arti yang khusus adalah perbuatan ibadah yang
dilaksanakan dengan tata cara yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw. Ibadah dalam arti yang
khusus ini meliputi Thaharah, Shalat, Zakat, Shaum, Hajji, Kurban, Aqiqah Nadzar dan Kifarat.

Adapun prinsip melaksanakan Ibadah sebagai berikut:

1. Niat lillahi ta’ala (Al-Fatihah/1:5)

)٤( ‫ِّين‬ ِ ِ‫) َمال‬٣( ‫) الرَّحْ َم ِن ال َّر ِح ِيم‬٢( َ‫) ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمين‬١( ‫بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِح ِيم‬
ِ ‫ك يَوْ ِم الد‬
٥( ُ‫ك نَ ْعبُ ُ{د َوِإيَّاكَ نَ ْست َِعين‬
َ ‫ِإيَّا‬

Artinya ; ‘(1) dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (2)
segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. (3) Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (4) yang
menguasai di hari Pembalasan. (5) hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada
Engkaulah Kami meminta pertolongan.

2. Ikhlas (Al-Bayinah/98:5)

‫ك ِدينُ ْالقَيِّ َم ِة‬ ِ ِ‫َو َما ُأ ِمرُوا ِإال لِيَ ْعبُدُوا هَّللا َ ُم ْخل‬
َ ِ‫صينَ لَهُ ال ِّدينَ ُحنَفَا َء َويُقِي ُموا الصَّالةَ َويُْؤ تُوا ال َّز َكاةَ َو َذل‬

Artinya; ‘Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
(ikhlas) ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka

iii
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus (Al-
Bayinah/98:5)

3. Tidak menggunakan perantara (washilah) (Al-Baqarah/2: 186)

َ‫اع ِإ َذا َدعَا ِن فَ ْليَ ْستَ ِجيبُوا لِي َو ْليُْؤ ِمنُوا بِي لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ُشدُون‬ ‫ُأ‬ َ َ‫َوِإ َذا َسَأل‬
ِ ‫ك ِعبَا ِدي َعنِّي فَِإنِّي قَ ِريبٌ ِجيبُ َد ْع َوةَ ال َّد‬
Artinya ; ‘Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka
(jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku)
dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Al-
Baqarah/2: 186)

4. Dilakukan sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan sunnah

5. Seimbang antara dunia akherat (Al-Qashash/28:77)

ِ ْ‫َصيبَكَ ِمنَ ال ُّد ْنيَا َوَأحْ ِس ْن َك َما َأحْ َسنَ هَّللا ُ ِإلَ ْيكَ َوال تَب ِْغ ْالفَ َس{{ا َد فِي األر‬
ُّ‫ض ِإ َّن هَّللا َ ال ي ُِحب‬ َ ‫َوا ْبت َِغ فِي َما آتَاكَ هَّللا ُ ال َّدا َر اآل ِخ َرةَ َوال تَ ْن‬
ِ ‫سن‬
َ‫ْال ُم ْف ِس ِدين‬

Artinya ; ‘Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan. (Al-Qashash/28:77)

6. Tidak berlebih-lebihan (Al-A’raf/7:31)

ِ ‫ْرفُوا ِإنَّهُ ال ي ُِحبُّ ْال ُمس‬


َ‫ْرفِين‬ ِ ‫يَا بَنِي آ َد َم ُخ ُذوا ِزينَتَ ُك ْم ِع ْن َد ُك ِّل َم ْس ِج ٍد َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َوال تُس‬
Artinya ; ‘Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki)
mesjid[534], Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan[535]. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (Al-A’raf/7:31)

7. Mudah (bukan meremehkan) dan Meringankan Bukan Mempersulit (Al-Baqarah/2:286)

‫ص {رًا َك َم{{ا‬ ْ ‫ت َربَّنَا ال تَُؤ ا ِخ ْذنَا ِإ ْن نَ ِسينَا َأوْ َأ ْخطَْأنَا َربَّنَا َوال تَحْ ِملْ َعلَ ْينَ{{ا ِإ‬ ْ َ‫ال يُ َكلِّفُ هَّللا ُ نَ ْفسًا ِإال ُو ْس َعهَا لَهَا َما َك َسب‬
ْ َ‫ت َو َعلَ ْيهَا َما ا ْكتَ َسب‬
‫ص{رْ نَا َعلَى ْالقَ{{وْ ِم‬ ُ ‫َح َم ْلتَهُ َعلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِنَا َربَّنَا َوال تُ َح ِّم ْلنَ{{ا َم{ا ال طَاقَ{ةَ لَنَ{ا بِ{ ِه َواعْ{فُ َعنَّا َوا ْغفِ{رْ لَنَ{ا َوارْ َح ْمنَ{{ا َأ ْنتَ َموْ النَ{ا فَا ْن‬
َ‫ْال َكافِ ِرين‬

Artinya ; ‘Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia


mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan)
yang dikerjakannya. (mereka berdoa): “Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika
iv
Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban
yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami,
janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma’aflah
kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami
terhadap kaum yang kafir.” (Al-Baqarah/2:286)

B. SYARAT DITERIMANYA AMAL IBADAH

Allah Azza wa Jalla mengharapkan seluruh hamba-Nya untuk beribadah kepada-Nya.


Kemudian Dia akan memberikan balasan yang lebih baik dari apa yang telah mereka amalkan.
Namun ibadah akan diterima oleh Allâh Azza wa Jalla , jika memenuhi syarat-syarat diterimanya
amal sebagaimana telah dijelaskan oleh Allâh dan Rasul-Nya. Syarat-syarat tersebut ada tiga,
yaitu: iman, ikhlas, dan ittiba'.

1. IMAN

Ibadah yang dilaksanakan harus dilandasi dengan iman kepada Allah. Hal ini mengandung
pengertian bahwa setiap orang yang melaksanakan ibadah harus meyakini bahwa itu merupakan
perintah Allah atau merupakan anjuran Allah. Kalau tidak terdapat dengan tegas bahwa ibadah
itu perintah atau anjuran Allah, maka harus berlandaskan apakah itu merupakan perintah atau
anjuran Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, sehingga dengan demikian kita akan
yakin bahwa itu sesuai dengan syariat dan yakin akan diterima dan mendapat balasan pahala dari
Allah Azza wa Jalla.

Allâh Azza wa Jalla berfirman,

Artinya ; ‘Barangsiapa yang melakukan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sungguh Kami akan memberikan kehidupan yang baik dan
sesungguhnya Kami akan memberikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan. [An-Nahl/16: 97]

Oleh karena itu amalan kebaikan orang kafir dapat dipastikan akan tertolak. Allâh Azza wa Jalla
berfirman:
ٰ ْ ‫َمثَ ُل الَّ ِذينَ َكفَرُوا بِ َربِّ ِه ْم ۖ َأ ْع َمالُهُ ْم َك َر َما ٍد ا ْشتَ َّد‬
‫الض{اَل ُل‬ َ {ُ‫ف ۖ اَل يَ ْق{ ِدرُونَ ِم َّما َك َس{بُوا َعلَ ٰى َش{ ْي ٍء ۚ َذلِ{{كَ ه‬
َّ ‫{و‬ ٍ {‫َاص‬
ِ ‫ت بِ ِه الرِّي ُح فِي يَوْ ٍم ع‬
ُ‫ْالبَ ِعيد‬

Artinya ; ‘Orang-orang yang kafir kepada Rabbnya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu
yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat
mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Karena itu
adalah kesesatan yang jauh. [Ibrâhîm/14:18]

2. IKHLAS

v
Ibadah yang dilaksanakan harus dilandasi dengan ikhlas, artinya apapun bentuk ibadah dan
pekerjaan yang kita lakukan harus ikhlas semata-mata karena Allâh Azza wa Jalla. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari sifat riya' yang dapat merusak amal ibadah seseorang.

maka barangsiapa melakukan ibadah dengan meniatkannya untuk selain Allâh, seperti
menginginkan pujian manusia, atau keuntungan duniawi, atau melakukan karena ikut-ikutan
orang lain tanpa meniatkan amalannya untuk Allâh, atau barangsiapa melakukan ibadah dengan
niat mendekatkan diri kepada makhluk, atau karena takut penguasa, atau semacamnya, maka
ibadahnya tidak akan diterima, tidak akan berpahala. Demikian juga jika seseorang meniatkan
ibadah kepada Allâh Azza wa Jalla, tetapi niatnya mengubah riya', amalannya gugur. Ini
merupakan kesepakatan ulama.

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

ِ ِ‫َو َما ُأ ِمرُوا ِإاَّل لِيَ ْعبُدُوا هَّللا َ ُم ْخل‬


َ‫صينَ لَهُ ال ِّدين‬

Artinya ; “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus”. [Al-Bayyinah/98: 5]

3. ITTIBA

Ittibâ' adalah mengikuti tuntunan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam . Orang
yang telah bersyahadat bahwa Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah utusan
Allâh, maka syahadat tersebut memuat konten: meyakini berita Beliau Shallallahu 'alaihi wa
sallam , mentaati perintah Beliau, menjauhi larangan Beliau, dan beribadah kepada Allâh hanya
dengan syari'at Beliau. Oleh karena itu, barangsiapa membuat masalah baru dalam agama ini,
maka itu tertolak.

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

َ‫خيو فِراِ َر ِة ِمنَ ْالخيو‬


َ ‫خيو فِراِ َر ِة ِمنَ ْالخي َو فِراِ َر ِة ِمنَ ْال‬
َ ‫َو َم ْن يَ ْبت َِغ َغ ْي َر اِإْل ْساَل ِم ِدينًا فَلَ ْن يُ ْقبَ َل ِم ْنهُ َوهُ َو فِي اآْل ِخ َر ِة ِمنَ ْال‬

Artinya ; "Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidak akan
diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi". [Ali-
Imran/3:85]

C. MAKNA SPIRITUAL IBADAH BAGI KEHIDUPAN SOSIAL.

1. Kebahagiaan dan kesenangan hidup yang hakiki di dunia dan akhirat.

Allah Ta'ala berfirman


vi
َ‫صالِحًا ِّم ْن َذ َك ٍر اَوْ اُ ْن ٰثى َوهُ َو ُمْؤ ِم ٌن فَلَنُحْ يِيَنَّهٗ َح ٰيوةً طَيِّبَ ۚةً َولَنَجْ ِزيَنَّهُ ْم اَجْ َرهُ ْم بِاَحْ َس ِن َما َكانُوْ ا يَ ْع َملُوْ ن‬
َ ‫َم ْن َع ِم َل‬

Artinya ; ‘Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri
balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. an-Nahl ayat
97).

Para ulama salaf menafsirkan makna “kehidupan yang baik (di dunia)” dalam ayat di atas
dengan “kebahagiaan (hidup)” atau “rezki yang halal dan baik” dan kebaikan-kebaikan lainnya
yang mencakup semua kesenangan hidup yang hakiki. Sebagaimana orang yang berpaling dari
petunjuk Allah dan tidak mengisi hidupnya dengan beribadah kepada-Nya, maka Allah akan
menjadikan sengsara hidupnya di dunia dan akhirat. Allah Swt berfirman,

‫ض ْن ًكا َّونَحْ ُشر ُٗه يَوْ َم ْالمقِ ِي َّونَحْ ُشر ُٗه يَوْ َم ْالمقِ ِي‬
َ ً‫ض ع َْن ِذ ْك ِريْ فَا ِ َّن لَهٗ َم ِع ْي َشة‬
َ ‫َو َم ْن اَ ْع َر‬

Artinya ; “Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan
buta” (QS Thaaha ayat 124).

2. Kemudahan semua urusan dan jalan keluar/solusi dari semua masalah dan kesulitan
yang dihadapi

Allah Swt berfirman,


ُ ‫ َويَرْ ُز ْقهُ ِم ْن َحي‬. ‫ق ٱهَّلل َ يَجْ َعل لَّ ۥهُ َم ْخ َرجًا‬
ُ‫ْث اَل يَحْ تَ ِسب‬ ِ َّ‫َو َمن يَت‬
Artinya ; “Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya diberi-Nya kelapangan dan diberi-
Nya rezeki yang tidak diduga-duga. Siapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya dijamin-Nya,
sesungguhnya Allah sangat tegas dalam perintah-Nya dan Dialah yang mentakdirkan segala
sesuatu.”” (QS. ath-Thalaq ayat 2-3).

Ketakwaan yang sempurna kepada Allah tidak mungkin dicapai kecuali dengan
menegakkan semua amal ibadah yang wajib dan sunnah (anjuran), serta menjauhi semua
perbuatan yang diharamkan dan dibenci oleh Allah. Dalam ayat berikutnya Allah berfirman,

‫ق هَّللا َ يَجْ َعلْ لَهُ ِم ْن َأ ْم ِر ِه يُ ْسرًا‬


ِ َّ‫َو َم ْن يَت‬
Artinya ; “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya
kemudahan dalam (semua) urusannya” (QS. ath-Thalaq ayat 4).

3. Penjagaan dan taufik dari Allah Swt

vii
Dalam sebuah hadist yang shahih Rasulullah saw bersabda "Jaga- lah
(batasan-batasan/syariat) Allah maka Dia akan menjagamu, jaga- lah (batasan-batasan/syariat)
Allah maka kamu akan mendapati-Nya dihadapanmu" (HR. At-Tirmidzi No. 2516, Ahmad
(1/293).

Makna "menjaga (batasan-batasan/syariat) Allah adalah menun- aikan hak-hak-Nya dengan


selalu beribadah kepadanya, serta men- jalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-
Nya. Dan makna "kamu akan mendapati-Nya dihadapanmu: Dia akan selalu bersama- mu
dengan selalu memberi pertolongan dan taufik-Nya kepadamu.

Keutamaan yang agung ini hanyalah Allah peruntukkan bagi orang- orang yang
mendapatkan predikat sebagai wali (kekasih) Allah, yang itu mereka dapatkan dengan selalu
melaksanakan dan menyempur- nakan ibadah kepada Allah, baik ibadah yang wajib maupun
sunnah (anjuran). Dalam sebuah hadits qudsi yang shahih, Allah Swt berfir- man, "Barangsiapa
yang memusuhi wali (kekasih)-Ku maka sungguh Aku telah menyatakan perang (pemusuhan)
terhadapanya. Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu (ibadah) yang
lebih Aku cintai dari pada (ibadah) yang Aku wajibkan kepadan- ya, dan senantiasa hamba-Ku
mendekatkan diri kepada-Ku dengan (ibadah-ibadah) yang sunnah (anjuran/tidak wajib)
sehingga Akupun mencintainya...(HR. Bukhari No. 6137).

4. Kemanuisan dan kelezatan iman, yang merupakan tanda kesempurnaan iman

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

"Akan merasakan kelezatan/kemanisan iman, orang yang ridha dengan Allah sebagai
Rabbnya dan islam sebagai agamanya serta (nabi) Muhammad shallallahu alaihi wa sallam
sebagai rasulnya" (HR. Muslim No. 34).

Imam an-Nawawi ketika menjelaskan hadits di atas, berkata, "Orang yang tidak
menghendaki selain (ridha) Allah Taala, dan tidak menempuh selain jalan agama Islam, serta
tidak melakukan ibadah kecuali dengan apa yang sesuai dengan syariat (yang dibawa oleh)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, tidak diragukan lagi bahwa barangsiapa yang memiliki
sifat ini, maka niscaya kemanisan iman akan masuk ke dalam hatinya sehingga dia bisa
merasakan kemanisan dan kelezatan iman tersebut (secara nyata)" (HR. Muslim 2/2).

Sifat inilah yang dimiliki oleh para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, yang
semua itu mereka capai dengan taufik dari Allah, kemudian karena ketekunan dan semangat
mereka dalam menjalank- an ibadah dan ketaatan kepada Allah. Allah SWT berfirman,
ٰۤ ُ ۗ ‫هّٰللا‬
َ‫َّاش ُدوْ ۙن‬
ِ ‫ك هُ ُم الر‬
َ ‫ول ِٕى‬ ‫ق َو ْال ِعصْ يَانَ ا‬ َ ‫َو ٰل ِك َّن َ َحب‬
َ ْ‫َّب اِلَ ْي ُك ُم ااْل ِ ْي َمانَ َوزَ يَّنَهٗ فِ ْي قُلُوْ بِ ُك ْم َو َك َّرهَ اِلَ ْي ُك ُم ْال ُك ْف َر َو ْالفُسُو‬

viii
 Artinya ; ‘Dan ketahuilah olehmu bahwa di tengah-tengah kamu ada Rasulullah. Kalau dia
menuruti (kemauan) kamu dalam banyak hal pasti kamu akan mendapatkan kesusahan. Tetapi
Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan (iman) itu indah dalam hatimu
serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah
orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. ( QS. Al Hujurat ayat 7 )

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ibadah merupakan bentuk taat atau tunduk kepada Allah berupa doa dan segala tingkah dan
perilaku yang berdasarkan pada al-Qur’an dengan menjalankan segala perintahNya dan menjauhi
hal-hal yang di laranganNya, ibadah baik berupa ritual, sikap dan tingkah laku menjadi
kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap muslim sebagai wujud dari keimanan yang dimiliki
untuk menggapai ridho Allah. Ibadah menjadi sebuah bingkai dalam kehidupan dalam
mengembangkan suatu keimanan yang nyata, selain itu ibadah juga memiliki manfaat sebagai
usaha secara sadar dalam memelihara keimanan seseorang, kemudian Alim menambahkan
bahwa ada dua pembagian ibadah dalam islam yaitu iadah mahdhah yang bersifat khusus dan
ibadah ghoiru mahdhah yang sifatnya umum. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa
ibadah merupakan kegiatan yang dilandaskan oleh iman sehingga mendorong ketaatan seseorang
untuk terbiasa melakukan ibadah dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan mendapatkan ridha
Allah Swt, sebagaimana Islam mengajarkan kepada umatnya bahwa dalam kehidupan tak lepas
dari sebuah unsur balasan baik berupa pahala maupun berupa siksaan, maka seseorang yang
dikatakan memiliki tingkat terbiasa dalam kegiatan beribadah maka memiliki nilai ketaatan
tersendiri.

Oleh karena itu kita sebagai umat islam terkhusus mahasiswa universitas muhammadiyah
kendari untuk senantiasa selalu meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kita di setiap
harinya. Karena dengan demikian, kita akan mampu menjadi pribadi yang lebih baik lagi
sehingga kita dapat terhindar dari azab dunia dan akhirat.

ix

Anda mungkin juga menyukai