Trisakti School of Management, Jl. Kyai Tapa No. 20, Jakarta, Indonesia
yuditdatulalong@gmail.com
Abstract: The purpose of this research is to achieve empirically evidence of the impact of the tax rates,
technology and information, justice of the taxation system, subjective norm, discrimination, and
understanding of taxation on the perception of individual taxpayer against tax evasion in DKI Jakarta. The
Populationin this research is a individual taxpayers who have business activities and registered in DKI
Jakarta. The study used a convenience sampling method in determining the sampl, with a total sampel of
65 respondents. States the result of tax rates, justice of taxation system, subjective norm has impact on
the perception of taxpayer against tax evation. While technology and information, discrimination, and
understanding of taxation has no impact on the perception of taxpayer against tax evation.
Keywords: Tax rates, justice of the taxation, subjective norm, tax evasion
Abstak: Tujuan penelitian untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh tarif pajak, teknologi dan informasi,
keadilan sistem perpajakan, norma subjektif, diskriminasi serta pemahaman perpajakan atas persepsi
wajib pajak orang pribadi terhadap penggelapan pajak di DKI Jakarta. Populasi dalam penelitian ini yaitu
wajib pajak orang pribadi yang memiliki kegiatan usaha dan terdaftar di DKI Jakarta. Penelitian ini
menggunakan metode convenience sampling dalam penentuan sampel, dengan jumlah sampel
sebanyak 65 orang responden. Menyatakan hasil dari tarif pajak, keadilan sistem perpajakan serta norma
subjektif berpengaruh atas persepsi wajib pajak terhadap penggelapan pajak, sedangkan teknologi dan
informasi, diskriminasi serta pemahaman perpajakan tidak berpengaruh atas persepsi wajib pajak
terhadap penggelapan pajak.
Kata kunci: Tarif pajak, keadilan sistem perpajakan, norma subjektif, penggelapan pajak.
1
E-Jurnal Akuntansi TSM, Vol. 1, No. 1 Maret 2021
Kecurangan dalam pajak salah satunya suatu tekanan pada situasi tertentu. Sehingga
dengan melakukan peminimalan dalam teori ini dijadikan landasan dalam penelitian ini
pelaporan pajak, dengan itu wajib pajak harus untuk mengetahui faktor-faktor yang
melakukan perencanaan pajak (tax planning). mempengaruhi persepsi wajib pajak melakukan
Tax planning terdiri dari dua bagian yaitu tindakan tax evasion.
penghindaran pajak (tax avoidence) yakni
melakukan peminimalan pajak terhutang Tax Evasion
dengan memanfaatkan kekurangan yang Wajib pajak harus membayar kewajiban
terdapat pada ketentuan-ketentuan yang pajak dengan benar dan sesuai dengan
berlaku dan penggelapan pajak (tax evasion) ketentuan perundang-undangan perpajakan
yakni melakukan peminimalan dalam pajak yang berlaku. Akan tetapi masih ditemui bahwa
terhutangnya dengan melanggar ketentuan wajib pajak tidak melakukan pembayaran sesuai
perundang-undang dan hukum yang berlaku. dengan ketentuan yang ada, sehingga wajib
Penerimaan pajak setiap tahun pajak melakukan tidakan kecurangan yang
mengalami peningkatan maupun penurunan. melanggar hukum dan merugikan negara yakni
Pada tahun 2017 tidak memenuhi target APBN tindakan tax evasion. Menurut Simanjuntak dan
yaitu hanya 89,4% yang terealisasi, mengalami Mukhlis (2012) tax evasion dikenakan sanksi
peningkatan pada tahun 2018 yakni 92,41% dari yang berat kerena bersifat menyimpang dan
target APBN sedangkan pada tahun 2019 tidak sesuai dengan tanggungjawab yang
mengalami penuruan yaitu hanya 86,5% dari diharapkan dari sikap wajib pajak.
target APBN. Terjadinya penerimaan pajak yang
tidak stabil memicu berbagai pendapat salah Tarif Pajak
satunya yakni terdapat indikasi terjadinya Untuk menghitung pajak terhutang wajib
tindakan tax evasion. pajak yaitu dengan tarif pajak. Tarif pajak
Adapun rumusan masalah dalam merupakan besarnya persentase jumlah pajak
penelitian ini yakni apakah tarif pajak, informasi yang menjadi tanggungan wajib pajak. Menurut
dan komunikasi, keadilan sistem perpajakan, Permatasari dan Laksono (2013) menyatakan
norma subjektif, diskriminasi serta pemahaman tingkat tax evasion meningkat apabila tarif pajak
pepajakan berpengaruh atas persepsi wajib yang dikenakan semakin tinggi. Apabila
pajak terhadap tax evasion. Penelitian ini dikaitkan dengan teori motivasi (Hilgard dan
bertujuan agar mengetahui bukti empiris Atkinson 1997) sehingga wajib pajak memiliki
terhadap pengaruh tarif pajak, informasi dan motivasi atas pendapatnya sendiri tentang
teknologi, keadilan sistem perpajakan, norma penilaian terhadap tarif pajak yang berlaku. Jika
subjektif, diskriminasi, pemahaman perpajakan wajib pajak merasa pajak yang dikenakannya
terhadap tax evasion. terlalu tinggi maka akan membuat asumsi
bahwa melakukan tindakan tax evasion juga
Teori Atribusi meningkat.
Seorang psikolog asal Jerman pada H1: Tarif pajak memiliki pengaruh dengan
tahun 1968 bernama Fritz Heider merupakan persepsi wajib pajak terhadap penggelapan
pencetus teori atribusi pertama kali. Teori pajak
atribusi menjelaskan tentang penyebab dari
individu tersebut dalam berperilaku, dimana Teknologi dan Informasi
dikategorikan akibat dari faktor eksternal atau Dengan memanfaatkan teknologi dan
internal. Faktor internal berdasarkan dari diri informasi, penerapan administrasi perpajakan di
sendiri sedangkan faktor eksternal dari adanya Indonesia sudah mengalami modernisasi
2
E-ISSN: 2775 – 8907 Yudithia Maria Datulalong
Yulius Kurnia Susanto
ditandai dengan adanya e-sytem. Adanya tindakan kecurangan seperti melakukan tax
modernisasi tersebut diharapkan akan evasion, akibat dari dorongan pihak eksternal.
memberikan peningkatan kualitas pelayanan, H4: Norma subjektif memiliki pengaruh dengan
serta keefektifan dalam pegawasan kepatuhan persepsi wajib pajak terhadap penggelapan
wajib pajak untuk memenuhi kewajibannya. pajak
Teknologi dan informasi dalam perpajakan akan
memberikan kemudahan serta memberikan Diskriminasi
waktu yang lebih efisien dan efektif kepada wajib Diskriminasi menurut KBBI merupakan
pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya tindakan membeda-bedakan antar warga
(Silaen 2015). Semakin baik teknologi dan negara berdasarkan golongan, adat, ekonomi,
informasi perpajakan akan mengurangi tingkat dsb. Diskriminasi dalam perpajakan seperti
terjadinya tindakan tax evasion. adanya pembedaan perlakuan dalam pajak itu
H2: Teknologi dan informasi memiliki pengaruh sendiri. Misalnya dengan peraturan perundang-
dengan persepsi wajib pajak terhadap undangan perpajakan yang memberikan
penggelapan pajak. peraturan yang hanya menguntungkan satu
pihak. Akibatnya akan menimbulkan
Keadilan Sistem Perpajakan ketidaksetujuan atau kecemburuan dari wajib
Pemungutan atas pajak dapat dikatakan pajak sehingga wajib pajak akan enggan untuk
adil bilamana sesuai dengan kemampuan memenuhi kewajiban pajaknya yang
ekonomisnya. Dengan adanya keadilan dalam menimbulkan kecurangan seperti tax evasion.
sistem perpajakan akan mempengaruhi H5: Diskriminasi memiliki pengaruh dengan
persepsi wajib pajak dalam melaksanakan persepsi wajib pajak terhadap penggelapan
kewajibannya. Wajib pajak akan merasa adil pajak
apabila kontribusi yang mereka berikan sesuai
dengan manfaat yang didapatkan (Sasmito Pemahaman Perpajakan
2017). Seseorang dikatakan paham apabila dia
Penerapan sistem perpajakan yang mengerti dengan kejadian atau permasalah
tidak adil akan mempengaruhi tingkat kepatuhan yang ingin dia ketahui. Pemahaman perpajakan
wajib pajak dalam pemenuhan kewajibannya. disini yakni seberapa mengerti wajib pajak
Sehingga dapat menimbulkan terjadinya dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku
tindakan tax evasion. sehingga wajib pajak dapat mengaplikasikan
H3: Keadilan sistem perpajakan memiliki pemahamannya tersebut dalam memenuhi
pengaruh dengan persepsi wajib pajak terhadap kewajiban atas pajak (Resmi 2009). Wajib pajak
penggelapan pajak. paham atas manfaat dari mereka membayar
pajak akan meningkatkan ketaatan wajib pajak
Norma Subjektif dalam membayar pajak sehingga dapat
Norma subjektif merupakan adanya meminimalkan terjadinya tindakan tax evasion.
dorongan dari orang (pihak eksternal) yang H6: Pemahaman perpajakan memiliki pengaruh
dianggap orang tersebut penting sehingga dapat dengan persepsi wajib pajak terhadap
mempengaruhi seseorang dalam melakukan penggelapan pajak.
suatu tindakan atau dalam mengambil
keputusan. Karena manusia cenderung memiliki Adapun kerangka pemikiran peneltian
sifat yang mudah terpengaruh oleh orang lain yakni dengan variabel dependen penggelapan
(Fatimah 2017). Sehingga norma subjektif dapat pajak, serta variabel independennya tarif pajak,
mempengaruhi wajib pajak untuk melakukan teknologi dan informasi, keadilan sistem
3
E-Jurnal Akuntansi TSM, Vol. 1, No. 1 Maret 2021
Tarif Pajak
Keadilan
Penggelapan pajak
Norma Subjektif
Diskriminasi
Pemahaman Perpajakan
Tax Evasion merupakan tindakan yang Tarif pajak yakni besarnya persentase
melanggar hukum dalam bidang perpajakan pajak yang menjadi tanggungan untuk wajib
seperti melakukan manipulasi terhadap pajak. Variabel ini diukur dengan menggunakan
kewajiban pajak yang dilakukan oleh wajib pajak. indikator yang dikembangkan Ardyaksa (2014),
Variabel ini diukur dengan menggunakan yang mana ada 4 item pernyataan dan diukur
indikator yang dikembangkan Ardyaksa (2014), memakai skala likert.
yang mana ada 10 item pernyataan dan diukur Teknologi dan informasi perpajakan
memakai skala likert. diharapkan akan mendukung fiskus maupun
wajib pajak sehingga dapat mempermudah
4
E-ISSN: 2775 – 8907 Yudithia Maria Datulalong
Yulius Kurnia Susanto
untuk mekakses segala kegiatan yang berkaitan diskriminasi. Dengan adanya peraturan yang
dengan pajak. Variabel ini diukur dengan hanya menguntungkan satu pihak. Variabel ini
menggunakan indikator yang dikembangkan diukur dengan menggunakan indikator yang
Ardyaksa (2014), yang mana ada 12 item dikembangakan oleh Silaen (2015), yang mana
pernyataan dan diukur memakai skala likert. ada 4 item pernyataan dan diukur memakai
Keadilan sistem perpajakan diterapkan skala likert.
harus adil sesuai dengan yang seharusnya. Pemahaman perpajakan disini
Menurut Ardyaksa (2014) wajib pajak masih berkaitan dengan wajib pajak paham atas
berasumsi bahwa pajak merupakan hal yang ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam
menjadi beban dan dapat mengurangi perpajakan. Variabel ini diukur dengan
pendapatan yang mereka terima. Variabel ini menggunakan indikator yang dikembangkan
diukur dengan menggunakan indikator yang oleh Surahman dan Putra (2018), yang mana
dikembangkan Ardyaksa (2014), yang mana ada ada 6 item pernyataan dan diukur memakai
12 item penyataan dan diukur memakai skala skala likert.
likert. Dengan melihat tabel 2 yang
Adanya dorongan dari orang sekitar merupakan hasil uji reliabilitas dapat dinyatakan
akan mempengaruhi persepsi wajib dalam bahwa variabel dependen maupun variabel
melakukan suatu tindakan dalam kepatuhan independen dinyatakan reliabel karena nilai
memenuhi kewajiban pajak. Variabel ini diukur Cronbach’s Alpah lebih dari 0,6. Dengan melihat
dengan menggunakan indikator yang tabel di bawah yang merupakan hasil uji validitas
dikembangkan Surahman dan Putra (2018), dari setiao variabel menunjukkan bahwa semua
yang mana ada 5 item pernyataan dan diukur butir pernyataan menghasilkan sig. 2 tailed
memakai skala likert. kurang dari 0,05 dan berkorelasi positif, maka
Perlakuan yang membeda-bedakan seluruh butir pernyataan untuk setiap variabel
antar warga negara merupakan suatu tindakan dinyatakan valid.
5
E-Jurnal Akuntansi TSM, Vol. 1, No. 1 Maret 2021
6
E-ISSN: 2775 – 8907 Yudithia Maria Datulalong
Yulius Kurnia Susanto
7
E-Jurnal Akuntansi TSM, Vol. 1, No. 1 Maret 2021
HASIL PENELITIAN
8
E-ISSN: 2775 – 8907 Yudithia Maria Datulalong
Yulius Kurnia Susanto
Dengan melihat tabel di atas yang bermaksud sebanyak 48,7% variabel dependen
merupakan hasil analisis koefisien korelasi (R) dapat dijelaskan oleh variabel independen. Dan
menunjukan nilai 0,731 sehingga menjelaskan sisanya 51,3% dijelaskan oleh variabel lain yang
bahwa variabel independen memiliki hubungan tidak digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji F
yang kuat dengan variabel dependen. Hasil menyatakan nilai sig. 0,000 < α 0,05 yang
analisis koefisien determinasi menyatakan nilai menyatakan bahwa model regresi fit dan baik
adj R Square memiliki nilai 0,487 yang digunakan dalam penelitian.
Dengan melihat tabel 14 yang alpha = 0,05 maka H1 diterima, dan nilai
merupakan hasil uji t yang mana variabel tarif koefisien 0,920. Sehingga tarif pajak memiliki
pajak menyatakan nilai sig. 0,000 lebih kecil dari pengaruh positif terhadap tax evasion. Artinya
9
E-Jurnal Akuntansi TSM, Vol. 1, No. 1 Maret 2021
semakin tinggi tarif pajak tingkat penggelapan Dengan melihat tabel 14 yang
pajak pun akan meningkat. merupakan hasil uji t yang mana variabel
Dengan melihat tabel 14 yang pemahaman perpajakan menyatakan nilai sig.
merupakan hasil uji t yang mana variabel 0.979 lebih besar dari alpha = 0,05 maka H6
teknologi dan informasi menyatakan nilai sig. ditolak dan nilai koefisien 0,004. Artinya semakin
0,249 lebih besar dari alpha = 0,05 maka H2 paham wajib pajak terhadap peraturan
ditolak, dan nilai koefisien 0,103 menunjukkan perpajakan tidak mempengaruhi wajib pajak
pengaruh positif. Artinya semakin modern untuk melakukan tax evasion.
teknologi dan informasi dibidang perpajakan
tidak memiliki mempengaruh dengan persepsi PENUTUP
wajib pajak terhadap tax evasion.
Dengan melihat tabel 14 yang Berdasarkan hasil uji maka kesimpulan
merupakan hasil uji t yang mana variabel dalam penelitian ini yaitu tarif pajak, keadilan
keadilan sistem perpajakan menyatakan nilai sig. sistem perpajakan, norma subjektif memiliki
0,001 lebih kecil dari alpha = 0,05 maka H3 pengaruh dengan persepsi wajib pajak terhadap
diterima, dan nilai koefisien 0,260. Sehingga penggelapan pajak dan untuk teknologi dan
keadilan sistem perpajakan memiliki pengaruh informasi, diskriminasi serta pemahaman
positif terhadap tax evasion. Artinya semakin perpajakan tidak memiliki pengaruh dengan
adil ketentuan-ketentuan dalam perpajakan persepsi wajib pajak terhadap penggelapan
memiliki pengaruh dengan persepsi wajib pajak pajak. penelitian ini memiliki keterbatasan
terhadap tax evasion. seperti variabel yang digunakan hanya enam
Dengan melihat tabel 14 yang variabel yang mana masih banyak variabel lain
merupakan hasil uji t yang mana variabel norma yang mungkin menyebabkan terjadinya tindakan
subjektif menyatakan nilai sig. 0,019 lebih kecil tax evasion. Keterbatasan lainnya yakni dalam
dari alpha = 0,05 maka H4 diterima, dan nilai penelitian ini hanya menggunakan sampel 65
koefisien -0,447. Sehingga norma subjektif yang belum tentu dapat mewakili wajib pajak di
memiliki pengaruh negatif terhadap tax evasion. DKI Jakarta.
Artinya wajib pajak akan tetap melakukan Sesuai dengan keterbatasan penelitian
tindakan tax evasion meskipun tidak adanya maka peneliti memberikan rekomendasi
dorongan dari pihak eksternal. diantaranya, peneliti sejalanjutnya menambah
Dengan melihat tabel 14 yang jumlah responden dan memperluas wilayah
merupakan hasil uji t yang mana variabel penelitian objek penelitian, sealin itu diharapkan
diskriminasi menyatakan nilai sig. 0,210 lebih untuk menggunakan variabel yang tidak
besar dari alpha = 0,05 maka H5 ditolak, dan nilai digunakan dalam penelitian ini seperti ketaatan
koefisien 0,173. Artinya semakin tinggi tingkat pengalokasian keuangan, kemungkinan
diskriminasi dalam negara tidak akan terdeteksinya kecurangan, kepatuhan
mempengaruhi wajib pajak untuk melakukan perpajakan.
tindakan tax evasion.
10
E-ISSN: 2775 – 8907 Yudithia Maria Datulalong
Yulius Kurnia Susanto
REFERENCES:
Ardyaksa, Theo Kusuma. 2014. Pengaruh Keadilan Sistem Perpajakan, Tarif Pajak, Ketetapan Pengalokasian
Pengeluaran, Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan, Teknologi dan Informasi terhadap Tax Evasion.
Accounting Analysis Journal..
Faradiza, Sekar Akrom. 2018. Persepsi Keadilan, Sistem Perpajakan dan Diskriminasi Terhadap Etika
Penggelapan Pajak. Jurnal Ilmu Akuntansi 11(1.
Fatiham, Siti. 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggelapan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Temanggung. Akutansi Dewantara 1(1).
Hidayahtulloh, Amir. 2016. Faktor-Faktor Yang Mendorong Wajib Pajak Pribadi Untuk Menggelapkan Pajak. Jurnal.
Yogyakarta:.
Ismarita, Gusmella. 2018. Pengaruh Keadilan, Tarif Pajak, Teknologi dan Informasi, Diskriminasi, dan Sistem
Perpajakan Terhadap Penggelapan Pajak. JOB FEB, 1(1).
Permatasari, Inggrid dan Herry Laksito. 2013. Meminimalkan Tax Evasion Melalui Tarif Pajak, Teknologi dan
Informasi Perpajakan, Keadilan Sistem Perpajakan, dan Ketetapan Pengalokasian Pengeluaran
Pemerintah. Diponegoro Journal of Accounting 2(2).
Sasmito, Galih Ginanjar. 2017. Pengaruh Tarif Pajak, Keadilan Sistem Perpajakan, Teknologi dan Informasi
Perpajakan Terhadap Penggelapan Pajak. Jurnal. Surabaya: STIE Perbanas Surabaya.
Silaen, Charles. 2015. Pengaruh Sistem Perpajakan, Diskriminasi, Teknologi dan Informasi Perpajakan Terhadap
Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak. Jom FEKON, 2(2).
Simanjuntak, Timbun Hamonangan dan Iman Muklis. 2012. Dimensi Ekonomi Perpajakan Dalam Pembangunan
Ekonomi. Jakarta: Raih Asa Sukses.
Surahman, Wanda dan Ulinnuha Yudiansa Putra. 2018. Faktor-Faktor Persepsi Wajib Pajak Terhadap Etika
Penggelapan Pajak. Jurnal REKSA, 5(1).
Undang-Undang No.6 Tahun 1983 sebagaimana beberapa kali telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No.
16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Undang-Undang No.7 Tahun 1983 sebagaimana bebrapa kali telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No.
36 tahun 2008 tentang Pakal Penghasilan.
11
E-Jurnal Akuntansi TSM, Vol. 1, No. 1 Maret 2021
12