Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

KI2221 CARA PEMISAHAN DAN ELEKTROMETRI


PERCOBAAN 06
KROMATOGRAFI PLANAR

NIM : 10520061
Nama : Wahyu Hidayati
Kelompok :6
Hari : Senin
Tanggal Percobaan : 14 Februari 2022
Tanggal Pengumpulan: 27 Februari 2022
Nama Asisten : Clara Elisa

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


KELOMPOK KEILMUAN KIMIA ANALITIK
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2022
PERCOBAAN 6
KROMATOGRAFI PLANAR
I. Tujuan
Menentukan komposisi ion logam dari larutan sampel secara kualitatif dengan
menggunakan metode kromatografi planar.

II. Teori Dasar


Kromatografi planar disebut juga kromatografi lapis tipis.
Kromatografi ini merupakan teknik kromatografi yang berdasarkan pada
prinsip adsorbsi yang konfigurasinya berbentuk planar. Fasa diam berupa
padatan yang diaplikasikan berbentuk datar pada permukaan kaca atau
alumunium sebagai penyangganya sedangkan fasa gerak berupa zat cair. Sifat
– sifat ideal pelarut yang digunakan dalam kromatografi lapis tipis diantaranya
berbentuk murni tanpa pengotor, tidak bereaksi dengan komponen dalam
sampel maupun fasa diam, memiliki viskositas dan tegangan permukaan yang
sesuai, memiliki titik didih yang rendah, memiliki kelarutan yang ideal.
Biasanya fasa diam bersifat polar sedangkan fasa gerak bersifat nonpolar (D.
Rubiyanto, 2017).
Zat terlarut yang memiliki afinitas terhadap fasa gerak yang lebih besar
akan tertahan lebih lama pada fasa gerak, sedangkan zat terlarut yang
afinitasnya terhadap fasa gerak lebih kecil akan tertahan lebih lama pada fasa
diam. Dengan demikian senyawa-senyawa dapat dipisahkan komponen demi
komponen akibat perbedaan migrasi di dalam fasa gerak dan fasa diam. Fasa
diam adalah fasa yang tidak bergerak, sedangkan fasa gerak adalah fasa yang
bergerak melalui fasa diam dan membawa komponen-komponen senyawa
yang akan dipisahkan. Pada posisi yang berbeda-beda, senyawa-senyawa
yang berbeda akan tertahan dan terabsorbsi pada fasa diam, dan kemudian satu
demi satu senyawa-senyawa ini akan terbawa kembali oleh fasa gerak yang
melaluinya. Dalam kromatografi lapis tipis, fasa gerak adalah pelarut.
Pada kromatografi lapis tipis atau planar hasil analisis akan muncul
penampakan noda. Beberapa senyawa organik ada yang berwarna dan ada

2
juga yang tidak berwarna (bening, putih). Namun sebagian besar senyawa
organik tak berwarna, oleh karena itu untuk penampakan noda diperlukan alat
bantu. Biasanya pelat KLT menggunakan bahan indikator fluoresens yang
dapat memancarkan warna biru keunguan di bawah lampu UV pada panjang
gelombang 254 nm. Senyawa yang menyerap sinar UV pada panjang
gelombang tersebut akan memberikan penampakan noda di bawah lampu UV.

III. Alat dan Bahan


3.1 Peralatan yang digunakan :
a. Bejana Kromatografi
b. Alat penotol
c. Alat pengering
d. Alat penyemprot pereaksi penampak noda
e. Pemayar kromatografi planar
f. Kertas Whatman 42 ( Kertas kromatografi)
3.2 Bahan yang digunakan :
a. Larutan standar
b. Sampel dari ion logam perak
c. Sampel dari ion logam timbal
d. Sampel dari ion logam raksa
e. Larutan 5% kalium iodida
f. Larutan 5% kalium kromat
g. Larutan 1% difenilkarbazida
h. Larutan 9:1 air : asam asetat glasial
Tabel 3.1 Material Safety Data Sheet Percobaan Kromatografi Planar
Bahan Data Fisik Data Bahaya Penanganan
Kimia
Ag+ Massa Larutan Menyebabkan Setelah terhirup: hirup
molekul : berair iritasi kulit, udara segar. Cari dan
108 g/mol menyebabkan dapatkan bantuan medis
iritasi mata Bila terjadi kontak

3
Titik didih : serius, dengan kulit:
2.162 oC berbahaya bagi Tanggalkan segera
Titik leleh : kehidupan semua pakaian yang
961,8 oC akuatik dengan terkontaminasi. Bilaslah
efek jangka kulit dengan air/
panjang pancuran air. Segera
panggil dokter. Setelah
terjadi kontak pada mata
: bilaslah dengan air
yang banyak. Segera
hubungi dokter mata.
Setelah tertelan: beri air
minum kepada korban
(paling banyak dua
gelas), hidari muntah
(resiko perforasi!).
Segera panggil dokter.
Jangan mencoba
menetralisir
Pb2+ Massa Larutan Dapat merusak Setelah terhirup hirup
molekul : berair janin. Diduga udara segar.Jika napas
207 g/mlol dapat merusak terhenti berikan napas
Titik didih : kesuburan. buatan mulut ke mulut
- Berbahaya jika atau secara mekanik.
Titik leleh : tertelan atau bila Berikan masker oksigen
327,5 oC terhirup. jika mungkin. Segera
Menyebabkan hubungi dokter. Bila
kerusakan mata terjadi kontak kulit
yang serius. bilaslah dengan air yang
Menyebabkan banyak. Hubungi dokter
kerusakan pada mata. Setelah kontak

4
organ (Darah, pada mata bilaslah
Sistem saraf dengan air yang banyak.
pusat, Sistem Segera hubungi dokter
imun, Ginjal) mata.Lepaskan lensa
melalui paparan kontak. Setelah tertelan
yang lama atau beri air minum (paling
berulang. banyak dua gelas).
Sangat toksik Segera cari anjuran
pada kehidupan pengobatan.Hanya di
perairan dengan dalam kasus khusus, jika
efek jangka pertolongan tidak
panjang. tersedia dalam satu jam,
rangsang untuk muntah
(hanya jika korban tidak
sadarkan diri), telan
karbon aktif and
konsultasikan kepada
dokter secepatnya.
Hg2+ Massa Larutan Fatal bila Setelah terhirup: hirup
molekul : berair tertelan, terkena udara segar.Jika napas
200 g/mo; kulit atau bila terhenti: berikan napas
Titik didih : terhirup. Dapat buatan mulut ke mulut
356,7 oC menyebabkan atau secara mekanik.
Titik leleh : kerusakan pada Berikan masker oksigen
-38,83 oC organ (Ginjal) jika mungkin.Segera
melalui hubungi dokter. Bila
perpanjangan terjadi kontak kulit:
atau paparan bilaslah dengan air yang
berulang. banyak. Hubungi dokter
Sangat toksik mata. Setelah kontak
pada kehidupan pada mata : bilaslah

5
perairan dengan dengan air yang banyak.
efek jangka Segera hubungi dokter
panjang mata.Lepaskan lensa
kontak. Setelah tertelan:
beri air minum (paling
banyak dua gelas).
Segera cari anjuran
pengobatan.
KI Massa Padatan Berbahaya jika Setelah terhirup, hirup
molekul : putih tertelan, udara segar.Jika napas
166,0028 menyebabkan terhenti berikan napas
g/mol iritasi kulit, buatan mulut ke mulut
Titik didih : menyebabkan atau secara mekanik.
1330 oC gangguan mata Berikan masker oksigen
Titik leleh : berat jika mungkin. Segera
681 oC hubungi dokter. Bila
terjadi kontak kulit
bilaslah dengan air yang
banyak. Hubungi dokter
mata. Setelah kontak
pada mata bilaslah
dengan air yang banyak.
Segera hubungi dokter
mata.Lepaskan lensa
kontak. Setelah tertelan
beri air minum (paling
banyak dua gelas).
Segera cari anjuran
pengobatan. Hanya di
dalam kasus khusus, jika
pertolongan tidak

6
tersedia dalam satu jam,
rangsang untuk muntah
(hanya jika korban tidak
sadarkan diri), telan
karbon aktif and
konsultasikan kepada
dokter secepatnya
K2CrO4 Massa Padatan Dapat Jika terkena kulit cuci
molekul : berwarna meyebabkan dengan banyak sabun
194,19 orange kerusakan dan air. Jika terpapar
g/mol genetik. Dapat atau dikuatirkan
Titik didih : menyebabkan dapatkan
1.000 oC kanker jika nasehat/perhatian
Titik leleh : terhirup. pengobatan. Setelah
975 oC Menyebabkan terhirup hirup udara
iritasi kulit. segar. Jika napas terhenti
Dapat berikan napas buatan
menyebabkan mulut ke mulut atau
reaksi alergi secara mekanik. Berikan
pada kulit. masker oksigen jika
Menyebabkan mungkin. Segera
iritasi mata yang hubungi dokter. Bila
serius. Dapat terjadi kontak kulit
menyebabkan bilaslah dengan air yang
iritasi pada banyak. Hubungi dokter
saluran mata. Setelah kontak
pernafasan. pada mata bilaslah
Sangat toksik dengan air yang banyak.
pada kehidupan Segera hubungi dokter
perairan dengan mata.Lepaskan lensa
kontak. Setelah tertelan

7
efek jangka beri air minum (paling
panjang. banyak dua gelas).
Segera cari anjuran
pengobatan. Hanya di
dalam kasus khusus, jika
pertolongan tidak
tersedia dalam satu jam,
rangsang untuk muntah
(hanya jika korban tidak
sadarkan diri), telan
karbon aktif and
konsultasikan kepada
dokter secepatnya.
Difenil Massa - Menyebabkan Hindari menghirup debu.
karbazida molekul : iritasi kulit Cuci kulit yang terpapar
242,28 Menyebabkan secara menyeluruh
g/mol iritasi mata yang setelah penanganan.
Titik didih : serius. Dapat Gunakan hanya di luar
1330 oC menyebabkan ruangan atau di area
Titik leleh : iritasi yang berventilasi baik.
153-158 oC pernafasan Kenakan sarung tangan
pelindung, pelindung
mata.
Jika terkena kulit cuci
dengan banyak sabun
dan air.
Jika terkena mata Bilas
dengan hati-hati dengan
air selama beberapa
menit. Menghapus

8
lensa kontak, jika ada
dan mudah dilakukan.
Lanjutkan membilas
Air (H2O) Massa Cair - -
molekul:
18,05 g/mol
Titik lebur:
0 oC
Titik didih:
100 oC
Asam Cairan Cairan mudah Kenakan sarung tangan
asetat menyala, korosi pelindung/ pakaian
glasial kulit , kerusakan pelindung/ pelindung
mata serius mata/ pelindung wajah/
perlindungan
pendengaran. Jika
terkena kulit atau rambut
Tanggalkan segera
semua pakaian yang
terkontaminasi. Bilas
kulit dengan air. Jika
terkena mata bilas
dengan seksama dengan
air untuk beberapa
menit. Lepaskan lensa
kontak jika memakainya
dan mudah
melakukannya.Lanjutkan
membilas.

9
IV. Cara Kerja
Pola seperti pada gambar dibuat pada kertas kromatografi kemudian
larutan standar dan sampel ditotolkan dengan mengikuti pola pada gambar
berikut.

Gambar 4.1 Contoh penotolan larutan standar dan sampel


Dimasukkan larutan air:asam asetat glasiah (9:1) ke bejana. Dijenuhkan
bejana selama 1 jam. Kertas kromatografi dimasukkan ke dalam bejana
pengembang yang telah diisi dan dijenuhkan dengan uap eluan. Elusi
dibiarkan berlangsung hingga garis batas yang telah ditentukan. Kertas
dikeluarkan dari bejana, lalu dikeringkan. Kertas digunting menjadi tiga
bagian sehingga masing-masing bagian terdiri dari dua jalur yakni jalur
standar dan jalur cuplikan. Masing-masing bagian yang telah digunting
tersebut disemprot dengan salah satu diantara ketiga larutan penampak noda
yang telah disediakan.

V. Data Pengamatan
Jarak Eluen = 12 cm
Jarak Standar Ag+ = 8,6 cm (pasca disemprot larutan K2CrO4)
Jarak Standar Hg2+ = 10,5 cm (pasca disemprot larutan difenilkarbazon)
Jarak Standar Pb2+ = 9,8 cm (pasca disemprot larutan KI)

10
Jarak Sampel Ag+= 8,7 cm (pasca disemprot larutan K2CrO4)
Jarak Sampel Hg2+= 10,5 cm (pasca disemprot larutan difenilkarbazon)
Jarak Sampel Pb2+= 9,4 cm (pasca disemprot larutan KI)

VI. Pengolahan Data


6.1 Perhitungan nilai Faktor Retensi (RF)
Jarak 𝑚𝑖𝑔𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
RF standar =
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑚𝑖𝑔𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛

• Nilai RF Standar Ag+


8.6 𝑐𝑚
RF standar Ag+ = = 0.7167
12 𝑐𝑚

• Nilai RF Standar Hg2+


10.5 𝑐𝑚
RF standar Hg2+ = = 0.875
12 𝑐𝑚

• Nilai RF Standar Pb2+


9.8 𝑐𝑚
RF standar Pb2+ = = 0.8167
12 𝑐𝑚
Jarak 𝑚𝑖𝑔𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
RF sampel =
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑚𝑖𝑔𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛

• Nilai RF Sampel Ag+


8.7 𝑐𝑚
RF sampel Ag+ = = 0.725
12 𝑐𝑚

• Nilai RF Sampel Hg2+


10.5 𝑐𝑚
RF sampel Hg2+ = = 0.875
12 𝑐𝑚

• Nilai RF Sampel Pb2+


9.4 𝑐𝑚
RF sampel Pb2+ = = 0.783
12 𝑐𝑚

Jarak Jarak
Nilai RF Nilai RF
Zat Migrasi Migrasi
Standar Sampel
Standar (cm) Sampel (cm)
Ag +
8.6 0.7167 8.7 0.725
Hg 2+
10.5 0.875 10.5 0.875
Pb2+
9.8 0.8167 9.4 0.783
Tabel 6.1 Tabel Nilai Faktor Retensi

11
6.2 Galat Rf
|𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑓 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑓 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙|
% 𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
|𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑓 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟|
• Galat Rf Ag+
| 0.7167 − 0.725|
% 𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100 % = 1.1581 %
|0.7167|
• Galat Rf Hg2+
| 0.875 − 0.875|
% 𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100 % = 0 %
|0.875|
• Galat Rf Pb2+
| 0.8167 − 0.783|
% 𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100 % = 4.1264 %
|0.8167|

VII. Pembahasan
Pada prakikum ini, dilakukan uji kromatografi planar untuk
menentukan komposisi ion logam dalam sampel secara kualitatif.
Kromatografi planar sering disebut juga kromatografi lapis tipis. Pada
kromatografi lapis tipis ini, komponen yang akan dipisahkan bergerak
bersama fase gerak dalam sebuah bidang datar. Senyawa yang bergerak
terlihat seperti noda yang dapat dilihat. Posisi noda menunjukkan identitas
suatu senyawa, sedangkan besar atau intensitas noda menunjukkan
konsentrasinya.
Kromatogafi lapis tipis merupakan metode pemisahan komponen–
komponen atas dasar perbedaan adsorbsi atau partisi oleh fase diam di bawah
gerakan pelarut pengembang atau pelarut pengembangan campur. Pemilihan
pelarut pengembangan sangat dipengaruhi oleh macam dan polaritas zat–zat
kimia yang dipisahkan.
Prinsip kerja dari kromatografi planar/ kromatografi lapis tipis ini
yaitu adsorpsi, desorpsi, dan elusi. Adsorpsi terjadi ketika larutan sampel
ditotolkan ke fase diam (plat KLT) menggunakan pipa kapiler, komponen–
komponen dalam sampel akan teradsorbsi di dalam fase diam. Desorbsi adalah
peristiwa ketika komponen yang teradsorbsi di fase diam didesak oleh fase

12
gerak (eluen), terjadi persaingan antara eluen dan komponen untuk berikatan
dengan fase diam. Elusi adalah peristiwa ketika komponen ikut terbawa oleh
eluen.
Fungsi eluen dalam kromatografi ini adalah untuk melarutkan
campuran zat, untuk mengangkat atau membawa komponen yang akan
dipisahkan melewati sorben fase diam sehingga noda memiliki Rf dalam
rentang yang dipersyaratkan, dan untuk memberikan selektivitas yang
memadai untuk campuran senyawa yang akan dipisahkan. Eluen ini
dijenuhkan terlebih dahulu di dalam bejana selama kurang lebih satu jam.
Penjenuhan bertujuan untuk menyamaratakan tekanan uap dari fase gerak
yang digunakan sehingga pemisahan dapat berjalan dengan baik
(Kusmardiyani dan Nawawi, 1992).
Pemisahan yang dilakukan dalam percobaan ini menggunakan zat
penampak atau penyemprot untuk membantu penampakan bercak berpendar
(memancarkan cahaya) pada lapisan yang telah terelusi. Zat penampak
tersebut merupakan senyawa yang memancarkan sinar tampak jika disinari
dengan sinar yang berpanjang gelombang seperti sinar UV. Beberapa senyawa
organik akan tampak dengan mudah pada panjang gelombang 254 nm dan 366
nm. Jadi, untuk menampakkan noda padaa kertas kromatografi harus
direaksikan dengan reagen penampak warna berupa ion logam transisi untuk
membentuk kompleks warna. Reagen – reagen tersebut bereaksi dengan ion –
ion logam.
Dalam percobaan ini, zat penampak yang digunakan adalah CrO2-, KI,
dan difenilkarbazin. Larutan CrO2- digunakan untuk mendeteksi Ag+ dengan
menghasilkan warna kuning kecoklatan. Larutan KI digunakan untuk
mendeteksi Pb2+ dengan menghasilkan warna kuning, sedangkan untuk
larutan difenilkarbazin digunakan untuk mendeteksi adanya Hg22+ dengan
memunculkan waran ungu.
Pada percobaaan ini, sampel ion logam Ag+ disemprotkan dengan K2CrO4
sehingga berekasi mengikuti persamaan reaksi sebagai berikut.
K2CrO4 + 2Ag+ → Ag2CrO4 + 2K+

13
Pada percobaaan ini, sampel ion logam Hg2+ disemprotkan dengan
difenilkarbazon sehingga bereaksi mengikuti persamaan reaksi sebagai
berikut.
C13H12N4O + Hg2+ → C13H10HgN4O + 2H+
Pada percobaaan ini, sampel ion logam Pb2+ disemprotkan dengan KI sehingga
bereaksi mengikuti persamaan reaksi sebagai berikut.
2KI + Pb2+ → PbI2 + 2K+
Pada kromatografi, seperti kromatografi planar, pemilihan eluen yang
tepat sangat penting. Jika eluen yang dipilih tidak cocok dengan percobaan
yang dilakukan, hasil pengujian bisa lebih menyulitkan dan mungkin tidak
menghasilkan data yang diinginkan. Pada kromatografi planar, eluen yang
digunakan bersifat nonpolar sehingga nilai Rf yang rendah menunjukkan
senyawa yang lebih polar. Walaupun kromatografi planar menggunakan eluen
nonpolar, eluen yang digunakan juga tidak boleh bersifat terlalu nonpolar
karena dapat menunjukkan data yang sulit untuk diolah. Oleh karena itu,
kombinasi senyawa yang digunakan sebagai eluen juga penting untuk
dipertimbangkan dalam kromatografi planar. Eluen yang digunakan dalam
percobaan ini dapat digantikan dengan campuran yang memiliki kepolaran yang
sesuai. Misalkan campuran etil asetat : air (1:1). Campuran ini digunakan karena
memiliki kepolaran yang tepat untuk percobaan ini. Selain itu, campuran eluen ini
juga dapat membentuk kompleks dengan logam sehingga logam dapat tertarik ke atas
bersama dengan eluen sesuai dengan kapilaritas.
Jika larutan penyemprot bereaksi dengan analit dan timbul noda
berwarna maka dapat ditentukan jenis analit yang dipisahkan. Sedangkan jika
larutan penyemprot tidak menimbulkan noda tampak pada kertas selulosa,
artinya larutan penyemprot tidak bereaksi dengan analit untuk menimbulkan
warna sehingga perlu digunakan larutan penyemprot yang sesuai. Larutan
penyemprot analit yang sesuai dalam hal ini adalah larutan yang dapat
memunculkan noda berwarna sehingga dapat diukur jarak noda untuk
penentuan Rf. Jadi zat penampak juga dapat digantikan apabila zat

14
penampakan dapat memunculkan noda atau warna dengan sampel pada
percobaan.
Penggunaan standar logam dalam percobaan ini disebabkan karena
standar logam merupakan zat yang tidak volatil sehingga bisa dipisahkan
dengan menggunakan metode kromatografi planar. Oleh karena itu dalam
penerapan kromatografi planar, teknik pemisahan ini biasanya dipakai untuk
memisahkan logam – logam dari campurannya, misalnya logam – logam yang
menjadi pengamatan pada percobaan ini (Ag+, Hg2+, dan Pb2+).
Kertas kromatografi yang digunakan dalam percobaan ini memiliki
serat selulosa yang hidrofilik sehingga dapat mengikat air. Kertas ini tampak
kering namun sebenarnya mengandung air dengan persentase tinggi. Susunan
serat kertas kromatografi membentuk medium berpori yang bertindak sebagai
tempat untuk mengalirkan fasa gerak sehingga kertas kromatografi dapat
digunakan untuk percobaan kromatografi planar. Namun untuk memilih
kertas juga perlu pertimbangan dalam tingkat atau kesempurnaan pemisahan,
difusivitas pembentukan spot, efek tailing, serta laju pergerakan pelarut.
Kemudian, elusi adalah proses menyingkirkan analit dari adsorben
dengan mengalirkan suatu pelarut, disebut dengan "eluen", melewati
kompleks penjerap-analit. Proses elusi pada kromatografi dilakukan dengan
menggunakan perlarut atau campuran pelarut yang memiliki perbandingan
tertentu. Elusi yang terjadi pada kertas kromatografi disebabkan karena
adanya kapilaritas pada kertas sehingga pelarut yang digunakan dapat
bergerak ke atas. Hal ini karena susunan serat kertas membentuk medium
berpori yang merupakan tempat untuk mengalirnya fasa gerak. Selain itu
differential migration molekul zat terlarut akan terjadi bila zona tempat
mendepositkan zat terlarut mulai terselimuti pelarut dengan gaya dorong
bersifat kapiler. Tegangan permukaan adalah gaya pendorong untuk
pergerakan secara kapiler.
Parameter pada kromatografi lapis tipis adalah faktor retensi (Rf),
merupakan perbandingan jarak yang ditempuh solut dengan jarak yang
ditempuh fase gerak. Harga Rf umumnya lebih kecil dari 1, sedangkan bila

15
dikalikan dengan 100 akan berharga 1-100, sehingga parameter ini dapat
digunakan untuk perhitungan kualitatif dalam pengujian sampel dengan
kromatografi lapis tipis. Nilai faktor retensi bervariasi mulai dari 0 berarti zat
tidak berinteraksi dengan fasa gerak dan 1 berarti zat tidak berinteraksi
dengan fasa diam. Pada dasarnya, Nilai Rf menyatakan ukuran daya pisah
suatu zat dengan metode KLT. Jika nilai Rf nya besar berarti daya pisah zat
dengan eluennya maksimum sedangkan jika nilai Rf nya kecil berarti daya
pisah zat yang dengan eluennya minimum, atau apabila analit lebih menyukai
fase gerak maka laju alirnya (Rf) akan besar, dan sebaliknya bila analit
menyukai fase diam maka laju alirnya (Rf) akan kecil. Kemudian terdapat
galat pada percobaan ini yaitu untuk galat ion logam Ag+ sekitar 1.1581 %,
untuk ion Pb2+ sekitar 4.1264 %, dan untuk Hg2+ sebesar 0%. Galat yang
dihasilkan dalam percobaan ini tergolong kecil. Namun adanya galat ini dapat
disebabkan oleh beberapa hal seperti adanya zat pengotor pada kertas
kromatografi yang digunakan, alat yang kurang steril, atau proses penjenuhan
eluen yang kurang maksimal.

VIII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji kromatografi planar, dapat diketahui nilai Rf ion
logam dalam sampel yaitu ion logam Ag+ dengan nilai Rf 0,725, ion logam
Hg2+ dengan nilai Rf 0,875, dan ion logam Pb2+ dengan nilai Rf 0,783. Nilai –
nilai Rf tersebut mendekati atau sama dengan nilai Rf ion logam standarnya,
sehingga komposisi ion logam dalam sampel terdiri dari ion logam Ag+, ion
logam Hg2+, dan ion logam Pb2+.

IX. Daftar Pustaka


ASI. Safety Data Sheet Silver ISE Standard Solutionj. Diakses pada 20
Februari 2022 dari https://www.asi-sensors.com/index.php/resources/safety-
data-sheet-sds/57-silver-standard-solution-0-1-m-as-ag-or-1000-ppm-as-ag-
solution/file

16
D. Rubiyano. (2017). Metode Kromatografi. Yogyakarta. Penerbit
Deepublish.
Husna, Fikamilia & Mita, S.R. (2020). IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA
OBAT DALAM OBAT TRADISIONAL STAMINA PRIA DENGAN
METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS. Farmaka, 18(2)
Labchem. Material Safety Data Sheet 1,5-Diphenylcarbazide. Diakses pada
20 Februari 2022 dari
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC13655.pdf
Merck. Safety Data Sheet Asam Asetat Glasial. Diakses pada 21 Februari
2022 dari https://www.merckmillipore.com/Web-ID-Site/id_ID/-
/SGD/ShowDocument-File?ProductSKU=MDA_CHEM-
100063&DocumentType=MSD&DocumentId=100063_SDS_ID_ID.PDF&
DocumentUID=284304&Language=ID&Country=ID&Origin=null
Merck. Safety Data Sheet Mercury Standard Solution. Diakses pada 20
Februari 2022 dari
https://www.merckmillipore.com/GB/en/product/Mercury-standard-
solution,MDA_CHEM-170226
Muksin, M. (2018). Profil Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Daun Bidara
Arab (Ziziphus spina christi. L) Berdasarkan Variasi Pelarut.
Primadiamanti, Annisa dkk. (2018). IDENTIFIKASI HIDROKUINON
PADA KRIM PEMUTIH RACIKAN YANG BEREDAR DI PASAR
TENGAH BANDAR LAMPUNG SECARA KROMATOGRAFI LAPIS
TIPIS (KLT). Jurnal Analis Farmasi, 3(2)
Skoog D. A., West D. M., Holler F. J., Fundamental of Analytical
Chemistry. 7th ed. Saunder College Publishing, (1996).
Smart-Lab. Material Safety Data Sheet Lead Nitrate. Diakses pada 20
Februari 2022 dari
http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_LEAD_NITRATE_(INDO).pdf
Smart-Lab. Material Safety Data Sheet Potassium Iodide. Diakses pada 20
Februari 2022 dari
http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_POTASSIUM_IODIDE_(INDO).pdf

17
Smart-Lab. Material Safety Data Sheet Potassium Chromate. Diakses pada
20 Februari 2022 dari
http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_POTASSIUM_CHROMATE_%28I
NDO%29.pdf
Wulandari, Restyo. (2011). Kromatografi Lapis Tipis. Jember : PT Taman
Kampus Pesindo
X. Lampiran

Gambar 10.1 Hasil Percobaan Kromatografi Planar

18

Anda mungkin juga menyukai