A. Deskripsi Singkat
Modul ini berisikan materi tentang Konsep dan Proses Kerja desain/
Prototype dan kemasan produk/jasa; biaya produksi prototype produk barang
dan jasa; pengujian kesesuaian fungsi prototype produk dan jasa. Diharapkan
setelah mempelajari modul ini peserta PPG mampu memahami dengan detail
mengenai bagaimana prototype produk barang/jasa mulai awal desain hingga
penghitungan biaya.
B. Relevansi
Untuk mempelajari modul ini tidak ada persyaratan khusus, namun sebaiknya
calon guru telah membaca dan memahami modul 6 KB 1. Hal ini dikarenakan
dalam KB 2 ini akan membahas mengenai prototype produk atau jasa,
sehingga lebih baik jika calon guru sudah memahami terlebih dahulu tentang
apa saja macam-macam produk dan jasa. Materi ini memiliki arti penting
dalam kewirausahaan dikarenakan kemasan merupakan desain luar produk
yang bertujuan melindungi produk dan juga membungkus produk sehingga
produk dapat dijual dengan bersih dan aman sampai ke tangan konsumen.
Sedangkan prototype produk merupakan tombak dari suatu usaha. Jika
prototype produk/jasa dan kemasan direncanakan dengan sebaik mungkin
maka akan memberikan efek eyecathcing bagi sebuah produk dan
memberikan peluang keberhasilan berwirausaha yang baik. Dengan
mempelajari modul ini maka akan mampu menyampaikan kepada siswa SMK
dengan baik.
C. Petunjuk Belajar
1. Mulailah mempelajari modul dari bagian KB 1 terlebih dahulu
2. Pelajari modul ini dari bagian paling awal hingga akhir
3. Kerjakan soal yang ada di bagian akhir modul untuk mengetahui seberapa
pemahaman anda terkait modul ini
iii
4. Cocokanlah jawaban anda dengan kunci jawaban soal pada modul ini
5. Ulangi pelajari modul jika anda belum memahami dengan baik
iv
INTI
C. Pokok-Pokok Materi
1. Analisis konsep desain dan kemasan produk/jasa
2. Membuat konsep desain dan kemasan produk/jasa
3. Analisis proses kerja pembuatan desain produk/jasa
4. Alur dan proses kerja pembuatan desain produk/jasa
5. Analisis biaya produksi prototype produk dan jasa
1
6. Menghitung biaya produksi prototype produk dan jasa
7. Menentukan pengujian kesesuaian fungsi prototype produk dan jasa
D. Uraian Materi
1. Kemasan Produk
Hal yang paling terlihat oleh konsumen dari suatu produk adalah
kemasannya. Kemasan merupakan suatu desain luar produk yang
berkaitan dengan informasi produk dan terkait dengan bentuk, warna,
citra, tipografi, material, struktur dan elemen elemen lain sehingga produk
mampu dipasarkan dengan baik. Kemasan berfungsi melindungi produk
dan juga membungkus produk sehingga produk dapat dijual dengan bersih
dan aman sampai ke tangan konsumen. Menurut Kotler & Keller
(2009:27), kegiatan mengemas merupakan kegiatan yang terdiri dari
merancang dan juga memproduksi suatu bungkus dari produk. Selain
memiliki fungsi utama sebagai pelindung produk, kemasan juga memiliki
fungsi penting untuk pemasaran produk (Rangkuti, 2010:132).
Mengapa kemasan menjadi hal penting dalam suatu pemasaran? Hal
ini dikarenakan kemasan yang telah didesain dan dirancang dengan baik
mampu memberikan sentuhan merek yang mengena diingatan konsumen
sehingga mendorong penjualan produk tersebut. kemasan merupakan
pandangan awal konsumen terhadap produk, kemasan mampu menjadi
penentu apakah konsumen akan membeli produk tersebut atau tidak.
Pengemasan dilakukan oleh produsen yang berusaha memasarkan
produknya sehingga memberikan ciri khas produk yang berbeda dengan
produk yang sejenis dan mampu memiliki daya saing dalam hal kemasan.
2
produk. Simamora (2007) menjelaskan terdapat beberapa manfaat
desain kemasan yang dilakukan oleh produsen diantaranya:
1) Fungsi Protektif
Fungsi utama kemasan tentunya sebagai pelindung produk
supaya diterima konsumen dalam keadaan yang sama dengan saat
produk di produksi oleh produsen. Fungsi proteksi berkaitan
dengan pengamanan produk, adanya perubahan cuaca dan iklim,
adanya transportasi dan saluran distribusi produk yang semua
memerlukan pengemasan produk yang baik. Pengemasan yang
memiliki tingkat protektif yang baik akan mencegah produk yang
diterima konsumen dalam keadaan rusak atau tidak layak
dikonsumsi.
5
2) Menarik perhatian konsumen dengan memberi kesan
pandangan produk. Melihat produk melalui kemasan akan
menampakkan citra dari produk tersebut sehingga mampu
menarik pembeli.
3) Kombinasi marketing dan juga logistik yang mampu membuat
kemasan menjual produk dengan cara mencuri perhatian dan
mengkomunikasikan produk itu sendiri.
6
Jenis –jenis kemasan produk dapat dibedakan berdasarkan bahan
kemas. Kemasan berdasarkan struktur isinya dibagi menjadi berikut:
1) Kemasan Primer merupakan kemasan yang berbahan kemas yang
langsung mengemas produk itu dan mewadahi isi produk atau
pangan contohnya kaleng sarden, minuman kaleng, susu kaleng dan
lain-lain.
2) Kemasan sekunder yaitu kemasayang dengan dibungkus kemasan
lainnya msalnya karton yang membungkus kaleng-kaleng sarden.
Karton yang membungkus minuman-minuman botol.
3) Kemasan Tersier dan Kuarter merupakan kemasan yang digunakan
untuk penyimpanan atau pengangkurtan produk misalnya keranjang
kayu dan lain-lain.
7
1) Kemasan yang hanya dapat digunakan sekali saja misalnya kemasan
plastik pembungkus, kertas pembungkus, bungkus snack dan lain-
lain.
2) Kemasan yang bisa digunakan berkali kali misalnya botol, kaleng
roti dan lain-lain.
3) Kemasan yang tidak langsung dibuang misalnya kaleng susu yang
digunakan untuk tempat peralatan, botol air minum yang digunakan
untuk air minum isi ulang sendiri.
Louw & Kimber (2007) mengemukakan kemasan berdasarkan tingkat
kesiapan untuk dipakai dibagi menjadi berikut:
1) Kemasan yang langsung siap untuk dipakai yaitu kemasan yang
berbahan kemas yang dapat digunakan langsung saat keluar dari
pabrikan. Kemasan ini contohnya wadah kosmetik, wadah obat dlan
lain-lain.
2) Kemasan yang perlu perakitan yaitu kemasan yang memerlukan
perakitan terlebih dahulu agar kemasan dapat digunakan misalnya
karton yang dirakit, wadah yang perlu dirakit dan sebagainya.
9
a. Tahap pendefinisian produk. Tahap ini berisikan kegiatan
menterjemahkan konsep teknikal dalam produksi yang hubungannya
dengan aspek kebutuhan dan juga perilaku konsumen. Penerjemahan ini
dibentuk menjadi rancangan konsep hukum konsep keamanan dan
perlindungan konsumen.
b. Tahap working model. Pembuatan desain prototipe harus mampu
mempresentasikan fungsi dari produk secara keseluruhan. Working ini
dibuat seperlunya saja sehingga mampu melihat konsep yang tidak perlu
dalam kemasan dan dilakukan evaluasi Working model juga dibangun
untuk menguji parameter fungsional dan membantu perancangan
prototipe rekayasa.
c. Prototipe rekayasa (engineering prototype): merupakan tahap seperti
working model namun lebih kompleks dan lebih besar dari working
model. Prototipe rekayasa ini dibangun hingga mencapai teknis kualitas
tertentu agar nantinya bisa dilanjut dalam tahap prototipe produksi atau
dalam tahap produksi. Prototipe rekayasa ini dibuat untuk keperluan
pengujian kinerja operasional dan kebutuhan rancangan sistem produksi.
d. Prototipe produksi. Merupakan bentuk yang secara khusus dirancang
dengan seluruh fungsi operasional untuk menentukan kebutuhan dan
metode produksi dibangun pada skala sesungguhnya dan dapat
menghasilkan data kinerja dan daya tahan produk dan part-nya.
e. Qualified production item: dibuat dalam skala penuh berfungsi secara
penuh dan diproduksi pada tahap awal dalam jumlah kecil untuk
memastikan produk memenuhi segala bentuk standar maupun peraturan
yang diberlakukan terhadap produk tersebut biasanya untuk diuji-
cobakan kepada masyarakat umum. Dalam pemasaran tentunya akan
mengalami beberapa tantangan dan ancaman yang harus dihadapi seperti
ketahanan produk, keunikan produk, regulasi mengenai produk dan
sebagainya harus dipertimbangkan dengan baik.
f. Model: merupakan alat peraga yang mirip produk yang akan dibangun
(look–like–models). Secara jelas menggambarkan bentuk dan penampilan
10
produk baik dengan skala yang diperbesar, 1:1, atau diperkecil untuk
memastikan produk yang akan dibangun sesuai dengan lingkungan
produk maupun lingkungan user.
g. Prototipe adalah bentuk efektif dalam mengkomunikasikan konsep
produk namun jangan sampai menyerupai bentuk produk sebenarnya
karena mengandung resiko responden akan menyamakannya dengan
produk akhir.
Berdasarkan karakteristiknya prototipe sebuah sistem dapat berupa
low fidelity dan high fidelity. Fidelity mengacu kepada tingkat kerincian
sebuah sistem (Walker et al, 2003). Low fidelity prototype tidak terlalu rinci
menggambarkan sistem. Karakteristik dari low fidelity prototype adalah
mempunyai fungsi atau interaksi yang terbatas, lebih menggambarkan
konsep perancangan dan layout dibandingkan dengan model interaksi, tidak
memperlihatkan secara rinci operasional sistem, mendemonstrasikan secara
umum feel and look dari antarmuka pengguna dan hanya menggambarkan
konsep pendekatan secara umum (Walker et al, 2003).
Prototipe ini mempunyai interaksi penuh dengan pengguna dimana
pengguna dapat memasukkan data dan berinteraksi dengan sistem,
mewakili fungsi-fungsi inti sehingga dapat mensimulasikan sebagian besar
fungsi dari sistem akhir dan mempunyai penampilan yang sangat mirip
dengan produk sebenarnya (Walker et al, 2003).
Fitur yang akan diimplementasikan pada prototipe sistem dapat
dibatasi dengan teknik vertikal atau horizontal. Vertical prototype
mengandung fungsi yang detail tetapi hanya untuk beberapa fitur terpilih,
tidak pada keseluruhan fitur sistem. Horizontal prototype mencakup seluruh
fitur antarmuka pengguna namun tanpa fungsi pokok hanya berupa simulasi
dan belum dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan yang sebenarnya
(Walker et al, 2003).
11
Proses pembuatan prototipe merupakan proses yang interaktif dan
berulang-ulang yang menggabungkan langkah-langkah siklus
pengembangan tradisional. Prototipe dievaluasi beberapa kali sebelum
pemakai akhir menyatakan protipe tersebut diterima. Alur dan proses kerja
pembuatan desain sebagai berikut:
a. Analisis Kebutuhan Sistem
Sebelum dilakukan desain prototipe terdapat hal yang dilakukan
terlebih dahulu yaitu analisis kebutuhan sistem. Analisis kebutuhan
sistem ini perlu dilakukan untuk mengetahui informasi yang diperlukan
dan analisis mengenai alasan timbulnya ide atau gagasan untuk
membangun dan mengembangkan sistem informasi. Berbagai
komponen dilihat dengan analisis seperti software, hardware, jaringan
dan sumber daya manusia.
Analisis juga mendokumentasikan aktivitas sistem informasi
meliputi input, pemrosesan, output, penyimpanan dan pengendalian
(O'Brien, 2005). Selanjutnya melakukan studi kelayakan (feasibility
study) untuk merumuskan informasi yang dibutuhkan pemakai akhir,
kebutuhan sumber daya, biaya, manfaat dan kelayakan proyek yang
diusulkan (Mulyanto, 2009).
Analisis kebutuhan sistem sebagai bagian dari studi awal
bertujuan mengidentifikasi masalah dan kebutuhan spesifik sistem.
Kebutuhan spesifik sistem adalah spesifikasi mengenai hal-hal yang
akan dilakukan sistem ketika diimplementasikan (Mulyanto, 2009).
Analisis kebutuhan sistem harus mendefinisikan kebutuhan sistem yang
spesifik antara lain:
1) Sumber masukan sistem (input)
2) Hasil keluaran (output)
3) Kegiatan operasi yang dilakukan (proses)
4) Sumber data yang diproses
5) Kegiatan pengendalian/controlling
12
Tahap analisis kebutuhan sistem memerlukan evaluasi untuk
mengetahui kemampuan sistem dengan mendefinisikan apa yang
seharusnya dapat dilakukan oleh sistem tersebut kemudian menentukan
kriteria yang harus dipenuhi sistem. Beberapa kriteria yang harus
dipenuhi adalah pencapaian tujuan, kecepatan, biaya, kualitas informasi
yang dihasilkan, efisiensi dan produktivitas, ketelitian dan validitas dan
kehandalan atau reliabilitas (Mulyanto, 2009).
b. Desain Sistem
Analisis sistem (system analysis) mendeskripsikan apa yang
harus dilakukan sistem untuk memenuhi kebutuhan informasi pemakai.
Desain sistem (system design) menentukan bagaimana sistem akan
memenuhi tujuan tersebut. Desain sistem terdiri dari aktivitas desain
yang menghasilkan spesifikasi fungsional. Desain sistem dapat
dipandang sebagai desain interface, data dan proses dengan tujuan
menghasilkan spesifikasi yang sesuai dengan produk dan metode
interface pemakai, struktur database serta pemrosesan dan prosedur
pengendalian. Desain sistem akan menghasilkan paket software
prototipe, produk yang baik sebaiknya mencakup tujuh bagian :
1) Fitur menu yang cepat dan mudah.
2) Tampilan input dan output.
3) Laporan yang mudah dicetak.
4) Data dictionary yang menyimpan informasi pada setiap field
termasuk panjang field, pengeditan dalam setiap laporan dan format
field yang digunakan.
5) Database dengan format dan kunci record yang optimal.
6) Menampilkan query online secara tepat ke data yang tersimpan
pada database.
7) Struktur yang sederhana dengan bahasa pemrograman yang
mengizinkan pemakai melakukan pemrosesan khusus, waktu
kejadian, prosedur otomatis dan lain-lain.
13
c. Pengujian Sistem
Paket software prototype diuji, diimplementasikan, dievaluasi
dan dimodifikasi berulang-ulang hingga dapat diterima pemakainya
(O'Brien, 2005). Pengujian sistem bertujuan menemukan kesalahan-
kesalahan yang terjadi pada sistem dan melakukan revisi sistem. Tahap
ini penting untuk memastikan bahwa sistem bebas dari kesalahan
(Mulyanto, 2009). Menurut Sommerville (2001) pengujian sistem
terdiri dari :
1) Pengujian unit untuk menguji komponen individual secara
independen tanpa komponen sistem yang lain untuk menjamin
sistem operasi yang benar.
2) Pengujian modul yang terdiri dari komponen yang saling
berhubungan.
3) Pengujian sub sistem yang terdiri dari beberapa modul yang telah
diintegrasikan.
4) Pengujian sistem untuk menemukan kesalahan yang diakibatkan
dari interaksi antara subsistem dengan interface-nya serta
memvalidasi persyaratan fungsional dan non fungsional.
5) Pengujian penerimaan dengan data yang dientry oleh pemakai dan
bukan uji data simulasi.
6) Dokumentasi berupa pencatatan terhadap setiap langkah pekerjaan
dari awal sampai akhir pembuatan program.
15
Sumber:
https://eternalsunshineoftheismind.wordpress.com/2013/03/03/prototyping/
18
Selain biaya produksi juga terdapat biaya nonproduksi. Biaya non
produksi merupakan biaya yang erat kaitannya dengan fungsi
pengembangan, pemasaran/distribusi, layanan pelanggan, desain maupun
administrasi pada umumnya. Menurut ilmu ekonomi, biaya non produksi
dapat dibagi kedalam dua kategori yakni biaya penjualan yang melingkupi
tentang biaya pemasaran /distribusi dan pelayanan kepada pelanggan. Serta
yang kedua adalah mengenai administrasi yang melingkupi biaya
pengembangan dan administrasi umum.
1) Biaya Penjualan
Biaya Penjualan adalah biaya-biaya yang diperlukan untuk memasarkan
dan mendistribusikan barang atau jasa. Biaya tersebut sering mengacu
pada biaya mendapatkan pesanan/pelanggan dan memenuhi
pesanan/pelanggan. Misalnya gaji tenaga penjual, iklan, pergudangan,
pelayanan, pengiriman dan lain-lain.
2) Biaya Administrasi
Biaya Administrasi adalah semua biaya yang berhubungan dengan
administrasi umum organisasi yang tidak dapat diestimasi secara tepat
baik untuk pemasaran ataupun produksi. Contoh biaya administrasi
adalah gaji manajemen puncak, biaya administrasi, pencetakan laporan
tahunan, akuntansi umum, penelitian dan pengembangan dll. Biaya
Penjualan/ pemasaran dan administrasi adalah biaya yang tidak dapat
disimpan atau disebut biaya periode. Biaya periode yang tidak dapat
disimpan dibebankan pada periode dimana biaya tersebut terjadi. Oleh
karena itu tidak satupun dari biaya ini tampak sebagai persediaan yang
dilaporkan pada neraca. Biaya produksi dibedakan menjadi biaya
variabel, tetap, total, marjinal, dan rata rata. Berikut ini merupakan
penjelasan tentang biaya produksi:
(a) Biaya Variabel (Variabel Cost)
Biaya variabel (variabel cost) merupakan biaya-biaya yang harus
dikeluarkan sesuai dengan besarnya output. Semakin besar biaya
output yang dihasilkan semakin besar pula biaya variabel, dan
19
sebaliknya semakin kecil biaya yang dihasilkan maka semakin
sedikit pula biaya variabel. Misalnya bahan baku yang dibutuhkan
untuk memproduksi output, tenaga kerja bagian produksi, staf
bagian produksi, energi, untuk menjalankan mesin, dan bahan
bakar.
(b) Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang harus ada dalam proses
produksi dipengaruhi oleh besar kecilnya unit barang dan jasa yang
diproduksi. Biaya ini biasanya terdiri dari pembayaran kontrak atas
bangunan, pembayaran bunga atas utang, sewa peralatan, gaji
pegawai tetap, dan sebagainya. Biaya-biaya ini harus tetap
dikeluarkan meskipun perusahaan menambah produksi,
mengurangi produksi atau bahkan tidak berproduksi sama sekali
karena tidak terpengaruh oleh jumlah produksi. Biaya ini
senantiasa konstan selama proses produksi berlangsung, sehingga
apabila digambarkan dalam bentuk grafik akan terlihat seperti garis
lurus mendatar.
Diminta :
1. Hitunglah Biaya Bahan Baku
2. Hitunglah Biaya Overhead Pabrik
3. Hitunglah Biaya Produksi.
4. Hitunglah harga penjualan produk per unit
Maka perhitungan biaya tersebut sebagai berikut:
1. Perhitungan biaya bahan baku:
Pembelian bahan baku 1000.000
Ongkos angkut 150.000
Potongan pembelian (100.000)
Pembelian bersih 550.000
Jadi biaya bahan baku sebesar Rp. 1050.000
2. Perhitungan biaya overhead pabrik
Bahan penolong 150.000
Biaya listrik 150.000
Biaya sewa gedung 150.000
22
BOP 450.000
Jadi biaya overhead pabrik sebesar Rp. 450.000
3. Perhitungan Biaya Produksi
Biaya Bahan Baku 1050.000
Biaya Overhead Pabrik 450.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 150.000
Biaya Produksi 1.650.000
Jadi biaya produksi untuk pembuatan model televisi adalah sebesar Rp
1.650.000
4. Target produksi 5 unit, maka harga pokok produksi satu unit sepeda adalah
Rp. 330.000 Untuk mengambil keuntngan 20 % dari harga produksi maka
penjual harus menjual produknya sebesar Rp.396.000,-/unit
E. Ilustrasi
Perusahaan Choco adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri
pangan yang memproduksi produk berupa makanan snack berbahan dasar
coklat. Hal pertama yang dilakukan oleh Perusahaan Choco sebelum
mengeluarkan produk yaitu melakukan pendesainan terhadap prototipe
kemasan produk. Mengapa demikian? karena perusahaan Choco memahami
peran yang dimainkan oleh prototipe kemasan sangat berpengaruh pada
penjualan dan tentunya keuntungan perusahaan. Perusahaan Choco
mendesain kemasan dengan bahan alumunium foil dan juga plastik. Hal ini
dilakukan agar kondisi snack coklat tetap berbentuk dan tidak melelh saat
udara panas. Selain itu kemasan prototipe produk memiliki bentuk berupa
bentuk hewan-hewan lucu dan berwarna cerah. Bentuk kemasan antara lain
jerapah dengan warna kemasan oren dan juga lengkap dengan gambar
jerapah, kucing dengan warna putih coklat dan lain lain. Pangsa pasar produk
ini adalah remaja dan anak-anak sehingga kemasan di desain sedemikian
rupa.
25