Anda di halaman 1dari 27

PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat
Modul ini berisikan materi tentang Konsep dan Proses Kerja desain/
Prototype dan kemasan produk/jasa; biaya produksi prototype produk barang
dan jasa; pengujian kesesuaian fungsi prototype produk dan jasa. Diharapkan
setelah mempelajari modul ini peserta PPG mampu memahami dengan detail
mengenai bagaimana prototype produk barang/jasa mulai awal desain hingga
penghitungan biaya.

B. Relevansi
Untuk mempelajari modul ini tidak ada persyaratan khusus, namun sebaiknya
calon guru telah membaca dan memahami modul 6 KB 1. Hal ini dikarenakan
dalam KB 2 ini akan membahas mengenai prototype produk atau jasa,
sehingga lebih baik jika calon guru sudah memahami terlebih dahulu tentang
apa saja macam-macam produk dan jasa. Materi ini memiliki arti penting
dalam kewirausahaan dikarenakan kemasan merupakan desain luar produk
yang bertujuan melindungi produk dan juga membungkus produk sehingga
produk dapat dijual dengan bersih dan aman sampai ke tangan konsumen.
Sedangkan prototype produk merupakan tombak dari suatu usaha. Jika
prototype produk/jasa dan kemasan direncanakan dengan sebaik mungkin
maka akan memberikan efek eyecathcing bagi sebuah produk dan
memberikan peluang keberhasilan berwirausaha yang baik. Dengan
mempelajari modul ini maka akan mampu menyampaikan kepada siswa SMK
dengan baik.

C. Petunjuk Belajar
1. Mulailah mempelajari modul dari bagian KB 1 terlebih dahulu
2. Pelajari modul ini dari bagian paling awal hingga akhir
3. Kerjakan soal yang ada di bagian akhir modul untuk mengetahui seberapa
pemahaman anda terkait modul ini
iii
4. Cocokanlah jawaban anda dengan kunci jawaban soal pada modul ini
5. Ulangi pelajari modul jika anda belum memahami dengan baik

iv
INTI

A. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Capaian pembelajaran pada mata kegiatan prototype produk dan jasa adalah:
1. Calon guru mampu menjelaskan manfaat desain kemasan produk/ jasa
2. Calon guru mampu menjelaskan tujuan desain dan kemasan produk/ jasa
3. Calon guru mampu menyusun alur dan proses kerja pembuatan desain
produk/ jasa
4. Calon guru mampu membuat alur dan proses kerja pembuatan desain
produk/ jasa
5. Calon guru mmapu menganalisis komponen biaya produksi prototype
produk/ jasa
6. Calon guru mampu menghitung biaya produksi prototype produk dan jasa
7. Calon guru mampu menjelaskan tahap-tahap pengujian kesesuaian fungsi
prototype produk/ jasa

B. Sub Capaian Pembelajaran


1. Analisis konsep desain dan kemasan produk/jasa
2. Membuat konsep desain dan kemasan produk/jasa
3. Analisis proses kerja pembuatan desain produk/jasa
4. Membuat alur dan proses kerja pembuatan desain produk/jasa
5. Analisis biaya produksi prototype produk dan jasa
6. Menghitung biaya produksi prototype produk dan jasa
7. Menentukan pengujian kesesuaian fungsi prototype produk dan jasa

C. Pokok-Pokok Materi
1. Analisis konsep desain dan kemasan produk/jasa
2. Membuat konsep desain dan kemasan produk/jasa
3. Analisis proses kerja pembuatan desain produk/jasa
4. Alur dan proses kerja pembuatan desain produk/jasa
5. Analisis biaya produksi prototype produk dan jasa
1
6. Menghitung biaya produksi prototype produk dan jasa
7. Menentukan pengujian kesesuaian fungsi prototype produk dan jasa

D. Uraian Materi
1. Kemasan Produk
Hal yang paling terlihat oleh konsumen dari suatu produk adalah
kemasannya. Kemasan merupakan suatu desain luar produk yang
berkaitan dengan informasi produk dan terkait dengan bentuk, warna,
citra, tipografi, material, struktur dan elemen elemen lain sehingga produk
mampu dipasarkan dengan baik. Kemasan berfungsi melindungi produk
dan juga membungkus produk sehingga produk dapat dijual dengan bersih
dan aman sampai ke tangan konsumen. Menurut Kotler & Keller
(2009:27), kegiatan mengemas merupakan kegiatan yang terdiri dari
merancang dan juga memproduksi suatu bungkus dari produk. Selain
memiliki fungsi utama sebagai pelindung produk, kemasan juga memiliki
fungsi penting untuk pemasaran produk (Rangkuti, 2010:132).
Mengapa kemasan menjadi hal penting dalam suatu pemasaran? Hal
ini dikarenakan kemasan yang telah didesain dan dirancang dengan baik
mampu memberikan sentuhan merek yang mengena diingatan konsumen
sehingga mendorong penjualan produk tersebut. kemasan merupakan
pandangan awal konsumen terhadap produk, kemasan mampu menjadi
penentu apakah konsumen akan membeli produk tersebut atau tidak.
Pengemasan dilakukan oleh produsen yang berusaha memasarkan
produknya sehingga memberikan ciri khas produk yang berbeda dengan
produk yang sejenis dan mampu memiliki daya saing dalam hal kemasan.

a. Manfaat Desain Kemasan Produk/Jasa


Kemasan menjadi hal yang diperhatikan oleh produsen. Hal ini
dikarenakan podusen menganggap kemasan tidak sekedar pembungkus
semata namun juga memiliki dampak yang luas dalam pemasaran

2
produk. Simamora (2007) menjelaskan terdapat beberapa manfaat
desain kemasan yang dilakukan oleh produsen diantaranya:
1) Fungsi Protektif
Fungsi utama kemasan tentunya sebagai pelindung produk
supaya diterima konsumen dalam keadaan yang sama dengan saat
produk di produksi oleh produsen. Fungsi proteksi berkaitan
dengan pengamanan produk, adanya perubahan cuaca dan iklim,
adanya transportasi dan saluran distribusi produk yang semua
memerlukan pengemasan produk yang baik. Pengemasan yang
memiliki tingkat protektif yang baik akan mencegah produk yang
diterima konsumen dalam keadaan rusak atau tidak layak
dikonsumsi.

Gambar: Contoh Kemasan Unik dan Kreatif Untuk Makanan Ringan


Sumber: https://tokomesin.goukm.id/kemasan-unik-dan-kreatif-untuk-
usaha-makanan-ringan/

Kemasan didesain agar mampu melindungi produk dari


berbagai kerusakan yang merusak produk atau bahkan mengurangi
nilai jual produk. Gambar di atas menunjukkan produk kue basah
yang di bungkus dengan desain kemasan apik yang melindungi
3
sekaligus membuat kue bersih dan diterima konsumen dalam
keadaan sama saat kue selesai di produksi. Kemasan berfungsi
melindungi dari debu, dari tangan jail yang mungkin mengambil
atau memegang produk, menghindari produk jatuh atau saling
bertubrukan dan lain-lain. Kemasan sangat penting untuk suatu
produk.
2) Fungsi Promosional
Selain mampu melindungi produk dari kerusakan, kemasan
mampu menjadi sarana promosi atau memperkenalkan produk
kepada konsumen dan masyarakat luas. Produsen
mempertimbangkan terkait desain, warna dan bentuk kemasan.

Gambar: Desain Kemasan Produk Minuman


Sumber: https://bisnisukm.com/peran-warna-dalam-pembuatan-desain-
kemasan-produk.html

Gambar di atas contoh kemasan minuman promosional yang


dirancang dengan bentuk yang unik, warna yang menarik dan beda
dari minuman kemasan pada umumnya. Desain kemasan tersebut
dibuat bukan tanpa tujuan melainkan untuk memberi efek eye-
catching yaitu menjadi tangkapan mata dan mudah diingat oleh
konsumen. Desain kemasan menjadi penting karena dengan
4
perancangan khusus akan menjadi daya pikat konsumen dibanding
kemasan yang hampir sama pada umumnya.
Sedangkan menurut Kotler (1999:228), terdapat empat fungsi
kemasan sebagai satu alat pemasaran, yaitu :
1) Self service yaitu kemampuan kemasan dalam proses penjualan
berkaitan dengan estetika, menarik pembeli untuk membeli
produk tersebut, memberikan kesan meyakinkan tentang
produk dan sebagainya. Misalnya kemasan roti akan
memberikan efek rasa ingin memakan roti hanya dari kemasan
yang menarik. Hanya dengan melihat kemasan yang berciri
khas maka akan menarik minat pembeli.
2) Consumer affluence yaitu perdikat baik yang diberikan
konsumen kepada produk dengan melihat kemasan yang baik.
Konsumen akan bersedia membayar harga yang tinggi untuk
produk dengan kemasan yang terlihat bagus dan bersih.
3) Company and brand image yaitu pengenalan brand produk
kepada konsumen sehingga dikenal secara luas. Kemasan
sebagai ujung tombak pengenalan brand produk dan juga
perusahaannya.
4) Inovational opportunity yaitu peluang perusahaan untuk
berinovasi dengan membuat kemasan yang menarik minat
konsumen sehingga penjualan dapat dilakukan secara
maksimal.

Kemasan berfungsi sebagai media pemasaran, selain itu


kemasan juga berfungsi sebagai media dalam memasarkan produk.
Simamora ungsi lain dari pemasaran dijabarkan sebagai berikut:
1) Melindungi produk selama proses distribusi. Fungsi kemasan
digunakan untuk melindungi produk dari kerusakan,
kebusukan, kehancuran kehilangan dan lain-lain.

5
2) Menarik perhatian konsumen dengan memberi kesan
pandangan produk. Melihat produk melalui kemasan akan
menampakkan citra dari produk tersebut sehingga mampu
menarik pembeli.
3) Kombinasi marketing dan juga logistik yang mampu membuat
kemasan menjual produk dengan cara mencuri perhatian dan
mengkomunikasikan produk itu sendiri.

b. Tujuan Desain Kemasan Produk/Jasa


Louw dan Kimber (2007) berpendapat bahwa diadakannya desain
kemasan dan juga pelabelan produk bertujuan untuk:
1) Physical Production. Melindungi fisik produk dari berbagai bahaya
kerusakan produk seperti panas, guncangan, jatuh dan sebagainya
2) Barrier Protection. Melindungi produk dari debu, uap dan
sebagainya
3) Containment or Agglomeration. Untuk mengumpulkan produk
sesuai ukurannya dalam hal pendistribusian.
4) Information Transmission. Memberikan informasi baik kepada
distributor mengenai cara perlakuan produk saat pendistribusian
maupun kepada konsumen seperti informasi kadaluarsa, informasi
penyimpanan dan sebagainya.
5) Reducing Theft. Memberikan tanda jika kemasan sudah dibuka atau
produk sudah digunakan sehingga gampang untuk mengidentifikasi
produk yag telah digunakan maupun belum digunakan. Hal ini juga
untuk melihat pencurian produk jika kemasan telah dibuka.
6) Menambah tingkat kenyamanan penggunaan produk karena mudah
dibawa, tidak menyebabkan kotor memberikan tampilan yang indah
dan mendorong penjualan.
7) Memberikan dorongan kepada konsumen agar tertarik dengan
produk yang dikemas sehingga memberi keuntungan .

6
Jenis –jenis kemasan produk dapat dibedakan berdasarkan bahan
kemas. Kemasan berdasarkan struktur isinya dibagi menjadi berikut:
1) Kemasan Primer merupakan kemasan yang berbahan kemas yang
langsung mengemas produk itu dan mewadahi isi produk atau
pangan contohnya kaleng sarden, minuman kaleng, susu kaleng dan
lain-lain.
2) Kemasan sekunder yaitu kemasayang dengan dibungkus kemasan
lainnya msalnya karton yang membungkus kaleng-kaleng sarden.
Karton yang membungkus minuman-minuman botol.
3) Kemasan Tersier dan Kuarter merupakan kemasan yang digunakan
untuk penyimpanan atau pengangkurtan produk misalnya keranjang
kayu dan lain-lain.

Gambar: Kemasan Minuman dari Kaleng


Sumber: https://cuppacakezone.wordpress.com/2017/09/28/pengertian-
macam-macam-dan-jenis-kemasan/

Louw & Kimber (2007) membagi kemasan berdasarkan tingkat


frekuensi pemakaian dibedakan menjadi berikut

7
1) Kemasan yang hanya dapat digunakan sekali saja misalnya kemasan
plastik pembungkus, kertas pembungkus, bungkus snack dan lain-
lain.
2) Kemasan yang bisa digunakan berkali kali misalnya botol, kaleng
roti dan lain-lain.
3) Kemasan yang tidak langsung dibuang misalnya kaleng susu yang
digunakan untuk tempat peralatan, botol air minum yang digunakan
untuk air minum isi ulang sendiri.
Louw & Kimber (2007) mengemukakan kemasan berdasarkan tingkat
kesiapan untuk dipakai dibagi menjadi berikut:
1) Kemasan yang langsung siap untuk dipakai yaitu kemasan yang
berbahan kemas yang dapat digunakan langsung saat keluar dari
pabrikan. Kemasan ini contohnya wadah kosmetik, wadah obat dlan
lain-lain.
2) Kemasan yang perlu perakitan yaitu kemasan yang memerlukan
perakitan terlebih dahulu agar kemasan dapat digunakan misalnya
karton yang dirakit, wadah yang perlu dirakit dan sebagainya.

2. Menyusun alur dan Proses Kerja Pembuatan Desain/ Prototype


Peningkatan kualitas dan juga pengendaliannya dilakukan secara
total oleh pihak manajemen. Manajer akan melakukan Total Quality
Management. Hal ini dikarenakan kualitas produk menjadi hal yang sangat
diperhatikan dalam suatu produksi. Kualitas produk akan berdampak pada
kepuasan pelanggan saat menggunaknannya. Kualitas produk yang baik
akan mendorong pembeli untuk tetap membeli produk tersebut dan juga
melakukan pembelian ulang. Hal ini berdampak pada naiknya keuntungan
perusahaan karena barang produksi laku terjual. Praktik dalam industri,
semakin banyak keuntungan ytang didapat seringkali diiringi dengan biaya
yang rendah
Kualitas produk bukan saja terletak pada polesan dan bentuk akhir
suatu produk. Produk akan memiliki nilai kualitas tinggi jika sejak awal
8
pembuatan dilakukan dengan mementingkan sisi kualitas. Hal ini dilakukan
untuk mengantisipasi dan menghindari kerusakan atau kecacatan produk
selama proses produksi hingga produk akhir jadi dan siap jual. Kerusakan
produk hanya akna menambah biaya produksi karena barang tersebut harus
di proses ulang. Hal yang penting dalam memproses produk adalah
bagaimana prototype dari produk tersebut.
Prototype produk merupakan hasil akhir bentukan produk dalam
tahapan produksi produk. Prototype menjadikan produk diingat dan dilihat
oleh konsumen ketika melihat produk tersebut di pasaran. Tahapan
pembuatan prototipe produk menjadi tahapan yang penting dikarenakan
prototipe menyangkut pandangan konsumen terhadap produk dan akan
berlangsung lama atau menjadi penentu kelangsungan produk sampai masa
mendatang. Prototipe akan dirasakan oleh pihak konsumen, kinerja dari
prototipe akan dikomentari oleh konsumen terutama pelanggan untuk
kemudian di proses ulang oleh produsen jika terdapat saran atau masukan
maka akan diproses ulang guna mencapai kepuasan pelanggan. Dilakukan
inovasi dalam prototipe sehingga prototipe merupakan bentukan kerjasama
pelanggan dan produsen untuk mencapai kenyamanan dan kepuasan
penggunaan produk
Prototipe yang merupakan bentukan dasar produk memiliki jenis
ukuran dan juga bentuk yang harus dilakukan fabrikasi guna menentukan
apakah produk tersebut mampu bekerja sesuai desain tujuannya atau
prototipe tersebut mampu memuaskan kebutuhan pelanggan. Prototipe
sering disebut juga alpha prototype dan beta prototype yang dibuat dengan
bagian yang disuplai oleh proses produksi sebenarnya, tetapi tidak rakit
dengan proses akhir ditujukan untuk menjawab pertanyaan akan
performance dan ketahanan uji untuk menemukan perubahan yang perlu
pada produk final.
Dalam pembuatan prototipe terdapat beberapa alur yang
dikemukakan Pressman (2015) sebagai berikut:

9
a. Tahap pendefinisian produk. Tahap ini berisikan kegiatan
menterjemahkan konsep teknikal dalam produksi yang hubungannya
dengan aspek kebutuhan dan juga perilaku konsumen. Penerjemahan ini
dibentuk menjadi rancangan konsep hukum konsep keamanan dan
perlindungan konsumen.
b. Tahap working model. Pembuatan desain prototipe harus mampu
mempresentasikan fungsi dari produk secara keseluruhan. Working ini
dibuat seperlunya saja sehingga mampu melihat konsep yang tidak perlu
dalam kemasan dan dilakukan evaluasi Working model juga dibangun
untuk menguji parameter fungsional dan membantu perancangan
prototipe rekayasa.
c. Prototipe rekayasa (engineering prototype): merupakan tahap seperti
working model namun lebih kompleks dan lebih besar dari working
model. Prototipe rekayasa ini dibangun hingga mencapai teknis kualitas
tertentu agar nantinya bisa dilanjut dalam tahap prototipe produksi atau
dalam tahap produksi. Prototipe rekayasa ini dibuat untuk keperluan
pengujian kinerja operasional dan kebutuhan rancangan sistem produksi.
d. Prototipe produksi. Merupakan bentuk yang secara khusus dirancang
dengan seluruh fungsi operasional untuk menentukan kebutuhan dan
metode produksi dibangun pada skala sesungguhnya dan dapat
menghasilkan data kinerja dan daya tahan produk dan part-nya.
e. Qualified production item: dibuat dalam skala penuh berfungsi secara
penuh dan diproduksi pada tahap awal dalam jumlah kecil untuk
memastikan produk memenuhi segala bentuk standar maupun peraturan
yang diberlakukan terhadap produk tersebut biasanya untuk diuji-
cobakan kepada masyarakat umum. Dalam pemasaran tentunya akan
mengalami beberapa tantangan dan ancaman yang harus dihadapi seperti
ketahanan produk, keunikan produk, regulasi mengenai produk dan
sebagainya harus dipertimbangkan dengan baik.
f. Model: merupakan alat peraga yang mirip produk yang akan dibangun
(look–like–models). Secara jelas menggambarkan bentuk dan penampilan
10
produk baik dengan skala yang diperbesar, 1:1, atau diperkecil untuk
memastikan produk yang akan dibangun sesuai dengan lingkungan
produk maupun lingkungan user.
g. Prototipe adalah bentuk efektif dalam mengkomunikasikan konsep
produk namun jangan sampai menyerupai bentuk produk sebenarnya
karena mengandung resiko responden akan menyamakannya dengan
produk akhir.
Berdasarkan karakteristiknya prototipe sebuah sistem dapat berupa
low fidelity dan high fidelity. Fidelity mengacu kepada tingkat kerincian
sebuah sistem (Walker et al, 2003). Low fidelity prototype tidak terlalu rinci
menggambarkan sistem. Karakteristik dari low fidelity prototype adalah
mempunyai fungsi atau interaksi yang terbatas, lebih menggambarkan
konsep perancangan dan layout dibandingkan dengan model interaksi, tidak
memperlihatkan secara rinci operasional sistem, mendemonstrasikan secara
umum feel and look dari antarmuka pengguna dan hanya menggambarkan
konsep pendekatan secara umum (Walker et al, 2003).
Prototipe ini mempunyai interaksi penuh dengan pengguna dimana
pengguna dapat memasukkan data dan berinteraksi dengan sistem,
mewakili fungsi-fungsi inti sehingga dapat mensimulasikan sebagian besar
fungsi dari sistem akhir dan mempunyai penampilan yang sangat mirip
dengan produk sebenarnya (Walker et al, 2003).
Fitur yang akan diimplementasikan pada prototipe sistem dapat
dibatasi dengan teknik vertikal atau horizontal. Vertical prototype
mengandung fungsi yang detail tetapi hanya untuk beberapa fitur terpilih,
tidak pada keseluruhan fitur sistem. Horizontal prototype mencakup seluruh
fitur antarmuka pengguna namun tanpa fungsi pokok hanya berupa simulasi
dan belum dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan yang sebenarnya
(Walker et al, 2003).

3. Membuat alur dan Proses Kerja Pembuatan Desain/ Prototipe

11
Proses pembuatan prototipe merupakan proses yang interaktif dan
berulang-ulang yang menggabungkan langkah-langkah siklus
pengembangan tradisional. Prototipe dievaluasi beberapa kali sebelum
pemakai akhir menyatakan protipe tersebut diterima. Alur dan proses kerja
pembuatan desain sebagai berikut:
a. Analisis Kebutuhan Sistem
Sebelum dilakukan desain prototipe terdapat hal yang dilakukan
terlebih dahulu yaitu analisis kebutuhan sistem. Analisis kebutuhan
sistem ini perlu dilakukan untuk mengetahui informasi yang diperlukan
dan analisis mengenai alasan timbulnya ide atau gagasan untuk
membangun dan mengembangkan sistem informasi. Berbagai
komponen dilihat dengan analisis seperti software, hardware, jaringan
dan sumber daya manusia.
Analisis juga mendokumentasikan aktivitas sistem informasi
meliputi input, pemrosesan, output, penyimpanan dan pengendalian
(O'Brien, 2005). Selanjutnya melakukan studi kelayakan (feasibility
study) untuk merumuskan informasi yang dibutuhkan pemakai akhir,
kebutuhan sumber daya, biaya, manfaat dan kelayakan proyek yang
diusulkan (Mulyanto, 2009).
Analisis kebutuhan sistem sebagai bagian dari studi awal
bertujuan mengidentifikasi masalah dan kebutuhan spesifik sistem.
Kebutuhan spesifik sistem adalah spesifikasi mengenai hal-hal yang
akan dilakukan sistem ketika diimplementasikan (Mulyanto, 2009).
Analisis kebutuhan sistem harus mendefinisikan kebutuhan sistem yang
spesifik antara lain:
1) Sumber masukan sistem (input)
2) Hasil keluaran (output)
3) Kegiatan operasi yang dilakukan (proses)
4) Sumber data yang diproses
5) Kegiatan pengendalian/controlling

12
Tahap analisis kebutuhan sistem memerlukan evaluasi untuk
mengetahui kemampuan sistem dengan mendefinisikan apa yang
seharusnya dapat dilakukan oleh sistem tersebut kemudian menentukan
kriteria yang harus dipenuhi sistem. Beberapa kriteria yang harus
dipenuhi adalah pencapaian tujuan, kecepatan, biaya, kualitas informasi
yang dihasilkan, efisiensi dan produktivitas, ketelitian dan validitas dan
kehandalan atau reliabilitas (Mulyanto, 2009).

b. Desain Sistem
Analisis sistem (system analysis) mendeskripsikan apa yang
harus dilakukan sistem untuk memenuhi kebutuhan informasi pemakai.
Desain sistem (system design) menentukan bagaimana sistem akan
memenuhi tujuan tersebut. Desain sistem terdiri dari aktivitas desain
yang menghasilkan spesifikasi fungsional. Desain sistem dapat
dipandang sebagai desain interface, data dan proses dengan tujuan
menghasilkan spesifikasi yang sesuai dengan produk dan metode
interface pemakai, struktur database serta pemrosesan dan prosedur
pengendalian. Desain sistem akan menghasilkan paket software
prototipe, produk yang baik sebaiknya mencakup tujuh bagian :
1) Fitur menu yang cepat dan mudah.
2) Tampilan input dan output.
3) Laporan yang mudah dicetak.
4) Data dictionary yang menyimpan informasi pada setiap field
termasuk panjang field, pengeditan dalam setiap laporan dan format
field yang digunakan.
5) Database dengan format dan kunci record yang optimal.
6) Menampilkan query online secara tepat ke data yang tersimpan
pada database.
7) Struktur yang sederhana dengan bahasa pemrograman yang
mengizinkan pemakai melakukan pemrosesan khusus, waktu
kejadian, prosedur otomatis dan lain-lain.
13
c. Pengujian Sistem
Paket software prototype diuji, diimplementasikan, dievaluasi
dan dimodifikasi berulang-ulang hingga dapat diterima pemakainya
(O'Brien, 2005). Pengujian sistem bertujuan menemukan kesalahan-
kesalahan yang terjadi pada sistem dan melakukan revisi sistem. Tahap
ini penting untuk memastikan bahwa sistem bebas dari kesalahan
(Mulyanto, 2009). Menurut Sommerville (2001) pengujian sistem
terdiri dari :
1) Pengujian unit untuk menguji komponen individual secara
independen tanpa komponen sistem yang lain untuk menjamin
sistem operasi yang benar.
2) Pengujian modul yang terdiri dari komponen yang saling
berhubungan.
3) Pengujian sub sistem yang terdiri dari beberapa modul yang telah
diintegrasikan.
4) Pengujian sistem untuk menemukan kesalahan yang diakibatkan
dari interaksi antara subsistem dengan interface-nya serta
memvalidasi persyaratan fungsional dan non fungsional.
5) Pengujian penerimaan dengan data yang dientry oleh pemakai dan
bukan uji data simulasi.
6) Dokumentasi berupa pencatatan terhadap setiap langkah pekerjaan
dari awal sampai akhir pembuatan program.

Pengujian sistem informasi berbasis web dapat menggunakan


teknik dan metode pengujian perangkat lunak tradisional. Pengujian
aplikasi web meliputi pengujian tautan, pengujian browser, pengujian
usabilitas, pengujian muatan, tegangan dan pengujian
malar (Simarmata, 2009). Penerimaan pengguna (user) terhadap sistem
dapat dievaluasi dengan mengukur kepuasan user terhadap sistem yang
diujikan. Pengukuran kepuasan meliputi tampilan sistem, kesesuaian
14
dengan kebutuhan user, kecepatan dan ketepatan sistem untuk
menghasilkan informasi yang diinginkan user. Ada beberapa model
pengukuran kepuasan user terhadap sistem, diantaranya adalah
Technology Acceptance Model (TAM), End User Computing (EUC)
Satisfaction, Task Technology Fit (TTF) Analisis dan Human
Organizational Technology (HOT) Fit Model. Salah satu model
pengukuran yang telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa
berbeda dan tidak menunjukkan perbedaan hasil pengukuran yang
signifikan adalah End User Computing (EUC) Satisfaction. Model ini
menekankan kepuasan user terhadap aspek teknologi meliputi aspek isi,
keakuratan, format, waktu dan kemudahan penggunaan sistem (Chin &
Mathew, 2000).
d. Implementasi
Prototipe yang telah diterima selanjutnya masuk dalam tahap
implementasi sistem. Sistem prototipe siap dijalankan dan selanjutnya
dilakukan pembandingan sistem terbarukan dan sistem yang lebih
dahulu. Hal-hal yang diamati adalah evaluasi teknik, informasi dan juga
perbedaan fungsi. Secara keseluruhan alur model prototyping adalah
sebagai berikut:

15
Sumber:
https://eternalsunshineoftheismind.wordpress.com/2013/03/03/prototyping/

e. Alat Perancangan Sistem


Perancangan sistem membutuhkan peralatan berupa alat alat
perancangan proses dan alat perancangan data. Alat perancangan proses
terdiri dari diagram aliran data dan diagram arus sistem. Sedangkan alat
perancangan data terdiri dari diagram relasi entitas (entity relationship)
dan kamus data (data dictionary).
1) Diagram Aliran Data
Diagram aliran data (Data Flow Diagram/DFD) adalah sebuah alat
dokumentasi grafik yang menggunakan simbol-simbol untuk
menjelaskan sebuah proses. Diagram ini menunjukkan aliran proses
seluruh sistem kepada pemakai dan dapat diatur detailnya sesuai
dengan kemampuan pemahaman pemakai. DFD terdiri dari tiga
elemen yaitu lingkungan, pemrosesan, aliran data dan penyimpanan
data. Salah satu keuntungan menggunakan DFD adalah
memudahkan pemakai yang kurang menguasai bidang komputer
untuk mengerti sistem yang sedang akan dikerjakan (Ladjamudin,
2005).
2) Diagram Arus Sistem
Diagram arus sistem (Sistem Flow Chart) adalah peralatan yang
digunakan untuk menggambarkan proses sistem secara rinci untuk
menggambarkan aliran sistem informasi dan diagram arus sistem
untuk menggambarkan aliran program (Ladjamudin, 2005).
3) Diagram Relasi Entitas
Diagram relasi entitas menunjukkan antar entitas satu dengan yang
lain dan bentuk hubungannya sehingga data tergabung dalam satu
kesatuan yang terintegrasi (Ladjamudin, 2005).
4) Kamus Data
16
Kamus data adalah penjelasan tertulis lengkap dari data yang
diisikan ke dalam database (Ladjamudin, 2005).

4. Menganalisis Komponen Biaya Produksi Prototipe Produk


Barang/Jasa
Komponen biaya produksi prototype barang atau jasa terdiri dari
biaya produksi dan juga biaya non produksi. Biaya produksi merupakan
biaya keseluruhan dari biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses
produksi. Tujuan biaya produksi dikeluarkan adalah untuk memperoleh
laba/keuntungan. Biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya
mesin/peralatan, biaya upah tenaga kerja, biaya listrik dan sebagainya yang
menyangkut proses produksi barang. Biaya produksi harus dirinci dengan
benar dan teliti agar mampu menghasilkan keuntungan yang maksimal
karena penekanan biaya produksi. Total penjualan dikurangi biaya produksi
akan menunjukkan besaran laba yang diterima perusahaan. Biaya produksi
dikeluarkan untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan. Biaya
produksi dan biaya operasional tidaklah sama. Biaya produksi merupakan
biaya yang dikeluarkan untuk mengubah bahan baku menjadi hasil produksi
sedangkan biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
mendukung dan melangsungkan kegiatan operasional perusahaan. Biaya
operasional contohnya biaya sewa toko, biaya listrik, biaya perawatan
peralatan kantor dan lain sebagainya. Biaya produksi perlu perencanaan
agar nantinya pengeluaran produksi tidak membengkak dan tidak
menjadikan harga output satuan menjadi mahal.
Perbedaan antara biaya produksi dan biaya non produksi yaitu biaya
non produksi merupakan biaya yang berkaitan dengan kegiatan
pengembangan, pendistribusian pemasaran, biaya layanan pelanggan dan
sebagainya yang berada diluar proses pembuatan produk/ proses
produksi.Menurut ilmu ekonomi, biaya non produksi dapat dibagi kedalam
dua kategori yakni biaya penjualan yang melingkupi tentang biaya
pemasaran/distribusi, dan pelayanan kepada pelanggan. Serta yang kedua
17
adalah mengenai administrasi yang melingkupi biaya pengembangan,
adminitrasi umum dan pengembangan. Biaya produksi selanjutnya
diklasifikasikan menjadi tiga elemen yakni biaya bahan baku langsung,
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead. Tiga elemen biaya
tersebutlah yang dapat dibebankan pada produk untuk kepentingan laporan
keuangan eksternal.
a) Biaya Bahan Baku Langsung
Biaya Bahan Baku Langsung adalah biaya bahan baku yang dapat
ditelusuri pada barang dan jasa yang dihasilkan. Biaya dari bahan-
bahan kategori ini dapat secara langsung dikenakan pada produk karena
pengamatan secara fisik dapat digunakan untuk mengukur jumlah yang
dikonsumsi oleh tiap produk. Contoh Bahan baku langsung antara lain:
tepung terigu pada roti, pisang pada pisang goreng. Kain kafan untuk
jasa penguburan, kawat untuk koreksi gigi, dan lain-lain.
b) Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang dapat
ditelusuri pada barang atau penyediaan jasa yang dihasilkan.
Pengamatan fisik dapat digunakan untuk mengukur jumlah tenaga kerja
yang digunakan untuk memproduksi barang berwujud atau penyediaan
jasa. Contoh dari tenaga kerja langsung ini misalnya, juru masak pada
rumah makan, juru parkir pada pelayanan parkir, teller pada bank, sopir
pada transjogja dan lain-lain.
c) Biaya Overhead
Biaya Overhead adalah semua biaya produksi selain bahan baku
langsung dan tenaga kerja langsung. Banyak masukan yang diperlukan
untuk memproduksi barang atau penyediaan jasa selain bahan baku
langsung dan tenaga kerja langsung. Perlu diingat dari komponen biaya
tenaga kerja langsung, hanya biaya lembur yang dikategorikan dalam
biaya overhead.

18
Selain biaya produksi juga terdapat biaya nonproduksi. Biaya non
produksi merupakan biaya yang erat kaitannya dengan fungsi
pengembangan, pemasaran/distribusi, layanan pelanggan, desain maupun
administrasi pada umumnya. Menurut ilmu ekonomi, biaya non produksi
dapat dibagi kedalam dua kategori yakni biaya penjualan yang melingkupi
tentang biaya pemasaran /distribusi dan pelayanan kepada pelanggan. Serta
yang kedua adalah mengenai administrasi yang melingkupi biaya
pengembangan dan administrasi umum.
1) Biaya Penjualan
Biaya Penjualan adalah biaya-biaya yang diperlukan untuk memasarkan
dan mendistribusikan barang atau jasa. Biaya tersebut sering mengacu
pada biaya mendapatkan pesanan/pelanggan dan memenuhi
pesanan/pelanggan. Misalnya gaji tenaga penjual, iklan, pergudangan,
pelayanan, pengiriman dan lain-lain.
2) Biaya Administrasi
Biaya Administrasi adalah semua biaya yang berhubungan dengan
administrasi umum organisasi yang tidak dapat diestimasi secara tepat
baik untuk pemasaran ataupun produksi. Contoh biaya administrasi
adalah gaji manajemen puncak, biaya administrasi, pencetakan laporan
tahunan, akuntansi umum, penelitian dan pengembangan dll. Biaya
Penjualan/ pemasaran dan administrasi adalah biaya yang tidak dapat
disimpan atau disebut biaya periode. Biaya periode yang tidak dapat
disimpan dibebankan pada periode dimana biaya tersebut terjadi. Oleh
karena itu tidak satupun dari biaya ini tampak sebagai persediaan yang
dilaporkan pada neraca. Biaya produksi dibedakan menjadi biaya
variabel, tetap, total, marjinal, dan rata rata. Berikut ini merupakan
penjelasan tentang biaya produksi:
(a) Biaya Variabel (Variabel Cost)
Biaya variabel (variabel cost) merupakan biaya-biaya yang harus
dikeluarkan sesuai dengan besarnya output. Semakin besar biaya
output yang dihasilkan semakin besar pula biaya variabel, dan
19
sebaliknya semakin kecil biaya yang dihasilkan maka semakin
sedikit pula biaya variabel. Misalnya bahan baku yang dibutuhkan
untuk memproduksi output, tenaga kerja bagian produksi, staf
bagian produksi, energi, untuk menjalankan mesin, dan bahan
bakar.
(b) Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang harus ada dalam proses
produksi dipengaruhi oleh besar kecilnya unit barang dan jasa yang
diproduksi. Biaya ini biasanya terdiri dari pembayaran kontrak atas
bangunan, pembayaran bunga atas utang, sewa peralatan, gaji
pegawai tetap, dan sebagainya. Biaya-biaya ini harus tetap
dikeluarkan meskipun perusahaan menambah produksi,
mengurangi produksi atau bahkan tidak berproduksi sama sekali
karena tidak terpengaruh oleh jumlah produksi. Biaya ini
senantiasa konstan selama proses produksi berlangsung, sehingga
apabila digambarkan dalam bentuk grafik akan terlihat seperti garis
lurus mendatar.

(c) Biaya Total


Biaya total adalah biaya keseluruhan yang dikeluarkan untuk
menghasilkan barang/jasa. Biaya total didapat dari menjumlahkan
biaya tetap dengan biaya variable atau TC = FV+VC
TC =Total Cost (biaya total)
FC = Fixed Cost (biaya tetap)
VC = Variabel Cost (biaya variabel)
(d) Biaya Marjinal
Biaya marjinal adalah konsep biaya terpenting dalam ilmu
ekonomi. Biaya marjinal menunjukkan tambahan biaya yang
diperlukan untuk memproduksi satu unit tambahan output.
20
(e) Biaya Rata-rata (Average Cost)
Perhitungan biaya rata-rata sangat diperlukan karena apabila
dibandingkan dengan pendapatan rata-rata suatu perusahaan, kita
akan mengetahui apakah perusahaan tersebut mengalami kerugian
atau sebaliknya. Biaya total rata-rata adalah biaya total dibagi
jumlah unit yang diproduksi atau ATC = TC/Q
ATC = Average Total Cost (biaya total rat-rata)
TC = Total Cost (Biaya total)
Q = Quantity (kuantitas barang yang diproduksi)
(f) Biaya tetap rata-rata (Average Fixed Cost)
Biaya tetap rata-rata atau Average Fixed Cost (AFC) adalah biaya
tetap yang dibutuhkan untuk satuan hasil produksi. Biaya tetap
rata-rata diperoleh dengan membagi total jumlah biaya tetap
dengan total jumlah produksi atau:
AFC = TFC/Q
AFC = Average Fixed Cost ( biaya tetap rat-rata)
TFC = Total Fixed Cost (total biaya tetap)
Q = Quantity (kuantitas barang yang diproduksi)
Semakin banyak barang yang diproduksi, maka akan semakin
sedikit proporsi biaya tetap yang melekat pada barang tersebut.
Dengan kata lain, semakin banyak barang yang diproduksi,
semakin kecil biaya tetap rataratanya.

(g) Biaya variabel rata-rata (Average Variable Cost)


Biaya variabel rata-rata atau average variable cost (AVC) adalah
biaya variabel untuk tiap unit yang dihasilkan. Biaya varabel rat-
rata diperoleh dengan membagi total biaya variabel dengan total
jumlah produksi atau:
AVC = TVC/Q
AVC = Average Variable Cost (biaya variabel rata-rata)
TVC = Total Variable Cost (biaya variabel total)
21
Q = Quantity (kuantitas barang yang diproduksi)

5. Menghitung Biaya Produksi Prototipe Produk/Jasa


Menghitung biaya produksi dapat dilakukan sebagai berikut:
Diketahui untuk membuat sebuah model atau prototipe produk televisi
sebanyak 5 unit dibutuhkan biaya sebagai berikut:
BIAYA PRODUKSI JUMLAH
Pembelian bahan baku Rp 1000.000
Diskon pembelian 10 % dari bahan baku 10% x Rp 1000.000
Ongkos angkut Rp 150. 000.
Bahan penolong Rp 150. 000
Biaya tenaga kerja sebanyak 3 orang Rp 150. 000 / @ Rp 50.000
Biaya Sewa gedung Rp 150.000
Biaya Listrik Rp 50.000

Diminta :
1. Hitunglah Biaya Bahan Baku
2. Hitunglah Biaya Overhead Pabrik
3. Hitunglah Biaya Produksi.
4. Hitunglah harga penjualan produk per unit
Maka perhitungan biaya tersebut sebagai berikut:
1. Perhitungan biaya bahan baku:
Pembelian bahan baku 1000.000
Ongkos angkut 150.000
Potongan pembelian (100.000)
Pembelian bersih 550.000
Jadi biaya bahan baku sebesar Rp. 1050.000
2. Perhitungan biaya overhead pabrik
Bahan penolong 150.000
Biaya listrik 150.000
Biaya sewa gedung 150.000
22
BOP 450.000
Jadi biaya overhead pabrik sebesar Rp. 450.000
3. Perhitungan Biaya Produksi
Biaya Bahan Baku 1050.000
Biaya Overhead Pabrik 450.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 150.000
Biaya Produksi 1.650.000
Jadi biaya produksi untuk pembuatan model televisi adalah sebesar Rp
1.650.000
4. Target produksi 5 unit, maka harga pokok produksi satu unit sepeda adalah
Rp. 330.000 Untuk mengambil keuntngan 20 % dari harga produksi maka
penjual harus menjual produknya sebesar Rp.396.000,-/unit

6. Menentukan Kesesuaian Fungsi Prototipe Produk/Jasa


a. Tahap-tahap Pengujian Kesesuaian Fungsi Prototipe Produk Barang/Jasa
Setelah terbentuk prototipe selanjutnya dilakukan pengujian
menggunakan sistem atau disebut tahap pengujian . Paket prototipe diuji
secara sistem, diimplementasikan, dievaluasi dan dimodifikasi berulang
ulang hingga dapat diterima pemakainya (O’Brien, 2000). Kegiatan
pengujian sistem bertujuan untuk mencari dan menemukan kesalahan yang
terjadi dalam sistem dan juga melakukan kegiatan evaluasi sistem. Tahap
pengujian ini dianggap penting karena akan menemukan kesalahan dalam
sistem (Mulyanto, 2009). Menurut Sommerville (2001) kegiatan pengujian
sistem terdiri dari :
1) Menguji tiap komponen secara individual dan secara independen
tanpa diselingi komponen lainnya sehingga menjamin setiap individu
beroperasi dengan baik.
2) Menguji modul yang terdiri dari komponen-komponen yang saling
berhubungan satu sama lain.
3) Menguji sub-sub sistem yang terdiri dari modul-modul yang
diintegrasikan sebelumnya.
23
4) Menguji sistem untuk mencari apa saja kesalahan antar interaksi sub-
sub sistem dengan interfacenya serta melihat fungsi secara operasional
maupun non operasional
5) Menguji data entry apakah telah berjalan dengan baik apabila
dimasukkan data oleh user bukan hanya data simulasi
6) Pendokumentasian kegiatan mulai tahap pertama hingga tahap
terakhir
Setelah prototipe diterima maka pada tahap ini merupakan
implementasi sistem yang siap dioperasikan dan selanjutnya terjadi proses
pembelajaran terhadap sistem baru dan membandingkannya dengan sistem
lama, evaluasi secara teknis dan operasional serta interaksi pengguna,
sistem dan teknologi informasi.
b. Proses Pengujian Prototipe
Kegiatan pengujian prototype terdiri dari empat tahap yaitu:
1) Technical Testing dengan cara membuat prototipe yang merupakan
perkiraan produk akhir. Pengujian atas kinerja prototipe dapat
menghasilkan informasi penting tentang usia panjang produk, tingkat
keusangan produk, masalah yang timbul dari pemakaian atau
konsumsi yang tidak seharusnya, potensi kerusakan yang memerlukan
penggantian, dan jadwal pemeliharaan yang tepat. Jenis informasi
tersenut mempunyai dampak biaya terhadap pemasaran produk.
2) Pengujian Preferensi dan Kepuasan (Preference and
Satisfaction) untuk menetapkan elemen yang dirancang dalam rencana
pemasaran serta membuat tafsiran penjualan awal produk. Ada dua
cara utama yang dibutuhkan dalam pengujian ini yaitu :
a) Meminta konsumen untuk menggunakan produk selama jangka
waktu tertentu, kemudian diminta menjawab beberapa pertanyaan
berhubungan dengan preferensi dan kepuasan mereka.
b) Blind test dengan sedemikian rupa sehingga konsumen dapat
membandingkan berbagai macam alternatifproduk tanpa
mengetahui nama merek atau produsernya.
24
3) Pengujian pasar simulasi (Simulated Test atau Laboratory Test
Markets) dengan prosedur riset pemasaran yang dibuat untuk memberi
gambaran yang murah dan cepat tentang pangsa pasar. Model yang
dipakai antara lain: BASES, DISIGNOR, ASSESOR, dan LITMUS.
4) Pengujian Pasar (Test Market) dengan menawarkan sebuah produk
diwilayah pasar terbatas yang sebisa mungkin dapat mewakili
keseluruhan pasar dimana produk tersebut nantinya akan dijual.

E. Ilustrasi
Perusahaan Choco adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri
pangan yang memproduksi produk berupa makanan snack berbahan dasar
coklat. Hal pertama yang dilakukan oleh Perusahaan Choco sebelum
mengeluarkan produk yaitu melakukan pendesainan terhadap prototipe
kemasan produk. Mengapa demikian? karena perusahaan Choco memahami
peran yang dimainkan oleh prototipe kemasan sangat berpengaruh pada
penjualan dan tentunya keuntungan perusahaan. Perusahaan Choco
mendesain kemasan dengan bahan alumunium foil dan juga plastik. Hal ini
dilakukan agar kondisi snack coklat tetap berbentuk dan tidak melelh saat
udara panas. Selain itu kemasan prototipe produk memiliki bentuk berupa
bentuk hewan-hewan lucu dan berwarna cerah. Bentuk kemasan antara lain
jerapah dengan warna kemasan oren dan juga lengkap dengan gambar
jerapah, kucing dengan warna putih coklat dan lain lain. Pangsa pasar produk
ini adalah remaja dan anak-anak sehingga kemasan di desain sedemikian
rupa.

25

Anda mungkin juga menyukai