Anda di halaman 1dari 39

BUPATI TEMANGGUNG

PROVINSI JAWA TENGAH

RANCANGAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG
NOMOR TAHUN

TENTANG

TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TEMANGGUNG,

Menimbang : a. bahwa kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat serta


kelestarian fungsi lingkungan hidup sebagai tujuan
pembangunan akan dapat diwujudkan secara efektif melalui
pelaksanaan program dan kegiatan yang sinergis antara
Pemerintah Daerah, pelaku usaha dan masyarakat;
b. bahwa program dan kegiatan yang bersinergis sebagaimana
dimaksud dalam huruf a diperlukan dalam rangka
mengantisipasi timbulnya resiko sosial dan lingkungan
sebagai dampak dari aktivitas usaha;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan
Daerah tentang Tanggungjawab Sosial Perusahaan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang


Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan
Provinsi Jawa Tengah;
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4279);
3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4297);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4844);
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4438);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4724);
7. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4756);
8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4967);
9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234);

2
11. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang
Kemitraan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1997 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3718);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penataan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4593);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Republik
Negara Indonesia Nomor 4737);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 tentang
Pedoman Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan
Penanaman Modal di Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang
Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor
89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5305);
16. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Bidang Penanaman Modal;

17. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 6 Tahun


2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi
Kewenangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Temanggung
(Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2008
Nomor 6);

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG
Dan
BUPATI TEMANGGUNG

3
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL


PERUSAHAAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Temanggung.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur


penyelenggara Pemerintahan Daerah.

3. Bupati adalah Bupati Temanggung.

4. Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan yang selanjutnya disingkat


TJSLP adalah komitmen perusahaan untuk berperan serta dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan
dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perusahaan sendiri, komunitas
setempat, maupun masyarakat pada umumnya.

5. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik
orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik
swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan
membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

6. Masyarakat adalah seluruh pihak baik orang perseorangan, kelompok, maupun


badan hukum yang berkedudukan sebagai penerima manfaat baik secara
langsung maupun tidak langsung yang berada di wilayah Kabupaten
Teamnggung.

7. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh
penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk
melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.

8. Penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan


penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam negeri dan
penanam modal asing.

9. Perseroan terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum


yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi
dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-
Undang serta peraturan pelaksanaannya.

4
10. Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disingkat BUMN adalah badan
usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan.

11. Badan Usaha Milik Daerah, yang selanjutnya disingkat BUMD adalah badan
usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh daerah
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan daerah yang
dipisahkan.

BAB II
ASAS, PRINSIP, DAN RUANG LINGKUP
Bagian Kesatu
Asas
Pasal 2
Penyelenggaraan TJSLP berdasarkan pada asas:
a. kepastian hukum;
b. kepentingan umum;
c. kebersamaan;
d. partisipatif dan aspiratif;
e. keterbukaan;
f. berkelanjutan;
g. berwawasan lingkungan;
h. kemandirian;
i. keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional;
j. Kesetiakawanan; dan
k. Kemanfaatan.

Bagian Kedua
Prinsip
Pasal 3
(1) Prinsip Penyelenggaraan TJSLP berdasarkan pada:
a. kesadaran umum;
b. kepedulian;
c. keterpaduan;
d. kepatuhan hukum dan etika bisnis;
e. kemandirian;
f. sensitivitas;
g. keberpihakan;
h. kemitraan;
i. inisiasi;

5
j. mutualistis, dan non diskriminasi; dan
k. koordinatif.
(2) Prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan
berpedoman pada :
a. manajemen yang sehat;
b. profesional;
c. transparan;
d. akuntabilitas;
e. kreatif dan inovatif;
f. terukur;
g. program perbaikan berkelanjutan; dan
h. keadilan.
Bagian Ketiga
Ruang Lingkup
Pasal 4
(1) Ruang lingkup TJSLP meliputi :
a. Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pengawasan, pelaporan dan
pembinaan;
b. bantuan pembiayaan penyelenggaraan kesejahteraan sosial;
c. bantuan pembiayaan pendidikan;
d. kompensasi pemulihan dan/atau peningkatan fungsi lingkungan hidup;
dan
e. percepatan pertumbuhan ekonomi berkualitas berbasis kerakyatan
yang selaras dengan program-program Pemerintah Daerah.
(2) Ruang lingkup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku dalam
kawasan yang secara langsung maupun tidak langsung terkena dampak
dari aktivitas usaha.

Pasal 5
(1) Bantuan pembiayaan penyelenggaraan kesejahteraan sosial, pendidikan,
kompensasi pemulihan dan/atau peningkatan fungsi lingkungan hidup
dan pertumbuhan ekonomi berkualitas berbasis kerakyatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dialokasikan dari sebagian keuntungan
bersih atau anggaran lain yang ditentukan perusahaan.
(2) Perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam, dalam menyusun dan menetapkan
rencana kegiatan dan anggaran harus memperhatikan kepatutan dan
kewajaran.

6
(3) Realisasi anggaran untuk pelaksanaan tanggung jawab sosial dan
lingkungan yang dilaksanakan oleh Perusahaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diperhitungkan sebagai biaya Perusahaan.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 6
Maksud Peraturan Daerah ini adalah:
a. meningkatkan kesadaran perusahaan terhadap pelaksanaan TJSLP serta
b. memberi pedoman dan arahan bagi pelaku usaha dan pemangku kepentingan
dalam penyelenggaraan program TJSLP di Daerah.

Pasal 7
Tujuan Peraturan Daerah ini adalah:
a. tersusunnya batasan yang jelas tentang TJSLP termasuk lingkungan
perusahaan beserta pihak-pihak yang menjadi pelakunya;
b. memberikan dasar kewenangan dalam melakukan sinkronisasi dan
harmonisasi dalam penyusunan program pembangunan berbasis masyarakat;
c. terselenggaranya TJSLP secara terpadu dan berdaya guna sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
d. terwujudnya kepastian dan perlindungan hukum bagi pelaku usaha dalam
pelaksanaan TJSLP;
e. terkuranginya dampak negatif serta terciptanya dampak positif terhadap
keberadaan perusahaan; dan

Pasal 8
Sasaran penyelenggaraan TJSLP:
a. Meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat yang lebih
produktif dan berkelanjutan;
b. Meningkatkan daya saing perusahaan dalam menjalankan TJSLP;
c. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup;
d. Meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat; dan
e. Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.

BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN PERUSAHAAN
Bagian Kesatu
Hak Perusahaan
Pasal 9
Dalam melaksanakan TJSLP, perusahaan berhak:

7
a. Menyusun rencana kerja tahunan perusahaan yang akan dilaksanakan oleh
perusahaan sebagai bagian dari kebijakan internal perusahaan yang
berkesinambungan; dan
b. Menentukan sasaran penerima manfaat program TJSLP dari perusahaan yang
bersangkutan, setelah berkoordinasi dengan Forum TJSLP.

Bagian Kedua
Kewajiban Perusahaan
Pasal 10
Dalam melaksanakan TJSLP, perusahaan wajib:
a. Menyusun rancangan penyelenggaraan program TJSLP sesuai dengan
prinsip-prinsip tanggung jawab sosial perusahaan dengan memperhatikan
kebijakan Pemerintah Daerah dan peraturan perundang-undangan;
b. Menumbuhkan, memantapkan dan mengembangkan sistem jejaring
kerjasama dan kemitraan dengan pihak lain;
c. melaksanakan kajian, monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan TJSLP
dengan memperhatikan kepentingan perusahaan, Pemerintah Daerah,
masyarakat dan kelestarian lingkungan;
d. Menetapkan komitmen bahwa program TJSLP merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam kebijakan manajemen maupun program pengembangan
perusahaan di dalam peraturan perusahaan; dan
e. Menerima usulan masyarakat baik perorangan maupun kelompok yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
f. Memberikan laporan setiap semester hasil pelaksanaan TJSLP kepada Bupati
melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi perencanaan
pembangunan daerah.

BAB V
PELAKSANAAN TJSLP
Pasal 11
(1) Pelaksana TJSLP adalah perusahaan yang menjalankan usahanya di
Daerah.
(2) Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi perusahaan
swasta maupun BUMN dan/atau BUMD baik yang menghasilkan barang
maupun jasa.
(3) Status perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tingkat
pusat, tingkat cabang atau unit pelaksana yang berkedudukan di Daerah.

BAB VI
PROGRAM TJSLP

8
Pasal 12
(1) Program TJSLP meliputi:
a. kemitraan;
b. bina lingkungan dan sosial;
(2) Program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi sektor
industri, perdagangan, pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, jasa
dan sektor lainnya.
(3) Program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi bidang
pendidikan, kesehatan, pengembangan sarana prasarana, prasarana
peribadatan, korban bencana alam, pelestarian lingkungan hidup, bantuan
sosial kemasyarakatan dalam pengentasan kemiskinan.

Pasal 13
Program kemitraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 pada ayat (1) meliputi
kegiatan:
a. penelitian dan pengkajian kebutuhan;
b. penguatan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat;
c. pelatihan dan pendampingan berwirausaha;
d. pelatihan fungsi-fungsi manajemen dan tata kelola keuangan;
e. pelatihan pengembangan usaha seperti peningkatan mutu produk dan
desain, kemasan, pemasaran, jejaring kerjasama dan peningkatan
klasifikasi perusahaan;
f. peningkatan kemampuan manajemen dan produktifitas;
g. penumbuhan inovasi dan kreatifitas; dan
h. Memberikan pinjaman lunak.

Pasal 14
Bidang bantuan sosial kemasyarakatan dalam pengentasan kemiskinan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) dapat berupa:
a. hibah, dapat diberikan oleh perusahaan kepada masyarakat yang
membutuhkan yang besarnya sesuai dengan kemampuan perusahaan;
b. penghargaan, dapat diberikan kepada warga masyarakat yang berprestasi
dalam pembangunan, berupa pemberian kesempatan kerja bagi para atlet
nasional/daerah yang sudah purna bakti dan bagi penyandang cacat yang
mempunyai kemampuan khusus;
c. beasiswa, diberikan kepada siswa berprestasi yang tidak mampu;
d. subsidi, berupa penyediaan pembiayaan untuk proyek-proyek pengembangan
ekonomi rakyat, pembangunan fasilitas umum atau bantuan modal usaha
skala mikro dan kecil; dan

9
e. bantuan sosial, berupa bantuan dalam bentuk uang, barang maupun jasa
kepada lembaga kesejahteraan sosial dan lembaga kesejahteraan sosial anak,
dan para penyandang masalah kesejahteraan social.

Pasal 15
(1) Dalam rangka pelaksanaan TJSLP, Pemerintah Daerah membentuk Forum
TJSLP untuk memadukan, mensinkronisasikan dan mengharmonisasikan
program TJSLP.
(2) Forum TJSLP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur:
a. Pemerintah Daerah;
b. Perusahaan;
c. Perguruan tinggi; dan
d. Organisasi Kemasyarakatan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan, keanggotaan, tata kerja
dan tugas pokok dari forum TJSLP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur oleh Bupati.

Pasal 16
(1) Bupati memberikan fasilitasi dalam rangka penyusunan program TJSLP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12.
(2) Fasilitasi Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa penyampaian
program skala prioritas pembangunan daerah kepada Forum TJSLP.
(3) Berdasarkan program skala prioritas pembangunan daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Forum Perusahaan Pelaksana TJSLP menyusun
program TJSLP dan menyampaikan rencana pelaksanaan kegiatannya
kepada Bupati melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi
perencanaan pembangunan daerah.

Pasal 17
(1) Program skala prioritas pembangunan daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 ayat (3), disusun dengan menampung dan
mempertimbangkan usulan Satuan Kerja Perangkat Daerah.
(2) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disampaikan oleh
Camat yang di wilayahnya sama sekali tidak terjangkau program TJSLP
atau terjangkau program TJSLP dengan volume sangat kecil.

BAB VII
PEMBIAYAAN
Pasal 18
Pembiayaan TJSLP meliputi:

10
a. Pembiayaan pelaksanaan TJSLP untuk BUMN/BUMD dialokasikan dari
keuntungan bersih yang ditentukan perusahaan dengan kepatutan,
kewajaran, dan kinerja keuangan sesuai peraturan perundang-undangan;
b. Pembiayaan pelaksanaan TJSLP dapat berupa dana, barang dan/atau
bentuk kontribusi lainnya yang dibebankan pada perusahaan;

c. Bagi perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau


berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan TJSLP dengan
biaya yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya operasional
perusahaan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran berdasarkan
ukuran usaha, cakupan pemangku kepentingan dan kinerja keuangannya.

BAB X
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 19
(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam penyelenggaraan program TJSLP.
(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwujudkan
dalam bentuk:
a. penyampaian usulan, saran, masukan dalam proses penyusunan
program TJSLP;
b. pengaduan terhadap pelaksanaan TJSLP yang tidak sesuai dengan
program/kegiatan yang telah ditetapkan kepada Forum TJSLP melalui
Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi perencanaan
pembangunan daerah.

BAB IX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 20
(1) Bupati melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
TJSLP.
(2) Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Bupati dapat membentuk Tim Pembina dan Pengawas
Pelaksana TJSLP.
(3) Tim Pembina dan Pengawas Pelaksana TJSLP sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati yang keanggotaannya terdiri
dari unsur:
a. SKPD Terkait;
b. masyarakat; dan
c. akademisi.

11
(4) Tugas pokok Tim Pembina dan Pengawas Pelaksana TJSLP sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) adalah:
a. memfasilitasi program TJSLP;
b. menerima, menghimpun dan memverifikasi program-program TJSLP;
c. memverifikasi dokumen permohonan kegiatan yang didanai dari program
TJSLP;
d. melakukan survey lokasi program TJSLP;
e. melakukan pengawasan lapangan program TJSLP;
f. melakukan inventarisasi perusahaan yang melaksanakan program
TJSLP;
g. melakukan evaluasi pelaksanaan program TJSLP; dan
h. melaporkan hasil kegiatan kepada Bupati.
(5) Biaya pelaksanaan tugas pokok Tim Pembina dan Pengawas Pelaksana
TJSLP sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dibebankan pada Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Daerah.

Pasal 21
(1) Pemerintah Daerah memberikan penghargaan kepada perusahaan pelaksana
TJSLP.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara pemberian
penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Bupati.

BAB VIII
PENYELESAIAN SENGKETA
Pasal 22
(1) Penyelesaian terhadap sengketa yang terjadi sebagai akibat pelaksanaan
TJSLP dilakukan secara musyawarah untuk mencapai mufakat.
(2) Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
tercapai mufakat maka para pihak dapat menempuh upaya penyelesaian
sengketa baik melalui pengadilan maupun di luar pengadilan.

BAB XI
KETENTUAN SANKSI
Pasal 23
(1) Perusahaan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud
pada Pasal 10 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Perusahaan yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan
dalam Pasal 10 dapat dikenai sanksi administratif berupa:
a. Peringatan tertulis;

12
b. Pembatasan kegiatan usaha;
c. Pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau
d. pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 24
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Daerah ini dengan penempatan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Klaten.

Ditetapkan di Klaten

pada tanggal 7 Agustus 2014

BUPATI KLATEN,

Cap

Ttd

SUNARNA

Diundangkan di Klaten
pada tanggal 20 Agustus 2014

Plt.SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KLATEN


Cap
Ttd
SARTIYASTO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014 NOMOR 9

NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN, PROVINSI JAWA TENGAH :


(160/2014)

RANCANGAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG
NOMOR TAHUN
TENTANG

TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

13
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TEMANGGUNG,

Menimbang : a. bahwa tanggungjawab sosial perusahaan merupakan potensi


dan sumber daya alam dalam bidang sosial, kewajiban
perusahaan untuk berperan serta dalam pembangunan daerah
secara berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat dan lingkungannya
b. bahwa untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dunia
usaha bersama pemerintah sebagaimana dimaksud pada
huruf a, maka diperlukan kebijakan Pemerintah Daerah
dalam penanganan tanggungjawab sosial perusahaan
secara terencana, terarah dan berkelanjutan;

c. bahwa untuk maksud tersebut huruf a dan huruf b diatas


dalam penanganannya perlu menetapkan Peraturan
Daerah Kabupaten Temanggung tentang Tanggungjaawab
Sosial Perusahaan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan


Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa
Tengah;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3491);
3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha
Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4297);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
67,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4726);
6. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4756);

7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan

14
Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
12,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4967);
8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5038);
9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059);
10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
11. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan
Fakir Miskin (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4741);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5285);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang
Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor
89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5305);

17. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan,


Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-
undangan;
18. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Di Bidang Penanaman Modal;
19. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 6 Tahun 2008
tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan
Pemerintahan Daerah Kabupaten Temanggung (Lembaran
Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2008 Nomor 6);

20. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 16 Tahun


2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah, Inspektorat, Dan Lembaga Teknis

15
Daerah Kabupaten Temanggung (Lembaran Daerah Kabupaten
Temanggung Tahun 2008 Nomor 16) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Temanggung Nomor 22 Tahun 2011 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten
Temanggung Nomor 16 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan
Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,
Inspektorat, Dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten
Temanggung (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun
2011 Nomor 24);
21. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 14 Tahun
2009 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2009 Nomor
14);
22. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 1 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Temanggung
Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung
Tahun 2012 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Temanggung Nomor 1);
23. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 11 Tahun
2013 tentang Perusahaan Daerah Aneka Usaha Kabupaten
Temanggung (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun
2013 Nomor 13,Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Temanggung Nomor 34);
24. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 12 Tahun
2013 tentang Perusahaan Daerah BPR Bank Pasar Kabupaten
Temanggung (Lembaran Daerah Kabupaten Temanggung Tahun
2013 Nomor 14, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Temanggung Nomor 35);
25. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 13 Tahun
2013 tentang Perusahaan Daerah Apotik Waringin Mulyo
Kabupaten Temanggung (Lembaran Daerah Kabupaten
Temanggung Tahun 2013 Nomor 15, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 36);
26. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 14 Tahun
2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten
Temanggung Nomor 4 Tahun 2008 Perusahaan Daerah Air
Minum Kabupaten Temanggung (Lembaran Daerah Kabupaten
Temanggung Tahun 2013 Nomor 16, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 37);
27. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 15 Tahun
2013 tentang Perusahaan Daerah Bhumi Phala Wisata
Kabupaten Temanggung (Lembaran Daerah Kabupaten
Temanggung Tahun 2013 Nomor 17, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 38);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TENTANG


TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Temanggung;
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Temanggung;
3. Bupati adalah Bupati Temanggung;

16
4. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah Satuan Kerja
Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Temanggung;
5. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha
yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang didirikan, bekerja serta
berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia, untuk memperoleh
keuntungan dan atau laba.
6. Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan adalah badan hukum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
usaha dengan modal dasar, yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundangundangan;
7. Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disebut BUMN adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan;
8. Badan Usaha Milik Daerah yang selanjutnya disebut BUMD adalah BUMD di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Temanggung;
9. Tanggungjawab Sosial Perusahaan yang selanjutnya disingkat TSP adalah
tanggungjawab yang melekat pada setiap perusahaan dalam rangka menciptakan
hubungan yang serasi, seimbang dan sesuai dengan masyarakat dan
lingkungannya sesuai dengan nilai, norma dan budaya masyarakat setempat
dalam melaksanakan tanggungjawab sosialnya dalam turut serta membantu
penanganan masalah sosial;
10. Rencana Kerja Tahunan Perusahaan selanjutnya disingkat RKPT adalah Program
kegiatan TSP, sasaran, lokasi dan anggarannya
11. Program TSP adalah Rencana kegiatan penyelenggaraan kesejahteraan sosial
12. Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual
dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri
sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya
13. Forum Tanggungjawab Sosial Perusahaan yang selanjutnya disingkat FTSP
dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah suatu lembaga/wahana yang
diinisiasi oleh unsur masyarakat, dunia usaha dan perguruan tinggi dan
difasilitasi oleh Pemerintah yang bertujuan mengopptimalkan implementasi peran
dunia usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial;
14. Pelaku Dunia Usaha yang selanjutnya disebut Perusahaan (Perseroan, BUMN dan
BUMD) adalah Organisasi berbadan hukum baik yang didirikan berdasarkan Peraturan
Perundang-undangan maupun perjanjian yang melakukan kegiatan usaha dengan
menghimpun modal, bergerak dalam kegiatan produksi barang dan/atau jasa serta
bertujuan memperoleh keuntungan;

15. Pemangku kepentingan adalah semua pihakyang mempunyai kepentingan baik


langsung maupun tidak langsung yang bisa mempengaruhi atau terpengauh dengan
keberadaan kegiatan dan perilaku organisasi yang bersangkutan;
16. Dana Tanggungjawab Sosial Perusahaan yang selanjutnya disingkat Dana TSP adalah
dana yang berasal dari perusahaan dan atau kalangan dunia usaha dalam rangka
pelaksanaan program TSP untuk mendukung pembangunan daerah;
17. Tim Fasilitasi Pelaksanaan Tanggungjawab Sosial Perusahaan yang selanjutnya
disebut Tim FasilitasiTSP adalah Tim yang dibentuk Bupati untuk memfasilitasi
perencanaan program, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi TSP;
18. Kemitraan adalah hubungan kerja antara para pihak yang didasari atas
kesukarelaan dan saling menguntungkan untuk melaksanakan penyelenggaraan
sosial dalam mewujudkan tujuan yang ditetapkan sebelumnya.

Pasal 2

(1) Setiap perusahaan selaku subyek hukum mempunyai TSP


(2) Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Perusahaan dalam negeri,
dan Perusahaan Asing
(3) Perusahaan Dalam negeri sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi Perseroan Terbatas
( PT), Commanditaire Vnnotschap (CV), Firma (Fa), Koperasi, Badan Usaha Milik

17
Negara (BUMN), Badan Usaha Milaik Daerah (BUMD) dan Penanaman modal yang
tidak berbadan hukum atau Perseorangan,
(4) Perusahaan Asing sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi Perusahaan warga
Negara asing, dan/atau badan huykum asing dan atau penanaman modal asing yang
patungan dengan warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia.

B II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 3

Maksud ditetapkan Peraturan Daerah ini adalah :


a. Meningkatkan kesadaran perusahaan terhadap pelaksanaan TSP di wilayah
daerah
b. Memberikan kepastian dan perlindungan hukum serta sebagai pedoman
dalam pelaksanaan program TSP;
c. Menguatkan pengaturan TSP yang telah diatur dalam berbagai peraturan
perundangan –undangan sesuai bidang kegiatan usaha perusahaan yang
bersangkutan

Pasal 4

Tujuan Peraturan Daerah ini adalah :


a. Mewujudkan pembangunan bidang sosial
b. Mewujudkan pembangunan ekonomi daerah berkelanjutan guna
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi
masyarakat dan atau komunitas setempat pada umumnya perusahaan
c. Mewujudkan kepastian hokum dan perlindungan hukum bagi perusahaan
dalam pelaksanaan TSP, dan
d. Terjalinnya hubungan perusahaan dengan pemerintah daerah dan masyarakat
yang serasi, seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai norma dan serta
budaya masyarakat setempat.
e. Mengkoordinasikan, menfasilitasi dan mensinergikan potensi pelaku dunia
usaha, organisasi sosial, perguruan tinggi dan masyarakat dalam
mengoptimalkan iplementasi tanggungjawab sosial dunia usaha dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial;

BAB III
FORUM TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
Pasal 5

(1) Untuk membantu Bupati sesuai dengan lingkup kewenangan, dalam


mengoptimalkan pelaksanaan TSP, dalam penyelenggaraan kesejahteraan
sosial dan pembangunan daerah dibentuk FTSP.
(2) FTSP bertujuan mengkoordinasikan, dan mensinergikan potensi perusahaan,
organisasi sosial, perguruan tinggi, dan masyarakat dalam mengoptimalkan
implementasi TSP dalam bidang sosial dan pembangunan daerah
(3) FTSP bertugas membangun kemitraan dengan perusahaan dan masyarakat
dalam mendukung keberhasilan bidang sosial dan pembangunan daerah
(4) FTSP mempunyai berfungsi;
a. Mengkoordinasikan penyusunan RKTP
b. Mensinkronisasikan rencana
c. Memadukan pelaksanaan
d. Mengkoordinasikan dan menfasilitasi
e. Memberikan pendampingan dalam pendayagunaan sumber daya
f. Monitoring, evaluasi dan pelaporan dan atau meberikan penghargaan.
g. Memetakan data permasalahan kesejahteraan sosial

Pasal 6

(1) Untuk melaksanakan tugas dan fungsi FTSP mempunyai organ yang terdiri
atas unsur Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Anggota

18
(2) Unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) teridiri atas Pelaku
Usaha/Perusahaan, Masyarakat/Potensi Sumber Keejahteraan Sosial dan
Perguruan Tinggi

BAB IV
KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI
Pasal 7

(1) Forum TSP berkedudukan di Kabupaten Temanggung


(2) Forum TSP didirikan untuk membantu pemerintah kabupaten sesuai dengan
lingkup kewenangannya dalam mengoptimalkan pelaksanaan TSP dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
(3) Dalam mengoptimalkan TSP sebagaiamana dimaksud ayat (2) forum melakukan;
a. Menghimbau kepada perusahaan untuk menyisihkan dana TSP untuk
disalurkan kepada mereka yang menyandang masalah kesejahteraan sosial
b. Menginformasikan kegiatan sesuai denganpeta permasalahan sosial
c. Asistensi, asvokasi dan fasilitasi terhadap perusahaan untuk melaksanakan
TSP

Pasal 8

(1) Forum TSP mempunyai tugas membangun kemitraan dengan perusahaan dan
masyarakat dalam mendukung keberhasilan penyelenggaraan kesejahteraan
sosial dalam pembangunan daerah.

(2) Penyelenggaraan kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud ayat (1) dengan


memprioritaskan pada mereka yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara
kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial ;
a. Kemiskinan
b. Keterlantaran
c. Kecacatan
d. Keterpencilan
e. Ketunaan sosial dan penyimpangan prilaku
f. Korban bencana dan atau korban tindak kekerasan, ekploitasi dan
diskriminasi

BAB V
HAK DAN KWAJIBAN PERUSAHAAN
Pasal 9

(1) Dalam melaksanakan TSP Perusahaan berhak;


a. Menyusun RKTP yang akan dilaksanakan sebagai bagian dari kebijakan internal
perusahaan yang berkesinambungan
b. Menentukan komunitas dan atau masyarakat sasaran dan program kegiatan TSP
setelah berkoordinasio dengan FTSP
c. Mendapatkan kepastian hokum dan perlindungan hokum
d. Mendapatkan informasi yang terbuka
e. Mendapatkan pelayanan, dan kemudahan
f. Mendapatkan fasilitas dan atau penghargaan dari pemerintah daerah berdasarkan
kepatuhan perusahaan dalam pelaksanaan TSP

(2) Setiap Perusahaan berkawajiban;


a. Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Kabupaten
Temanggung wajib mengalokasikan dana dan melaksnakan TSP sesuai ketentuan
peraturan perundang-undang yang berlaku;
b. Melaksanakn RKTP dengan memperhatikan kebijakan Pemerintah Deerah dan
Peraturan perundang-undangan yang berlaku
c. Menghormati tradisi, budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan
d. Menjaga kelestarian lingkungan hidup

19
e. Menumbuhkan, memantapkan dan mengembangkan sistim kerjasama dan
kemitraan dengan memperhatikan kepentingan perusahaan, pemerintah daerah,
masyarakat dan kelestarian lingkungan
f. Menerima usulan masyarakat baik perseorangan maupun kelompok yang sesuai
dengan pelaksanaan TSP
g. Membuat dan menyampaikan laporan kegiatan pelaksanaan RKTP kepada
Pemerintah Daerah dan atau Bupati melalui FTSP dan
h. Mematuhi semua ketentuan perundang-undandangan yang berlaku

BAB IV
ASAS, PRINSIP DAN RUANG LINGKUP

Pasal 10
(1) Azaz penyelenggaraan TSP adalah berazazkan Pancasila
(2) Prinsip TSP adalah ;
a. Kepastian Hukum;
b. Kepentingan umum;
c. Kebersamaan;
d. Partisipatif dan aspiratif;
e. Akuntabilitas ;
f. Kemandirian;
g. Professional dan
h. Berwawasan lingkungan.

Pasal 11

(1) Ruang Lingkup TSP meliputi ;


a. Bantuan pembiayaan pembangunan bidang sosial
b. Pemulihan dan atau peningkatan fungsi lingkungan hidup dan
c. Pertumbuhan ekonomi berkuwalitas berbasis kerakyatan yang selaras
dengan pembangunan daerah
(2) Program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jenis kegiatan dan
anggaran dituangkan dalam RKPT.
(3) Ruang lingkup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kawasan yang
secara langsung maupun tidak langsung menerima dampak atas kegiatan
operasional perusahaan.

BAB VII
KELEMBAGAAN

Bagian Pertama
Tim Fasilitasi TSP
Pasal 12
(1) Dalam rangka fasilitasi penyelenggaraan program TSP dibentuk Tim Fasilitasi TSP.
(2) Tim Fasilitasi TSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas membantu Bupati
dalam memfasilitasi perencanaan program dan kegiatan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi program dan kegiatan TSP.
(3) Tim Fasilitasi TSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati.
(4) Tugas Tim Fasilitasi TSP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah:
a. Perencanaan program dan kegiatan, meliputi:
1) Melakukan identifikasi dan inventarisasi data, program dan kegiatanprioritas
yang layak dibiayai melalui dana TSP;
2) Mengkoordinasikan dengan SKPD terkait untuk sinkronisasi program dan
kegiatan;
3) Mengkoordinasikan dengan Mitra TSP untuk penetapan program dan kegiatan
yang akan dilaksanakan pada tahun berkenaan;
4) Menyusun dan menetapkan program dan kegiatan yang dibiayai dana TSP
untuk 1(satu) tahun.
5) Menyusundan menandatangani naskah kesepakatan bersama dan/atau
perjanjian kerjasama penyelenggaraan program dan kegiatan TSP antara Tim
Fasilitasi TSP dan Mitra TSP.

20
b. Pengkoordinasian pelaksanaan program TSP, meliputi:
1) Memfasilitasi koordinasi pelaksanakan program dan kegiatan TSP denganMitra
TSP;
2) Memfasilitasi koordinasi pelaksanaan program dan kegiatan TSP dengan Camat
dan Kepala Desa atau Lurah lokasi kegiatan.
c. Monitoring dan evaluasi, meliputi:
1) Melakukan monitoring pelaksanaan program dan kegiatan yang dibiayai dana
TSP;
2) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program dan kegiatan TSP; dan
3) Melaporkan perkembangan pelaksanaan program dan kegiatan TSP kepada
Bupati secara berkala atau sewaktu-waktu apabila dipandang perlu.

Bagian Kedua
Mitra TSP

Pasal 13

(1) Mitra TSP beranggotakan perwakilan dari perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam
pelaksanaan program TSP;
(2) Kepengurusan Mitra TSP sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, Sekretaris,
Bendahara dan beberapa koordinator pelaksana;
(3) Kepengurusan dan keanggotaan Mitra TSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
(2) ditetapkan oleh Bupati;
(4) Mitra TSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas:
a. Menghimpun dana TSP dari perusahaan anggota Mitra TSP;
b. Menyepakati dan menandatangani naskah kesepakatan bersama dan/atau
perjanjian kerjasama penyelenggaraan program dan kegiatan TSP sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 Ayat (4) butir 5;
c. Melaksanakan program dan kegiatan TSP;
d. Melakukan pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan TSP;
e. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan program dan kegiatan TSP.
(5) Dalam pelaksanaan dan pengendalian program dan kegiatanTSP sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) huruf c dan d, Mitra TSP berkoordinasi dengan Tim Fasilitasi
TSP.

BAB VIII
RENCANA KERJA TAHUNAN PERUSAHAAN
Pasal 14

(1) RKTP yang memuat rencana kegiatan dan anggaran yang dibutuhkan ditetapkan
oleh perusahaan dalam rapat koordinasi yang diselenggarakan oleh FTSP dan
difasilitasi oleh SKPD terkait.
(2) Rencana kegiatan dan anggaran yang dibutuhkan memuat program TSP
sebagaimana dimasud Pasal 11

BAB IX
MEKANISME DAN PROSEDUR

Pasal 15

Mekanisme penyelenggaraan program TSP sebagai berikut:


a. Pengkoordinasian dana TSP untuk jangka waktu 1(satu) tahun;
b. Penyusunan rencana program dan kegiatan TSP untuk jangka waktu 1(satu) tahun;
c. Pelaksanaan program dan kegiatan TSP;

21
d. Monitoring dan evaluasi program dan kegiatan TSP; dan
e. Pertanggungjawaban dan pelaporan pelaksanaan program dan kegiatan TSP.

Bagian Kesatu
Pengkoordinasian dana TSP
Pasal 16

(1) Mitra TSP menghimpun dana TSP dari perusahaan-perusahaan anggota Mitra TSP
atau dari sumber lain yang sah;
(2) Dana TSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disimpan dalam rekening Bank yang
disepakati;

(3) Mitra TSP melakukan pembukuan keuangan dan menyusun pertanggungjawaban


keuangan secara berkala sesuai ketentuan yang berlaku.

Bagian Kedua
Penyusunan Rencana Program dan Kegiatan TSP
Pasal 17

(1) Rencana program dan kegiatan TSP ditetapkan untuk jangka waktu 1(satu) tahun;
(2) Dalam menyusun perencanaan program dan TSP sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dapat dilakukan dengan melibatkan peran serta masyarakat;
(3) Rencana program dan kegiatan TSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
hasil kesepakatan antara Tim Fasilitasi TSP dan Mitra TSP sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 Ayat (4) butir 5.

Pasal 18

(1) Program TSP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 meliputi :


a. Program Bina lingkungan dan sosial;
b. Program Kemitraan usaha mikro, kecil , dan koperasi; dan
c. Program Khusus.

(2) Program Bina lingkungan dan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
program yang bertujuan mempertahankan fungsi-fungsi lingkungan hidup dan
pengelolaannya serta memberikan bantuan langsung kepada masyarakat di sekitar
lokasi tempat usaha yang menerima dampak baik langsung maupun tidak langsung
dari kegiatan usaha dimaksud, meliputi bina lingkungan fisik, bina lingkungan sosial
dan bina lingkungan ekonomi skala mikro, kecil dan koperasi.
(3) Program kemitraan usaha mikro, kecil dan koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan program untuk menumbuhkan, meningkatkan dan membina
kemandirian berusaha masyarakat di wilayah tertentu dalam rangka mendorong
pertumbuhan ekonomi wilayah.
(4) Dalam pelaksanaan program kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi
aspek-aspek:
a. Penguatan permodalan;
b. Penguatan kelembagaan;
c. Pelatihan dan pendampingan berwirausahadan pengembangan usaha;
d. Pelatihan fungsi-fungsi manajemen dan tata kelola keuangan; dan
e. Peningkatkan produktifitas dan tumbuhnya inovasi dan kreatifitas berusaha.
(5) Program Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah program dan kegiatan
TSP yang ditetapkan dengan tujuan dan sasaran khusus yang disepakati bersama
antara Mitra TSP dan Tim Fasilitasi TSP;
(6) Program Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat berupa :
a. Penghijauan; diberikan dalam bentuk tanaman dan sarana produksi pertanian
kepada kelompok masyarakat untuk pelaksanaan penghijauan di kawasan yang
telah ditentukan;
b. Hibah; diberikan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada berbagai pihak sesuai
dengan tujuan dan manfaat yang telah ditentukan;

22
c. Beasiswa; diberikan kepada anak didik yang tidak dan/atau kurang mampu;
d. Bantuan sosial; berupa bantuan dalam bentuk uang, barang maupun jasa kepada
panti-panti sosial, para korban bencana dan para penyandang masalah
kesejahteraan sosial (PMKS).

Bagian Ketiga
Pelaksanaan Program dan Kegiatan TSP

Pasal 19

(1) Program dan kegiatan TSP dilaksanakan oleh Mitra TSP;


(2) Dalam pelaksanaan program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dikoordinasikan dengan Tim Fasilitasi TSP dan Camat serta Kepala Desa atau Lurah
setempat;
(3) Mitra TSP bertanggungjawab terhadap pelaksanaan program dan kegiatan TSP di
lapangan.

Bagian Keempat
Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan TSP

Pasal 20

(1) Tim Fasilitasi TSP melakukan monitoring pelaksanaan program dan kegiatan TSOP
guna menjamin kelancaran dan keberhasilan program dan kegiatan;
(2) Tim Fasilitasi TSP memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang timbul dalam
pelaksanaan program dan kegiatan TSP dan dikoordinasikan dengan Mitra TSP untuk
penyelesaiannya;
(3) Tim Fasilitasi TSP melakukan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan TSP;
(4) Monitoring dan evaluasi terhadap keberlangsungan program dan kegiatan menjadi
tanggungjawab bersama Mitra TSP dan Tim Fasilitasi TSP.

Bagian Kelima
Pertanggungjawaban dan Pelaporan Pelaksanaan Program dan Kegiatan TSP

Pasal 21

(1) Mitra TSP menyusun laporan pertanggungjawaban pelaksanaan program dan kegiatan
TSP;
(2) Mitra TSP menyusun laporan keuangan pelaksanaan program dan kegiatan TSP
dalam 1(satu) tahun;
(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) disampaikan kepada
perusahaan-perusahaan anggota Mitra TSP dan kepada Tim Fasilitasi TSPsebagai
bentuk akuntabilitas kinerja dalam 1(satu) tahun;
(4) Tim Fasilitasi TSP menyampaikan laporan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan
program dan kegiatan TSP kepada Bupati.

BAB X
PEMBIAYAAN

Pasal 22

(1) Pembiayaan program dan kegiatan TSP dibebankan pada Dana TSP sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4;
(2) Pembiayaan yang diperlukan untuk melaksanakan fasilitasi penyelenggaraan program
TSP dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

23
BAB XI
PENGHARGAAN

Pasal 23
(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan penghargaan kepada perusahaan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Penghargaan sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan kepada perusahaan
yang dalam menyelenggarakan TSP;
a. Memberikan kontribusi bagi peneyelenggaraan kesejahteraan sosial
masyarakat dan pembangunan daerak
b. Memberikan kontribusi bagi peningkatan pendapatan masyarakat
c. Memberikan kontribusi bagi peningkatan pelayanan public
d. Menjaga dan mempertahankan lingkungan
e. Membangun inprastruktur untuk kepentingan public
f. Melaksanakan kegiatan penelitian pengembangan dan inovasi dan
melakukan kemitraan atau kerjasama dengan usaha mikro kecil atau
koperasi
(3) Bentuk penghargaan, tata cara penilaian, penominasian dan penetapan
perusahaan yang berhak menerima penghargaan diatur lebih lanjut dalam
Keputusan Bupati.

BAB XII
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 24
(1) Masyarakat berkesempatan yang sama untuk berperan serta dalam
pelaksanaan TSP dengan cara
a. Penyampaian saran atau
b. Penyampaian informasi

(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud ayat (1) bertujuan


b. Mewujudkan pelaksanaan TSP yang berkelanjutan
c. Mencegah pelanggaran atas peraturan perundang-undang yang berlaku
d. Mencegah dampak negative sebagai akibat pelaksanaan TSP
e. Menumbuhkan kebersamaan antara masyarakat dengan perusahaan

BAB XIII
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN, PEMBINAAN DAN PELAPORAN
Pasal 25

(1) Pengawasan dan pengendalian, pembinaan dan pelaporan pelaksanaan TSP


dilakukan oleh Dinas/SKPD terkait
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara;
a. Verifikasi
b. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan ketentuan TSP
(3) Pelaksanaan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan cara;
a. Penyuluhan pelaksanaan ketentuan TSP
b. Pemberian konsultasi dan bimbingan pelaksanaan TSP
c. Fasilitasi dan bantuan penyelesaian masalah/hambatan yang dihadapai
perusahaan dalam merealisasikan program TSP

24
(4) Pelaksanaan Pengawasan dan pengendalian, pembinaan dan pelaporan
pelaksanaan TSP yang dilakukan oleh Dinas/SKPD terkait dilaporkan kepada
Bupati
(5) Bupati menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) kepada
DPRD dan Gubernur setiap tahun.

BAB XII
PENYELESAIAN SENGKETA

Pasal 26

(1) Apabila terjadi sengketa dalam pelaksanaan TSP, penyelesaiannya dilakukan secara
musyawarah mufakat.
(2) Dalam hal tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah dan mufakat, maka dapat
diselesaikan melalui jalur hukum sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

BAB XV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 27

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini


dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Temanggung.

Ditetapkan di Temanggung
pada tanggal ...............................

BUPATI TEMANGGUNG,

M. BAMBANG SUKARNO
Diundangkan di Temanggung
pada tanggal .........................
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN TEMANGGUNG,

BAMBANG AROCHMAN
BERITA DAERAH KABUPATEN TUEMANGGNG TAHUN 2014 NOMOR .....

25
BUPATI KLATEN
PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN


NOMOR 9 TAHUN 2014

TENTANG

TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KLATEN,

Menimbang : a. bahwa kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat serta


kelestarian fungsi lingkungan hidup sebagai tujuan
pembangunan akan dapat diwujudkan secara efektif
melalui pelaksanaan program dan kegiatan yang sinergis
antara Pemerintah Daerah, pelaku usaha dan masyarakat;
d. bahwa program dan kegiatan yang bersinergis sebagaimana
dimaksud dalam huruf a diperlukan dalam rangka
mengantisipasi timbulnya resiko sosial dan lingkungan
sebagai dampak dari aktivitas usaha;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan
Daerah tentang Tanggungjawab Sosial Perusahaan;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan
Provinsi Jawa Tengah;

26
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4279);
4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4297);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia 4844);
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4724);
8. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4756);
9. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4967);
10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);

27
11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang
Kemitraan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1997 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3718);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Penataan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Republik
Negara Indonesia Nomor 4737);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 tentang
Pedoman Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan
Penanaman Modal di Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang
Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor
89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5305);
17. Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 2 Tahun 2008
tentang Penetapan Kewenangan Urusan Pemerintahan
Daerah Kabupaten Klaten (Lembaran Daerah Kabupaten
Klaten Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Klaten Nomor 11);

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KLATEN
Dan

28
BUPATI KLATEN

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL


PERUSAHAAN DI KABUPATEN KLATEN.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

12. Daerah adalah Kabupaten Klaten.

13. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.

14. Bupati adalah Bupati Klaten.

15. Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan yang selanjutnya


disingkat TJSLP adalah komitmen perusahaan untuk berperan serta dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas
kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perusahaan sendiri,
komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.

16. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak,
milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik
milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh
dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

17. Masyarakat adalah seluruh pihak baik orang perseorangan, kelompok,


maupun badan hukum yang berkedudukan sebagai penerima manfaat baik
secara langsung maupun tidak langsung yang berada di wilayah Kabupaten
Klaten.

18. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik
oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk
melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.

19. Penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan
penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam negeri dan
penanam modal asing.

20. Perseroan terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan


hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Undang-Undang serta peraturan pelaksanaannya.

29
21. Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disingkat BUMN adalah badan
usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan.

22. Badan Usaha Milik Daerah, yang selanjutnya disingkat BUMD adalah badan
usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh daerah
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan daerah yang
dipisahkan.

BAB II
ASAS, PRINSIP, DAN RUANG LINGKUP
Bagian Kesatu
Asas
Pasal 2
Penyelenggaraan TJSLP berdasarkan pada asas:
l. kepastian hukum;
m. kepentingan umum;
n. kebersamaan;
o. partisipatif dan aspiratif;
p. keterbukaan;
q. berkelanjutan;
r. berwawasan lingkungan;
s. kemandirian;
t. keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional;
u. Kesetiakawanan; dan
v. Kemanfaatan.

Bagian Kedua
Prinsip
Pasal 3
(3) Prinsip Penyelenggaraan TJSLP berdasarkan pada:
l. kesadaran umum;
m. kepedulian;
n. keterpaduan;
o. kepatuhan hukum dan etika bisnis;
p. kemandirian;
q. sensitivitas;
r. keberpihakan;
s. kemitraan;

30
t. inisiasi;
u. mutualistis, dan non diskriminasi; dan
v. koordinatif.
(4) Prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan
berpedoman pada :
i. manajemen yang sehat;
j. profesional;
k. transparan;
l. akuntabilitas;
m. kreatif dan inovatif;
n. terukur;
o. program perbaikan berkelanjutan; dan
p. keadilan.
Bagian Ketiga
Ruang Lingkup
Pasal 4
(3) Ruang lingkup TJSLP meliputi :
f. Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pengawasan, pelaporan dan
pembinaan;
g. bantuan pembiayaan penyelenggaraan kesejahteraan sosial;
h. bantuan pembiayaan pendidikan;
i. kompensasi pemulihan dan/atau peningkatan fungsi lingkungan hidup;
dan
j. percepatan pertumbuhan ekonomi berkualitas berbasis kerakyatan
yang selaras dengan program-program Pemerintah Daerah.
(4) Ruang lingkup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku dalam
kawasan yang secara langsung maupun tidak langsung terkena dampak
dari aktivitas usaha.

Pasal 5
(4) Bantuan pembiayaan penyelenggaraan kesejahteraan sosial, pendidikan,
kompensasi pemulihan dan/atau peningkatan fungsi lingkungan hidup
dan pertumbuhan ekonomi berkualitas berbasis kerakyatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dialokasikan dari sebagian keuntungan
bersih atau anggaran lain yang ditentukan perusahaan.
(5) Perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam, dalam menyusun dan menetapkan
rencana kegiatan dan anggaran harus memperhatikan kepatutan dan
kewajaran.

31
(6) Realisasi anggaran untuk pelaksanaan tanggung jawab sosial dan
lingkungan yang dilaksanakan oleh Perusahaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diperhitungkan sebagai biaya Perusahaan.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 6
Maksud Peraturan Daerah ini adalah:
c. meningkatkan kesadaran perusahaan terhadap pelaksanaan TJSLP serta
d. memberi pedoman dan arahan bagi pelaku usaha dan pemangku kepentingan
dalam penyelenggaraan program TJSLP di Daerah.

Pasal 7
Tujuan Peraturan Daerah ini adalah:
f. tersusunnya batasan yang jelas tentang TJSLP termasuk lingkungan
perusahaan beserta pihak-pihak yang menjadi pelakunya;
g. memberikan dasar kewenangan dalam melakukan sinkronisasi dan
harmonisasi dalam penyusunan program pembangunan berbasis masyarakat;
h. terselenggaranya TJSLP secara terpadu dan berdaya guna sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
i. terwujudnya kepastian dan perlindungan hukum bagi pelaku usaha dalam
pelaksanaan TJSLP;
j. terkuranginya dampak negatif serta terciptanya dampak positif terhadap
keberadaan perusahaan; dan

Pasal 8
Sasaran penyelenggaraan TJSLP:
f. Meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat yang lebih
produktif dan berkelanjutan;
g. Meningkatkan daya saing perusahaan dalam menjalankan TJSLP;
h. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup;
i. Meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat; dan
j. Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.

BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN PERUSAHAAN
Bagian Kesatu
Hak Perusahaan
Pasal 9
Dalam melaksanakan TJSLP, perusahaan berhak:

32
c. Menyusun rencana kerja tahunan perusahaan yang akan dilaksanakan oleh
perusahaan sebagai bagian dari kebijakan internal perusahaan yang
berkesinambungan; dan
d. Menentukan sasaran penerima manfaat program TJSLP dari perusahaan yang
bersangkutan, setelah berkoordinasi dengan Forum TJSLP.

Bagian Kedua
Kewajiban Perusahaan
Pasal 10
Dalam melaksanakan TJSLP, perusahaan wajib:
g. Menyusun rancangan penyelenggaraan program TJSLP sesuai dengan
prinsip-prinsip tanggung jawab sosial perusahaan dengan memperhatikan
kebijakan Pemerintah Daerah dan peraturan perundang-undangan;
h. Menumbuhkan, memantapkan dan mengembangkan sistem jejaring
kerjasama dan kemitraan dengan pihak lain;
i. melaksanakan kajian, monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan TJSLP
dengan memperhatikan kepentingan perusahaan, Pemerintah Daerah,
masyarakat dan kelestarian lingkungan;
j. Menetapkan komitmen bahwa program TJSLP merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam kebijakan manajemen maupun program pengembangan
perusahaan di dalam peraturan perusahaan; dan
k. Menerima usulan masyarakat baik perorangan maupun kelompok yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
l. Memberikan laporan setiap semester hasil pelaksanaan TJSLP kepada Bupati
melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi perencanaan
pembangunan daerah.

BAB V
PELAKSANAAN TJSLP
Pasal 11
(4) Pelaksana TJSLP adalah perusahaan yang menjalankan usahanya di
Daerah.
(5) Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi perusahaan
swasta maupun BUMN dan/atau BUMD baik yang menghasilkan barang
maupun jasa.
(6) Status perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tingkat
pusat, tingkat cabang atau unit pelaksana yang berkedudukan di Daerah.

BAB VI
PROGRAM TJSLP

33
Pasal 12
(4) Program TJSLP meliputi:
c. kemitraan;
d. bina lingkungan dan sosial;
(5) Program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi sektor
industri, perdagangan, pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, jasa
dan sektor lainnya.
(6) Program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi bidang
pendidikan, kesehatan, pengembangan sarana prasarana, prasarana
peribadatan, korban bencana alam, pelestarian lingkungan hidup, bantuan
sosial kemasyarakatan dalam pengentasan kemiskinan.

Pasal 13
Program kemitraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 pada ayat (1) meliputi
kegiatan:
i. penelitian dan pengkajian kebutuhan;
j. penguatan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat;
k. pelatihan dan pendampingan berwirausaha;
l. pelatihan fungsi-fungsi manajemen dan tata kelola keuangan;
m. pelatihan pengembangan usaha seperti peningkatan mutu produk dan
desain, kemasan, pemasaran, jejaring kerjasama dan peningkatan
klasifikasi perusahaan;
n. peningkatan kemampuan manajemen dan produktifitas;
o. penumbuhan inovasi dan kreatifitas; dan
p. Memberikan pinjaman lunak.

Pasal 14
Bidang bantuan sosial kemasyarakatan dalam pengentasan kemiskinan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) dapat berupa:
f. hibah, dapat diberikan oleh perusahaan kepada masyarakat yang
membutuhkan yang besarnya sesuai dengan kemampuan perusahaan;
g. penghargaan, dapat diberikan kepada warga masyarakat yang berprestasi
dalam pembangunan, berupa pemberian kesempatan kerja bagi para atlet
nasional/daerah yang sudah purna bakti dan bagi penyandang cacat yang
mempunyai kemampuan khusus;
h. beasiswa, diberikan kepada siswa berprestasi yang tidak mampu;

34
i. subsidi, berupa penyediaan pembiayaan untuk proyek-proyek pengembangan
ekonomi rakyat, pembangunan fasilitas umum atau bantuan modal usaha
skala mikro dan kecil; dan
j. bantuan sosial, berupa bantuan dalam bentuk uang, barang maupun jasa
kepada lembaga kesejahteraan sosial dan lembaga kesejahteraan sosial anak,
dan para penyandang masalah kesejahteraan social.

Pasal 15
(4) Dalam rangka pelaksanaan TJSLP, Pemerintah Daerah membentuk Forum
TJSLP untuk memadukan, mensinkronisasikan dan mengharmonisasikan
program TJSLP.
(5) Forum TJSLP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur:
e. Pemerintah Daerah;
f. Perusahaan;
g. Perguruan tinggi; dan
h. Organisasi Kemasyarakatan.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan, keanggotaan, tata kerja
dan tugas pokok dari forum TJSLP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur oleh Bupati.

Pasal 16
(4) Bupati memberikan fasilitasi dalam rangka penyusunan program TJSLP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12.
(5) Fasilitasi Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa penyampaian
program skala prioritas pembangunan daerah kepada Forum TJSLP.
(6) Berdasarkan program skala prioritas pembangunan daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Forum Perusahaan Pelaksana TJSLP menyusun
program TJSLP dan menyampaikan rencana pelaksanaan kegiatannya
kepada Bupati melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi
perencanaan pembangunan daerah.

Pasal 17
(3) Program skala prioritas pembangunan daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 ayat (3), disusun dengan menampung dan
mempertimbangkan usulan Satuan Kerja Perangkat Daerah.
(4) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disampaikan oleh
Camat yang di wilayahnya sama sekali tidak terjangkau program TJSLP
atau terjangkau program TJSLP dengan volume sangat kecil.

BAB VII

35
PEMBIAYAAN
Pasal 18
Pembiayaan TJSLP meliputi:
d. Pembiayaan pelaksanaan TJSLP untuk BUMN/BUMD dialokasikan dari
keuntungan bersih yang ditentukan perusahaan dengan kepatutan,
kewajaran, dan kinerja keuangan sesuai peraturan perundang-undangan;
e. Pembiayaan pelaksanaan TJSLP dapat berupa dana, barang dan/atau
bentuk kontribusi lainnya yang dibebankan pada perusahaan;

f. Bagi perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau


berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan TJSLP dengan
biaya yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya operasional
perusahaan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran berdasarkan
ukuran usaha, cakupan pemangku kepentingan dan kinerja keuangannya.

BAB X
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 19
(3) Masyarakat dapat berperan serta dalam penyelenggaraan program TJSLP.
(4) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwujudkan
dalam bentuk:
c. penyampaian usulan, saran, masukan dalam proses penyusunan
program TJSLP;
d. pengaduan terhadap pelaksanaan TJSLP yang tidak sesuai dengan
program/kegiatan yang telah ditetapkan kepada Forum TJSLP melalui
Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi perencanaan
pembangunan daerah.

BAB IX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 20
(6) Bupati melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
TJSLP.
(7) Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Bupati dapat membentuk Tim Pembina dan Pengawas
Pelaksana TJSLP.
(8) Tim Pembina dan Pengawas Pelaksana TJSLP sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati yang keanggotaannya terdiri
dari unsur:
d. SKPD Terkait;

36
e. masyarakat; dan
f. akademisi.
(9) Tugas pokok Tim Pembina dan Pengawas Pelaksana TJSLP sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) adalah:
i. memfasilitasi program TJSLP;
j. menerima, menghimpun dan memverifikasi program-program TJSLP;
k. memverifikasi dokumen permohonan kegiatan yang didanai dari program
TJSLP;
l. melakukan survey lokasi program TJSLP;
m. melakukan pengawasan lapangan program TJSLP;
n. melakukan inventarisasi perusahaan yang melaksanakan program
TJSLP;
o. melakukan evaluasi pelaksanaan program TJSLP; dan
p. melaporkan hasil kegiatan kepada Bupati.
(10) Biaya pelaksanaan tugas pokok Tim Pembina dan Pengawas Pelaksana
TJSLP sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dibebankan pada Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Daerah.

Pasal 21
(3) Pemerintah Daerah memberikan penghargaan kepada perusahaan pelaksana
TJSLP.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara pemberian
penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Bupati.

BAB VIII
PENYELESAIAN SENGKETA
Pasal 22
(3) Penyelesaian terhadap sengketa yang terjadi sebagai akibat pelaksanaan
TJSLP dilakukan secara musyawarah untuk mencapai mufakat.
(4) Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
tercapai mufakat maka para pihak dapat menempuh upaya penyelesaian
sengketa baik melalui pengadilan maupun di luar pengadilan.

BAB XI
KETENTUAN SANKSI
Pasal 23
(3) Perusahaan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud
pada Pasal 10 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

37
(4) Perusahaan yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan
dalam Pasal 10 dapat dikenai sanksi administratif berupa:
e. Peringatan tertulis;
f. Pembatasan kegiatan usaha;
g. Pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau
h. pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 24
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Daerah ini dengan penempatan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Klaten.

Ditetapkan di Klaten

pada tanggal 7 Agustus 2014

BUPATI KLATEN,

Cap

Ttd

SUNARNA

Diundangkan di Klaten
pada tanggal 20 Agustus 2014

Plt.SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KLATEN


Cap
Ttd
SARTIYASTO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014 NOMOR 9

NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN, PROVINSI JAWA TENGAH :


(160/2014)

38
39

Anda mungkin juga menyukai