Skrining Kadar Asam Urat
Skrining Kadar Asam Urat
Takdir Tahir1, Yunialthy Dwia Pertiwi 2, Elly L. Sjattar 3, Ariyanti Saleh4, Nurul
Fitrianti5
1
Dosen Departemen Keperawatan Medikal Bedah, Fakultas Keperawatan,
Universitas Hasanuddin
2
Dosen Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas
Hasanuddin, Indonesia
3
Dosen Departemen Keperawatan Medikal Bedah, Fakultas Keperawatan,
Universitas Hasanuddin, Indonesia
4
Dekan Fakultas Keperawatan, Universitas Hasanuddin, Indonesia
5
Mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan, Universitas Hasanuddin, Indonesia
1
takdirtahir@unhas.ac.id, 2dwiapertiwi@gmail.com, 3ellylilianty@unhas.ac.id,
4
ariyanti.saleh@gmail.com, 5nurulfitrianti16@gmail.com
Abstract
Latar Belakang: Penyakit sendi seringkali di sebabkan oleh karena kadar
asam urat yang tinggi dalam darah. Adanya pelaksanaan skrining kadar asam urat
dapat menilai masyarakat Desa Tompo Bulu yang memiliki kadar asam urat dalam
darah tinggi yang merupakan faktor risiko dari terjadinya nyeri sendi. Tujuan:
Menilai kadar asam urat dalam darah untuk mengetahui adanya faktor risiko dari
terjadinya nyeri sendi. Metode: Skrining dilakukan dengan alat pengukur kadar
asam urat dan hasilnya dicatat kemudian diolah datanya. Hasil: Peserta pada
program kerja ini sebanyak 44 warga Desa Tompo Bulu kelompok usia 14-24
sampai dengan kelompok usia diatas 75 tahun yang terdiri atas 12 warga laki-laki
dan 14 warga perempuan dengan usia bervariasi antara 7-12 tahun. Perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) merupakan salah satu upaya preventif (pencegahan
terhadap suatu penyakit atau masalah kesehatan) dan promotif (peningkatan
derajat kesehatan) pada seseorang Setelah dilakukan edukasi, siswa mengalami
tingkatan pengetahuan dibuktikan dengan menjawab pertanyaan terkait PHBS
dengan tepat dan mampu mempraktikkan secara langsung CTPS. Simpulan:
Skrining yang dilakukan dengan baik dan benar dapat menilai prevalensi tertinggi
kadar asam urat dalam darah baik secara umum maupun klasifikatif terhadap
kelompok umur dan jenis kelamin warga Desa Tompo Bulu.
Kata Kunci: PHBS, CTPS, Protokol Kesehatan, Anak Usia Sekolah Dasar.
1. PENDAHULUAN
3. HASIL
USIA ASAM URAT
NO DUSUN
(TAHUN) (mg/dl)
1 72 Patanangka 11,1
2 40 Patanangka 7,3
3 50 Patanangka 5
4 40 Patanangka 6,9
5 80 Patanangka 8,9
6 50 Patanangka 4,2
7 40 Patanangka 3,3
8 45 Patanangka 3,4
9 55 Patanangka 5,4
10 50 Patanangka 4,6
11 40 Patanangka 5
12 61 Patanangka 4,2
13 50 Patanangka 4,2
14 55 Patanangka 6,4
15 39 Patanangka 5,4
16 14 Patanangka 7,7
17 65 Patanangka 7,7
18 21 Patanangka 4,6
19 65 Patanangka LO
20 42 Patanangka 5,6
21 59 Patanangka 5,4
22 34 Patanangka 4,6
23 67 Patanangka 7
24 34 Patanangka 5,5
25 60 Patanangka 8
26 65 Patanangka 5,6
27 22 Patanangka 6,3
28 47 Patanangka 6,8
29 42 Patanangka 5,4
30 28 Patanangka 5
31 22 Patanangka 6,8
32 48 Patanangka 8,8
33 82 Patanangka 12,7
34 50 Patanangka 3,9
35 46 Makkanie 7,3
36 37 Makkanie 4,2
37 29 Makkanie 3,4
38 33 Makkanie 5,2
39 19 T.Lempang 7,2
40 22 T.Lempang 6,3
41 41 Camming LO
42 47 Baringeng 9,7
43 26 Patanangka 8
44 27 Patanangka 5,6
Tabel 1.Karakteristik Objek
Berdasarkan tabel 1, prevalensi tingginya kadar asam urat dalam darah di Desa
Tompo Bulu yaitu 15,9% dari total 44 warga yang mengikuti pemeriksaan
kesehatan.
Berdasarkan tabel 2, prevalensi kadar asam urat dalam darah tertinggi di Desa
Tompo Bulu pada kelompok umur 75 tahun keatas.
Berdasarkan tabel 3, prevalensi kadar asam urat dalam darah tertinggi di Desa
Tompo Bulu berjenis kelamin
4. PEMBAHASAN
Penyakit sendi digambarkan sebagai gangguan nyeri yang terjadi pada
persendian, biasanya disertai kekakuan, merah, dan pembengkakan yang bukan
disebabkan karena trauma. Adapun contoh penyakit sendi yang biasa terjadi yaitu
osteoarthritis, gout artritis ,hiperurisemia akut maupun kronis, dan rheumatoid
artritis. Penyakit sendi sering dikaitkan dengan tingginya kadar asam urat dalam
darah. Perilaku tersebut diharapkan dapat diterapkan pada semua golongan
masyarakat termasuk anak usia sekolah. Banyak faktor yang mempengaruhi
perilaku hidup bersih dan sehat seperti lingkungan, kebiasaan di
rumah,masyarakat, sekolah, guru yang kurang memberikan contoh teladan atau
memperagakan dan anak itu sendiri [3]. Seperti yang terjadi di SDI 196 Bontoloe,
perilaku hidup bersih dan sehat belum menjadi sebuah kebiasaan yang diterapkan.
Hal ini terlihat dari sarana untuk melaksanakan salah satu indikator PHBS, yaitu
mencuci tangan yang telah disediakan namun belum dimanfaatkan secara optimal.
PHBS di lingkungan sekolah mempunyai delapan indikator, yaitu mencuci
tangan menggunakan air mengalir dan memakai sabun, mengkonsumsi jajanan
sehat di kantin sekolah, menggunakan fasilitas jamban bersih dan sehat,
melaksanakan olahraga secara teratur, memberantas jentik nyamuk di sekolah,
tidak merokok di lingkungan sekolah, mengukur berat badan dan tinggi badan,
serta membuang sampah pada tempat yang telah disediakan. Banyak data yang
menampilkan bahwa sebagian besar penyakit yang sering diderita anak usia
sekolah (usia 6–12 tahun) ternyata berkaitan dengan PHBS [4]. Selain itu, masih
kurangnya pelaksanaan PHBS di lingkungan sekolah dapat menyebabkan dampak
lain,yaitu kurang nyamannya suasana belajar akibat lingkungan kelas yang kotor,
menurunnya prestasi dan semangat belajar [5]. Praktik kebersihan tangan yang
efektif dan tepat untuk anak sekolah penting dalam mencegah kejadian penyakit
infeksi gastro-intestinal dan pernapasan yang menular [6].
Setelah dilakukan pengkajian pemahaman awal tentang PHBS dan CTPS
melalui pertanyaan-pertanyaan terbuka menunjukkan bahwa secara umum
responden belum mengetahui mengenai PHBS dan praktik CTPS yang baik dan
benar. Namun ada beberapa responden yang sudah mengetahui apa itu cuci tangan
namun tidak mengetahui praktik 6 langkah CTPS yang baik dan benar.
Berdasarkan hal tersebut kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
anak usia Sekolah Dasar.
Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) merupakan salah satu
indikator PHBS yang sangat penting dan ada di setiap tatanan. Terlebih lagi di
masa Pandemi COVID-19 yang terjadi sekarang. Rajin mencuci tangan juga
termasuk dalam salah satu protokol kesehatan yang utama dalam mencegah
penularan virus COVID-19. Kebersihan tangan merupakan faktor kunci dalam
mengurangi mikroorganisme yang berpotensi menyebabkan penyakit [7]. Hal ini
juga sejalan dengan sebuah penelitian yang dilakukan di Taiwan yang
menyebutkan bahwa langkah-langkah pengendalian infeksi, termasuk memakai
masker, menjaga kebersihan tangan, dan menjaga jarak sosial, dapat berkontribusi
tidak hanya pada pencegahan COVID-19 tetapi juga pada penurunan insiden
infeksi virus dan pneumonia lainnya [8]. Namun tingkat kesadaran masyarakat
untuk cuci tangan pakai sabun masih sangat minim.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan edukasi kepada
anak usia Sekolah Dasar. Edukasi yang dilakukan menggabungkan beberapa
metode dan media. Pemberian penjelasan menggunakan bahasa yang mudah
dipahami dan penggunaan media poster merupakan salah satu metode yang
efektif. Hal ini sesuai dengan penelitian yang mendapatkan bahwa terdapat
perbedaan pengetahuan siswa pada saat sebelum dan sesudah diberikan
penyuluhan dengan media poster berupa peningkatan pengetahuan siswa (p=
0,0000) [9]. Selain itu juga dijelaskan mengenai langkah-langkah mencuci tangan
yang baik dan benar menggunakan media audio lalu dibuat sebuah video. Evaluasi
yang dilakukan untuk mengukur keberhasilan program ini adalah dengan metode
Teach Me Back dan Show Me How di mana hasilnya adalah siswa menunjukkan
peningkatan pemahaman tentang PHBS dan CTPS yang dibuktikan ketika siswa
mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan dan mampu
mempraktikkan kembali langkah-langkah mencuci tangan yang baik dan benar.
Gambar 2. Media Poster PHBS dan CTPS
5. SIMPULAN
[1]. Atin Karjatin. Gerakan PHBS Sebagai Langkah Awal Menuju Peningkatan Kualitas
Kesehatan Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. p. 6–8.
[2]. Nursalam. Pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Lingkungan Sekolah.
J Ilm Potensia. 2016;3(2).
[3]. Nasiatin T, Pertiwi WE, Setyowati DL, Palutturi S. The roles of health-promoting media in
the clean and healthy living behavior of elementary school students. Gac Sanit. 2021;35.
[4]. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta; 2011. 4 p.
[5]. Lina HP. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs) Siswa Di Sdn 42 Korong Gadang
Kecamatan Kuranji Padang. J PROMKES. 2017;4(1):92.
[6]. Mbakaya BC, Lee PH, Lee RLT. Hand hygiene intervention strategies to reduce diarrhoea
and respiratory infections among schoolchildren in developing countries: A systematic
review. Int J Environ Res Public Health. 2017;14(4):1–14.
[7]. Mph LDM, Robbins G, Quinn J, Arbogast JW. The Impact of COVID-19 pandemic on
Hand Hygiene Performance in Hospitals. Am J Infect Control. 2020;49.
[8]. Chiu NC, Chi H, Tai YL, Peng CC, Tseng CY, Chen CC, et al. Impact of wearing masks,
hand hygiene, and social distancing on influenza, enterovirus, and all-cause pneumonia
during the coronavirus pandemic: Retrospective national epidemiological surveillance
study. J Med Internet Res. 2020;22(8).
[9]. Jumilah J, Jauhari AH, Ridha A. EFEKTIFITAS MEDIA POSTER TERHADAP
PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI (Studi pada siswa-
siswi kelas V SD Negeri di Kelurahan Saigon). JUMANTIK (Jurnal Mhs dan Peneliti
Kesehatan). 2017;1(02).