Anda di halaman 1dari 15

Adhitya Mulya: Cinta, kasih, dan komedi

Sakina Nadratunnisa (1831311002)

PENDAHULUAN

Karya sastra adalah hasil karangan yang dipengaruhi dari pemikiran,


pengalaman, perasaan, ide, dan keyakinan dari penulis. Dalam KBBI (2016) karya
sastra merupakan hasil sastra, baik berupa puisi, prosa, maupun lakon. Karya
sastra yang baik harus menunjukkan kebaruan, keindividualan, dan keaslian.
Harus adanya peningkatan kualitas dan sesuatu yang berbeda dari seorang penulis
dalam karyanya untuk membedakan karya sastranya dengan karya sastra orang
lain.
Pengungkapan pikiran disampaikan melalui unit-unit kecil yang berupa
paragraf. Seluruh paragraf tersebut dirangkai menjadi satu tulisan yang lengkap.
Melalui unit-unit paragraf, pembaca dengan mudah menangkap ide pokok penulis.
Penyampaian ide melalui unit paragraf membuat penulis mampu menyampaikan
buah pikirannya secara runtut, teratur, dan sistematis. Dengan demikian, alur
pikiran dan gagasan yang disampaikan akan mudah dipahami pembaca (Dewi,
2020 : 98).
Karya sastra secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh
beberapa aspek, yakni pengalaman, lingkungan, sosial budaya, imajinasi, sejarah,
dan tentunya pokok pemikiran serta ide-ide kreatif dari pengarang. Penciptaan
karya sastra tidak dapat dipisahkan dengan proses imajinasi dan pemikiran
pengarang dalam melakukan proses kreatifnya. Begitu pun dengan salah satu
pengarang yang akan penulis bahas, yakni Adhitya Mulya. Seorang pengarang
yang mempunyai ide-ide kreatif dan pemikiran yang luar biasa, sehingga mampu
membuat banyak karya sastra yang luar biasa pula.

PENGARANG DAN KARYANYA

Adhitya Mulya lahir di Medan, 3 Desember 1977. Mengenyam pendidikan


di Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan mengambil jurusan Teknik Sipil
pada tahun 1996. Setelah lulus di tahun 2001, beliau bekerja di bidang

1
containerized shipping industry untuk sebuah perusahaan pelayaran asing. Lalu,
pada Januari 2003 ia memasuki dunia pengarang Indonesia.
Dari kecil Adhitya Mulya selalu ingin menjadi pencerita. Di masa
kecilnya, dia bercerita melalui guratan-guratan gambar coretan pensil. Selain
menggambar, dia juga mencintai penceritaan melalui film. Pada masa remaja,
keinginan bercerita itu berubah dengan menekuni fotografi dan membuat esai
foto. Setelah dewasa, hasrat menulis itu berubah, tidak lagi berbentuk gambar dan
foto tetapi dalam novel. Tulisan pertamanya yang berbentuk novel yakni berjudul
Jomblo: Sebuah Komedi Cinta yang diterbitkan pertama kali pada tahun 2003.
Novel tersebut langsung bestseller karena pada masa itu sudah lama tidak ada
novel bergenre komedi. Saking terkenalnya novel Jomblo, sehingga novel karya
Adhitya Mulya ini dibuatkan menjadi film pada tahun 2006 dan sempat dibuat
sinetronnya. Berbeda dari yang lain, Jomblo The Series yang tayang di RCTI
waktu itu, tetap menggunakan pemain, sutradara, dan penulis yang sama dengan
novel. Dengan terbitnya novel Jomblo dapat mengubah hidupnya dalam berbagai
aspek. Karya Adhitya Mulya lainnya yang terkenal dan dibuatkan menjadi film
juga yakni novel Sabtu Bersama Bapak yang diterbitkan pada tahun 2014.
Selain dua novel yang telah disebutkan di atas, Adhitya Mulya sudah
mengeluarkan beberapa karya lainnya seperti Gege Mengejar Cinta (2004), Kejar
Jakarta: Anda Butuh Uang, Kami Butuh Uang (2005), Travelers’ Tales: Belok
Kanan, Barcelona! (2007), D’Bijis (2007), Kepada Cinta (2009), Empat Musim
Cinta: Tentang Aku, Kamu, dan Rasa (2010), Catatan Mahasiswa Gila (2011),
The Journeys: Kisah Perjalanan Para Pencerita Chapter 10 (2011), Mencoba
Sukses (2012), The Journeys 2: Cerita dari Tanah Air Beta Chapter 1 (2012), The
Journeys 2: Cerita dari Tanah Air Beta Chapter 3 (2012), The Journeys 2: Cerita
dari Tanah Air Beta Chapter 4 (2012), The Journeys 2: Cerita dari Tanah Air
Beta Chapter 5 (2012), The Journeys 2: Cerita dari Tanah Air Beta Chapter 6
(2012), The Journeys 2: Cerita dari Tanah Air Beta Chapter 7 (2012), The
Journeys 2: Cerita dari Tanah Air Beta Chapter 8 (2012), The Journeys 2: Cerita
dari Tanah Air Beta Chapter 9 (2012), The Journeys 2: Cerita dari Tanah Air
Beta Chapter 10 (2012), Indonesia Jungkir Balik: Duka-Tawa, Haru-Malu, Puji-

2
Ironi, Beragam Ekspresi Cinta untuk Bangsa, Inilah Indonesia dari Berbagai
Kacamata (2012), The Journeys 3: yang Melangkah dan Menemukan Chapter 1
(2013), The Journeys 3: yang Melangkah dan Menemukan Chapter 2 (2013), The
Journeys 3: yang Melangkah dan Menemukan Chapter 4 (2013), The Journeys 3:
yang Melangkah dan Menemukan Chapter 5 (2013), The Journeys 3: yang
Melangkah dan Menemukan Chapter 6 (2013), The Journeys 3: yang Melangkah
dan Menemukan Chapter 7 (2013), The Journeys 3: yang Melangkah dan
Menemukan Chapter 8 (2013), The Journeys 3: yang Melangkah dan Menemukan
Chapter 9 (2013), The Journeys 3: yang Melangkah dan Menemukan Chapter 10
(2013), Bajak Laut & Purnama Terakhir: Free Chapter (2016), dan Bajak Laut &
Mahapatih: Free Chapter (2019).
Dengan semangatnya yang luar biasa, menjadikan Adhitya Mulya sebagai
salah satu penulis yang terus konsisten dalam berkarya. Ia juga menjadi dikenal
banyak orang karena karyanya yang luar biasa dan mampu membius pembaca.
Adhitya telah banyak membuat karya sastra yang sudah saya jelaskan
sebelumnya. Adhitya Mulya juga telah meraih banyak pencapaian, seperti
mendapatkan nominasi skenario adaptasi terbaik citra award dalam film Jomblo
tahun 2006. Ia juga menerima dua penghargaan dari anugerah pembaca Indonesia
pada kategori cover buku non-fiksi terfavorit untuk The Journeys (2011), dan
penulis buku dan fiksi terfavorit dengan novelnya yang berjudul “Sabtu Bersama
Bapak” pada tahun 2014. Penghargaan lain yang diraihnya ialah penulis skenario
terpuji dalam film “Test Pack: You Are My Baby” tahun 2013 pada festival film
Bandung. Dari 2003 sampai saat ini, Adhitya Mulya konsisten berkarya dalam
bidang menulis novel dan skenario film.

SINOPSIS

Novel Jomblo

Novel Jomblo karya Adhitya Mulya ini diterbitkan pertama kali pada
tahun 2003. Novel ini bercerita tentang kisah empat mahasiswa yang bersahabat
dan mempunyai masalah yang sama dalam hal percintaan, yakni berstatus jomblo.
Ada yang harus memilih antara yang baik atau cocok, ada juga yang harus

3
memilih sahabat atau perempuan, yang satunya harus memilih lebih baik diam
saja selamanya atau menyatakan cinta, dan yang satunya lagi harus memilih terus
mencoba atau tidak sama sekali. Semuanya tentang memilih. Keempat lelaki itu
bernama Agus, Doni, Olip, dan Bimo.
Mereka berampat adalah mahasiswa dari Universitas Negeri Bandung
(UNB) jurusan teknik sipil tingkat 3. Di mana di kampus tersebut lebih banyak
mahasiswanya daripada mahasiswinya, yang membuat mereka masih menjomblo
hingga saat ini dan selalu pergi ke kampus lain untuk mencari wanita. Kampus
UNJAT (Universitas Negeri Jatinangor) yang sering mereka datangi untuk
mencuci mata dan jual pesona kepada para mahasiswinya, karena di kampus
UNJAT mayoritas mahasiswanya adalah perempuan. Sekaligus menemani Bimo
membeli ganja ke pengedar terkenal di Bandung yang kuliah di jurusan FISIP
UNJAT.
Agus Gurniwa, pemuda bertubuh kurus dari Jakarta yang kurang percaya
diri dan mudah salah tingkah. Dia tinggal bersama sepupunya, penjual roti yang
bernama teh Guti. Meski dari Jakarta, namun dia lama di Bandung yang membuat
dirinya berbicara dengan logat sunda. Jomblo kedua yakni Doni Suprapto, anak
gaul dari Jakarta yang sangat menyukai seks. Ia berkulit coklat dan berbadan
gempal. Mereka berdua sama-sama menjadi penyiar radio. Yang ketiga bernama
Olfiyan Iskandar, seorang pemuda asal Aceh yang mempunyai postur tubuh tinggi
tegap. Dan yang terakhir bernama Bimo, lelaki berkulit hitam dan berambut
keriting yang berasal dari Yogyakarta.
Suatu hari di toko kelontong, Agus bertemu dengan teman lamanya
bernama Rita yang kuliah di UNJAT jurusan ekonomi. Dari situlah mereka dekat
sampai menjadi sepasang kekasih, karena Rita merupakan tipe wanita yang
diimpikan Agus yang baik dan keibuan. Namun, lama-lama Agus lelah dengan
sifat Rita yang manja, cemburuan, dominasi, sensitif, dan banyak drama. Sampai
akhirnya Agus menyukai wanita lain bernama Lani, mahasiswi UNB jurusan TI,
seangkatan dengan Agus. Menrutnya, Lani adalah wanita yang cocok untuknya,
cantik dan bisa memuaskan lahir batinnya. Perempuan yang tak banyak menuntut
dan selalu menerima Agus apa adanya. Awalnya Lani tidak merespon Agus, tapi

4
dengan perjuangan Agus yang tak kenal lelah membuat hati Lani luluh, sehingga
dia mau menjadi selingkuhan Agus. Mereka berselingkuh sampai berhubungan
badan dan Lani adalah perempuan yang selama ini selalu ada dalam mimpi Agus.
Tak terhitung sudah berapa kali wanita yang ditiduri oleh Doni, ya Doni
adalah lelaki yang haus seks. Dia tidak mau pacaran, dia hanya mau bersenang-
senang. Sampai akhirnya, dia dengan perempuan bernama Asri yang menurutnya
cocok dengannya. Mereka pun berpacaran tanpa sepengetahuan teman-temannya.
Padalah, Asri mahasiswi UNB jurusan biologi tahun 1996 ini adalah wanita
pujaan sahabatnya, Olip. Dia sudah menyukai Asri sejak lama, dan selama tiga
tahun dia hanya bisa melihatnya dari jauh, tidak berani untuk berkenalan.
Sedangkan Bimo sibuk dengan wanita bernama Febi yang akhir-akhir ini sering ia
hubungi lewat telepon tanpa pernah bertemu. Mereka berkenalan gara-gara
telepon yang salah sambung. Sampai akhirnya Bimo mengajak Febi untuk
bertemu, yang awalnya ditolak karena Febi lebih nyaman berhubungan ditelepon.
Setelah bertemu dan Febi melihat wajah Bimo secara langsung, dia tidak mau
bertemu dengan Bimo dan sejak hari itu mereka sudah tidak pernah mengobrol
lagi ditelepon.
Akhirnya Doni berkata jujur pada Olip bahwa dia sudah menjadi
kekasihnya Asri. Olip marah besar, dia tidak mau lagi bersahabat dengan Doni.
Sedangkan Bimo tidak membela siapa-siapa karena mereka berdua adalah
temannya. Bimo sibuk memikirkan apakah fisik penting dalam berpacaran. Dan
dengan berat hati, Agus memutuskan hubungannya dengan Lani dan memilih
bersama Rita.

Film Jomblo Tahun 2006

Setelah novel Jomblo karya Adhitya Mulya ini laris di pasaran, lalu novel
ini diangkat menjadi sebuah film dengan judul yang sama dan disutradarai oleh
Hanung Bramantyo pada tahun 2006. Untuk skenarionya tetap oleh Adhitya
Mulya dan dibantu oleh Hanung Bramantyo dan Salman Aristo. Para pemainnya
yakni Ringgo Agus Rahman yang memerankan Agus, Christian Sugiono (Doni),
Rizky Hanggono (Olip), Dennis Adhiswara (Bimo), Rianti Cartwright (Asri),

5
Nadia Saphira (Lani), Rischa Novisha (Rita), Tike Priatnakusumah (teh Guti), dan
lainnya. Banyak sekali penghargaan yang didapat untuk film ini, salah satunyan
yakni nominasi piala citra 2006 untuk pemeran utama pria (Ringgo) dan skenario
adaptasi.
Untuk ceritanya sendiri sama seperti novelnya, karena skenarionya pun
tetap dibuat oleh penulis novelnya yakni Adhitya Mulya. Tapi, ada penambahan
dan pengurangan adegan dan tokoh, seperti tidak ada tokoh Risa dan adegan Risa
yang berhubungan badan dengan Doni dalam film. Perbedaan lainnya yakni, jika
pada novel menceritakan tahun 1996 pada saat awal masuk kuliah. Sedangkan di
film tahun 2003. Dan dalam novelnya menceritakan sekitar tahun 1998-1999-an
sedangkan dalam film menceritakan tahun 2006-an. Dalam novel disebutkan
bahwa Asri jurusan biologi, namun dalam film Asri jurusan TI.

Recycle Novel Jomblo Tahun 2013

Setelah sukses dengan novel yang berjudul “Jomblo” yang dicetak


pertama kali pada tahun 2003, lalu dibuat filmnya dan sempat juga dibuat
sinetron. Novel Jomblo kembali dicetak pada tahun 2013, tepatnya merayakan
sepuluh tahun novel Jomblo. Ini adalah cetakan yang kedua puluh. Namun, novel
Jomblo kali ini, berbeda dengan novel Jomblo tahun 2003. Ini adalah recycle
novel Jomblo. Jika terbitan novel Jomblo yang pertama dikhususkan sebagai
sebuah hadiah pernikahan untuk Ninit, istrinya. Sedangkan, novel Jomblo tahun
2013 ini untuk Ninit sebagai sebuah hadiah sepuluh tahun pernikahan.
Untuk keseluruhan isi cerita, nama tokoh, serta kata-kata di dalamnya
masih sama. Perbedaanya terlihat dari cover bukunya yang berbeda. Novel
Jomblo tahun 2003 berwarna kuning, sedangkan novel Jomblo (2013) berwarna
putih biru. Perbedaan lainnya yang lebih mencolok yakni, jika pada novel terbitan
pertama lebih terbuka dan banyak menceritakan hubungan seks di luar nikah,
sedangkan pada novel cetakan kedua puluh ini, menghapuskan beberapa hal
tentang hubungan seks pranikah. Dengan alasan, penulis yakni Adhitya Mulya
sudah beranjak dewasa untuk dapat memilah dan memilih apa yang seharusnya
dimasukkan dan yang tidak. Dia juga ingin menjadi orang yang memberikan

6
influence yang baik kepada pembaca, terutama kepada kedua anaknya. Adhitya
Mulya ingin menjadi pencerita yang menghibur dengan hasrat tawa dan
menginspirasi hal baik, bukan menghibur dengan hasrat lain dan menginspirasi
anak muda untuk melakukan hal yang belum seharusnya mereka lakukan.
Namun, tidak semua tentang seks dihapus. Bagian Doni dan Asri masih
tetap ada karena menjadi plot penentu untuk cerita Jomblo ini. Ada satu judul
yang dihapus atau tidak diceritakan dalam novel Jomblo yang ini, yakni “You
Have the Most Beautiful Eyes” yang dalam cetakan pertama novel Jomblo adalah
bagian tiga. Alasan dihapusnya karena pada bagian tersebut menceritakan tentang
berhubungan badan di luar pernikahan antara Doni dan Risa. Risa adalah teman
Agus di radio Arjay, tempat Agus bekerja. Cerita lain yang dihapus yakni pada
bagian Agus dan Lani yang melakukan hal serupa seperti yang dilakukan oleh
Doni dan Risa. Dalam recycle novel Jomblo Agus dan Lani tidak jadi
berhubungan badan, dan tidak diceritakan bahwa Lani juga sudah tidak perawan
karena pernah melakukannya dengan mantan pacarnya, yang di mana semuanya
itu diceritakan pada novel Jomblo cetakan pertama.

Film Jomblo Reboot

Setelah menjulang kesuksesan dengan film dan novel yang berkali-kali


dicetak. Sutradara Hanung Bramantyo dan Naveen mengajak Adhitya Mulya
untuk menuliskan skenario untuk film Jomblo yang kedua kalinya. Skenario
ditulis oleh Adhitya Mulya, Hanung Bramantyo, dan Ifan Ismail. Film drama
komedi ini dirilis pada 5 oktober 2017 dengan durasi 117 menit. Untuk ceritanya
sama seperti novel dan film Jomblo sebelumnya. Namun yang membuatnya
berbeda yakni tahun ceritanya. Ceritanya juga lebih kekinian, lebih milenial, dan
lebih segar. Contohnya, penggunaan sosial media yang tidak bisa jauh dari
generasi sekarang yang tidak ada pada novel dan film Jomblo sebelumnya, dan
pastinya ada cerita dan adegan yang berbeda, serta penambahan dan pengurangan
tokoh. Pemerannya pun berbeda dengan film Jomblo tahun 2006. Ada Ge
Pamungkas sebagai Agus, Arie Kriting (Bimo), Deva Mahendra (Olip), Richard
Kyle (Doni), Aurelie Moeremans (Asri), Natasha Rizki (Rita), Indah Permatasari

7
(Lani), Deswita Maharani (teh Guti), Joe Project P (a Rahman), dan pemain
lainnya.

Novel Jomblo Reboot

Novel Jomblo Reboot ini adalah novel yang diadaptasi dari skenario film
dengan judul yang sama. Novel ini adalah pengulangan dari novel sebelumnya
dengan judul yang sama pula yang awal dicetak pada tahun 2003. Film dan novel
ini dibuat karena sutradara Hanung Bramantyo merasa bersalah kepada
perempuan atas penggambaran dalam film Jomblo terdahulu dan ingin
menampilkan Jomblo versi baru yang fresh. Ceritanya hampir sama seperti novel
sebelumnya, masih tentang empat sahabat bernama Agus, Doni, Olip, dan Bimo,
dan mereka masih jomblo. Menyandang status jomblo dengan alasan yang
berbeda-beda. Masih tentang perjuangan empat mahasiswa mencari cinta. Agus
yang masih bingung mana yang cocok, Doni masih tidak mau mempunyai ikatan,
Olip masih mengejar cinta Asri, dan Bimo yang pantang menyerah. Tapi, ini
bukan mereka yang dulu, ini reinkarnasi mereka.
Perbedaan novel ini dengan novel Jomblo sebelumnya yakni ceritanya
lebih kekinian, milenial, dan segar. Penulis ingin menceritakan kembali Jomblo
dengan lebih baik, lebih relevan dengan pembaca masa kini. Penambahan sosial
media yang pada zaman ini tidak bisa lepas dari genggaman manusia, yang tidak
ada di novel Jomblo sebelumnya. Tahun cerita yang berbeda pula, di mana dalam
novel sebelumnya menceritakan tahun 1999-an dan dalam filmnya menceritakan
tahun 2003. Sedangkan novel jomblo kali ini menceritakan tahun 2017. Menurut
saya, komedi yang ditampilkan dalam novel ini juga lebih banyak dan lebih segar
dari sebelumnya.
Untuk perbedaan lainnya antara novel Jomblo tahun 2017 dengan novel
Jomblo tahun 2003 terlihat pada latar tempat pertemuan tokoh Agus dan Rita yang
di novel sebelumnya mereka bertemu di supermarket, sementara di novel ini
mereka bertemu di kampus Rita (UNJAT). Keinginan Agus ingin mencari pacar
dalam novel terdahulu yakni karena memang ingin merasakan pacaran dan di
sayangi oleh wanita, sedangkan dalam novel terbaru karena ingin mempunyai

8
gandengan pada saat wisuda. Perbedaan tingkatan kuliah juga telihat dalam novel
dulu mereka berempat adalah tingkat 3, sedangkan di novel baru tingkat 4. Dalam
novel sebelumnya diceritakan bahwa Agus lebih dekat dengan Doni dan Olip
lebih dekat dengan Bimo. Sementara dalam novel terbaru kebalikannya, Agus
lebih dekat dengan Bimo dan Olip dengan Doni, dan Doni sudah bersahabat
dengan Olip sejak SMA. Dalam novel terbaru juga Bimo mencintai Lani,
sedangkan pada novel terdahulu tidak. Asri mencintai Doni dalam novel Jomblo,
sedangkan dalam novel Jomblo Reboot Asri mendekati Doni karena ingin balas
dendam karena Doni sudah menyakiti temannya. Untuk kostum yang dipakai
Agus pada saat berusaha mencari nomer telepon Lani dalam novel Jomblo
sebelumnya adalah kostum ayam, sedangkan dalam novel ini kostum roti toko teh
Guti. Penggantian nama tokoh untuk Muliadi yang diganti menjadi Jonur.
Untuk perbedaan film Jomblo Reboot dengan novelnya yakni terlihat pada
nama panggilan Agus dan Rita dalam novel dulu yakni aa dan eneng, sedangkan
yang sekarang aa dan ade. Jika dalam novel teman Asri yang disakiti Doni,
berbeda halnya dengan film yakni sepupu Asri yang disakiti oleh Doni. Adanya
tokoh Tiks dalam novel yang tidak ada di filmnya. Akhirnya juga berbeda, di film
sedikit lebih dipersingkat. Dan masih banyak lagi perbedaan antara film dan novel
Jomblo Reboot dan novel Jomblo 2003 dengan novel Jomblo 2017 seperti
penambahan dan pengurangan cerita dan tokoh.

Novel Sabtu Bersama Bapak

Karya lainnya yang ditulis oleh Adhitya Mulya yakni novel berjudul
“Sabtu Bersama Bapak” yang menceritakan tentang sebuah keluarga. Tentang
seorang bapak yang selalu ada meski raganya sudah tak bersama mereka, yang
meninggalkan pesan dan memberikan banyak pelajaran hidup untuk keluarganya.
Tentang seorang ibu yang membesarkan anak-anaknya sendiri. Tentang seorang
pemuda yang mencari cinta, dan tentang seorang pria yang ingin menjadi suami
dan bapak yang baik untuk istri dan anaknya.
Gunawan Garnida, pria 38 tahun dan istrinya bernama Itje Garnida yang
berusia 3 tahun lebih muda darinya. Mereka mempunyai dua putra bernama Satya

9
Garnida dan Cakra Garnida atau Saka. Mereka adalah keluarga yang harmonis
dan bahagia. Namun, pada suatu hari, ketika Satya berumur delapan tahun dan
Cakra berusia lima tahun, mereka harus kehilangan bapaknya, seseorang yang
mereka sangat sayangi, karena penyakit kanker yang diderita bapaknya. Namun
bapaknya tidak pergi meninggalkan anak-anaknya begitu saja. Ia sudah
mempersiapkan semuanya dengan baik. Pak Gunawan telah membuat banyak
video dengan pembahasan yang berbeda-beda dan pastinya mengandung pesan
dan pembelajaran di dalamnya yang akan terpakai untuk anak-anaknya kelak di
masa dewasa. Pak Gunawan ingin anak-anaknya tumbuh dengannya di samping
mereka, ingin terus bercerita, dan mengajarkan banyak hal pada mereka. Jadi, saat
anak-anaknya punya pertanyaan tentang hidupnya dari kecil hingga dewasa nanti,
mereka tidak usah bingung mencari jawabannya, karena jawabannya sudah
disediakan olehnya, anak-anaknya hanya tinggal menonton saja.
Disaat para remaja lain di hari sabtu sore atau malam minggu pergi
bermain bersama teman atau pacarnya, namun tidak untuk Satya dan Saka,
mereka memilih untuk di rumah menghabiskan waktu bersama keluarga, bersama
bapak dan ibunya, karena sang ibu akan memutarkan video bapaknya yang baru
setiap sabtu sore, sesudah azan asar. Bagi mereka ini adalah waktu terbaik mereka
setiap minggu. Sabtu bersama bapak.
Wajah Satya memang lebih tampan dari adiknya, Saka. Dari dahulu, Satya
sering berganti pacar, hingga akhirnya menikah dengan perempuan bernama
Rissa, teman kuliahnya dulu. Mereka dikarunia tiga anak bernama Ryan, Miku,
dan Dani. Mereka tinggal di luar negeri, tepatnya di Denmark, karena Satya
bekerja menjadi seorang geophysicist di perusahaan Norse Oil og Gas di lepas
pantai utara Denmark. Sementara adiknya Cakra, bekerja di sebuah bank asing
yang berasal dari Jerman bernama POD bank. Ia bekerja menjadi Deputy of
Director (DD) dalam divisi micro finance. Karier yang bagus dan Cakra juga
sudah memiliki sebuah rumah di kawasan perumahan Jatipadang, Jakarta Selatan.
Namun sayangnya, hingga kini ia masih menjomblo, yang membuat ia selalu
diledeki oleh kakaknya, keluarganya, teman-temannya, bahkan bawahannya

10
sendiri. Ibu Itje pun sebagai mamah selalu menjodoh-jodohkan Cakra dengan
anak teman-temannya.
Ibu Itje menjodohkan Cakra dengan Retna, anak temannya bernama Ibu
Tyas. Cakra tidak mau karena ia telah menyukai karyawan baru di kantornya
bernama Ayu. Namun Ayu lebih memilih Salman, saingan Cakra. Ternyata Ibu
Itje mempunyai rahasia yang tidak diketahui anak-anaknya yakni penyakit kanker
payudara stadium II yang dideritanya. Sementara Satya sibuk dengan masalah
keluarganya. Istrinya lelah dengan sikap Satya yang terlalu keras kepada dia dan
anak-anaknya. Setiap kali Rissa masak selalu salah di mata sang suami, dan Satya
akan memarahi anak-anaknya jika tidak bisa melakukan suatu hal. Semua itu
membuat anak-anaknya ketakutan.
Akhirnya, Ibu Itje menceritakan tentang penyakitnya kepada Satya dan
Saka. Dan setelah Satya membuka video yang berisi pesan-pesan dari sang bapak,
ia merubah diri menjadi seorang suami dan bapak yang lebih baik lagi. Cakra juga
berhasil menaklukan hati Ayu alias Retna dan akan segera menikah. Mereka
semua berkumpul bersama dan tertawa. Jadi, setiap mereka ada masalah, ada
video dari sang bapak yang selalu berisi pesan penting, solusi dan jawaban dari
masalah yang mereka hadapi. Sang bapak selalu ada bersama mereka.

Film Sabtu Bersama Bapak

Sabtu Bersama Bapak merupakan film drama Indonesia yang diliris pada 5
juli 2016. Film ini diangkat dari novel dengan judul yang sama karya Adhitya
Mulya dan penulis skenario film ini tetap Adhitya Mulya dibantu oleh Monty
Tiwa yang sekaligus menjadi sutradara. Film ini berdurasi satu jam empat puluh
menit. Bapak Gunawan Garnida diperankan oleh Abimana Aryasatya, Ira Wibowo
(Ibu Itje), Arifin Putra (Satya), Deva Mahenra (Cakra), Acha Septriasa (Rissa),
Sheila Dara Aisha (Ayu), dan lainnya. Ceritanya hampir sama dengan novelnya.
Namun, namanya juga adaptasi dari novel ke film pasti ada perbedaannya. Ada
perubahan cerita, latar, alur, tokoh, dan lainnya.
Perbedaan Novel Sabtu Bersama Bapak dengan filmnya yakni latar tempat
pertemuan Satya dengan Rissa yang bertemu di kampus dalam novelnya.

11
Sedangkan dalam filmnya mereka pertama kali bertemu di restoran Ibu Itje.
Perbedaan latar tempat selanjutnya yakni tempat tinggal dan kerja Satya dan Rissa
yang dalam novelnya di Denmark, sedangkan dalam filmnya di Paris. Di film
Rissa kerja di kantor tapi dalam novel Rissa kerja di rumah. Ada penambahan
adegan untuk filmnya yang tidak ada dalam novelnya yakni Rissa kabur dari
rumah. Ada penambahan tokoh tante Ika dalam film yang tidak ada dalam novel,
dan adanya pengurangan tokoh yang dalam novel anak Satya dan Rissa ada tiga,
Ryan, Miku, dan Dani. Sedangkan dalam film hanya dua, Ryan dan Miku.

POKOK PIKIRAN ADHITYA MULYA

Sudah banyak karya yang Adhitya Mulya ciptakan. Novel hasil karyanya
pun laris di pasaran yang membuat dirinya meraih kesuksesan. Ia adalah seorang
suami dan bapak yang sangat menyayangi keluarganya. Terbukti dalam novel-
novel yang ia tulis selalu mengucapkan terima kasih kepada orang tua, mertua,
istri, dan anak-anaknya. Ia juga selalu menuliskan dalam novelnya bahwa novel
yang ia buat untuk mereka. Seperti dalam novel “Sabtu Bersama Bapak” ia
menuliskan “untuk Ninit, Alde, dan Arza”. Kebetulan novel Sabtu Bersama Bapak
bertemakan tentang keluarga, Adhitya memasukkan foto dirinya bersama istri dan
anak-anaknya dalam halaman belakang novel tersebut. Hal tersebut termasuk
salah satu yang melatar belakangi Adhitya Mulya menulis novel Sabtu Bersama
Bapak.
Novel-novel karya Adhitya Mulya seperti Jomblo dan Sabtu Bersama
Bapak menceritakan tentang kehidupan sehari-hari yang sering ditemui. Bahasa
yang digunakan sederhana, sehingga dapat mudah dipahami oleh pembaca. Jalan
ceritanya pun tidak berbelit-belit. Alasan Adhitya Mulya menulis novel “Jomblo”
karena pada saat itu yakni tahun 2003-an novel bergenre komedi jarang sekali
ditemukan. Mengambil cerita bertema cinta masa kuliah, karena memang pada
saat itu penulis memikirkan tentang jodohnya. Membahas tentang mahasiswa
karena pada tahap menjadi mahasiswa adalah salah satu jenjang yang menarik
dalam kehidupan. Di tahap inilah kita memikirkan masa depan termasuk mencari
cinta yang serius. Tawa dan cinta memang cocok disematkan untuk mahasiswa.

12
Penulis juga melihat teman-temannya dan mungkin dirinya sendiri yang jomblo
pada saat itu dan indahnya persahabatan masa kuliah. Itulah alasan penulis
mengambil tema komedi dan cinta pada novel pertamanya.
Yang melatarbelakangi pemilihan kota Bandung dalam novel Jomblo yaitu
karena kota tersebut adalah tempat penulis mengenyam pendidikan sebagai
mahasiswa, tepatnya berkuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB). Begitu pula
dengan latar pendidikan, jurusan dan tahun masuk kuliah pemeran utama dalam
novel tersebut sama dengan penulis yakni jurusan Teknik Sipil angkatan 1996.
Jadi penulis dengan sangat mudah menceritakan tentang mata kuliah dan hal-hal
lain yang berhubungan dengan jurusan teknik sipil.
Pokok pemikiran penulis mengambil tema komedi dalam novel Jomblo
karena penulis sendiri memang memiliki sifat humoris dan menganggap dirinya
sebagai seorang komedian. Pemilihan karakter-karakter dalam karya-karyanya
yang kurang ganteng, garing, lucu, suka salah tingkah dan salah ngomong pada
saat bertemu wanita yang bisa ditemukan pada tokoh Agus dalam novel Jomblo
dan Cakra pada novel Sabtu Bersama Bapak, bukan tanpa alasan, karena karakter
yang disebutkan tadi memang karakter penulis sendiri.
Adapun pokok pikiran Adhitya Mulya yang terdapat dalam novel Sabtu
Bersama Bapak ialah karena kegelisahannya menjadi seorang bapak. Pesan dan
pelajaran apa yang akan disampaikan pada anak-anaknya. Pokok pemikiran
lainnya yakni karena dia begitu mencintai keluarganya, istrinya, anak-anaknya,
orang tua, dan mertuanya. Alasan lainnya juga karena semakin dewasa penulis,
dia ingin menampilkan tema yang lain seperti drama, bukan hanya komedi saja.
Dan penulis juga ingin membuat pembaca bukan hanya tertawa saja, tetapi
menangis. Penulis juga ingin menyampaikan banyak pesan, pelajaran, dan nilai
penting tentang kehidupan dalam novel ini. Pemilihan hari sabtu juga bukan tanpa
alasan. Sabtu terpilih sebagai judul karena kata “sabtu” mengandung huruf “b”
sama seperti kata “bersama” dan “bapak”. Saat diucapkan pun terdengar enak dan
menarik. Hari sabtu juga merupakan akhir pekan di mana biasanya orang-orang
akan meluangkan waktunya untuk berkumpul bersama keluarga.

13
Penulis bernama Adhitya Mulya ini sangat penting dan berpengaruh dalam
konstelasi sastra Indonesia. Karena penulis ini mempunyai potensi untuk
mengembangkan sastra Indonesia, artinya Adhitya Mulya masih akan memberi
sumbangan dan terus konsisten berkarya. Adhitya juga dapat bersaing dengan
penulis-penulis hebat lainnya. Terbukti pada karya sebelumnya yang mampu
menarik minat pembaca. Karya-karya yang dibuatnya pun menarik seperti tentang
keluarga, komedi, dan lainnya, yang pastinya terdapat banyak sekali nilai moral di
dalamnya.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil pemaparan di atas mengenai pokok pikiran Adhitya
Mulya dalam karya-karyanya ialah novel “Jomblo” dan “Sabtu Bersama Bapak”,
terdapat beberapa pokok pikiran penulis yang melatarbelakangi dalam menulis
novel Jomblo ialah sudah jarang ditemukan novel bergenre komedi pada masa itu.
Karakter penulis yang humoris dan selalu memberikan ciri khasnya terhadap
karya-karyanya meski bukan bertema tentang komedi. Seperti halnya novel Sabtu
Bersama Bapak yang bertemakan drama, keluarga, dan kesedihan, namun tetap
dibumbui komedi. Alasan lainnya karena memang pada saat itu penulis sedang
memikirkan jodohnya dan merasakan betapa indahnya masa kuliah serta
nikmatnya menjadi mahasiswa. Kota, jurusan dan tahun masuk kuliah tokoh
utama salam novel bergenre komedi dan cinta ini sama dengan penulisnya.
Karakter utama dari kedua tokoh novel tersebut yang garing, lucu, dan selalu
salah tingkah jika bertemu perempuan, memang karakter yang dimiliki penulis.
Adapun pokok pikiran Adhitya Mulya dalam novel “Sabtu Bersama
Bapak” ialah karena kegelisahannya menjadi seorang bapak. Pesan dan pelajaran
apa yang akan disampaikan pada anak-anaknya. Karena dia juga begitu mencintai
keluarganya. Alasan lainnya juga karena semakin dewasa penulis, dia ingin
menampilkan tema yang lain seperti drama, bukan hanya komedi saja. Dan
penulis juga ingin membuat pembaca bukan hanya tertawa tetapi juga menangis.
Penulis juga ingin menyampaikan banyak pesan, pelajaran, dan nilai penting
tentang kehidupan. Pemilihan hari sabtu juga bukan tanpa alasan. Sabtu terpilih
sebagai judul karena kata “sabtu” mengandung huruf “b” sama seperti kata

14
“bersama” dan “bapak. Saat diucapkan pun terdengar enak dan menarik. Hari
sabtu juga merupakan akhir pekan di mana biasanya orang-orang akan
meluangkan waktunya untuk berkumpul bersama keluarga.

SARAN

Jika ingin menulis karya sastra, kita harus berani berbeda, agar karya
sastra kita mempunyai ciri khas. Ide-ide kreatif, pemikiran, serta pendapat harus
dituangkan dalam karya sastra yang dibuat. Dalam penyusunan esai ini, penulis
sadar bahwa masih banyak kekurangan baik dalam penggunaan tata bahasa serta
materinya. Oleh karena itu, kritik dan saran penulis harapkan dari pembaca.
Semoga esai ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Rishe Purnama. Dkk. (2020). Bijak Berbahasa Indonesia: Teori dan
Aplikasi. Yogyakarta: PT Kanisius.
Moeljadi, David. Dkk. (2016). KBBI. Jakarta: Badan Pengembangan Bahasa dan
Perbukuan dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
Mulya, Adhitya. (2003). Jomblo: Sebuah Komedi Cinta. Jakarta: GagasMedia.
Mulya, Adhitya. (2013). Jomblo: Sebuah Komedi Cinta. Jakarta: GagasMedia.
Mulya, Adhitya. (2014). Sabtu Bersama Bapak. Jakarta: GagasMedia.
Mulya, Adhitya. (2017). Jomblo: Sebuah Komedi Cinta Adaptasi dari Skenario.
Jakarta: PT Falcon.

15

Anda mungkin juga menyukai