Anda di halaman 1dari 3

3.

Asal Usul Tangkuban Perahu

Alkisah ada seorang putri raja yang sedang mengasingkan diri, bernama Dayang Sumbi. Ia
hidup ditemani oleh seekor anjing jantan bernama si Tumang.
Suatu hari Dayang Sumbi sedang menenun, peralatan tenunannya terjatuh. Karena malas
untuk mengambilnya, terlontarlah ucapan dengan tanpa sadarnya. "Siapapun juga yang
bersedia mengambilkan peralatan tenunku yang terjatuh, seandainya itu lelaki akan kujadikan
suami, jika dia perempuan dia akan kujadikan saudara," ujar Dayang.

Tak disangka justru si Tumang yang mengambil peralatan tenun itu dan memberikannya
kepada Dayang Sumbi. Ia pun memenuhi ucapan dengan menikahi si Tumang yang ternyata
titisan dewa. Tumang dikutuk menjadi hewan dan dibuang ke bumi. Beberapa bulan setelah
menikah, Dayang Sumbi pun mengandung dan melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi
nama Sangkuriang. Bayi laki-laki itu tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan.

Singkat cerita, saat Sangkuriang marah pada anjingnya, ia membunuh si Tumang.


Mengetahui hal ini, jelas Dayang Sumbi marah hingga memukul kepala anaknya dengan
keras. Hal ini membuat Sangkuriang pergi mengembara ke arah timur.

Sangkuriang telah berkelana dan mempelajari banyak ilmu sakti. Ia terpesona dengan
kecantikan Dayang Sumbi yang abadi dan tidak menyadari bahwa perempuan cantik yang
ditemuinya di hutan adalah ibu kandungnya. Begitu melihat luka di kepala Sangkuriang,
Dayang Sumbi tersadar bahwa itu anaknya.

Setelah dijelaskan, Sangkuriang justru marah besar dan bersikukuh akan menikahi Dayang
Sumbi. Ibunya itu kemudian memberi syarat agar sungai citarum dibendung untuk dibuat
danau, dan di dalam danau itu ada perahu besar. Semua itu harus dapat selesai dalam waktu
satu malam.

Saat mengetahui pekerjaan Sangkuriang hampir selesai, Dayang Sumbi memaksa ayam
jantan berkokok disaat waktu masih malam. Para makhluk halus suruhan Sangkuriang sangat
ketakutan ketika mengetahui fajar telah tiba. Mereka berlari dan menghilang ke segala
penjuru. Mereka meninggalkan pekerjaannya membuat danau dan perahu yang belum selesai.
Merasa dicurangi, Sangkuriang menendang perahu besar yang telah dibuatnya hingga
terlempar jauh dan jatuh tertelungkup. Menjelmalah perahu besar itu menjadi sebuah gunung
yang kemudian disebut gunung Tangkuban Perahu.

Baca artikel detikjabar, "5 Cerita Rakyat Jawa Barat Terpopuler, Baca Kisahnya"
selengkapnya https://www.detik.com/jabar/budaya/d-6031095/5-cerita-rakyat-jawa-barat-
terpopuler-baca-kisahnya.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/Si Kabayan

Menceritakan seorang pemuda tanah pasundan yang pemalas, bernama Kabayan. Ia selalu
punya akal untuk mendukung rasa malasnya. Suatu hari, ia diminta istrinya untuk mengambil
siput di sawah. Kabayan pergi ke sawah dengan rasa malas. Bukannya mencari siput, ia
hanya duduk di pematang sawah hingga sore hari. Nyi Iteung, sang istri menyusul Kabayan
ke sawah karena khawatir suaminya belum pulang. Saat ditemui, Kabayan mengatakan
bahwa ia takut dengan sawah yang sangat dalam, sehingga ia hanya menggali di pinggir
sawah saja. Nyi Iteung jengkel kemudian mendorong Kabayan hingga terguling ke tengah
sawah.

Baca artikel detikjabar, "5 Cerita Rakyat Jawa Barat Terpopuler, Baca Kisahnya"
selengkapnya https://www.detik.com/jabar/budaya/d-6031095/5-cerita-rakyat-jawa-barat-
terpopuler-baca-kisahnya.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/


Bandung -

Setiap daerah memiliki cerita rakyat yang turun temurun, meskipun tidak diketahui pasti
siapa pengarangnya. Cerita rakyat yang beredar ini untuk memberikan pesan tersirat dan
intropeksi diri.

Cerita rakyat juga dapat mengenalkan kita pada asal muasal suatu daerah, makanan, atau ciri
khas lain dari daerah tersebut dengan segala keunikannya.

Berikut ini 5 cerita rakyat Jawa Barat yang paling populer:

1. Asal Usul Kota Bandung

Cerita rakyat Jawa Barat ini soal penamaan kota Bandung. Alkisah di tanah pasundan, hidup
seorang kakek dengan ilmu sakti mandraguna. Ia adalah Empu Wisesa yang tinggal bersama
anak perempuannya, Sekar.

Empu Wisesa memiliki 2 orang murid Jaka dan Wira. Jaka memiliki paras yang tampan dan
pintar. Namun karena suka menyepelekan sesuatu, membuatnya tertinggal dari Wira yang
rajin mencari ilmu. Diam-diam, keduanya mendambakan Sekar.

Singkat cerita, Empu Wisesa membuat sayembara untuk kedua muridnya. Apabila salah
satunya bisa memadamkan lahar panas Tangkuban Perahu, maka orang itulah yang akan
menikah dengan Sekar.

Bukannya mencari ilmu, Jaka justru berfoya-foya bahkan bermain wanita. Berbeda dengan
Wira, ia tekun mengitari cekungan luas yang terbentuk oleh lahar panas. Secara tidak sengaja
ia melihat berang-berang yang sedang membuat bendungan dari ranting-ranting pohon.
Terinspirasi dari berang-berang, ia memutuskan untuk membendung sungai Citarum untuk
memadamkan lahar panas.

Berbekal kesaktian dari Empu Wisesa, ia meruntuhkan sebuah bukit untuk membendung air
sungai. Cekungan menjadi danau luas, orang-orang menyebut daerah itu "Danau Bandung"
yang berasal dari kata "Bendungan".

Sekar akhirnya dinikahkan dengan Wira, mereka hidup bahagia dengan dikaruniai banyak
anak dan cucu. Sementara Jaka menghilang begitu saja. Bertahun-tahun kemudian,
bendungan yang dibuat Wira mulai runtuh. Air di danau mengering, kemudian tanahnya
justru jadi subur dan gembur. Keluarga besar Wira akhirnya menjadi penduduk asli di tanah
yang kemudian dinamai kota "Bandung".
Baca juga:
6 Lagu Daerah Jawa Barat Paling Populer, Makna dan Liriknya
Baca artikel detikjabar, "5 Cerita Rakyat Jawa Barat Terpopuler, Baca Kisahnya"
selengkapnya https://www.detik.com/jabar/budaya/d-6031095/5-cerita-rakyat-jawa-barat-
terpopuler-baca-kisahnya.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

Anda mungkin juga menyukai