Anda di halaman 1dari 3

Review Jurnal

Xerostomia

Xerostomia berasal dari bahasa Yunani yakni xeros yaitu kering dan stoma yaitu
mulut, sehingga dapat dikatakan sebagai kondisi mulut yang kering. Istilah tersebut
digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi dalam rongga mulut yang kering terkait
dengan berkurangnya saliva. Keadaan ini dapat terjadi secara sementara namun juga
permanen jika faktor-faktor yang menyeb berpotensi abkan tidak dihilangkan. Terlepas
dari penyebabnya, 20% dari populasi umum yang menderita xerostomia adalah wanita
dan pasien geriatri.

Saliva diproduksi setiap harinya oleh kelenjar dalam rongga mulut seperti
kelenjar sublingual, kelenjar submandibular, dan kelenjar parotis. Di dalam saliva
terkandung berbagai enzim, elektrolit, dan zat immunoglobulin yang berfungsi sebagai
agen pelindung rongga mulut dari trauma dan infeksi. Selain itu, saliva juga berperan
aktif sebagai pelumas rongga mulut dan self-cleansing yang menyebabkan makanan
mudah untuk ditelan serta memudahkan dalam proses komunikasi. Ketika fungsi saliva
tersebut tidak berjalan dengan optimal, maka akan terjadi dampak yang buruk bagi
kesehatan oral dan sistemik serta menurunkan kualitas hidup individu.

Kurangnya produksi saliva akan menjadikan rongga mulut kering yang disebut
dengan xerostomia. Tanda dan gejala dari xerostomia antara lain; keringnya mulut; air
liur berserabut dan berbusa; terjadi luka di sudut mulut; kesulitan berbicara, makan,
mengunyah dan menelan; tenggorokan kering, serak, dan batuk yang terjadi terus-
menerus; gusi pucat; mukosa mulut mengkilap dan halus; lidah yang sakit, merah, dan
tidak rata; sensasi rasa panas; kehausan yang berkelanjutan; sering bepergian ke kamar
mandi; bangun dengan kering di tengah malam; gigi palsu tidak stabil; gigi palsu
mengiritasi atau memotong menjadi kering; bibir tampak pecah-pecah, pecah-pecah,
atrofi; sensitivitas terhadap makanan pedas, kering, asam; lidah dilapisi putih dengan
lapisan putih dan terjadi sariawan; kerusakan gigi dan radang gusi; dan malodor oral
(Joy Cooper, 2018).

Xerostomia dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya:


 Penggunaan obat-obatan seperti antidepresan, anti-hipertensi, antihistamin,
antipsikotik, beta blocker, anti-anxiolytics dan antiinflammatories non-steroid
yang digunakan untuk meredakan rasa sakit dan nyeri sehari-hari.
 Radioterapi untuk kanker kepala dan leher. Anatomi superfisial dari kelenjar ludah
dapat rusak oleh radiasi pengion untuk mencapai tumor kepala dan leher yang
dalam.
 Adanya syndrome Sjogren’s
 Pasien yang memiliki penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, hipertensi,
Hepatitis C, Epstein-Barr, penyakit ginjal dan Parkinson. Selain itu, xerostomis
juga menyerang pasien dengan penyakit stroke atau menderita Alzheimer.
 Faktor psikologis seperti depresi dan anxiety
 Pasien dengan bulimia nervosa, gangguan makan ditandai dengan binging dan
purging, menghasilkan kerusakan kelenjar ludah yang disebabkan oleh adanya isi
lambung di rongga mulut dari waktu ke waktu.

Perawatan awal xerostomia dilakukan dengan mengubah gaya hidup dan kebiasaan
pasien. Pasien didorong untuk menghilangkan atau membatasi merokok, minum
alkohol, mengonsumsi minuman berkafein, dan menggunakan obat pencuci mulut yang
mengandung alkohol. Namun, ketika obat-obatan adalah yang menjadi penyebab
terjadinya xerostomia pada pasien, maka yang perlu dilakukan adalah mengurangi dosis
obat-obatan dengan mekanisme pemberian yang berbeda seperti disarankan untuk
minum obat mereka dalam dosis terbagi pada siang hari. Upaya dilakukan untuk
mengurangi jumlah obat yang dikonsumsi pasien, jika memungkinkan.
Selain itu, dapat menggunakan agen penstimulasi saliva seperti Pilocarpine®,
Cevimeline® Anethole trithione, Yohimbine, Anticholinesterase physostigmine untuk
meningkatkan salivasi. Ditambah dengan penggunaan agen salivasi dan luubrikan untuk
meningkatkan viskositas saliva. Produk yang dapat digunakan untuk hal tersebut antara
lain artificial saliva, rinse agent, Gel, spray, dan pasta gigi (Choi, 2020).
Daftar Pustaka
Choi, J. (2020). Xerostomia : An Overview. July.
Joy Cooper, A. (2018). Reviewing Xerostomia: A Common Condition on the Rise.
Otolaryngology, 08(04), 23–28. https://doi.org/10.4172/2161-119x.1000352

Anda mungkin juga menyukai