Anda di halaman 1dari 13

PENGHULU BAGAN NIBUNG

KECAMATAN SIMPANG KANAN KABUPATEN ROKAN HILIR

PERATURAN KEPENGHULUAN BAGAN NIBUNG


KECAMATAN SIMPANG KANAN KABUPATEN ROKAN HILIR
NOMOR TAHUN 2016

TENTANG
PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN
RUKUN WARGA DAN RUKUN TETANGGA
KEPENGHULUAN BAGAN NIBUNG KECAMATAN SIMPANG KANAN
KABUPATEN ROKAN HILIR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PENGHULU BAGAN NIBUNG,

Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, terutama


pemberdayaan masyarakat belum terlaksana secara optimal;
b. bahwa untuk meningkatkan pelayanan masyarakat,
pemberdayaan masyarakat, dan pembangunan,
penyelenggaraan pemerintah desa perlu dibentuk Lembaga
Kemasyarakatan Rukun Warga dan Rukun Tetangga
Kepenghuluan Bagan Nibung ;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud poin
a dan b perlu ditetapkan Peraturan Penghulu Bagan Nibung
tentang pembentukan Rukun Warga dan Rukun Tetangga.

Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan


Kabupaten Pelelawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten
Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten
Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi dan Kota Batam
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 181, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3902), sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2008 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang
Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten
Pelelawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir,
Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna,
Kabupaten Kuantan Singingi dan Kota Batam (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 107, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4880);

2. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan


Peraturan Perundang – undangan;

3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5495);

4. Undang – undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah


Daaerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 Tentang


Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2014 Tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang


Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5717);

6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.07/2016


Tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran,
Penggunaan, Pemantauan Dan Evaluasi Dana Desa

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 tahun 2014


tentang Pedoman Pengakuan dan Perlindungan
Masyarakat Hukum Adat;

8. Permendagri No. 111 Tahun 2014 Tentang Pedoman


Teknis Peraturan Desa;

9. Permendagri No. 112 Tahun 2014 Tentang Pemilihan


Kepala Desa;

10. Permendagri No. 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan


Keuangan Desa;

11. Permendagri No. 114 Tahun 2014 Tentang Pembangunan


Desa;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 82 tahun 2015 tentang
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa;

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 83 tahun 2015 tentang


Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa;

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 tahun 2015 tentang


Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa;

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2016 tentang


Pengelolaan Aset Desa;

16. Permendesa PDT No.1 Tahun 2015 Tentang Pedoman


Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan
Lokal Berskala Desa;

17. Permendesa PDT No.2 Tahun 2015 Tentang Pedoman Tata


Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah
Desa;

18. Permendesa PDT No.3 Tahun 2015 Tentang Pendamping


Desa;

19. Permendesa PDT No.4 Tahun 2015 Tentang Pendirian,


Pengurusan, dan Pengelolaan, Pembubaran Badan Usaha
Milik Desa;

20. Permendesa PDT No.5 Tahun 2015 Tentang Penetapan


Prioritas Penggunaan Dana Desa;

21. Peraturan Daerah Kabupaten Rokan Hilir Nomor 6 Tahun 2015


tentang Keuangan Kepenghuluan (Lembaran Daerah
Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2015 Nomor 6);

22. Peraturan Daerah Kabupaten Rokan Hilir Nomor 7 Tahun 2015


tentang Pembangunan Kawasan Kepenghuluan (Lembaran
Daerah Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2015 Nomor 7,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Rokan Hilir Nomor
174);

23. Peraturan Daerah Kabupaten Rokan Hilir Nomor 11 Tahun


2015 tentang Badan Permusyawaratan Kepenghuluan ( BPK)
(Lembaran Daerah Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2015 Nomor
11);

24. Peraturan Bupati Rokan Hilir Nomor 8 Tahun 2015 tentang


Pedoman Pengelolaan Keuangan Kepenghuluan (Berita
Daerah Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2015 Nomor 8);

25. Peraturan Bupati Nomor 9 Tahun 2015 tentang Tata cara


pengadaan Barang dan Jasa di Kepenghuluan (Berita Daerah
Tahun 2015 Nomor 9);

26. Peraturan Bupati Nomor 10 Tahun 2015 tentang Penetapan


Dana Kepenghuluan ( Berita Daerah Tahun 2015 Nomor 10);
27. Peraturan Bupati Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pedoman
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Kepenghuluan Kabupaten Rokan Hilir (Berita Daerah Tahun
2016 Nomor 8);

28. Keputusan Bupati Rokan Hilir Nomor : 69 / 821.12 / BK –


PM / 2010 126 Tentang Pengangkatan Sekretaris
Kepenghuluan Bagan Nibung Menjadi Pegawai Negeri
Sipil;

29. Keputusan Bupati Rokan Hilir Nomor : 628 Tahun 2010


Tentang Pengangkatan Pimpinan dan Anggota Badan
Permusyawaratan Kepenghuluan Bagan Nibung,
Kecamatan Simpang Kanan, Kabupaten Rokan Hilir;

30. Keputusan Bupati Rokan Hilir Nomor : 69 / PEMDES /


2011 Tentang Pengesahan Pengangkatan Penghulu
Bagan Nibung, Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten
Rokan Hilir;

DENGAN PESETUJUAN BERSAMA


BADAN PERMUSYAWARATAN DESA CIKEAS UDIK
DAN KEPALA DESA CIKEAS UDIK

Menetapkan : : PERATURAN DESA CIKEAS UDIK KECAMATAN


GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR TENTANG
LEMBAGA KEMASYARAKATAN PEMBENTUKAN
RUKUN WARGA DAN RUKUN TETANGGA DESA
CIKEAS UDIK

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan desa ini yang dimaksud dengan:

1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
2. Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki Desa meliputi kewenangan di
bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa,
Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat Desa.
3. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Pemerintah Desa adalah kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu
perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
5. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga
yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari
penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
6. Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan
Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan
oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.
7. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa atau yang disebut dengan nama lain
adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur
masyarakat yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa untuk menetapkan prioritas,
program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa yang didanai oleh Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya masyarakat Desa, dan/atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.
8. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala
Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.
9. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk
sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
10. Perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan
oleh pemerintah Desa dengan melibatkan Badan Permusyawaratan Desa dan unsur
masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa
dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa.
11. Pembangunan Partisipatif adalah suatu sistem pengelolaan pembangunan di desa dan
kawasan perdesaan yang dikoordinasikan oleh kepala Desa dengan mengedepankan
kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna mewujudkan
pengarusutamaan perdamaian dan keadilan sosial.
12. Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan
kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan,
perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan
kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah
dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa.
13. Pengkajian Keadaan Desa adalah proses penggalian dan pengumpulan data mengenai
keadaan obyektif masyarakat, masalah, potensi, dan berbagai informasi terkait yang
menggambarkan secara jelas dan lengkap kondisi serta dinamika masyarakat Desa.
14. Data Desa adalah gambaran menyeluruh mengenai potensi yang meliputi sumber daya
alam, sumber daya manusia, sumber dana, kelembagaan, sarana prasarana fisik dan
sosial, kearifan lokal, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta permasalahan yang
dihadapi desa.
15. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa, selanjutnya disingkat
RPJM Desa, adalah Rencana Kegiatan Pembangunan Desa untuk jangka
waktu 6 (enam) tahun.
16. Rencana Kerja Pemerintah Desa, selanjutnya disingkat RKP Desa, adalahpenjabaran
dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
17. Daftar Usulan RKP Desa adalah penjabaran RPJM Desa yang menjadi bagian dari
RKP Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang akan diusulkan Pemerintah Desa
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui mekanisme perencanaan
pembangunan Daerah.
18. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang
serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban Desa.
19. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau
diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak
lainnya yang syah.
20. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APB Desa, adalah
rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.
21. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara
yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan
belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan
Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
22. Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan yang
diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.
23. Lembaga Kemasyarakatan desa atau disebut dengan nama lain adalah lembaga yang
dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah
desa dalam memberdayakan masyarakat.
24. Lembaga adat Desa adalah merupakan lembaga yang menyelenggarakan fungsi adat
istiadat dan menjadi bagian dari susunan asli Desa yang tumbuh dan berkembang atas
prakarsa masyarakat Desa.
25. Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
26. Pemerintahan Daerah adalah Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
27. Pemerintah Daerah adalah Bupati Bogor dan Perangkat Daerah sebagai unsur
peyelengaraan Pemerintah Daerah;
28. Daerah adalah Kabupaten Bogor;
1. Pemerintah Daerah adalah peyelengaraan urusan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD
menurut Asas Otonomi dan tugas pembantuan dengan perinsip Otonomi seluas-luasnya
dalam sistim dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai mana yang
dimaksud dalam Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
30. Camat adalah Kepala Kecamatan Gunung Putri sebagai Perangkat Daerah Kabupaten;
1. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa Cikeas Udik dan Perangkat Desa sebagai unsur
Penyelengara Pemerintahan Desa
2. Badan Permusyawaratan Desa selanjutnya disingkat BPD adalah BPD Sepahat yang
merupakan perujudan dan Demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintah Desa sebagai
unsur Penyelenggara Pemerintah Desa;
3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya di sebut APBD Desa adalah
APBD Desa Cikeas Udik / Keuangan Tahunan Pemerintah Desa yang dibahas dan
disetujui bersama oleh Pemerintah Desa Cikeas Udik dan BPD yang ditetapkan dengan
peraturan Desa;
4. Kekayaan Desa Adalah Aset Desa yang bergerak dan tidak bergerak sebagai sumber
Penghasilan bagi Pemerintahan Desa;
5. Pendapatan adalah batas terendah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;
6. Pengeluaran adalah tertinggi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;
7. Bantuan adalah Pinjaman dan sumbangan / Hibah dari pihak ketiga;

BAB II
TATA CARA PENYUSUNAN
LEMBAGA KEMASYARAKATAN RW DAN RT
Pasal 2
1. Susunan Lembaga kemasyarakatan dan Tata Kerja terdiri dari;
a. Ketua Rukun Warga ( RW ).
b. Ketua Rukun Tetangga ( RT ).

2. Susunan Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada Ayat ( 1 ) terdiri


dari dua Pola yaitu:
a. Pola Minimal
b. Pola Maksimal
3. Penentuan Pola sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ) wajib memperhatian hal-hal
sebagai berikut;
a. Jumlah Penduduk
b. Luas Wialayah Kerja
c. Kemampuan Keuangan Desa
d. Keterjangkauan Pelayanan dan
e. Efektifitas dan Efensiensi
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara menentukan pola Lembaga
Kemasyarakatan dan tata kerja diatur dengan Peraturan Bupati Bogor.

BAB III
TUGAS, WEWENANG, KEWAJIBAN
HAK DAN LARANGAN

Bagian Pertama
Ketua Rukun Warga

Pasal 3
1. Ketua Rukun Warga berkedudukan sebagai pelaksana membantu Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa.
2. Ketua Rukun Warga mempunyai Tugas membantu Pemerintah Desa
menyelenggarakan urusan Pemerintahan Pembangunan dan Kemasyarakatan;

Pasal 4
Ketua Rukun Warga mempunyai wewenang;
a. Memimpin rapat, musyawarah ,penyelenggaraan, Pemerintahan, Pembangunan ,
Kemasyarakatan di wilayah kerja Rukun Warga.
b. Menyusun dan Mengajukan rancangan Pembangunan hasil musyawarah Rukun
Warga .
c. Membina kehidupan Masayarakat Rukun Warga.
d. Membina Perekonomian Rukun Warga.
e. Mengkoordinasikan Pembangunan Rukun Warga secara Partisifatif kepada
Pemerintah Desa.

Pasal 5
Ketua Rukun Warga mempunyai kewajiban;
a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang – undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republic Indonesia;
b. Meningkatakan kesejahteraan Masyarakat;
c. Memelihara Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat;
d. Melaksanakan Kehidupan Demokrasi;
e. Melaksanakan prinsip Tata Pemerintahan Desa yang bersih dan bebas dari Kolusi,
Korupsi dan Nepotisme;
f. Menjalin Hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja Pemerintahan Desa;
g. Mentaati dan menegakan seluruh peraturan Perundang-undangan;
h. Menyelenggarakan Administrasi Pemerintahan Desa yang baik.
i. Melaksanakan dan mempertanggung jawabkan Pengelolahan Keuangan Rukun
Warga;
j. Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan Rukun Warga ;
k. Mendamaikan perselisihan Masyakat di Rukun Warga ;
l. Mengembangkan Pendapatan Masyarakat ;
m. Membina, Mengayomi dan melestarikan nilai-nilai soisal budaya dan adat istiadat.;
n. Memberdayakan Masyarakat dan Lembaga Kemasyarakatan lainnya ;
o. Mengembangkan Potensi Sumberdaya Alam dan melestarikan Lingkunagn Hidup;

Pasal 6
1. Laporan Penyelenggaraan bidang Pemerintahan , Pembangunan , kemasyarakatan
kepada Kepala Desa sekurang-kurangnya 1 ( Satu ) kali dalam satu tahun dan pada
akhir masa jabatan;
2. Sebelum berakhirnya masa jabatan, Ketua Rukun Warga wajib menyerahkan seluruh
Inpentaris / Kekayaan Rukun Warga yang telah diinventarisir oleh Pemerintah Desa;

Pasal 7
Ketua Rukun Warga dilarang;
a. Merangkap jabatan sebagai ketua dan/atau anggota BPD, dan Lembaga
Kemasyarakatan di Desa bersangkutan;
b. Merangkap jabatan sebagai anggota DPRD;
c. Merugikan kepentingan umum, Meresahkan kelompok masyarakat, dan
Mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain;
d. Melakukan Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme, menerima uang, barang, dan jasa dari
pihak lain, yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan
dilakukannya;
e. Menyalahgunakan Wewenang;
f. Melanggar sumpah janji jabatan;

Bagian Kedua
KETUA RUKUN TETANGGA
Pasal 8
1. Ketua Rukun Tetangga Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 bertugas membantu
Ketua Rukun Warga dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya;
2. Dalam melaksanakan tugasnya, Ketua Rukun Tetangga sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1 ) bertanggung jawab kepada Ketua Rukun Warga ;
3. Untuk menjalankan fungsinya sebagaimana dimassud pada ayat ( 2 ), Ketua Rukun
Tetangga mempunyai tugas membantu Kepala Desa melaksnakan kegiatan
Pemerintahan, Pembangunan, dan Kemasyarakatan;

BAB IV
TATA KERJA RUKUN WARGA DAN RUKUN TETANGGA

Pasal 9
Tata kerja Ketua RW dan Ketua RT dengan Pemerintah Desa lebih bersifat Mitra kerja ,
Konsultatif dan Koordinatif;

Bagian Ketiga
Sekretaris Rukun Warga
Pasal 10
Sekretaris Rukun Warga ( RW ) memenuhi persyaratan :
a. Bertakwa Kepala Tuhan Yang Maha Esa
b. Setia Kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dan Negara Persatuan Republik Indonesia serta Pemerintahan
c. Berpendidikan paling rendah Lulusan SLTA atau Sederajat;
d. Mempunyai kemampuan dibidang teknis administrasi Pemerintahan;
e. Mempunyai pengalaman dibidang Admisistrasi Keuangan dan Bidang Perencanaan;
f. Memahami social budaya Masyarakat setempat. dan
g. Berdomisili di RW yang bersangkutan;
h. Berumur paling rendah 20 tahun dan setingi – tingginya 45 tahun pada saat di kukuhkan.
i. Tidak terganggu Jiwanya;
j. Sehat Jasmani dan Rohani;
k. Tidak dalam Setatus Jabatan Perangkat dalam Pemerintah Desa;
l. Dalam menjalankan tugas dan Kewajibannya Sekretaris RW berhak mendapatkan
pembinaan oleh Kepala Desa;

Pasal 11
Ketua RW dan RT berhenti Oleh Karena :
a. Habis masa Jabatanya
b. Meninggal Dunia.
c. Mengajukan Permintaan Berhenti Sendiri.
d. Tidak lagi Memenuhi Syarat.
e. Berakhir masa Jabatannya dan telah diangkatnya Ketua RW dan RT yang Baru.
f. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan peraturan Perundang-
undangan yang berlaku dan atau Norma –norma yang hidup yang berkembang
dalam masyarakat.
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 12
1) Pemerintah Kabupaten dan Camat wajib membina dan mengawasi Lembaga
Kemasyarakatan RW dan RT melalui Pemerintah Desa.
2) Pembinaan dan pengawasan Pemerintah Kabupaten sebagai mana dimaksud pada
Ayat (1) meliputi :
a. Menetapkan pengaturan yang berkaitan dengan Lembaga Kemasyarakatan ;
b. Memberikan pedoman teknis pelaksanaan Lembaga Kemasyarakatan ;
c. Melakukan evaluasi dan pengawasan pelaksanaan Lembaga Kemasyarakatan ;
d. Memberikan bimbingan, suvervisi dan konsultasi pelaksanaan Lembaga
Kemasyarakatan ;
e. Melakukan Pendidikan dan Pelatihan kepada Lembaga Kemasyarakatan ;
3) Pembinaan dan Pengawasan Pemerintah Kabupaten ,Camat dan Pemerintah Desa
meliputi :
a. Menfasilitasi penyusunan perencanaan Pembangunan Desa ;
b. Menfasilitasi teknis pemberdayaan masyarakat ;

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 13
Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan desa ini, sepanjang mengenai Pelaksanaanya
akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Desa.

Pasal 14
Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Desa ini
dengan Penetapanya dalam lembaran Desa Cikeas Udik Kecamatan Gunung Putri
Kabupaten Bogor.

Ditetapkan di : Cikeas Udik


Pada tanggal :
KEPALA DESA CIKEAS UDIK

H. MOCH. HARIS, SE
Diundangkan di : Cikeas Udik
Pada Tanggal :
SEKRETARIS DESA CIKEAS UDIK

SOPIANTO
Nip :
Lembaran Desa Cikeas Udik
Tahun Nomor

Anda mungkin juga menyukai