Anda di halaman 1dari 128

1

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................. 1
B. Tujuan ............................................................................. 3
C. Dasar Hukum .................................................................. 4
BAB II GAMBARAN UMUM ...................................................... 8
A. Profil Kota Bandung ......................................................... 8
B. Potensi Ancaman, Kerentanan, dan Kapasitas ................. 8
C. Fasilitas pelayanan kesehatan di Kota Bandung .............. 11
D. Tenaga Kesehatan di Kota Bandung ................................. 17
E. Organisasi Profesi Kesehatan dan Lembaga Masyarakat Ikut
serta Dalam Penanganan Covid-19 di Kota Bandung ....... 17
BAB III RESPON PANDEMI COVID-19 DI KOTA BANDUNG ........ 19
A. Riwayat Perjalanan Covid-19 di Kota Bandung ................ 19

B. Skenario Respon .............................................................. 24

C. Perkiraan Kasus ............................................................... 25

D. Strategi Penanggulangan................................................... 26
BAB IV TUGAS POKOK MASING-MASING KOMPONEN RESPON
PANDEMI....................................................................... 49
A. Koordinasi, perencanaan, pembiayaan, dan pemantauan. 50
B. Komunikasi risiko, pelibatan masyarakat, dan manajemen
infodemik.......................................................................... 51
C. Surveilans, penyelidikan epidemiologi, pelacakan kontak, dan
penyesuaian tindakan kesehatan masyarakat dan social.. 53
D. Titik masuk, perjalanan dan transportasi dan pertemuan
massal.............................................................................. 56
E. Laboratorium dan diagnostik............................................ 57
F. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, serta Perlindungan Tenaga
Kesehatan......................................................................... 59
G. Manajemen kasus, standar operasional klinis, dan terapi. 60
H. Dukungan operasional dan logistik, serta rantai pasoka... 60
I. Memperkuat layanan dan sistem kesehatan esensial........ 61

i
J. Vaksinasi.......................................................................... 64
BAB V KONSEP OPERASI DAN PELAKSANAAN RESPON PANDEMI 66
A. Konsep Operasi/Rencana Pelaksanaan Respon Pandemi. . 66
B. Tugas dan Fungsi Penangugulangan Covid....................... 68
C. Komponen Respon Pandemi.............................................. 69
BAB 6 ADMINISTRASI DAN LOGISTIK ..................................... 86
A. Administrasi .................................................................... 86
B. Logistik ............................................................................ 88
BAB 7 KOMANDO DAN PERHUBUNGAN.................................... 90
LAMPIRAN ............................................................................. 102

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Laboratorium di Kota Bandung..................................... 11


Tabel 2.2 Laboratorium Pemeriksa Covid-19 di Kota
Bandung ....................................................................... 12
Tabel 2.3 Rumah Sakit di Kota Bandung....................................... 13
Tabel 2.4 Puskesmas di Kota Bandung ......................................... 14
Tabel 2.5 Rekapitulasi Tenaga Kesehatan di Kota Bandung........... 17
Tabel 2.6 Daftar Organisasi Profesi Kesehatan di Kota Bandung. . . 18
Tabel 2.7 Daftar Lembaga Kemasyarakatan di Kota Bandung........ 18
Tabel 3.1 Data Kasus COVID-19 Kota Bandung per
31 Oktober 2021............................................................ 21
Tabel 3.2 Kriteria Derajat Keparahan Yang Disebabkan
COVID-19..................................................................... 25
Tabel 3.3 Laboratorium Pemeriksa Covid-19 di Kota
Bandung........................................................................ 36
Tabel 3.4 Penyediaan dan Utilisasi Tempat Tidur Perawatan
Covid-19 di 30 RS.......................................................... 44
Tabel 3.5 Total Target Sasaran Kota Bandung.............................. 47
Tabel 3.6 Total Cakupan Imunisasi Kota Bandung....................... 47
Tabel 3.7 Total Sasaran Cakupan Imunisasi Kota Bandung.......... 47
Tabel 3.8 Indikator PenanggulanganCovid-19............................... 48
Tabel 5.1 Konsep Operasi Pelaksanaan Respon Berdasarkan
Framework Kebencanaan Nasional................................ 66

iii
DAFTAR GAMBAR

Grafik 3.1 Perkembangan Kasus COVID-19 Kota Bandung 20


Grafik 3.2 Angka Positivity Rate dari Maret 2020 – Oktober
2021................................................................... 22
Grafik 3.3 Angka Reproduksi Covid dari Maret 2020 – Oktober
2021................................................................... 23
Gambar 3.1 Sebaran Kasus Konfirmasi dan Konfirmasi Aktif
per Kecamatan.................................................... 23
Gambar 3.2 Skema Skenario Respon Covid-19 di Kota
Bandung............................................................ 24
Gambar 3.3 Persyaratan Tempatarantina/Isolasi................... 32

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada tanggal 11 Maret 2020 badan kesehatan dunia, World
Health Organization (WHO) telah menyatakan Corona Virus Disease
2019 (COVID-19) sebagai pandemi dan Pemerintah Indonesia
berdasarkan Keputusan Presiden No. 12 tahun 2020 tentang
Penetapan Bencana Non Alam Penyebaran Corona Virus Disease
(Covid-19) Sebagai Bencana Nasional, kemudian Pemerintah Jawa
Barat melalui Keputusan Gubernur Nomor 207 Tahun tentang Status
Tanggap Darurat Bencana Nonalam Pandemi Coronavirus Disease
2019 (Covid-19) Di Daerah Provinsi Jawa Barat.
Pemerintah Kota Bandung pertama kali mengkonfirmasi kasus
Covid-19 pada tanggal 17 Maret 2020. Hingga kini, perjalanan
penyebaran virus ini semakin meluas ditandai dengan peningkatan
kasus di wilayah Kota Bandung. Peningkatan tersebut berdampak
pada aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan
keamanan, serta kesejahteraan masyarakat di Indonesia, oleh karena
itu Pemerintah telah mengambil kebijakan untuk melaksanakan
Pembatasan Sosial Berskala Besar yang pada prinsipnya dilaksanakan
untuk menekan penyebaran COVID-19 semakin meluas, yang
didasarkan pada pertimbangan epidemiologis, besarnya ancaman,
efektifitas, dukungan sumber daya, teknis operasional, pertimbangan
ekonomi, sosial, budaya, dan keamanan. Berbagai upaya dilakukan
secara konsisten oleh Pemerintah Kota Bandung melalui berbagai
kebijakan yang bersinergi dengan kebijakan Pemerintah Pusat dan
Provinsi Jawa Barat.
Salah satu bentuk penanganan dalam penanggulangan covid-19
adalah dengan Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2020
Tentang Percepatan Penanganan Corona Virus Disease-19 Tanggal 15
April 2020 dan Peraturan Wali Kota No 14 Tahun 2020 Tentang
Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Penanganan
1
Corona Virus Disease-19. Perkembang kasus Covid-19 di Kota
Bandung s.d 30 Juni 2021 menunjukkan secara akumulasi tercatat
mencapai 24.613 orang.
Menurut International Health Regulation (IHR) 2005 untuk
meningkatkan kapasitas inti negara dalam pendeteksian, verifikasi,
pelaporan dan respon terhadap Public Health Emergencies of
International Concern (PHEIC), World Health Assembly (WHA) ke-71
telah menekankan peningkatan kapasitas negara dan kemitraan
untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi pandemi. The Asia
Pacific Strategy for Emerging Diseases and Public Health Emergencies
(APSED III) fokus pada penguatan komponen kesehatan masyarakat
inti termasuk respon terhadap keadaan darurat kesehatan
masyarakat, termasuk ancaman pandemi. Belajar dari H1N1 2009,
World Health Organization (WHO) telah mengembangkan Pedoman
Manajemen Risiko Pandemi menggunakan fase pandemi berbasis
risiko kontinum yang mengadopsi pendekatan seluruh masyarakat
dan semua bahaya.
Pada tahun 2017, Indonesia memperbarui Pedoman Manajemen
Risiko Pandemi Nasional dan Rencana Respon Operasi Nasional,
mengadopsi Pedoman Manajemen Risiko Pandemi WHO ke dalam
konteks Indonesia, dan mengujinya melalui latihan simulasi pandemi
skala penuh yang berfokus pada penahanan episenter dengan
keterlibatan multi-sektoral, terutama integrasi operasi keadaan
darurat dengan sistem manajemen bencana negara yang pada
dasarnya respon bencana berorientasi pada pelaksanaan. Itu adalah
seluruh pendekatan masyarakat yang melibatkan tingkat nasional,
provinsi, kabupaten dan masyarakat di semua sektor terkait termasuk
sektor keamanan dan militer.
Indonesia telah mengadopsi pedoman manajemen risiko
pandemi WHO menggunakan pendekatan seluruh masyarakat, yang
menghubungkan pandemi dengan kerangka kerja bencana pada tahun
2016. Sebagai tindak lanjut, Indonesia mengembangkan dan menguji
Rencana Respon Kontijensi Nasional melalui simulasi skala penuh

2
yang melibatkan berbagai sektor di semua tingkatan pada tahun 2017
dan meluncurkan perencanaan kontijensi ke provinsi-provinsi
prioritas pada tahun 2018. Hal Ini telah menjadi tonggak untuk
meningkatkan kesadaran sektor-sektor tersebut tentang kolaborasi
untuk kesiapsiagaan menghadapi pandemi. Pelaksanaan ini telah
berkontribusi untuk meningkatkan kapasitas inti negara dari
International Health Regulation (IHR). Pelaksanaan penahanan
episenter pandemi skala penuh dan pelaksanaan table top di provinsi-
provinsi prioritas menunjukkan kapasitas Indonesia dalam
manajemen risiko pandemi dengan pendekatan seluruh masyarakat
dalam keseluruhan kerangka darurat nasional.
Dengan demikian, kota Bandung merasa perlu untuk
mengadopsi rencana kontijensi pandemi influenza yang sudah dibuat
menjadi rencana operasi respon COVID-19. Pada prinsipnya,
pengenalian dan mitigasi Pandemi COVID-19 dapat diterapkan juga
pada COVID-19 dengan penyesuaian sesuai dengan karakteristik
penyakit.

B. Tujuan
Tujuan dibuatnya Rencana Operasi dan Mitigasi Corona Virus
Diseases 2019 (COVID-19) ini adalah :
1. Memberikan acuan pelaksanaan komando dan koordinasi bidang
kesehatan.
2. Memberikan acuan pelaksanaan deteksi dini, surveilans dan
pembatasan penularan wabah Covid-19 dari manusia ke manusia,
mengurangi infeksi berikutnya pada masyarakat yang rentan serta
tenaga kesehatan termasuk mencegah dampak penyerta lain yang
lebih luas.
3. Memberikan acuan pelaksanaan pelayanan kesehatan dan system
rujukan bagi masyarakat terjangkit wabah Covid-19.
4. Memberikan acuan pelaksanaan intervensi farmasi (non-farmasi)
dalam penanggulangan wabah Covid-19.
5. Memberikan acuan pelaksanaan komunikasi risiko dan peran

3
serta masyarakat.

C. Dasar Hukum
Rencana Operasi ini disusun berdasarkan berbagai peraturan
dan regulasi yang berhubungan dengan Covid-19 yaitu:
1. UU No. 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.
2. UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
3. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
4. UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
5. UU No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia.
6. UU No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.
7. Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1991 tentang
Penanggulangan Wabah Penyakit Menular.
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1371/Menkes/SK/IX/
2005 tentang Penyakit Flu Burung/ Avian Influenza sebagai
Penyakit yang Dapat Menimbulkan Wabah, Serta Pedoman
Penanggulangannya.
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1372/Menkes/SK/IX/
2005 tentang Penetapan Kondisi Kejadian Luar Biasa (KLB) Flu
Burung (Avian Influenza).
10. Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2007, tentang Perubahan Atas
Peraturan Presiden No. 83 Tahun 2005, tentang Badan
koordinasi Nasional Penanganan Bencana.
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 424/Menkes/SK/IV/2007
tentang Pedoman Upaya Kesehatan Pelabuhan dalam rangka
Karantina Kesehatan.
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 431/Menkes/SK/IV/ 2007
tentang Pedoman Teknis Pengendalian Risiko Kesehatan
Lingkungan di Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas Batas dalam
rangka Karantina Kesehatan.
13. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 300/MENKES/SK/IV/
2009 tentang Pedoman Penanggulangan Episenter Pandemi.
14. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1501 Tahun 2010 tentang

4
Jenis Penyakit tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah, dan
Upaya Penanggulangannya.
15. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 45 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan.
16. Keputusan Menteri Kesehatan No.HK.02.02/Menkes/390/ 2014
tentang Pedoman RS Nasional.
17. Keputusan Menteri Kesehatan No.HK.02.02/Menkes/391/ 2014
tentang Pedoman RS Regional.
18. Peraturan Menteri Kesehatan No. 59 Tahun 2016 tentang
Pembebasan Biaya Pasien Penyakit Infeksi Emerging Tertentu.
19. Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 2018 tentang Standar
Pelayanan Minimal.
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 101 Tahun 2018 tentang
SPM sub Urusan Bencana.
21. Instruksi Presiden No. 4 Tahun 2019 tentang peningkatan
kemampuan dalam mencegah, mendeteksi dn merespon wabah
penyakit, pandemic global dan kedaruratan nuklir, biologi dan
kimia.
22. Peraturan Menteri Kesehatan No. 4 Tahun 2019 tentang Standar
Pelayanan Minimal.
23. Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2019 tentang
Penanggulangan Krisis Kesehatan.
24. Keputusan Presiden No. 7 Tahun 2020 tentang gugus tugas
percepatan penanganan Corona Virus Diseases 2019.
25. Keputusan Presiden No. 12 Tahun 2020 tentang Penetapan
Bencana Non Alam Penyebaran Corona Virus Disease 2019
Sebagai Bencana Nasional.
26. Peraturan Menteri Berita Negara RI Permenhumkam RI No. 7
Tahun 2020 Tentang Pemberian visa dan izin tinggal dalam
upaya pencegahan masuknya Virus Corona.
27. Peraturan Menteri Kesehatan HK.01.07/Menkes/214/2020
tentang Jejaring Laboratorium Pemeriksaan Coronavirus Disease
2019.

5
28. Keputusan Menteri Kesehatan No.HK.01.07/Menkes/104/2020
tentang penetapan infeksi Novel Corona virus (infeksi 2019-ncov)
sebagai penyakit yang dapat menimbulkan wabah dan upaya
penanggulangannya.
29. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.01.07/Menkes/169/
2020 tentang Penetapan Rumah Sakit Rujukan Penanggulangan
Penyakit Infeksi Emerging Tertentu.
30. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.01.07/Menkes/413/2020
Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Diseases
2019 (COVID-19).
31. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
HK.1.07/Menkes/4641/2021 Tentang Panduan Pelaksanaan
Pemeriksaan, Pelacakan, Karantia, dan Isolasi Dalam Rangka
Percepatan Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Diseases
2019 (COVID-19).
32. Keputusan Menteri Kesehatan RI MENKES/4642/2021 Tentang
Penyelenggaran Laboratorium Pemeriksaan Coronavirus
Diseases 2019 (COVID-19).
33. Keputusan Gubernur Nomor 157 Tahun 2020 Tentang Pusat
Informasi Dan Koordinasi Coronavirus Disease 19 (COVID-19) Di
Jawa Barat.
34. Keputusan Gubernur Nomor 176 Tahun 2020 Tentang
Pencegahan Dan Penanggulangan Corona Virus Disease 19
(Covid19) Di Jawa  Barat.
35. Keputusan Gubernur 189 Tahun 2020 Tentang Status Keadaan
Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit COVID-19 di Jawa
Barat.
36. Keputusan Gubernur Nomor 192 Tahun 2020 Tentang
Penetapan Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat
Sebagai Laboratorium Pemeriksaan Coronavirus Disease 19
(COVID-19).
37. Keputusan Gubernur Nomor 207 Tahun 2020 Tentang Status
Tanggap Darurat Bencana Nonalam Pandemi Coronavirus

6
Disease 19 (COVID-19) Di Daerah Provinsi Jawa Barat .

38. Keputusan Gubernur Nomor 209 Tahun 2020 Tentang


Perubahan Atas Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor
443/kep.199-hukham/2020 Tentang Gugus Tugas Percepatan
Penanggulangan Coronavirus Disease 19 (COVID-19) Di Jawa
Barat.
39. Keputusan Gubernur Nomor 243 Tahun 2020 Tentang
Penunjukan Kantor Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat Sebagai
Satuan Pelayanan Kesehatan Isolasi Jawa Barat Dalam Rangka
Penanganan Coronavirus Disease 19 (COVID-19).
40. Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2020 tentang
Percepatan Penanganan Coronavirus Disease 2019.
41. Keputusan Wali Kota Bandung Nomor
440/Kep.1256-Bag.Huk/2020 Tentang Pembentukan Komite
Kebijakan Satuan Gugus Tugas Penanganan Coronavirus
Diseases 2019 dan Satuan Tugas Pemulihan Ekonomi Kota
Bandung.
42. Keputusan Wali Kota Bandung Nomor 443/Kep.222-Bag
Huk/2020 Tentang Status Keadaan Tanggap Darurat Bencana
Wabah Penyakit Akibat Corona Virus Disease 19 di Kota
Bandung.
43. Keputusan Wali Kota Bandung Nomor
443/Kep.239-Dinkes/2020 Tentang Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Coronavirus Diseases 2019.
44. Keputusan Wali Kota Bandung Nomor
445/Kep.695-Dinkes/2021 Penetapan Rumah Sakit Rujukan
Khusus Pelayanan Corona Virus Disease 2019 di Kota Bandung.
45. Keputusan Wali Kota Bandung Nomor
469/Kep.228-Distaru/2020 Tentang Penetapan Lokasi Tempat
Pemakaman Umum bagi Jenazah Korban Wabah Penyakit
Corona Virus Disease 19.

7
46. Peraturan Wali Kota Bandung 103 Tahun 2021 tentang
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Level 2 Covid
2019 di Kota Bandung.

BAB II
GAMBARAN UMUM

A. Profil Kota Bandung


Kedudukan Kota Bandung merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa
Barat yang menjadi kota metropolitan terbesar di provinsi ini dan kota
terbesar di wilayah jawa bagian selatan dengan jumlah penduduk
2.510.103 jiwa terbagi 1,264,325 laki-laki dan 1,245,778 perempuan.
Kota Bandung secara geografis terletak di antara 107036' Bujur Timur
dan 6 055' Lintang Selatan. Dengan posisi tersebut Kota Bandung
berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung
Barat di sisi sebelah Utara, Kabupaten Bandung di sebelah Selatan,
Kota Cimahi di Sebelah Barat, dan Kabupaten Bandung di sebelah
Timur. Relief muka bumi Kota Bandung adalah dataran tinggi berada
pada ketinggian ± 768 M DPL dengan titik tertinggi di Kelurahan
Ledeng Kecamatan Cidadap (892 M DPL) dan terendah di Kelurahan
Rancanumpang Kecamatan Gedebage dengan ketinggian 666 M DPL
[1] Wilayah Kota Bandung dilalui oleh dua sungai utama, yakni Sungai
Cikapundung dan Sungai Citarum. Di luar itu, beberapa anak sungai
juga melalui Kota Bandung yang pada umumnya mengalir ke arah
selatan.

B. Potensi Ancaman, Kerentanan, dan Kapasitas


COVID-19 disebabkan oleh virus SARS CoV-2 yang merupakan
Corona Virus jenis baru dengan analisis filogenetik mendekati isolat
Corona Virus dari kelelawar Chinese chrysanthemum-headed bats yang
diisolasi pada tahun 2015. SARS CoV-2 ini merupakan Corona Virus
kluster β-coronavirus yang merupakan zoonosis coronavirus yang
baru setelah SARS dan Middle East Respiratory Syndrome (MERSCoV).
8
Virus ini termasuk dalam sub genus botulinum Coronaviridae. Hasil
sekuensing menunjukkan bahwa SARSCoV-2 homolog 79,5% dengan
SARS-COV. Kasus pertama di Wuhan yang disebabkan oleh virus ini
berhubungan dengan pasar Huanan yang kemudian menyebar antar
manusia.
Jumlah ini akan terus berubah, dan CFR yang pasti tidak akan
dapat diketahui sampai wabah ini selesai. Median dari onset gejala
hingga kematian sebesar 14 hari sedangkan pada usia lanjut (diatas
70 tahun) median tingkat kematian adalah 11.5 hari (11). Kematian
meningkat seiring dengan peningkatan usia, dengan kematian yang
tertinggi terjadi pada pasien diatas usia 80 tahun (estimasi CFR
mencapai hingga 14.8%). Tingkat kematian pasien dengan komorbid
terjadi lebih tinggi, 13.2 % pada pasien dengan penyakit
kardiovaskular, 9.2% pada pasien dengan diabetes, 8.4% pada pasien
dengan hipertensi, 8% pada pasien dengan penyakit pernafasan kronik
dan 7.6% pada pasien dengan kanker.
Penularan COVID-19 melalui droplet yang ditularkan melalui
batuk, bersin atau menyentuh benda yang terkontaminasi oleh droplet
dan kemudian menyentuh mata, hidung atau mulut. Oleh karena itu,
sangatlah penting untuk menjaga jarak minimal1 meter dari orang
yang sakit. Masa inkubasi COVID-19 berkisar antara 1-14 hari, paling
umum sekitar 5 hari. Risiko tertular COVID-19 dari seseorang yang
tidak bergejala sangat rendah. Namun, banyak orang yang mengalami
gejala ringan yang dapat menyebabkan penularan. Ada bukti yang
menyatakan bahwa infeksi COVID-19 mungkin mengarah pada infeksi
saluran pencernaan dan akan ada di feses. Namun, hingga sekarang
hanya ada satu penelitian yang mengembangbiakkan virus COVID-19
dari specimen feses tunggal. Pada konteks COVID-19, penularan lewat
udara mungkin bisa terjadi pada keadaan khusus dimana dilakukan
prosedur menghasilkan aerosol (misalkan intubasi endotrakhea,
bronkoskopi, suction terbuka, pemberian terapi nebulasi, ventilasi
manual sebelum intubasi, mengubah pasien ke posisi tengkurap,
melepaskan pasien dari ventilator, ventilasi non-invasif tekanan

9
positif, trakheostomi, dan resusitasi kardiopulmo). Pada analisa
75,465 kasus COVID-19 di China, penularan lewat udara tidak
dilaporkan. SARS CoV-2 dapat bertahan di permukaan selama
beberapa jam atau hingga beberapa hari tergantung dari jenis
permukaan, suhu atau kelembaban lingkungan.
Pengobatan spesifik untuk COVID-19 belum tersedia, hingga
saat ini pengobatan masih berupa dukungan perawatan suportif.
Beberapa percobaan klinis dilakukan, namun kajian lebih lanjut
masih diperlukan. Untuk memastikan bukti jelas pengobatan yang
mana yang paling efektif, WHO dan mitra sedang melakukan
penelitian internasional besar, disebut SOLIDARITY TRIAL, untuk
membandingkan pengobatan tunggal atau kombinasi berbeda yang
ada di banyak negara dan untuk menghasilkan bukti yang kuat
pengobatan mana yang paling efektif. Sampai saat ini, belum terdapat
vaksin COVID-19.
Untuk menghindari penularan COVID-19, WHO menyarankan
untuk melakukan pencegahan dengan mencuci tangan dengan sabun
dan air mengalir atau hands rub berbahan alkohol, menjaga jarak
setidaknya satu meter dengan orang yang sakit, mencegah menyentuh
mata, hidung dan mulut, karena dapat memindahkan virus dari benda
yang terkontaminasi ke dalam tubuh kita, melakukan etika batuk
yang benar, memastikan orang yang sakit menggunakan masker dan
beristirahat di rumah. Tenaga kesehatan harus memperhatikan
pengendalian infeksi dengan memakai alat pelindung diri pada saat
kontak dengan pasien.
Tenaga kesehatan berisiko untuk tertular COVID-19. Penularan
tenaga kesehatan dapat diakibatkan oleh tidak lengkapnya pemakaian
alat pelindung diri. WHO menyebutkan bahwa 21% petugas kesehatan
terinfeksi SARS pada tahun 2002. Demikian pula untuk penularan
COVID-19 pada tenaga kesehatan terjadi di China, Hongkong dan
Indonesia.
Potensi ancaman COVID-19 dapat masuk ke Jawa Barat melalui
pelaku perjalanan internasional maupub domestik melalui pelabuhan,

10
bandara udara dan lintas batas, maupun tertular dari orang di dalam
daerah terjangkit di Indoensia maupun pelaku perjalanan dari daerah
terjangkit.

C. Fasilitas pelayanan kesehatan di Kota Bandung


Fasilitas pelayanan kesehatan di Kota Bandung terdiri dari
Puskesmas dan Rumah Sakit serta pelayanan kesehatan lainnya
(klinik utama dan klinik pratama). Sejumlah 37 Rumah Sakit, 80
Puskesmas, 104 klinik utama, dan 225 klinik pratama yang berada di
Kota Bandung telah diperintahkan untuk siaga Covid-19 dan
sebanyak 12 Rumah Sakit telah ditunjuk sebagai rumah sakit
rujukan Covid-19. Sedangkan laboratorium pemeriksa PCR/NAAT di
Kota Bandung terdapat 27 Laboratorium dengan 2 Laboratorium
Rujukan Utama PCR/NAAT. Dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 2.1
Laboratorium di Kota Bandung

No Nama Laboratorium Pemeriksa Klasifikasi Lab Klinik


1 Laboratorium klinik duta medika Pratama
2 Laboratorium Klinik Kimia Farma Pratama
Pasirkaliki
3 Laboratorium Klinik Kimia Farma Buah Pratama
Batu
4 Laboratorium Klinik Kimia Farma Pratama
Cabang Ujung Berung
5 Laboratorium Klinik Kimia Farma Pratama
Cabang Dago
6 UPT. Kesehatan Univ. Padjajaran Pratama
7 Prodia Bumi Mas Kencana Pratama
8 Prodia cabang Moh Toha Pratama
9 Lab Klinik Prodia cabang buahbatu Pratama
10 Lab klinik prodia metro indah mall Pratama
11 Laboratorium Klinik Pranida Pratama
12 Labora cabang Lengkong Pratama
13 Labora cabang Sukajadi Pratama
14 Laboratorium Klinik Prodia Sukajadi Pratama

11
15 Laboratorium Klinik Prodia Buah Batu Pratama
16 Laboratorium Klinik Pramita Buah Batu Pratama
17 e-Labs Telkomedika Pratama
18 Laboratorium Klinik Andir Pratama
19 Laboratorium Klinik Biotest Pratama
20 Lab Klinik Pratama Multi Test Pratama
21 Cermat Pratama
22 e-LABS Pratama
23 UPT Lab Dinas Kesehatan Kota Pratama
Bandung
24 Lab Budi Kartini Pratama
25 Laboratorium klinik Kimia Farma Madya
Citarum
26 Laboratorium Klinik Pramita Moh. Toha Madya
27 Laboratorium Klinik Utama Bio Fit Utama
Health Centre
28 Laboratorium Klinik Utama Biotest Utama
29 Parahita diagnostic Center cabang pp Utama
30 Parahita diagnostic Center cabang kopo Utama
31 Lab. Klinik Pramita cabang Utama
32 Lab Klinik Pramita Cab Martadinata Utama
33 Lab. Klinik Prodia Wastukencana Utama
34 Bio Tek Utama

Tabel 2.2
Laboratorium Pemeriksa Covid-19 di Kota Bandung

No Kode Lab Nama Laboratorium Pemeriksa

1 c.67 Lab Central UNPAD


2 c.83 Lab Prodia
3 c.89 Labkes Kota Bandung *)
4 c.46 Labkesda Provinsi Jawa Barat
5 c.553 Laboratorium Biofarma Bandung
6 c.880 Laboratorium Bumame Farmasi Bandung
7 c.216 Laboratorium Farmalab
8 c.516 Laboratorium Intibios Bandung
9 c.438 Laboratorium Kimia Farma Bandung
12
10 c.733 Laboratorium Klinik Bio Fit Bandung
11 c.917 Laboratorium Klinik Helix Kota Bandung
12 c.53 Laboratorium Klinik Kimia Farma
13 c.437 Laboratorium Pramita Bandung
14 c.376 Laboratorium RS Advent Bandung
15 c.463 Laboratorium RS Borromeus
17 c.567 Laboratorium RS Islam Bandung
18 c.589 Laboratorium RS Melinda 2 Bandung
19 c.597 Laboratorium RS Santo Yusup
20 c.595 Laboratorium RSAU Salamun Bandung
21 c.608 Laboratorium RSKIA kota Bandung *)
22 c.594 Laboratorium Santosa Hosp Bandung
23 c.742 Laboratorium UNPAD Dipati Ukur
24 c.495 RS Immanuel Bandung
25 c.199 RS Sariningsih Bandung
26 c.29 RS Universitas Padjajaran Bandung
27 c.30 RSUP Hasan Sadikin Bandung
Catatan : *)Laboratorium milik Pemerintah Kota Bandung

Tabel 2.3
Nama-nama Rumah Sakit di Kota Bandung
N Nama Rumah Sakit
o
1 RS ADVENT
2 RS Bhayangkara tk II Sartika asih
3 RS Bungsu
4 RS Edelweiss
5 RS Hermina Arcamanik
6 RS Hermina Pasteur
7 RS Humana Prima
8 RS Ibu dan Anak Al Islam
9 RS Immanuel
10 RS KEBONJATI
11 RS Khusus Ginjal Ny. R. A. Habibie
13
12 RS Melinda 1
13 RS Melinda 2
14 RS Muhammadiyah
15 RS Paru Dr. HA. Rotinsulu
16 RS Pindad
17 RS Santo Borromeus
18 RS Santo Yusup
19 RS Santosa Central
20 RS Santosa Kopo
21 RS Sariningsih
22 RSAU dr. M. Salamun
23 RSHS
24 RSIA Graha Bunda
25 RSIA Limijati Bandung
26 RSKB Halmahera Siaga
27 RSKIA Kota Bandung
28 RSU Al Islam
29 RSUD Kota Bandung Ujung Berung
30 RSUPMN Cicendo
31 RSKGM Maranatha
32 RSKGM Kota Bandung
33 RS Bandung Eye Center
34 RSIA Harapan Bunda
35 RSU Rajawali

Tabel 2.4
Puskesmas di Kota Bandung

No Nama Puskesmas
1 Puskesmas Sukarasa
2 Puskesmas Ledeng
3 Puskesmas Karangsetra
4 Puskesmas Sarijadi
5 Puskesmas Sukajadi

14
6 Puskesmas Sukawarna
7 Puskesmas Sukagalih
8 Puskesmas Pasirkalilki
9 Puskesmas Sukaraja
10 Puskesmas Garuda
11 Puskesmas Babatan
12 Puskesmas Ciumbuleuit
13 Puskesmas Cipaku
14 Puskesmas Puter
15 Puskesmas Dago
16 Puskesmas Sekeloa
17 Puskesmas Cikutra Lama
18 Puskesmas Salam
19 Puskesmas Taman Sari
20 Puskesmas Tamblong
21 Puskesmas Balaikota
22 Puskesmas Neglasari
23 Puskesmas Cigadung
24 Puskesmas Padasuka
25 Puskesmas Pasirlayung
26 Puskesmas Babakan Sari
27 Puskesmas Babakan Surabaya
28 Puskesmas Ibrahim Aji
29 Puskesmas Gumuruh
30 Puskesmas Ahmad Yani
31 Puskesmas Talaga Bodas
32 Puskesmas Suryalaya
33 Puskesmas Cijagra Baru
34 Puskesmas Cijagra Lama
35 Puskesmas Pasundan
36 Puskesmas Moh. Ramdan
37 Puskesmas Pasirluyu
38 Puskesmas Pagarsih
39 Puskesmas Astanaanyar
40 Puskesmas Liogenteng
41 Puskesmas Pelindung Hewan
42 Puskesmas Cetarip

15
43 Puskesmas Babakan Tarogong
44 Puskesmas Sukapakir
45 Puskesmas Kopo
46 Puskesmas Cibaduyut kidul
47 Puskesmas Cibaduyut Wetan
48 Puskesmas Caringin
49 Puskesmas Cibolerang
50 Puskesmas Sukahaji
51 Puskesmas Cibuntu
52 Puskesmas Cijerah
53 Puskesmas Cigondewah
54 Puskesmas Griya Antapani
55 Puskesmas Jajaway
56 Puskesmas Antapani
57 Puskesmas Sindang jaya
58 Puskesmas Jatihandap
59 Puskesmas Mandala Mekar
60 Puskesmas Pamulang
61 Puskesmas Girimande
62 Puskesmas Arcamanik
63 Puskesmas Rusunawa
64 Puskesmas Ujung Berung Indah
65 Puskesmas Pasirjati
66 Puskesmas Cinambo
67 Puskesmas Cibiru
68 Puskesmas Cipadung
69 Puskesmas Cilengkrang
70 Puskesmas Panghegar
71 Puskesmas Panyileukan
72 Puskesmas Riung Bandung
73 Puskesmas Cempaka Arum
74 Puskesmas Cipamokolan
75 Puskesmas Derwati
76 Puskesmas Margahayu Raya
77 Puskesmas Sekejati
78 Puskesmas Kujangsari
79 Puskesmas Mengger

16
80 Puskesmas Pasawahan

D. Tenaga Kesehatan di Kota Bandung


Kota Bandung memiliki tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter
spesialis, dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan, petugas
kesehatan masyarakat, dll. Jumlah tenaga kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada di wilayah Kota Bandung pada tahun
2020 sebanyak 12.565 orang. Jumlah tersebut merupakan jumlah
tenaga di Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit
Swasta.

Tabel 2.5
Rekapitulasi Tenaga Kesehatan di Kota Bandung

Tenaga Kesahatan Jumlah SDM


Dokter Spesialis 1828
Dokter Gigi Spesialis 122
Dokter Umum 675
Dokter Gigi 221
Perawat 6062
Bidan 870
Tenaga Teknisi Farmasi 807
Apoteker 314
Kesehatan Gizi 714
Kesehatan Masyarakat 167
Kesehatan Lingkungan 98
Analis Kesehatan 426
Rekam Medis 58
Tenaga Teknis Medis 636

E. Organisasi Profesi Kesehatan dan Lembaga Masyarakat Ikut serta


Dalam Penanganan Covid-19 di Kota Bandung.
Peranan Tenaga Kesehatan menjadi hal penting sebagai garda
terdepan dalam penanganan Pandemi COVID-19. Melaksanakan

17
tugas kemanusiaan dengan menepis rasa takut demi kesembuhan
pasien covid-19 dan peran penting lembaga masyarakat sangat
langsung dirasakan dalam melalukan pelacakan kontak karena dalam
prosesnya mereka langsung terjun ke lingkungan rumah sekitar
apabila ada kasus COVID-19 dan berkolaborasi dengan fasyankes
setempat seperti puskesmas dan dipantau oleh petugas puskesmas.

Tabel 2.6
Daftar Organisasi Profesi Kesehatan di Kota Bandung

1. Ikatan Dokter Indonesia (IDI)


2. Persatuan Perawat Nasional Indonesia
3. Ikatan Apoteker Indonesia
4. Ikatan Bidan Indonesia
5. Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia
6. Ikatan Paramedik Teknologi Transfusi Darah
Indonesia
7. Perhimpunan Epidimiologi Indonesia
8. Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
9. Perhimpunan Profesional Perekam Medis &
Informasi Kesehatan Indonesia
10. Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik
Indonesia

Tabel 2.7
Daftar Lembaga Masyarakat di Kota Bandung

1. Penggerak PKK Kota Bandung


2. MUI Kota Bandung
3. Forum Kerukunan Umat Beragama Kota Bandun
4. PMI Kota Bandung
5. Forum Organisasi Kemasyarakatan Kota Bandung
6. Forum RW Siaga
7. Karang Taruna
8. Kader Kesehatan

18
9. Relawan Mahasiswa Kesehatan
10. dan seterusnya

BAB III
RESPON PANDEMI COVID-19 DI KOTA BANDUNG

A. Riwayat Perjalanan Covid-19 di Kota Bandung


Di Indonesia kasus pertama kali teridentikasi pada tanggal 2
Maret 2020 merupakan Kontak Erat dari Kasus yang teridentifikasi
di Malaysia, selanjutnya terus mengalami peningkatan secara
sporadik di wilayah JABODETABEK. Setelah kasus tersebut
ditemukan kasus-kasus dari kontak erat yang selanjutnya menyebar
ke seluruh Indonesia dari mereka yang melakukan perjalanan ke
wilayah tersebut.
Pada 17 Maret 2020, Pemkot Bandung resmi umumkan kasus
pertama positif aktif pasien terpapar COVID-19 di Kota Bandung,
seorang warga yang berjenis kelamin laki-laki berusia 31 tahun dan
menjadi kasus ke 12 di Indonesia ini dengan aktivitasnya (kerja) di
Jakarta, diawali dirawat di rumah sakit di Jakarta kemudian dibawa
ke Bandung, dan dirawat di salah satu satu rumah sakit rujukan di
Kota Bandung. Berselang sepekan, tepat pada 23 Maret, Wakil Wali
Kota Bandung Yana Mulyana terpapar COVID-19 setelah menghadiri
acara HIPMI Jabar di Karawang. acara HIPMI merupakan salah satu
klaster dari empat klaster yang pertama kali terjadi di Jabar. Setelah
menjalani 11 hari masa isolasi di RSHS Kota Bandung, Wakil
Walikota Bandung dinyatakan negatif atau sembuh dari virus Corona.
Perjalanan penyebaran virus ini semakin meluas di wilayah Kota
Bandung, perkembangan jumlah kasus COVID-19 dari Kota Bandung
dari waktu ke pada setiap fase Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB), pelaksanaan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB), maupun
Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dapat dilihat
pada grafik berikut:

19
Grafik 3.1
Perkembangan Kasus COVID-19 Kota Bandung

Peningkatan kasus signifikan terjadi setelah libur panjang Idul


Fitri mulai bulan Juni 2021 sampai dengan Agustus 2021, hal ini
dikarenakan peningkatan mobilitas masyarakat pada masa
pengetatan sebelum dan sesudah peniadaan mudik, ketidakpatuhan
pelaksanaan protokol kesehatan dan munculnya virus varian baru
yang menular lebih cepat yaitu Virus Corona Varian Delta. Hal ini
dikuatkan dengan pernyataan Juru Bicara Kementerian Kesehatan
yang menyebutkan telah ditemukannya Virus Corona Varian Delta di
kota-kota di Pulau Jawa. Kondisi peningkatan kasus yang tajam
mulai awal bulan Juni 2021 bukan hanya terjadi di Kota Bandung,
melainkan terjadi pula di kota/ kab lain. Peningkatan kasus di
Provinsi Jawa Barat khususnya di Kota/Kab di wilayah Bandung
Raya, yang diiringi dengan meningkatnya keterisian rumah sakit yang
sudah melebihi standar, maka ditetapkan kondisi Siaga 1 Bandung
Raya pada 15 Juni 2021 oleh Gubernur Jawa Barat.
Pemerintah Kota Bandung menindaklanjuti Siaga 1 Bandung

20
Raya dengan melakukan pengetatan aktivitas masyarakat dengan
menetapkan Peraturan Wali Kota Nomor 61 Tahun 2021 Tentang
Perubahan Keenam Atas Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 1
Tahun 2021 Tentang Pemberlakuan Pembatasn Sosial Berskala Besar
Secara Proporsional Dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Kota Bandung Data per
tanggal 31 Oktober 2021 menunjukkan kasus konfirmasi Kota
Bandung secara akumulasi tercatat mencapai 42.962 orang, sembuh
41.176 orang dan meninggal 1422 orang dengan tingkat kematian
3,4% dan tingkat kesembuhan 95,84%. Selain kasus konfirmasi,
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Bandung mencatat data
Suspek dan Kontak Erat sesuai Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/ 413/2020 Tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease-19 (Covid-
19) Revisi 5. Adapun data kasus Covid-19 di Kota Bandung per tanggal
31 Oktober 2021 tersaji pada Tabel berikut.
Tabel 3.1
Data Kasus COVID-19 Kota Bandung per 31 Oktober 2021

No Kriteria Jumlah
1 Kasus Konfirmasi
Total 42.962
Aktif (Dalam perawatan/ isolasi) 364
Sembuh 41.176
Meninggal 14
22
2 Suspek
Total 27.756
Masih dipantau 167
Discarded 27.589
3 Kontak Erat
Total 33.371
Discarded 33.362
Masih pemantauan 9

Sumber : Dinas Kesehatan, Bappelitbang (diolah), 2021

Penentuan tingkatan klasifikasi transmisi komunitas dilakukan

21
dengan menilai tiga indikator utama. Indikator kasus konfirmasi,
rawat inap dan kematian baru per 100.000 penduduk per minggu
sesuai dengan kasus konfirmasi pada minggu terakhir di bulan
Oktober 2021 di Kota Bandung yakni sebesar 12,07 masuk pada
kategori TK1 <20 yang angka kejadian rawat inap baru COVID-19 per
100.000 populasi per minggu sesuai dengan angka kejadian rawat
inap pada minggu terakhir di bulan Oktober 2021 di Kota Bandung
yakni sebesar 0,97 masuk pada kategori TK1 <5 dan jumlah kejadian
kematian baru COVID-19 per 100.000 populasi per minggu sesuai
dengan angka kejadian kematian pada minggu terakhir di bulan
Oktober 2021 di Kota Bandung yakni sebesar 0,00 masuk pada
kategori TK1 <1. Dari ketiga indikator ini Kota Bandung berada pada
TK1 yang artinya insiden rendah kasus yang didapat secara lokal dan
tersebar luas terdeteksi dalam 14 hari terakhir, banyak kasus tidak
terkait dengan klaster tertentu. Transmisi dapat terfokus pada sub-
kelompok populasi tertentu.
Positivity rate merupakan salah satu kapasitas respon suatu
wilayah yaitu perbandingan antara jumlah kasus positif Covid-19
dengan jumlah tes yang dilakukan dan Angka Positivity rate kota
Bandung dari bulan Maret 2020 – 31 Oktober 2021 mengalami
fluktuatif dan mengalami penurunan seiring dengan dilakukan
skrining dan surveilans Covid-19 yang optimal, data per Tanggal 31
Oktober 2021, positivity rate menunjukan angka 1,73 %, angka ini
masuk pada kategori memadai karena jauh lebih rendah dari standar
yang di tetapkan WHO yang tidak boleh melebihi 5% . Positivity rate
Kota Bandung dapat dilihat pada grafik di bawah ini

Grafik 3.2
Angka Positivity Rate dari Maret 2020 – Oktober 2021

22
Angka Rt atau angka reproduksi Covid-19 di kota Bandung dari
bulan Maret 2020 – Oktober 2021 mengalami fluktuatif dan
menunjukan angka 1,26 yang artinya angka Rt ini > 1 dengan angka
ideal yang harus dicapai < 1 dan dapat dilihat pada grafik di bawah
ini

Grafik 3.3
Angka Reproduksi Covid dari Maret 2020 – Oktober 2021

Sebaran kasus konfirmasi dan konfirmasi aktif pada 30


kecamatan dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.1
Sebaran Kasus Konfirmasi dan Konfirmasi Aktif per Kecamatan

23
Sebaran COVID-19 di Kota Bandung, sampai dengan 31 Oktober
2021 dengan jumlah kasus di Kota Bandung mencapai 42.962 orang
dan sebanyak 1422 kasus meninggal dengan CFR sebesar 3.4% angka
ini melebihi angka di tingkat kematian Nasional (2,7%) maupun Global
(2,2%).

B. Skenario Respon
Dengan munculnya Corona Virus sub tipe baru (COVID-2)
dan ditetapkan Pandemi COVID-19 oleh Dirjen WHO sehubungan
dengan penyebaran COVID-19 yang meluas di dunia sampai saat
ini, maka Kota Bandung perlu untuk mengadopsi rencana kontijensi
pandemi influenza yang sudah dibuat menjadi rencana operasi respon
COVID-19. Pada prinsipnya, pengenalian dan mitigasi Pandemi
COVID-19 dapat diterapkan juga pada COVID-19 dengan
penyesuaian sesuai dengan karakteristik penyakit.
Demikian halnya dengan Kota Bandung dengan mengadopsi
Pedoman Manajemen Risiko Pandemi Nasional dan Rencana Respon
Operasi Nasional telah menyusun Rencana Kontinjensi Tentang
Penanggulangan Bencana Wabah Corona Virus Desease 2020
(COVID-19). Untuk tingkat operasional maka Dinas Kesehatan Kota
Bandung menyusun Rencana Operasi dan Mitigasi Corona Virus
Diseases (Covid-19) yang dapat digambarkan pada skema berikut ini

Gambar 3.2
Skema Skenario Respon Covid-19 di Kota Bandung

24
1. Penyiapan Frontile 1. Penjaringan 1. Peningkatan Testing 1. Psikososial
& Tim Surveilans Kontak erat & 2. Intensifikasi Tracking Suport
2. Penyiapan Logistik Suspek 3. Rujukan/isolasi kasus 2. Pemulihan
3. Penyiapan Tim 2. Rujukan / - RS Rujukan Khusus ekonomi
Pengambilan Isolasi Kasus Covid-19 3. Surveilans IU,
Sampel 3. Testing - Peningkatan Kapasitas Ispa,
4. Penyiapan RS Pusat 4. Tracking TT Faskes RS Pneumonia
5. Surveilans Kontak Kontak Darurat 4. Monitoring
Erat & Suspek 5. Logistik - Isolasi mandiri & dan Evaluasi
6. Isolasi Suspek 6. Tindakan Gedung karantina bagi 5. Dll
7. Tindakan Kekarantinaa OTG
Kekarantinaan n 4. Penjaringan Kasus
8. Promkes & -Karantina Pneumonia & IU
Komunikasi Risiko rumah 5. Tindakan Kekarantinaan
9. Protokol – Protokol -Pembatasan 6. Pemenuhan Kebutuhan
social Logistik dan SDM
7. Desinfeksi 7. Protokol Kesehatan Pada
8. Promkes & Semua Bidang Kehidupan
Komunikasi 8. Familly Psikososial
Risiko Suport
9. Protokol TTU 9. Intervensi Sosial,
& Ekonomi & Keamanan
Transformasi 10.Vaksinasi
10.Intervensi
Sosial
Ekonomi

C. Perkiraan Kasus
Perkiraan kasus yang dituangkan dalam Rencana Kontinjensi
Kota Bandung dibuat asumsi kasus dalam beberapa tingkatan,
asumsi ini didasarkan pada skenario yang yang dikembangkan oleh
WHO dan pertimbangan kebijakan Kota Bandung dengan pencapaian
masyarakat yang telah mendapatkan vaksin, dan penerapan
RAPERDA Covid-19 yang akan segera disahkan sehingga didapatkan
asumsi 3%, 4%, 5% dan 10%. Asumsi kasus dengan kriteria derajat
keparahan yang di sebabkan Covid-19 disajikan pada tabel berikut
ini :
Tabel 3.2
Kriteria Derajat Keparahan Yang Disebabkan COVID-19
Bandung Bandung Bandung Bandung
Asumsi (3%) (4%) ( 5 %) (10%)
25
Angka Serangan Klinis: 3%,
4%, 5%, 10% Total population 75.303 100.404 125.505 251.010
(2.510.103)
Perawatan / Monitoring di
Rumah: 50% X Clinical 37.651 50.202 62.752 125.505
attack rate
Rawat Inap: 20% x Angka 15.060 20.080 25.101 51.402
Serangan Klinis
ICU: 5% x Angka Serangan 3.765 5.020 6.275 12.550
Klinis
Ventilator: 80% x ICU 3.012 4.016 5.020 10.040
CFR: 2.6% x Rawat Inap 391 522 652 1.336

Pada rencana kontingensi Kota Bandung ini disusun rencana


operasi respon dengan antisipasi jumlah kasus yang memungkinkan
terjadi pada Tahun 2022 seperti tabel diatas dari populasi seluruh Kota
Bandung.

D. Strategi Penanggulangan
Sebagai panduan dalam penanggulangan, acuan digunakan
antara lain Rencana Kontinjensi penggulangan Covid-19 di Kota
Bandung yang telah disusun sesuai dengan Buku Pedoman
Pencegahan Dan Pengendalian Corona Virus Disesase (Covid-19) yang
diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Didalam Skenario
Penanggulangan Covid 19 Kegiatan Penanggulangan di Kota Bandung
terbagi dalam 4 fase yaitu :
1. Fase Kewaspadaan yaitu fase dimana belum ada kasus yang
dilaporkan, sistem surveilans digerakan untuk mendeteksi
pergerakan kasus secara Global dan Nasional, surveilans kelompok
risiko tinggi (suspek dan kontak erat), penyiapan logistik,
penguatan Rumah Sakit Rujukan, penyiapan laboratorium, KIE
dan promosi kesehatan, dan penyiapan protokol-protokol
kesehatan.
2. Fase Transmisi Awal yaitu fase yang dimulai dengan
ditemukannya satu kasus konfirmasi Covid-19, yang selanjutnya
terjadi penularan setempat secara sporadik namun tetap

26
terkontrol melalui kegiatan deteksi dini, contact tracing dan
pembatasan penularan pada daerah fokus. Pembatsan sosial mulai
diterapkan sedangkan lockdown hanya diberlakukan pada
daerah-daerah fokus penularan (blocking focus) dengan
dukungan sosial ekonomi dan kemanan. Ditunjang dengan
Penyuluhan kesehatan masyarakat dan desinfeksi lingkungan.
Protokol-protokol kesehatan mulai diterapkan di tempat-tempat
umum. Isolasi kasus mapun orang berisiko dilakukan dengan
karantina rumah maupun pada gedung-gedung pusat karantina
di masing-masing kabupaten/kota.
3. Fase Epidemik yaitu fase yang ditandai dengan ditemukannya
kasus tanpa riwayat kontak yang jelas setelah dilakukan tracing
kontak dan penyelidikan epidemiologi oleh Tim Surveilans di
lapangan. Pada fase ini sudah terjadi penularan secara bebas di
masyarakat, lonjakan kasus meningkat secara drastis untuk
mencapai puncaknya, karena orang-orang yang pernah kontak
dengan kasus tidak terdeteksi (tidak terkontrol). Apabila tidak
dipersipkan maka dapat terjadi kedaruratan pada sistem
pelayanan kesehatan. Untuk itu beberapa hal yang perlu
dipersiapkan pada fase ini adalah : menyiapkan RS Darurat
Rujukan Khusus Covid-19, memperluas Identifikasi dan
Penjaringan suspek dengan pemeriksaan cepat di masyarakat
atau kelompok- kelompok tertentu, memaksimalkan tracing
kontak, penjaringan kasus pneumonia & ILI, pengambilan sampel
& pemeriksaan dan desinfeksi. Indentifikasi hostspot-hotspot
(klaster) di masyarakat sangat penting dilakukan dalam upaya
deteksi dini dan penangulangan, bahkan sebagai dasar dalam
pemberlakuan Tindakan kekarantinaan seperti karantina rumah,
pembatasan sosial secara ketat (social distancing) dan karantina
wilayah (lockdown). Suporting sosial ekonomi dan keamanan untuk
mereka yang diberlakukan tindakan karantina, Famlily
Psikososial Suport, dan pelaksanaan Protokol TTU & Transportasi
secara ketat bahkan dapat diberlakukan penutupan tempat-tempat

27
umum seperti pasar, sekolah, masjid dan tempat kerja. Pada fase
ini juga dilakukan vaksinasi khususnya pada masyarakat dengan
risiko tinggi. Diharapkan pada tahun ini seluruh sasaran yang
menjadi target imunisasi dapat terlayani. Fase ini berakhir seiring
dengan semakin menurunnya kasus sampai tidak dilaporkan
adanya kasus baru.
4. Fase Pemulihan yaitu fase dimana kasus sudah mulai melandai
sampai a k h i r n y a tidak dilaporkan adanya kasus baru dengan
memperhatikan beberapa hal, seperti perkembangan wabah
dengan pertumbuhan kasus harus mendatar dan pertumbuhan
kasus baru per hari dan kasus kematian juga harus menurun.
Protokol kesehatan harus tetap berjalan. Pada fase ini beberapa
kegiatan dilkuakan antara lain Psikososial Suport, Pemulihan
ekonomi, Surveilans ILI, Ispa dan Pneumonia dan Monitoring dan
Evaluasi perkembangan kasus secara berkala untuk memastikan
wabah telah berakhir. Kekuatan surveilans menjadi tulang
punggung dalam fase ini, untuk itu logistik pendukung seperti
RDT dengan kemampuan deteksi tinggi terutama untuk
pemantauan infeksi baru dan atau lama.

Strategi yang komprehensif perlu disusun dalam dokumen


Rencana Operasi (Renops) Penanggulangan COVID-19 yang
melibatkan lintas sektor. Renops mencakup (1) Koordinasi,
perencanaan dan monitoring; (2) komunikasi risiko dan
pemberdayaan Masyarakat (3) Surveilans, Tim Gerak Cepat (TGC),
Analisis Risiko, Penyelidikan Epidemiologi; (4) Pintu Masuk negara/
Wilayah, Perjalanan Internasional dan transportasi (5) Laboratorium;
(6) Pengendalian Infeksi; (7) Manajemen Kasus; (8) Dukungan
Operasional dan Logistik; (9) Keberlangsungan pelayanan dan sistem
esensial dan 10) Vaksinasi dengan memperhatikan kondisi transmisi
di komunitas atau kondisi kapasitas terbatas dan kondisi yang
memerlukan bantuan kemanusiaan.
Sedangkan WHO, membagi skenario penangulangan

28
berdasarkan pada zonasi wilayah transmisi pandemi COVID-19,
yaitu:
1. Wilayah yang belum ada kasus (No Cases),
2. Wilayah dengan satu atau lebih kasus, baik kasus import
ataupun lokal, bersifat sporadik dan belum terbentuk klaster
(Sporadic Cases)
3. Wilayah yang memiliki kasus klaster dalam waktu, lokasi geografis,
maupun paparan umum (Clusters of Cases)
4. Wilayah yang memiliki transmisi komunitas (Community
Transmission)

TIDAK ADA KASUS KASUS PENULARAN


KASUS SPORADIK KLASTER KOMUNITAS
Tingkat Tidak terdapat Satu atau Dominasi Tidak diketahui sumber
Penularan kasus yang lebih kasus, penularan lokal rantai penularan dengan
terlaporkan kasus bisa yang berkaitan jumlah kasus yang besar
import/lokal dengan rantai atau peningkatan kasus
tapi belum penyebaran dengan test positif
terbukti melalui sampel sentinel
adanya (pengujian sampel
penularan secara massif dari
local laboratorium yang
Menghentikan Menghentikan Menghentikan Menghambat penularan,
penularan dan penularan penularan dan mengurangi jumlah
mencegah dan mencegah mencegah kasus, mengakhiri
penyebaran penyebaran penyebaran wabah di komunitas

29
Sedangkan dalam melaksanakan strategi tersebut pendekatan
yang digunakan adalah dengan menjalankan 10 pilar
penanggulangan :

1. Koordinasi, perencanaan dan monitoring


Mekanisme multi-sektoral dan multi-mitra yang inklusif
untuk koordinasi, perencanaan, pembiayaan dan pemantauan di
tingkat daerah sangat penting untuk memastikan tidak ada
kesenjangan dalam upaya kesiapsiagaan dan respons,
memaksimalkan ketersediaan dan alokasi sumber daya yang
efisien, dan secara keseluruhan mendukung penguatan sistem
kesehatan daerah. Untuk mendukung berbagai upaya tanggapan
darurat daerah harus menyeleraskan koordinasi, perencanaan,
pembiayaan dan pemantauan untuk penanganan COVID-19
dengan mekanisme koordinasi darurat yang esktensif. Kapasitas
operasional dan tanggap darurat terhadap keadaan darurat perlu
disajikan melalui profil risiko dan perencanaan kesiapsiagaan dan
respons COVID-19, kemudian dievalusi bersama.
Koordinasi dengan multisector yang tergabung dalam Satgas
Penanganan COVID-19 dilakukan secara berkala setiap 2 (dua)
minggu melalui Rapat Terbatas yang dipimpin langsung oleh Wali
Kota Bandung.

2. Komunikasi risiko dan pemberdayaan Masyarakat


Komunikasi risiko, keterlibatan masyarakat dan manajemen
infodemik bertujuan untuk mencegah dan mengurangi dampak
negatif COVID-19 pada individu dan masyarakat dengan
menggunakan pendekatan berbasis bukti untuk memahami
persepsi dan perilaku masyarakat, mengkomunikasikan risiko
melalui informasi yang tepat, kredibel dan relevan. Dalam
mengendalikan penularan perilaku masyarakat dan kemauan serta
kemampuan mereka untuk mengikuti langkah-langkah protokol
kesehatan merupakan cara yang paling ampuh. Akibatnya,
komunikasi risiko dan keterlibatan masyarakat menjadi peluang

30
yang dapat dimanfaatkan untuk memutus rantai penularan dan
mengurangi dampak negatif pandemi

3. Surveilans, Tim Gerak Cepat (TGC), Analisis Risiko, Penyelidikan


Epidemiologi.
Data surveilans COVID-19 sangat penting untuk mendeteksi
kasus, memantau penyebaran georafis dan intensitas penularan
tren, melacak tren usia, jenis kelamin dan populasi dan
lingkungan yang rentan, menilai dampak layanan kesehatan, dan
menyesuaikan tindakan pembatasan kegiatan masyarakat, serta
untuk beradaptasi dengan perkembangan baru seperti pengenalan
vaksin dan evolusi varian virus. Bahan diseminasi informasi kasus
COVID-19 disusun setiap hari oleh Dinas Kesehatan Kota Bandung
dan disebarluaskan oleh Diskominfo dan Bappelitbang melalui
berbagai media komunikasi seperti, PUSICOV (Pusat Informasi
COVID-19) Kota Bandung, Media Elektronik dan lain-lain.
Dalam upaya penanganan COVID-19 di Kota Bandung melakukan
upaya Tracing dan Testing, kegiatan tersebut diantaranya :
a. Tracing
Kontact Tracing adalah proses mengidentifikasi (mengenali),
menilai dan mengelola orang yang diduga terpapar covid-19
untuk mencegah penularan lebih lanjut. WHO mensyaratkan
rasio kasus dengan kontak erat antara 20-30. 3 kegiatan
utama dalam Contact Tracing yaitu :
1) Identifikasi seluruh kontak erat dari kasus terkonfirmasi
2) Menilai status Kesehatan seluruh kasus dan kontak,
melakukan follow up setiap hari perkembangan seluruh
kontak erat. Melakukan Tindakan rujukan bagi kontak erat
yang muncul gejala (suspect) sesuai prosedur
3) Menetapkan status karantina/containment kontak erat
dalam bentuk Isolasi atau Karantina

Karantina adalah upaya memisahkan individu yang sehat atau


belum memiliki gejala COVID-19 tetapi memiliki riwayat
kontak dengan pasien konfirmasi COVID-19 atau probable,
31
juga dilakukan pada individu yang memiliki riwayat bepergian
ke wilayah yang dinyatakan pemerintah merupakan wilayah
transmisi lokal.
Sedangkan Isolasi adalah adalah upaya memisahkan individu
yang sakit baik yang sudah dikonfirmasi laboratorium atau
memiliki gejala COVID-19 (Suspek) dengan masyarakat luas.

Status Kondisi Tindak Lanjut Tempat


Kontak Erat Tanpa Gejala Pantau, Test h-5 Rumah

Suspek Gejala Ringan Test, Pantau Rumah /Faskes


Gejala Sedang Rujuk RS Rujukan
Gejala Berat/Kritis Rujuk RS Rujukan

Kasus Tanpa Gejala Pantau Rumah/Pusat isolasi


Konfirmasi Gejala Ringan Pantau Rumah/Pusat isolasi
Gejala Sedang Rujuk RS Rujukan
Gejala Berat/Kritis Rujuk RS Rujukan

Tempat Karantina atau Isolasi harus memenuhi persyaratan :


1) Tersedia ventilasi aliran udara dan pecahayaan yang baik dan
cukup untuk untuk ukuran ruangan yang ditempati
2) Tersedia alat makan sendiri
3) Tersedia Kamar mandi cuci sendiri dan peralatan mandi sendiri
4) Tersedia tempat tidur dan jarak antar tempat tidur minimal 1
meter
5) Tersedia fasilitas cuci tangan, tersedia desinfektan untuk
membersihkan permukaan secara berkala.

Gambar 3.3
Persyaratan Tempat Karantina/Isolasi

32
Tingkatan aktifitas tracing berdasarkan zonasi adalah sebagai
berikut :
TIDAK ADA KASUS KASUS PENULARAN
KASUS SPORADIK KLASTER KOMUNITAS

33
 Penemuan  Penemuan  Mengintensif  Terus
Kasus Secara Kasus Secara kan melanjutkan
Aktif dan I Aktif dan Penemuan penemuan kasus
solasi isolasi, Kasus dan dan isoasi jika
 Menyiapkan karantina isolasi mungkinkan
menghadapi kontak  Mengintensif khususnya pada
lonjakan  Melaksanakan kan daerah yang baru
kebutuhan pelacakan pelacakan melaporkan
pelacakan kontak dan kontak dan kasus
kontak monitoring monitoring  Terus
 Melaksanakan serta serta melanjutkan
pemeriksaan karantina karantina pelacakan kontak
surveilans kontak kontak dan monitoring
COVID-19  Pelaksanaan  Memperluas jika
melalui surveilans surveilans memungkinkan
surveilans COVID-19 COVID-19 serta karantina
berbasis melalui melalui kontak
komunitas, surveilans surveilans  Isolasi mandiri
surveilans ILI, berbasis berbasis pada kasus
SARI, komunitas, komunitas, yang bergejala
pneumoni, surveilans ILI, surveilans ringan
Event Base SARI, ILI, SARI,  Memantau
surveillance pneumoni, ISPA dan perkembangan
baik FKTP dan Event Base Pneumonia di COVID-19
FKRTL surveillance FKTP dan surveilans
 Melaksanakan baik FKTP dan FKRTL sentinel yang ada
surveilans di FKRTL  Melaksanaka Melaksanakan

fasilitas  Melaksanakan n surveilans surveilans di
tertutup dan surveilans di di fasilitas fasilitas tertutup
kelompok fasilitas tertutup dan dan kelompok
rentan tertutup dan kelompok rentan
kelompok rentan
rentan

Tracing dilakukan oleh Dinas Kesehatan dan puskesmas


sesuai dengan wilayah kerja dengan melibatkan tracer BOK,
BNPB, Babinsa dan Bhabinkamtibmas dll, untuk

34
mendapatkan kontak erat dari kasus konfirmasi. Dalam
percepatan penanganan kasus di perkantoran pada
lingkungan Pemerintah Kota Bandung, setiap Perangkat
Daerah menugaskan 3 orang personilnya yang dilatih oleh
Dinas Kesehatan sebagai tracer untuk membantu
melakukan tracing di lokasi kantor masing-masing sesuai
dengan Surat Edaran Sekretaris Daerah Kota Bandung
Nomor 443/SE.080-DINKES Perihal Penunjukan Tracer
Perangkat Daerah. Kegiatan Tracing per 31 Oktober 2021 di
Kota Bandung hasil rasio kontak didapatkan 4,58 yang
artinya kapasitas respon Kota Bandung masih dalam kategori
terbatas

b. Testing
Pemeriksaan (Ctesting) sangat penting dilakukan
untuk mengidentifikasi apakah seseorang positif atau tidak
terinfeksi Covid-19. Selain untuk kepentingan diagnosis,
testing juga merupukan sangat penting dalam mengikuti
pergerakan penularan melalui kegiatan skreening, setelah
dilakukan pemeriksaan maka status sesorang dapat
diketahui untuk dilakukan isolasi mandiri atau perawatan di
rumah sakit sehingga penularan dapat dihentikan. Semakin
cepat dan semakin banyak seseorang dapat diidentifikasi
positif maka semakin cepat sumber penularan dapat dipisah
dari orang- orang sehat disekitarnya.
Testing merupakan upaya penanganan Covid-19 cukup
penting, dengan meningkatkan jumlah test, maka angka
positivity rate atau jumlah yang dites berbanding kasus positif
yang ditemukan cenderung menurun. WHO mensyaratkan
cakupan testing paling kurang 1/1000 penduduk perpekan.
Data per Tanggal 31 Oktober 2021, positivity rate Kota
Bandung menunjukan angka 1,73 %, angka ini masuk
kategori memadai karena jauh lebih rendah dari standar yang

35
di tetapkan WHO yang tidak boleh melebihi 5%.

TIDAK ADA KASUS KASUS


PENULARAN KOMUNITAS
KASUS SPORADIK KLASTER
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan Apabila kapasitas diagnostik
RT-PCR untuk RT-PCR RT-PCR tidak mencukupi akan lakukan
Suspek dan untuk untuk Suspek langkah prioritas untuk
sampling pada Suspek dan dan sampling mengurangi penyebaran (seperti:
kasus yang sampling pada kasus isolasi), termasuk prioritas
terdeteksi pada kasus yang pemeriksaan:
melalui yang terdeteksi • Kelompok risiko tinggi dan
surveilans terdeteksi melalui populasi rentan yang
sentinel ILI, melalui surveilans memerlukan rawat inap dan
SARI, dan surveilans sentinel ILI, perawatan intensif
Pneumonia. sentinel SARI, dan • Tenaga kesehatan yang
ILI, SARI, Pneumonia. mengalami gejala sekalipun
dan merasa tidak pernah kontak
Pneumonia. dengan pasien konfirmasi.
(Untuk melindungi tenaga
kesehatan dan mengurangi
risiko transmisi nosokomial)
• Individu dengan gejala pada
populasi di fasilitas tertutup
(seperti: penjara, panti
asuhan/ jompo

Pemeriksaan untuk diagnosa COVID-19 dilakukan di fasilitas


Laboratorium Bio Safety Level 2 pada Dinas Kesehatan Kota
Bandung dengan kapasitas maksimum 500 sampel per hari.
Selain BSL2 Kota Bandung, pemeriksaan COVID-19 juga
dilakukan di Labkes Daerah Provinsi Jawa Barat dan
laboratorium milik swasta yang beroperasi di wilayah Kota
Bandung. Data Satgas COVID-19 Kota Bandung pada 31
Oktober 2021 telah mencatat pemeriksaan RT-PCR sebanyak

36
432.803 spesimen serta pemeriksaan Rapid Dignostic Test
(RDT) sebanyak 16.683 spesimen.

Tabel 3.3
Laboratorium Pemeriksa Covid-19 di Kota Bandung

No Kode Lab Nama Laboratorium Pemeriksa

1 c.67 Lab Central UNPAD


2 c.83 Lab Prodia
3 c.89 Labkes Kota Bandung
4 c.46 Labkesda Provinsi Jawa Barat
5 c.553 Laboratorium Biofarma Bandung
6 c.880 Laboratorium Bumame Farmasi Bandung
7 c.216 Laboratorium Farmalab
8 c.516 Laboratorium Intibios Bandung
9 c.438 Laboratorium Kimia Farma Bandung
10 c.733 Laboratorium Klinik Bio Fit Bandung
11 c.917 Laboratorium Klinik Helix Kota Bandung
12 c.53 Laboratorium Klinik Kimia Farma
13 c.437 Laboratorium Pramita Bandung
14 c.376 Laboratorium RS Advent Bandung
15 c.463 Laboratorium RS Borromeus
16 c.567 Laboratorium RS Islam Bandung
17 c.589 Laboratorium RS Melinda 2 Bandung
18 c.597 Laboratorium RS Santo Yusup
19 c.595 Laboratorium RSAU Salamun Bandung
20 c.608 Laboratorium RSKIA kota Bandung
21 c.594 Laboratorium Santosa Hosp Bandung
22 c.742 Laboratorium UNPAD Dipati Ukur
23 c.495 RS Immanuel Bandung
24 c.199 RS Sariningsih Bandung
25 c.29 RS Universitas Padjajaran Bandung
26 c.30 RSUP Hasan Sadikin Bandung

4. Pintu Masuk negara/ Wilayah, Perjalanan Internasional dan


transportasi

37
Penerapan tindakan berbasis risiko untuk pengamanan titik
masuk dan perjalanan, serta pertemuan massal harus didahului
oleh penilaian risiko yang menyeluruh dan teratur yang mencakup
pertimbangan situasi epidemiologi local, seperti Bandara Husen
Sastranegara, Stasiun Kereta Api Bandung, Terminal Leuwi
Panjang. Penerapan tindakan berbasis risiko dilakukan oleh Satgas
COVID-19 Kota Bandung berkoordinasi dengan para pihak antara
lain : Angkasa Pura, Maskapai Penerbangan, Kantor Kesehatan
Pelabuhan, PT.KAI dan DISHUB.
5. Laboratorium
Laboratorium Pemeriksaan Coronavirus Disease 2019
(COVID-19) harus memenuhi persyaratan paling sedikit Standar
Laboratorium Bio Safety Level 2 (BSL-2) serta sumber daya
manusia yang memiliki kompetensi dan kewenangan untuk
melakukan pemeriksaan dan validasi pemeriksaan COVID-19.
Laboratorium Pemeriksaan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
6. Pengendalian Infeksi
a. Pencegahan, Pengendalian Infeksi dan Perlindungan Tenaga
Kesehatan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah
upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi
pada pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar
fasilitas pelayanan kesehatan. PPI yang tidak standar tidak
hanya membahayakan pasien juga petugas dan keluarganya.
Dengan menerapkan PPI yang ketat di Fasilitas Kesehatan
(rumah sakit/puskesmas) diharapkan penularan Covid-19 di
Faskes dapat dihindari.

38
TIDAK ADA KASUS KASUS PENULARAN
KASUS SPORADIK KLASTER KOMUNITAS
 Melatih/refreshment  Melatih/  Melatih/  Memberikan
staf mengenai PPI refreshment staf refreshment refreshment
dan pengelolaan mengenai PPI staf mengenai kepada staf
klinis, khususnya dan pengelolaan PPI dan mengenai PPI dan
untuk COVID-19 pasien COVID- Pengelolaan pengelolaan pasien
 Melaksanakan 19 pasien COVID-19
strategi PPI untuk  Melaksanakan COVID19  Memperkuat
mencegah strategi PPI  Melaksanakan strategi PPI untuk
penularan di untuk strategi PPI mencegah
fasyankes mencegah untuk mencegah penularan di
 Penggunaan APD penularan di penularan di fasyankes
yang sesuai oleh fasyankes fasyankes  Penggunaan APD
petugas yang  Penggunaan  Penggunaan yang sesuai oleh
merawat pasien APD yang APD yang petugas yang
COVID-19 sesuai oleh sesuai oleh merawat pasien
 Mempersiapkan petugas yang petugas yang COVID-19
lonjakan kebutuhan merawat pasien merawat pasien  Implementasi
fasyankes termasuk COVID-19 COVID- 19 rencana
dukungan APD,  Mempersiapka  Mempersiapkan lonjakan
ruangan isolasi, n lonjakan lonjakan fasyankes
rawat intensif dan kebutuhan kebutuhan  Imlpementasi
alat bantu fasyankes, fasyankes, rencana lonjakan
pernafasan di RS termasuk termasuk fasyankes,
serta dukungan dukungan dukungan APD, termasuk
kesehatan jiwa dan APD, ruangan ruangan isolasi, dukungan APD,
psikososial untuk isolasi, rawat rawat intensif ruangan isolasi,
tenaga kesehatan intensif dan dan alat bantu rawat intensif dan
 Reviu lonjakan alat bantu pernafasan di alat bantu
lonjakan pernafasan di RS serta pernafasan di RS
kebutuhan RS serta dukungan serta dukungan
fasyankes dukungan kesehatan jiwa kesehatan jiwa dan
termasuk alat kesehatan jiwa dan psikososial psikososial untuk
bantu pernapasan, dan untuk tenaga tenaga kesehatan
dan persediaan psikososial kesehatan  Mengadvokasi
APD untuk tenaga  Mengadvokasi perawatan di
kesehatan perawatan di rumah bagi kasus
 Reviu lonjakan rumah bagi ringan apabila
kebutuhan kasus ringan sistem pelayanan
fasyankes apabila sistem kesehatan sudah
termasuk alat pelayanan melebihi
bantu kesehatan kapasitas
Kedisplinan petugas disetiap level bahkan pengunjung harus
benar-benar ditegakkan. Untuk inspektur PPI di harus
berperan aktif dalam memantau pelaksanaannya.
39
b. Pencegahan Penularan di Masyarakat
Masker harus digunakan sebagai bagian dari strategi
tindakan yang komprehensif untuk menekan penularan dan
menyelamatkan nyawa, penggunaan masker saja tidak cukup
untuk memberikan tingkat perlindungan yang memadai
terhadap COVID-19. Jika COVID-19 menyebar di komunitas,
tetap aman dengan melakukan beberapa tindakan pencegahan
sederhana, seperti menjaga jarak secara fisik, mengenakan
masker, menjaga ruangan berventilasi baik, menghindari
keramaian, membersihkan tangan, dan batuk ke siku atau tisu
yang tertekuk. Lihat saran lokal di mana kita tinggal dan
bekerja.
Jadikan memakai masker sebagai hal yang biasa saat
berada di sekitar orang lain. Penggunaan, penyimpanan dan
pembersihan atau pembuangan masker yang tepat sangat
penting untuk membuatnya seefektif mungkin. Protokol
kesehatan intinya 3 M adalah menggunakan masker, mencuci
tangan, menjaga jarak. Tidak cukup dengan itu beberapa
diantaranya ditambahkan menjadi 5 M dengan mengurangi
mobilisasi dan menghindari kerumunan.
PPI di masyarakat menurut zona risiko maka dilakukan
berbagai tingkatan PPI sebagai berikut.

40
TIDAK ADA KASUS KASUS PENULARAN
KASUS SPORADIK KLASTER KOMUNITAS
 Physical  Physical  Physical  Physical
Distancing Distancing Distancing Distancing
 Kebersihan tangan  Kebersihan tangan  Kebersihan  Kebersihan tangan
 Etika batuk/bersin  Etika batuk/bersin tangan  Etika batuk/bersin
 Pemakaian masker  Pemakaian masker  Etika  Pemakaian Masker
 Memastikan  Pembatasan batuk/bersin  Pembatasan
akses kebersihan Aktivitas luar  Pemakaian Aktivitas luar
tangan di depan rumah masker rumah
gedung fasilitas  Memastikan  Pembatasan  Mempertimbang
umum dan akses kebersihan Aktivitas luar kan
pusat tangan di depan rumah Pembatasan
transportasi gedung fasilitas  Memastikan Sosial Berskala
(misalnya pasar, umum dan pusat akses Besar (PSBB)
toko, tempat transportasi kebersihan  Memastikan
ibadah, lembaga (misalnya pasar, tangan di akses kebersihan
pendidikan, toko, tempat depan gedung tangan di depan
stasiun kereta ibadah, lembaga fasilitas umum gedung fasilitas
atau bus). pendidikan, dan pusat umum dan pusat
Tersedia fasilitas stasiun kereta transportasi transportasi
cuci tangan atau bus). (misalnya (misalnya pasar,
dengan air dan Tersedia fasilitas pasar, toko, toko, tempat
sabun dalam cuci tangan tempat ibadah, ibadah, lembaga
jarak 5 m dari dengan air dan lembaga pendidikan,
semua toilet, sabun dalam pendidikan, stasiun kereta
baik di fasilitas jarak 5 m dari stasiun kereta atau bus).
umum maupun semua toilet, baik atau bus). Tersedia fasilitas
swasta di fasilitas umum Tersedia cuci tangan
maupun swasta fasilitas cuci dengan air dan
tangan dengan sabun dalam
air dan sabun jarak 5 m dari
dalam jarak 5 semua toilet, baik
m dari semua di fasilitas umum
toilet, baik di maupun swasta
fasilitas umum
maupun
swasta

41
PPI publik sangat penting dalam melibatkan “Komunikasi
Risiko”, merupakan intervensi non pharmasi dalam menyusun
dan monitoring implementasi protokol untuk sektor non
kesehatan, seperti protokol publik, protokol trasnportasi umum,
protokol di sektor edukasi, protocol di sektor perdagangan,
protokol social/physical distancing, protocol penutupan pusat
keramaian, tempat hiburan, pusat perbelanjaan/mall,
penutupan sekolah termasuk pengaturan kehidupan masyarakat
yang terkait lainnya.
1) Promosi Kesehatan
a) Memberdayakan masyarakat dengan meningkatkan peran
serta masyarakat dalam mengatasi COVID-19.
b) Menginformasikan ke masyarakat langkah-langkah apa
saja yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan
dalam menghadapi situasi pandemi.
c) Mengumpulkan data dan informasi secara rutin dan setiap
ada perkembangan situasi yang khusus yang dilaporkan
Tim Penanggulangan atau tim lainnya yang terkait.
d) Mengelola data dan informasi terkumpul.
e) Membuat papan informasi internal yang memuat informasi
esensial (kontak, peta wilayah, dll) dan data/ informasi
terbaru.
f) Mengatur jenis media Komunikasi Informasi dan Edukasi
(KIE) dan saluran informasi bagi target yang berbeda-beda.
g) Menetapkan jadwal distribusi informasi berdasar jenis media
KIE.
h) Menyusun pesan/instruksi per topik dengan masukan dan
koordinasi dengan ahli teknis sesuai target dan saluran
informasi.
i) Mendistribusikan informasi/ instruksi/ pesan (yang
mungkin berbeda-beda) berdasarkan target, jenis media
KIE, dan saluran informasi.

42
2) Sentra Media
a) Memastikan informasi dari TPK dapat disebarkan ke
masyarakat melalui berbagai media massa
b) Bekerja sama dengan juru bicara dan TPK untuk
menyebarkan informasi. Membuat pointers dari
pemantauan berita-isu publik dan perkembangan situasi
dari unit teknis kepada juru bicara
c) Memantau pemberitaan dan isu di media masa dan media
sosial yang berkembang di masyarakat, serta memastikan
agar masyarakat menerima informasi yang akurat pada
waktu yang tepat
d) Mengatur arus informasi internal dan eksternal (untuk
konsumsi publik) dan memastikan bahwa informasi kepada
media sudah diubah ke dalam format yang dapat dengan
mudah digunakan oleh media online dan media offline
e) Melayani kebutuhan media masa
f) Menyelenggarakan temu media secara berkala
g) Memastikan bahwa media dan publik serta pihak-pihak
terkait (kementerian/ lembaga, kedutaan besar, badan-
badan PBB, ormas/ LSM, dan swasta) memperoleh berita/
informasi terakhir secara rutin
h) Berkonsultasi dengan pihak-pihak terkait untuk
memastikan ketepatan pesan- pesan kunci yang ingin
dipublikasikan
i) Memastikan data yang dapat dibagikan ke publik dan
menahan informasi sensitif dengan media massa

7. Manajemen Kasus
Penyiapan sumber daya pelayanan kesehatan dalam respon
klinis. Manajemen klinis adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh tenaga medis dan tenaga kesehatan untuk

43
menegakkan diagnosis, melaksanakan tata laksana pengobatan
dan tindakan terhadap pasien COVID-19 sesuai indikasi klinis.

TIDAK ADA KASUS KASUS PENULARAN


 ngatur
KASUS  Menyaring
SPORADIK dan  Skrining
KLASTERdan KOMUNITAS
Skrining dan
screening dan melakukan melakukan melakukan
protokol triase triase pasien triase pasien triase pasien
pada setiap titik pada setiap titik pada setiap pada setiap titik
akses fasyankes akses sistem titik akses akses sistem
 Mempersiapkan kesehatan fasyankes kesehatan
pengobatan  Perawatan untuk  Perawatan  Perawatan
COVID19 pada seluruh pasien untuk seluruh untuk seluruh
pasien suspek dan pasien suspek pasien suspek
terinfeksi konfirmasi dan dan
 Mengatur berdasarkan konfirmasi konfirmasi
hotline COVID- keparahan berdasarkan berdasarkan
19 dan sistem penyakit dan keparahan keparahan
rujukan di kebutuhan penyakit dan penyakit dan
Rumah Sakit pelayanan akut kebutuhan kebutuhan
 Mempersiapk  Mempersiapkan pelayanan pelayanan
an rumah rumah sakit akut akut
sakit terhadap  Mengaktivas  Meningkatkan
terhadap lonjakan i rencana rencana surge
lonjakan  Mempersiapkan lonjakan capacity
kasus komunitas fasyankes (kapasitas
terhadap  Mengakitvasi lonjakan) pada
lonjakan, fasilitas fasyankes
termasuk umum dan termasuk
mengatur mengaktivasi fasilitas umum,
fasilitas umum protokol perawatan
untuk isolasi isolasi rumah rumah, RS
kasus ringan Darurat serta
/sedang penguatan
 Membuat protocol sistem rujukan
untuk isolasi COVID-19
rumah

Perawatan pasien COVID-19 di Kota Bandung terdiri dari rumah


sakit, tempat isolasi terpusat tingkat kota/ rumah singgah isolasi
mandiri dan tempat isolasi di kewilayahan. Per 31 Oktober 2021
tercatat 30 RS yang menjadi rujukan perawatan Covid-19 dengann
jumlah TT yang disediakan tetap sejumlah 1.061. Proporsi
44
keterisian tempat tidur perawatan atau BOR (Bed Ocuppancy Ratio)
pada 31 Oktober 2021 berkisar 6,22 %, hal ini menunjukan
kapasitas respon Kota Bandung untuk ketersediaan tempat tidur
dalam kategori memadai. Alokasi tempat tidur untuk perawatan
Covid-19 di 30 RS terus dioptimalkan dengan mengkonversi tempat
tidur perawatan seiring dengan penambahan kasus yang
memerlukan perawatan di RS. Terkait hal tersebut, Wali Kota
Bandung mengeluarkan Surat Edaran Nomor 443/SE.081-DINKES
Perihal Penambahan Kapasitas Tempat Tidur Rumah Sakit dengan
skenario konversi sebanyak 40% dari total tempat tidur di RS.
Berikut alokasi/ penyediaan dan utilisasi tempat tidur perawatan
Covid-19 di 30 RS, untuk kasus ringan, kasus sedang dan kasus
berat adalah sebagai berikut.

Tabel 3.4
Penyediaan dan Utilisasi Tempat Tidur Perawatan Covid-19 di 30 RS

45
Jumlah TT yang disediakan tetap sejumlah 1.061 TT

8. Dukungan Operasional dan Logistik


46
Untuk pemenuhan kebutuhan dukungan operasional dan
logistik diusahakan dengan menggunakan logistik dari unit
pelayanan kesehatan dan Dinas Kesehatan Kota Bandung atau
dari persediaan Provinsi. Bila tidak mencukupi maka perlu
dipertimbangkan untuk melakukan pengadaan dan/atau meminta
bantuan pada institusi yang lebih tinggi (buffer stock
provinsi/nasional).
9. Keberlangsungan pelayanan dan sistem esensial
Pelayanan kesehatan esensial adalah pelayanan kesehatan
rutin dasar yang kebutuhannya akan terus ada di masyarakat
dan perlu diprioritaskan keberlanjutannya selama situasi
pandemi. Pelayanan kesehatan esensial dalam hal ini
dilaksanakan untuk mendukung tercapainya Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan melalui Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) esensial maupun Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP ).
Dalam mendukung kesiapan sistem kesehatan untuk
memastikan keberlanjutan pelayanan kesehatan rutin, maka
diperlukan mekanisme dan protokol untuk mengatur pemberian
pelayanan kesehatan rutin ini, yang dikoordinasikan dengan
rencana operasional respon pandemi COVID-19. Di dalam
protokol ini, hendaknya ditetapkan ambang batas, kapan
pengurangan bertahap pelayanan kesehatan rutin komprehensif
menjadi pelayanan kesehatan rutin yang esensial seharusnya
dilakukan. Di tiap tahap, perlu ditentukan pelayanan kesehatan
rutin apa saja yang akan ditunda atau dipertahankan, serta
strategi pemberian pelayanannya. Perlu diatur juga, bagaimana
berbagai sumber daya yang ada seperti keuangan, tenaga
kesehatan, peralatan, obat-obatan akan dikelola untuk memenuhi
kebutuhan pandemi sekaligus kebutuhan pelayanan kesehatan
rutin. Selain itu, koordinasi antara sektor publik dan swasta juga
perlu dilakukan, jika sektor swasta ingin dilibatkan secara efektif.
Pemberian pelayanan kesehatan esensial perlu dinilai dan
dipantau, supaya bisa mengetahui kesenjangan dan kebutuhan

47
yang ada, serta secara dinamis memetakan jalur-jalur rujukan.
10. Vaksinasi
Vaksinasi COVID-19 merupakan upaya intervensi kesehatan
masyarakat yang bertujuan untuk mengurangi angka kesakitan
dan kematian, mencapai kekebalan kelompok untuk mencegah
dan melindungi kesehatan masyarakat, melindungi dan
memperkuat system kesehatan secara menyeluruh, dan menjaga
produktivitas dan meminimalkan dampak social dan ekonomi.
Kegiatan vaksinasi di Kota Bandung dimulai pada tanggal 14
Januari 2021 dengan rincian target sebagai berikut :
Program vaksinasi ditinjau dari kacamata penanggulangan
bencana berfungsi untuk melindungi kelompok rentan dan
menjamin terlaksananya fase pemulihan COVID-19 sebagai
bencana non alam. Sejalan dengan bergulirnya vaksinasi massal,
perlu disertai evaluasi program tersebut meliputi cakupan
vaksinasi pada kelompok rentan perwilayah, dan pemulihan
wilayah rentan dengan program vaksinasi serta persiapan vaksin
booster yang tepat sasaran.
Percepatan vaksinasi menjadi salah satu strategi dalam
penanganan pandemi yaitu dengan melakukan kerjasama dan
kolaborasi dengan berbagai pihak dalam pelaksanaan vaksinasi
dalam bentuk sentra vaksinasi maupun vaksinasi massal. Saat ini
sedang berlangsung vaksinasi tahap 2 dengan sasaran pelayan
publik dan lansia, serta dilakukan perluasan sasaran vaksinasi
bagi usia diatas 12 dan 18 tahun keatas, sesuai dengan arahan
Kemenkes. Total cakupan vaksinasi 1 di Kota Bandung sudah
menyentuh angka 94.59% dan untuk vaksinasi 1 lansia sebesar
70.71% yang menggambarkan indikator capaian total vaksinasi
dalam kategori memadai yaitu bila dosis 1 vaksin total > 70 persen
dan dosis lansia >60%
Berikut adalah tabel total target sasaran dan cakupan
vaksinasi Kota Bandung per 31 Oktober 2021 :

Tabel 3.5 Total Target Sasaran Vaksinasi Kota Bandung


48
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Total
SDM Kesehatan Lansia Masy Rentan & Umum 1.569.803
24.709 206.046 1.339.048

Petugas Publik Remaja 382.555


144.416 238.139

Target Total 1.952.358


Tabel 3.6 Total Cakupan Imunisasi Kota Bandung
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Total Suntikan
1.846.720 1.503.732 24.540 3.374.992

94.59% 77.02% 1.26% 86.43%

Tabel 3.7 Total Sasaran Cakupan Imunisasi Kota Bandung

E. Indikator Penanggulangan
Untuk meilai keberhasilan penanggulangan mengacu kepada
indikator yang ditetapkan Satuan Tugas Penanganan COVID-19 yang
terbagi dalam 3 kelompok juga antara lain 1) Indikator Epidemiologi;
2) Indikator Surveilans Kesehatan Masyarakat; dan 3) Indikator
Pelayanan Kesehatan. Indikator-indikator tersebut adalah :
Tabel 3.8
Indikator PenanggulanganCovid-19

Indikator Bobot
Penurunan jumlah kasus positif 5%
Jumlah kasus aktif 7%
Penurunan kasus positif meninggal 11%
Penurunan kasus suspek meninggal 5%
Penurunan jumlah kasus positif yang dirawat di RS 7%
49
Penurunan jumlah kasus suspek yang dirawat di RS 2%
Kesembuhan dari seluruh kasus positif 12%
Insiden Kumulatif kasus positif per 100,000 penduduk 5%
Kecepatan laju insidensi (perubahan insiden kumulatif) 10%
Mortality rate (angka kematian) 5%
Jumlah pemeriksaan sampel diagnosis (1/1000) 11%
Positivity rate rendah ≤5% 8%
Rasio Tempat Tidur Kasus Positif 5%
Rasio Tempat Tidur Kasus Suspek 7%
Rasio Kontak Erat >20
Cakupan Vaksinasi >80%

BAB IV
TUGAS POKOK MASING-MASING KOMPONEN
RESPON PANDEMI

Dalam Rencana Respon Operasi COVID-19 Kota Bandung Tahun


2021, Dinas Kesehatan Kota bersama stakeholder terkait sebagai
koordinator sekaligus sebagai pelaksana harian percepatan penanganan
Covid-19 bidang kesehatan. Bidang ini mengkoordinir segala aktivitas
dalam penanganan di bidang kesehatan. Seluruh komponen
penanggulangan yang terkait dengan kesehatan berkoordinasi dengan
Bidang Kesehatan. Bidang Kesehatan akan melakukan koordinasi melalui
jalur komando gugus tugas apabila memerlukan sumber daya tambahan.

50
Respon pandemi terbagi atas 10 pilar tugas dan tanggung jawab,
yaitu:
1. Koordinasi, perencanaan, pembiayaan, dan pemantauan
2. Komunikasi risiko, pelibatan masyarakat, dan manajemen infodemik
(RCCE: Risk Communication and Community Engagement)
3. Surveilans, penyelidikan epidemiologi, pelacakan kontak, dan
penyesuaian tindakan kesehatan masyarakat dan sosial
4. Titik masuk, perjalanan dan transportasi internasional dan pertemuan
massal
5. Laboratorium dan diagnostik
6. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, serta Perlindungan Tenaga
Kesehatan
7. Manajemen kasus, standar operasional klinis, dan terapi
8. Dukungan operasional dan logistik, serta rantai pasokan
9. Memperkuat layanan dan sistem kesehatan esensial
10. Vaksinasi

Berikut ini akan dibahas tugas pokok dari masing-masing komponen


respon pandemi secara umum dan berkesinambungan.

A. Koordinasi, perencanaan, pembiayaan, dan pemantauan


Sistem koordinasi meliputi pemenuhan sumber daya dan
koordinasi Menyeluruh. Dalam pelaksanaan komando koordinasi
tersebut harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Perencanaan :
a. Memiliki peninjauan konsep operasional penanganan COVID-19
baik dalam tingkat strategis, operasional, dan taktis serta
menjadikan umpan balik tinjauan sebagai referensi
pembaharuan dan penyesuaian konsep, yang melibatkan aktor
multidimensi dalam proses peninjauannya.
b. Berkolaborasi secara aktif dengan dan melibatkan masyarakat
sipil, komunitas, akademisi, media, sektor swasta, LSM, asosiasi

51
sukarela lainnya, keluarga, dan individu dalam proses
pengambilan keputusan kesiapsiagaan dan respons pandemi.
c. Adanya inovasi untuk sistem perlindungan sosial dan alokasi
anggaran minimal 10% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) untuk perlindungan sosial dan 5% untuk
kesehatan (berdasarkan amandemen UUD 1945 dan UU
Kesehatan No. 36 Tahun 2009).
d. Menjalankan praktik yang inklusif dimana kesehatan dibentuk
oleh hak asasi manusia dan bersifat setara, dan tidak
diskriminatif (contoh: pemberian vaksin COVID-19 untuk
pengungsi dan migran, memastikan pelayanan kesehatan di
tempat tertutup (penjara, panti asuhan, pekerja informal).
2. Implementasi :
a. Berkolaborasi secara aktif dengan donor, organisasi masyarakat
sipil, dan otoritas pemerintah di semua tingkatan untuk
memformulasikan rencana kesiapsiagaan, kesiapan, dan gawat
darurat.
b. Melakukan komunikasi dengan organisasi berbasis masyarakat,
organisasi masyarakat lokal, dan komunitas untuk melakukan
pemantauan penyebaran COVID-19. Tersedianya kanal laporan
komunitas yang digunakan sebagai tempat laporan situasi
perkembangan COVID-19 dan informasi mengenai kejadian
terkait COVID-19 yang ditemukan oleh komunitas di tingkat
kota/kabupaten, provinsi.
c. Penetapan status darurat bencana berdasarkan analisis risiko
tim teknis, penyusunan rencana respon operasi, komando respon
dan monitoring respon
d. Pemerintah Kota Bandung Menerima donasi bagi Stakeholder
yang ingin berkontribusi dalam memberikan donasi berupa Obat-
obatan dan Alat Kesehatan untuk Penanganan Covid -19 melalui
Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid 19 Pemerintah
Kota Bandung dengan ketua Wali Kota Bandung. Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan Kota Bandung bertugas untuk

52
mengambil Rapid Tes dan Reagen Laboratorium untuk
pemeriksaan covid 19 ke Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
serta mendistribusikan barang-barang tersebut ke Rumah Sakit,
Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan kesehatan sesuai Kebutuhan
e. Outline laporan komunikasi operasional antar stakeholder antara
lain:
1) Mengadakan pertemuan harian untuk melaporkan situasi
perkembangan harian.
2) Komunikasi melalui sistem informasi yang dibuat pada saat
periode tanggap darurat.
3) Hasil pertemuan harian disebarluaskan kepada stakeholder
dan ditindaklanjuti oleh tim pelaksana lapangan

B. Komunikasi risiko, pelibatan masyarakat, dan manajemen


infodemik (RCCE: Risk Communication and Community
Engagement)
Kegiatan tersebut mencakup:
1. Perencanaan :
a. Terdapat strategi penjangkauan (outreach) yang melakukan
identifikasi dan kerja sama dengan kelompok masyarakat dan
pemberi pengaruh yang terpercaya (misalnya, dokter, tokoh
masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan, relawan
masyarakat, serikat pekerja) serta kelompok lokal (misalnya
kelompok perempuan dan pemuda, asosiasi untuk penyandang
disabilitas, kelompok bisnis, penyembuh tradisional).
b. Terdapat strategi komunikasi risiko penularan COVID-19 yang
ditargetkan untuk masyarakat. Materi komunikasi risiko
berisikan: strategi mitigasi dampak pandemi terhadap mata
pencaharian, pengurangan hambatan sisi permintaan terhadap
akses layanan kesehatan esensial, dan masalah kesehatan atau
ancaman pandemi terhadap kelangsungan hidup dan derajat
harkat kemanusiaan.
c. Bekerja sama secara rutin bersama pemangku kepentingan untuk
53
menangani dampak sosial ekonomi dari pandemi dan pembatasan
kegiatan masyarakat terhadap komunitas dan keluarga rentan,
serta berjejaring untuk perlindungan sosialnya.
d. Mengidentifikasi organisasi kesehatan masyarakat dan organisasi
massa kemudian melakukan kerjasama dengan organisasi
komunitas tersebut untuk memperluas cakupan RCCE serta
memastikan implementasi Komunikasi Risiko dan Pemberdayaan
Masyarakat (Risk Communication and Community
Engagement/RCCE) yang seragam (konsisten).
e. Melakukan kerjasama dengan publik figur lokal, mitra nasional
dan internasional seperti ICRC, UNICEF, dan WHO untuk
mengembangkan rencana mobilisasi sosial dan pelibatan
masyarakat berdasarkan mekanisme respon pandemi yang sudah
ada.
2. Implementasi :
a. Komunikasi Risiko :
- Melakukan pemetaan dimana tenaga ahli atau konsultan
Komunikasi Risiko dan Pemberdayaan Masyarakat (Risk
Communication and Community Engagement/RCCE)
dibutuhkan, merekrut mereka jika sesuai dengan kebutuhan,
dan menyediakan capacity building RCCE untuk sumber daya
bersangkutan.
- Secara rutin, melakukan identifikasi misinformasi dan
disinformasi yang beredar di media sosial dan melakukan
intervensi terhadap misinformasi dan disinformasi tersebut
melalui berbagai kanal.
- Secara rutin memberikan informasi yang akurat dan berbasis
bukti mengenai langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh
masyarakat untuk menghentikan penyebaran wabah.
b. Pelibatan Masyarakat ;
Adanya peran serta masyarakat/organisasi
kemasyarakatan/organisasi agama dalam menanggapi isu-isu
spesifik yang mempengaruhi penanggulanan Pandemi COVID-19.

54
Hal ini dilakukan melalui Kerjasama LP dan LS terkait
c. Manajemen Infodemik :
- Memiliki sub divisi infodemik (terdiri dari: operator hotline,
analis media sosial, pakar komunikasi risiko dan
pemberdayaan masyarakat) sebagai bagian dari gugus tugas
RCCE yang bertugas untuk mengelola informasi termasuk
misinformasi, disinformasi.

C. Surveilans, penyelidikan epidemiologi, pelacakan kontak, dan


penyesuaian tindakan kesehatan masyarakat dan social
1. Perencanaan

a. Melakukan penilaian (assessment) terhadap sistem surveilans


daerah dan mengadaptasinya untuk mengumpulkan,
mengelola, menganalisis, menafsirkan, dan melaporkan data
daerah terkait COVID-19 yang ditujukan untuk:
1) menentukan estimasi beban penyakit COVID-19 ;
2) memantau perubahan virus (varian, tingkat keparahan) dan
dampak pada vaksin, terapi, dan tes diagnostik;
3) mengidentifikasi kelompok atau lingkungan yang paling
berisiko terhadap COVID-19 untuk kebutuhan intervensi
terarah (targeted intervention) ;
4) memantau dampak pandemi terhadap akses kepada sistem
kesehatan dan pemanfaatan sistem kesehatan;
5) menginformasikan langkah-langkah mitigasi pandemi yang
tepat (misalnya penyesuain PPKM).
b. Melakukan survei multisektor di tingkat rumah tangga serta
komunitas yang memantau kepatuhan masyarakat terhadap
PPKM, dampak sosial ekonomi dari pandemi, dan hambatan
terhadap kebutuhan dasar termasuk kesehatan yang
disebabkan oleh kondisi pandemi.
c. Melakukan penilaian situasi lokal untuk menilai tingkat
transmisi, kapasitas respon pandemi, dan perfoma respon
sebagai arahan untuk melakukan penyesuaian terhadap
55
strategi respon pandemi COVID-19, khususnya yang berkaitan
dengan penyesuaian terhadap PPKM
d. Mengumpulkan indikator untuk surveilans sindromik (contoh:
tingkat hunian ICU untuk infeksi pernafasan di Rumah Sakit) di
pelayanan kesehatan dasar dan komunitas.
2. Implementasi :
a. Terdapat peningkatan untuk surveilans COVID-19 untuk
mendeteksi kasus suspek dalam waktu 48 jam sejak timbulnya
gejala, dengan pemeriksaan kasus terduga dalam waktu 24 jam
yang terdeteksi melalui surveilans berbasis kejadian dari
masyarakat dan rumah sakit, sistem surveilans pernapasan
atau infeksi, lokasi sentinel, surveilans berbasis rumah sakit,
dan investigasi klaster.
b. Memberikan pelatihan kepada relawan kesehatan masyarakat
yang bertugas melakukan pelacakan kontak untuk memenuhi
permintaan lapangan. Memperluas kapasitas pelacakan kontak
dan memprioritaskan pelacakan kontak untuk identifikasi dan
investigasi klaster baru di lingkungan dengan risiko tinggi
penularan COVID-19 dan kelompok yang berisiko terhadap
penyakit berat.
c. Melakukan pemeriksaan terhadap kasus terduga COVID-19
sesuai dengan strategi dan kapasitas pemeriksaan. Di
lingkungan atau kondisi yang tidak memungkinkan untuk
menguji keseluruhan kasus, maka disusun prioritas pengujian
sesuai pedoman WHO misalnya menggunakan konfirmasi
laboratorium dari sejumlah kasus awal yang terbatas untuk
untuk menetapkan keberadaan virus di masyarakat, diikuti
dengan surveilans sindromik. Dan menggunakan definisi data
standar untuk mengumpulkan dan melaporkan data yang
dipilah minimalnya berdasarkan jenis kelamin, usia, dan
pekerjaan.
d. Analisis data sentinel surveilans COVID-19 / Influenza Like
Illness (ILI) dan Severe Acute Respiratory Infection (SARI) baik di

56
level puskesmas dan rumah sakit (pemerintah dan swasta)
sebagai pendekatan untuk mengetahui sirkulasi virus COVID-
19 dan tingkat keparahan penyakit pada kasus COVID-19 baru
penyebab pandemi, luasnya penyebaran dan besarnya
morbiditas dan mortalitas.
e. Deteksi kasus ILI, pneumonia dengan memanfaatkan Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) sebagai pendekatan
untuk mengetahui apakah virus COVID-19 baru telah
bersirkulasi di Indonesia.
f. Melakukan surveilan aktif untuk COVID-19. Pada wilayah yang
belum terdapat kasus, dilakukan surveilan aktif, pada kasus
awal sporadic dank luster awal, dilakukan pelacakan kontak
dan monitoring kontak dan pada daerah dengan transmisi local
yang meluas, pelacakan kontak dilakukan pada wilayah baru
yang belum terdapat kasus atau pada kasus parah, dan
dilakukan systematic survey dan sentinel.
g. Melakukan penyelidikan epidemiologi, pelacakan kontak,
monitoring dan manajemen kontak pada kasus yang diduga
COVID-19 baru untuk dikonfirmasi dan analisis risiko berkala.
h. Melakukan pengumpulan data, analisis data, monitoring dan
evaluasi apakah intervensi berjalan dengan baik dan apakah
penyebaran COVID-19 baru masih berjalan atau sudah
berhenti.
i. Menyampaikan data dan analisis data kepada pusdalop.
j. Melakukan pengawasan pelaku perjalanan yang berasal dari
daerah/negara terjangkit

D. Titik masuk, perjalanan dan transportasi dan pertemuan massal


Mengembangkan dan menyusun protokol kesehatan COVID-19
di titik masuk wilayah dan untuk acara kerumunan massa. Protokol
kesehatan yang dibuat mencakup juga penanganan untuk kejadian
pada masa kritis/luar biasa :
1. Memberikan informasi kepada para pelancong/wisatawan asing

57
terkait dengan COVID-19, meliputi: persyaratan keluar dan
masuk, upaya pencegahan wabah, pelayanan kesehatan yang
tersedia, PPKM yang berlaku di tempat, dan sanksi pelanggaran
atas peraturan yang berlaku.
2. Melakukan penilaian risiko untuk:
a. Mengevaluasi risiko yang terkait dengan pertemuan massal yang
sudah direncanakan;
b. Melakukan pembatasan, penundaan, atau penyesuaian
pertemuan/acara massal dengan memastikan tindakan
pencegahan dilaksanakan (misalnya menjaga jarak fisik,
menggunakan masker wajah, menjaga kebersihan tangan, dll).
Pertemuan/acara massal ini termasuk acara keagamaan,
kegiatan olahraga dan hiburan, aktivitas pasar, kegiatan
vaksinasi, dan pemberian bantuan kemanusian dan bantuan
lainnya.
3. Melakukan penilaian risiko untuk kesiapsiagaan dalam
menanggapi COVID-19 di lingkungan pengungsi dan migran
khususnya di sektor transportasi darat dan laut.
Implementasi :
1. Penyampaian pesan inti COVID-19 kepada masyarakat melalui
media masa dan media sosial
2. Pemberlakuan Work From Home (WFH) bagi instansi perkantoran
3. Sekolah dan Universitas memberlakukan pembelajaran daring
4. Pelarangan dan pembatasan pertemuan besar yang melibatkan
orang banyak (contohnya konser, pernikahan, pesta, festival,
kegiatan keagamaan).
5. Masyarakat kontak erat COVID-19 melakukan isolasi mandiri di
rumah selama 14 hari
6. Tempat-tempat hiburan tutup dan tidak beroperasi
7. Tempat perbelanjaan dan pertokoan tutup pada jam 8 malam
atau lebih awal
8. Angkutan massal (bus, kereta api, MRT) mengangkut penumpang
dengan jumlah terbatas dengan jarak 1 meter antar penumpang

58
disertai pengurangan kapasitas angkut.
9. Tempat ibadah seperti gereja, masjid dan pura tidak
melaksanakan kegiatan peribadatan yang melibatkan orang
banyak di tempat ibadah.
10. Sektor esensial seperti pelayanan kesehatan, listrik,
telekomunikasi, bahan bakar, kebutuhan pangan, pabrik untuk
produksi APD tetap berfungsi

E. Laboratorium dan diagnostik


1. Memastikan dukungan legislatif tersedia untuk penanganan
pandemi, dukungan ini termasuk penegakan regulasi untuk
transportasi/pengangkutan dan pemeriksaan genomik (data DNA
suatu organisme) atas spesimen-spesimen yang dikirim, serta
regulasi untuk menjaga kualitas dan keamanan hayati (Biosafety).
2. Memiliki rencana investasi untuk diagnostik COVID-19 yang
ditujukan untuk memperkuat kapasitas laboratorium dalam jangka
panjang, yang sejalan dengan pengembangan sistem surveilans
penyakit dan sistem kewaspadaan dini (Early Warning System)
3. Menggunakan hasil identifikasi kekurangan sumber daya manusia
yang dilakukan di poin sebelumnya untuk mengembangkan dan
melakukan pelatihan bagi tenaga kerja kerja laboratorium,
terutama yang terlibat dalam pengumpulan, pengiriman, dan
pengujian spesimen.
4. Penetapan Laboratorium Jejaring pemeriksaan Covid-19
5. Penerimaan specimen yang kemudian dilakukan dilakukan
pemeriksaan dalam waktu 24-48 jam
6. Hasil laboratorium dikirimkan ke pihak yang meminta (faskes) yang
kemudian dilaporakan melalui system pelaporan yang ada. Hasil
juga ditembuksan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten /
Kota.
7. Petugas laboratorium menggunakan APD yang benar pada saat
pengambilan sampel
8. Petugas laboratorium menggunakan APD yang benar pada saat

59
pemeriksaan PCR
9. Pengajuan menjadi laboratorium jejaring berkoordinasi dengan
Dinas Kesehatan Kota Bandung.

Upaya Pemerintah Kota Bandung memperbanyak alat


pemeriksaan Covid-19 di Laboratorium BSL Dinas Kesehatan Kota
Bandung dan Laboratorium Rujukan Covid-19. Mengantisipasi
keterbatasan ketersediaan PCR dan VTM, Pemerintah Kota
Bandung telah melakukan langkah memenuhi kebutuhan tersebut.
Pemerintah Pusat selanjutnya juga telah mengintensifkan dengan
mendistribusi kebutuhan PCR dan VTM ke Jawa Barat akhir April
2020. Dinas Kesehatan Kota Bandung telah menerima paket Rapid
Diagnostic Test (RDT) sebanyak 46.800 buah, yang telah
didistribusikan ke Rumah Sakit, Puskesmas dan dan Fasilitas
Kesehatan lainnya.
Dukungan layanan evakuasi pasien dan penguburan jenazah
pasien Covid-19 telah disiapkan tim dari ambulan PSC, PMI dan
Rumah Sakit Rujukan yang merupakan gabungan dari berbagai
sektor, Tenaga kesehatan yang dimiliki meliputi dokter spesialis,
dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan, SDMK kesehatan lain
dan tenaga pendukung lainnya yang tersebar di Rumah Sakit,
Puskesmas dan FKTP lainnya.

Fasilitas kesehatan yang disiapkan meliputi fasilitas


pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik, Dokter
praktek mandiri, Laboratorium, Ambulan, penunjang lain).
Sejumlah 322 Rumah Sakit dan 1.069 Puskesmas yang berada di
Provinsi Jawa Barat telah diperintahkan untuk siaga Covid-19 dan
sebanyak 150 Rumah Sakit telah ditunjuk sebagai rumah sakit
rujukan Covid-19

F. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, serta Perlindungan Tenaga

60
Kesehatan
1. Secara rutin melakukan penilaian terhadap kapasitas Pencegahan
dan Pegendalian Infeksi (PPI) untuk COVID-19 melalui
pengembangan dan/atau penguatan PPI sesuai dengan komponen
inti dan persyaratan minimun program PPI yang direkomendasikan
WHO. Penilaian yang dilakukan mencakup semua tingkat
pelayanan kesehatan (perawatan akut, jangka panjang, pelayanan
primer, dan perawatan berbasis komunitas, pelayanan yang terkait
dengan layanan kesehatan esensial) termasuk publik, swasta,
praktik tradisional, non-tradisional yang digunakan untuk isolasi
dan perawatan pasien, dan/atau karantina, seperti apotek.
2. Terdapat rekomendasi untuk mempromosikan praktik praktik baik
PPI yang ditujukan untuk komunitas, rumah tangga dan keluarga
3. Melakukan identifikasi persyaratan minimun untuk tindakan-
tindakan PPI di lingkungan rentan dan terdampak konflik, serta
kemanusiaan
4. Melakukan identifikasi aktor atau entitas yang dapat menjadi focal
point PPI, focal point harus memiliki wewenang dan merupakan
ahli PPI untuk dapat melaksanakan kegiatan dan tindakan PPI di
semua tingkat sistem kesehatan, menerapkan strategi PPI untuk
mencegah atau membatasi penularan wabah di pelayanan
kesehatan dan perawatan jangka panjang.

5. Menyediakan akses layanan WASH di tempat umum dan ruang


komunitas dengan risiko tinggi penularan virus COVID, serta
pertimbangan khusus untuk tempat kolektif yang rentan (misalnya
lingkungan tunawisma, migran, dan populasi yang membutuhkan
perawatan jangka panjang)
6. Menerapakan langkah-langkah PPI dan protokol kesehatan yang
merupakan persyaratan minimum di fasilitas ruang publik dan
komunal, serta fasilitas masyarakat. Langkah-langkah dan prokes
ini termasuk juga mekanisme untuk mendukung individu yang
berisiko mendapat penyakit berat untuk tinggal di rumah.

61
G. Manajemen kasus, standar operasional klinis, dan terapi
1. Memetakan populasi rentan/berisiko, fasilitas pelayanan kesehatan
publik dan swasta, dan tenaga kesehatan (termasuk pengobatan
tradisional, apotek, panti jompo/ penyedia layanan untuk individu
yang sudah tidak bisa hidup independen, dll), serta
mengidentifikasi fasilitas alternatif yang dapat menyediakan
perawatan/pengobatan.
2. Melakukan peninjauan fasilitas kesehatan menggunakan
instrumen facility assessment tools for COVID-19 case management
capacities including: readiness to implement diagnostics,
therapeutics, vaccines and other health products yang dikeluarkan
oleh WHO.
3. Menetapkan rekomendasi terapi kedokteran berbasis bukti sesuai
dengan konteks lokal dan menilai dampak implementasi
rekomendasi terapi tersebut untuk berbagai derajat pasien COVID-
19 (ringan, sedang, berat, dan kritis), dan pasien yang mungkin
masih mengalami keluhan kesehatan pasca COVID-19 .
4. Memastikan terapi intervensi diberikan oleh tenaga kesehatan
terlatih seperti terapi oksigen dan penggunaan deksametason.

H. Dukungan operasional dan logistik, serta rantai pasokan


Terdapat SOP untuk mengumpulkan data/informasi termasuk
indikator kinerja utama (Key Perfomance Indicators/KPI) untuk
pemantauan lead time (waktu pemesanan sampai dengan penerimaan
produk), kesenjangan pasokan, dan optimalisasi (efisiensi, tingkat
konsumsi, tingkat kerugian, akses ke pasar lokal).
Terdapat nota kesepahaman dengan para mitra yang mengatur
peran dan tanggung jawab masing-masing (who-does-what)/delegasi
tugas untuk memastikan kapasitas teknis yang memadai dalam
memberikan dukungan operasional dan logistik berupa: pengiriman
langsung, pasokan, peralatan, dan layanan bagi orang-orang di
daerah yang sulit dijangkau.

62
I. Memperkuat layanan dan sistem kesehatan esensial
1. Memiliki kebijakan yang memastikan akses bagi masyarakat
terhadap layanan kesehatan esensial terlepas dari status asuransi
atau kewarganegaraan seperti penangguhan co-payment atau user
free, atau memberikan transfer tunai atau voucher.
2. Melakukan identifikasi pelayanan rutin dan elektif yang dapat
ditunda dan dipindahkan ke daerah yang tidak terkena dampak
pandemi, dan membuat roadmap untuk pengurangan dan
pengenalan kembali pelayanan ini secara bertahap.
3. Melakukan identifikasi model pemberian pelayanan kesehatan yang
paling efektif selama fase krisis akut yang mungkin mengakibatkan
perpindahan massal penduduk, termasuk tenaga kesehatan, dan
risiko kehancuran atau penutupan paksa fasilitas kesehatan.
4. Mengalihfungsikan fasilitas kesehatan lainnya, memusatkan
layanan kesehatan akut 24 jam di IGD rumah sakit level A atau
setara (first-level hospital), reorientasi jalur rujukan, dan
melakukan diseminasi informasi kepada masyarakat agar terpapar
akan perubahan kebijakan layanan kesehatan ini.
5. Menerapkan pembayaran gaji, lembur, cuti sakit, dan insentif atau
pembayaran atas risiko secara tepat waktu, hal ini berlaku juga
untuk pekerja tidak tetap dan pekerja kesehatan masyarakat.
6. Terdapat persyaratan minimum untuk PPI, termasuk penerapan
standar kewaspadaan, yang tersedia di seluruh fasilitas kesehatan,
dan memastikan pasokan PPI yang memadai untuk menjamin
pemberian layanan kesehatan esensial yang aman.
7. Secara aktif menginformasikan perubahan yang terjadi kepada
pelayanan esensial dan ketersediaan sumber informasi seperti
hotline kepada sumber-sumber terpercaya tersebut (klinik
perawatan dasar, apotek, tenaga kesehatan masyarakat, pemimpin
lokal, dan jejaring masyarakat)
8. Membangun ketahanan sistem kesehatan melalui rencana
anggaran biaya dan pra-pendanaan dari penyedia layanan publik

63
dan swasta, mekanisme kontrak dan penggantian, dana ekuitas
atau sistem voucher.

Pelayanan Kesehatan esensial masih tetap dilaksanakan namun


tetap memperhatikan protokol Kesehatan. Salah satu upayanya adalah
dengan melakukan pelayanan, skrining / deteksi dini pada posbindu
atau posyandu. Adapun Prosedur / Langkah-Langkah pada
pelaksanaan di posyandu dan posbindu untuk memerhatikan.

Persiapan Penyelenggaraan
 Waktu Pelaksanaan Posbindu/Posyandu dapat diinformasikan
terlebih dahulu kepada masyarakat melalui telepon, undangan,
pengumuman dan lain-lain.
 Menginformasikan agar peserta yang dating dalam kondisi sehat
(tidak ada riwayat demam, riwayat bepergian / riwayat
kontakdengan orang yang positif selama 14 hari terakhir.
 Jika memungkinkan disarankan agar memanfaatkan teknologi
informasi ( HP, Walky Talky, SMS. WA atau email ) antara petugas
posbindu/posyandu dan klien dalam pengaturan jadwal kehadiran
klien yang tidak bersamaan untuk meminimalisir penumpukan
massa di posbindu.
 Pengumuman disertai instruksi mengenakan masker dan
mematuhi protokol kesehatan
 Lokasi Skrining posbindu diatur sedemikian rupa mengikuti
protokol kesehatan dengan pemberian tanda tempat berdiri /
duduk bagi orang di dalam posbindu sedikit 1-2 meter per orang
 Menyediakan sarana cuci tangan pakai sabun
 Petugas menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang terdiri dari
sarung tangan, masker dan face shield
 Sebelum pengukuran klien diminta untuk mencuci tangan sesuai
standar
 Setelah proses pelaksanaan skrining dan edukasi, peserta diminta
untuk segera meninggalkan lokasi agar tidak terjadi kerumunan
64
massa
 Petugas melakukan pembersihan lokasi serta alat-alat yang
digunakan sesuai dengan ketentuan
 Melepas APD dan mencuci tangan sesuai standar
 Membersihkan diri dan mandi segera tiba di rumah.

Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh sasaran/klien


Posbindu/Posyandu
 Memastikan dalam kondisi sehat untuk dating ke posbindu ( tidak
ada riwayat demam, riwayat bepergian ke daerah lain / kontak
dengan orang yang posif covid 19 selama 14 hari terakhir.
 Selalu menggunakan masker
 Datang ke posbindu sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan
oleh penyelenggara posbindu agar tidak terjadi kerumunan dalam
satu waktu dan selalu jaga jarak.
 Patuhi protokol kesehatan yang ditentukan di posbindu
 Duduk / bendiri ditempat yang telah ditentukan, jika harus
mengantri jaga jarak, perhatikan tanda-tanda yang sudah
ditetapkan.
 Lakukan pemeriksaan sesuai dengan arahan dari petugas / kader
 Segera meninggalkan lokasi pemeriksaaan, hindari berbiuncang
bincang dengan pengunjung lain tanpa jaga jarak.
 Segera membersihkan diri setiba di rumah

J. Vaksinasi
1. Melakukan penilaian prosedur logistik yang diperlukan untuk
program vaksinasi, termasuk penyimpanan kering dan kapasitas
rantai dingin, serta kebutuhan infrastruktur di semua tingkatan
wilayah sejalan dengan karakteristik vaksin COVID-19.
2. Memberikan persetujuan dan mendukung strategi vaksinasi
khusus untuk populasi berisiko - hal ini termasuk menentukan
prioritas untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat secara
65
tepat (misalnya melindungi tenaga kesehatan dan populasi lanjut
usia terlebih dahulu), dan kemudian lanjut ke tujuan yang lebih
luas. Prosedur menentukan prioritasi populasi berisiko
mengadopasi panduan yang dikeluarkan oleh Strategic Advisory
Group of Experts on Immunization (SAGE)-WHO.
3. Terdapat mekanisme yang memastikan vaksinasi dapat
mendukung pembukaan kembali layanan kesehatan esensial lain
yang sempat terhenti, tanpa perlu ada pengalihan sumber daya
secara berlebihan.
4. Terdapat SOP (standardized operational procedures) untuk menjaga
keamanan vaksin berikut stafnya baik di fasilitas penyimpanan
vaksin daerah maupun tempat transit produk vaksin.
5. Memberikan pelatihan untuk pengunaan alat dan proses
monitoring program vaksinasi kepada penyedia layanan vaksinasi
lama dan baru.
6. Terdapat strategi distribusi vaksin di daerah, yang berisikan
pemetaan potensi titik masuk, titik penyimpanan (storage), info
stok, fasilitas rantai dingin (cold chain storage) (2-8C, -20C, -
60/70C), dan kapasitas transportasi untuk vaksin dan produk
dukungan lainnya, termasuk estimasi kebutuhan sumber daya
manusia yang diperlukan.
7. Memiliki kerangka acuan kerja tertulis terkait fungsi komite KIPI
daerah untuk mengevaluasi data keamanan Vaksin COVID-19
(misalnya penilaian kausalitas KIPI serius, klaster KIPI, masalah
keamanan yang muncul, dll).

8. Melibatkan tenaga kesehatan sebagai fokus utama keberhasilan


program vaksinasi karena memiliki tiga peran yaitu sebagai
penerima vaksin, penyedia, dan pemberi pengaruh (influencer)
dalam penerimaan dan penyerapan vaksin di masyarakat.

66
BAB V
KONSEP OPERASI DAN PELAKSANAAN RESPON PANDEMI

A. Konsep Operasi/ Rencana Pelaksanaan Respon Pandemi


Konsep operasi pelaksanaan respon pandemi berdasarkan
framework kebencanaan nasional mengacu pada bagan sebagai
berikut:

67
Tabel 5.1
Konsep Operasi Pelaksanaan Respon Berdasarkan Framework
Kebencanaan Nasional

Definisi Koordinator/
Pernyataan Prinsip Operasi
Operasional Komando
Kesiapsiagaa Belum Penguatan Kemenkes
n terdapat surveilans deteksi (Provinsi dan
kasus COVID- dini dan Kabupaten/Kota:
19 di pencegahan Kepala Daerah)
Indonesia
Siaga Darurat Awal masuk Deteksi kasus, Kemenkes
kasus ke pelacakan kasus, (Provinsi dan
Indonesia dan isolasi kasus Kabupaten/Kota:
(Kasus awal Kepala Daerah)
dan sporasik
kasus)
Tanggap Terdapat Deteksi kasus, Nasional: BNPB
Darurat minimal 2 pelacakan kasus, Daerah: Kepala
klaster mitigasi pandemi, Daerah
sampai Physical
COVID-19 distancing,
yang meluas business
di Indonesia continuity plan
(BCP)
Rehabilitasi Tidak Surveilans ketat Kepala Daerah
ditemukan deeskalasi respon,
kasus baru rehabilitasi fungsi
setelah dua komponen yang
kali masa terlibat dalam
inkubasi dari penanggulangan
kasus COVID-19
terakhir

Zona Tingkat Transmisi


NAMA DEFINISI
KATEGORI
Tidak ada Tidak ada kasus baru yang terdeteksi selama
kasus setidaknya 28 hari ( dua kali masa inkubasi
maksimum) dengan kapasitas surveilans memadai.
Kasus Kasus yang terdeteksi dalam 14 hari terakhir
68
impor/sporadis semuanya berasal dari luar wilayah atau bersifat
sporadis dan tidak ada sinyal jelas penularan lokal
lebih lanjut
Transmisi Kasus yang terdeteksi dalam 14 hari terakhir
klaster terbatas pada klaster yang terdefinisi dengan baik,
semuanya berkaitan menurut waktu, lokasi
geografis, dan keterpaparan bersama.
Transmisi Insiden rendah kasus yang didapat secara lokak,
komunitas kasus tersebar luas yang terdeteksi dalam 14 hari
level 1 (TK1) terakhir, banyak kasus tidak terkait dengan klaster
tertentu transmisi dapat terfokus pada sub-
kelompok populasi tertentu. Resiko rendah infeksi
untuk populasi umum
Transmisi Insiden sedang kasus yang didapat secara lokak,
komunitas kasus tersebar luas yang terdeteksi dalam 14 hari
level 2 (TK2) terakhir, transmisi sudah tidak terlalu terfokus pada
subkelompok populasi tertentu.resiko infeksi sedang
untuk populasi umum.
Transmisi Insiden tinggi kasus yang didapat secara lokak,
komunitas kasus tersebar luas yang terdeteksi dalam 14 hari
level 3 (TK3) terakhir, penularan tersebar luas dan tidak terfokus
pada sub kelompok populasi.Risiko tinggi infeksi
pada populasi umum.
Transmisi Insiden sangat tinggi kasus yang didapat secara
komunitas lokak dan tersebar luas dalam 14 hari
level 4 (TK4) terakhir.Resiko infeksi sangat tinggu untuk populasi
umum.

B. Tugas dan Fungsi Penangugulangan Covid


1. Berkoordinasi dalam melaksanakan kegiatan operasional lapangan
dari semua potensi lintas sektor, LSM, dan masyarakat.
2. Melaksanakan pemantauan kegiatan melalui supervisi, laporan
harian maupun laporan insidental (setiap saat bila ada masalah
yang perlu segera diselesaikan).
69
3. Melaporkan secara rutin (harian) kepada para penentu kebijakan
dan ke posko terpadu KKM sesuai jenjang posko tentang situasi
dan kondisi terakhir di lapangan.
4. Melaporkan setiap saat kepada para penentu kebijakan dan ke
posko terpadu KKM sesuai dengan jenjang posko bila terdapat
masalah kedaruratan yang membutuhkan keputusan segera.
5. Berkomunikasi dengan berbagai pihak terkait.
6. Menerima berbagai informasi, pertanyaan dari berbagai pihak
termasuk masyarakat dan memberikan jawaban sesuai dengan
kewenangannya.
7. Memberikan informasi ke media massa sebatas kewenangannya.
8. Melakukan evaluasi kegiatan penanggulangan

Tugas dan Fungsi Berdasarkan Bidang antara lain :


1. Bidang Komunikasi :
a. Berkomunikasi dengan berbagai pihak terkait
b. Menerima berbagai informasi, pertanyaan dari berbagai pihak
termasuk masyarakat dan memberikan jawaban sesuai dengan
kewenangannya
c. Menyebarluaskan informasi melalui media cetak, elektronik dan
media massa lainnya

2. Bidang Operasional Kesehatan


a. Penyelidikan Epidemiologi
b. Pemeriksaan kesehatan
c. Penatalaksanaan kasus
d. Tindakan rujukan
e. Tindakan lanjut yang diperlukan (termasuk isolasi dan karantina
wilayah)
f. Pemulihan Fisik, Mental Sosial
3. Bidang Pengamanan
a. Melakukan pengamanan di wilayah yang diperlukan tindakan
karantina

70
b. Menyelesaikan segala permasalahan yang bersifat menimbulkan
gangguan ketertiban akibat tindakan penanggulangan KKM.
4. Bidang Logistik
a. Pengadaan dan distribusi sarana prasarana dan obat - obatan
yang dibutuhkan untuk opersional kegiatan
b. Pengadaan konsumsi untuk tenaga yang terlibat dalam kegiatan

C. Komponen Respon Pandemi


1. Pelaksanaan Komando dan Koordinasi
Berdasarkan keputusan wali kota bandung Nomor :
443/Kep.239-Dinkes/2020 Tentang Gugus Tugas Percepatan
Penangan Corona Virus Disease 2019 Tingkat Kota Bandung
Ketua : Wali Kota Bandung
Wakil Ketua I : Komandan Distrik 0618/BS

Sistem komando dan koordinasi meliputi pemenuhan sumber


daya dan koordinasi Internasional. Dalam pelaksanaan komando
koordinasi harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Penetapan status darurat bencana berdasarkan analisis risiko
tim teknis, penyusunan rencana respon operasi, komando respon
dan monitoring respon.
b. Dinas Kesehatan Kota Bandung Menerima donasi bagi
Stakeholder yang ingin berkontribusi dalam memberikan donasi
berupa Obat- obatan dan Alat Kesehatan untuk Penanganan
Covid -19 melalui Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan
Covid 19 di Kota Bandung.

c. Outline laporan komunikasi operasional antar stakeholder antara


lain:
1) Mengadakan pertemuan harian untuk melaporkan situasi
perkembangan harian.
2) Komunikasi melalui sistem informasi yang dibuat pada saat
periode tanggap darurat.

71
3) Hasil pertemuan harian disebarluaskan kepada stakeholder
dan ditindaklanjuti oleh tim pelaksana lapangan.

2. Surveilans
Tugas Pokok Surveilans respon pandemi mencakup:
a. Analisis data sentinel surveilans COVID-19 / Influenza Like
Illness (ILI) dan Severe Acute Respiratory Infection (SARI) baik di
level puskesmas dan rumah sakit (pemerintah dan swasta)
sebagai pendekatan untuk mengetahui sirkulasi virus COVID-19
dan tingkat keparahan penyakit pada kasus COVID-19 baru
penyebab pandemi, luasnya penyebaran dan besarnya morbiditas
dan mortalitas.
b. Deteksi kasus ILI, pneumonia dengan memanfaatkan Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) sebagai pendekatan
untuk mengetahui apakah virus COVID-19 baru telah
bersirkulasi di Indonesia.
c. Melakukan surveilan aktif untuk COVID-19. Pada wilayah yang
belum terdapat kasus, dilakukan surveilan aktif, pada kasus
awal sporadic dank luster awal, dilakukan pelacakan kontak dan
monitoring kontak dan pada daerah dengan transmisi local yang
meluas, pelacakan kontak dilakukan pada wilayah baru yang
belum terdapat kasus atau pada kasus parah, dan dilakukan
systematic survey dan sentinel.
d. Melakukan penyelidikan epidemiologi, pelacakan kontak,
monitoring dan manajemen kontak pada kasus yang diduga
COVID-19 baru untuk dikonfirmasi dan analisis risiko berkala.
e. Melakukan pengumpulan data, analisis data, monitoring dan
evaluasi apakah intervensi berjalan dengan baik dan apakah
penyebaran COVID-19 baru masih berjalan atau sudah berhenti.
f. Menyampaikan data dan analisis data kepada pusdalop.
g. Melakukan pengawasan pelaku perjalanan yang berasal dari
daerah/negara terjangkit.

72
3. Intervensi Farmasi
Intervensi farmasi berkaitan dengan pengadaan, distribusi obat dan
alat kesehatan dengan menggunakan jalur rutin atau jalur alternatif
dalam penanggulangan, yang melibatkan:
a. Sumber Daya Manusia (SDM);
b. Gudang Penyimpanan Logistik Kesehatan;
c. Seksi Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Pendistribusian logistik kesehatan dilaksanakan dengan cara


divergen dan konvergen meliputi :
a. Sumber anggaran Hibah/Donasi dari Kementerian Kesehatan,
BPBD dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Pengiriman
dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi Provinsi Jawa Barat dan PT
POS Logistik serta pengambilan secara mandiri oleh Dinas
Kesehatan kota Bandung.
b. Sumber Anggaran APBD distibusi dilaksanakan dengan cara
permohonan dari UPT Puskesmas, Rumah Sakit, dan Instansi
Pelayanan Kesehatan Swasta kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kota Bandung.
c. Sumber Anggaran Hibah/Donasi dari Gugus Tugas Kota
Bandung distribusi dilaksanakan oleh Gugus Tugas berdasarkan
permohonan Dinas Kesehatan Kota Bandung untuk di
distribusikan ke Sarana Fasilitas Kesehatan di Lingkungan Dinas
Kesehatan Kota Bandung.

4. Intervensi Non Farmasi


a. Pembatasan Sosial Berskala Besar
Salah satu bentuk kegiatan intervensi non farmasi adalah
dengan penerapan PSBB. Merupakan salah satu entuk
pembatasan aktifitas dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan Covid-19. Adapun bentuk kegiatannya
disesuaikan dengan Level PPKM yang ditetapkan oleh pemerintah
73
Pusat adalah:
1) Penyampaian pesan kunci pencegahan penularan COVID-19 (
5M ) kepada masyarakat melalui woro-woro, media cetak,
media elektronik dan media sosial.
2) Pemberlakuan Work From Home (WFH) bagi instansi
perkantoran
3) Sekolah dan Universitas memberlakukan pembelajaran
daring
4) Pelarangan dan pembatasan pertemuan besar yang
melibatkan orang banyak (contohnya konser, pernikahan,
pesta, festival, kegiatan keagamaan).
5) Masyarakat kontak erat COVID-19 melakukan isolasi mandiri
di rumah selama 14 hari
6) Tempat-tempat hiburan tutup dan tidak beroperasi
7) Tempat perbelanjaan dan pertokoan tutup pada jam 8
malam atau lebih awal
8) Angkutan massal (bus, kereta api, MRT) mengangkut
penumpang dengan jumlah terbatas dengan jarak 1 meter
antar penumpang disertai pengurangan kapasitas angkut.
9) Tempat ibadah seperti gereja, masjid dan pura tidak
melaksanakan kegiatan peribadatan yang melibatkan orang
banyak di tempat ibadah.
10) Sektor esensial seperti pelayanan kesehatan, listrik,
telekomunikasi, bahan bakar, kebutuhan pangan, pabrik
untuk produksi APD tetap berfungsi.

74
b. Karantina
Berdasarkan analisis risiko dan rekomendasi panel ahli dan
pedoman COVID-19, dapat dilakukan karantina rumah/ wilayah
terbatas dan pembatasan sosial berskala besar.
1) Karantina rumah dilaksanakan terhadap seluruh orang di
dalam rumah yang memiliki kontak erat dengan pasien
terjangkit COVID-19. Pemantauan karantina rumah
dilaksanakan berdasarkan SOP yang disusun dengan
melakukan pengendalian infeksi. Kader melakukan
pemantauan karantina rumah dan melakukan laporan
harian ke puskesmas. Semua kebutuhan logistik pagan
pokok dan kebutuhan pokok lainnya disuplai oleh petugas
yang melakukan monitoring karantina rumah. Karantina
rumah dilakukan sampai selama dua kali masa inkubasi
tidak ditemukan kasus baru dari kasus terakhir yang
dilaporkan. Dukungan psikologis dan monitoring akan
dilakukan oleh petugas.
2) Karantina wilayah terbatas dilaksanakan pada seluruh
anggota masyarakat di suatu wilayah terbatas apabila dari
hasil konfirmasi laboratorium sudah terjadi penyebaran
COVID-19 antar anggota masyarakat di wilayah terbatas

75
tersebut berdasarkan laporan kasus data epidemiologi
surveilan. Karantina wilayah terbatas dilakukan pada
tingkatan RT atau dapat meluas ke beberapa RT , RW atau
desa/ kelurahan apabila diperlukan. Pada karantina
wilayah terbatas, masyarkat tidak dapat keluar / masuk
wilayah karantina terbatas tersebut. Bagian keamanan akan
mendirikan spot check point di tempat akses ke wilayah
tersebut. Dalam kondisi ideal, logistik unutk daerah
karantina terbatas dipenuhi oleh petugas / relawan. Dalam
kapasitas terbatas, dimana kebutuhan pokok tidak dapat
disuplai oleh petugas, masyarakat dapat memenuhi
memesan logistik melalui daring online, atau masyarakat
dapat membeli logistik hanya pada maksimal satu kali dalam
seminggu (hanya satu anggota keluarga yang diperbolehkan
untuk membeli logistik) ke tempat penjualan logistik yang
ada di daerah tersebut dengan tetap menjaga / sosial
distancing. Petugas akan memastikan suplai logistik pangan
pokok ke daerah karantina tetap terpenuhi. Pada saat
diberlakukan karantina wilayah, kader akan memantau
kondisi kesehatan masyarakat di karantina wilayah setiap
hari dan melaporkannya kepada petugas puskesmas.

Pada pemberlakukan karantina wilayah terbatas diperlukan


sumber daya :
1) Pos komando pemantauan operasi karantina wilayah terbatas
melibatkan Gugus Tugas dan petugas kelurahan yang
ditunjuk
2) Kader untuk memonior kesehatan warga menggunakan
formulir sesuai pedoman.
3) Petugas keamanan (Babinsa/ Babimkamtibmas)/ petugas
keamanan yang ditunjuk untuk menjaga keamanan di
wilayah karantina dan petugas keamanan di spot check poin.
4) Petugas dinas perhubungan untuk melakukan rekayasa lalu
lintas sehingga tidka ada yang masuk dan keluar wilayah
76
yang dikarantina.
5) Ambulans yang untuk rujukan pasien apabila diperlukan.
6) Petugas surveilan puskesmas, dimana daerah karantina
wilayah terbatas tersebut merupakan wilayah kerja
puskesmas tersebut. Petugas surveilan puskesmas/ team
yang diperbantukan akan melakukan rekapan harian dari
laporan kader dan agregat data laporan akan dikirimkan
harian ke PHEOC kemneterian Kesehatan.
7) Petugas kesehatan dan pos kesehatan di daerah karantina
wilayah. Dapat menggunakan pustu/ posyando di daerah
tersebut.
8) Alat pelindung diri untuk petugas/ kader yang melakukan
monitoring.
9) Dilakukan monitoring suhu dan gejala harian.
10) Apabila selama kasa karantina ditemukan kasus / kontak
kasus pada daerah tersebut, maka diberlakukan karantina
rumah pada rumah yang melaporkan kasus di daerah
karantina wilayah terbatas tersebut.
11) Pada daerah karantina terbatas, tidak ada kegiatan sosial
yang dilakukan termasuk juga menutup sekolah dan tempat
peribadatan.
12) APD untuk petugas dipenuhi, dan masker medis dibagikan
kepada masyarakat di daerah karantina wilayah terbatas.
13) Karantina Rumah Sakit dilaksanakan kepada seluruh orang
yang berkunjung, orang yang bertugas, pasien dan barang,
serta apapun disuatu rumah sakit bila dibuktikan
berdasarkan hasil konfirmasi laboratorium telah terjadi
penularan di rumah sakit. Pada karantina rumah sakit,
rumah sakit menyediakan sarana / fasiltias untuk
penginapan petugas kesehatan yang ada di rumah sakit
selama masa karantina. Petugas memenuhi suplai logistik
ke rumah sakit. Dilakukan monitoring kondisi petugas
kesehatan dan orang yang berada di lingkungan rumah

77
sakit. Dilakukan monitoring suhu dan gejala harian.
Laporan dari setiap bagian rumah sakit dikompilasi oleh
petugas surveilan dan dilaporkan ke PHEOC. Petugas
akan membuat posko karantina rumah sakit dan petugas
keamanan akan melakukan pembatasan mobilisasi. Orang
yang berada dalam rumah sakit tidak dapat keluar/ masuk
rumah sakit tersebut. Masa pemberlalkukan karantina rumah
sakit dilakukan sampai dalam dua kali masa inkubasi dari
kasus terakhir yang dilaporkan tidak ditemukan kasus
baru dengan surveilan ketat. Pada karantina rumah
sakit diberlakukan zona merah dimana lokasi dilaporkan
kasus baru, zona kuning di rumah sakit tersebut tidak
dilaporkan kasus baru, dan zona orange untuk tempat
istirahat petugaas kesehatan yang ada di rumah sakit.
14) Pembatasan sosial berskala besar dilaksanakan sebagai
upaya mencegah meluasnya penyebaran COVID-19 yang
sedang terjadi antar orang disuatu wilayah tertentu baik
berupa peliburan sekolah, pembatasan kegiatan keagamaan
dan/atau pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas
umum, pembatalan acara “mass gathering”, pemberlakuan
bekerja dari rumah. Pada pemberlakuan pembatasan sosial
berskala besar ini, dilakukan pada kota / kabupaten secara
luas. Pembatasan sosial berskala besar dilakukan apabila
sudah tidak dapat dilakukan karantina wilayah terbatas,
karena kasus sudah menyebar luas di masyarakat.

Pada pembatasan kegiatan berskala besar dilakukan :


1) Petugas keamanan akan melakukan patrol dan melakukan
tindakan / sangsi apabila ada masyarakat yang melanggar
pembatasan sosial skala besar tersebut.
2) Komunikasi risiko kepada masyarakat dilakukan untuk
masyarakat tetap berada di rumah, tidak melakukan
aktivitas sosial.

78
3) Hanya satu anggota keluarga yang diperbolehkan untuk
melakukan belanja pemenuhan kebutuhan pokok, dalam
seminggu satu kali ke daerah pembelanjaan terdekat, dan
tetap memperhatikan interaksi sosial dengan orang lain, jaga
jarak dan pengendalian infeksi.
4) Petugas memberlakukan jam malam dan pembatasan
interaksi sosial.
5) Petugas memastikan ketersediaan suplai bahan pokok dan
logistik ke daerah yang diberlakukan pembatasan sosial
berskala besar.
6) Kader melakukan monitoring kesehatan populasi di
wilayahnya dan melakukan pelaporan ke puskesmas.
7) Kasus yang ringan dirawat di rumah, kasus dengan risiko
tinggi (usia lanjut/ komorbid) dirawat di pusat perawatan
COVID-19 dan kasus berat dilakukan perawatan di rumah
sakit.
8) Kecamatan/ desa mendata orang yang perlu menerima
bantuan untuk pemenuhan logistik (contohnya kalangan
sosial ekonomi kalangan bawah yang tidak mempunyai
penghasilan tetap dan tergantung pada penghasilan harian),
dan memberikan dukungan untuk pemenuhan logistik
pangan pokok.
9) Pada orang kontak dekat dilakukan karantina rumah pada
pembatasan sosial berskala besar.

Tindakan penutupan wilayah (Isolasi) secara total baik jalur


masuk maupun keluar dengan pembentukan Check Point
terpadu pada jalur perbatasan wilayah.
Melaksanakan pengendalian keamanan dan ketertiban wilayah
melalui kegiatan:
1) Pendeteksian dini dan operasi intelijen dalam memprediksi
dan mengantisipasi situasi gangguan keamanan dan
ketertiban masyarakat

79
2) Pencegahan dan penindakan terhadap gangguan kemanan
dan ketertiban masyarakat.
3) Melaksanakan pengawasan dan pengamanan (perimeter
kontrol) di daerah yang dinyatakan sebagai episenter
wabah COVID-19
4) Pemusnahan Sumber penularan dan pemantauan prosedur
pemulasaraan jenazah

6. Komunikasi Risiko dan Pemberdayaan Masyarakat


Komunikasi risiko dan pelibatan masyarakat merupakan salah
satu komponen penting dalam penanggulanagan Covid-19.
Konsistensi dalam menyebarluaskan pesan kunci sangat penting
dan diharapkan masyarakat mau mendisiplinkan diri untuk
melaksanakannya. Fokus dari rancangan komunikasi ini adalah
pada kegiatan pemberdayaan masyarakat dan peran serta
masyarakat (PSM) sebagai ujung tombak dalam memastikan bahwa
norma sosial dan kewaspadaan individu meningkat. Selain peran
serta masyarakat, strategi komunikasi perubahan perilaku
menggunakan pendekatan komunikasi massa juga dilakukan agar
bisa menjangkau kelompok sasaran secara luas dan cepat.
Kegiatan penyebarluasan informasi disalurkan melalui media
massa seperti TV, radio dan media sosial sehingga diharapkan
dapat menyentuh dan mempengaruhi sikap, opini dan menciptakan
lingkungan yang mendukung pada terjadinya perubahan perilaku.
Adapun inti dari keduanya adalah :

a. Komunikasi Resiko
1) Penangkalan berita hoax (Saber Hoaks) yang selalu update
melalui Whatsapp Group RW SI CETAR dimana setiap
pertanyaan terkait hoax dikonfirmasikan ke sumber yang
terpercaya yaitu Dinas Kesehatan Kota Bandung
2) Talk-show di media elektronik seperti radio dan tayangan iklan
layanan masyarakat (ILM)
3) Pembuatan media PUSICOV yang bisa dimanfaatkan oleh
80
masyarakat
4) Pembuatan aplikasi isoman yang dapat digunakan oleh pasien
dan relawan untuk pemantauan proses isolasi mandiri
5) Membuat artikel sebanyak 16 konten pada tahun 2020 dan 14
konten pada tahun 2021 mengenai Covid-19 di koran regional
6) Pemasangan billboard mengenai Covid-19 di 6 titik pada tahun
2020 dan 1 titik pada tahun 2021
7) Pembuatan dan pemasangan spanduk, poster, stiker, roll
banner dan buku saku mengenai Covid-19 yang
didistribusikan kepada Puskesmas, Rumah Sakit, Kecamatan,
Kelurahan, Pasar, Terminal dan lain-lain
8) Penanyangan informasi terkait Covid-19 pada media elektronik
(televisi dan radio) dan media sosial (Instagram, Facebook,
Youtube, Twitter, Whatsapp, dll.)

b. Peran Serta Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan Covid-19
adalah segala upaya yang dilakukan oleh seluruh komponen
masyarakat dengan menggali potensi yang dimiliki masyarakat
agar berdaya dan mampu berperan serta mencegah penularan
Covid-19.
Adanya peran serta masyarakat/organisasi
kemasyarakatan/ organisasi agama dalam menanggapi isu-isu
spesifik yang mempengaruhi penanggulanan pandemi Covid-19
dengan penekanan pada peran serta dan pemberdayaan
masyarakat untuk mendorong terjadinya perubahan norma
sosial dan tingkat individu di akar rumput. Hal ini dilakukan
melalui Kerjasama Lintas Sektor terkait diantaranya Camat,
Lurah, Kasie Kesos Kelurahan, Babinsa, Bhabinkamtibmas,
Ketua RW, Kader Kesehatan, dll. diantaranya dikomunikasikan
secara langsung melalui Whatsapp Group RW SI CETAR. Selain
itu, pembinaan RW yang melibatkan Lintas Sektor lain juga rutin

81
dilakukan melalui zoom meeting yang bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai info dasar
Covid-19. Pelibatan peran serta masyarakat juga bertujuan
untuk mengidentifikasi perilaku lama di masyarakat sehingga
dapat digunakan untuk membujuk masyarakat agar berubah ke
perilaku baru yang lebih sehat. Hasil identifikasi tersebut dapat
digunakan untuk merancang berbagai kegiatan komunikasi
bersama masyarakat dengan tetap memperhatikan prinsip jaga
jarak untuk menghindari penularan lebih luas.
Upaya pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan
penanggulangan masyarakat untuk menghadapi pandemi Covid-
19 dapat dilakukan secara teritegrasi sesuai dengan peran dan
fungsi masing-masing. Pembagian tugas dalam pencegahan
Covid-19, diantaranya sebagai berikut:
1) Camat/Lurah
a) Menerbitkan peraturan untuk pengembangan RW SIAGA
Covid-19 serta mengawasi pelaksanaannya
b) Mengintegrasikan rencana pengembangan RW SIAGA
Covid-19 ke dalam rencana kerja pembangunan
Kecamatan dan Kelurahan
c) Mengalokasikan dana didistribusikan bagi
pengembangan RW SIAGA Covid-19
d) Menyediakan sarana pendukung bagi RW SIAGA Covid-
19
e) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan kegiatan RW
SIAGA Covid-19 ke dalam laporan gugus tugas
2) Ketua RT/RW
a) Menyampaikan informasi tentang Covid-19 kepada
warga
b) Mengedukasi warga:
- Upaya pencegahan Covid-19
- Isolasi mandiri di rumah

82
- Agar tidak memberi stigma buruk kepada warga yang
positif Covid-19
c) Memfasilitasi dan mendorong keaktifan perangkat
RT/RW, Toga/Toma, Kader, Bhabinkambtibmas, relawan
desa lawan Covid-19 dan kelompok potensial warga
lainnya dalam pencegahan penularan Covid-19
d) Mendorong partisipasi warga untuk:
- Menjaga kebersihan diri, kebersihan rumah dan
lingkungan
- Melakukan pembatasan kontak fisik
- Tidak berkerumun/berkumpul
- Tetap berada di rumah
e) Bekerjasama dengan Puskesmas setempat
f) Menyediakan sarana CTPS
g) Membuat alur pengorganisasian pemenuhan logistik bagi
warga yang melakukan isolasi mandiri di rumah
h) Menggalang donasi untuk mendukung keluarga yang
melakukan isolasi mandiri
i) Melaporkan kepada Pemerintah daerah terkait hal-hal
yang dianggap berpotensi meningkatkan penularan
Covid-19
j) Memanfaatkan anggaran dana desa/kelurahan untuk
fmemberikan dukungan kepada masyarakat yang
terdampak Covid-19
k) Melakukan pemantauan mobilitas warga yang berasal
dari daerah terkena Covid-19
l) Membantu warga yang kurang mampu/sakit/lansia
yang tidak memiliki keluarga
m) Memastikan warga di wilayahnya mematuhi aturan yang
telah disepakati bersama
3) Tokoh Agama/Tokoh Masyarakat
a) Menyampaikan informasi pencegahan Covid-19 kepada
warga melalui pendekatan budaya/agama

83
b) Tokoh agama memasukkan materi Covid-19 dalam
ceramah/tausiah yang diberikan
c) Mengajak warga berpartisipasi dalam upaya pencegahan
Covid-19
d) Membantu Ketua RT/RW dalam mengedukasi warga:
- Agar tidak memberi stigma buruk kepada warga yang
positif Covid-19
- Bahwa jenazah warga positif Covid-19 yang pulang
dari RS sudah sesuai dengan SOP dan masyarakat
tidak perlu khawatir
4) Bhabinkamtibmas
a) Menyampaikan informasi pencegahan Covid-19 kepada
warga
b) Membantu penegakan disiplin masyarakat dalam
melakukan:
- Social/physical distancing
- Tidak berkerumun
- Pembatasan jam buka/tutup kedai
- Tetap berada di rumah
c) Melakukan siskamling atau pemantauan lingkungan
secara rutin dan terjadwal
d) Membantu melakukan pengamanan wilayah jika
ditemukan ada kasus positif di lingkungan
5) Kader Kesehatan
a) Menyampaikan informasi pencegahan Covid-19 kepada
warga sekitar
b) Mendorong partisipasi warga untuk:
- Menjaga kebersihan diri, kebersihan rumah dan
lingkungannya
- Melaksanakan pembatasan kontak fisik
c) Membantu Ketua RT/RW/Kepala Desa dalam
menyediakan makanan dan pemenuhan kebutuhan

84
logistik bagi warga yang melakukan isolasi mandiri di
rumah
d) Bekerjasama dengan Puskemas membahas jadwal dan
kegiatan di masyarakat seperti Posyandu atau lainnya,
untuk sementara waktu ditunda dulu atau tetap
dilaksanakan dengan menerapkan social dan physical
distancing
6) Warga Masyarakat
a) Menjaga jarak fisik (physical distancing):
(1) Dilarang berdekatan dengan orang atau mengatur
jarak minimal 1-2 meter
(2) Hindari transportasi public
(3) Tetap berada di rumah saja
(4) Bekerja, ibadah dan belajar dari rumah
(5) Hindari berkumpul massal/berkerumun
(6) Menerapkan etika batuk
(7) Hindari bepergian keluar kota/luar negeri
(8) Membiasakan CTPS
(9) Jika anda sakit, dilarang mengunjungi
orangtua/lanjut usia
(10) Semua pakai masker baik yang sehat atau yang
sakit
b) Membantu aparat RT/RW/Desa dalam melakukan upaya
pencegahan Covid-19
c) Saling mengingatkan sesama warga untuk menjaga
kebersihan dan keamanan lingkungan
d) Membantu pemenuhan logistik bagi warga yang
menjalani isolasi mandiri di rumah/lansia yang tidak
memiliki keluarga
e) Jika merasa sakit, segera melapor kepada Ketua RT/RW
dan Petugas Puskesmas untuk mendapat pelayanan
kesehatan sesuai ketentuan (menggunakan transportasi
pribadi, pakai masker saat keluar rumah, dsb)

85
7) Puskesmas
a) Membantu Ketua RT/RW menganalisa data kesehatan
warga
b) Bekerjasama dengan Ketua RT/RW dalam melakukan
pelacakan kasus yang ada di wilayah kerjanya
c) Memberi masukan kepada Ketua RT/RW dalam upaya
memberikan edukasi kepada warga terkait Covid-19,
Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
d) Bekerjasama dengan kader membahas jadwal dan
kegiatan di Posyandu atau lainnya, untuk sementara
waktu ditunda dulu atau tetap menerapkan sosial dan
physical distancing
e) Memberikan layanan kesehatan yang dibutuhkan warga
sesuai dengan ketentuan (seperti menggunakan APD
saat pelayanan, dsb)
f) Melakukan pencatatan dan pelaporan secara rutin
kepada Dinas Kesehatan Kab/Kota
8) Posyandu
a) Pelaksanaan kegiatan dibahas antara petugas
Puskesmas dan kader
b) Kegiatan dapat dihentikan sementara atau dengan
melaksanakan pokbang (kolpompok penimbangan). Jika
tetap dilaksanakan (ada kegiatan tatap muka), untuk
memperhatikan hal-hal berikut:
(1) Mengatur jarak meja minimal 1 meter
(2) Menghimbau orang tua bayi dan balita membawa
kain atau sarung sendiri untuk penimbangan atau
bayi ditimbang bersama orang tua
(3) Mengatur masuknya pengunjung ke area pelayanan
sehingga tidak banyak orang (maksimal 10 orang di
area pelayanan, termasuk petugas)

86
(4) Menyediakan sarana cuci tangan pakai sabun dengan
air mengalir di Posyandu
(5) Anak yang sudah diimunisasi diminta menunggu di
sekitar (di luar) area pelayanan minimal 30 menit, di
tempat terbuka, sebelum pulang (sesuai prinsip safety
injection) Kader yang sakit agar tidak bertugas saat
Pelayanan
(6) Petugas dan kader memakai alat pelindung diri (APD).
9) Pintu Masuk
Dikota Bandung ada beberapa pintu masuk dan keluar,
diantaranya :
a) Tol yaitu :
(1) Pasteur
(2) Pasir Koja
(3) Kopo
(4) Muhamad Toha
(5) Buah Batu
b) Jalan Cibeureum
c) Jalan Cibiru
d) Jalan Terminal Ledeng
e) Masing-masing Kecamatan berkoordinasi dengan
wilayah setempat
f) Terminal yaitu :
(1) Bandar udara Internasional Husein
(2) Stasiun kereta api
(3) Stasiun kiara condong
(4) Stasiun andir
(5) Stasiun Koja
(6) Stasiun Leuwipanjang
(7) Stasiun Tegallega
(8) Stasiun cicaheum
(9) Stasiun Gede bage
(10) Stasiun Ledeng

87
(11) Stasiun Ciroyom
(12) Stasiun hall
(13) Stasiun Dago

BAB VI

ADMINISTRASI DAN LOGISTIK

A. Administrasi

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik

Indonesia Nomor 64 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyusunan

Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2021,

bahwa Penggunaan belanja tidak terduga dalam rangka antisipasi,

penanganan dan dampak pandemi atau wabah penyakit tertentu

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pengarusutamaan penganggaran sebagai respon penanggulangan

COVID-19, dilakukan dengan tujuan utama penguatan sector

kesehatan meliputi : 1. Penguatan Testing berupa pengadaan tempat

laboratorium pemeriksa PCR, peningkatan jumlah dan kapasitas

laboratorium yang mampu melakukan tes PCR serta pengadaan alat

diagnostic COVID-19 seperti, mesin PCR, Reagen PCR, RDT

Antigen,dll. 2. Penguatan Kapasitas Pelacakan Kontak berupa

penambahan jumlah tenaga ahli laboratorium pemeriksaan PCR,

petugas imunisasi vaksin COVID-19, petugas Tracer di Puskesmas

dan komunitas melalui mekanisme rekrutmen petugas dan pelatihan

3. Penguatan Kapasitas perawatan pasien COVID-19 di Rumah Sakit

berupa penambahan kapasitas rawat inap bagi pasien COVID-19

88
sedang – berat dan kritis, penambahan ventilator, serta penyediaan

tempat isolasi khusus bagi kasus ringan yang tidak memungkinkan

isolasi mandiri di rumah.

Selanjutnya, dalam rangka antisipasi, penanganan dan dampak

pandemi atau wabah penyakit tertentu, Pemerintah Daerah

memperhatikan tata cara penggunaan belanja tidak terduga dalam

rangka penanganan pandemi atau wabah penyakit tertentu, yaitu :

1. Kepala SKPD yang secara fungsional terkait dengan antisipasi dan

penanganan pandemi atau wabah penyakit tertentu, mengajukan

RKB untuk mengantisipasi dan menangani pandemi atau wabah

penyakit tertentu, paling lama 1 (satu) hari kepada PPKD selaku

BUD;

2. PPKD selaku BUD melakukan verifikasi dan mencairkan BTT

kepada kepala SKPD yang secara fungsional terkait penanganan

pandemi atau wabah penyakit tertentu, paling lama 1 (satu) hari

terhitung sejak diterimanya RKB;

3. Kepala SKPD yang secara fungsional terkait, dapat membuka

rekening untuk menampung pencairan sebagaimana dimaksud

dalam angka 2) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

4. Pencairan dana penanganan pandemi atau wabah penyakit

tertentu dilakukan dengan mekanisme LS atau TU sesuai dengan

sistem dan prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah yang diatur

dalam Peraturan Kepala Daerah;

5. Pencairan sebagaimana dimaksud dalam angka 3) diserahkan

89
kepada bendahara pengeluaran perangkat daerah yang

mengajukan RKB;

6. Penggunaan dana dicatat pada buku kas umum tersendiri oleh

Bendahara Pengeluaran SKPD yang mengajukan RKB;

7. Kepala SKPD yang mengajukan RKB, bertanggungjawab secara

formal dan material terhadap belanja penanganan pandemi atau

wabah penyakit tertentu yang dikelolanya;

8. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana penanganan pandemi

atau wabah penyakit tertentu, disampaikan oleh kepala SKPD

yang mengajukan RKB, kepada PPKD dengan melampirkan

rekapitulasi penggunaan belanja dan surat pernyataan tanggung

jawab belanja sedangkan bukti pengeluaran yang sah dan lengkap

tetap berada di SKPD;

9. Berdasarkan rekapitulasi penggunaan belanja, PPKD menyusun

masing-masing pos laporan keuangan yang diungkapkan secara

memadai pada CaLK; dan

10. Dalam hal terdapat usulan RKB baru sesuai dengan rencana

penanganan pandemi atau wabah penyakit tertentu oleh SKPD

terkait dapat diajukan kembali tanpa menunggu

pertanggungjawaban RKB sebelumnya selesai.

B. Logistik

90
Penyediaan logistik dalam pencegahan, pengendalian dan

penanggulangan COVID-19 di Kota Bandung disediakan dengan

prioritas penguatan sektor kesehatan terutama Bahan Medis Habis

Pakai (BMHP) dan Bahan Tidak Habis Pakai baik medis ataupun non

medis serta logistik vaksin.

Pengaturan Logistik di Kota Bandung dilakukan melalui :

1. Merumuskan dan menetapkan rencana aksi lingkup logistik;

2. Melaksanakan dukungan logistik peralatan darurat, penyiapan

potensi sumber daya daerah dan penyiapan serta penggunaan alat

kesehatan;

3. Pelaksanaan dukungan logistik peralatan darurat, penyiapan

potensi sumber daya daerah dan penyiapan serta penggunaan alat

kesehatan; dan Penyiapan laporan pelaksanaan penanganan

logistik.

4. Adapun dalam penyiapan dan penggunaan Alat Kesehatan

dilakukan dengan pemusatan penyimpanan di gudang Farmalkes

Dinas Kesehatan Kota Bandung dengan system satu pintu, yang

bersumber dari Anggaran APBD, Donasi/Hibah CSR Sektor Swasta

dan Kementerian Kesehatan, BPBD dan Dinas Kesehatan Provinsi.

Model Pendistribusiannya dilakukan dengan dua acara yaitu

Secara Divergen berdasarkan alokasi dari usulan Bidang Yankes,

Bidang P2P, dan Bidang Kesmas. Secara Konvergen berdasarkan

surat permohonan dari UPT Puskesmas, Rumah Sakit, dan Instansi

Pelayanan Kesehatan Swasta di Lingkungan Dinas Kesehatan Kota

91
Bandung. Jenis Logistik yang ada di Farmalkes Dinas Kesehatan

Kota Bandung terdiri dari Obat termasuk vaksin dan BMHP (barang

medis habis pakai) terlampir. Untuk Pengambilan logistik SOP

terlampir.

BAB VII

KOMANDO DAN PERHUBUNGAN

Dalam Rencana Respon Operasi Covid-19 Provinsi Jawa Barat

tahun 2020, Dinas Kesehatan Kota Bandung bertugas sebagai

koordinator sekaligus sebagai pelaksana harian percepatan penanganan

Covid-19 bidang kesehatan. Bidang ini mengkoordinir segala aktivitas

dalam penanganan di bidang kesehatan. Seluruh komponen

penanggulangan yang terkait dengan kesehatan berkoordinasi dengan

92
Bidang Kesehatan. Bidang Kesehatan akan melakukan koordinasi melalui

jalur komando gugus tugas apabila memerlukan sumber daya tambahan.

Komite Kebijakan Satuan Tugas Penanganan Corona Virus Disease 2019

(Covid-19) sesuai Keputusan Walikota Nomor 443/Kep.239-Dinkes/2020

dengan uraian tugas sebagai berikut ;

A. Ketua:
1 Menetapkan rencana aksi dan melaksanakan percepatan
penanganan Coronavirus Disease 19;

2 Mengoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan


percepatan penanganan Coronavirus Disease 19;

3 Melakukan pengawasan pelaksanaan percepatan penanganan


Coronavirus Disease 19;

4 Mengerahkan sumber daya untuk pelaksanaan kegiatan


percepatan penanganan Coronavirus Disease 19; dan
5 Melaporkan pelaksanaan percepatan penanganan kepada Gugus
Tugas Tingkat Kota Bandung.

B. Wakil Ketua I:
1. Membantu Ketua dalam mengoordinasikan, mengendalikan dan
melaksanakan pengawasan pelaksanaan kegiatan Penanganan
dan Pencegahan Coronavirus Disease 19;
2. Mewakili Ketua dalam hal Ketua berhalangan; dan
3. Melaporkan kepada Ketua mengenai pelaksanaan kegiatan
Penanganan dan Pencegahan Coronavirus Disease 19.

C. Wakil Ketua II:


1. Membantu Ketua dalam mengoordinasikan, mengendalikan dan
melaksanakan pengawasan pelaksanaan kegiatan Pemulihan
dan Layanan Dasar serta Pengamanan dan Penegakkan Hukum
dalam rangka percepatan penanganan Coronavirus Disease 19;

93
2. Mewakili Ketua dalam hal Ketua berhalangan; dan

3. Melaporkan kepada Ketua mengenai pelaksanaan Pemulihan


dan Layanan Dasar serta Pengamanan dan Penegakkan Hukum
dalam rangka percepatan penanganan Coronavirus Disease 19.

D. Wakil Ketua III:

1. Membantu Ketua dalam mengoordinasikan, mengendalikan dan


melaksanakan pengawasan pelaksanaan kegiatan Bidang
Perencanaan, Data, Kajian dan Analisis, Bidang Hubungan
Masyarakat, Bidang Logistik, serta Bidang Administrasi dan
Keuangan;
2. Mewakili Ketua dalam hal Ketua berhalangan; dan
3. Melaporkan kepada Ketua mengenai pelaksanaan kegiatan
Bidang Perencanaan, Data, Kajian dan Analisis, Bidang
Hubungan Masyarakat, Bidang Logistik, serta Bidang
Administrasi dan Keuangan.

E. Wakil Ketua IV:


1. Membantu Ketua dalam mengoordinasikan, mengendalikan dan
melaksanakan pengawasan pelaksanaan kegiatan Bidang
Akuntabilitas dan Pengawasan;
2. Mewakili Ketua dalam hal Ketua berhalangan; dan
3. Melaporkan kepada Ketua mengenai pelaksanaan kegiatan
Bidang Akuntabilitas dan Pengawasan.

F. Ketua Pelaksana Harian:


1. Membantu Ketua dalam penyiapan bahan penetapan kebijakan
rencana aksi percepatan penanganan Coronavirus Disease 19;
2. Mengoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan teknis
operasional percepatan penanganan Coronavirus Disease 19;
3. Mengoordinasikan pelaksanaan teknis operasional percepatan

94
penanganan Coronavirus Disease 19;

4. Menyiapkan sumber daya untuk pelaksanaan percepatan


penanganan Coronavirus Disease 19; dan

5. Melaporkan pelaksanaan percepatan penanganan Coronavirus


Disease 19 kepada Ketua Gugus Tugas Tingkat Kota Bandung.

G. Wakil Ketua Pelaksana Harian I:


1. Membantu Ketua dan Ketua Pelaksana Harian dalam penyiapan
bahan penetapan rencana aksi dan melaksanakan percepatan
penanganan Coronavirus Disease 19 Bidang Hubungan
Masyarakat, Bidang Logistik, serta Bidang Administrasi dan
Keuangan;
2. Mengoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan teknis
operasional percepatan penanganan Coronavirus Disease 19
Bidang Hubungan Masyarakat, Bidang Logistik, serta Bidang
Administrasi dan Keuangan; Mengoordinasikan pelaksanaan
teknis operasional percepatan penanganan Coronavirus Disease
19 Bidang Hubungan Masyarakat, Bidang Logistik, serta Bidang
Administrasi dan Keuangan;
3. Menyiapkan sumber daya untuk pelaksanaan percepatan
penanganan Coronavirus Disease 19 Bidang Hubungan
Masyarakat, Bidang Logistik, serta Bidang Administrasi dan
Keuangan; dan

4. Melaporkan pelaksanaan percepatan penanganan Coronavirus


Disease 19 kepada Ketua Gugus Tugas Tingkat Kota Bandung
melalui Ketua Pelaksana Harian.

H. Wakil Ketua Pelaksana Harian II:


1. Membantu Ketua dan Ketua Pelaksana Harian dalam penyiapan
bahan penetapan rencana aksi dan melaksanakan percepatan
penanganan Coronavirus Disease 19 Bidang Perencanaan, Data,
Kajian dan Analisis;

95
2. Mengoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan teknis
operasional percepatan penanganan Coronavirus Disease 19
Bidang Perencanaan, Data, Kajian dan Analisis;
3. Mengoordinasikan pelaksanaan teknis operasional percepatan
penanganan Coronavirus Disease 19 Bidang Perencanaan, Data,
Kajian dan Analisis;
4. Menyiapkan sumber daya untuk pelaksanaan percepatan
penanganan Coronavirus Disease 19 Bidang Perencanaan, Data,
Kajian dan Analisis; dan

5. Melaporkan pelaksanaan percepatan penanganan Coronavirus


Disease 19 kepada Ketua Gugus Tugas Tingkat Kota Bandung
melalui Ketua Pelaksana Harian.

I. Wakil Ketua Pelaksana Harian III:


1. Membantu Ketua dan Ketua Pelaksana Harian dalam penyiapan
bahan penetapan rencana aksi dan melaksanakan percepatan
penanganan Coronavirus Disease 19 Bidang Akuntabilitas dan
Pengawasan serta Bidang Operasi;
2. Mengoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan teknis
operasional percepatan penanganan Coronavirus Disease 19
Bidang Akuntabilitas dan Pengawasan serta Bidang Operasi;
3. Mengoordinasikan pelaksanaan teknis operasional percepatan
penanganan Coronavirus Disease 19 Bidang Akuntabilitas dan
Pengawasan serta Bidang Operasi;
4. Menyiapkan sumber daya untuk pelaksanaan percepatan
penanganan Coronavirus Disease 19 Bidang Akuntabilitas dan
Pengawasan serta Bidang Operasi; dan

5. Melaporkan pelaksanaan percepatan penanganan Coronavirus


Disease 19 kepada Ketua Gugus Tugas Tingkat Kota Bandung
melalui Ketua Pelaksana Harian.

J. Sekretaris
1 Membantu Ketua dan Ketua Pelaksana Harian dalam
96
pelaksanaaan tugas penyiapan seluruh kebutuhan administrasi
dan kesekretariatan dalam percepatan penanganan Coronavirus
Disease 19;
2 Mengoordinasikan kegiatan protokoler dalam menunjang
kegiatan percepatan penanganan Coronavirus Disease 19; dan
3 Mengoordinasikan penyusunan laporan Gugus Tugas percepatan
penanganan Coronavirus Disease 19 Tingkat Kota Bandung.

K. Bidang Akuntabilitas dan Pengawasan Koordinator :


Membantu Ketua dan Ketua Pelaksana Harian dalam
mengoordinasikan:

1. Penyiapan bahan penetapan rencana pengawasan, pembinaan


dan pendampingan administrasi serta kinerja percepatan
penanganan Coronavirus Disease 19;
2. Merumuskan dan menetapkan rencana aksi lingkup Bidang
Akuntabilitas dan Pengawasan;
3. Pelaksanaan pengawasan, pembinaan dan pendampingan
kegiatan percepatan penanganan Coronavirus Disease 19;
4. Penyiapkan sumber daya untuk pelaksanaan kegiatan
pengawasan percepatan penanganan Coronavirus Disease 19;
dan
5. Penyiapan laporan pelaksanaan akuntabilitas dan pengawasan
dalam rangka percepatan penanganan Coronavirus Disease 19
kepada Ketua Pelaksana Harian melalui Wakil Ketua Pelaksana
Harian III.

Anggota :
Membantu Koordinator Bidang sesuai tugas, fungsi dan wewenang
masing- masing secara terintegrasi dan terpadu dalam:
1. Penyiapan bahan penetapan rencana pengawasan, pembinaan
dan pendampingan administrasi serta kinerja percepatan
penanganan Coronavirus Disease 19 ;
2. Merumuskan dan menetapkan rencana aksi lingkup Bidang

97
Akuntabilitas dan Pengawasan;
3. Pelaksanaan pengawasan, pembinaan dan pendampingan
kegiatan percepatan penanganan Coronavirus Disease 19;
4. Penyiapkan sumber daya untuk pelaksanaan kegiatan
pengawasan percepatan penanganan Coronavirus Disease 19;
dan
5. Penyiapan laporan pelaksanaan akuntabilitas dan pengawasan
dalam rangka percepatan penanganan Coronavirus Disease 19.

K. Bidang Perencanaan, Data, kajian dan Analisis: Koordinator :


Membantu Ketua dan Ketua Pelaksana Harian dalam
mengoordinasikan:

1. Merumuskan dan menetapkan rencana aksi lingkup


Perencanaan, Data, Kajian dan Analisis;
2. Penyiapan bahan Perencanaan, Data, Kajian dan Analisis dalam
percepatan penanganan Coronavirus Disease 19;
3. Pelaksanaan pengumpulan data, analisa, policy brief, protokol
nasional, perencanaan, pelaporan percepatan penanganan
Coronavirus Disease 19;
4. Menyusun kajian dan analisa berdasarkan data dan informasi
berkenaan dengan penyebaran Coronavirus Disease 19; dan
5. Penyiapan laporan pelaksanaan Perencanaan, Data, Kajian dan
Analisis dalam rangka percepatan penanganan Coronavirus
Disease 19 kepada Ketua Pelaksana Harian melalui Wakil Ketua
Pelaksana Harian II.

Anggota:
Membantu Koordinator Bidang sesuai tugas, fungsi dan wewenang
masing- masing secara terintegrasi dan terpadu dalam:
1. Merumuskan dan menetapkan rencana aksi lingkup
Perencanaan, Data, Kajian dan Analisis;
2. Penyiapan bahan Perencanaan, Data, Kajian dan Analisis dalam
percepatan penanganan Coronavirus Disease 19;

98
3. Pelaksanaan pengumpulan data, analisa, policy brief, protokol
nasional, perencanaan, pelaporan percepatan penanganan
Coronavirus Disease 19;
4. Menyusun kajian dan analisa berdasarkan data dan informasi
berkenaan dengan penyebaran Coronavirus Disease 19; serta
dampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat;
5. Menyusun strategi dan rancana penanganan dampak dari
Coronavirus Disease 19;
6. Penyiapan laporan pelaksanaan Perencanaan, Data, Kajian dan
Analisis dalam rangka percepatan penanganan Coronavirus
Disease 19.

L. Bidang hubungan Masyarakat: Koordinator:


Membantu Ketua dan Ketua Pelaksana Harian dalam
mengoordinasikan:

1. Merumuskan dan menetapkan rencana aksi lingkup Hubungan


Masyarakat;
2. Penyiapan bahan komunikasi publik, agenda setting, strategi
komunikasi, media monitoring dan juru bicara percepatan
penanganan Coronavirus Disease 19;
3. Pelaksanaan komunikasi publik, agenda setting, strategi
komunikasi, media monitoring dan juru bicara percepatan
penanganan Coronavirus Disease 19; dan
4. Penyiapan laporan pelaksanaan Hubungan Masyarakat dalam
rangka percepatan penanganan Coronavirus Disease 19 kepada
Ketua melalui Ketua Pelaksana Harian I.

Anggota:
Membantu Koordinator Bidang sesuai tugas, fungsi dan wewenang
masing- masing secara terintegrasi dan terpadu dalam:
1. Merumuskan dan menetapkan rencana aksi lingkup Hubungan
Masyarakat;
2. Penyiapan bahan komunikasi publik, agenda setting, strategi
99
komunikasi, media monitoring dan juru bicara percepatan
penanganan Coronavirus Disease 19;
3. Pelaksanaan komunikasi publik, agenda setting, strategi
komunikasi, media monitoring dan juru bicara percepatan
penanganan Coronavirus Disease 19; dan
4. Penyiapan laporan pelaksanaan Hubungan Masyarakat dalam
rangka percepatan penanganan Coronavirus Disease 19.
M. Bidang Operasi Koordinator:
Membantu Ketua dan Ketua Pelaksana Harian dalam
mengoordinasikan:

1. Merumuskan dan menetapkan rencana aksi lingkup operasi


Melaksanakan pencegahan, penanganan, pemulihan dan
layanan dasar serta pengamanan dan penegakkan hukum
dalam percepatan penanganan Coronavirus Disease 19;

2. Pelaksanaan pencegahan, penanganan, pemulihan dan layanan


dasar serta pengamanan dan penegakkan hukum dalam
percepatan penanganan Coronavirus Disease 19;

3. Penganturan pembentukan relawan dalam rangka pencegahan


penyebaran dan penularan Coronavirus Disease 19; dan

4. Penyiapan laporan pelaksanaan Operasi dalam rangka


percepatan penanganan Coronavirus Disease 19 kepada Ketua
Pelaksana Harian melalui Wakil Ketua Pelaksana Harian III.

a. Sub Bidang Pencegahan:


1) Menyusun rencana aksi lingkup pencegahan sebagai bahan
penetapan rencana aksi Bidang Operasi;
2) Melaksanakan upaya pencegahan secara menyeluruh dan
terkoordinasi antar Instansi dalam rangka pencegahan
penyebaran dan penularan Coronavirus Disease 19 sesuai
dengan tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing
Perangkat Daerah/Instansi masing- masing;

3) Melaksanakan sosialisasi dan edukasi dalam rangka


pencegahan penyebaran dan penularan Coronavirus

100
Disease 19 sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangan
masing-masing Perangkat Daerah/Instansi masing-masing;
4) Mengoordinasikan relawan dalam rangka pencegahan
penyebaran dan penularan Coronavirus Disease 19 sesuai
dengan tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing
Perangkat Daerah/Instansi masing- masing; dan
5) Melaporkan pelaksanaan pencegahan kepada Koordinator
Bidang.
b. Sub Bidang Penanganan:
1) Menyusun rencana aksi lingkup penanganan sebagai bahan
penetapan rencana aksi Bidang Operasi;

2) Melaksanakan upaya penanganan penyebaran dan penularan


Coronavirus Disease 19 secara menyeluruh dan terkoordinasi
antar Instansi; dan
3) Melaporkan pelaksanaan penanganan kepada Koordinator
Bidang.

c. Sub Bidang Pemulihan dan Layanan Dasar:


1) Menyusun rencana aksi lingkup pemulihan dan layanan
dasar sebagai bahan penetapan rencana aksi Bidang Operasi
2) Melaksanakan upaya pemulihan dan pemenuhan layanan
dasar secara menyeluruh dan terkoordinasi antar Instansi;
dan
3) Melaporkan pelaksanaan pemulihan dan pemenuhan layanan
dasar kepada Koordinator Bidang.

d. Sub Bidang Pengamanan dan Penegakkan Hukum:


1) Menyusun rencana aksi lingkup pengamanan dan
penegakkan hukum sebagai bahan penetapan rencana aksi
Bidang Operasi
2) Melaksanakan upaya pengamanan dan penegakkan hukum
secara menyeluruh dan terkoordinasi antar Instansi; dan

101
3) Melaporkan pelaksanaan pengamanan dan penegakkan
hukum kepada Koordinator Bidang.

N. Bidang Logistik Koordinator

Membantu Ketua dan Ketua Pelaksana Harian dalam


mengoordinasikan:
1. Merumuskan dan menetapkan rencana aksi lingkup logistik;
2. Melaksanakan dukungan logistik peralatan darurat, penyiapan
potensi sumber daya daerah dan penyiapan serta penggunaan
alat kesehatan;
3. Pelaksanaan dukungan logistik peralatan darurat, penyiapan
potensi sumber daya daerah dan penyiapan serta penggunaan
alat kesehatan; dan
4. Penyiapan laporan pelaksanaan penanganan logistik kepada
Ketua Pelaksana Harian melalui Wakil Ketua Pelaksana Harian I.
a. Sub Bidang Penyiapan Potensi Sumber Daya Daerah:
1) Menyusun rencana aksi lingkup penyiapan potensi
sumberdaya daerah sebagai bahan penetapan rencana aksi
bidang logistik;
2) Melaksanakan mobilisasi dan pengerahan potensi sumber
daya daerah; dan
3) Melaporkan pelaksanaan Penyiapan Potensi Sumber Daya
Daerah kepada Koordinator Bidang.
b. Sub Bidang Penyiapan dan Penggunaan Alat Kesehatan:
1) Menyusun rencana aksi lingkup penyiapan dan
penggunaan alat kesehatan sebagai bahan penetapan
rencana aksi bidang logistik;
2) Melaksanakan penyiapan logistik peralatan darurat dalam
rangka percepatan penanganan Coronavirus Disease 19;
dan
3) Melaporkan pelaksanaan Penyiapan dan Penggunaan Alat
Kesehatan kepada Koordinator Bidang.
102
O. Bidang Administrasi dan Keuangan:
1. Merumuskan dan menetapkan rencana aksi lingkup
administrasi dan keuangan;
2. Membantu Ketua dan Ketua Pelaksana Harian dalam
melaksanakan administrasi dan pengelolaan keuangan dalam
rangka percepatan penanganan Coronavirus Disease 19;
3. Mengoordinasikan pelaksanaan administrasi dan pengelolaan
keuangan dalam rangka percepatan penanganan Coronavirus
Disease 19; dan
4. Melaporkan pelaksanaan Administrasi dan Keuangan kepada
Ketua Pelaksana Harian melalui Wakil Ketua Pelaksana Harian
a. Sub Bidang Administrasi:
1) Menyusun rencana aksi lingkup dministrasi sebagai
bahan penetapan rencana aksi bidang administrasi dan
keuangan
2) Melaksanakan tata usaha administrasi dalam angka
percepatan penanganan Coronavirus Disease 19; dan
3) Melaporkan pelaksanaan administrasi dalam rangka
percepatan penanganan Coronavirus Disease 19 kepada
Koordinator Bidang.
b. Sub Bidang Keuangan
1) Menyusun rencana aksi lingku keuangan sebagai bahan
penetapan rencana aksi bidang administrasi dan
keuangan
2) Melaksanakan perencanaan kebutuhan anggaran dalam
rangka percepatan penanganan Corona Virus Disease 19
3) Memfasilitasi perangkat daerah dala penyediaan sumber
dana dalam rangka percepatan penanganan Corona
Virus Diseases 19; dan melaporkan pelaksanaan
pengelolaan keuangan dalam rangka percepatan
penanganan Corona Virus Disease 19 kepada
103
coordinator bidang.

Lampiran 1

104
105
106
107
Lampiran 2
108
DATA PENERIMAAN DAN PENGELUARAN BMHP TAHUN 2020

KEGIATAN PERCEPATAN PENANGANAN COVID-19 BTT 1 & 2

No Nama Satuan
1 Alkohol Swab box isi 100
2 APD SET Set
3 Automate aHP unit
4 Automate aHP unit
5 Baju Pelindung (Cover All) Buah
6 Baju Pelindung (Cover All) Buah
7 Baju Pelindung (Cover All) Buah
8 Baju Pelindung (Cover All) Buah
9 Baju Pelindung (Cover All) Buah
10 Baju Pelindung (Cover All) Buah
11 Baju Pelindung (Cover All) Buah
12 Baju Pelindung (Cover All) Buah
13 Baju Pelindung (Cover All) Buah
14 Baju Pelindung (Cover All) Buah
15 Baju Pelindung (Cover All) Buah
16 Biosanitizer Btl isi 20 ltr
17 Biosanitizer Btl isi 1 ltr
18 Blood lancet Box isi 100
19 Cairan airbone sanitation Galon isi 5 ltr

20 Cover All Bahan Parasit Buah


21 Desinfektan btl 1 liter
22 Desinfektan Galon isi 20 ltr

23 Desinfektan Botol 5 liter


24 Desinfektan Botol 1 liter
25 Disposible Syringe 3 ml Box isi 100
26 Hand sanitizer Liter
27 Kacamata Goggle buah
28 Kacamata Goggle buah
29 Kacamata Google Buah
30 Kantong Plastik Jenazah Gulung
31 Kantong Plastik Limbah Pack isi 50
32 Masker Buah
33 Masker Buah
34 Masker Buah
35 Masker 3 Ply Buah
36 Masker Kain Buah

109
37 Masker N95 Buah
38 Masker N95 Buah
39 Masker N95 Buah
40 Masker N95 Buah
41 Masker N95 Buah
42 Nurse Cap-Diapro Buah
43 Rak disposible diameter 1 cm Buah
44 Sabun cair cuci tangan Buah
45 Safety Box Obor Save Buah
46 Sanitizer Hand 500 ml Botol
47 Sarung Tangan Non Steril Buah
48 Sarung Tangan Non Steril Pasang
49 Sarung Tangan Non Steril Pasang
50 Sarung tangan panjang bahan karet industri Pasang

51 Sarung tangan panjang steril Pasang


52 Sarung tangan panjang steril Pasang
53 Sarung tangan panjang steril Pasang
54 Sarung Tangan Steril Pasang
55 Sepatu Boot pasang
56 Sepatu Boot Pasang
57 Shoe Cover Pasang
58 Shoe Cover Pasang
59 Spatula Box isi 50
60 Sprayer unit
61 Surgical gown Buah
62 Surgical gown Buah
63 Surgical Gown Buah
64 Tabung EDTA 3 ml box isi 100
65 Termometer Infrared buah
66 Thermometer Flexible Avico Buah
67 Tissue Gulung Roll
68 Visor and Head Cover buah
69 Visor and Head Cover Buah
70 Rapid Tes Biozek Test
71 Rapid Test Antibodi Test
72 Rapid Test Antibodi Genbodi box Isi 20
73 Rapid Test Antibodi Viva Diag Test
74 Rapid Test Covid SD Test
75 Virus Transport Media (VTM) set
76 Virus Transport Media (VTM) set

Lampiran 3
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

1. SOP Pemakaian APD (Alat Pelindung Diri)


110
Langkah-Langkah Pemakaian Alat Pelindung Diri:
1. Lepaskan semua perlengkapan pribadi (Perhiasan, jam, Hp,
pulpen, dll.)
2. Kenakan scrub suit dan sepatu boot karet di ruang ganti
3. Pindah ke area bersih di pintu masuk unit isolasi
4. Pastikan bahwa semua ukuran perangkat APD sudah benar dan
kualitasnya sesuai
5. Melakukan prosedur mengenakan APD di bawah bimbingan
dan pengawasan pengamat terlatih (kolega)
6. Mencuci tangan hingga bersih
7. Kenakan sarung tangan (sarung tangan pemeriksaan nitril)
8. Kenakan baju steril
9. Kenakan masker penutup mulut
10. Kenakan pelindung wajah atau kacamata
11. Kenakan penutup kepala dan leher/ topi bedah yang menutupi

111
leher dan sisi kepala (disarankan dengan pelindung wajah) atau
tudung
12. Kenakan celemek tahan air sekali pakai (jika tidak tersedia
gunakan celemek berbahan berat, atau celemek tahan air yang
dapat digunakan kembali)
13. Kenakan sepasang sarung tangan (lebih disarankan sarung
tangan yang panjang) di atas manset

2. SOP Pelepasan APD


Langkah-Langkah Pelepasan Alat Pelindung Diri:
1. Lepaskan celemek tahan air dan buang untuk keselamatan. Untuk
apron yang bisa digunakan kembali, letakkan di wadah yang berisi
desinfektan
2. Jika mengenakan sepatu luar, lepaskan dengan tetap Anda
menggunakan sarung tangan (jika memakai sepatu karet, lihat
112
langkah 4)
3. Lepaskan jubah dan sarung tangan dengan cara gulung kearah
luar dan buanglah ke tempat yang aman
4. Jika menggunakan sepatu karet, lepaskan kedua sepatu (idealnya
menggunakan boot remover) tanpa menyentuhnya dengan tangan
Anda. Tempatkan sepatu dalam wadah disinfektan.
5. Mencuci tangan/ membersihkan tangan
6. Jika mengenakan penutup kepala, lepaskanlah dimulai dari
belakang kepala.
7. Melepaskan pelindung muka:
a. Lepaskan pelindung wajah atau kacamata (dari belakang
kepala). Tempatkan pelindung mata ke dalam wadah terpisah
untuk diproses ulang
b. Lepaskan masker dimulai dari belakang kepala. Saat
melepaskan masker, lepaskan ikatan tali pertama dan tali
berikutnya.
8. Mencuci tangan/ membersihkan tangan

3. SOP Pengambilan Spesimen COVID-19


Sebelum kegiatan pengambilan specimen dilaksanakan, harus
memperhatikan universal precaution atau kewaspadaan universal untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit dari pasien ke paramedic maupun
lingkungan sekitar. Hal tersebut meliputi:
1. Selalu mencuci tangan dengan menggunakan sabun/desinfektan
SEBELUM dan SESUDAH tindakan
2. Menggunakan APD
Melihat situasi saat ini, mekanisme penularan masih dalam investigasi
maka APD yang digunakan untuk pengambilan specimen adalah APD
lengkap dengan menggunaan masker minimal N95

113
A. Bahan Pengambilan Spesimen
1. Form Pengambilan Spesimen (lampiran 6)
Dapat ditambah daftar nama pasien (supaya saat pengambilan tidak
terjadi kesalahan) jika pasien lebih dari satu
2. Spesimen Saluran Pernapasan
a. Viral Transport Media (VTM)
Dapat digunakan dengan beberapa merk komersil yang sudah siap
pakai atau dengan mencampur beberapa bahan (Hanks BBS;
Antifungal dan Antibiotik dengan komposisi tertentu) untuk disatukan
dalam satu wadah steril.
b. Swab Dacron atau Flocked Swab
c. Tongue Spatel
d. Kontainer Steril untuk Sputum
e. Parafilm
f. Plastik Klip
g. Marker atau Label
3. Spesimen Darah/Serum:
a. Spuit disposable 3ml atau 5 ml atau Sistem Vacutainer
b. Wing needle (jika diperlukan)
c. Kapas alkohol 70%
d. Kapas Kering
e. Vial 1,8 ml atau tabung tutup ulir (wadah Spesimen Serum)
f. Marker atau Label

4. Bahan Pengepakan/Pengiriman Spesimen:


a. Ice pack dan Cold Box (diutamakan sudah menggunakan Sistem
tiga lapis)
b. Label Alamat
c. Lakban/Perekat

114
B. Tata Cara Pengambilan Spesimen Nasofaring
1. Persiapkan cryotube yang berisi 1,5 ml media transport virus (Hanks BSS
+ Antibiotika), dapat juga digunakan VTM komersil yang siap pakai
(pabrikan).
2. Berikan label yang berisi Nama Pasien dan Kode Nomer Spesimen.
Jika label bernomer tidak tersedia maka Penamaan menggunakan
Marker/Pulpen pada bagian berwarna putih di dinding cryotube. (Jangan
gunakan Medium Hanks Bila telah berubah warna menjadi Kuning).
3. Gunakan swab yang terbuat dari dacron/rayon steril dengan tangkai
plastik atau jenis Flocked Swab (tangkai lebih lentur). Jangan
menggunakan swab kapas atau swab yang mengandung Calcium Alginat
atau Swab kapas dengan tangkai kayu, karena mungkin mengandung
substansi yang dapat menghambat menginaktifasi virus dan dapat
menghambat proses pemeriksaan secara molekuler.
4. Pastikan tidak ada Obstruksi (hambatan pada lubang hidung).
5. Masukkan secara perlahan swab ke dalam hidung, pastikan posisi
swab pada septum bawah hidung.
6. Masukkan swab secara perlahan-lahan ke bagian nasofaring.

Sumber: New England Journal of Medicine

Gambar 6.1
Lokasi Pengambilan Nasofaring

7. Swab kemudian dilakukan gerak memutar secara perlahan.


8. Kemudian masukkan sesegera mungkin ke dalam cryotube yang berisi
VTM

115
Sumber: Dokumentasi Balitbangkes

Gambar 6.2
Pemasukkan Swab ke dalam VTM

9. Putuskan tangkai plastik di daerah mulut cryotube agar cryotube dapat


ditutup dengan rapat.
10. Pastikan label kode spesimen sesuai dengan kode yang ada di formulir
11. Cryotube kemudian dililit parafilm dan masukkan ke dalam Plastik Klip.
Jika ada lebih dari 1 pasien, maka Plastik Klip dibedakan/terpisah.
Untuk menghindari kontaminasi silang.

Sumber: Dokumentasi Balitbangkes

Gambar 6.3
Pengemasan Spesimen

C. Tata Cara Pengambilan Spesimen Sputum


Pasien berkumur terlebih dahulu dengan air, kemudian pasien diminta
mengeluarkan dahaknya dengan cara batuk yang dalam. Sputum ditampung
pada wadah steril yang anti bocor. Pengambilan sampel sputum dengan
cara induksi dapat menimbulkan risiko infeksi tambahan bagi petugas
kesehatan.
D. Tata Cara Pengambilan Spesimen Serum

116
Sampel serum berpasangan diperlukan untuk konfirmasi, dengan
serum awal dikumpulkan di minggu pertama penyakit dan serum yang
kedua idealnya dikumpulkan 2-3 minggu kemudian. Jika hanya serum
tunggal yang dapat dikumpulkan, ini harus diambil setidaknya 14 hari
setelah onset gejala untuk penentuan kemungkinan kasus.
Anak-anak dan dewasa: dibutuhkan whole blood (3-5 mL) dan
disentrifus untuk mendapatkan serum sebanyak 1,5-3 mL. Sedangkan
untuk bayi: Minimal 1 ml whole blood diperlukan untuk pemeriksaan
pasien bayi. Jika memungkinkan, mengumpulkan 1 ml serum.

4. Pengepakan Spesimen
Spesimen pasien dalam pengawasan, probabel atau dikonfirmasi
harus dilakukan tatalaksana sebagai UN3373, "Substansi Biologis, Kategori
B", ketika akan diangkut/ ditransportasikan dengan tujuan diagnostik atau
investigasi. Semua spesimen harus dikemas untuk mencegah kerusakan
dan tumpahan. Adapun sistem yang digunakan adalah dengan
menggunakan tiga lapis (Three Layer Pacakging) sesuai dengan pedoman
dari WHO dan International Air Transport Association (IATA)

Sumber: WHO-Guidance on regulations for the transport of


infectious substances 2019–2020

117
Gambar 6.4
Contoh Pengepakan Tiga Lapis

Spesimen dari pasien yang diduga novel coronavirus, harus disimpan


dan dikirim pada suhu yang sesuai. Spesimen harus tiba di laboratorium
segera setelah pengambilan. Penanganan spesimen dengan tepat saat
pengiriman adalah hal yang sangat penting. Sangat disarankan agar pada
saat pengiriman spesimen tersebut ditempatkan di dalam cool box dengan

kondisi suhu 2-8oC atau bila diperkirakan lama pengiriman lebih dari tiga
hari spesimen dikirim dengan menggunakan es kering (dry ice).

5. Pengiriman Spesimen
Pengiriman spesimen orang dalam pemantauan dan pasien dalam
pengawasan dilakukan oleh petugas rumah sakit/dinas
kesehatan/laboratorium kesehatan lainnya dengan menyertakan formulir
pemeriksaan spesimen pasien dalam pengawasan/orang dalam
pemantauan Sedangkan pengiriman spesimen pada kontak erat harus
menyertakan salinan formulir pemantauan harian.
Pengiriman ke laboratorium penerima harus memberikan informasi
pengiriman spesimen ke PHEOC. Untuk wilayah di luar Jakarta
pengiriman spesimen dapat dilakukan menggunakan jasa kurir door to
door. Pada kondisi yang memerlukan pengiriman port to port, dapat
melibatkan petugas KKP setempat. Pengiriman port to port hanya dilakukan
jika spesimen dikirim ke Balitbangkes oleh petugas Ditjen P2P
berkoordinasi dengan PHEOC Ditjen P2P
Pengiriman spesimen sebaiknya dilakukan paling lama 1x24 jam.
Spesimen dikirim d a n d i t u j u k a n ke Laboratorium pemeriksa COVID-19
sesuai dengan wilayah masing-masing Sesuai KMK Nomor
HK.01.07/MENKES/214/2020 tentang Jejaring Laboratorium Pemeriksaan
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).

118
6. Konfirmasi Laboratorium
Spesimen yang tiba di laboratorium, akan segera diproses untuk
dilakukan pemeriksaan. Pemeriksaan laboratorium terhadap pasien dalam
pengawasan COVID-19 dilakukan dengan menggunakan metode RT-PCR
dan sekuensing. Adapun algoritma pemeriksaannya adalah sebagai berikut:

Gambar Alur Pemeriksaan Spesimen COVID-19

Spesimen yang tiba di laboratorium, akan segera diproses untuk


dilakukan pemeriksaan. Pemeriksaan laboratorium terhadap pasien dalam
pengawasan, orang dalam pemantauan, dan kontak erat risiko tinggi
dilakukan dengan menggunakan metode RT- PCR dan sekuensing. Apabila
hasil pemeriksaan terdapat positif etiologi virus yang lain tetapi negatif
COVID-19 dan memiliki hubungan epidemiologi yang kuat dengan kontak
erat atau riwayat perjalanan dari wilayah terjangkit maka harus dilakukan
pemeriksaan ulang. Karena kemungkinan terjadinya infeksi sekunder belum
diketahui.
Bila spesimen yang diperiksa di laboratorium pemeriksa COVID-19
menunjukkan hasil positif maka akan dilakukan konfirmasi ulang oleh
Laboratorium Pusat Penyakit Infeksi Prof. Dr. Oemijati – Puslitbang Biomedis
dan Teknologi Dasar Kesehatan.
Seluruh hasil pemeriksaan laboratorium pemeriksa harus dikirimkan
ke Badan Litbabangkes dan Dirjen P2P cq. PHEOC untuk kemudian
diteruskan ke Emergency Operation Center (EOC) Pusat Krisis Kesehatan
dan diteruskan ke Pusdalop BPBD. PHEOC mengirimkan hasil
119
pemeriksaan ke Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit yang merawat kasus.
Pelaporan satu pintu ini diharapkan dapat lebih memudahkan berbagai
pihak terkait agar dapat berkoordinasi lebih lanjut. Jika hasil pemeriksaan
laboratorium positif, IHR Nasional Fokal Poin memberikan notifikasi ke WHO
dalam 1x24 jam.

SOP Pemasukkan Obat di Indonesia


a. SOP Special Access Scheme (SAS)

Proses Penerbitan Proses upload ke INSW


Permohonan SAS dari Persetujuan SAS di (Indonesia national
Program/IF BPOM single window)&
10 hari kerja Clearance Bea Cukai

Proses Rilis di BPOM Pendistribusian ke


10 Hari Kerja Daerah pandemik
Pelaporan efek samping

b. Alur SAS Obat Program


1. Instansi pemerintah pemilik program membuat surat permohonan ijin
pemasukan obat donasi melalui SAS ke Ditjen farmalkes
2. Industri farmasi yang ditunjuk sebagai importir membuat surat
permohonan atas dasar surat dari Instansi Pemerintah penerima
donasi dan ditujukan ke Ditjen Farmalkes
3. Ditjen Farmalkes akan mengevaluasi dokumen yang disubmit dan
akan menerbitkan surat SAS
4. Surat SAS akan diberikan ke Instansi pemerintah pemilik program
dan ditembuskan ke industri farmasi selaku importir untuk proses
clearence obat yang dikirim di bea cukai
5. Obat akan diberikan kepada pemilik program untuk di distribusikan

120
KOMANDO, KENDALI, KOORDINASI, DAN KOMUNIKASI

a. Komando
Komando selama operasi dalam koordinasi Walikota Bandung

b. Kendali
Kendali taktis selama operasi berada pada Komite Kebijakan, Satuan Tugas
Penanganan Coronavirus Disease 2019 ( Covid-19) Kota Bandung

c. Pos Komando
Satuan Tugas Penanganan Coronavirus Disease 2019 ( Covid-19) Kota
Bandung

d. Komunikasi
1) Call Center: Dinas Kesehatan Kota Bandung
2) Email : dinaskesehatankotabdg[at]gmail.com
3) Faksimile : -
4) Website : https://dinkes.bandung.go.id

121
GAMBAR SOP DISTRIBUSI OBAT DAN BMHP

122
SOP PERHITUNGAN PERENCANAAN KEBUTUHAN OBAT DAN BMHP

123

Anda mungkin juga menyukai