Renop Covid-19 Kota Bandung
Renop Covid-19 Kota Bandung
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................. 1
B. Tujuan ............................................................................. 3
C. Dasar Hukum .................................................................. 4
BAB II GAMBARAN UMUM ...................................................... 8
A. Profil Kota Bandung ......................................................... 8
B. Potensi Ancaman, Kerentanan, dan Kapasitas ................. 8
C. Fasilitas pelayanan kesehatan di Kota Bandung .............. 11
D. Tenaga Kesehatan di Kota Bandung ................................. 17
E. Organisasi Profesi Kesehatan dan Lembaga Masyarakat Ikut
serta Dalam Penanganan Covid-19 di Kota Bandung ....... 17
BAB III RESPON PANDEMI COVID-19 DI KOTA BANDUNG ........ 19
A. Riwayat Perjalanan Covid-19 di Kota Bandung ................ 19
D. Strategi Penanggulangan................................................... 26
BAB IV TUGAS POKOK MASING-MASING KOMPONEN RESPON
PANDEMI....................................................................... 49
A. Koordinasi, perencanaan, pembiayaan, dan pemantauan. 50
B. Komunikasi risiko, pelibatan masyarakat, dan manajemen
infodemik.......................................................................... 51
C. Surveilans, penyelidikan epidemiologi, pelacakan kontak, dan
penyesuaian tindakan kesehatan masyarakat dan social.. 53
D. Titik masuk, perjalanan dan transportasi dan pertemuan
massal.............................................................................. 56
E. Laboratorium dan diagnostik............................................ 57
F. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, serta Perlindungan Tenaga
Kesehatan......................................................................... 59
G. Manajemen kasus, standar operasional klinis, dan terapi. 60
H. Dukungan operasional dan logistik, serta rantai pasoka... 60
I. Memperkuat layanan dan sistem kesehatan esensial........ 61
i
J. Vaksinasi.......................................................................... 64
BAB V KONSEP OPERASI DAN PELAKSANAAN RESPON PANDEMI 66
A. Konsep Operasi/Rencana Pelaksanaan Respon Pandemi. . 66
B. Tugas dan Fungsi Penangugulangan Covid....................... 68
C. Komponen Respon Pandemi.............................................. 69
BAB 6 ADMINISTRASI DAN LOGISTIK ..................................... 86
A. Administrasi .................................................................... 86
B. Logistik ............................................................................ 88
BAB 7 KOMANDO DAN PERHUBUNGAN.................................... 90
LAMPIRAN ............................................................................. 102
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tanggal 11 Maret 2020 badan kesehatan dunia, World
Health Organization (WHO) telah menyatakan Corona Virus Disease
2019 (COVID-19) sebagai pandemi dan Pemerintah Indonesia
berdasarkan Keputusan Presiden No. 12 tahun 2020 tentang
Penetapan Bencana Non Alam Penyebaran Corona Virus Disease
(Covid-19) Sebagai Bencana Nasional, kemudian Pemerintah Jawa
Barat melalui Keputusan Gubernur Nomor 207 Tahun tentang Status
Tanggap Darurat Bencana Nonalam Pandemi Coronavirus Disease
2019 (Covid-19) Di Daerah Provinsi Jawa Barat.
Pemerintah Kota Bandung pertama kali mengkonfirmasi kasus
Covid-19 pada tanggal 17 Maret 2020. Hingga kini, perjalanan
penyebaran virus ini semakin meluas ditandai dengan peningkatan
kasus di wilayah Kota Bandung. Peningkatan tersebut berdampak
pada aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan
keamanan, serta kesejahteraan masyarakat di Indonesia, oleh karena
itu Pemerintah telah mengambil kebijakan untuk melaksanakan
Pembatasan Sosial Berskala Besar yang pada prinsipnya dilaksanakan
untuk menekan penyebaran COVID-19 semakin meluas, yang
didasarkan pada pertimbangan epidemiologis, besarnya ancaman,
efektifitas, dukungan sumber daya, teknis operasional, pertimbangan
ekonomi, sosial, budaya, dan keamanan. Berbagai upaya dilakukan
secara konsisten oleh Pemerintah Kota Bandung melalui berbagai
kebijakan yang bersinergi dengan kebijakan Pemerintah Pusat dan
Provinsi Jawa Barat.
Salah satu bentuk penanganan dalam penanggulangan covid-19
adalah dengan Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2020
Tentang Percepatan Penanganan Corona Virus Disease-19 Tanggal 15
April 2020 dan Peraturan Wali Kota No 14 Tahun 2020 Tentang
Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Penanganan
1
Corona Virus Disease-19. Perkembang kasus Covid-19 di Kota
Bandung s.d 30 Juni 2021 menunjukkan secara akumulasi tercatat
mencapai 24.613 orang.
Menurut International Health Regulation (IHR) 2005 untuk
meningkatkan kapasitas inti negara dalam pendeteksian, verifikasi,
pelaporan dan respon terhadap Public Health Emergencies of
International Concern (PHEIC), World Health Assembly (WHA) ke-71
telah menekankan peningkatan kapasitas negara dan kemitraan
untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi pandemi. The Asia
Pacific Strategy for Emerging Diseases and Public Health Emergencies
(APSED III) fokus pada penguatan komponen kesehatan masyarakat
inti termasuk respon terhadap keadaan darurat kesehatan
masyarakat, termasuk ancaman pandemi. Belajar dari H1N1 2009,
World Health Organization (WHO) telah mengembangkan Pedoman
Manajemen Risiko Pandemi menggunakan fase pandemi berbasis
risiko kontinum yang mengadopsi pendekatan seluruh masyarakat
dan semua bahaya.
Pada tahun 2017, Indonesia memperbarui Pedoman Manajemen
Risiko Pandemi Nasional dan Rencana Respon Operasi Nasional,
mengadopsi Pedoman Manajemen Risiko Pandemi WHO ke dalam
konteks Indonesia, dan mengujinya melalui latihan simulasi pandemi
skala penuh yang berfokus pada penahanan episenter dengan
keterlibatan multi-sektoral, terutama integrasi operasi keadaan
darurat dengan sistem manajemen bencana negara yang pada
dasarnya respon bencana berorientasi pada pelaksanaan. Itu adalah
seluruh pendekatan masyarakat yang melibatkan tingkat nasional,
provinsi, kabupaten dan masyarakat di semua sektor terkait termasuk
sektor keamanan dan militer.
Indonesia telah mengadopsi pedoman manajemen risiko
pandemi WHO menggunakan pendekatan seluruh masyarakat, yang
menghubungkan pandemi dengan kerangka kerja bencana pada tahun
2016. Sebagai tindak lanjut, Indonesia mengembangkan dan menguji
Rencana Respon Kontijensi Nasional melalui simulasi skala penuh
2
yang melibatkan berbagai sektor di semua tingkatan pada tahun 2017
dan meluncurkan perencanaan kontijensi ke provinsi-provinsi
prioritas pada tahun 2018. Hal Ini telah menjadi tonggak untuk
meningkatkan kesadaran sektor-sektor tersebut tentang kolaborasi
untuk kesiapsiagaan menghadapi pandemi. Pelaksanaan ini telah
berkontribusi untuk meningkatkan kapasitas inti negara dari
International Health Regulation (IHR). Pelaksanaan penahanan
episenter pandemi skala penuh dan pelaksanaan table top di provinsi-
provinsi prioritas menunjukkan kapasitas Indonesia dalam
manajemen risiko pandemi dengan pendekatan seluruh masyarakat
dalam keseluruhan kerangka darurat nasional.
Dengan demikian, kota Bandung merasa perlu untuk
mengadopsi rencana kontijensi pandemi influenza yang sudah dibuat
menjadi rencana operasi respon COVID-19. Pada prinsipnya,
pengenalian dan mitigasi Pandemi COVID-19 dapat diterapkan juga
pada COVID-19 dengan penyesuaian sesuai dengan karakteristik
penyakit.
B. Tujuan
Tujuan dibuatnya Rencana Operasi dan Mitigasi Corona Virus
Diseases 2019 (COVID-19) ini adalah :
1. Memberikan acuan pelaksanaan komando dan koordinasi bidang
kesehatan.
2. Memberikan acuan pelaksanaan deteksi dini, surveilans dan
pembatasan penularan wabah Covid-19 dari manusia ke manusia,
mengurangi infeksi berikutnya pada masyarakat yang rentan serta
tenaga kesehatan termasuk mencegah dampak penyerta lain yang
lebih luas.
3. Memberikan acuan pelaksanaan pelayanan kesehatan dan system
rujukan bagi masyarakat terjangkit wabah Covid-19.
4. Memberikan acuan pelaksanaan intervensi farmasi (non-farmasi)
dalam penanggulangan wabah Covid-19.
5. Memberikan acuan pelaksanaan komunikasi risiko dan peran
3
serta masyarakat.
C. Dasar Hukum
Rencana Operasi ini disusun berdasarkan berbagai peraturan
dan regulasi yang berhubungan dengan Covid-19 yaitu:
1. UU No. 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.
2. UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
3. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
4. UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
5. UU No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia.
6. UU No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.
7. Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1991 tentang
Penanggulangan Wabah Penyakit Menular.
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1371/Menkes/SK/IX/
2005 tentang Penyakit Flu Burung/ Avian Influenza sebagai
Penyakit yang Dapat Menimbulkan Wabah, Serta Pedoman
Penanggulangannya.
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1372/Menkes/SK/IX/
2005 tentang Penetapan Kondisi Kejadian Luar Biasa (KLB) Flu
Burung (Avian Influenza).
10. Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2007, tentang Perubahan Atas
Peraturan Presiden No. 83 Tahun 2005, tentang Badan
koordinasi Nasional Penanganan Bencana.
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 424/Menkes/SK/IV/2007
tentang Pedoman Upaya Kesehatan Pelabuhan dalam rangka
Karantina Kesehatan.
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 431/Menkes/SK/IV/ 2007
tentang Pedoman Teknis Pengendalian Risiko Kesehatan
Lingkungan di Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas Batas dalam
rangka Karantina Kesehatan.
13. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 300/MENKES/SK/IV/
2009 tentang Pedoman Penanggulangan Episenter Pandemi.
14. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1501 Tahun 2010 tentang
4
Jenis Penyakit tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah, dan
Upaya Penanggulangannya.
15. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 45 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan.
16. Keputusan Menteri Kesehatan No.HK.02.02/Menkes/390/ 2014
tentang Pedoman RS Nasional.
17. Keputusan Menteri Kesehatan No.HK.02.02/Menkes/391/ 2014
tentang Pedoman RS Regional.
18. Peraturan Menteri Kesehatan No. 59 Tahun 2016 tentang
Pembebasan Biaya Pasien Penyakit Infeksi Emerging Tertentu.
19. Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 2018 tentang Standar
Pelayanan Minimal.
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 101 Tahun 2018 tentang
SPM sub Urusan Bencana.
21. Instruksi Presiden No. 4 Tahun 2019 tentang peningkatan
kemampuan dalam mencegah, mendeteksi dn merespon wabah
penyakit, pandemic global dan kedaruratan nuklir, biologi dan
kimia.
22. Peraturan Menteri Kesehatan No. 4 Tahun 2019 tentang Standar
Pelayanan Minimal.
23. Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2019 tentang
Penanggulangan Krisis Kesehatan.
24. Keputusan Presiden No. 7 Tahun 2020 tentang gugus tugas
percepatan penanganan Corona Virus Diseases 2019.
25. Keputusan Presiden No. 12 Tahun 2020 tentang Penetapan
Bencana Non Alam Penyebaran Corona Virus Disease 2019
Sebagai Bencana Nasional.
26. Peraturan Menteri Berita Negara RI Permenhumkam RI No. 7
Tahun 2020 Tentang Pemberian visa dan izin tinggal dalam
upaya pencegahan masuknya Virus Corona.
27. Peraturan Menteri Kesehatan HK.01.07/Menkes/214/2020
tentang Jejaring Laboratorium Pemeriksaan Coronavirus Disease
2019.
5
28. Keputusan Menteri Kesehatan No.HK.01.07/Menkes/104/2020
tentang penetapan infeksi Novel Corona virus (infeksi 2019-ncov)
sebagai penyakit yang dapat menimbulkan wabah dan upaya
penanggulangannya.
29. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.01.07/Menkes/169/
2020 tentang Penetapan Rumah Sakit Rujukan Penanggulangan
Penyakit Infeksi Emerging Tertentu.
30. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.01.07/Menkes/413/2020
Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Diseases
2019 (COVID-19).
31. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
HK.1.07/Menkes/4641/2021 Tentang Panduan Pelaksanaan
Pemeriksaan, Pelacakan, Karantia, dan Isolasi Dalam Rangka
Percepatan Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Diseases
2019 (COVID-19).
32. Keputusan Menteri Kesehatan RI MENKES/4642/2021 Tentang
Penyelenggaran Laboratorium Pemeriksaan Coronavirus
Diseases 2019 (COVID-19).
33. Keputusan Gubernur Nomor 157 Tahun 2020 Tentang Pusat
Informasi Dan Koordinasi Coronavirus Disease 19 (COVID-19) Di
Jawa Barat.
34. Keputusan Gubernur Nomor 176 Tahun 2020 Tentang
Pencegahan Dan Penanggulangan Corona Virus Disease 19
(Covid19) Di Jawa Barat.
35. Keputusan Gubernur 189 Tahun 2020 Tentang Status Keadaan
Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit COVID-19 di Jawa
Barat.
36. Keputusan Gubernur Nomor 192 Tahun 2020 Tentang
Penetapan Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat
Sebagai Laboratorium Pemeriksaan Coronavirus Disease 19
(COVID-19).
37. Keputusan Gubernur Nomor 207 Tahun 2020 Tentang Status
Tanggap Darurat Bencana Nonalam Pandemi Coronavirus
6
Disease 19 (COVID-19) Di Daerah Provinsi Jawa Barat .
7
46. Peraturan Wali Kota Bandung 103 Tahun 2021 tentang
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Level 2 Covid
2019 di Kota Bandung.
BAB II
GAMBARAN UMUM
9
positif, trakheostomi, dan resusitasi kardiopulmo). Pada analisa
75,465 kasus COVID-19 di China, penularan lewat udara tidak
dilaporkan. SARS CoV-2 dapat bertahan di permukaan selama
beberapa jam atau hingga beberapa hari tergantung dari jenis
permukaan, suhu atau kelembaban lingkungan.
Pengobatan spesifik untuk COVID-19 belum tersedia, hingga
saat ini pengobatan masih berupa dukungan perawatan suportif.
Beberapa percobaan klinis dilakukan, namun kajian lebih lanjut
masih diperlukan. Untuk memastikan bukti jelas pengobatan yang
mana yang paling efektif, WHO dan mitra sedang melakukan
penelitian internasional besar, disebut SOLIDARITY TRIAL, untuk
membandingkan pengobatan tunggal atau kombinasi berbeda yang
ada di banyak negara dan untuk menghasilkan bukti yang kuat
pengobatan mana yang paling efektif. Sampai saat ini, belum terdapat
vaksin COVID-19.
Untuk menghindari penularan COVID-19, WHO menyarankan
untuk melakukan pencegahan dengan mencuci tangan dengan sabun
dan air mengalir atau hands rub berbahan alkohol, menjaga jarak
setidaknya satu meter dengan orang yang sakit, mencegah menyentuh
mata, hidung dan mulut, karena dapat memindahkan virus dari benda
yang terkontaminasi ke dalam tubuh kita, melakukan etika batuk
yang benar, memastikan orang yang sakit menggunakan masker dan
beristirahat di rumah. Tenaga kesehatan harus memperhatikan
pengendalian infeksi dengan memakai alat pelindung diri pada saat
kontak dengan pasien.
Tenaga kesehatan berisiko untuk tertular COVID-19. Penularan
tenaga kesehatan dapat diakibatkan oleh tidak lengkapnya pemakaian
alat pelindung diri. WHO menyebutkan bahwa 21% petugas kesehatan
terinfeksi SARS pada tahun 2002. Demikian pula untuk penularan
COVID-19 pada tenaga kesehatan terjadi di China, Hongkong dan
Indonesia.
Potensi ancaman COVID-19 dapat masuk ke Jawa Barat melalui
pelaku perjalanan internasional maupub domestik melalui pelabuhan,
10
bandara udara dan lintas batas, maupun tertular dari orang di dalam
daerah terjangkit di Indoensia maupun pelaku perjalanan dari daerah
terjangkit.
Tabel 2.1
Laboratorium di Kota Bandung
11
15 Laboratorium Klinik Prodia Buah Batu Pratama
16 Laboratorium Klinik Pramita Buah Batu Pratama
17 e-Labs Telkomedika Pratama
18 Laboratorium Klinik Andir Pratama
19 Laboratorium Klinik Biotest Pratama
20 Lab Klinik Pratama Multi Test Pratama
21 Cermat Pratama
22 e-LABS Pratama
23 UPT Lab Dinas Kesehatan Kota Pratama
Bandung
24 Lab Budi Kartini Pratama
25 Laboratorium klinik Kimia Farma Madya
Citarum
26 Laboratorium Klinik Pramita Moh. Toha Madya
27 Laboratorium Klinik Utama Bio Fit Utama
Health Centre
28 Laboratorium Klinik Utama Biotest Utama
29 Parahita diagnostic Center cabang pp Utama
30 Parahita diagnostic Center cabang kopo Utama
31 Lab. Klinik Pramita cabang Utama
32 Lab Klinik Pramita Cab Martadinata Utama
33 Lab. Klinik Prodia Wastukencana Utama
34 Bio Tek Utama
Tabel 2.2
Laboratorium Pemeriksa Covid-19 di Kota Bandung
Tabel 2.3
Nama-nama Rumah Sakit di Kota Bandung
N Nama Rumah Sakit
o
1 RS ADVENT
2 RS Bhayangkara tk II Sartika asih
3 RS Bungsu
4 RS Edelweiss
5 RS Hermina Arcamanik
6 RS Hermina Pasteur
7 RS Humana Prima
8 RS Ibu dan Anak Al Islam
9 RS Immanuel
10 RS KEBONJATI
11 RS Khusus Ginjal Ny. R. A. Habibie
13
12 RS Melinda 1
13 RS Melinda 2
14 RS Muhammadiyah
15 RS Paru Dr. HA. Rotinsulu
16 RS Pindad
17 RS Santo Borromeus
18 RS Santo Yusup
19 RS Santosa Central
20 RS Santosa Kopo
21 RS Sariningsih
22 RSAU dr. M. Salamun
23 RSHS
24 RSIA Graha Bunda
25 RSIA Limijati Bandung
26 RSKB Halmahera Siaga
27 RSKIA Kota Bandung
28 RSU Al Islam
29 RSUD Kota Bandung Ujung Berung
30 RSUPMN Cicendo
31 RSKGM Maranatha
32 RSKGM Kota Bandung
33 RS Bandung Eye Center
34 RSIA Harapan Bunda
35 RSU Rajawali
Tabel 2.4
Puskesmas di Kota Bandung
No Nama Puskesmas
1 Puskesmas Sukarasa
2 Puskesmas Ledeng
3 Puskesmas Karangsetra
4 Puskesmas Sarijadi
5 Puskesmas Sukajadi
14
6 Puskesmas Sukawarna
7 Puskesmas Sukagalih
8 Puskesmas Pasirkalilki
9 Puskesmas Sukaraja
10 Puskesmas Garuda
11 Puskesmas Babatan
12 Puskesmas Ciumbuleuit
13 Puskesmas Cipaku
14 Puskesmas Puter
15 Puskesmas Dago
16 Puskesmas Sekeloa
17 Puskesmas Cikutra Lama
18 Puskesmas Salam
19 Puskesmas Taman Sari
20 Puskesmas Tamblong
21 Puskesmas Balaikota
22 Puskesmas Neglasari
23 Puskesmas Cigadung
24 Puskesmas Padasuka
25 Puskesmas Pasirlayung
26 Puskesmas Babakan Sari
27 Puskesmas Babakan Surabaya
28 Puskesmas Ibrahim Aji
29 Puskesmas Gumuruh
30 Puskesmas Ahmad Yani
31 Puskesmas Talaga Bodas
32 Puskesmas Suryalaya
33 Puskesmas Cijagra Baru
34 Puskesmas Cijagra Lama
35 Puskesmas Pasundan
36 Puskesmas Moh. Ramdan
37 Puskesmas Pasirluyu
38 Puskesmas Pagarsih
39 Puskesmas Astanaanyar
40 Puskesmas Liogenteng
41 Puskesmas Pelindung Hewan
42 Puskesmas Cetarip
15
43 Puskesmas Babakan Tarogong
44 Puskesmas Sukapakir
45 Puskesmas Kopo
46 Puskesmas Cibaduyut kidul
47 Puskesmas Cibaduyut Wetan
48 Puskesmas Caringin
49 Puskesmas Cibolerang
50 Puskesmas Sukahaji
51 Puskesmas Cibuntu
52 Puskesmas Cijerah
53 Puskesmas Cigondewah
54 Puskesmas Griya Antapani
55 Puskesmas Jajaway
56 Puskesmas Antapani
57 Puskesmas Sindang jaya
58 Puskesmas Jatihandap
59 Puskesmas Mandala Mekar
60 Puskesmas Pamulang
61 Puskesmas Girimande
62 Puskesmas Arcamanik
63 Puskesmas Rusunawa
64 Puskesmas Ujung Berung Indah
65 Puskesmas Pasirjati
66 Puskesmas Cinambo
67 Puskesmas Cibiru
68 Puskesmas Cipadung
69 Puskesmas Cilengkrang
70 Puskesmas Panghegar
71 Puskesmas Panyileukan
72 Puskesmas Riung Bandung
73 Puskesmas Cempaka Arum
74 Puskesmas Cipamokolan
75 Puskesmas Derwati
76 Puskesmas Margahayu Raya
77 Puskesmas Sekejati
78 Puskesmas Kujangsari
79 Puskesmas Mengger
16
80 Puskesmas Pasawahan
Tabel 2.5
Rekapitulasi Tenaga Kesehatan di Kota Bandung
17
tugas kemanusiaan dengan menepis rasa takut demi kesembuhan
pasien covid-19 dan peran penting lembaga masyarakat sangat
langsung dirasakan dalam melalukan pelacakan kontak karena dalam
prosesnya mereka langsung terjun ke lingkungan rumah sekitar
apabila ada kasus COVID-19 dan berkolaborasi dengan fasyankes
setempat seperti puskesmas dan dipantau oleh petugas puskesmas.
Tabel 2.6
Daftar Organisasi Profesi Kesehatan di Kota Bandung
Tabel 2.7
Daftar Lembaga Masyarakat di Kota Bandung
18
9. Relawan Mahasiswa Kesehatan
10. dan seterusnya
BAB III
RESPON PANDEMI COVID-19 DI KOTA BANDUNG
19
Grafik 3.1
Perkembangan Kasus COVID-19 Kota Bandung
20
Raya dengan melakukan pengetatan aktivitas masyarakat dengan
menetapkan Peraturan Wali Kota Nomor 61 Tahun 2021 Tentang
Perubahan Keenam Atas Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 1
Tahun 2021 Tentang Pemberlakuan Pembatasn Sosial Berskala Besar
Secara Proporsional Dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Kota Bandung Data per
tanggal 31 Oktober 2021 menunjukkan kasus konfirmasi Kota
Bandung secara akumulasi tercatat mencapai 42.962 orang, sembuh
41.176 orang dan meninggal 1422 orang dengan tingkat kematian
3,4% dan tingkat kesembuhan 95,84%. Selain kasus konfirmasi,
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Bandung mencatat data
Suspek dan Kontak Erat sesuai Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/ 413/2020 Tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease-19 (Covid-
19) Revisi 5. Adapun data kasus Covid-19 di Kota Bandung per tanggal
31 Oktober 2021 tersaji pada Tabel berikut.
Tabel 3.1
Data Kasus COVID-19 Kota Bandung per 31 Oktober 2021
No Kriteria Jumlah
1 Kasus Konfirmasi
Total 42.962
Aktif (Dalam perawatan/ isolasi) 364
Sembuh 41.176
Meninggal 14
22
2 Suspek
Total 27.756
Masih dipantau 167
Discarded 27.589
3 Kontak Erat
Total 33.371
Discarded 33.362
Masih pemantauan 9
21
dengan menilai tiga indikator utama. Indikator kasus konfirmasi,
rawat inap dan kematian baru per 100.000 penduduk per minggu
sesuai dengan kasus konfirmasi pada minggu terakhir di bulan
Oktober 2021 di Kota Bandung yakni sebesar 12,07 masuk pada
kategori TK1 <20 yang angka kejadian rawat inap baru COVID-19 per
100.000 populasi per minggu sesuai dengan angka kejadian rawat
inap pada minggu terakhir di bulan Oktober 2021 di Kota Bandung
yakni sebesar 0,97 masuk pada kategori TK1 <5 dan jumlah kejadian
kematian baru COVID-19 per 100.000 populasi per minggu sesuai
dengan angka kejadian kematian pada minggu terakhir di bulan
Oktober 2021 di Kota Bandung yakni sebesar 0,00 masuk pada
kategori TK1 <1. Dari ketiga indikator ini Kota Bandung berada pada
TK1 yang artinya insiden rendah kasus yang didapat secara lokal dan
tersebar luas terdeteksi dalam 14 hari terakhir, banyak kasus tidak
terkait dengan klaster tertentu. Transmisi dapat terfokus pada sub-
kelompok populasi tertentu.
Positivity rate merupakan salah satu kapasitas respon suatu
wilayah yaitu perbandingan antara jumlah kasus positif Covid-19
dengan jumlah tes yang dilakukan dan Angka Positivity rate kota
Bandung dari bulan Maret 2020 – 31 Oktober 2021 mengalami
fluktuatif dan mengalami penurunan seiring dengan dilakukan
skrining dan surveilans Covid-19 yang optimal, data per Tanggal 31
Oktober 2021, positivity rate menunjukan angka 1,73 %, angka ini
masuk pada kategori memadai karena jauh lebih rendah dari standar
yang di tetapkan WHO yang tidak boleh melebihi 5% . Positivity rate
Kota Bandung dapat dilihat pada grafik di bawah ini
Grafik 3.2
Angka Positivity Rate dari Maret 2020 – Oktober 2021
22
Angka Rt atau angka reproduksi Covid-19 di kota Bandung dari
bulan Maret 2020 – Oktober 2021 mengalami fluktuatif dan
menunjukan angka 1,26 yang artinya angka Rt ini > 1 dengan angka
ideal yang harus dicapai < 1 dan dapat dilihat pada grafik di bawah
ini
Grafik 3.3
Angka Reproduksi Covid dari Maret 2020 – Oktober 2021
Gambar 3.1
Sebaran Kasus Konfirmasi dan Konfirmasi Aktif per Kecamatan
23
Sebaran COVID-19 di Kota Bandung, sampai dengan 31 Oktober
2021 dengan jumlah kasus di Kota Bandung mencapai 42.962 orang
dan sebanyak 1422 kasus meninggal dengan CFR sebesar 3.4% angka
ini melebihi angka di tingkat kematian Nasional (2,7%) maupun Global
(2,2%).
B. Skenario Respon
Dengan munculnya Corona Virus sub tipe baru (COVID-2)
dan ditetapkan Pandemi COVID-19 oleh Dirjen WHO sehubungan
dengan penyebaran COVID-19 yang meluas di dunia sampai saat
ini, maka Kota Bandung perlu untuk mengadopsi rencana kontijensi
pandemi influenza yang sudah dibuat menjadi rencana operasi respon
COVID-19. Pada prinsipnya, pengenalian dan mitigasi Pandemi
COVID-19 dapat diterapkan juga pada COVID-19 dengan
penyesuaian sesuai dengan karakteristik penyakit.
Demikian halnya dengan Kota Bandung dengan mengadopsi
Pedoman Manajemen Risiko Pandemi Nasional dan Rencana Respon
Operasi Nasional telah menyusun Rencana Kontinjensi Tentang
Penanggulangan Bencana Wabah Corona Virus Desease 2020
(COVID-19). Untuk tingkat operasional maka Dinas Kesehatan Kota
Bandung menyusun Rencana Operasi dan Mitigasi Corona Virus
Diseases (Covid-19) yang dapat digambarkan pada skema berikut ini
Gambar 3.2
Skema Skenario Respon Covid-19 di Kota Bandung
24
1. Penyiapan Frontile 1. Penjaringan 1. Peningkatan Testing 1. Psikososial
& Tim Surveilans Kontak erat & 2. Intensifikasi Tracking Suport
2. Penyiapan Logistik Suspek 3. Rujukan/isolasi kasus 2. Pemulihan
3. Penyiapan Tim 2. Rujukan / - RS Rujukan Khusus ekonomi
Pengambilan Isolasi Kasus Covid-19 3. Surveilans IU,
Sampel 3. Testing - Peningkatan Kapasitas Ispa,
4. Penyiapan RS Pusat 4. Tracking TT Faskes RS Pneumonia
5. Surveilans Kontak Kontak Darurat 4. Monitoring
Erat & Suspek 5. Logistik - Isolasi mandiri & dan Evaluasi
6. Isolasi Suspek 6. Tindakan Gedung karantina bagi 5. Dll
7. Tindakan Kekarantinaa OTG
Kekarantinaan n 4. Penjaringan Kasus
8. Promkes & -Karantina Pneumonia & IU
Komunikasi Risiko rumah 5. Tindakan Kekarantinaan
9. Protokol – Protokol -Pembatasan 6. Pemenuhan Kebutuhan
social Logistik dan SDM
7. Desinfeksi 7. Protokol Kesehatan Pada
8. Promkes & Semua Bidang Kehidupan
Komunikasi 8. Familly Psikososial
Risiko Suport
9. Protokol TTU 9. Intervensi Sosial,
& Ekonomi & Keamanan
Transformasi 10.Vaksinasi
10.Intervensi
Sosial
Ekonomi
C. Perkiraan Kasus
Perkiraan kasus yang dituangkan dalam Rencana Kontinjensi
Kota Bandung dibuat asumsi kasus dalam beberapa tingkatan,
asumsi ini didasarkan pada skenario yang yang dikembangkan oleh
WHO dan pertimbangan kebijakan Kota Bandung dengan pencapaian
masyarakat yang telah mendapatkan vaksin, dan penerapan
RAPERDA Covid-19 yang akan segera disahkan sehingga didapatkan
asumsi 3%, 4%, 5% dan 10%. Asumsi kasus dengan kriteria derajat
keparahan yang di sebabkan Covid-19 disajikan pada tabel berikut
ini :
Tabel 3.2
Kriteria Derajat Keparahan Yang Disebabkan COVID-19
Bandung Bandung Bandung Bandung
Asumsi (3%) (4%) ( 5 %) (10%)
25
Angka Serangan Klinis: 3%,
4%, 5%, 10% Total population 75.303 100.404 125.505 251.010
(2.510.103)
Perawatan / Monitoring di
Rumah: 50% X Clinical 37.651 50.202 62.752 125.505
attack rate
Rawat Inap: 20% x Angka 15.060 20.080 25.101 51.402
Serangan Klinis
ICU: 5% x Angka Serangan 3.765 5.020 6.275 12.550
Klinis
Ventilator: 80% x ICU 3.012 4.016 5.020 10.040
CFR: 2.6% x Rawat Inap 391 522 652 1.336
D. Strategi Penanggulangan
Sebagai panduan dalam penanggulangan, acuan digunakan
antara lain Rencana Kontinjensi penggulangan Covid-19 di Kota
Bandung yang telah disusun sesuai dengan Buku Pedoman
Pencegahan Dan Pengendalian Corona Virus Disesase (Covid-19) yang
diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Didalam Skenario
Penanggulangan Covid 19 Kegiatan Penanggulangan di Kota Bandung
terbagi dalam 4 fase yaitu :
1. Fase Kewaspadaan yaitu fase dimana belum ada kasus yang
dilaporkan, sistem surveilans digerakan untuk mendeteksi
pergerakan kasus secara Global dan Nasional, surveilans kelompok
risiko tinggi (suspek dan kontak erat), penyiapan logistik,
penguatan Rumah Sakit Rujukan, penyiapan laboratorium, KIE
dan promosi kesehatan, dan penyiapan protokol-protokol
kesehatan.
2. Fase Transmisi Awal yaitu fase yang dimulai dengan
ditemukannya satu kasus konfirmasi Covid-19, yang selanjutnya
terjadi penularan setempat secara sporadik namun tetap
26
terkontrol melalui kegiatan deteksi dini, contact tracing dan
pembatasan penularan pada daerah fokus. Pembatsan sosial mulai
diterapkan sedangkan lockdown hanya diberlakukan pada
daerah-daerah fokus penularan (blocking focus) dengan
dukungan sosial ekonomi dan kemanan. Ditunjang dengan
Penyuluhan kesehatan masyarakat dan desinfeksi lingkungan.
Protokol-protokol kesehatan mulai diterapkan di tempat-tempat
umum. Isolasi kasus mapun orang berisiko dilakukan dengan
karantina rumah maupun pada gedung-gedung pusat karantina
di masing-masing kabupaten/kota.
3. Fase Epidemik yaitu fase yang ditandai dengan ditemukannya
kasus tanpa riwayat kontak yang jelas setelah dilakukan tracing
kontak dan penyelidikan epidemiologi oleh Tim Surveilans di
lapangan. Pada fase ini sudah terjadi penularan secara bebas di
masyarakat, lonjakan kasus meningkat secara drastis untuk
mencapai puncaknya, karena orang-orang yang pernah kontak
dengan kasus tidak terdeteksi (tidak terkontrol). Apabila tidak
dipersipkan maka dapat terjadi kedaruratan pada sistem
pelayanan kesehatan. Untuk itu beberapa hal yang perlu
dipersiapkan pada fase ini adalah : menyiapkan RS Darurat
Rujukan Khusus Covid-19, memperluas Identifikasi dan
Penjaringan suspek dengan pemeriksaan cepat di masyarakat
atau kelompok- kelompok tertentu, memaksimalkan tracing
kontak, penjaringan kasus pneumonia & ILI, pengambilan sampel
& pemeriksaan dan desinfeksi. Indentifikasi hostspot-hotspot
(klaster) di masyarakat sangat penting dilakukan dalam upaya
deteksi dini dan penangulangan, bahkan sebagai dasar dalam
pemberlakuan Tindakan kekarantinaan seperti karantina rumah,
pembatasan sosial secara ketat (social distancing) dan karantina
wilayah (lockdown). Suporting sosial ekonomi dan keamanan untuk
mereka yang diberlakukan tindakan karantina, Famlily
Psikososial Suport, dan pelaksanaan Protokol TTU & Transportasi
secara ketat bahkan dapat diberlakukan penutupan tempat-tempat
27
umum seperti pasar, sekolah, masjid dan tempat kerja. Pada fase
ini juga dilakukan vaksinasi khususnya pada masyarakat dengan
risiko tinggi. Diharapkan pada tahun ini seluruh sasaran yang
menjadi target imunisasi dapat terlayani. Fase ini berakhir seiring
dengan semakin menurunnya kasus sampai tidak dilaporkan
adanya kasus baru.
4. Fase Pemulihan yaitu fase dimana kasus sudah mulai melandai
sampai a k h i r n y a tidak dilaporkan adanya kasus baru dengan
memperhatikan beberapa hal, seperti perkembangan wabah
dengan pertumbuhan kasus harus mendatar dan pertumbuhan
kasus baru per hari dan kasus kematian juga harus menurun.
Protokol kesehatan harus tetap berjalan. Pada fase ini beberapa
kegiatan dilkuakan antara lain Psikososial Suport, Pemulihan
ekonomi, Surveilans ILI, Ispa dan Pneumonia dan Monitoring dan
Evaluasi perkembangan kasus secara berkala untuk memastikan
wabah telah berakhir. Kekuatan surveilans menjadi tulang
punggung dalam fase ini, untuk itu logistik pendukung seperti
RDT dengan kemampuan deteksi tinggi terutama untuk
pemantauan infeksi baru dan atau lama.
28
berdasarkan pada zonasi wilayah transmisi pandemi COVID-19,
yaitu:
1. Wilayah yang belum ada kasus (No Cases),
2. Wilayah dengan satu atau lebih kasus, baik kasus import
ataupun lokal, bersifat sporadik dan belum terbentuk klaster
(Sporadic Cases)
3. Wilayah yang memiliki kasus klaster dalam waktu, lokasi geografis,
maupun paparan umum (Clusters of Cases)
4. Wilayah yang memiliki transmisi komunitas (Community
Transmission)
29
Sedangkan dalam melaksanakan strategi tersebut pendekatan
yang digunakan adalah dengan menjalankan 10 pilar
penanggulangan :
30
yang dapat dimanfaatkan untuk memutus rantai penularan dan
mengurangi dampak negatif pandemi
Gambar 3.3
Persyaratan Tempat Karantina/Isolasi
32
Tingkatan aktifitas tracing berdasarkan zonasi adalah sebagai
berikut :
TIDAK ADA KASUS KASUS PENULARAN
KASUS SPORADIK KLASTER KOMUNITAS
33
Penemuan Penemuan Mengintensif Terus
Kasus Secara Kasus Secara kan melanjutkan
Aktif dan I Aktif dan Penemuan penemuan kasus
solasi isolasi, Kasus dan dan isoasi jika
Menyiapkan karantina isolasi mungkinkan
menghadapi kontak Mengintensif khususnya pada
lonjakan Melaksanakan kan daerah yang baru
kebutuhan pelacakan pelacakan melaporkan
pelacakan kontak dan kontak dan kasus
kontak monitoring monitoring Terus
Melaksanakan serta serta melanjutkan
pemeriksaan karantina karantina pelacakan kontak
surveilans kontak kontak dan monitoring
COVID-19 Pelaksanaan Memperluas jika
melalui surveilans surveilans memungkinkan
surveilans COVID-19 COVID-19 serta karantina
berbasis melalui melalui kontak
komunitas, surveilans surveilans Isolasi mandiri
surveilans ILI, berbasis berbasis pada kasus
SARI, komunitas, komunitas, yang bergejala
pneumoni, surveilans ILI, surveilans ringan
Event Base SARI, ILI, SARI, Memantau
surveillance pneumoni, ISPA dan perkembangan
baik FKTP dan Event Base Pneumonia di COVID-19
FKRTL surveillance FKTP dan surveilans
Melaksanakan baik FKTP dan FKRTL sentinel yang ada
surveilans di FKRTL Melaksanaka Melaksanakan
fasilitas Melaksanakan n surveilans surveilans di
tertutup dan surveilans di di fasilitas fasilitas tertutup
kelompok fasilitas tertutup dan dan kelompok
rentan tertutup dan kelompok rentan
kelompok rentan
rentan
34
mendapatkan kontak erat dari kasus konfirmasi. Dalam
percepatan penanganan kasus di perkantoran pada
lingkungan Pemerintah Kota Bandung, setiap Perangkat
Daerah menugaskan 3 orang personilnya yang dilatih oleh
Dinas Kesehatan sebagai tracer untuk membantu
melakukan tracing di lokasi kantor masing-masing sesuai
dengan Surat Edaran Sekretaris Daerah Kota Bandung
Nomor 443/SE.080-DINKES Perihal Penunjukan Tracer
Perangkat Daerah. Kegiatan Tracing per 31 Oktober 2021 di
Kota Bandung hasil rasio kontak didapatkan 4,58 yang
artinya kapasitas respon Kota Bandung masih dalam kategori
terbatas
b. Testing
Pemeriksaan (Ctesting) sangat penting dilakukan
untuk mengidentifikasi apakah seseorang positif atau tidak
terinfeksi Covid-19. Selain untuk kepentingan diagnosis,
testing juga merupukan sangat penting dalam mengikuti
pergerakan penularan melalui kegiatan skreening, setelah
dilakukan pemeriksaan maka status sesorang dapat
diketahui untuk dilakukan isolasi mandiri atau perawatan di
rumah sakit sehingga penularan dapat dihentikan. Semakin
cepat dan semakin banyak seseorang dapat diidentifikasi
positif maka semakin cepat sumber penularan dapat dipisah
dari orang- orang sehat disekitarnya.
Testing merupakan upaya penanganan Covid-19 cukup
penting, dengan meningkatkan jumlah test, maka angka
positivity rate atau jumlah yang dites berbanding kasus positif
yang ditemukan cenderung menurun. WHO mensyaratkan
cakupan testing paling kurang 1/1000 penduduk perpekan.
Data per Tanggal 31 Oktober 2021, positivity rate Kota
Bandung menunjukan angka 1,73 %, angka ini masuk
kategori memadai karena jauh lebih rendah dari standar yang
35
di tetapkan WHO yang tidak boleh melebihi 5%.
36
432.803 spesimen serta pemeriksaan Rapid Dignostic Test
(RDT) sebanyak 16.683 spesimen.
Tabel 3.3
Laboratorium Pemeriksa Covid-19 di Kota Bandung
37
Penerapan tindakan berbasis risiko untuk pengamanan titik
masuk dan perjalanan, serta pertemuan massal harus didahului
oleh penilaian risiko yang menyeluruh dan teratur yang mencakup
pertimbangan situasi epidemiologi local, seperti Bandara Husen
Sastranegara, Stasiun Kereta Api Bandung, Terminal Leuwi
Panjang. Penerapan tindakan berbasis risiko dilakukan oleh Satgas
COVID-19 Kota Bandung berkoordinasi dengan para pihak antara
lain : Angkasa Pura, Maskapai Penerbangan, Kantor Kesehatan
Pelabuhan, PT.KAI dan DISHUB.
5. Laboratorium
Laboratorium Pemeriksaan Coronavirus Disease 2019
(COVID-19) harus memenuhi persyaratan paling sedikit Standar
Laboratorium Bio Safety Level 2 (BSL-2) serta sumber daya
manusia yang memiliki kompetensi dan kewenangan untuk
melakukan pemeriksaan dan validasi pemeriksaan COVID-19.
Laboratorium Pemeriksaan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
6. Pengendalian Infeksi
a. Pencegahan, Pengendalian Infeksi dan Perlindungan Tenaga
Kesehatan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah
upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi
pada pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar
fasilitas pelayanan kesehatan. PPI yang tidak standar tidak
hanya membahayakan pasien juga petugas dan keluarganya.
Dengan menerapkan PPI yang ketat di Fasilitas Kesehatan
(rumah sakit/puskesmas) diharapkan penularan Covid-19 di
Faskes dapat dihindari.
38
TIDAK ADA KASUS KASUS PENULARAN
KASUS SPORADIK KLASTER KOMUNITAS
Melatih/refreshment Melatih/ Melatih/ Memberikan
staf mengenai PPI refreshment staf refreshment refreshment
dan pengelolaan mengenai PPI staf mengenai kepada staf
klinis, khususnya dan pengelolaan PPI dan mengenai PPI dan
untuk COVID-19 pasien COVID- Pengelolaan pengelolaan pasien
Melaksanakan 19 pasien COVID-19
strategi PPI untuk Melaksanakan COVID19 Memperkuat
mencegah strategi PPI Melaksanakan strategi PPI untuk
penularan di untuk strategi PPI mencegah
fasyankes mencegah untuk mencegah penularan di
Penggunaan APD penularan di penularan di fasyankes
yang sesuai oleh fasyankes fasyankes Penggunaan APD
petugas yang Penggunaan Penggunaan yang sesuai oleh
merawat pasien APD yang APD yang petugas yang
COVID-19 sesuai oleh sesuai oleh merawat pasien
Mempersiapkan petugas yang petugas yang COVID-19
lonjakan kebutuhan merawat pasien merawat pasien Implementasi
fasyankes termasuk COVID-19 COVID- 19 rencana
dukungan APD, Mempersiapka Mempersiapkan lonjakan
ruangan isolasi, n lonjakan lonjakan fasyankes
rawat intensif dan kebutuhan kebutuhan Imlpementasi
alat bantu fasyankes, fasyankes, rencana lonjakan
pernafasan di RS termasuk termasuk fasyankes,
serta dukungan dukungan dukungan APD, termasuk
kesehatan jiwa dan APD, ruangan ruangan isolasi, dukungan APD,
psikososial untuk isolasi, rawat rawat intensif ruangan isolasi,
tenaga kesehatan intensif dan dan alat bantu rawat intensif dan
Reviu lonjakan alat bantu pernafasan di alat bantu
lonjakan pernafasan di RS serta pernafasan di RS
kebutuhan RS serta dukungan serta dukungan
fasyankes dukungan kesehatan jiwa kesehatan jiwa dan
termasuk alat kesehatan jiwa dan psikososial psikososial untuk
bantu pernapasan, dan untuk tenaga tenaga kesehatan
dan persediaan psikososial kesehatan Mengadvokasi
APD untuk tenaga Mengadvokasi perawatan di
kesehatan perawatan di rumah bagi kasus
Reviu lonjakan rumah bagi ringan apabila
kebutuhan kasus ringan sistem pelayanan
fasyankes apabila sistem kesehatan sudah
termasuk alat pelayanan melebihi
bantu kesehatan kapasitas
Kedisplinan petugas disetiap level bahkan pengunjung harus
benar-benar ditegakkan. Untuk inspektur PPI di harus
berperan aktif dalam memantau pelaksanaannya.
39
b. Pencegahan Penularan di Masyarakat
Masker harus digunakan sebagai bagian dari strategi
tindakan yang komprehensif untuk menekan penularan dan
menyelamatkan nyawa, penggunaan masker saja tidak cukup
untuk memberikan tingkat perlindungan yang memadai
terhadap COVID-19. Jika COVID-19 menyebar di komunitas,
tetap aman dengan melakukan beberapa tindakan pencegahan
sederhana, seperti menjaga jarak secara fisik, mengenakan
masker, menjaga ruangan berventilasi baik, menghindari
keramaian, membersihkan tangan, dan batuk ke siku atau tisu
yang tertekuk. Lihat saran lokal di mana kita tinggal dan
bekerja.
Jadikan memakai masker sebagai hal yang biasa saat
berada di sekitar orang lain. Penggunaan, penyimpanan dan
pembersihan atau pembuangan masker yang tepat sangat
penting untuk membuatnya seefektif mungkin. Protokol
kesehatan intinya 3 M adalah menggunakan masker, mencuci
tangan, menjaga jarak. Tidak cukup dengan itu beberapa
diantaranya ditambahkan menjadi 5 M dengan mengurangi
mobilisasi dan menghindari kerumunan.
PPI di masyarakat menurut zona risiko maka dilakukan
berbagai tingkatan PPI sebagai berikut.
40
TIDAK ADA KASUS KASUS PENULARAN
KASUS SPORADIK KLASTER KOMUNITAS
Physical Physical Physical Physical
Distancing Distancing Distancing Distancing
Kebersihan tangan Kebersihan tangan Kebersihan Kebersihan tangan
Etika batuk/bersin Etika batuk/bersin tangan Etika batuk/bersin
Pemakaian masker Pemakaian masker Etika Pemakaian Masker
Memastikan Pembatasan batuk/bersin Pembatasan
akses kebersihan Aktivitas luar Pemakaian Aktivitas luar
tangan di depan rumah masker rumah
gedung fasilitas Memastikan Pembatasan Mempertimbang
umum dan akses kebersihan Aktivitas luar kan
pusat tangan di depan rumah Pembatasan
transportasi gedung fasilitas Memastikan Sosial Berskala
(misalnya pasar, umum dan pusat akses Besar (PSBB)
toko, tempat transportasi kebersihan Memastikan
ibadah, lembaga (misalnya pasar, tangan di akses kebersihan
pendidikan, toko, tempat depan gedung tangan di depan
stasiun kereta ibadah, lembaga fasilitas umum gedung fasilitas
atau bus). pendidikan, dan pusat umum dan pusat
Tersedia fasilitas stasiun kereta transportasi transportasi
cuci tangan atau bus). (misalnya (misalnya pasar,
dengan air dan Tersedia fasilitas pasar, toko, toko, tempat
sabun dalam cuci tangan tempat ibadah, ibadah, lembaga
jarak 5 m dari dengan air dan lembaga pendidikan,
semua toilet, sabun dalam pendidikan, stasiun kereta
baik di fasilitas jarak 5 m dari stasiun kereta atau bus).
umum maupun semua toilet, baik atau bus). Tersedia fasilitas
swasta di fasilitas umum Tersedia cuci tangan
maupun swasta fasilitas cuci dengan air dan
tangan dengan sabun dalam
air dan sabun jarak 5 m dari
dalam jarak 5 semua toilet, baik
m dari semua di fasilitas umum
toilet, baik di maupun swasta
fasilitas umum
maupun
swasta
41
PPI publik sangat penting dalam melibatkan “Komunikasi
Risiko”, merupakan intervensi non pharmasi dalam menyusun
dan monitoring implementasi protokol untuk sektor non
kesehatan, seperti protokol publik, protokol trasnportasi umum,
protokol di sektor edukasi, protocol di sektor perdagangan,
protokol social/physical distancing, protocol penutupan pusat
keramaian, tempat hiburan, pusat perbelanjaan/mall,
penutupan sekolah termasuk pengaturan kehidupan masyarakat
yang terkait lainnya.
1) Promosi Kesehatan
a) Memberdayakan masyarakat dengan meningkatkan peran
serta masyarakat dalam mengatasi COVID-19.
b) Menginformasikan ke masyarakat langkah-langkah apa
saja yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan
dalam menghadapi situasi pandemi.
c) Mengumpulkan data dan informasi secara rutin dan setiap
ada perkembangan situasi yang khusus yang dilaporkan
Tim Penanggulangan atau tim lainnya yang terkait.
d) Mengelola data dan informasi terkumpul.
e) Membuat papan informasi internal yang memuat informasi
esensial (kontak, peta wilayah, dll) dan data/ informasi
terbaru.
f) Mengatur jenis media Komunikasi Informasi dan Edukasi
(KIE) dan saluran informasi bagi target yang berbeda-beda.
g) Menetapkan jadwal distribusi informasi berdasar jenis media
KIE.
h) Menyusun pesan/instruksi per topik dengan masukan dan
koordinasi dengan ahli teknis sesuai target dan saluran
informasi.
i) Mendistribusikan informasi/ instruksi/ pesan (yang
mungkin berbeda-beda) berdasarkan target, jenis media
KIE, dan saluran informasi.
42
2) Sentra Media
a) Memastikan informasi dari TPK dapat disebarkan ke
masyarakat melalui berbagai media massa
b) Bekerja sama dengan juru bicara dan TPK untuk
menyebarkan informasi. Membuat pointers dari
pemantauan berita-isu publik dan perkembangan situasi
dari unit teknis kepada juru bicara
c) Memantau pemberitaan dan isu di media masa dan media
sosial yang berkembang di masyarakat, serta memastikan
agar masyarakat menerima informasi yang akurat pada
waktu yang tepat
d) Mengatur arus informasi internal dan eksternal (untuk
konsumsi publik) dan memastikan bahwa informasi kepada
media sudah diubah ke dalam format yang dapat dengan
mudah digunakan oleh media online dan media offline
e) Melayani kebutuhan media masa
f) Menyelenggarakan temu media secara berkala
g) Memastikan bahwa media dan publik serta pihak-pihak
terkait (kementerian/ lembaga, kedutaan besar, badan-
badan PBB, ormas/ LSM, dan swasta) memperoleh berita/
informasi terakhir secara rutin
h) Berkonsultasi dengan pihak-pihak terkait untuk
memastikan ketepatan pesan- pesan kunci yang ingin
dipublikasikan
i) Memastikan data yang dapat dibagikan ke publik dan
menahan informasi sensitif dengan media massa
7. Manajemen Kasus
Penyiapan sumber daya pelayanan kesehatan dalam respon
klinis. Manajemen klinis adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh tenaga medis dan tenaga kesehatan untuk
43
menegakkan diagnosis, melaksanakan tata laksana pengobatan
dan tindakan terhadap pasien COVID-19 sesuai indikasi klinis.
Tabel 3.4
Penyediaan dan Utilisasi Tempat Tidur Perawatan Covid-19 di 30 RS
45
Jumlah TT yang disediakan tetap sejumlah 1.061 TT
47
yang ada, serta secara dinamis memetakan jalur-jalur rujukan.
10. Vaksinasi
Vaksinasi COVID-19 merupakan upaya intervensi kesehatan
masyarakat yang bertujuan untuk mengurangi angka kesakitan
dan kematian, mencapai kekebalan kelompok untuk mencegah
dan melindungi kesehatan masyarakat, melindungi dan
memperkuat system kesehatan secara menyeluruh, dan menjaga
produktivitas dan meminimalkan dampak social dan ekonomi.
Kegiatan vaksinasi di Kota Bandung dimulai pada tanggal 14
Januari 2021 dengan rincian target sebagai berikut :
Program vaksinasi ditinjau dari kacamata penanggulangan
bencana berfungsi untuk melindungi kelompok rentan dan
menjamin terlaksananya fase pemulihan COVID-19 sebagai
bencana non alam. Sejalan dengan bergulirnya vaksinasi massal,
perlu disertai evaluasi program tersebut meliputi cakupan
vaksinasi pada kelompok rentan perwilayah, dan pemulihan
wilayah rentan dengan program vaksinasi serta persiapan vaksin
booster yang tepat sasaran.
Percepatan vaksinasi menjadi salah satu strategi dalam
penanganan pandemi yaitu dengan melakukan kerjasama dan
kolaborasi dengan berbagai pihak dalam pelaksanaan vaksinasi
dalam bentuk sentra vaksinasi maupun vaksinasi massal. Saat ini
sedang berlangsung vaksinasi tahap 2 dengan sasaran pelayan
publik dan lansia, serta dilakukan perluasan sasaran vaksinasi
bagi usia diatas 12 dan 18 tahun keatas, sesuai dengan arahan
Kemenkes. Total cakupan vaksinasi 1 di Kota Bandung sudah
menyentuh angka 94.59% dan untuk vaksinasi 1 lansia sebesar
70.71% yang menggambarkan indikator capaian total vaksinasi
dalam kategori memadai yaitu bila dosis 1 vaksin total > 70 persen
dan dosis lansia >60%
Berikut adalah tabel total target sasaran dan cakupan
vaksinasi Kota Bandung per 31 Oktober 2021 :
E. Indikator Penanggulangan
Untuk meilai keberhasilan penanggulangan mengacu kepada
indikator yang ditetapkan Satuan Tugas Penanganan COVID-19 yang
terbagi dalam 3 kelompok juga antara lain 1) Indikator Epidemiologi;
2) Indikator Surveilans Kesehatan Masyarakat; dan 3) Indikator
Pelayanan Kesehatan. Indikator-indikator tersebut adalah :
Tabel 3.8
Indikator PenanggulanganCovid-19
Indikator Bobot
Penurunan jumlah kasus positif 5%
Jumlah kasus aktif 7%
Penurunan kasus positif meninggal 11%
Penurunan kasus suspek meninggal 5%
Penurunan jumlah kasus positif yang dirawat di RS 7%
49
Penurunan jumlah kasus suspek yang dirawat di RS 2%
Kesembuhan dari seluruh kasus positif 12%
Insiden Kumulatif kasus positif per 100,000 penduduk 5%
Kecepatan laju insidensi (perubahan insiden kumulatif) 10%
Mortality rate (angka kematian) 5%
Jumlah pemeriksaan sampel diagnosis (1/1000) 11%
Positivity rate rendah ≤5% 8%
Rasio Tempat Tidur Kasus Positif 5%
Rasio Tempat Tidur Kasus Suspek 7%
Rasio Kontak Erat >20
Cakupan Vaksinasi >80%
BAB IV
TUGAS POKOK MASING-MASING KOMPONEN
RESPON PANDEMI
50
Respon pandemi terbagi atas 10 pilar tugas dan tanggung jawab,
yaitu:
1. Koordinasi, perencanaan, pembiayaan, dan pemantauan
2. Komunikasi risiko, pelibatan masyarakat, dan manajemen infodemik
(RCCE: Risk Communication and Community Engagement)
3. Surveilans, penyelidikan epidemiologi, pelacakan kontak, dan
penyesuaian tindakan kesehatan masyarakat dan sosial
4. Titik masuk, perjalanan dan transportasi internasional dan pertemuan
massal
5. Laboratorium dan diagnostik
6. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, serta Perlindungan Tenaga
Kesehatan
7. Manajemen kasus, standar operasional klinis, dan terapi
8. Dukungan operasional dan logistik, serta rantai pasokan
9. Memperkuat layanan dan sistem kesehatan esensial
10. Vaksinasi
51
sukarela lainnya, keluarga, dan individu dalam proses
pengambilan keputusan kesiapsiagaan dan respons pandemi.
c. Adanya inovasi untuk sistem perlindungan sosial dan alokasi
anggaran minimal 10% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) untuk perlindungan sosial dan 5% untuk
kesehatan (berdasarkan amandemen UUD 1945 dan UU
Kesehatan No. 36 Tahun 2009).
d. Menjalankan praktik yang inklusif dimana kesehatan dibentuk
oleh hak asasi manusia dan bersifat setara, dan tidak
diskriminatif (contoh: pemberian vaksin COVID-19 untuk
pengungsi dan migran, memastikan pelayanan kesehatan di
tempat tertutup (penjara, panti asuhan, pekerja informal).
2. Implementasi :
a. Berkolaborasi secara aktif dengan donor, organisasi masyarakat
sipil, dan otoritas pemerintah di semua tingkatan untuk
memformulasikan rencana kesiapsiagaan, kesiapan, dan gawat
darurat.
b. Melakukan komunikasi dengan organisasi berbasis masyarakat,
organisasi masyarakat lokal, dan komunitas untuk melakukan
pemantauan penyebaran COVID-19. Tersedianya kanal laporan
komunitas yang digunakan sebagai tempat laporan situasi
perkembangan COVID-19 dan informasi mengenai kejadian
terkait COVID-19 yang ditemukan oleh komunitas di tingkat
kota/kabupaten, provinsi.
c. Penetapan status darurat bencana berdasarkan analisis risiko
tim teknis, penyusunan rencana respon operasi, komando respon
dan monitoring respon
d. Pemerintah Kota Bandung Menerima donasi bagi Stakeholder
yang ingin berkontribusi dalam memberikan donasi berupa Obat-
obatan dan Alat Kesehatan untuk Penanganan Covid -19 melalui
Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid 19 Pemerintah
Kota Bandung dengan ketua Wali Kota Bandung. Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan Kota Bandung bertugas untuk
52
mengambil Rapid Tes dan Reagen Laboratorium untuk
pemeriksaan covid 19 ke Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
serta mendistribusikan barang-barang tersebut ke Rumah Sakit,
Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan kesehatan sesuai Kebutuhan
e. Outline laporan komunikasi operasional antar stakeholder antara
lain:
1) Mengadakan pertemuan harian untuk melaporkan situasi
perkembangan harian.
2) Komunikasi melalui sistem informasi yang dibuat pada saat
periode tanggap darurat.
3) Hasil pertemuan harian disebarluaskan kepada stakeholder
dan ditindaklanjuti oleh tim pelaksana lapangan
54
Hal ini dilakukan melalui Kerjasama LP dan LS terkait
c. Manajemen Infodemik :
- Memiliki sub divisi infodemik (terdiri dari: operator hotline,
analis media sosial, pakar komunikasi risiko dan
pemberdayaan masyarakat) sebagai bagian dari gugus tugas
RCCE yang bertugas untuk mengelola informasi termasuk
misinformasi, disinformasi.
56
level puskesmas dan rumah sakit (pemerintah dan swasta)
sebagai pendekatan untuk mengetahui sirkulasi virus COVID-
19 dan tingkat keparahan penyakit pada kasus COVID-19 baru
penyebab pandemi, luasnya penyebaran dan besarnya
morbiditas dan mortalitas.
e. Deteksi kasus ILI, pneumonia dengan memanfaatkan Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) sebagai pendekatan
untuk mengetahui apakah virus COVID-19 baru telah
bersirkulasi di Indonesia.
f. Melakukan surveilan aktif untuk COVID-19. Pada wilayah yang
belum terdapat kasus, dilakukan surveilan aktif, pada kasus
awal sporadic dank luster awal, dilakukan pelacakan kontak
dan monitoring kontak dan pada daerah dengan transmisi local
yang meluas, pelacakan kontak dilakukan pada wilayah baru
yang belum terdapat kasus atau pada kasus parah, dan
dilakukan systematic survey dan sentinel.
g. Melakukan penyelidikan epidemiologi, pelacakan kontak,
monitoring dan manajemen kontak pada kasus yang diduga
COVID-19 baru untuk dikonfirmasi dan analisis risiko berkala.
h. Melakukan pengumpulan data, analisis data, monitoring dan
evaluasi apakah intervensi berjalan dengan baik dan apakah
penyebaran COVID-19 baru masih berjalan atau sudah
berhenti.
i. Menyampaikan data dan analisis data kepada pusdalop.
j. Melakukan pengawasan pelaku perjalanan yang berasal dari
daerah/negara terjangkit
57
terkait dengan COVID-19, meliputi: persyaratan keluar dan
masuk, upaya pencegahan wabah, pelayanan kesehatan yang
tersedia, PPKM yang berlaku di tempat, dan sanksi pelanggaran
atas peraturan yang berlaku.
2. Melakukan penilaian risiko untuk:
a. Mengevaluasi risiko yang terkait dengan pertemuan massal yang
sudah direncanakan;
b. Melakukan pembatasan, penundaan, atau penyesuaian
pertemuan/acara massal dengan memastikan tindakan
pencegahan dilaksanakan (misalnya menjaga jarak fisik,
menggunakan masker wajah, menjaga kebersihan tangan, dll).
Pertemuan/acara massal ini termasuk acara keagamaan,
kegiatan olahraga dan hiburan, aktivitas pasar, kegiatan
vaksinasi, dan pemberian bantuan kemanusian dan bantuan
lainnya.
3. Melakukan penilaian risiko untuk kesiapsiagaan dalam
menanggapi COVID-19 di lingkungan pengungsi dan migran
khususnya di sektor transportasi darat dan laut.
Implementasi :
1. Penyampaian pesan inti COVID-19 kepada masyarakat melalui
media masa dan media sosial
2. Pemberlakuan Work From Home (WFH) bagi instansi perkantoran
3. Sekolah dan Universitas memberlakukan pembelajaran daring
4. Pelarangan dan pembatasan pertemuan besar yang melibatkan
orang banyak (contohnya konser, pernikahan, pesta, festival,
kegiatan keagamaan).
5. Masyarakat kontak erat COVID-19 melakukan isolasi mandiri di
rumah selama 14 hari
6. Tempat-tempat hiburan tutup dan tidak beroperasi
7. Tempat perbelanjaan dan pertokoan tutup pada jam 8 malam
atau lebih awal
8. Angkutan massal (bus, kereta api, MRT) mengangkut penumpang
dengan jumlah terbatas dengan jarak 1 meter antar penumpang
58
disertai pengurangan kapasitas angkut.
9. Tempat ibadah seperti gereja, masjid dan pura tidak
melaksanakan kegiatan peribadatan yang melibatkan orang
banyak di tempat ibadah.
10. Sektor esensial seperti pelayanan kesehatan, listrik,
telekomunikasi, bahan bakar, kebutuhan pangan, pabrik untuk
produksi APD tetap berfungsi
59
pemeriksaan PCR
9. Pengajuan menjadi laboratorium jejaring berkoordinasi dengan
Dinas Kesehatan Kota Bandung.
60
Kesehatan
1. Secara rutin melakukan penilaian terhadap kapasitas Pencegahan
dan Pegendalian Infeksi (PPI) untuk COVID-19 melalui
pengembangan dan/atau penguatan PPI sesuai dengan komponen
inti dan persyaratan minimun program PPI yang direkomendasikan
WHO. Penilaian yang dilakukan mencakup semua tingkat
pelayanan kesehatan (perawatan akut, jangka panjang, pelayanan
primer, dan perawatan berbasis komunitas, pelayanan yang terkait
dengan layanan kesehatan esensial) termasuk publik, swasta,
praktik tradisional, non-tradisional yang digunakan untuk isolasi
dan perawatan pasien, dan/atau karantina, seperti apotek.
2. Terdapat rekomendasi untuk mempromosikan praktik praktik baik
PPI yang ditujukan untuk komunitas, rumah tangga dan keluarga
3. Melakukan identifikasi persyaratan minimun untuk tindakan-
tindakan PPI di lingkungan rentan dan terdampak konflik, serta
kemanusiaan
4. Melakukan identifikasi aktor atau entitas yang dapat menjadi focal
point PPI, focal point harus memiliki wewenang dan merupakan
ahli PPI untuk dapat melaksanakan kegiatan dan tindakan PPI di
semua tingkat sistem kesehatan, menerapkan strategi PPI untuk
mencegah atau membatasi penularan wabah di pelayanan
kesehatan dan perawatan jangka panjang.
61
G. Manajemen kasus, standar operasional klinis, dan terapi
1. Memetakan populasi rentan/berisiko, fasilitas pelayanan kesehatan
publik dan swasta, dan tenaga kesehatan (termasuk pengobatan
tradisional, apotek, panti jompo/ penyedia layanan untuk individu
yang sudah tidak bisa hidup independen, dll), serta
mengidentifikasi fasilitas alternatif yang dapat menyediakan
perawatan/pengobatan.
2. Melakukan peninjauan fasilitas kesehatan menggunakan
instrumen facility assessment tools for COVID-19 case management
capacities including: readiness to implement diagnostics,
therapeutics, vaccines and other health products yang dikeluarkan
oleh WHO.
3. Menetapkan rekomendasi terapi kedokteran berbasis bukti sesuai
dengan konteks lokal dan menilai dampak implementasi
rekomendasi terapi tersebut untuk berbagai derajat pasien COVID-
19 (ringan, sedang, berat, dan kritis), dan pasien yang mungkin
masih mengalami keluhan kesehatan pasca COVID-19 .
4. Memastikan terapi intervensi diberikan oleh tenaga kesehatan
terlatih seperti terapi oksigen dan penggunaan deksametason.
62
I. Memperkuat layanan dan sistem kesehatan esensial
1. Memiliki kebijakan yang memastikan akses bagi masyarakat
terhadap layanan kesehatan esensial terlepas dari status asuransi
atau kewarganegaraan seperti penangguhan co-payment atau user
free, atau memberikan transfer tunai atau voucher.
2. Melakukan identifikasi pelayanan rutin dan elektif yang dapat
ditunda dan dipindahkan ke daerah yang tidak terkena dampak
pandemi, dan membuat roadmap untuk pengurangan dan
pengenalan kembali pelayanan ini secara bertahap.
3. Melakukan identifikasi model pemberian pelayanan kesehatan yang
paling efektif selama fase krisis akut yang mungkin mengakibatkan
perpindahan massal penduduk, termasuk tenaga kesehatan, dan
risiko kehancuran atau penutupan paksa fasilitas kesehatan.
4. Mengalihfungsikan fasilitas kesehatan lainnya, memusatkan
layanan kesehatan akut 24 jam di IGD rumah sakit level A atau
setara (first-level hospital), reorientasi jalur rujukan, dan
melakukan diseminasi informasi kepada masyarakat agar terpapar
akan perubahan kebijakan layanan kesehatan ini.
5. Menerapkan pembayaran gaji, lembur, cuti sakit, dan insentif atau
pembayaran atas risiko secara tepat waktu, hal ini berlaku juga
untuk pekerja tidak tetap dan pekerja kesehatan masyarakat.
6. Terdapat persyaratan minimum untuk PPI, termasuk penerapan
standar kewaspadaan, yang tersedia di seluruh fasilitas kesehatan,
dan memastikan pasokan PPI yang memadai untuk menjamin
pemberian layanan kesehatan esensial yang aman.
7. Secara aktif menginformasikan perubahan yang terjadi kepada
pelayanan esensial dan ketersediaan sumber informasi seperti
hotline kepada sumber-sumber terpercaya tersebut (klinik
perawatan dasar, apotek, tenaga kesehatan masyarakat, pemimpin
lokal, dan jejaring masyarakat)
8. Membangun ketahanan sistem kesehatan melalui rencana
anggaran biaya dan pra-pendanaan dari penyedia layanan publik
63
dan swasta, mekanisme kontrak dan penggantian, dana ekuitas
atau sistem voucher.
Persiapan Penyelenggaraan
Waktu Pelaksanaan Posbindu/Posyandu dapat diinformasikan
terlebih dahulu kepada masyarakat melalui telepon, undangan,
pengumuman dan lain-lain.
Menginformasikan agar peserta yang dating dalam kondisi sehat
(tidak ada riwayat demam, riwayat bepergian / riwayat
kontakdengan orang yang positif selama 14 hari terakhir.
Jika memungkinkan disarankan agar memanfaatkan teknologi
informasi ( HP, Walky Talky, SMS. WA atau email ) antara petugas
posbindu/posyandu dan klien dalam pengaturan jadwal kehadiran
klien yang tidak bersamaan untuk meminimalisir penumpukan
massa di posbindu.
Pengumuman disertai instruksi mengenakan masker dan
mematuhi protokol kesehatan
Lokasi Skrining posbindu diatur sedemikian rupa mengikuti
protokol kesehatan dengan pemberian tanda tempat berdiri /
duduk bagi orang di dalam posbindu sedikit 1-2 meter per orang
Menyediakan sarana cuci tangan pakai sabun
Petugas menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang terdiri dari
sarung tangan, masker dan face shield
Sebelum pengukuran klien diminta untuk mencuci tangan sesuai
standar
Setelah proses pelaksanaan skrining dan edukasi, peserta diminta
untuk segera meninggalkan lokasi agar tidak terjadi kerumunan
64
massa
Petugas melakukan pembersihan lokasi serta alat-alat yang
digunakan sesuai dengan ketentuan
Melepas APD dan mencuci tangan sesuai standar
Membersihkan diri dan mandi segera tiba di rumah.
J. Vaksinasi
1. Melakukan penilaian prosedur logistik yang diperlukan untuk
program vaksinasi, termasuk penyimpanan kering dan kapasitas
rantai dingin, serta kebutuhan infrastruktur di semua tingkatan
wilayah sejalan dengan karakteristik vaksin COVID-19.
2. Memberikan persetujuan dan mendukung strategi vaksinasi
khusus untuk populasi berisiko - hal ini termasuk menentukan
prioritas untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat secara
65
tepat (misalnya melindungi tenaga kesehatan dan populasi lanjut
usia terlebih dahulu), dan kemudian lanjut ke tujuan yang lebih
luas. Prosedur menentukan prioritasi populasi berisiko
mengadopasi panduan yang dikeluarkan oleh Strategic Advisory
Group of Experts on Immunization (SAGE)-WHO.
3. Terdapat mekanisme yang memastikan vaksinasi dapat
mendukung pembukaan kembali layanan kesehatan esensial lain
yang sempat terhenti, tanpa perlu ada pengalihan sumber daya
secara berlebihan.
4. Terdapat SOP (standardized operational procedures) untuk menjaga
keamanan vaksin berikut stafnya baik di fasilitas penyimpanan
vaksin daerah maupun tempat transit produk vaksin.
5. Memberikan pelatihan untuk pengunaan alat dan proses
monitoring program vaksinasi kepada penyedia layanan vaksinasi
lama dan baru.
6. Terdapat strategi distribusi vaksin di daerah, yang berisikan
pemetaan potensi titik masuk, titik penyimpanan (storage), info
stok, fasilitas rantai dingin (cold chain storage) (2-8C, -20C, -
60/70C), dan kapasitas transportasi untuk vaksin dan produk
dukungan lainnya, termasuk estimasi kebutuhan sumber daya
manusia yang diperlukan.
7. Memiliki kerangka acuan kerja tertulis terkait fungsi komite KIPI
daerah untuk mengevaluasi data keamanan Vaksin COVID-19
(misalnya penilaian kausalitas KIPI serius, klaster KIPI, masalah
keamanan yang muncul, dll).
66
BAB V
KONSEP OPERASI DAN PELAKSANAAN RESPON PANDEMI
67
Tabel 5.1
Konsep Operasi Pelaksanaan Respon Berdasarkan Framework
Kebencanaan Nasional
Definisi Koordinator/
Pernyataan Prinsip Operasi
Operasional Komando
Kesiapsiagaa Belum Penguatan Kemenkes
n terdapat surveilans deteksi (Provinsi dan
kasus COVID- dini dan Kabupaten/Kota:
19 di pencegahan Kepala Daerah)
Indonesia
Siaga Darurat Awal masuk Deteksi kasus, Kemenkes
kasus ke pelacakan kasus, (Provinsi dan
Indonesia dan isolasi kasus Kabupaten/Kota:
(Kasus awal Kepala Daerah)
dan sporasik
kasus)
Tanggap Terdapat Deteksi kasus, Nasional: BNPB
Darurat minimal 2 pelacakan kasus, Daerah: Kepala
klaster mitigasi pandemi, Daerah
sampai Physical
COVID-19 distancing,
yang meluas business
di Indonesia continuity plan
(BCP)
Rehabilitasi Tidak Surveilans ketat Kepala Daerah
ditemukan deeskalasi respon,
kasus baru rehabilitasi fungsi
setelah dua komponen yang
kali masa terlibat dalam
inkubasi dari penanggulangan
kasus COVID-19
terakhir
70
b. Menyelesaikan segala permasalahan yang bersifat menimbulkan
gangguan ketertiban akibat tindakan penanggulangan KKM.
4. Bidang Logistik
a. Pengadaan dan distribusi sarana prasarana dan obat - obatan
yang dibutuhkan untuk opersional kegiatan
b. Pengadaan konsumsi untuk tenaga yang terlibat dalam kegiatan
71
3) Hasil pertemuan harian disebarluaskan kepada stakeholder
dan ditindaklanjuti oleh tim pelaksana lapangan.
2. Surveilans
Tugas Pokok Surveilans respon pandemi mencakup:
a. Analisis data sentinel surveilans COVID-19 / Influenza Like
Illness (ILI) dan Severe Acute Respiratory Infection (SARI) baik di
level puskesmas dan rumah sakit (pemerintah dan swasta)
sebagai pendekatan untuk mengetahui sirkulasi virus COVID-19
dan tingkat keparahan penyakit pada kasus COVID-19 baru
penyebab pandemi, luasnya penyebaran dan besarnya morbiditas
dan mortalitas.
b. Deteksi kasus ILI, pneumonia dengan memanfaatkan Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) sebagai pendekatan
untuk mengetahui apakah virus COVID-19 baru telah
bersirkulasi di Indonesia.
c. Melakukan surveilan aktif untuk COVID-19. Pada wilayah yang
belum terdapat kasus, dilakukan surveilan aktif, pada kasus
awal sporadic dank luster awal, dilakukan pelacakan kontak dan
monitoring kontak dan pada daerah dengan transmisi local yang
meluas, pelacakan kontak dilakukan pada wilayah baru yang
belum terdapat kasus atau pada kasus parah, dan dilakukan
systematic survey dan sentinel.
d. Melakukan penyelidikan epidemiologi, pelacakan kontak,
monitoring dan manajemen kontak pada kasus yang diduga
COVID-19 baru untuk dikonfirmasi dan analisis risiko berkala.
e. Melakukan pengumpulan data, analisis data, monitoring dan
evaluasi apakah intervensi berjalan dengan baik dan apakah
penyebaran COVID-19 baru masih berjalan atau sudah berhenti.
f. Menyampaikan data dan analisis data kepada pusdalop.
g. Melakukan pengawasan pelaku perjalanan yang berasal dari
daerah/negara terjangkit.
72
3. Intervensi Farmasi
Intervensi farmasi berkaitan dengan pengadaan, distribusi obat dan
alat kesehatan dengan menggunakan jalur rutin atau jalur alternatif
dalam penanggulangan, yang melibatkan:
a. Sumber Daya Manusia (SDM);
b. Gudang Penyimpanan Logistik Kesehatan;
c. Seksi Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
74
b. Karantina
Berdasarkan analisis risiko dan rekomendasi panel ahli dan
pedoman COVID-19, dapat dilakukan karantina rumah/ wilayah
terbatas dan pembatasan sosial berskala besar.
1) Karantina rumah dilaksanakan terhadap seluruh orang di
dalam rumah yang memiliki kontak erat dengan pasien
terjangkit COVID-19. Pemantauan karantina rumah
dilaksanakan berdasarkan SOP yang disusun dengan
melakukan pengendalian infeksi. Kader melakukan
pemantauan karantina rumah dan melakukan laporan
harian ke puskesmas. Semua kebutuhan logistik pagan
pokok dan kebutuhan pokok lainnya disuplai oleh petugas
yang melakukan monitoring karantina rumah. Karantina
rumah dilakukan sampai selama dua kali masa inkubasi
tidak ditemukan kasus baru dari kasus terakhir yang
dilaporkan. Dukungan psikologis dan monitoring akan
dilakukan oleh petugas.
2) Karantina wilayah terbatas dilaksanakan pada seluruh
anggota masyarakat di suatu wilayah terbatas apabila dari
hasil konfirmasi laboratorium sudah terjadi penyebaran
COVID-19 antar anggota masyarakat di wilayah terbatas
75
tersebut berdasarkan laporan kasus data epidemiologi
surveilan. Karantina wilayah terbatas dilakukan pada
tingkatan RT atau dapat meluas ke beberapa RT , RW atau
desa/ kelurahan apabila diperlukan. Pada karantina
wilayah terbatas, masyarkat tidak dapat keluar / masuk
wilayah karantina terbatas tersebut. Bagian keamanan akan
mendirikan spot check point di tempat akses ke wilayah
tersebut. Dalam kondisi ideal, logistik unutk daerah
karantina terbatas dipenuhi oleh petugas / relawan. Dalam
kapasitas terbatas, dimana kebutuhan pokok tidak dapat
disuplai oleh petugas, masyarakat dapat memenuhi
memesan logistik melalui daring online, atau masyarakat
dapat membeli logistik hanya pada maksimal satu kali dalam
seminggu (hanya satu anggota keluarga yang diperbolehkan
untuk membeli logistik) ke tempat penjualan logistik yang
ada di daerah tersebut dengan tetap menjaga / sosial
distancing. Petugas akan memastikan suplai logistik pangan
pokok ke daerah karantina tetap terpenuhi. Pada saat
diberlakukan karantina wilayah, kader akan memantau
kondisi kesehatan masyarakat di karantina wilayah setiap
hari dan melaporkannya kepada petugas puskesmas.
77
sakit. Dilakukan monitoring suhu dan gejala harian.
Laporan dari setiap bagian rumah sakit dikompilasi oleh
petugas surveilan dan dilaporkan ke PHEOC. Petugas
akan membuat posko karantina rumah sakit dan petugas
keamanan akan melakukan pembatasan mobilisasi. Orang
yang berada dalam rumah sakit tidak dapat keluar/ masuk
rumah sakit tersebut. Masa pemberlalkukan karantina rumah
sakit dilakukan sampai dalam dua kali masa inkubasi dari
kasus terakhir yang dilaporkan tidak ditemukan kasus
baru dengan surveilan ketat. Pada karantina rumah
sakit diberlakukan zona merah dimana lokasi dilaporkan
kasus baru, zona kuning di rumah sakit tersebut tidak
dilaporkan kasus baru, dan zona orange untuk tempat
istirahat petugaas kesehatan yang ada di rumah sakit.
14) Pembatasan sosial berskala besar dilaksanakan sebagai
upaya mencegah meluasnya penyebaran COVID-19 yang
sedang terjadi antar orang disuatu wilayah tertentu baik
berupa peliburan sekolah, pembatasan kegiatan keagamaan
dan/atau pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas
umum, pembatalan acara “mass gathering”, pemberlakuan
bekerja dari rumah. Pada pemberlakuan pembatasan sosial
berskala besar ini, dilakukan pada kota / kabupaten secara
luas. Pembatasan sosial berskala besar dilakukan apabila
sudah tidak dapat dilakukan karantina wilayah terbatas,
karena kasus sudah menyebar luas di masyarakat.
78
3) Hanya satu anggota keluarga yang diperbolehkan untuk
melakukan belanja pemenuhan kebutuhan pokok, dalam
seminggu satu kali ke daerah pembelanjaan terdekat, dan
tetap memperhatikan interaksi sosial dengan orang lain, jaga
jarak dan pengendalian infeksi.
4) Petugas memberlakukan jam malam dan pembatasan
interaksi sosial.
5) Petugas memastikan ketersediaan suplai bahan pokok dan
logistik ke daerah yang diberlakukan pembatasan sosial
berskala besar.
6) Kader melakukan monitoring kesehatan populasi di
wilayahnya dan melakukan pelaporan ke puskesmas.
7) Kasus yang ringan dirawat di rumah, kasus dengan risiko
tinggi (usia lanjut/ komorbid) dirawat di pusat perawatan
COVID-19 dan kasus berat dilakukan perawatan di rumah
sakit.
8) Kecamatan/ desa mendata orang yang perlu menerima
bantuan untuk pemenuhan logistik (contohnya kalangan
sosial ekonomi kalangan bawah yang tidak mempunyai
penghasilan tetap dan tergantung pada penghasilan harian),
dan memberikan dukungan untuk pemenuhan logistik
pangan pokok.
9) Pada orang kontak dekat dilakukan karantina rumah pada
pembatasan sosial berskala besar.
79
2) Pencegahan dan penindakan terhadap gangguan kemanan
dan ketertiban masyarakat.
3) Melaksanakan pengawasan dan pengamanan (perimeter
kontrol) di daerah yang dinyatakan sebagai episenter
wabah COVID-19
4) Pemusnahan Sumber penularan dan pemantauan prosedur
pemulasaraan jenazah
a. Komunikasi Resiko
1) Penangkalan berita hoax (Saber Hoaks) yang selalu update
melalui Whatsapp Group RW SI CETAR dimana setiap
pertanyaan terkait hoax dikonfirmasikan ke sumber yang
terpercaya yaitu Dinas Kesehatan Kota Bandung
2) Talk-show di media elektronik seperti radio dan tayangan iklan
layanan masyarakat (ILM)
3) Pembuatan media PUSICOV yang bisa dimanfaatkan oleh
80
masyarakat
4) Pembuatan aplikasi isoman yang dapat digunakan oleh pasien
dan relawan untuk pemantauan proses isolasi mandiri
5) Membuat artikel sebanyak 16 konten pada tahun 2020 dan 14
konten pada tahun 2021 mengenai Covid-19 di koran regional
6) Pemasangan billboard mengenai Covid-19 di 6 titik pada tahun
2020 dan 1 titik pada tahun 2021
7) Pembuatan dan pemasangan spanduk, poster, stiker, roll
banner dan buku saku mengenai Covid-19 yang
didistribusikan kepada Puskesmas, Rumah Sakit, Kecamatan,
Kelurahan, Pasar, Terminal dan lain-lain
8) Penanyangan informasi terkait Covid-19 pada media elektronik
(televisi dan radio) dan media sosial (Instagram, Facebook,
Youtube, Twitter, Whatsapp, dll.)
81
dilakukan melalui zoom meeting yang bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai info dasar
Covid-19. Pelibatan peran serta masyarakat juga bertujuan
untuk mengidentifikasi perilaku lama di masyarakat sehingga
dapat digunakan untuk membujuk masyarakat agar berubah ke
perilaku baru yang lebih sehat. Hasil identifikasi tersebut dapat
digunakan untuk merancang berbagai kegiatan komunikasi
bersama masyarakat dengan tetap memperhatikan prinsip jaga
jarak untuk menghindari penularan lebih luas.
Upaya pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan
penanggulangan masyarakat untuk menghadapi pandemi Covid-
19 dapat dilakukan secara teritegrasi sesuai dengan peran dan
fungsi masing-masing. Pembagian tugas dalam pencegahan
Covid-19, diantaranya sebagai berikut:
1) Camat/Lurah
a) Menerbitkan peraturan untuk pengembangan RW SIAGA
Covid-19 serta mengawasi pelaksanaannya
b) Mengintegrasikan rencana pengembangan RW SIAGA
Covid-19 ke dalam rencana kerja pembangunan
Kecamatan dan Kelurahan
c) Mengalokasikan dana didistribusikan bagi
pengembangan RW SIAGA Covid-19
d) Menyediakan sarana pendukung bagi RW SIAGA Covid-
19
e) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan kegiatan RW
SIAGA Covid-19 ke dalam laporan gugus tugas
2) Ketua RT/RW
a) Menyampaikan informasi tentang Covid-19 kepada
warga
b) Mengedukasi warga:
- Upaya pencegahan Covid-19
- Isolasi mandiri di rumah
82
- Agar tidak memberi stigma buruk kepada warga yang
positif Covid-19
c) Memfasilitasi dan mendorong keaktifan perangkat
RT/RW, Toga/Toma, Kader, Bhabinkambtibmas, relawan
desa lawan Covid-19 dan kelompok potensial warga
lainnya dalam pencegahan penularan Covid-19
d) Mendorong partisipasi warga untuk:
- Menjaga kebersihan diri, kebersihan rumah dan
lingkungan
- Melakukan pembatasan kontak fisik
- Tidak berkerumun/berkumpul
- Tetap berada di rumah
e) Bekerjasama dengan Puskesmas setempat
f) Menyediakan sarana CTPS
g) Membuat alur pengorganisasian pemenuhan logistik bagi
warga yang melakukan isolasi mandiri di rumah
h) Menggalang donasi untuk mendukung keluarga yang
melakukan isolasi mandiri
i) Melaporkan kepada Pemerintah daerah terkait hal-hal
yang dianggap berpotensi meningkatkan penularan
Covid-19
j) Memanfaatkan anggaran dana desa/kelurahan untuk
fmemberikan dukungan kepada masyarakat yang
terdampak Covid-19
k) Melakukan pemantauan mobilitas warga yang berasal
dari daerah terkena Covid-19
l) Membantu warga yang kurang mampu/sakit/lansia
yang tidak memiliki keluarga
m) Memastikan warga di wilayahnya mematuhi aturan yang
telah disepakati bersama
3) Tokoh Agama/Tokoh Masyarakat
a) Menyampaikan informasi pencegahan Covid-19 kepada
warga melalui pendekatan budaya/agama
83
b) Tokoh agama memasukkan materi Covid-19 dalam
ceramah/tausiah yang diberikan
c) Mengajak warga berpartisipasi dalam upaya pencegahan
Covid-19
d) Membantu Ketua RT/RW dalam mengedukasi warga:
- Agar tidak memberi stigma buruk kepada warga yang
positif Covid-19
- Bahwa jenazah warga positif Covid-19 yang pulang
dari RS sudah sesuai dengan SOP dan masyarakat
tidak perlu khawatir
4) Bhabinkamtibmas
a) Menyampaikan informasi pencegahan Covid-19 kepada
warga
b) Membantu penegakan disiplin masyarakat dalam
melakukan:
- Social/physical distancing
- Tidak berkerumun
- Pembatasan jam buka/tutup kedai
- Tetap berada di rumah
c) Melakukan siskamling atau pemantauan lingkungan
secara rutin dan terjadwal
d) Membantu melakukan pengamanan wilayah jika
ditemukan ada kasus positif di lingkungan
5) Kader Kesehatan
a) Menyampaikan informasi pencegahan Covid-19 kepada
warga sekitar
b) Mendorong partisipasi warga untuk:
- Menjaga kebersihan diri, kebersihan rumah dan
lingkungannya
- Melaksanakan pembatasan kontak fisik
c) Membantu Ketua RT/RW/Kepala Desa dalam
menyediakan makanan dan pemenuhan kebutuhan
84
logistik bagi warga yang melakukan isolasi mandiri di
rumah
d) Bekerjasama dengan Puskemas membahas jadwal dan
kegiatan di masyarakat seperti Posyandu atau lainnya,
untuk sementara waktu ditunda dulu atau tetap
dilaksanakan dengan menerapkan social dan physical
distancing
6) Warga Masyarakat
a) Menjaga jarak fisik (physical distancing):
(1) Dilarang berdekatan dengan orang atau mengatur
jarak minimal 1-2 meter
(2) Hindari transportasi public
(3) Tetap berada di rumah saja
(4) Bekerja, ibadah dan belajar dari rumah
(5) Hindari berkumpul massal/berkerumun
(6) Menerapkan etika batuk
(7) Hindari bepergian keluar kota/luar negeri
(8) Membiasakan CTPS
(9) Jika anda sakit, dilarang mengunjungi
orangtua/lanjut usia
(10) Semua pakai masker baik yang sehat atau yang
sakit
b) Membantu aparat RT/RW/Desa dalam melakukan upaya
pencegahan Covid-19
c) Saling mengingatkan sesama warga untuk menjaga
kebersihan dan keamanan lingkungan
d) Membantu pemenuhan logistik bagi warga yang
menjalani isolasi mandiri di rumah/lansia yang tidak
memiliki keluarga
e) Jika merasa sakit, segera melapor kepada Ketua RT/RW
dan Petugas Puskesmas untuk mendapat pelayanan
kesehatan sesuai ketentuan (menggunakan transportasi
pribadi, pakai masker saat keluar rumah, dsb)
85
7) Puskesmas
a) Membantu Ketua RT/RW menganalisa data kesehatan
warga
b) Bekerjasama dengan Ketua RT/RW dalam melakukan
pelacakan kasus yang ada di wilayah kerjanya
c) Memberi masukan kepada Ketua RT/RW dalam upaya
memberikan edukasi kepada warga terkait Covid-19,
Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
d) Bekerjasama dengan kader membahas jadwal dan
kegiatan di Posyandu atau lainnya, untuk sementara
waktu ditunda dulu atau tetap menerapkan sosial dan
physical distancing
e) Memberikan layanan kesehatan yang dibutuhkan warga
sesuai dengan ketentuan (seperti menggunakan APD
saat pelayanan, dsb)
f) Melakukan pencatatan dan pelaporan secara rutin
kepada Dinas Kesehatan Kab/Kota
8) Posyandu
a) Pelaksanaan kegiatan dibahas antara petugas
Puskesmas dan kader
b) Kegiatan dapat dihentikan sementara atau dengan
melaksanakan pokbang (kolpompok penimbangan). Jika
tetap dilaksanakan (ada kegiatan tatap muka), untuk
memperhatikan hal-hal berikut:
(1) Mengatur jarak meja minimal 1 meter
(2) Menghimbau orang tua bayi dan balita membawa
kain atau sarung sendiri untuk penimbangan atau
bayi ditimbang bersama orang tua
(3) Mengatur masuknya pengunjung ke area pelayanan
sehingga tidak banyak orang (maksimal 10 orang di
area pelayanan, termasuk petugas)
86
(4) Menyediakan sarana cuci tangan pakai sabun dengan
air mengalir di Posyandu
(5) Anak yang sudah diimunisasi diminta menunggu di
sekitar (di luar) area pelayanan minimal 30 menit, di
tempat terbuka, sebelum pulang (sesuai prinsip safety
injection) Kader yang sakit agar tidak bertugas saat
Pelayanan
(6) Petugas dan kader memakai alat pelindung diri (APD).
9) Pintu Masuk
Dikota Bandung ada beberapa pintu masuk dan keluar,
diantaranya :
a) Tol yaitu :
(1) Pasteur
(2) Pasir Koja
(3) Kopo
(4) Muhamad Toha
(5) Buah Batu
b) Jalan Cibeureum
c) Jalan Cibiru
d) Jalan Terminal Ledeng
e) Masing-masing Kecamatan berkoordinasi dengan
wilayah setempat
f) Terminal yaitu :
(1) Bandar udara Internasional Husein
(2) Stasiun kereta api
(3) Stasiun kiara condong
(4) Stasiun andir
(5) Stasiun Koja
(6) Stasiun Leuwipanjang
(7) Stasiun Tegallega
(8) Stasiun cicaheum
(9) Stasiun Gede bage
(10) Stasiun Ledeng
87
(11) Stasiun Ciroyom
(12) Stasiun hall
(13) Stasiun Dago
BAB VI
A. Administrasi
88
sedang – berat dan kritis, penambahan ventilator, serta penyediaan
BUD;
undangan;
89
kepada bendahara pengeluaran perangkat daerah yang
mengajukan RKB;
10. Dalam hal terdapat usulan RKB baru sesuai dengan rencana
B. Logistik
90
Penyediaan logistik dalam pencegahan, pengendalian dan
Pakai (BMHP) dan Bahan Tidak Habis Pakai baik medis ataupun non
kesehatan;
logistik.
91
Bandung. Jenis Logistik yang ada di Farmalkes Dinas Kesehatan
Kota Bandung terdiri dari Obat termasuk vaksin dan BMHP (barang
terlampir.
BAB VII
92
Bidang Kesehatan. Bidang Kesehatan akan melakukan koordinasi melalui
A. Ketua:
1 Menetapkan rencana aksi dan melaksanakan percepatan
penanganan Coronavirus Disease 19;
B. Wakil Ketua I:
1. Membantu Ketua dalam mengoordinasikan, mengendalikan dan
melaksanakan pengawasan pelaksanaan kegiatan Penanganan
dan Pencegahan Coronavirus Disease 19;
2. Mewakili Ketua dalam hal Ketua berhalangan; dan
3. Melaporkan kepada Ketua mengenai pelaksanaan kegiatan
Penanganan dan Pencegahan Coronavirus Disease 19.
93
2. Mewakili Ketua dalam hal Ketua berhalangan; dan
94
penanganan Coronavirus Disease 19;
95
2. Mengoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan teknis
operasional percepatan penanganan Coronavirus Disease 19
Bidang Perencanaan, Data, Kajian dan Analisis;
3. Mengoordinasikan pelaksanaan teknis operasional percepatan
penanganan Coronavirus Disease 19 Bidang Perencanaan, Data,
Kajian dan Analisis;
4. Menyiapkan sumber daya untuk pelaksanaan percepatan
penanganan Coronavirus Disease 19 Bidang Perencanaan, Data,
Kajian dan Analisis; dan
J. Sekretaris
1 Membantu Ketua dan Ketua Pelaksana Harian dalam
96
pelaksanaaan tugas penyiapan seluruh kebutuhan administrasi
dan kesekretariatan dalam percepatan penanganan Coronavirus
Disease 19;
2 Mengoordinasikan kegiatan protokoler dalam menunjang
kegiatan percepatan penanganan Coronavirus Disease 19; dan
3 Mengoordinasikan penyusunan laporan Gugus Tugas percepatan
penanganan Coronavirus Disease 19 Tingkat Kota Bandung.
Anggota :
Membantu Koordinator Bidang sesuai tugas, fungsi dan wewenang
masing- masing secara terintegrasi dan terpadu dalam:
1. Penyiapan bahan penetapan rencana pengawasan, pembinaan
dan pendampingan administrasi serta kinerja percepatan
penanganan Coronavirus Disease 19 ;
2. Merumuskan dan menetapkan rencana aksi lingkup Bidang
97
Akuntabilitas dan Pengawasan;
3. Pelaksanaan pengawasan, pembinaan dan pendampingan
kegiatan percepatan penanganan Coronavirus Disease 19;
4. Penyiapkan sumber daya untuk pelaksanaan kegiatan
pengawasan percepatan penanganan Coronavirus Disease 19;
dan
5. Penyiapan laporan pelaksanaan akuntabilitas dan pengawasan
dalam rangka percepatan penanganan Coronavirus Disease 19.
Anggota:
Membantu Koordinator Bidang sesuai tugas, fungsi dan wewenang
masing- masing secara terintegrasi dan terpadu dalam:
1. Merumuskan dan menetapkan rencana aksi lingkup
Perencanaan, Data, Kajian dan Analisis;
2. Penyiapan bahan Perencanaan, Data, Kajian dan Analisis dalam
percepatan penanganan Coronavirus Disease 19;
98
3. Pelaksanaan pengumpulan data, analisa, policy brief, protokol
nasional, perencanaan, pelaporan percepatan penanganan
Coronavirus Disease 19;
4. Menyusun kajian dan analisa berdasarkan data dan informasi
berkenaan dengan penyebaran Coronavirus Disease 19; serta
dampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat;
5. Menyusun strategi dan rancana penanganan dampak dari
Coronavirus Disease 19;
6. Penyiapan laporan pelaksanaan Perencanaan, Data, Kajian dan
Analisis dalam rangka percepatan penanganan Coronavirus
Disease 19.
Anggota:
Membantu Koordinator Bidang sesuai tugas, fungsi dan wewenang
masing- masing secara terintegrasi dan terpadu dalam:
1. Merumuskan dan menetapkan rencana aksi lingkup Hubungan
Masyarakat;
2. Penyiapan bahan komunikasi publik, agenda setting, strategi
99
komunikasi, media monitoring dan juru bicara percepatan
penanganan Coronavirus Disease 19;
3. Pelaksanaan komunikasi publik, agenda setting, strategi
komunikasi, media monitoring dan juru bicara percepatan
penanganan Coronavirus Disease 19; dan
4. Penyiapan laporan pelaksanaan Hubungan Masyarakat dalam
rangka percepatan penanganan Coronavirus Disease 19.
M. Bidang Operasi Koordinator:
Membantu Ketua dan Ketua Pelaksana Harian dalam
mengoordinasikan:
100
Disease 19 sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangan
masing-masing Perangkat Daerah/Instansi masing-masing;
4) Mengoordinasikan relawan dalam rangka pencegahan
penyebaran dan penularan Coronavirus Disease 19 sesuai
dengan tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing
Perangkat Daerah/Instansi masing- masing; dan
5) Melaporkan pelaksanaan pencegahan kepada Koordinator
Bidang.
b. Sub Bidang Penanganan:
1) Menyusun rencana aksi lingkup penanganan sebagai bahan
penetapan rencana aksi Bidang Operasi;
101
3) Melaporkan pelaksanaan pengamanan dan penegakkan
hukum kepada Koordinator Bidang.
Lampiran 1
104
105
106
107
Lampiran 2
108
DATA PENERIMAAN DAN PENGELUARAN BMHP TAHUN 2020
No Nama Satuan
1 Alkohol Swab box isi 100
2 APD SET Set
3 Automate aHP unit
4 Automate aHP unit
5 Baju Pelindung (Cover All) Buah
6 Baju Pelindung (Cover All) Buah
7 Baju Pelindung (Cover All) Buah
8 Baju Pelindung (Cover All) Buah
9 Baju Pelindung (Cover All) Buah
10 Baju Pelindung (Cover All) Buah
11 Baju Pelindung (Cover All) Buah
12 Baju Pelindung (Cover All) Buah
13 Baju Pelindung (Cover All) Buah
14 Baju Pelindung (Cover All) Buah
15 Baju Pelindung (Cover All) Buah
16 Biosanitizer Btl isi 20 ltr
17 Biosanitizer Btl isi 1 ltr
18 Blood lancet Box isi 100
19 Cairan airbone sanitation Galon isi 5 ltr
109
37 Masker N95 Buah
38 Masker N95 Buah
39 Masker N95 Buah
40 Masker N95 Buah
41 Masker N95 Buah
42 Nurse Cap-Diapro Buah
43 Rak disposible diameter 1 cm Buah
44 Sabun cair cuci tangan Buah
45 Safety Box Obor Save Buah
46 Sanitizer Hand 500 ml Botol
47 Sarung Tangan Non Steril Buah
48 Sarung Tangan Non Steril Pasang
49 Sarung Tangan Non Steril Pasang
50 Sarung tangan panjang bahan karet industri Pasang
Lampiran 3
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
111
leher dan sisi kepala (disarankan dengan pelindung wajah) atau
tudung
12. Kenakan celemek tahan air sekali pakai (jika tidak tersedia
gunakan celemek berbahan berat, atau celemek tahan air yang
dapat digunakan kembali)
13. Kenakan sepasang sarung tangan (lebih disarankan sarung
tangan yang panjang) di atas manset
113
A. Bahan Pengambilan Spesimen
1. Form Pengambilan Spesimen (lampiran 6)
Dapat ditambah daftar nama pasien (supaya saat pengambilan tidak
terjadi kesalahan) jika pasien lebih dari satu
2. Spesimen Saluran Pernapasan
a. Viral Transport Media (VTM)
Dapat digunakan dengan beberapa merk komersil yang sudah siap
pakai atau dengan mencampur beberapa bahan (Hanks BBS;
Antifungal dan Antibiotik dengan komposisi tertentu) untuk disatukan
dalam satu wadah steril.
b. Swab Dacron atau Flocked Swab
c. Tongue Spatel
d. Kontainer Steril untuk Sputum
e. Parafilm
f. Plastik Klip
g. Marker atau Label
3. Spesimen Darah/Serum:
a. Spuit disposable 3ml atau 5 ml atau Sistem Vacutainer
b. Wing needle (jika diperlukan)
c. Kapas alkohol 70%
d. Kapas Kering
e. Vial 1,8 ml atau tabung tutup ulir (wadah Spesimen Serum)
f. Marker atau Label
114
B. Tata Cara Pengambilan Spesimen Nasofaring
1. Persiapkan cryotube yang berisi 1,5 ml media transport virus (Hanks BSS
+ Antibiotika), dapat juga digunakan VTM komersil yang siap pakai
(pabrikan).
2. Berikan label yang berisi Nama Pasien dan Kode Nomer Spesimen.
Jika label bernomer tidak tersedia maka Penamaan menggunakan
Marker/Pulpen pada bagian berwarna putih di dinding cryotube. (Jangan
gunakan Medium Hanks Bila telah berubah warna menjadi Kuning).
3. Gunakan swab yang terbuat dari dacron/rayon steril dengan tangkai
plastik atau jenis Flocked Swab (tangkai lebih lentur). Jangan
menggunakan swab kapas atau swab yang mengandung Calcium Alginat
atau Swab kapas dengan tangkai kayu, karena mungkin mengandung
substansi yang dapat menghambat menginaktifasi virus dan dapat
menghambat proses pemeriksaan secara molekuler.
4. Pastikan tidak ada Obstruksi (hambatan pada lubang hidung).
5. Masukkan secara perlahan swab ke dalam hidung, pastikan posisi
swab pada septum bawah hidung.
6. Masukkan swab secara perlahan-lahan ke bagian nasofaring.
Gambar 6.1
Lokasi Pengambilan Nasofaring
115
Sumber: Dokumentasi Balitbangkes
Gambar 6.2
Pemasukkan Swab ke dalam VTM
Gambar 6.3
Pengemasan Spesimen
116
Sampel serum berpasangan diperlukan untuk konfirmasi, dengan
serum awal dikumpulkan di minggu pertama penyakit dan serum yang
kedua idealnya dikumpulkan 2-3 minggu kemudian. Jika hanya serum
tunggal yang dapat dikumpulkan, ini harus diambil setidaknya 14 hari
setelah onset gejala untuk penentuan kemungkinan kasus.
Anak-anak dan dewasa: dibutuhkan whole blood (3-5 mL) dan
disentrifus untuk mendapatkan serum sebanyak 1,5-3 mL. Sedangkan
untuk bayi: Minimal 1 ml whole blood diperlukan untuk pemeriksaan
pasien bayi. Jika memungkinkan, mengumpulkan 1 ml serum.
4. Pengepakan Spesimen
Spesimen pasien dalam pengawasan, probabel atau dikonfirmasi
harus dilakukan tatalaksana sebagai UN3373, "Substansi Biologis, Kategori
B", ketika akan diangkut/ ditransportasikan dengan tujuan diagnostik atau
investigasi. Semua spesimen harus dikemas untuk mencegah kerusakan
dan tumpahan. Adapun sistem yang digunakan adalah dengan
menggunakan tiga lapis (Three Layer Pacakging) sesuai dengan pedoman
dari WHO dan International Air Transport Association (IATA)
117
Gambar 6.4
Contoh Pengepakan Tiga Lapis
kondisi suhu 2-8oC atau bila diperkirakan lama pengiriman lebih dari tiga
hari spesimen dikirim dengan menggunakan es kering (dry ice).
5. Pengiriman Spesimen
Pengiriman spesimen orang dalam pemantauan dan pasien dalam
pengawasan dilakukan oleh petugas rumah sakit/dinas
kesehatan/laboratorium kesehatan lainnya dengan menyertakan formulir
pemeriksaan spesimen pasien dalam pengawasan/orang dalam
pemantauan Sedangkan pengiriman spesimen pada kontak erat harus
menyertakan salinan formulir pemantauan harian.
Pengiriman ke laboratorium penerima harus memberikan informasi
pengiriman spesimen ke PHEOC. Untuk wilayah di luar Jakarta
pengiriman spesimen dapat dilakukan menggunakan jasa kurir door to
door. Pada kondisi yang memerlukan pengiriman port to port, dapat
melibatkan petugas KKP setempat. Pengiriman port to port hanya dilakukan
jika spesimen dikirim ke Balitbangkes oleh petugas Ditjen P2P
berkoordinasi dengan PHEOC Ditjen P2P
Pengiriman spesimen sebaiknya dilakukan paling lama 1x24 jam.
Spesimen dikirim d a n d i t u j u k a n ke Laboratorium pemeriksa COVID-19
sesuai dengan wilayah masing-masing Sesuai KMK Nomor
HK.01.07/MENKES/214/2020 tentang Jejaring Laboratorium Pemeriksaan
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).
118
6. Konfirmasi Laboratorium
Spesimen yang tiba di laboratorium, akan segera diproses untuk
dilakukan pemeriksaan. Pemeriksaan laboratorium terhadap pasien dalam
pengawasan COVID-19 dilakukan dengan menggunakan metode RT-PCR
dan sekuensing. Adapun algoritma pemeriksaannya adalah sebagai berikut:
120
KOMANDO, KENDALI, KOORDINASI, DAN KOMUNIKASI
a. Komando
Komando selama operasi dalam koordinasi Walikota Bandung
b. Kendali
Kendali taktis selama operasi berada pada Komite Kebijakan, Satuan Tugas
Penanganan Coronavirus Disease 2019 ( Covid-19) Kota Bandung
c. Pos Komando
Satuan Tugas Penanganan Coronavirus Disease 2019 ( Covid-19) Kota
Bandung
d. Komunikasi
1) Call Center: Dinas Kesehatan Kota Bandung
2) Email : dinaskesehatankotabdg[at]gmail.com
3) Faksimile : -
4) Website : https://dinkes.bandung.go.id
121
GAMBAR SOP DISTRIBUSI OBAT DAN BMHP
122
SOP PERHITUNGAN PERENCANAAN KEBUTUHAN OBAT DAN BMHP
123