INFRASTRUKTUR
No Infrastruktur Tersedia Tidak Jumlah Keterangan Nilai
Tersedia
1 Wastafel/tempat cuci tangan dengan
air mengalir tersedia di setiap kelas
Wastafel/tempat cuci tangan dengan
2 air mengalir tersedia di setiap
laboratorium/bengkel
3 Tersedia sabun di toilet dan di
seluruh wastafel/tempat cuci tangan
Tersedia Tisu atau pengering tangan
4 di setiap toilet dan wastafel/tempat
cuci tangan
Tersedia toilet bersih yang
jumlahnyamemenuhi rasio standar
5
nasional pendidikan (SNP) tentang
sarana di
satuan pendidikan
Tersedia air yang mengalir di
6 setiaptoilet dan wastafel/tempat
cuci
tangan
7 Thermogun dalam kondisi baik dan
jumlah yang cukup
8 Disinfektan untuk orang
9 Disinfektan untuk kendaraan
bermotor dan barang
10 Ruang ganti
Tersedia ruang isolasi jika ada siswa
yang suhunya di atas 37.3 derajat,
11
sampai yang bersangkutan dijemput
orangtuanya
12 Handsanitizer
13 Banner mengenai covid-19
14 Tanda Panah
15 Tanda Silang
PROTOKOL/SOP
No Protokol/SOP Tersedia Tidak Jumlah Keterangan Niali
Tersedia
1 Protokol memasuki lingkungan
sekolah
3 Protokol/SOP rapat/pertemuan
Dinas
6 Protokol/SOP pelayanan
administrasi Tata Usaha
11 Protokol/SOP pelayanan BK
12 Protokol/SOP warga sekolah yang
naik kendaraan umum dan motor
Protokol/SOP Keadaan
14 Darurat/khusus Suhu siswa/ tamu
di atas 37.3 derajat
Sosialisasi Prokes/SOP
a.Guru + Karyawan
3 b.Peserta didik
c.Orangtua
Jaga jarak
a.Ruang guru
b.Ruang Tata Usaha
4 c.Ruang kelas
d.Ruang lab/bengkel
e.Ruang perpustakaan
4. Mengapa?
a.Alasan Ya
b.Alasan Tidak
Hasil Pengawasan Ujicoba PTM Terbatas (2021)
No Nama Sekolah Wilayah Bulan Nilai
1 SDN 03 Belakang Padang Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau Januari 66
Januari
2 MA Amanatull Ummah Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau 65
Januari
3 SMPN 02 Belakang Padang Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau 69
Januari
4 SMPN 01 Belakang Padang Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau 70
Januari
5 SDN 01 Belakang Padang Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau 70
Januari
6 MI Ammanatul Ummah Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau 65
Hasil Pengawasan Ujicoba PTM Terbatas (2021)
No Nama Sekolah Wilayah Bulan Nilai
7 SMKN 57 Jakarta Kota Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta Januari 58
10 SMPN 106 Jakarta Kota Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta Maret 63
13 SDN 08 Kenari Jakarta Kota Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta April 82
16 SMA 1 Diponegoro Jakarta Kota Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta April 88
17 SMP Mahatma Gandhi Jakarta Kota Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta Mei 82
Menurut data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), terjadi lonjakan yang
signifikan pada kelompok anak-anak (dalam rentang usia 0-18 tahun) baik angka
keterpaparan maupun angka kematian. Terdapat 1 anak diantara 8 kasus konfirmasi
Covid-19 secara umum dan bahkan IDAI mengklaim bahwa kematian anak Indonesia
yang terpapar Covid-19 adalah kematian tertinggi kelompok anak di dunia.
Indikatornya adalah fatality rate sekitar 3-5 persen dari jumlah pasien anak yang
terpapar Covid-19.
Latar Belakang
Tentu saja pemerintah Indonesia tak berdiam diri atas situasi
tersebut. Keputusan untuk menyertakan anak-anak di usia 12-17 tahun
sebagai kelompok prioritas penerima vaksin Covid-19 merupakan langkah
yang harus diapresiasi.
Rentang usia tersebut adalah kelompok usia pelajar yang selama ini
mengalami perubahan metode pembelajaran dari tatap muka menjadi
pembelajaran online (daring). Harus diakui bahwa perubahan metode
pembelajaran ini mengurangi kuantitas dan kualitas pendidikan di masa
usia emas ini. Perubahan ini juga membuka kotak pandora ketimpangan
pendidikan bukan hanya di Indonesia tetapi juga secara global.
Latar Belakang
Pada Maret 2021, Unicef merilis data tentang dampak penutupan sekolah di masa
pandemi. Data tersebut menyatakan bahwa 168 juta pelajar kehilangan masa
pembelajaran tatap muka akibat penutupan sekolah, sementara proses pembelajaran
secara daring sebagai bentuk kedaruratan tidak berlangsung secara maksimal.
Negara-negara miskin yang tidak memiliki kemewahan infrastruktur jaringan
internet yang memadai makin mengalami kemerosotan pendidikan dan bahkan
memaksa anak-anak keluar (drop out) dari sekolah. Dan ketika anak-anak terpaksa
harus keluar dari sekolah, potensi kerentanan yang dihadapi adalah masuk dalam dua
perangkap eksploitasi anak, yaitu menjadi pekerja anak atau pengantin anak.
Oleh karena itu, dalam rangka melindungi anak-anak dan pemenuhan hak atas
pendidikan, pembukaan sekolah tatap muka dapat dilakukan jika 70-80 persen warga
sekolah sudah di vaksin, karena jumlah tersebut dapat membentuk kekebalan
kelompok. Survei vaksinasi anak usia 12-17 tahun serta pengawasan lapangan untuk
program vaksinasi harus dilakukan KPAI agar Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dapat
digelar segera ketika peserta didiknya sudah divaksin minimal 70%.
PANDUAN PENGAWASAN PELAKSANAAN PROGRAM
VAKINASI ANAK USIA 12-17 TAHUN UNTUK SEKOLAH
(DINAS PENDIDIKAN)
IDENTITAS :
Nama :
Jabatan :
Instansi :
No. HP :
NO DAFTAR PERTANYAAN JAWABAN
1. Bagaimana mekanisme a. Penunjukkan
penunjukansekolah Bapak/Ibu sebagai langsung oleh
salahsatu sentra vaksin sekolah untuk DinasPendidikan
melayani vakinasi anak usia 12-17 b. Sekolah
tahun? mengajukan diri ke
DinasPendidikan
c. lainnya
(sebutkan)…..
2. Apakah sentra vaksin di sekolah a. YA
Bapak/Ibu hanya melayani b. TIDAK
vaksinasi anak usia 12-17 tahun?
3. Sentra vaksin di sekolah Bapak/ibu a. Peserta didik di
melayani: (jawaban boleh lebih dari sekolah kami saja
satu) b. Peserta didik dari
sekolah lain yang
berdekatan
c. vaksin untuk
umum (semua
usia)
d. lainnya
(sebutkan)……
4. Apa saja yang harus disiapkan a. Menyiapkan tempat atau
ruangan
sekolah yang menjadi sentra
b. Menyiapkan tempat dan
vaksin? (jawaban boleh lebih dari petugas administrasi
satu) (pendaftaran, pemanggilan
giliran, dll)
c. Mengirimkan undangan dan
surat ijin vaksin kepada
orangtua peserta didik
d. Melakukan pendataan peserta
didik yang akan di vaksin, yang
sudah divaksin ditempat lain
dan yang tidak bisa di vaksin
karena masalah medis;
e. Lainnya (sebutkan)……..
5. Berapa jumlah peserta didik dari ……. Dari …… peserta didik
sekolah Bapak/ibu yang bersedia di
vaksin ?
IDENTITAS :
Nama :
Jabatan :
Instansi :
No. HP :
NO DAFTAR PERTANYAAN JAWABAN
1. Apa Saja yang disiapkan oleh a. Berkoordinasi dengan PIC dari
Dinas Kesehatan (Puskesmas) Dinas Pendidikan DKI Jakarta
untuk melaksanakan vaksinasi atau Sudin pendidikan setempat
anak usia 12-17 tahun di sentra b. Menyiapkan tenaga medis untuk
vaksin sekolah? (jawaban boleh skrining dan menyuntikan vaksin
lebih dari satu) c. Menyiapkan tenaga administrasi
untuk menginput data peserta
didik yang sudah divaksin dan
diberikan kartu vaksin
d. Lainnya (sebutkan)…..
2. Berapa target pemberian vaksinasi a. Kurang dari 300
dalam satu hari di sentra vaksin b. 300 – 400
sekolah? c. 400-500
d. Diatas 500
3. Kendala apa yang dihadapi dalam a. Tenaga kesehatan yang terbatas
pelaksanaan pemberian vaksin karena banyak yang sedang
anak usia 12-17 tahun? (jawaban terinkesi covid-19 (isoman
boleh lebih dari satu) maupun perawatan di fasilitas
kesehatan)
b. Tidak sesuai target karena peserta
didik tidak hadir, tanpa
pemberitahuan, sehingga target
harian tidak tercapai
c. Kekurangan tenaga Kesehatan
karena banyak yang tertular covid-
19 sehingga pmbukaan sentra
vaksin menjadi minim;
d. d. Lainnya (sebutkan)……………
Tujuan Survei Singkat Vaksin Anak
10%
SD/MI/SLB
SMP/MTs/SLB
50%
SMA/SMK/MA/SLB
40%
Responden Berdasarkan Wilayah
15%
JAWA
LUAR JAWA
85%
RESPONDEN BERDASARKAN JENIS KELAMIN
LAKI - LAKI
43%
PEREMPUAN LAKI - LAKI
57%
PEREMPUAN
Apakah responden mengetahui tentang vaksin
untuk anak usia 12 - 17 tahun?
3%
Ya, Mengetahui
Tidak Mengetahui
97%
Sumber Informasi Responden Tentang Vaksin Anak Usia 12-17 Tahun
4% 2%
30%
21%
6%
37%
16%
Untuk menambah daya tahan tubuh
dan imun agar kuat serta terhindar
dari virus
44%
20% Mengetahui dari RT, RW, Teman atau
kerabat, Orang Tua, Media, Berita
TV, Tetangga, Ibu-ibu PKK,
puskesmas, dll.
20% Untuk mencegah adanya atau
mencegah terpapar COVID-19
Saat ini pemerintah sedang menggencarkan vaksinasi covid-19 untuk
anak usia 12-17 tahun. Jika Anda masuk usia tersebut, apakah anda
bersedia melakukan vaksinasi?
9%
3%
Bersedia
Tidak Bersedia
Ragu - Ragu
88%
Kesediaan Di vaksin
Data survey menunjukkan bahwa dari 86,286 responden menyatakan :
1. 88 % bersedia di vaksin,
2. 9% ragu-ragu di vaksin
3. 3% tidak bersedia di vaksin
Dari jumlah 64% yang belum divaksin tersebut, 57% responden menyatakan
belum divaksin karena belum berkesempatan mendapatkan vaksin.
Sedang Isolasi
Mandiri
1%
Belum 3 bulan sejak
Lainnya terinfeksi Covid -19
30% 8%
Belum dapat
kesempatan Vaksin
57%
Alasan Bersedia Di vaksin
1. 57% belum mendapatkan kesempatan di vaksin;
2. 8% belum 3 bulan sejak dinyatakan sembuh dari covid-19;
3. 4% tidak bisa divaksin kerena memiliki komorbid;
4. 1% sedang isolasi mandiri;
5. 30% jawaban lainnnya, diantaranya menyatakan khawatir pada efek
vaksin sebanyak; merasa tidak perlu divaksin yang penting
menerapkan protocol kesehatan; tidak yakin dengan merek vaksin
tertentu; yakin bahwa kalau anak terinfeksi covid-19 gejalanya ringan
bahkan kadang tidak bergejala; divaksin juga tidak menjamin tidak
tertular covid-19; dan tidak diijinkan orangtuanya untuk vaksin.
Sudah Atau Belum Divaksin
Sudah
36%
Belum Belum
64% Sudah
Bila anda sudah melakukan vaksinasi covid-19, apa efek atau
yang dirasakan pada tubuh setelah melakukan vaksinasi covid-19
tersebut?
4% 3%
1% 11%
24%
41% 16%
Demam Lainnya
Merasa Lapar/Haus Merasakan nyeri di tempat suntikan dilakukan
Mual atau muntah Rasa lelah
Sakit kepala
Rekomendasi
1. KPAI mendorong daerah untuk jujur pada data kasus covid 19 di wilayahnya. Ketika
membuka madrasah/sekolah tatap muka, maka positivity rate covid-19 di daerah
tersebut menjadi pertimbangan utama bagi pemenuhan hak hidup yang didalamnya
termasuk hak sehat para peserta didik, selain faktor kesiapan infrastruktur dan protokol
kesehatan/SOP adaptasi kebiasaan baru (AKB) di satuan pendidikan. Jangan membuka
PTM di sekolah/madrasah hanya dengan pertimbangan gurunya sudah di vaksin;
2. KPAI mendorong Pemerintah Daerah melibatka ahli penyakit menular dan IDAI di
daerahnya untuk meminta pertimbangan saat hendak memutuskan membuka
madrasah/sekolah tatap muka pada Juli 2021 nanti. Jika positivity rate diatas 10%
sebaiknya pemerintah daerah menunda pembukaan sekolah tatap muka;
3. KPAI mendorong dukungan alokasi anggaran APBD dan APBN untuk mempersiapkan
Pembelajaran Tatap Muka dan keberlangsungan pendidikan selama pandemi.
Rekomendasi
4. KPAI mendorong 5 SIAP menjadi dasar bagi pembukaan sekolah di Indonesia, yaitu Siap
aerahnya, Siap sekolahnya, Siap gurunya, Siap orang tuanya dan Siap Anaknya. Jika salah
satu dari lima tersebut belum siap, sebaiknya tunda buka sekolah tatap muka di masa
pandemi covid-19;
5. KPAI mendorong Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan provinsi/kabupaten/kota perlu
melakukan nota kesepahaman terkait pendamping sekolah dalam PTM. Sekolah perlu
mendapat edukasi dan arahan dalam penyusunan protokol kesehatan/SOP AKB di
satuan pendidikan. Selain itu, sekolah dapat mengakses layanan fasilitas kesehatan
terdekat ketika ada situasi darurat, misalnya ditemukan kasus warga sekolah yang
suhunya di atas 37,3 derajat atau ada warga sekolah yang pingsan saat PTM
berlangsung;
Rekomendasi
6. KPAI mendorong daerah untuk membuka sekolah tatap muka pada setiap jenjang
pendidikan secara bertahap pada setiap jenjang pendidikan. Sedangkan untuk PAUD
dan SD kelas 1-3, sekolah harus memperhatikan kesiapan siswa taat protokol kesehatan.
7. KPAI mendorong adanya edukasi tentang protokol kesehatan kepada pendidik, tenaga
kependidikan, siswa, dan orang tua secara komprehensif dan terus menerus agar semua
pihak memiliki kesadaran tentang menjalankan protokol kesehatan dalam situasi
pandemi. Semua warga sekolah harus jujur dengan kondisi kesehatannya, tidak
berangkat jika memiliki tanda-tanda infeksi covid, dan atau menyampaikan kepada
gugus tugas covid di sekolah sehingga dapat menghindarkan terjadinya kluster baru.
Rekomendasi
8. KPAI mendukung Pemerintah Daerah yang membuka sekolah tatap muka di pulau-pulau
kecil atau wilayah-wilayah pelosok yang kasus covidnya nol atau sudah di bawah 5%
positivity ratenya, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dan siswa yang masuk
hanya 50%. Apalagi di wilayah-wilayah ini memiliki kendala besar dalam melaksanakan PJJ
secara daring. Artinya, kebijakan membuka atau tidak PTM di Indonesia memang tidak
bisa diseragamkan.
9. KPAI mengapresiasi ujicoba PTM di provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah
karena sangat hati-hati membuka sekolah meskipun hanya ujicoba di semua jenjang mulai
dari SD sampai SMA/SMK. Sekolah yang terlibat kurang dari 5% dan hanya sekitar
seperlima jumlah siswa yang mengikuti PTM secara terbatas. Untuk SD Hanya siswa
kelahs 4-6 yang mengikuti ujicoba PTM, sedangkan siswa kelas 1-3 SD belum dilibatakan
dalam PTM, karena tidak mudah mendidik anak-anak dengan kebiasaan baru di sekolah
saat masih masa pandemic covid-19;
Rekomendasi
10.KPAI mendorong kebijakan Belajar dari Rumah (BDR) atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)
harus diperbaiki agar dapat melayani semua anak dan mengatasi turunnya kualitas
pendidikan. Selama pandemi, sekolah harus menerapkan PJJ dan PTM secara bergiliran,
oleh karena itu Pemerintah ahrus terus menerus mengevaluasi dan memperbaiki PJJ
dengan melakukan pemetaan kesenjangan akses digital antar sekolah dan antar daerah,
serta pemetaan variasi PJJ atau BDR antar sekolah dan antar daerah.
11.KPAI mendorong PTM diselenggarakan dengan mengedepankan pembahasan pada
materi-materi yang sulit dan sangat sulit di seluruh mata pelajaran, serta mengutamakan
materi praktik yang sulit didaringkan;
12. KPAI juga mendorong PTM dapat digunakan untuk memberdayakan para guru Bimbingan
dan Konseling (BK) melayani konseling anak-anak yang mengalami tekanan psikologis
selama pandemi covid-19.
Rekomendasi
13. KPAI mendorong peningkatan pengawasan Pembelajaran Tatap Muka pada bulan
Juli dengan mengoptimalkan fungsi Pengawas Sekolah dan Komite Sekolah.
14. KPAI mendorong keterlibatan dan partisipasi anak dalam pengambilan keputusan
terkait anak khususnya dalam proses PTM, serta melakukan edukasi kepada sesama
siswa diantaranya melalui organisasi intra sekolah seperti OSIS dan Pramuka.