Anda di halaman 1dari 6

MATERI

1. Definisi Bermain
Bermain merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sukarela
untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan. Bermain merupakan aktivitas
yang dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dan
merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial
sehingga bermain merupakan media yang baik untuk belajar karene dengan
bermain anak-anak akan belajar berkomunikasi, menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang baru, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan dapat
mengenal waktu, jarak serta suara.

2. Keuntungan Bermain
Keuntungan-keuntungan yang didapat dari bermain, antara lain:
1. Membuang ekstra energi.
2. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang, otot
dan organ-organ.
3. Aktivitas yang dilakukan dapat merangsang nafsu makan anak.
4. Anak belajar mengontrol diri.
5. Berkembanghnya berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang
hidupnya.
6. Meningkatnya daya kreativitas.
7. Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada
disekitar anak.
8. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri hati dan
kedukaan.
9. Kesempatan untuk bergaul dengan anak lainnya.
10.Kesempatan untuk mengikuti aturan-aturan.
11.Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.

3. Macam Bermain
1. Bermain aktif Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan
diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif
meliputi :
a) Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play) Perhatian pertama
anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut,
memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba,
menekan dan kadang-kadang berusaha membongkar.
b) Bermain konstruksi (Construction Play) Pada anak umur 3 tahun dapat
menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan.
c) Bermain drama (Dramatic Play) Misal bermain sandiwara boneka, main
rumah-rumahan dengan teman-temannya.
d) Bermain fisik Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.

2.Bermain pasif Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan
melihat dan mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah
bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan
keletihannya. Contoh ; Melihat gambar di buku/majalah.,mendengar cerita
atau musik,menonton televisi dsb. Dalam kegiatan bermain kadang tidak
dapat dicapai keseimbangan dalam bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal
seperti dibawah ini :
a. Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi
untuk aktif bermain.
b. Tidak ada variasi dari alat permainan.
c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
d. Tidak mempunyai teman bermain.

4. Alat Permainan Edukatif (APE)


Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan
tingkat perkembangannya, serta berguna untuk :
1. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat
menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik
kasar dan halus. Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan
yang ditarik dan didorong, tali, dll. Motorik halus : gunting, pensil, bola,
balok, lilin, dll.
2. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat
yang benar.Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita,
majalah, radio, tape, TV, dll.
3. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran,
bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita,
puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll.
4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya
dengan interaksi ibu dan anak, keluarga dan masyarakat Contoh
alat permainan : alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal
kotak pasir, bola, tali, dll.

5. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Bermain


1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
pada keterampilan yang lebih majemuk.
4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.
5. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.

6. Bentuk-bentuk Permainan
a. Usia 0 – 12 bulan
Tujuannya adalah :
a. Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya
mengisap, menggenggam.
b. Melatih kerjasama mata dan tangan.
c. Melatih kerjasama mata dan telinga.
d. Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
e. Melatih mengenal sumber asal suara.
f. Melatih kepekaan perabaan.
g. Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
b. Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
c. Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
d. Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
e. Alat permainan berupa selimut dan boneka.

b. Usia 13 – 24 bulan
Tujuannya adalah :
a. Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
b. Memperkenalkan sumber suara.
c. Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
d. Melatih imajinasinya.
e. Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk
kegiatan yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
a. Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
b. Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
c. Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir
yang tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air),
balok-balok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk
dicoret-coret, krayon/pensil berwarna.

c.Usia 25 – 36 bulan
Tujuannya adalah ;
a. Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
b. Mengembangkan keterampilan berbahasa.
c. Melatih motorik halus dan kasar.
d. Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal
dan membedakan warna).
e. Melatih kerjasama mata dan tangan.
f. Melatih daya imajinansi.
g. Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Alat-alat untuk menggambar.
b. Lilin yang dapat dibentuk
c. Pasel (puzzel) sederhana.
d. Manik-manik ukuran besar.
e. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang
berbeda. f. Bola.

d. Usia 32 – 72 bulan
Tujuannya adalah :
a. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
b. Mengembangkan kemampuan berbahasa.
c. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah,
mengurangi. d. Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara
bermain pura-pura (sandiwara).
d. Membedakan benda dengan permukaan.
e. Menumbuhkan sportivitas.
f. Mengembangkan kepercayaan diri.
g. Mengembangkan kreativitas.
h. Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
i. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan
kasar. k. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan
orang diluar rumahnya.
j. Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal :
pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
k. Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-
anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air,
dll.
b. Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar
rumah.

7. Contoh permainan edukatif

Salah satu contoh permainan edukatif adalah PUZZLE. Puzzle yang


dipakai adalah puzzle yang sederhana, gambarnya belum terlalu rumit dan
cocok untuk anak prasekolah sampai umur 8 tahun. Puzzle ini suatu bentuk
permainan beregu yang menugasi pemain untuk menggabungkan atau
merangkai kembali potongan-potongan kertas berbangun tak beraturan
sehingga menjadi suatu bangun atau bentuk tertentu seperti bujur sangkar,
empat persegi panjang, trapesium, jajaran genjang, lingkaran, dan segi tiga.

Tujuan dari permainan diharapkan mengandung aspek moral dan


inteleknya. Pemainnya adalah anak usia dini, atau prasekolah yang baru
belajar mengenal bangun dan bentuk. Alat pada permainan ini adalah kertas
berbangun tertentu, misalnya bujur sangkar, kemudian dipotong menjadi
beberapa bagian dan beragam bentuknya.

Saat memulai permainan, guru membagikan kepingan-kepingan kertas


permainan kepada pemain. Satu orang pemain mendapatkan satu kepingan.
Kepada pemain dijelaskan bahwa mereka bertugas menata kembali kepingan
kertas itu sehingga menjadi bangun/bentuk tertentu (misalnya empat persegi
panjang). Aturan main juga dijelaskan, yakni: (a) Para pemain tidak boleh
saling berbicara dengan sesama pemain; (b) Para pemain tidak boleh meminta
kepingan kertas kepada pemain lain; (c) Para pemain tidak boleh memberi
kode, isyarat dan petunjuk lainnya kepada pemain lain; (d) Para pemain boleh
memberikan kepingan kertas pegangannya kepada pemain lain yang
membutuhkan untuk menyelesaikan bangun/bentuk tersebut (tetapi sama
sekali tidak boleh meminta.

Kemudian mengajak anak-anak untuk membahas jalannya permainan Yang


perlu dibahas terutama adalah: (a) apakah para pemain dan anak-anak lainnya
telah benar-benar mengenal bangun yang dimainkan itu? (b) apakah “rahasia”
kelancaran atau kelambatan para pemain dalam membentuk bangun yang
dikehendaki? (c) apakah ada hambatan dalam kerja sama para pemain,
misalnya apakah ada yang cenderung mendekte, “tidak sabaran”, “suka
ngambek” dan sebagainya? (d) perlunya kerja sama dan perlunya
pengendalian diri dalam kerja sama. Dengan prosedur yang serupa, bentuk
permainan ini dapat dikembangkan sehingga dapat dimainkan untuk
memperkenalkan warna, binatang, tanaman, dan bilangan.
Perlakuan setelah permainan ini hendaknya lebih dipentingkan daripada
Permainan Puzzle sebagai salah satu bentuk permainan edukatif itu sendiri.
Tanpa perlakuan setelah permainan, maka maksud dan tujuan permainan
edukatif yakni untuk meningkatkan rasa kebersamaan dan kerjasama siswa
tidak akan pernah tercapai, sehingga permainan itu lebih dari permainan
pelipur lara belaka

Anda mungkin juga menyukai