Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH OSTEOPOROSIS

Makalah Ini Di Ajukan Guna Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen Pengampu :
Zuliani S.Kep.,Ns.,M.Kep

Di susun oleh :
Fanny Putri Savika N (7120001)
Khairun Nisak (7120009)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM JOMBANG
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang maha Esa, karena dengan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah yang diberi judul “Osteoporosis”.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan
Medikal Bedah II.

Selayaknya pepatah yang mengatakan “Kesalahan adalah milik manusia, dan Kesempurnaan
hanyalah milik Allah” maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca terhadap makalah ini, sehingga penulis dapat membuat karya yang lebih baik lagi di
masa yang akan datang.

Jombang, 19 Juli 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover................................................................................................................ i
Kata pengantar............................................................................................... ii
Daftar isi.......................................................................................................... iii
BAB I................................................................................................................ 4
1.1 Latar belakang.................................................................................... 4
BAB II.............................................................................................................. 6
2.1 Definisi................................................................................................. 6
2. 2 Etiologi................................................................................................ 5
2.3 Klasifikasi ........................................................................................... 9
2.4 Manifestasi Klinis............................................................................... 9
2.5 Patofisiologi......................................................................................... 10
2.6 Pathways............................................................................................. 11
2.7 Komplikasi.......................................................................................... 12
2.8 Pemeriksaan Penunjang.................................................................... 12
2.9 Penatalaksanaan ............................................................................... 14
BAB III............................................................................................................ 15
3.1 Pengkajian Keperawatan................................................................... 15
3.2 Diagnosa Keperawatan...................................................................... 17
3.3 Intervensi Keperawatan..................................................................... 17
3.4 Implementasi Keperawatan............................................................... 18
3.5 Evaluasi Keperawatan........................................................................ 18
BAB IV............................................................................................................. 19
4.1 Kesimpulan.......................................................................................... 19
4. 2 Saran................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan di dunia, khususnya masyarakat di negara berkembang, salah


satunya adalah penyakit osteoporosis, dan biasanya masalah penyakit ini sering dikaitkan
dengan orang tua, tetapi faktanya, osteoporosis ini dapat menyerang siapa saja termasuk
usia muda (Kemenkes, 2015). Osteoporosis terjadi karena ketidak mampuan tubuh dalam
mengatur kandungan mineral di dalam tulang dan akan menggangu saat proses
metabolisme tulang. Osteoporosis adalah kondisi dimana berkurangnya massa tulang
yang berada dalam titik mengkhawatirkan, sehingga tulang kehilangan kelenturan dan
kekuatannya. Apabila terkena benturan yang ringan tulang tersebut akan patah. Tanpa
kita sadari tanda dan gejalanya penyakit osteoporosis ini disebut dengan pembunuh
tersembunyi (silent disease) karena kepadatan tulang terjadi secara perlahan dan
berlangsung secara progresif (Humaryanto, 2017).
Di Indonesia osteoporosis sudah dalam tingkat yang patut diwaspadai, yaitu mencapai
19,7% dari populasi. 1 dari 3 wanita dan 1 dari 5 pria di Indonesia terserang osteoporosis
atau keretakan tulang. Di Indonesia, prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70
tahun pada wanita sebanyak 18-30%. Prevalensi wanita yang menderita osteoporosis di
Indonesia pada golongan umur 50-59 tahun yaitu 24% sedang pada pria usia 60-70 tahun
sebesar 62% (Kemenkes, 2015). Lima provinsi dengan resiko osteoporosis lebih tinggi
adalah Sumatra Selatan (27,75%), Jawa Tengah (24,02%), Yogyakarta (23,5%), Jawa
Timur (21,42%), Sumatra Utara (22,82%) (Dimyati, 2017).
Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang ditandai dengan menurunya massa
tulang (kepadatan tulang) secara keseluruhan akibat ketidakmampuan tubuh dalam
mengatur kandungan mineral dalam tulang dan disertai dengan rusaknya arsitektur
yangakan mengakibatkan penurunan kekuatan tulang (pengeroposan tulang) (Kemenkes
RI, 2016). Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di
Roma, Itali, 1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa

4
tulang yang rendah, disertai perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas
jaringa ntulang, yang pada akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang
dengan resiko terjadinya patah tulang (Suryati, 2016).

Osteoporosis dapat dicegah sejak dini dengan menjalani perilaku hidup yang sehat.
Perilaku yang di tetapkan contohnya seperti memenuhi kebutuhan nutrisi yang kaya
kalsium (1000-1200 mg kalsium per hari), kaya serat, rendah lemak, mengkonsumsi
makanan dengan gizi yang seimbang, tidak mengkonsumsi alkohol, tidak mengkonsumsi
kopi berlebihan, dan olahraga secara teratur (Kemenkes, 2015)

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, danporous
berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalahtulangyang keropos,
yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnyarendah atau berkurang,
disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunankualitas jaringan tulang yang
dapat menimbulkan kerapuhan tulang (Tandra, 2016).

Osteoporosis adalah penyakit tulang sisitemik yang ditandai olehpenurunan


mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudahpatah. Pada tahun 2001,
National Institute of Health (NIH) mengajukan definisi baruosteoporosis sebagai
penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh compromisedbone strength sehingga tulang
mudah patah ( Sudoyo, 2016 ).

2. 2 Etiologi

1. Determinan Massa Tulang


1. Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatantulang.
Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil.
Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur
tulanglebihkuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii seseorang yang
mempunyai tulangkuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap
fraktur karenaosteoporosis.
2. Faktor mekanis
Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di sampingfaktorgenetk.
Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnyabeban
akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Kedua hal tersebut
menunjukkan respons terhadap kerja mekanik Beban mekanik yang berat
akanmengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar.
Sebagai contohadalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan dijumpai

6
adanya hipertrofi baikpada otot maupun tulangnya terutama pada lengan atau
tungkainya, sebaliknyaatrofi baik pada otot maupun tulangnya akan dijumpai
pada pasien yangharusistrahat di tempat tidur dalam waktu yang lama,
poliomielitis ataupadapenerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum
diketahui denganpasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan
berapa lama untuk meningkatkanmassa tulang di sampihg faktor genetic
3. Faktor makanan dan hormone
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi
yangcukup(protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai
maksimal sesuai denganpengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian
makanan yang berlebih (misainyakalsium) di atas kebutuhan maksimal selama
masa pertumbuhan, disangsikandapat menghasilkan massa tulang yang
melebihi kemampuan pertumbuhantulangyang bersangkutan sesuai dengan
kemampuan genetiknya.
2. Determinan penurunan Massa Tulang
1. Faktor genetik
Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko
fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini
tidakada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal.
Setiapindividu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya
serta bebanmekanis den besar badannya. Apabila individu dengan tulang
yangbesar, kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis)
sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih
mempunyai tulanglebih banyak dari pada individu yang mempunyai tulang
kecil pada usia yangsama.
2. Faktor mekanis
Faktor mekanis mungkin merupakan yang terpenting dalarn prosespenurunan
massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikiantelah
terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis
denganfaktornutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun
denganbertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan fungsi beban

7
mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya
usia.
3. Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalamprosespenurunan
massa tulang sehubungan dengan bertambahnya usia, terutama padawanita
post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-
wanita pada masa peri menopause, dengan masukan kalsiumnya
rendahdanabsorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan keseimbangan
kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik
dan absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari
keadaan ini jelas, bahwa padawanita masa menopause ada hubungan yang erat
antara masukan kalsiumdengankeseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada
wanita dalammasa menopausekeseimbangan kalsiumnya akan terganggu
akibat masukan serta absorbsinyakurang serta eksresi melalui urin yang
bertambah. Hasil akhirkekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause
adalah pergeserankeseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg
kalsium sehari.
4. Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan
massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam
amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan
meningkatkanekskresi kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan secara
tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut
mengandung fosfor, maka fosfortersebut akan mengurangi ekskresi kalsium
melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium
melalui tinja. Hasil akhir dari makananyangmengandung protein berlebihan
akan mengakibatkan kecenderungan untukterjadi keseimbangan kalsium yang
negative.
5. Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan
terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh Karena

8
menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga
menurunnyakonservasi kalsium di ginjal.
6. Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan
mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan
kalsiumyang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan
massa tulangtidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi
kalsiummelalui urin maupun tinja.
7. Alkohol
Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan.
Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan
kalsiumrendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat.
Mekanisme yangjelasbelum diketahui dengan pasti.

2. 3 Klasifikasi

Osteoporosis dibagi 2 kelompok, yaitu :

1. Osteoporosis primer yang terjadi bukan sebagai akibat penyakit yang lain,yang
dibedakan lagi atas :
 Osteoporosis tipe I (pasca menopouse), yang kehilangan tulang terutama
dibagian trabekula.
 Osteoporosis tipe II (senilis), terutama kehilangan Massa tulang daerah Korteks.
 Osteoporosis idiopatik yang terjadi pada usia muda dengan penyebab yang tidak
diketahui.
2. Osteoporosis sekunder, yang terjadi pada/akibat penyakit lain, antara lain
hiperparatiroid, gagal jantung kronis, arthritis rematoid dan lain-lain.

2.4 Manifestasi Klinis

Osteoporosis dimanifestasikan dengan :

1. Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.

9
2. Nyeri timbul mendadak.
3. Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang.
4. Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur.
5. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika melakukan aktivitas.
6. Deformitas vertebra thorakalis (Penurunan tinggi badan)

2.5 Patofisiologi

Setelah menopause, kadar hormon estrogen semakin menipis dan kemudian tidak
diproduksi lagi. Akibatnya, osteoblas pun makin sedikit diproduksi. Terjadilah
ketidakseimbangan antara pembentukan tulang dan kerusakan tulang. Osteoklas menjadi
lebih dominan, kerusakan tulang tidak lagi bisa diimbangi dengan pembentukan tulang.
Untuk diketahui, osteoklas merusak tulang selama 3 minggu, sedangkan pembentukan
tulang membutuhkan waktu 3 bulan. Dengan demikian, seiring bertambahnya usia,
tulang-tulang semakin keropos (dimulai saat memasuki menopause) dan mudah diserang
penyakit osteoporosis.

Proses Osteoporosis sendiri di akibatkan faktor faktor berikut yaitu Genetik, gaya
hidup, alcohol, penurunan produksi hormon akibatnya produksi osteoblas semakin sedikit
maka terjadi ketidakseimbangan antara pembentukan tulang dan kerusakan tulang hal ini
menyebabkan osteoklasmenjadi lebih dominan dan tidak lagi bisa diimbangi dengan
kerusakan tulang mengakibatkan penurunan masa tulang Apabila kerusakan tulang sendi
lebih cepat dari kemampuannya untuk memperbaiki diri, maka terjadi penipisan dan
kehilangan pelumas sehingga kedua tulang akan bersentuhan. Inilah yang menyebabkan
rasa nyeri pada sendi. Setelah terjadi kerusakan sendi maka tulang juga ikut berubah.

10
2.6 Pathway

11
2.7 Komplikasi

Osteoporosis Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh


dan mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur
kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah
trokhanter, dan frakturcolles pada pergelangan tangan.

2.8 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan radiologic
Dilakukan untuk menilai densitas massa tulang sangat tidak sensitif. Gambaran
radiologik yang khas pada osteoporosis adalah penipisan korteks dan daerah
trabekuler yang lebih lusen. Hal ini akan tampak pada tulang-tulang vertebra yang
memberikan gambaran picture-frame vertebra.
2. Pemeriksaan densitas massa tulang (Densitometri) Densitometri tulang merupakan
pemeriksaan yang akurat dan untukmenilai densitas massa tulang, seseorang
dikatakan menderita osteoporosisapabila nilai BMD ( Bone Mineral Density ) berada
dibawah -2,5dandikatakan mengalami osteopenia (mulai menurunnya kepadatan
tulang) bila nilai BMD berada antara -2,5 dan -1 dan normal apabila nilai
BMDberada diatas nilai -1.
Beberapa metode yang digunakan untuk menilai densitas massa tulang:
a. Single-Photon Absortiometry (SPA) Pada SPA digunakan unsur radioisotop I
yang mempunyai energi photon rendah guna menghasilkan berkas radiasi
kolimasi tinggi. SPAdigunakan hanya untuk bagian tulang yang mempunyai
jaringan lunak yang tidak tebal seperti distal radius dan kalkaneus.
b. Dual-Photon Absorptiometry (DPA) Metode ini mempunyai cara yang sama
dengan SPA. Perbedaannyaberupa sumber energi yang mempunyai photon
dengan 2 tingkat energi yang berbeda guna mengatasi tulang dan jaringan
lunak yang cukuptebal sehingga dapat dipakai untuk evaluasi bagian-bagian

12
tubuh dan tulangyang mempunyai struktur geometri komplek seperti pada
daerahleher femur dan vetrebrata.
c. Quantitative Computer Tomography (QCT) Merupakan densitometri yang
paling ideal karena mengukur densitastulang secara volimetrik.
3. Sonodensitometri
Sebuah metode yang digunakan untuk menilai densitas perifer dengan menggunakan
gelombang suara dan tanpa adanya resiko radiasi.
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI) MRI dalam menilai densitas tulang trabekula
melalui dua langkahyaitu pertama T2 sumsum tulang dapat digunakan untuk menilai
densitasserta kualitas jaringan tulang trabekula dan yang kedua untuk menilai
arsitektur trabekula.
5. Biopsi tulang dan Histomorfometri
Merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk memeriksakelainan metabolisme
tulang
6. Radiologis
Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulangyangmenurun yang
dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpusvertebra biasanya
merupakan lokasi yang paling berat. Penipisa korteksdan hilangnya trabekula
transfersal merupakan kelainan yang seringditemukan. Lemahnya korpus vertebra
menyebabkan penonjolan yangmenggelembung dari nukleus pulposus ke dalam ruang
intervertebral danmenyebabkan deformitas bikonkaf.
7. CT-Scan
CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yangmempunyai nilai
penting dalam diagnostik dan terapi followup. Mineral vertebra diatas 110
mg/cm3baisanya tidak menimbulkan fraktur vetebraatau penonjolan, sedangkan
mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3 ada padahampir semua klien yang mengalami
fraktur.
8. Pemeriksaan Laboratorium
1. Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata.
2. Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) danCt (terapi
ekstrogen merangsang pembentukkan Ct)

13
3. Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun.
4. Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya

2.9 Penatalaksanaan

1. Pengobatan:
a. Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat
meningkatkanpembentukan tulang adalah Na-fluorida dan steroid anabolic
b. Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat resorbsi tulang
adalah kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat. Penatalaksanaan
keperawatan:
a. Membantu klien mengatasi nyeri.
b. Membantu klien dalam mobilitas.
c. Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita kepada klien.
d. Memfasilitasikan klien dalam beraktivitas agar tidak terjadi cedera.
2. Pencegahan
Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usiapertumbuhan/dewasa muda, hal ini
bertujuan:
a. Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimal
b. Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar seperti:
a.Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
b. Latihan teratur setiap hari
c.Hindari :
 Makanan tinggi protein
 Minum alkohol
 Merokok
 Minum kopi
 Minum antasida yang mengandung aluminium

14
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatanyangbertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah, kebutuhankesehatan dan keperawatan pasien (Istianah,
2017).
1. Pengumpulan data
1. Biodata
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
Umumnya terjadi pada usia 50-an, dimana terjadi penurunan hormon
esterogen pada wanita saat menopause yang memicu terjadinya pengeroposan
tulang. Ca Osteoporosis Tipe 1 erat kaitannya dengan hormon estrogen dan
kejadian menopause pada wanita. Biasanya tipe ini terjadi 15-20 tahun setelah
masa menopause.
2. Riwayat keperawatan
Adanya perasaan tidak nyaman, antara lain nyeri, kekakuan pada tanganatau
kaki dalam beberapa periode / waktu sebelumklien mengetahui dan merasakan
adanya perubahan sendi.
3. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi persendian untuk masing-masing sisi, amati adanya kemerahan,
pembengkakan, teraba hangat, dan perubahan bentuk (deformitas).
a.Lakukan pengukuran rentang gerak pasif pada sendi. Catat jika terjadi
keterbatasan gerak sendi, krepitasi danjikaterjadinyeri saat sendi
digerakkan.
b. Ukur kekuatan otot

15
c.Kaji skala nyeri dan kapan nyeri terjadi.
4. Riwayat psikososial
Penderita mungkin merasa khawatir mengalami deformitas pada sendi-
sendinya. Ia juga merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada fungsi tubuh
dan perubahan pada kegiatan sehari-hari.
5. Aktivitas/ Istirahat
Nyeri sendi karena pergerakkan, nyeri tekan, kekakuan sendi pada pagi hari.
Keterbatasan fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, aktivitas
istirahat, dan pekerjaan. Gejala lain adalah keletihandankelelahan yang hebat.
6. Kardiovaskuler
Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
7. Integritas Ego
Faktor stres akut/kronis, misalnya finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,
keputusasaan dan ketidakberdayaan. Ancamankonsep diri, citra diri,
perubahan bentuk badan
8. Makanan / cairan
Ketidakmampuan untuk mengonsumsi makan/cairan yang adekuat.
Danmenganjurkan makanan yang mengandung vit K, E dan C.
9. Higiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi secara
mandiri. Ketergantungan pada orang lain.
10. Neurosensori
Kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan,
pembengkakan sendi simetris.
11. Nyeri /kenyamanan
Fase akut dari nyeri (disertai / tidak disertai pembekakan jaringan lunak pada
sendi. Rasa nyeri akut dan kekakuan pada pagi hari.
12. Keamanan Kulit mengilat, tegang. Kesulitan dalam menangani
tugas/pemeliharaanrumah tangga, kekeringan pada mata dan membran
mukosa.

16
13. Interaksi sosial Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan
peran.
2. Analisa Data
Analisa data merupakan kemampuan kognitif dalam pengembangan daya berfikir dan
penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman,
dan pengertian keperawatan.
3.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut SDKI (2017) diagnosa keperawatan yang muncul pada klien Osteoporosis adalah

1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen Pencedera fisiologi


Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengankerusakan jaringan
aktual atau fungsional, dengan onset mendadakataulambat dan berintensitas ringan
hingga berat dan konstan, yangberlangsung kurang dari 3 bulan.
a. Gejala dan tanda mayor :
a. Subjektif :
a) Mengeluh nyeri
b. Objektif :
a) Tampak meringis
b) Gelisah
c) Sulit tidur.
b. Gejala dan tanda minor :
a. Subjektif : (tidak tersedia)
b. Objektif :
a) Pola Napas berubah
b) Nafsu makan berubah
c) Berfokus pada diri sendiri

3.3 Intervensi
Intervensi utama : Manajemen nyeri
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri

17
3. Identifikasi respon nyeri non-verbal
4. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
5. Ajarkan teknik non-farmakologis (mis, terapi pijat, kompres dingin/hangat) untuk
mengurangi nyeri
6. Jelaskan penyebab, periode , dan pemicu nyeri
7. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3.4 Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan tindakan yang sudah direncanakandengan tujuan
kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal dalamrencana keperawatan. Tindakan
keperawatan mencakup tindakan mandiri (independent),
salingketergantungan/kolaborasi, dan tindakan rujukan/ ketergantungan (dependent)
(Tartowo & Wartonah , 2015).

3.5 Evaluasi
Proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuandari rencana
keperawatan tercapai atau tidak dan perbandingan yang sistematis dant erencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya. Tujuan evaluasi untuk melihat kemampuan kliendalammencapai tujuan yang
disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan. Untuk mempermudah
mengevaluasi atau memantau perkembanganpasien digunakan komponen SOAP adalah
sebagai berikut:
1. S : Data subjektif Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah
dilakukantindakan keperawatan.
2. O : Data objektif Data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara
langsung kepadapasien dan yang dirasakan pasien setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
3. A : Analisa Merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi,
ataujugadapat dituliskan suatu masalah/ diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan
status kesehatan pasien yang telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan
objektif.

18
4. P : Planning Perencanaan keperawatan yang dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi
atauditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan
sebelumnya, tindakan yang telah menunjukkan hasil yang memuaskan data tidak
memerlukan tindakan ulang pada umumnya dihentikan.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Osteoporosis merupakan kondisi terjadinya penurunan densitas/ matriks/massa


tulang, peningkatan prositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi deisertai dengan
kerusakakn arsitektur mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan kekokohan
tulang sehingga tulang menjadi mudah patah. Beberapa faktor resiko Osteoporosis antara
lain yaitu : usia, genetik, defisiensi kalsium, aktivitas fisik kurang, obat-obatan
(kortikosteroid, anti konvulsan, heparin, siklosporin), merokok, alcohol serta sifat fisik
tulang (densitas atau massa tulang) dan lain sebagainya. Osteoporosis sering
mengakibatkan fraktur kompresi. Fraktur kompresi ganda vertebra mengakibatkan
deformitas skelet.

4.2 Saran

Saran Mahasiswa harus lebih memahami tentang asuhan keperaawatan pada


gangguan system musculoskeletal “osteoporosis” sehingga mampu menerapkannya di
lahan praktik demi memberi pelayanan kesehatan yang baik bagi klien.

19
DAFTAR PUSTAKA

Huda Amin Nurarif dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA & NIC NOC. Jogjakarta : Mediaction. Heather T.

Herdman & Shigemi Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definis & Klasifikasi
2015-2017 Edisi 10 Terjemahan Indonesia. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

M. Gloria Bulechek, dkk. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC). Singapore : El


Sevier.

Moorhead Sue, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Singapore : El


Sevier.

Lukman, Ningsih Nurma. 2012. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL. Jakarta : Salemba Medika

20

Anda mungkin juga menyukai