Anda di halaman 1dari 16

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No.

2, Juli 2017

DJUANDA KARTAWIDJAYA: DARI MENTERI HINGGA PERDANA MENTERI 1946-


1959

ADE BAGUS SETYAWAN


Jurusan Pendidikan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya
Email: adebagussetyawan@yahoo.co.id

Wisnu
Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya

Abstrak
Djuanda Kartawidjaya merupakan pahlawan yang banyak berjasa dalam pembangunan bangsa Indonesia
pasca kemeredekaan. Penelitian ini akan menjawab rumusan masalah, sebagai berikut : Apa yang latar
belakangi Ir. H. Djuanda Kartawidjaya diangkat menjadi Menteri dan Perdana Menteri?, bagaimana
perjalanan politik Ir. H. Djuanda Kartawidjaya ketika menjadi Menteri tahun 1946 hingga 1957?,
Bagaiamana kebijakan politik Ir. H. Djuanda Kartawidjaya dalam memimpin Kabinet Karya tahun 1957-
1959?. Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan gambaran
latar belakang awal kegiatan politik Ir. H. Djuanda Kartawidjaya. Selanjutnya mendeskripsikan perjalanan
politik Ir. H. Djuanda Kartawidjaya selama menjadi Menteri tahun 1946 hingga 1957. Terakhir menganalisis
kebijakan politik Ir. H. Djuanda Kartawidjaya dalam memimpin kabinet Karya tahun 1957 hingga 1959.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah melalui tahapan heurisristik yaitu mengumpulkan data
sejarah berupa koran sejaman dan dokumentasi sejaman, dalam tahapan kritik sumber peneliti hanya
melakukan kritik intern sumber diseleksi dan dinilai kredibilitasinya, sehingga memperoleh fakta sejarah.
Tahapan interpretasi peniliti mencari keterkaitan antar fakta sejarah yang diperoleh dengan menganalisisnya
dan tahapan historiografi menyusun dan menyajikan hasil penelitian dalam bentuk tulisan. Hasil penelitian
ini menunjukkan peran kebijakan politik dan ekonomi Ir. Djuanda selama menjadi Menteri dan Perdana
Menteri terhadap pembangunan Indonesia tahun 1946 hingga 1959.

Kata Kunci: Ir. Djuanda, Kebijakan, Menteri, Perdana Menteri, dan tahun 1946-1959.

Abstract
Juanda Kartawidjaya is a hero a lot of merit in the development of the Indonesian nation after independence.
This study will answer the formulation of the problem as follows: What is the background of Ir. H. Juanda
Kartawidjaya appointed Minister to the Prime Minister ?, how political trip Ir. H. Juanda Kartawidjaya
when he became minister in 1946 and 1957 ?, How is the policy of Ir. H. Juanda Kartawidjaya in the lead
djuanda cabinet in 1957-1959 ?. Based on the formulation of the above problems, the objectives to be
achieved in this research is to explain the background of the beginning of the political activity Ir. H. Juanda
Kartawidjaya. Further, describes the political journey Ir. H. Juanda over as Minister in 1946 until 1957.
And lastly, analyzing the political policy Ir. H. Juanda Kartawidjaya in leading the work of the Cabinet in
1957 to 1959. This study uses historical research through the stages heurisristik which collects data in the
form of newspaper history contemporaneous and contemporaneous documentation, the source criticism
stage researchers only criticism selected internal resources and rated kredibilitasinya, so obtaining
historical facts. Stages interpretation researchers are seeking linkages between historical facts obtained by
analyzing and historiography stages of preparing and presenting the results in writing.

Keywords: Ir. Juanda, Policies, Minister, Prime Minister, and the years 1946-1959

273
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

pancakarya. Adapun program Pancakarya antara lain


PENDAHULUAN membentuk Dewan Nasional, normalisasi keadaan RI,
Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945 melanjutkan pelaksanaan pembatalan KMB, perjuangan
dengan melahirkan beberapa pahlawan dari awal Irian Barat, dan mempercepat pembangunan.
penjajahan Belanda hingga pasca kemerdekaan. salah satu Kebijakan dalam program kerja tersebut
pahlawan negara Republik Indonesia yaitu Ir. H Djuanda dilaksanakan berdasarkan keputusan Ir. Djuanda untuk
Kartawidjaya. Ir. H. Djuanda Kartawidjaya merupakan melakukan politik luar negeri yang berkaitan dengan
pahlawan kemerdekaan yang sering terlupakan jasanya hukum maritim di Indonesia. Kebijakan tersebut dikenal
dan Ir. H. Djuanda merupakan tokoh dibalik pembangunan dengan Deklarasi Djuanda dan diterbitkan pada tanggal 13
bangsa dan negara pasca kemerdekaan tahun 1945. Desember 1957 yang menyatakan bahwa laut teritorial 12
Ir. H. Djuanda Kartawidjaya lahir di Tasikmalaya, mil dari garis air surut pulau-pulau atau bagian-bagian
Jawa Barat pada tanggal 14 Januari 1911 dari pasangan pulaunya adalah batas wilayah Indonesia. 5 Deklarasi
Raden Kartawidjaya dan Nyi Momot. 1 Latar belakang Djuanda dimaksudkan untuk menjamin keutuhan bangsa
kehidupan intelektual Djuanda Kartawidjaya diawali dan kesatuan wilayah nasional Indonesia sehingga
ketika menempuh pendidikan dasar Belanda Europeesche menjadi negara kepulauan. Pemerintah Indonesia
Lagere School yang berada di Cicalengka 2 . Kemudian mengapresiasi Deklarasi Djuanda sebagai terobosan baru
melanjutkan pendidikan di HBS (Hogere Burger School) untuk Pemerintahan Indonesia, sehingga Pemerintah
di Bandung pada tahun 1924. Ir. H. Djuanda juga Indonesia mengukuhkan Deklarasi Djuanda dengan
melanjutkan kuliah jurusan Ilmu Teknologi di Technische mengeluarkan Undang-Undang No. 4 Prp. Th. 1960
Hoge School Bandung. tentang Perairan Indonesia dan mulai berlaku serta
Perjalanan karir politik Ir. H. Djuanda dimulai diterapkan di Indonesia tanggal 18 Februari 1960. 6
ketika Indonesia berada dalam masa awal pemerintahan Deklarasi Djuanda memiliki pengaruh penting bagi
baru Indonesia tahun 1945 hingga masa peralihan sistem kegiatan politik dan ekonomi pemerintah Indonesia,
Demokrasi Liberal ke Demokrasi Terpimpin di Indonesia seperti untuk melindungi kekayaan alam di Indonesia yang
tahun 1959. Pemerintahan Indonesia memerlukan melimpah dari perusahan eksplorisasi asing sehingga bisa
pemimpin Djawatan Kereta Api. Ir. H. Djuanda diangkat dikelola dan dimanfaatkan oleh penduduk lokal Indonesia.
oleh Pemerintah RI menjadi Kepala Jawatan Kereta Api Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan
Republik Indonesia pada awal tahun 1946.3 dari penilitian ini adalah menggambaran dari peranan
Pasca menjabat menjadi ketua Djawatan Kereta politik dan pengabdian Ir. H. Djuanda Kartawidjaya
Api, Ir. Djuanda diangkat menjadi Menteri Perhubungan terhadap NKRI, mengkaji dan menganalisis politik Ir. H.
dan memiliki julukan Menteri Marathon karena menjadi Djuanda Kartawijaya selama menjadi Menteri,
salah satu menteri kabinet di awal pemerintahan Ir. menganalisis perjalanan politik Ir. H. Djuanda
Sorkarno, dari kabinet Syahrir, Moh Hatta, Wilopo hingga Kartawidjaya dalam memimpin Kabinet Karya. Oleh
Ali Sastroamijoyo II pada tahun 1957. Menteri karena itu, menjadi menarik bagi penulis untuk melakukan
Perhubungan, Menteri Pengairan, Menteri Kemakmuran, penelitian dengan judul “Djuanda Kartawidjaya: Dari
Menteri Keuangan, dan Menteri Pertahanan. Menteri Hingga Perdana Menteri Tahun 1946 hingga
Puncak karir politik Ir. H. Djuanda dalam 1959”
pemerintahan Republik Indonesia terjadi pada tahun 1957,
saat dilantik menjadi Perdana Menteri dan memimpin METODE
kabinet yang disebut sebagai Kabinet Karya. Ir. Soekarno
melantik Ir. H. Djuanda sebagai Perdana Menteri antara Untuk melakukan penulisan mengenai sejarah yang
lain karena Kabinet Ali Sastroamijoyo II sudah sudah terjadi pada masa lalu memerlukan suatu proses
demisioner, terjadi keadaan darurat dalam tubuh penelitian. Penelitian dalam permasalahan tersebut
parlementer pemerintahan Indonesia, dan karena sosok Ir. dilakukan berdasarkan disiplin ilmu sejarah yang telah
H. Djuanda merupakan seorang jiwa yang demokratis, ada, sehingga dari permasalahan tersebut dapat
setia dan jujur. 4 menemukan sumber- sumber yang sesuai dengan tema
Kabinet Karya merupakan kabinet ahli atau kabinet penelitian. Dalam sejarah ada 4 tahapan yang digunakan
zaken dan memiliki lima program kerja yang disebut sebagai metodologi penelitian. Tahapan tersebut yaitu
heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. 7

1 Kemensos RI Direktorat Jenderal 4 Tim Kemendikbud. Indonesia Dalam Arus Sejarah

Pemberdayaan Sosial Penanggulangan Kemiskinan 7: Pasca Revolusi. (Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve,2012),
Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, dan hlm. 309.
Kesetiakawanan Sosial. Profil Pahlawan Indonesia. (Jakarta). 5 Asnan Gusti. Dunia Maritim Pantai Barat

hlm. 106. Sumatera. (Jakarta : Ombak, 2007), hlm. 3.


2 Mirnawati. Kumpulan Pahlawan Indonesia. 6 Moedjanto. Indonesia Abad Ke-20. (Jogjakarta :

(Jakarta : CIF Penebar Swadaya Grup, 2012), hlm. 86. Kanisus, . 1988), hlm. 121.
3 Maklumat Kementrian Perhubungan No./KA 7 Aminuddin Kasdi, Memahami Sejarah,
tanggal 23 Januari 1946. (Surabaya:Unesa University Press, 2005). hlm. 10-11
274
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

Tahap awal peneltian, penulis melakukan kegiatan melakukan analisa terhadap fakta-fakta yang diperoleh,
mencari dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang kemudian dianalisis untuk mencari keterkaitan antara
mampu menunjang atau mendukung penelitian yang fakta satu dengan fakta yang lain. Setelah itu dilakukan
disebut heuristik. Heuristik dibedakan menjadi sumber menggabungkan fakta- fakta dengan tujuan untuk
primer maupun sekunder. Kegiatan Heuristik penulis telah merekontruksi peristiwa sejarah yang akan dibahas.
mampu mengumpulkan beberapa sumber yang diperlukan Historiografi merupakan penulisan sejarah yang
sehingga dapat menjadi pendukung dalam penyusunan didapat dari fakta- fakta yang sudah diinterpretasi atau
hasil penelitian mengenai “Djuanda Kartawidjaya : ditafsirkan yang kemudian disajikan secara tertulis sebagai
Dari Menteri hingga Perdana Menteri tahun 1946- suatu kisah atau cerita sejarah berupa bacaan ilmiah yang
1959”.. logis dan sistematis. 10 Pada tahap ini setelah berhasil
Sumber primer merupakan sumber yang berkaitan menginterpretasi fakta- fakta yang berkaitan dengan tema,
langsung dari peristiwa yang terjadi berupa dokumen, penulis menulis fakta- fakta tersebut sebagai hasil
laporan resmi, arsip, surat, catatan harian, dan koran yang penelitian sejarah tentang “Djuanda Kartawidjaya :
sejaman. Sumber primer yang diperoleh berupa arsip-arsip Dari Menteri hingga Perdana Menteri tahun 1946-
dari Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Jawa Timur, 1959”.
Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya, Badan
Arsip dan Perpustakaan Nasional, Website resmi HASIL DAN PEMBAHASAN
sekretariat Pemerintahan Indonesia “www.sippu.setkab.
go.id”, dan Website kumpulan berita koran Belanda A. Djuanda Kertawidjaya
“www.delpher.nl”. a. Keluarga Guru
Sumber sekunder adalah sumber yang merujuk dari Djuanda merupakan anak pertama dari pasangan
karya sejarah berupa buku atau artikel yang berdasarkan muda Raden Kartawidjaya dan Nyi Momot. lahir dikota
sumber primer. Sumber sekunder berupa buku dan jurnal Tasikmalaya pada tanggal 14 Januari 1911 dan diberi
yaitu Aman Pratama, 2013. Kebijakan Politik Luar Negeri nama Djuanda Kartawidjaya. 11 Orang tua Djuanda yaitu
Indonesia Masa Kabinet Djuanda 1957-1959. Sumber Raden Kartawidjaya merupakan seorang Guru di Hollads
sekunder yang diperoleh penulis berupa buku, artikel, dan Inlandse School yang merupakan sekolah untuk bumi
penelitian terdahulu berasal dari Perpustakaan Daerah putra dengan bahasa Belanda yang digunakan.
Jawa Timur, Perpustakaan Pusat Universitas Negeri
Surabaya, Perpustakaan Sejarah Unesa, Perpustakaan Sebagai seorang guru dan pegawai negeri, Raden
Pusat Universitas Airlangga Surabaya, Perpustakaan Kartawidjaya sudah memikirkan dengan matang akan
Daerah Yogyakarta, Website Socia (Jurnal Ilmu Sosial). masa depan anak-anaknya sehingga mampu bersekolah
Kritik sumber dibedakan menjadi dua, yaitu sampai ke perguruan tinggi. Djuanda bersekolah di
kritik ekstern dan kritik intern. Kritik Ekstern digunakan Holland Inlandse School (HIS) ketika masih berada di
untuk menguji otentik, asli, turunan palsu serta relevan apa Kuningan.12 Holland Inlandse School merupakan sekolah
tidaknya suatu sumber tersebut, namun dalam penelitian elit di Hindia Belanda yang setara Sekolah Dasar masa
ini kritik ekstern tidak digunakan karena dalam penelitian sekarang, karena hanya anak dari seorang guru yang
ini merujuk fakta sejarah berupa arsip dan dokumen. Kritik diizinkan sekolah di Holland Inlandse School. Djuanda
intern merupakan kritik yang digunakan dalam penelitian mengalami kemajuan dalam belajar dengan mampu
ini dan digunakan untuk menguji kevalidan isi atau menguasai bahasa Belanda dan pelajaran berhitung atau
kandungan sumber. Kedua kritik tersebut bertujuan untuk matematika.
menyeleksi data menjadi fakta.8 Djuanda merupakan anak yang pendiam, tapi
Tahap kritik sumber, penulis melakukan uji Djuanda pernah masuk tim sepak bola di HIS. Menurut
verifikasi sumber fakta sejarah terhadap beberapa sumber kesaksian Ahem Erningpraja yang merupakan teman
baik sumber primer maupun sekunder yang diperoleh. semasa bersekolah di HIS, Djuanda pernah berposisi
Pada tahap ini penulis memperoleh fakta-fakta sejarah sebagai Back 13 dalam sepak bola, dengan bola yang
yang kredibel, dan ditahap selanjutnya dilakukan terbuat dari jeruk bali yang direndam abu panas agar bisa
interpretasi. lunak, karena masa itu sangat mahal untuk membeli bola
Interpretasi merupakan penafsiran terhadap suatu karet.14
fakta. 9 Setelah melakukan kritik sumber, penulis Sekolah Djuanda berpindah dari Holland
memasuki tahap selanjutnya yaitu interpretasi atau Inlandse School (HIS) ke Eeuropese Legere School (ELS)
penafsiran terhadap suatu fakta. Pada tahap ini penulis di Cicalengka karena Raden Kartawidjaya menginginkan

8 ibid dilakukan oleh tim lawan. Andi Cipta. Mahir Sepakbola.


9 Ibid (Bandung : Nuansa Cendikia, 2012) hlm. 31
10 Ibid 14 Awaloedin Djamin. Ir. H. Djuada Negarawan,
11 I.O. Nanulaita. Ir. Haji Juanda Kartawijaya. Administrator, dan, Teknokrat Utama. (Jakarta: PT Kompas
(Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Media Nusantara, 2001) hlm. 195, (Kesaksian Ahem
1983),hlm. 7. Erningpraja)
12 I.O. Nanulaita. op.cit, hlm. 9
13 Back adalah posisi pemain bertahan yang

bertugas untuk menghentikan serangan-serangan yang


275
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

Djuanda bisa sekolah insinyur di Bandung maupun keturunan Belanda, Cina, dan Indonesia. Semenjak
sekolah kedokteran di Jakarta.15 Namun, untuk masuk di maraknya pergerakan nasional menentang Pemerintahan
ELS tidak mudah karena harus memiliki kecakapan bahasa Hindia Belanda, mulai ada saingan organisasi yang di
Belanda yang lebih, memiliki kepintaran diatas rata-rata khususkan untuk mahasiswa pribumi, yaitu Indonesische
anak lainnya dan orang tuanya harus pegawai di Studenten Vereniging atau perkumpulan Mahasiswa
pemerintahan Hindia Belanda. Indonesia.19 Sehingga Djuanda dan mahasiswa Indonesia
Djuanda mampu lulus dari tes masuk Hogere lainnya berpindah untuk ikut dalam organisasi yaitu
Burger School pada tahun 1924 di Bandung. Semakin Indonesische Studenten Vereniging.
matangnya ilmu yang diperoleh Djuanda dari Hogere
Burger School membuat Djuanda berkeinginan untuk Djuanda menyelesaikan studinya selama 4 tahun
melanjutkan studinya di perguruan tinggi Technische di Technische Hoge School dengan prestasi yang baik
Hoge School yang berada di Bandung. karena mendapatkan rata-rata nilai yang memuaskan. Nilai
Djuanda dengan segudang prestasinya membuat rata-rata ujian Djuanda tahun akademi I tahun 1929/1930
Direktur Hogere Burger School Dr. Ir. F. Gisolf yaitu 6.50, tahun II dengan rata-rata 6.54, Tahun III rata-
membantunya melanjutkan studi di Technische Hoge rata nilai 6.58 dan tahun IV dengan nilai rata-rata 6.55.
School Bandung dan sekarang menjadi Institut Teknologi Nilai rata-rata Djuanda yang terus meningkat membuat
Bandung. 16 Atas bantuan Dr. Ir. F. Gisolf, Djuanda Djuanda merupakan salah satu mahasiswa lulusan terbaik
mendapatkan beasiswa dari pemerintah untuk kuliah di Technische Hoge School dan mendapatkan gelar insinyur
THS, dan mampu masuk di Faculteit Weg en ketika berumur 22 tahun dan lulus pada tanggal 6 Mei
Waterbouwkunde yang kemudian berganti nama menjadi 1933.20
Faculteit van Technische Wetenshappen (Fakultas Ilmu-
Ilmu Teknologi). c. Direktur, Guru, dan Paguyuban Pasundan
b. Masa Remaja Djuanda Setelah menyelesaikan studi di Technische Hoge
Djuanda masuk di Technische Hoge School dan School, Ir. Djuanda menyunting Julia Virzsia untuk
memilih jurusan Wegen en Waterbouwkunde atau jurusan menjadi istri. Julia Virzsia merupakan guru muda Taman
teknik pengairan dan jalan pada 2 Juli 1929.17 Djuanda Kanak-Kanak yang di pimpin oleh Raden Wargadibrata
sangat beruntung mampu kuliah di perguruan tinggi yang merupakan ayah Julia Virzsia.21
Technische Hoge School, karena tidak banyak mahasiswa Ir. Djuanda mengawali karir ketika Hindia
pribumi yang mampu kuliah di THS. Belanda mengalami krisis moneter sejak tahun 1930. Ir.
Djuanda memiliki bekal yang baik dalam Djuanda dan teman-teman seperjuangannya sulit
memulai kuliah di THS, karena menguasai ilmu pasti dan mendapatkan pekerjaan karena lapangan pekerjaan yang
mampu berbahasa Belanda, Perancis, Jerman, serta Inggris sempit imbas dari kebijakan Pemerintahan Hindia Belanda
dengan baik. Prestasi yang didapat Djuanda ketika sekolah yang mengurangi pekerja terutama bagi orang pribumi.
di Hogere Burger School membuat Djuanda mendapatkan Sekolah negeri ditutup, jumlah pegawai dikurangi, gaji
beasiswa dari pemerintah sebesar f 1000 setahun (f : pekerja diturunkan sehingga membuat banyak
Gulden). 18 Beasiswa yang diperoleh Djuanda sangat pengangguran di Hindia Belanda tahun 1933.
meringankan beban orang tuanya. Dengan beasiswa yang Keadaan krisis tersebut membuat Ir. Djuanda
diperoleh, Djuanda mampu membeli buku dan memenuhi pergi merantau ke Batavia (Jakarta), mencari pekerjaan
keperluan sehari-harinya sebagai mahasiswa di THS. untuk menghidupi keluarganya. Raden Kartawidjaya
Semasa Djuanda menjadi mahasiswa di selain menjadi mantri guru juga merupakan aktivis dan
Technische Hoge School, telah terjadi banyak pergerakan pengurus Muhammadiyah di Tasikmalaya. Sehingga
nasional disebabkan adanya sumpah pemuda yang terjadi mengusulkan agar Ir. Djuanda melamar pekerjaan di
pada tanggal 28 Oktober 1928. Sehingga pemuda dan Algemene Middbare School atau AMS Muhammadiyah,
rakyat pribumi melakukan perlawanan terhadap Belanda. sekolah setara SMA. Sekolah tersebut merupakan sekolah
Salah satu kota yang banyak terjadi perlawanan secara yang diasuh oleh perkumpulan Muhammadiyah dan
politik melalui partai dan organisasi adalah kota Bandung. bertempat di Jl Kramat No. 47 Jakarta.22
Pergerakan nasional juga merambat di Technische Hoge Djuanda mampu diterima di Algemene Middbare
School, karena terdapat salah satu alumni Technische School Muhammadiyah pada tahun 1933 dan setahun
Hoge School yang merupakan orator ulung dan disegani di setelahnya menjadi direktur di Algemene Middbare School
kalangan pemuda masa itu, yaitu Soekarno. Muhammadiyah. Selain dukungan dari keluarga, adanya
Organisasi perlawanan mulai masuk di bantuan dari Otto Iskandar Dinata yang merupakan tokoh
Technische Hoge School, namun pada awalnya sudah ada penting di Muhammadiyah waktu itu. Otto Iskandar
organisasi buatan Belanda yaitu Bandung Studenten Club Dinata merupakan anggota Volksraad (Dewan Rakyat)
atau Organisasi Mahasiswa Bandung yang diperuntukan dan anggota Peguyuban Pasundan. Otto memberikan surat
untuk menghimpun semua mahasiswa yang berasal dari rekomendasi kepada pihak Algemene Middbare School

15 Ibid. 19 Awaloedin Djamin. op.cit, hlm. 27


16 Majalah Media Keuangan Vol X No. 97.op.cit. 20 Ibid
hlm. 18 21 Kemensos RI. op.cit, hlm.107
17 Kemensos RI. op.cit, hlm. 106. 22 Awaloedin Djamin. op.cit, hlm. 34
18 I.O. Nanulaita. op.cit, hlm. 22
276
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

Muhammadiyah akan kecerdasan dan ketekunan Djuanda Perkembangan paham nasionalisme di Indonesia
agar bisa mengajar di Algemene Middbare School diakibatkan reaksi yang timbul karena adanya penjajahan
Muhammadiyah. kolonial sehingga terjadi perlawanan-perlawanan di
Pergerakan nasional semakin semarak untuk Indonesia. Nasionalisme di Indonesia berkembang pada
menentang Pemerintahan Hindia Belanda, sehingga abad XX ketika adanya perlawanan di setiap daerah pasca
membuat Pemerintahan Hindia Belanda khawatir akan penaklukkan Belanda.27
perkembangan pendidikan di sekolah-sekolah pribumi. Masa pergerakan nasional merupakan puncak dari
Pemerintahan Hindia Belanda mengeluarkan perkembangan paham nasionalisme di Indonesia, dengan
Toezichtordonnantie atau lebih dikenal Wilde Scholen banyak mempengaruhi pemuda dan cendikiawan
Ordonansi (pengawasan sekolah liar).23 Adanya peraturan Indonesia. Budi Utomo adalah organisasi pertama pelopor
perundang-undangan baru ini mengakibatkan tidak paham nasionalisme di Indonesia yang menginginkan
diperbolehkannya izin membuat sekolah baru yang kemerdekaan namun melalui jalur politik. Organisasi
didirikan swasta, membuat kebijakan ini di tentang oleh sosial dan politik mulai bermunculan pada abad XX
sekolah-sekolah swasta yang didirikan oleh pribumi salah dengan semakin berkembangnya paham nasionalisme
satunya Algemene Middbare School Muhammadiyah. meskipun cara dalam memperjuangkan kemerdekaan
Ir. Djuanda mendaftarkan diri untuk masuk di berbeda namun hakikatnya merupakan cerminan rasa cinta
organisasi pergerakan nasional yaitu Paguyuban Pasundan terhadap tanah kelahirannya.
tahun 1934. Ir. Djuanda diangkat sebagai Sekretaris II Djuanda merupakan sosok yang dikenal non partai
untuk mendampingi Otto Iskandar yang menjabat Ketua ketika menjabat Menteri dan Perdana Menteri di
Umum Paguyuban Pasundan. 24 Selama menjabat Pemerintahan Indonesia. Non partai bukan dalam artian
sekretaris di Paguyuban Pasundan membuat perhatian Ir. Djuanda tidak melakukan kegiatan politik, akan tetapi
Djuanda terhadap masalah kemanusiaan di bangsanya tetap melakukan kegiatan politik namun tidak terpengaruh
menjadi lebih luas. Ir. Djuanda memiliki pemikiran oleh partai tertentu atau independent. “Politik merupakan
evolusioner yang ingin merubah keadaan bangsanya interaksi antara pemerintah dan masyarakat, dalam rangka
secara bertahap namun pasti, sehingga dapat dilihat dari proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang
beberapa tindakannya selama mengawali karir setelah mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang
lulus dari Technische Hoge School. tinggal dalam suatu wilayah tertentu dan politik
merupakan segala hal yang berkaitan dengan
Ir. Djuanda menjabat sebagai Direktur dan guru penyelenggaraan negara dan pemerintahan.” 28
selama lima tahun di Algemene Middbare School Paham nasionalisme dikenal Djuanda ketika
Muhammadiyah. Ir. Djuanda menyerahkan posisinya di kuliah di Technische Hoge School Bandung. Djuanda
Algemene Middbare School Muhammadiyah untuk terpengaruh akan paham nasionalisme dari Ir. Soekarno
diberikan kepada pejabat yang baru, karena kondisi yang kala itu menjadi aktivis pergerakan nasionalisme
ekonomi kembali membaik sehingga terbuka peluang dengan pidato nasionalisme yang mempengaruhi
untuk bekerja di pemerintahan pada tahun 1939. Ir. mahasiswa THS termasuk Djuanda. Kemudian Djuanda
Djuanda melamar ke pemerintahan dan diterima bekerja di mengembangkan paham nasionalisme pada dirinya ketika
bidang tehnologi pengairan, Provinciale Waterstaat beliau menjadi anggota Paguyuban Pasundan pimpinan
(Jawatan Pengairan Propinsi Jawa Barat), Departement Oto Iskandar di Nata.29
Verkeer en Waterstaat (Dep. Pekerjaan Umum) yang Nasionalisme menurut Djuanda merupakan
berkantor di gedung V en W atau sekarang dikenal dengan kekuatan bagi bangsa Indonesia untuk melawan
gedung Sate. 25 penjajahan serta kekuatan untuk bersatu membangun
Indonesia sebagai negara merdaka dan berdaulat. Adanya
d. Djuanda dan Nasionalisme nasionalisme membuat bangsa Indonesia sebagai bangsa
Nasionalisme adalah kesadaran kesetiaan individu yang kuat menghadapi permasalahan apapun. IDjuanda
yang bernegara atau semangat bernegara dalam membela selalu mengingatkan akan persatuan bangsa dan selalu
negaranya. 26 Paham kebangsaan tersebut merupakan mengingatkan akan pengorbanan dalam memperoleh
pengaruh dari negara Eropa yang di bawa oleh pelajar kemerdekaan Indonesia setiap Djuanda melakukan pidato.
Indonesia ketika masih dalam masa penjajahan. Bukti akan kesetiaan Ir. Djuanda kepada negara
Perkembangan paham nasionalisme di Indonesia dengan Indonesia yaitu ketika menolak ajakan Belanda untuk
mewujudkan rasa cinta tanah air memiliki pengertian dan membentuk negara Pasundan saat Indonesia mengalami
pemahaman yang berbeda-beda dari setiap Individu. serangan Agresi Militer pada tahun 1948. 30 Perjuangan

23 Tim Penulisan Sejarah Indonesia. Sejarah 27 Slamet Muljana. Kesadaran Nasional dari Kolonial

Nasional Indonesia Jilid V. (Jakarta : Balai Pustaka. 2009). sampai Kemerdekaan. (Yogyakarta : LkiS Yogyakarta,
hlm. 197 2008),hlm. 5
24 Pringgodigno. Sejarah Pergerakan Rakyat 28 Ramlan Subakti. Memahami Ilmu Politik.(Jakarta

Indonesia. (Jakarta : Pustaka Rakyat. 1950) hlm. 152 : Grasindo, 1992) hlm : 11
25 I.O. Nanulaita. op.cit, hlm. 37 29 Suharto. op.cit. hlm.53.
26 Nazaruddin Sjamsudin. Soekarno: Pemikiran 30 Ibid

Politik dan Kenyataan Praktek. (Jakarta : Rajawali Press, 1988)


hlm. 37
277
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

dan pengorbanan Ir. Djuanda yang merupakan nasionalis, kedalam susunan kabinetnya. Ir. Djuanda dilantik menjadi
akan kesetiannya terhadap negaranya, beliau tidak pernah Menteri muda Perhubungan. Ketua Djawatan Kereta Api
menolak tugas dari negara yang ditujukan pada dirinya dan Menteri muda Perhubungan merupakan jabatan
walapun harus meninggalkan keluarganya. Hingga akhir rangkap yang dimiliki oleh Ir. Djuanda. Dengan jabatan
hayat Ir. Djuanda tetap betugas walapun dalam keadaan rangkap tersebut dapat diartikan betapa diakuinya
sakit, dan meninggal sebagai pahlawan Indonesia dengan kemampuan Ir. Djuanda untuk dipercaya membangun
semua perjuangannya dan pengorbanannya dalam pemerintahan di Indonesia.
membangun negara Indonesia. Peran Ir. Djuanda selama menjadi Ketua
Djawatan Kereta Api ialah berhasil mengadakan
B. Menteri Ir. Djuanda pertemuan antar staf DKA seluruh Jawa yang bertempat di
a. Ir. Djuanda Pasca Kemerdekaan Solo. Kereta Api di pulau Jawa pada masa itu dibagi atas
Ir. Djuanda berhasil merebut kantor kereta api 3 daerah, yaitu di Jawa Barat merupakan DKA bekas SS
dari tangan Jepang pada September 1945. 31 Ir. Djuanda (Staatsspoor-DKA Hindia Belanda), Jawa Tengah
merupakan pemimpin gerakan merebut kantor kereta api merupakan bekas dari perusahaan kereta api swasta, dan
dari tangan Jepang pasca di proklamirkan kemerdekaan Jawa Timur bekas SS (Staatsspoor-DKA Hindia
Indonesia oleh Ir. Soekarno. Semangat juang Ir. Djuanda Belanda). 35 Ketiga daerah tersebut memiliki masalah
beserta pemuda Bandung yang kala itu berhasil menguasai masing-masing dan masih bekerja sendiri tanpa
dan merebut kantor kereta api dari penguasaan Jepang. melakukan kerjasama antara satu DKA daerah dengan
Usaha perlawanan Ir. Djuanda mendapat apresisasi dari DKA daerah lain sehingga mengalami permasalahan
pemerintah Indonesia skarena belum ada yang menempati terutama di bidang bahan bakar kereta api. Salah satu
posisi Ketua Djawatan Kereta Api sejak tahun 1945, permasalahan tersebut yang dibahas sehingga setelah rapat
sehingga pemerintah mengangkat Ir. Djuanda sebagai selesai menghasilkan keputusan untuk saling membantu
ketua Djawatan Kereta Api 31 Januari 1946 dalam dalam pembangunan kereta api Indonesia khususnya di
Maklumat Kementrian Perhubungan No./KA tanggal 23 Jawa.
Januari 1946.32
Pelantikan Ir. Djuanda dilakukan secara tidak b. Djuanda dalam Masa Pembangunan Bangsa
resmi, hanya melalui Maklumat Kementrian Perhubungan
No./KA tanggal 23 Januari 1946 yang ditandatangani oleh Kabinet Syahrir III terbentuk setelah kembalinya
Presiden Ir Soekarno, sehingga seketika itu Ir. Djuanda PM Syahrir setelah diculik oleh kelompok oposisi
langsung bergabung dengan staff DKA lainnya yang sehingga Ir. Soekarno kembali memberikan mandat
berada di Bandung. Namun, terjadinya peristiwa Bandung kepada Syahrir untuk membentuk kabinet baru yang diberi
Lautan Api pada 23 Maret 1946 mengakibatkan nama Kabinet Syahrir III. 36 Dalam kabinet tersebut, Ir.
pengosongan rumah dan kantor dinas serta pengungsian Djuanda mendapat tugas sebagai Menteri Perhubungan
massal yang terjadi di Bandung. 33 Adanya kejadian seperti masa Kebinet Syahrir II.
tersebut membuat kantor DKA yang baru beroperasi Sebagai Menteri Perhubungan, Ir. Djuanda terus
berpindah tempat ke Cisurupan Jawa Barat. melakukan pembangunan di segala bidang transportasi.
Tugas berat menanti Ir. Djuanda untuk Setelah memperbaiki dan membangun transportasi darat
melakukan revolusi di bidang kereta api dengan berawal terutama kereta api, Ir. Djuanda segera membangun
memperbaiki fasilitas, stasiun, dan perumahan bagi pelayaran laut yang merupakan transportasi penting selain
karyawan DKA serta gerbong-gerbong kereta api yang kereta api. Terjadinya permasalahan di bidang pelayaran
sudah tak layak pakai. Revolusi pengadaan lokomotif membuat transportasi laut tidak berkembang. Walaupun
kereta api yang di program oleh Djawatan Kereta Api pemerintah sudah membentuk Djawatan Oeroesan Laoet
dengan melakukan perbaikan kembali untuk jalur kereta Seloeroeh Indonesia (DJOLSI) tetap perkembangan
api yang sudah dibongkar Jepang antara lain, transportasi laut tidak bisa berkembang. 37
Pengandaran-Cijulang 22 km, Purwosari-Kartosuro 12 Tidak berkembangnya transportasi laut membuat
km, Purwodadi-Ngemplak 10 km, Kutoarjo-Purworejo 12 Ir. Djuanda mulai memproritaskan pembangunan di
km, Kudus-Bangkalan 24 km, Plumpang-Tuban 22 km, bidang transportasi darat. Terjadi perbaikan dan
Ponorogo-Slahung 26 km. 34 pembangunan fasilitas untuk transportasi darat yaitu
Tanggung jawab yang baik Ir. Djuanda selama dengan pengadaan dan perbaikan gerbong baru untuk
menjadi Ketua Djawatan Kereta Api mendapat transportasi kereta api, membuat dan memperbaiki jalur
kepercayaan dari Perdana Menteri Syahrir untuk masuk

31 Soedarman. Jejak-Jejak Pahlawan : Perekat

Kesatuan Bangsa Indonesia. (Jakarta : PT Grasindo, 2006), 34 M.Gani. op.cit. hlm. 58


hlm. 63. 35 M. Gani. op.cit. hlm. 97
32 M.Gani. Kereta Api Indonesia. (Jakarta : 36 Bibit Suprapto. Perkembangan Kabinet dan

Departemen Penerangan Republik Indonesia, 1978), hlm Pemerintahan di Indonesia.(Jakarta : Ghalia Indonesia, 1985),
57 hlm. 50
33 Tim Penulisan Sejarah Indonesia. Sejarah 37 Djalal Hasjim. Perjuangan Indonesia Di Bidang

Nasional Indonesia Jilid VI. (Jakarta : Balai Pustaka. 2009). Hukum Laut. (Bandung : Binacipta,1979), hlm. 59
hlm. 192
278
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

rel kereta api baru, serta membangun kembali stasiun terbentuknya kerja sama antara Indonesia dan Belanda
kereta api dan jalan raya untuk transportasi darat lainnya. yang dikenal dengan Uni Indonesia-Belanda dan diketuai
Pembangunan fasilitas yang menunjang untuk oleh ratu Belanda. Keputusan lainnya adalah terbentuknya
transportasi darat mengalami permasalahan ketika adanya Republik Indonesia Serikat sebagai pemerintahan baru
pemberontakan yang dilakukan oleh golongan-golongan sehingga terjadi reshuffle kembali dalam tubuh Kabinet
yang tidak setuju akan penandatanganan perjanjian Hatta II dan Republik Indonesia Serikat (RIS) dalam
Linggarjati yang dilakukan oleh PM Syahrir karena Kabinet Hatta III menunjuk Ir. Djuanda untuk dilantik
menguntungkan Belanda. Adanya kejadian itu sebagai Menteri Kemakmuran di bidang ekonomi rakyat
menghambat pembangunan fasilitas penunjang atas dasar keberhasilannya mewakili delegasi komisi
transportasi darat. Tidak hanya terjadi pemberontakan ekonomi dan keuangan dalam perundingan di Konferensi
ketika masa kabinet Syahrir III, namun adanya perpecahan Meja Bundar. 41 Kabinet Hatta III menerima penyerahan
antar anggota kabinet membuat PM Syahrir kedaulatan Indonesia tanggal 27 Desember 1949.
mengundurkan diri dan pemerintahan kembali dipegang
kendali oleh Presiden pada tanggal 27 Juni 1947.38 c. Djuanda dalam Politik Indonesia
Ir. Djuanda dalam kabinet Amir Syarifuddin Republik Indonesia Serikat (RIS) merupakan
dipercaya kembali sebagai Menteri Perhubungan hingga sebuah pemerintahan hasil dari kesepakatan dalam
dua periode dari Kabinet Amir Syarfuddin I dan Kabinet perundingan KMB. Beban berat dipundak Ir. Djuanda
Syarifuddin II. Kepercayaan tersebut merupakan bukti karena harus mampu mengemban tanggung jawab untuk
akan kapabilitas dan kualitas tanggung jawab pekerjaan Ir. menjaga stabilisasi ekonomi negara dan bangsa. Ir.
Djuanda yang sangat baik. Ir. Djuanda juga merupakan Djuanda merupakan seseorang yang memiliki kemampuan
orang yang non partai atau tidak tergolongkan dari partai yang sedikit mengenai ekonomi karena bukan latar
tertentu baik Masyumi, Sosialis, bahkan Komunis. belakang pendidikannya, namun dengan kegigihannya Ir.
Kabinet Amir Syarifuddin II mengalami Djuanda mampu menjalankan tugas sebagai Menteri
permasalahan dalam melakukan perundingan Renville Kemakmuran bidang ekonomi.
yang merupakan perjanjian “persetujuan gencatan senjata Ir. Djuanda segera melakukan tindakan atas
antara Indonesia dan Belanda dan 6 pokok prinsip untuk dampak yang timbul akibat terjadinya agresi militer
perundingan bertujuan mencapai penyelesaian politik”. 39 Belanda I dan II. Dampak dari agresi militer menyebabkan
Kabinet Amir Syarifuddin II dianggap gagal dalam rusaknya berbagai fasilitas bangsa yang hancur dan adanya
perjanjian Renville sehingga melalui Maklumat Presiden inflasi serta defisit dalam angaran belanja negara. 42
RI Nomor 2 Tahun 1948 tertanggal 23 Januari 1948 Tindakan yang dilakukan Ir. Djuanda untuk mengatasi
Kabinet Amir Syarifuddin dibubarkan dan digantikan oleh permasalahan tersebut adalah dengan membentuk
Kabinet Hatta. organisasi yang membantu Menteri Kemakmuran dengan
Presiden Ir. Soekarno memberikan mandatnya anggota para ahli ekonomi. Ir. Djuanda melakukan
kepada Wakil Presiden Moh Hatta untuk memimpin kegiatan politik ekonomi terhadap keputusan dalam KMB.
kabinet baru pada tanggal 24 Januari 1948 untuk Perubahan pemerintahan dari RIS ke NKRI pada
menggantikan Kabinet Amir Syarifuddin II. Ir. Djuanda tanggal 17 Agustus 1950 membuat rakyat merasa menjadi
dalam Kabinet Hatta dilantik kembali menjadi Menteri bangsa yang merdeka. Sehingga terjadi pemogokan
Perhubungan. massal yang dilakukan buruh diberbagai perusaha asing di
Ir. Djuanda menjadi delegasi Indonesia dalam Indonesia. Kejadian ini mengakibatkan goyahnya
perjanjian dengan Belanda. Ir. Djuanda ikut dalam stabilitas ekonomi Indonesia yang baru tersusun, karena
delegasi perjanjian Renville dan Kaliurang walaupun kebijakan ekonomi Indonesia bergantung akan adanya
dalam kedua perjanjian tersebut Indonesia masih belum pabrik dan perusahaan asing di Indonesia guna
bisa terlepas dari belenggu Belanda. Masalah pada masa membentuk perekonomian Indonesia yang masih baru.
kabinet Hatta tidak hanya berasal dari luar negeri namun Dalam mengatasi hal ini, Ir. Djuanda meminta bantuan
di dalam negeri yaitu berupa pemberontakan ideologi Menteri Pertahanan Sultan Hamengku Buwono untuk
komunis yang di lakukan oleh pihak PKI Madiun yang menjamin ekspor hasil perkebunan agar stabilisasi
dipimpin Musso. ekonomi Indonesia tetap terjaga. Selain itu perusahaan
Kabinet Hatta mengalami reshuffle dan Ir. asing yang masih berdiri akan kenakan pajak 40% dari
Djuanda dipercayai untuk menjadi Menteri Negara sejak 4 hasil keuntungan. Setelah berhasil menstabilkan ekonomi
Agustus 1949.40 Dalam Kabinet Hatta II terjadi perjanjian Indonesia, Ir. Djuanda ditunjuk kembali untuk menjadi
penting antara Indonesia dengan Belanda, yang dikenal Menteri Perhubungan dan Pengakutan di Kabinet Natsir
sebagai Konferensi Meja Bundar. Konferensi Meja dan Kabinet Wilopo tahun 1950 dan 1953.
Bundar (KMB) diwakili oleh beberapa delegasi dari Sebagai Menteri Perhubungan, Ir. Djuanda
Indonesia seperti Ir. Djuanda yang mewakili delegasi berusaha melakukan pengembangan transportasi Udara.
komisi ekonomi dan keuangan. Konferensi Meja Bundar Pengembangan transportasi udara memiliki hambatan
menghasilkan beberapa keputusan, salah satunya seperti transportasi laut yaitu kurangnya SDM dan fasilitas

38 Bibit Suprapto. Op.cit. hlm. 59 41 I.O. Nanulaita. op.cit, hlm. 107


39 Panitia Penulisan Sejarah Dep Luar Negeri. 42 Tim Penulisan Sejarah Indonesia VI. op.cit.
(Jakarta : Departemen Luar Negeri) hlm. 33 hlm.302
40 Bibit Suprapto. op.cit. hlm. 95

279
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

yang memadai sehingga Menteri Perhubungan Ir. Djuanda Kabinet Wilopo dibubarkan Presiden Ir.
melakukan diplomasi kepada perusahan Belanda KLM- Soekarno dan itu merupakan masa akhir jabatan Ir.
Interinsular. Ir. Djuanda berharap adanya kerja sama antar Djuanda sebagai Menteri Perhubungan. Ir. Djuanda tidak
pihak dan melakukan merger sehingga dapat membentuk lagi menjabat di kementrian pada tanggal 30 Juli 1953.
suatu bidang yang menaungi transportasi udara. Keinginan Berakhirnya jabatan Ir. Djuanda sebagai menteri
tersebut akhirnya terealisasi, dengan saham 50% Perhubungan tidak mengakhiri peran Ir. Djuanda dalam
Pemerintah Indonesia dan 50% KLM-Interinsular dapat revolusi Indonesia sebagai negara merdeka. Ir. Djuanda
membangun perusahaan transportasi udara yang dikenal tetap bekerja di pemerintahan yaitu bekerja sebagai
sebagai NV. Garuda Indonesia Airways (GIA) pada Direktur Biro Perancangan Negara.
tanggal 27 Desember 1949 dan diresmikan pada tanggal Direktur Biro Perancangan Negara bertugas
31 Maret 1950.43 untuk melakukan pembangunan dan pembenahan bangsa
Ir. Djuanda telah berhasil mendirikan perusahaan berupa proyek-proyek fasilitas bagi masyarakat,
transportasi udara Garuda Indonesia Airways, dan pembangunan pertanian irigasi, jalan, pelabuhan dan
memfokuskan melakukan pembenahan fasilitas pelayaran infrastruktur lainnya. Ir. Djuanda melakukan tugas
karena pelayaran merupakan transportasi penting di awalnya dengan blusukan ke daerah-daerah terutama di
negara kepulauan Indonesia. Pelayaran Indonesia pada luar pulau Jawa untuk melakukan sosialisasi akan proyek
masa pemerintahan RIS dikuasai oleh perusahan pelayaran pembangunan yang direncanakan oleh Pemerintah.
yang berasal dari Belanda yaitu Koninklijke Paketvaart Program Ir. Djuanda dalam perencanaan negara
Maatschappij (KPM). Perusahaan ini memanfaatkan lebih memfokuskan pada pembenahan dan pembangunan
kedudukannya untuk memonopoli pelayaran di Indonesia. desa. Menurut Ir. Djuanda dalam mengawali
Ir. Djuanda berusaha untuk bisa menasionalisasikan KPM pembangunan di Indonesia mulai dari masyraakat desa.
namun tidak bisa teralisasi karena di Indonesia sendiri Untuk melaksanakan program tersebut, Ir. Djuanda
masih kurang akan ketenagakerjaan yang mampu dalam mengundang ahli bidang Community Development PBB
bidang pelayaran. yaitu D.K. Dey.
Prinsip Community Development merupakan
Transportasi laut di Indonesia merupakan pembangunan yang dilakukan dari bawah untuk
transportasi penting bagi Indonesia karena guna memberikan kemakmuran masyarakat dengan kebutuhan
memperdekat jarak antar pulau di Indonesia dengan yang diperlukan masyarakat desa. 46 Ir. Djunda
adanya transportasi laut. Atas dasar itu Ir. Djuanda berpendapat bahwa kekuatan pembangunan Indonesia
berusaha untuk merealisasikan pembentukan badan berawal dari pembangunan masyarakat desa. Masyarakat
transportasi laut Indonesia. Transportasi laut mulai desa merupakan penunjang ekonomi Indonesia dengan
berkembang dengan berdirinya Badan Pengausaan Pusat komoditi yang bisa dikembangkan oleh masyarakat desa
Kapal-Kapal atau PAPUSKA pada tanggal 17 Agustus sendiri seperti padi yang membentang luas di daerah-
1950. 44 PAPUSKA mendapatkan modal awal dari daerah desa di Indonesia dan pernah menjadi komoditi
pemerintah melalui Menteri Perhubungan Ir. Djuanda ekspor sehingga dikenal sebagai negara agraris.
berupa 8 Unit kapal untuk bisa bersaing dengan perusahan Dalam melaksanakan perencanaan
pelayaran Belanda KPM di Industri Pelayaran di pembangunan, Ir. Djuanda dan para staf berhasil
Indonesia. PAPUSKA tidak mampu bersaing dengan menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun (1956-
KPM karena keterbatasan SDM dan fasilitas yang 1960). 47 Rencana pembangunan ini masih dalam kajian
memadai sehingga pemerintah membubarkan PAPUSKA pemerintah serta adanya gejolak politik di kubu
dan mendirikan PT PELNI (Pelayaran Nasional Indonesia) pemerintahan pasca pemilu 1955 sehingga membuat
pada tanggal 20 Juni 1952.45 pembangunan masyarakat desa belum terealisasi dan baru
Modal yang digunakan Menteri Perhubungan Ir. teralisasi dalam Undang-Undang tanggal 11 November
Djuanda dalam melakukan revolusi di bidang transportasi 1958 serta mengubah sasaran dan prioritasnya menjadi
merupakan hasil dari perdagangan karet dan peminjaman tahun 1957 yang sebelumnya 1956.48
dari Eximbank yang merupakan bank yang berasal dari
Amerika. Selain itu keberhasilan Ir. Djuanda dalam C. Perdana Menteri Ir. Djuanda
melakukan diplomasi kerja sama perdagangan dengan a. Awal Pembentukan Kabinet Djuanda
negara Asia maupun Eropa membantu pembiayaan dan
modal awal dalam pembangunan berbagai sektor Kabinet Djuanda terbentuk setelah demisioner
transportasi di Indonesia. Kabinet Ali Sastroamijoyo. Pada masa Kabinet Ali
Sastroamijoyo, Ir. Djuanda menjadi Direktur Biro

43 A.B. Lapian. Terminologi Sejarah : 1945 – 1950 & 46 Randy Wrihatnolo. Manajemen Pemberdayaan :

1950 – 1959. (Jakarta : Departemen Pendidikan dan sebuah pengantar dan panduan untuk pemberdayaan
Kebudayaan, 1996) hlm. 168 masyarakat. (Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2007),
44 Husni Lain. Mengenal Maritim Angkutan Laut. hlm 74
(Jakarta : Yayasan Bina Maritim, 1988), hlm. 97 47 UU RI Nomor 85 Tahun 1958 tentang Rencana
45 www.pelni.co.id (diakses tanggal 21 Februari Pembangunan Lima Tahun 1956-1960
2017) 48 Tim Penulisan Sejarah Indonesia. op.cit. hlm.

337
280
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

Perencanaan Negara dan berhasil merumuskan Rencana Presiden yang akan merubah sistem Demokrasi
Pembangunan Lima Tahun 1956-1960. Keberhasilan Perlementer menjadi Sistem Demokrasi Terpimpin
perumusan perencanaan pembangunan negara tidak sehingga membutuhkan Perdana Menteri yang tidak
mampu direalisasikan karena pada masa Kabinet Ali berpartai agar tidak ada gesekan politik dan sesuai
Sastroamijoyo terjadi gejolak politik dan menimbulkan keinginan Presiden.
pemberontakan yang terjadi di berbagai daerah di Kabinet Djuanda disebut dengan kabinet ahli atau
Indonesia. zeken kabinet karena anggota kabinetnya terdiri dari para
Pemberontakan daerah masa Kabinet Ali ahli dibidang masing-masing. Kabinet Djuanda
Sastroamijoyo diakibatkan adanya pengunduran diri dari merupakan kabinet terakhir masa Parlementer dan
Wakil Predisen Moh Hatta. Mundurnya Moh Hatta Demokrasi Liberal, selain itu Kabinet Djuanda merupakan
sebagai Wakil Presiden tidak direstui oleh para pemimpin kabinet terlama yang berkuasa di pemerintahan Indonesia
daerah diluar Jawa sehingga terjadi ketidakpercayaan dengan rentan waktu 9 April 1957 hingga 10 Juli 1959.
terhadap kebijakan pemerintah pusat. Wakil Presiden Moh
Hatta mundur mengakibatkan tidak ada lagi politik Dwi b. Kebijakan Ir. Djuanda dalam Program
Tunggal sehingga membuat Ir. Soekarno tidak memiliki Kabinet Djuanda
mitra dengan intelektual yang sepadan.49
Kabinet Ali Sastroamijoyo semakin suram ketika Kabinet Djuanda memulai aktif pada tanggal 9
Presiden mengeluarkan kabijakan yang disebut Konsepsi April 1957 setelah Keputusan Presiden Nomor 108 tahun
Presiden yang dikeluarkan tanggal 21 Februari 1957. 50 1957 ditetapkan. Kabinet Djuanda merupakan kabinet
Adanya Konsepsi Presiden mengakibatkan perpecahan di ekstra parlementer sehingga kedudukannya dalam
kalangan anggota partai politik yang berada dalam kabinet pemerintah kuat namun harus tunduk kepada Presiden oleh
Ali Sastroamijoyo. Sehingga terjadi penarikkan anggota sebab itu Kabinet Djuanda harus mengikuti kehendak
kabinet yang dilakukan partai politik terutama partai Presiden.
Masyumi dan PSII. Keretakan kabinet Ali Sastroamijoyo Kabinet Djuanda sering disebut zeken kabinet
mengakibatkan jatuhnya kabinet tersebut dan Ali atau kabinet ahli karena komposisi anggota dalam kabinet
Sastroamijoyo memberikan mandatnya kepada Presiden merupakan tokoh-tokoh yang memiliki kemampuan sesuai
tanggal 14 Maret 1957. dengan bidangnya. Anggota kabinet Djuanda merupakan
Rapat tertutup digelar untuk menentukan kabinet seseorang yang non partai atau keluar dari partainya
pengganti Ali Sastroamijoyo dan berakhir dengan usulan sehingga tidak terikat akan suatu partai. 53 Program
Ali Sastroamijoyo yang mengusulkan Ir. Djuanda untuk Kabinet Djuanda adalah membentuk Dewan Nasional,
dipilih memimpin kabinet baru. 51 Ali Satroamijoyo normalisasi keadaan Republik Indonesia, melanjutkan
memilih Ir. Djuanda karena Ali Sastroamijoyo pernah pembatalan KMB, perjuangan Irian Barat, serta
bekerja sama dengan Ir. Djuanda semasa Ali mempergiat pembangunan.
Sastroamijoyo menjadi Perdana Menteri. Etos kerja Ir. Program kabinet Djuanda segera direalisasikan
Djuanda yang baik dan bertanggung jawab dibuktikannya oleh Ir. Djuanda. Pembentukan Dewan Nasional
dengan berhasil merumuskan Rencana Pembangunan merupakan tugas pertama dari Kabinet Djuanda. Perdana
Lima Tahun saat Ali Sastroamijoyo menjadi Perdana Menteri Djuanda membentuk Dewan Nasional yang
Menteri. Penyebab lain terpilihnya Ir. Djuanda karena disahkan oleh Undang-Undang Darurat pada tanggal 6
beliau merupakan orang yang tidak memiliki partai dan Mei 1957 dan 11 Juli 1957.54 Berdirinya Dewan Nasional
bekerja dengan kehendak sendiri tanpa terpengaruh oleh merupakan awal dari penerapan Demokrasi terpimpin
partai. yang sesuai dengan rencana Konsepsi Presiden. Namun
Hasil rapat tertutup tersebut akhirnya menurut Ir. Djuanda, Dewan Nasional dibentuk untuk
direalisasikan oleh Presiden dengan mengangkat Ir. menjadi penasihat pemerintahan sehingga tidak ada
Djuanda sebagai Perdana Menteri pada tanggal 9 April perubahan dalam konstitusi dan kabinet tetap menjadi
1957 berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 108 tanggung jawab Parlemen.55 Namun dalam kenyataannya
tahun 1957. 52 Penunjukkan Ir. Djuanda mendapat adanya Dewan Nasional membuat Ir. Soekarno semakin
dukungan dari beberapa pihak terutama dikalangan leluasa mengatur pemerintahan dan melemahkan fungsi
mantan Perdana Menteri yang pernah bekerja dengan Ir. kabinet sendiri.
Djuanda sehingga Ir Soekarno juga mempercayakan Tugas Kabinet Djuanda selanjutnya adalah
Menteri Pertahanan kepada Ir. Djuanda. Karakter menormalisasi keadaan Republik Indonesia yang pada
kemimpinan dan hasil kerja Ir. Djuanda yang memuaskan masa kabinet Ali terjadi gejolak pemberontakan daerah
merupakan salah satu faktor eksternal pemilihan Ir. dan mengancam keutuhan NKRI atau disintegrasi.
Djuanda sebagai Perdana Menteri. Faktor internal Permasalahan yang dihadapi Ir. Djuanda merupakan
pemilihan Ir. Djuanda dikarenakan adanya Konsepsi tinggalan dari Kabinet Ali seperti adanya pemberontakan

49 Suwarno. Sejarah Politik Indonesia Modern. 52 Bibit Suprapto. Loc.cit. hlm. 190
(Yogyakarta : Ombak, 2012). hlm. 63 53Moedjanto. Indonesia Abad Ke-20. (Jogjakarta :
Kanisus, . 1988), hlm. 104
50 Tim Penulisan Sejarah Indonesia. op.cit. hlm. 54 I.O. Nanulaita. op.cit, hlm. 137

378 55 Ibid
51 Ibid
281
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

daerah. Masalah pemberontakan daerah menurut Bangsa yang sudah sangat mendesak
keterangan Ir. Djuanda dalam koran Java Bude tanggal 10 karena terjadinya tindakan-tindakan
April 1957 menerangkan bahwa: simpang siur yang amat
“Masalah pemberontakan ini bahkan mempengaruhi masyarakat dan
lebih sulit dibandingkan dengan negara kita, dan menghambat
Kabinet Presiden di Yogyakarta pada jalannya pemerintahan dan
tahun 1948 selama pemberontakan pembangunan. Kejadian-kejadian
Madiun, bahwa kesulitan saat ini yang tidak normal di negara kita
dibentuk secara substansial dengan akhir-akhir ini perlu segera
tiga isu, isu tersebut adalah masalah dipecahkan dan dicarikan jalan
administrasi dan masalah keuangan penyelesaiannya sehingga keadaan
dan ekonomi. Ir. Djuanda juga Republik Indonesia normal kembali.
menjelaskan bahwa ia memiliki Dalam hal ini Pemerintah
beberapa ide untuk menyelesaikan berkenyakinan bahwa dengan
isu-isu daerah namun saat ini ia tidak Musyawarah Nasional ini kita akan
bersedia untuk membuat pernyataan dapat membuka jalan guna mengatasi
apapun tentang masalah tersebut persoalan-persoalan dan kesukaran-
(Koran Java Bude, Tanggal 10 April kesukaran karena para peserta ikhlas
1957).”56 datang ke tempat musyawarah untuk
sama-sama menghadapi dan
Keterangan dalam wawancara tersebut menyelesaikan bahaya yang
menjelaskan bahwa Ir. Djuanda merasa bahwa masalah mengancam kita bersama di mana
disintegrasi ini penanganannya lebih sulit dari pada akan tidak terjadi pendiktean oleh
masalah pemberontakan di Madiun tahun 1948. Masalah sesuatu pihak terhadap yang lainnya,
pemberontakan daerah yang terjadi di Sumatera terdapat curiga-mencurigai satu sama
merupakan akibat dari ketidakpuasan pemerintahan lain dan tidak akan saling tuduh
daerah dengan pemerataan ekonomi yang dilakukan menuduh siapa yang bersalah.
pemerintah pusat sehingga timbullah pemberontakan. Ir. Musyawarah Nasional adalah
Djuanda sudah merencanakan cara untuk meredam gelanggang persaudaraan serta
pemberontakan tersebut namun masih belum terealisasi. keutuhan dan diatas semuanya ini
Program Kabinet Djuanda untuk menyelesaikan Proklamasi 17 Agustus 1945”59
normalisasi keadaan Republik Indonesia akan dimulai
dengan mengadakan Musyawarah Nasional yang bekerja Dalam Musyawarah tersebut Ir. Djuanda
sama dengan Dewan Nasional. 57 Musyawarah Nasional menerangkan bahwa terdapat empat pokok acara yang
akan diselengarakan di Gedung Proklamasi, Pegangsaan akan dibahas dalam musyawarah, yaitu meliputi persoalan
Timur 56 Jakarta dan ditentukan pada bulan September militer, sipil, kewaspadaan nasional, dan soal-soal khusus
1957. Musyawarah Nasional mengundang mantan Wakil termasuk masalah Dwi Tunggal dan Irian Barat.”60
Presiden RI Moh Hatta dengan mengutus Dr. J. Leimena
untuk menemuinya.58 c. Kebijakan Ir. Djuanda dalam Pergolakan
Musyawarah Nasional merupakan program yang Politik
tidak tertulis dalam Kabinet Djuanda namun kegiatan
tersebut merupakan kebijakan yang diambil untuk Program Kabinet Djuanda poin keempat
melakukan diskusi dengan para tokoh mengenai keadaan mengenai perjuangan Irian Barat dilaksanakan selepas
darurat Republik Indonesia. Kegiatan Musyawaran adanya keputusan Munas. Kebijakan Perdana Menteri
Nasional merupakan langkah tepat yang dilakukan semasa Djuanda dalam memperjuangkan Irian Barat di bawa
Kabinet Djuanda karena bisa menyatukan Indonesia dalam rapat PBB dan mendapat dukungan penuh dari
kembali melalui politik Dwi Tunggal. Namun jika Presiden dan Dewan Nasional.61 Perdana Menteri Djuanda
Musyawarah Nasional tersebut gagal akan berdampak berharap mendapatkan dukungan dari negara koalisi
buruk pada persatuan Indonesia dan akan terjadi Indonesia karena pada masa-masa sebelumnya Ir. Djuanda
pergolakkan serta perpecahan. Pidato Ir. Djuanda dalam sering melakukan Hubungan Internasional dengan negara
mengawali Musyawarah Nasional, menerangkan bahwa: lain sehingga memiliki hubungan Diplomatik yang baik.
“Betapa Penting Musyawarah Ir. Djuanda kembali mendapatkan tugas berat
Nasional diadakan pada waktu ini, setelah adanya percobaan pembunuhan Presiden.
mengingat kepentingan Negara dan Percobaan pembunuhan tersebut terjadi pada tanggal 30

56 Baca Koran Java Bude, Tanggal 10 April 1957, 60 Zulfikar Gazali, Anhar, Jr. Chaniago. Sejarah

hlm 1 Politik Indonesia. (Jakarta : Departemen Pendidikan dan


57 Bibit Suprapto. op.cit. hlm. 196 Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional
58 I.O. Nanulaita. loc.cit. hlm. 139 Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.
59 Ibid. 1989). hlm. 52
61 Moedjanto. op.cit. hlm. 108

282
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

November 1957, ketika Ir. Soekarno sedang melakukan Sementara dan meletakkan dasar
kunjungan ke sekolah anaknya di Cekini, Jakarta. Granat- pembangunan negara.
granat yang dilemparkan ke arah Ir. Soekarno meledak 3. Meminta kepada Drs. Moh Hatta dan Sri
sehingga menewaskan beberapa siswa dan wali murid. Sultan Hamengkubuwono IX untuk
Namun, kejadian tersebut tidak melukai Ir. Soekarno yang menyediakan diri menolong negara.66
masih sempat menghindar.62
Adanya peristiwa tersebut membuat Ir. Djuanda Ultimatum tersebut membuat Perdana Menteri
mengkhawatirkan hasil dari Munas tidak akan Djuanda mengadakan rapat darurat dengan para petinggi
terealisasikan karena suhu politik di Indonesia semakin negara dan petinggi militer. Rapat mendadak tersebut
meningkat. Terlepas dari itu, Ir. Djuanda tetap melakukan merupakan respon cepat Perdana Menteri terhadap
tugasnya dan mengeluarkan kebijakan untuk pemogokan ultimatum yang ditujukan kepada Kabinetnya dan
umum seluruh buruh di Indonesia selama 24 jam terhadap Pemerintahan Pusat di Jakarta. Hasil dari rapat darurat
perusahaan milik Belanda pada tanggal 3 Desember tersebut meliputi:
1957. 63 Kebijakan Perdana Menteri Djuanda tersebut 1. Pemerintahan pusat menolak ultimatum
merupakan imbas dari adanya kegagalan PBB dalam Letkol Ahmad Husein dengan kawan-
melakukan perundingan dengan Belanda mengenai Irian kawan.
Barat. 2. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 3
Kebijakan Ir. Djuanda mengakibatkan kerugian tahun 1958 pasal 1, ayat 2, karena
dari perusahan Belanda mencapai 100 juta Rupiah pada membahayakan keamanan dan keselamatan
zaman itu. Adanya pemogokan massal tersebut negara, pemerintah memutuskan untuk
menimbulkan aksi pengambilalihan secara besar-besaran membebastugaskan empat perwira dari
sehingga banyak perusahaan Belanda yang keluar dari dinas tentara tidak dengan hormat, yaitu
Indonesia. 64 Pengambilalihan perusahaan Belanda Letkol Ahmad Husein, Kolonel Zulkufli
dihentikan oleh KASAD dan menyerahkan perusahaan Lubis, Kolonel Simbolon, serta Kolonel
kepada pengawasan tentara.65 Dahlan Djambek.67

d. Kabinet Djuanda dalam Mengatasi PRRI- Kesigapan dan reaksi cepat tentara Indonesia
Permesta berhasil memukul mundur pihak PRRI/Permesta. Selain
kesigapan tentara Indonesia, adanya kebijakan dan strategi
Berawal dari adanya perpecahan ditubuh Perdana Menteri Ir. Djuanda juga berperan dalam
angkatan darat yang terjadi karena ketidakmerataan melemahkan ekonomi PRRI/Permesta. Kebijakan tersebut
kesejahteraan tentara Indonesia khususnya diluar Jawa, adalah kebijakan impor beras yang selama ini di sabotase
memicu terjadinya tuntuntan perbaikan kesejahteraan PRRI untuk membiayai para pihak oposisi.
prajurit tentara yang dilakukan oleh pemimpin-pemimpin Pemerintah pusat sebelumnya melakukan impor
komando di daerah. beras dari Hongkong, Amerika, dan Philipina. Namun
Kondisi politik Indonesia yang sedang memanas jalur yang harus dilewati melalui Singapura merupakan
pasca adanya peristiwa Cekini dan pemogokan massal basis besar PRRI sehingga sering beras yang diimpor
terhadap perusahaan Belanda dimanfaatkan oleh pihak pemerintah tidak bisa mencapai Jakarta. Beras tersebut di
oposisi untuk melakukan gebrakan politik. Pihak oposisi sabotase oleh pihak PRRI dan dijual kembali atau
di daerah Sumatera mengadakan rapat raksasa di Padang, dikonsumsi untuk menghidupi pihak oposisi dan hasil
dan menghasilkan: penjualannya digunakan untuk membeli senjata.68
1. Dalam waktu 5 X 24 jam, sejak dini hari Permasalahan tersebut diketahui Perdana Menteri
Kabinet Djuanda harus menyerahkan Ir. Djuanda sehingga kemudian melakukan perubahan
mandatnya kepada Presiden atau pejabat kebijakan impor beras dengan menghentikan impor dari
Presiden mencabut mandat Kabinet Hongkong dan Amerika dengan beralih mengimpor beras
Djuanda. dari Rusia (Uni Soviet). Beras dari Rusia (Uni Soviet)
2. Presiden atau pejabat Presiden memberi dikirim tidak melalui Singapura, namun langsung ke
tugas kepada Drs. Moh Hatta dan Sri Sultan pelabuhan di Indonesia tanpa ada perantara bahkan tidak
Hamengkubuwono IX sebagai orang-orang melalui Jakarta sehingga langsung bisa didistributorkan ke
yang jujur, berwibawa, cakap, dan bebas dari masyarakat. 69 Kebijakan ini berdampak buruk bagi
anasir anti-Tuhan. Tugas dari zeken kabinet ekonomi PRRI/Permesta karena tidak ada pemasukan
ialah menyelamatkan negara dari keruntuhan keuangan dan membuat pasukan tentara PRRI/Permesta
dengan kembali ke Undang-Undang Dasar bisa dilumpuhkan.

62 Ricklefs. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. 66Ibid


(Jakarta : Serambi Ilmu Semesta, 2009), hlm. 541 67Ibid
63 Tim Kemendikbud. op.cit.hlm. 293 68 Baca Majalah Skets Masa (madjalah lukisan
64 Ibid masyarakat). No.5-th.II-1 Februari 1959. hlm. 10
65 Ulf Sundhaussen, Politik Militer Indonesia. 69 Ibid

(Jakarta : LP3ES dengan PT New Aqua Press, 1988), hlm.


218
283
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

ketua panitia Rancangan Undang-undang Laut Teritorial


dan Lingkungan Maritim pada tahun 1956.72

e. Kebijakan Hukum Laut Perdana Menteri Ir. Panitia Rancangan Undang-undang Laut
Djuanda Teritorial dan Lingkungan Maritim mengusulkan
menggunakan konsep Archipilagic Principle. Konsep
Indonesia merupakan salah satu negara Archipilagic Principle merupakan konsep negara
kepulauan terbesar di dunia. Sabang hingga Merauke kepulauan yang dapat menyatukan lautan dan daratan
merupakan bukti dari besar dan luasnya negara kepulauan Indonesia dengan menggunakan metode garis pangkal
Indonesia. “Indonesia Tanah Airku” penggalan bait lurus. Konsep negara kepulauan yang disusun oleh Panitia
pertama lagu kebangsaan Indonesia Raya, membuktikan Rancangan Undang-undang Laut Teritorial dan
bahwa wilayah Indonesia terdiri tanah (pulau) dan air Lingkungan Maritim dipengaruhi oleh keputusan
(laut) yang merupakan satu kesatuan utuh dari negara Mahkaman Internasional terhadap kasus sengketa
Indonesia. Pulau dan laut merupakan suatu unsur yang perikanan antara Inggris dan Norwegia tahun
tidak dapat dipisahkan untuk menyatukan wilayah 1951. 73 Sengketa Inggris dan Norwegia merupakan
Indonesia karena dengan persatuan tersebut akan sengketa batas wilayah laut yang dikenal dengan “Anglo-
membentuk suatu wilayah teritorial yang besar dan dapat Norwegian Fisheries Case” yang diselesaikan pada tahun
menyatukan rakyat Indonesia. Pemerintah Indonesia 1951.74
sudah memahami hal itu sehingga lahirnya Deklarasi Perdana Menteri Djuanda tetap memperjuangkan
Djuanda merupakan cikal bakal hukum laut di Indonesia. Deklarasi Djuanda walaupun harus menghadapi
Pada masa penjajahan, kolonial Belanda penolakan dari negara lain. Keputusan tersebut merupakan
mengeluarkan kebijakan mengenai hukum laut untuk sesuatu yang tepat karena adanya Deklarasi Djuanda
membentengi wilayah kekuasaan Hindia Belanda pada mampu menyatukan wilayah Indonesia dan rakyat
tahun 1939. Undang-Undang tersebut dituangkan dalam Indonesia walaupun terpisahkan oleh laut. Adanya
Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie yang Deklarasi Djuanda mampu membantu dalam usaha
dalam pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa laut territorial pembebasan Irian Barat dari belenggu Belanda. Sehingga
Indonesia itu lebarnya 3 mil diukur dari garis air rendah membuat pemerintah menyusun Undang-Undang resmi
(laagwaterlijn) daripada pulau-pulau dan bagian pulau untuk Deklarasi Djuanda.75
yang merupakan bagian dari wilayah daratan
(grondgebied) dari Hindia Belanda.70 f. Perdana Menteri Ir. Djuanda dalam
Hukum laut tersebut masih digunakan Indonesia Pergolakan Politik Parlementer
walaupun sudah merdeka. Dalam perkembangannya
hukum laut tersebut dirasa kurang sesuai dengan keadaan Adanya gerakan pemberontakan yang dilakukan
Indonesia saat itu yang sedang berjuang untuk di daerah, membuat Perdana Menteri Djuanda merasa
membebaskan Irian Barat dari Belanda. Hukum laut harus ada peraturan Undang-Undang dasar baru untuk
tersebut perlu dikaji kembali agar bisa menguntungkan menggantikan UUDS 1950, sehingga kemudian
Indonesia. Secara politik hukum laut Territoriale Zee en menugaskan Konstituante untuk menyusun Undang-
Maritieme Kringen Ordonantie merupakan kelemahan Undang. Konstituate merupakan suatu badan yang
Indonesia saat berjuang memperjuangkan Irian Barat bertugas untuk membuat Undang-Undang Dasar
karena kapal-kapal Belanda leluasa berlayar melalui laut (Konstitusi).
Indonesia diluar 3 mil. Secara geografis hukum laut Perdana Menteri Djuanda mengusulkan untuk
Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie adalah adanya kerja sama antara pemerintah dengan Konstituante
penyebab kedaulatan Indonesia terpecah karena adanya dalam menyusun Undang-Undang dasar baru. Perdana
laut bebas yang memisahkan antar pulau di Indonesia. Hal Menteri Djuanda mendasari usulan tersebut berdasarkan
tersebut memungkinkan masuknya kapal asing secara UUDS pasal 136 tentang keterlibatan Pemerintah dalam
bebas di Indonesia.71 memberikan sumbangan usaha dan pikiran untuk
Permasalahan tersebut segera diselesaikan membantu tugas Konstituante.76
Perdana Menteri Ir. Djuanda merangkap Menteri Dalam rapat dengan konstituante tahun 1957,
Pertahanan guna menyusun peraturan perundang- Perdana Menteri Djuanda menyampaikan pidatonya
undangan yang mengatur batas wilayah laut dan darat, dalam risalah perundingan 1957:
sehingga menunjuk Mochtar Kusumaatmadja sebagai “bertindak dengan ketegasan......
dengan peninjauan dan penilaian

70 Mochtar Kusumaatmadja. Hukum Laut bunga 73 Indien Winarwati. loc.cit. hlm. 73


rampai. (Jakarta : Binacipta, 1978.) hlm. 3 74 Mochtar Kusuaatmadja. Hukum Laut
71 Indien Winarwati. Konsep Negara Internasional.(Bandung : Binacipta. 1986). Hlm. 99
Kepulauan.(Malang : Setara Press, 2016) hlm. 23 75 Peraturan Pemerintah Undang-undang No 4
72 S.K Menteri Pertama Djuanda tanggal 1 tahun 1960 tentang perairan Indonesia
Agustus 1957 tentang Panitia Interdepartemental 76 Zulfikar Gazali, Anhar, Jr. Chaniago. op.cit.

Perancangan Undang-undang tentang Laut Wilayah hlm. 74


Indonesia dan Daerah Maritim
284
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

yang bersifat terus terang dan jujur Kabinet Djuanda setuju akan usul
supaya segera dapat menyusun UUD tersebut”79
dengan tepat... menemukan atau Usulan kembali ke UUD 1945 disetujui Presiden
mufakati cara-cara dan norma- dan dibahas dalam rapat dengan Konstituante tanggal 29
norma.... lebih sesuai untuk Mei hingga 2 Juni 1959 namun tanpa ada hasil
menjamin pelaksanaan tugas kesepakatan. 80 Tidak ada kesepakatan tersebut akibat
Konstituante... berarti UUD permasalah dasar negara yang didebatkan oleh golongan
pengganti UUDS suatu sumbangan Islam, Nasionalisme, dan Komunis yang sama-sama
besar bagi kestabilan politik negara menginginkan ideologinya menjadi dasar negara. Usaha
kita” (Risalah Perundingan, 1957)77 lain yang sudah ditempuh ialah pengadakan vooting
pemilihan suara mendukung atau tidak mendukung
Keinginan Perdana Menteri Djuanda untuk kembali ke UUD 1945.
melibatkan pemerintah dalam menyusun Undang-Undang Ketegangan politik terjadi setelah tidak ada
dengan harapan agar UUD baru bisa segera terselesaikan kesepakatan bersama atas usualan Pemerintah dan
dan ditetapkan guna kestabilan politik negara dan mampu Presiden mengenai kembali ke UUD 1945 dan masa
menyelesaikan permasalahan dalam dan luar negeri reses 81 Konstituante. Permasalahan tersebut menyulut
Indonesia. Namun kenyataannya, Konstituante keberatan animo masyarakat dalam mempertanyakan kejelasan akan
akan keikutsertaan pemerintah dalam penyusunan Undang-Undang Dasar yang gagal ditetapkan. Untuk
Undang-Undang karena menganggap pemerintah meredam ketegangan politik di masyarakat, KSAD
melakukan tindakan Inskonstitusional. 78 Terlepas dari itu, Jenderal A.H. Nasution mengeluarkan peraturan darurat
Perdana Menteri Djuanda melakukan kebijakan tersebut pada tanggal 3 Juni 1959 tentang larangan adanya kegiatan
demi keamanan negara bukan demi kedudukan dirinya, politik.82
terlihat dari ketua Panitia Urusan Konstituante yang Presiden melakukan tugas kunjungan kenegaraan
ditunjuk wakil Kabinet bukan Perdana Menteri. ke Jepang, sehingga dalam pengambilan keputusan atas
Konstituante belum dapat memutuskan dasar kegagalan Konstituante dan Pemerintah dalam
ideologi dalam penyusunan Undang-Undang Dasar menetapkan Undang-Undang dasar pegganti UUDS,
pengganti UUDS sehingga penyusunan dan penetapan Konstituante bersama Pemerintah menunggu kepulangan
Undang-Undang Dasar menemui jalan buntu hingga Presiden. 29 Juni 1959 Presiden sudah berada di Indonesia
akhirnya konstituante melakukan rapat dengan pemerintah dan segera mengadakan rapat tanggal 3 Juli 1957 dengan
dalam persoalan tersebut. Perdana Menteri Djuanda memanggil Mr Sartono, Perdana Menteri Djuanda, Para
mengetahui adanya ketidak harmonisan ditubuh Menteri dan Dewan Nasional (Roeslan Abdulgani dan M.
konstituante dalam penyusunan UUD baru sehingga Yamin). 83 Hasil dari rapat tersebut merupakan
Perdana Menteri Djuanda mengingat kembali akan UUD kesepakatan untuk kembali ke UUD 1945 karena
1945, dan mengusulkan untuk kembali ke UUD 1945. keputusan ini dirasa tepat dan tidak memihak kepada
Keterangan tersebut didapat dari kesaksian Mr Wahab golongan manapun, dan Presiden mengungkapkan akan
dalam wawancara IO. Nanulaitta, mengeluarkan Dekrit.
“Pada suatu waktu Pak Djuanda Dekrit tersebut dibacakan pada tanggal 5 Juli
masuk kantor dan memanggil saya, 1959 dan dikenal sebagai Dekrit Presiden dengan rincian:
tanpa penjelasan dahulu, Ir. Djuanda 1. Pembubaran Konstituante,
menyerahkan sehelai kertas, 2. Tidak berlakunya lagi UUDS dan berlakunya
bertuliskan tangan kepada saya “ kembali UUD 1945
kembali ke Undang-undang Dasar 3. Pembentukan MPRS yang terdiri dari anggota
1945” diikuti beberapa point. Ir. DPR ditambah wakil daerah dan golongan
Djuanda berkata “minta tolong fungsional, pembentukan Dewan Pertimbangan
dikerjakan lagi yang lebih diperinci”. Agung Sementara.84
Orang lain bisa berkata lain,
sepanjang pengetahuan saya ide Pembacaan Dekrit Presiden tersebut menandakan
kembali ke UUD 1945 murni ide dari pembubaran Kabinet Djuanda. Perdana Menteri Djuanda
Perdana Menteri Djuanda bukan memberikan mandatnya kembali ke Presiden. Kabinet
konstituante, Nasution, ataupun Ir Djuanda sudah melaksanakan tugasnya dengan baik
Soekarno. Pak Djuanda dalam walaupun tetap ada kekurangan. Terlepas dari itu, banyak
usulnya mengajukan terlebih dahulu masa-masa sulit yang dihadapi Kabinet Djuanda dari
ke DPR, dan DPR serta semua jajaran permasalahan dalam negeri hingga luar negeri.

77 Ibid (www.kbbi.web.id/ diakses pukul 05:55 WIB tanggal 6


78 Ibid Maret 2017)
79 I.O. Nanulaita. op.cit. hlm. 152 82 Tim Kemendikbud. op.cit.hlm. 363
80 Tim Kemendikbud. op.cit.hlm. 362 83 Ibid
81 Reses ialah masa perhentian sidang (parlemen), 84 Baca teks asli Dekrit Presiden 5 Juli 1959

masa istirahat dari kegiatan bersidang.


285
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

Selepas menjadi Perdana Menteri, Ir. Djuanda loyalitas dan integritas yang tinggi terhadap
diangkat menjadi Menteri Pertama di Kabinet Kerja negara”.
hingga tahun 1963 dan mendapatkan Bintang Kesaksian dari rekan kerja Ir. Djuanda
Bhayangkara dari Presiden pada tahun 1961 atas jasa yang juga dibuktikan dari etos kerja yang dengan
telah diberikan kepada negara. 85 Pada tanggal tanggal 7 ikhlas mengabdi kepada negara. Saat Ir. Djuanda
November 1963 menjelang jam 1 dini hari Ir. Djuanda sakit, beliau masih bekerja seperti biasa demi
menghembuskan nafas terakhir karena mengalami gagal negara dan rela meninggalkan keluarganya untuk
jantung selepas menghadiri rapat di Istana Merdeka dan tugas negara. Hingga Ir. Djuanda dipanggil sang
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata ilahi, Ir. Djuanda masih bekerja sebagai seorang
Jakarta. Penyakit tersebut diderita akibat gaya hidup tidak Menteri Pertama yang merupakan kepercayaan
sehat yang dilakukan Ir. Djuanda karena selalu bekerja Ir. Soekarno.
tanpa henti demi negaranya tanpa menghiraukan “Ir. Djuanda merupakan seorang non
kesehatannya. Ketika sakit dan dirawat di Tokyo Jepang, partai yang berkali-kali menjadi menteri, seorang
Ir. Djuanda masih bekerja seperti biasa. Sungguh yang tidak terlibat dalam pertikaian politik,
pengabdian yang luar biasa bagi seorang Negarawan, seorang administrator yang demokratis, seorang
Administrator, dan Teknokrat Utama yang pernah dimiliki pengabdi negara yang setia dan jujur. Inilah
Negara Indonesia. Seorang putra emas Indonesia yang faktor-faktor yang menyebabkan semua pihak
tidak akan hilang peran dan jasanya bagi negara. Maka mengapresiasinya dan menerima
pantaslah jika melalui Surat Keputusan Presiden, Ir. H. pengangkatannya menjadi Perdana Menteri”.
Djuanda Kartawidjaya ditetapkan sebagai Pahlawan Ungkap Mr Maria Ulfa Subadio yang merupakan
Nasional pada tanggal 29 November 1963.86 rekan ketika mengajar di Muhammdiyah dan
dipemerintahan.88
g. Nilai Pedagogis Pengabdian Ir. Djuanda
Kartawidjaya 3. Nasionalisme
Nasionalisme Ir. Djuanda terlihat ketika
Perjuangan Ir. Djuanda sebagai seorang Menteri mampu mengemban tugas menjadi menteri dari
dan Perdana Menteri Indonesia memberikan banyak nilai- beberapa kabinet hingga menjadi Perdana
nilai teladan bagi generasi muda Indonesia. Berikut Menteri tahun 1957. Kepala Djawatan Kereta Api
merupakan sifat dan sikap dari Ir. Djuanda yang adalah tugas pertama Ir. Djuanda di pemerintahan
mempunyai jiwa Nasioanlisme dalam dirinya: Indonesia. Tanpa pengalaman apapun mengenai
kereta api, namun Ir. Djuanda tetap
1. Bertanggung jawab dan disiplin melaksanakan tugas tersebut dengan belajar dan
Bertanggung jawab dan disiplin tidak malu bertanya pada staf pembantunya.
merupakan sikap yang dimiliki Ir. Djuanda sejak Kerendahan hati dan ketenangan Ir. Djuanda
kecil atas didikan orang tuanya yang merupakan menjadi nilai positif yang menginspirasi rekan
seorang guru. Disiplin waktu dan bertanggung kerja dan keluarga.
jawab atas tugas sekolah dan pekerjaan yang Kerja keras dan pengabdian Ir. Djuanda
membawanya menjadi seseorang yang cerdas dan sebagai anak bangsa Indonesia terlihat hingga
beprestasi. Terbukti dengan prestasi yang akhir hayatnya. Ir Djuanda memiliki penyakit
diperoleh semasa Ir. Djuanda bersekolah di ELS, jantung yang mengaharuskannya berobat ke
HBS, dan THS yang merupakan sekolah Tokyo, Jepang. Keadaan sakit Ir. Djuanda tidak
Belanda. Ir. Djuanda berhasil membuktikan menyurutkan semangatnya dalam menyelesaikan
bahwa dirinya tidak kalah dengan anak-anak tugas yang diberikan negara dan tetap bertugas
Belanda bahkan mampu mendapatkan beasiswa sebagaimana biasanya.
ketika kuliah jurusan Ilmu Teknologi di Sikap dan sifat Ir. Djuanda merupakan
Technische Hoge School Bandung atau yang contoh karakter nasionalisme yang harus ditiru
sekarang menjadi Institut Teknologi Bandung.87 oleh generasi muda. Pendidikan karakter dengan
mengenalkan tokoh pejuang Republik Indonesia
2. Tekun dan Jujur seperti Ir. Djuanda merupakan sesuatu yang tepat
Tekun dan jujur merupakan modal Ir. karena mampu menginspirasi generasi muda
Djuanda dalam menjalani kehidupannya. Indonesia yang kini dibuai dengan beragam
Menurut kesaksian Prajoedi Atmosoedirdjo, kemajuan teknologi.
rekan kerja Ir Djuanda, “Ir. Djuanda seorang Nilai-nilai karakter yang ditunjukkan
yang nasionalis tulen yang moderat, yang jujur, dari sikap dan sifat Ir. Djuanda merupakan
mempunyai visi kenegaraan yang luhur, mampu contoh yang baik bagi generasi muda.

85 Keppres RI no 406 tahun 1961, tentang 87 Ibid.


Penyematan Bintang Bhayangkara 88 .O. Nanulaita. loc.cit. hlm.136
86 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA No 244 tahun 1963 tentang Penetapan Ir.
Djuanda sebagai Pahlawan Nasional.
286
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Garuda Indonesia Airways yang merupakan perusahaan
Indonesia menegaskan bahwa karakter pesawat terbang pertama di Indonesia serta PT PELNI
merupakan hasil dari olah hati, olah pikir, olah sebagai perusahaan kapal pertama Indonesia.
raga, olah rasa dan karsa.89 Dengan dimikian, Ir. Kebijakan pembangunan Ir. Djuanda tertuju ke
Djuanda merupakan sosok yang tepat bagi masyarakat desa, yang merupakan bagian penting bagi
generasi muda dan dapat dikembangkan serta negara Indonesia. Masyarakat desa merupakan
diintergrasikan dalam pembelajaran generasi penyumbang devisa negara melalui ekspor timah dan
muda penerus bangsa. karet. Devisa negara tersebut digunakan untuk melakukan
D. Penutup pembangunan pasca kemerdekaan. Ir. Djuanda melakukan
pembangunan masyarakat desa dengan menyusun
Djuanda Kartawidjaya lahir di Tasikmalaya Jawa kebijakan Rencana Pembangunan Lima Tahun 1956-1960.
Barat pada tanggal 14 Januari 1911. Lahir di tengah Puncak karir politik Ir. Djuanda dalam
keluarga guru membuat Djuanda memiliki sikap dan sifat pemerintahan Republik Indonesia terjadi pada tahun 1957,
yang disiplin, rajin, jujur, dan mandiri. Prestasi demi saat beliau dilantik menjadi Perdana Menteri dan
prestasi pernah Djuanda raih dari bersekolah di ELS , HBS memimpin kabinet yang disebut sebagai Kabinet Djuanda.
dan THS yang merupakan sekolah Belanda. Kemampuan Pelantikan Ir. Djuanda tersebut berdasarkan hasil kerja
yang sejak kecil dimiliki merupakan anugerah yang spesial yang memuaskan selama menjadi Menteri sehingga Ir.
bagi Djuanda sehingga membawanya menjadi tokoh Soekarno yang kala itu menjadi formatir kabinet menunjuk
pembangunan bangsa dan negara Indonesia. Ir. Djuanda menjadi Perdana Menteri atas usulan Ali
Ir. Djuanda merupakan seorang yang nasionalis Sastroamijoyo. Ir Djuanda merupakan seorang non politik
dan evolusioner, terlihat dari peran dan sikap Ir. Djuanda dan tidak terlibat dalam pertikaian politik, seorang
terhadap daerah dan negaranya. Ir. Djuanda pernah administrator yang demokratis, dan seorang pengabdi
berjuang bersama masyarakat Jawa Barat dengan menjadi negara yang setia dan jujur.
anggota Paguyuban Pasundan, sebuah organisasi yang Kerja keras dan pengabdian Ir. Djuanda sebagai
menentang adanya pemerintahan Hindia Belanda hingga anak bangsa Indonesia terlihat hingga akhir hayatnya. Ir
kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Kecerdasan dan Djuanda memiliki penyakit jantung sehingga
keuletan Ir. Djuanda diakui oleh pemerintahan baru mengharuskannya berobat ke Tokyo, Jepang. Sakit yang
Indonesia hingga diangkat menjadi Kepala Djawatan diderita Ir. Djuanda tidak menyurutkan semangatnya
Kereta Api. dalam menyelesaikan tugas yang diberikan negara dan
Menteri Marathon merupakan julukan Ir. tetap bertugas sebagaimana biasanya.
Djuanda karena selama tujuh tahun menjadi menteri di Sikap dan sifat Ir. Djuanda merupakan contoh
beberapa kabinet, seperti Kabinet Syahrir, Kabinet Amir karakter nasionalisme yang harus ditiru oleh generasi
Syarifuddin, Kabinet Natsir, Kabinet Wilopo yang muda. Pendidikan karakter dengan mengenalkan tokoh
dipercaya menjabat sebagai menteri Perhubungan serta di pejuang Republik Indonesia seperti Ir. Djuanda
Kabinet Hatta yang dipercaya mengemban tugas menjadi merupakan sesuatu yang tepat karena mampu
Menteri Perekonomian. menginspirasi generasi muda Indonesia yang kini dibuai
Nasionalisme Ir. Djuanda terlihat ketika mampu dengan beragam kemajuan teknologi.
mengemban tugas menjadi Menteri dari beberapa kabinet
hingga menjadi Perdana Menteri tahun 1957. Ir. Djuanda
yang merupakan lulusan teknik pengairan dan jalan di DAFTAR PUSTAKA
Technische Hoge School Bandung tidak pernah menolak
tugas yang diberikan negara kepada dirinya. Ir. Djuanda A. Dokumen.
menjabat sebagai Kepala Djawatan Kereta Api pada tugas UU RI Nomor 85 Tahun 1958 tentang Rencana
pertamanya di pemerintahan Indonesia. Ir. Djuanda tanpa
Pembangunan Lima Tahun 1956-1960.
pengalaman apapun mengenai kereta api namun tetap
melaksanakan tugas tersebut dengan belajar dan tidak
malu bertanya pada staff pembantunya. Kerendahan hati B. Surat Kabar Belanda.
dan ketenangan Ir. Djuanda menjadi nilai positif yang _______.1952. Nieuwsgier. 6 November. Belanda.
menginspirasi rekan kerja dan keluarganya. _______.1954. Java Bude. 24 Juni. Belanda.
Evolusioner yang dimiliki Ir. Djuanda _______. 1957.Java Bude. 10 April. Belanda.
ditunjukkan ketika mengeluarkan kebijakan saat menjadi
Menteri dan Perdana Menteri. Kebijakan Ir. Djuanda
ketika menjadi menteri Perhubungan ialah melakukan C. Majalah.
renovasi dan pembangunan fasilitas transportasi.
Sumbangan besar Ir Djuanda selama menjadi Menteri Majalah Media Keuangan Vol X No. 97/ Oktober 2015.
Perhubungan ialah perbaikan dan pembangunan gerbong Satu Nama Seribu Jasa. Jakarta :
kereta api, lokomotif kereta api serta jalur rel kereta api. Ir Kementrian Keuangan RI
Djuanda memprakarsai pembangunan dan pembentukan

Marzuki, Pengintegrasian Pendidikan Berkarakter


89 Negeri Yogyakarta, 2012) Tahun II, No 1, Februari 2012.
dalam Pembelajaran di Sekolah. (Yogyakarta : Universitas hlm. 34
287
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

Majalah Skets Masa (madjalah lukisan masyarakat). Sjamsudin, Nazaruddin. 1988. Soekarno: Pemikiran
No.5-th.II-1 Februari 1959. Politik dan Kenyataan Praktek. Jakarta :
D. Jurnal. Rajawali Press
Subakti, Ramlan.1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta :
Marzuki. 2012. Pengintegrasian Pendidikan Berkarakter Grasindo
dalam Pembelajaran di Sekolah. Suprapto, Bibit. 1985. Perkembangan Kabinet dan
Yogyakarta : Universitas Negeri Pemerintahan di Indonesia. Jakarta : Ghalia
Yogyakarta, Tahun II, No 1, Februari. 2012 Indonesia
Pratama, Aman. Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia Soedarman. 2006. Jejak-Jejak Pahlawan : Perekat
Masa Kabinet Djuanda 1957-1959. (Socia Kesatuan Bangsa Indonesia. Jakarta : PT
(Jurnal Ilmu Sosial) mei 2013, Vol. 10, no. Grasindo
Sundhaussen, Ulf. 1988. Politik Militer Indonesia. Jakarta
1)
: LP3ES dengan PT New Aqua Press
Suwarno. Sejarah Politik Indonesia Modern. 2012.
E. Buku. Yogyakarta : Omba
Tim Kemendikbud. 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah
Budiardjo Miriam. 1978. Dasar-dasar Ilmu Politik. 7: Pasca Revolusi. Jakarta : Ichtiar Baru
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Van Hoeve
Cipta, Andi. 2012. Mahir Sepakbola. Bandung : Nuansa Tim Penulisan Sejarah Indonesia. 2009. Sejarah Nasional
Cendikia Indonesia Jilid V. Jakarta : Balai Pustaka
Gani, Muhammad 1978. Kereta Api Indonesia. Jakarta : Tim Penulisan Sejarah Indonesia. 2009. Sejarah Nasional
Departemen Penerangan Republik Indonesia Jilid VI. Jakarta : Balai Pustaka
Indonesia Winarwati, Indien. 2016. Konsep Negara Kepulauan.
Djalal, Hasjim. 1979. Perjuangan Indonesia Di Bidang Malang : Setara Press
Hukum Laut. Bandung : Binacipta
Djamin, Awaloedin. 2001 Ir. H.Djuanda : Negarawan, F. Website.
Administrator, dan Teknokrat Utama.
Jakarta : PT Kompas Media Nusantara www.pelni.co.id (diakses tanggal 21 Februari 2017)
www.sipuu.setkab.go.id
Gazali, Zulfikar, DKK. 1989. Sejarah Politik Indonesia. www.delpher.nl
Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai
Tradisional Proyek Inventarisasi dan
Dokumentasi Sejarah Nasional
Kasdi, Aminuddin. 2005. Memahami Sejarah,
Surabaya:Unesa University Press
Kemensos RI Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial
Penanggulangan Kemiskinan Direktorat
Kepahlawanan, Keperintisan, dan
Kesetiakawanan Sosial. 2012. Profil
Pahlawan Indonesia. Jakarta :
Kementerian Sosial RI.
Kusumaatmadja, Mochtar. 1978. Hukum Laut bunga
rampai. Jakarta : Binacipta.
Kusumaatmadja, Mochtar. 1986. Hukum Laut
Internasional. Jakarta : Binacipta.
Lain, Husni. 1988. Mengenal Maritim Angkutan Laut.
Jakarta : Yayasan Bina Maritim
Lapian. Terminologi Sejarah : 1945 – 1950 & 1950 –
1959. 1996. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Moedjanto. 1988. Indonesia Abad Ke-20. Jogjakarta :
Kanisus
Nanulaita. 1983. Ir. Haji Juanda Kartawijaya. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Pringgodigno. 1950. Sejarah Pergerakan Rakyat
Indonesia. Jakarta : Pustaka Rakyat.
Ricklefs.1991.Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press

288

Anda mungkin juga menyukai