Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN

PEMERINTAHAN KEPRESIDENAN DARI MASA KE MASA


(1945 – 2022)

Guru Mata Pelajaran:


Ni Made Sumarniasih, S.Pd

Nama:
Made Deva Nurmaulana
Kelas:
9A
No. Absen:
28

SMP NEGERI 1 DENPASAR


2021 / 2022
i

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah memberikan rahmat-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul Pemerintahan Presiden
Dari Masa Ke Masa (1945 – 2022) ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bab IV yaitu Indonesia dari Masa Kemerdekaan
Hingga Masa Reformasi. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Kepresidenan Dari Masa Ke Masa bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Marni, selaku guru mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan tentang Kepresidenan Dari Masa Ke Masa.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, laporan yang saya susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan laporan
ini.

Denpasar, 16 Februari 2022


Hormat saya,

Made Deva Nurmaulana / 9A / 28

ii

2
DAFTAR ISI

i. KATA PENGANTAR.................................................................................2
ii. DAFTAR ISI.............................................................................................3
I. Dr. (H.C.) Ir. H. Soekarno...........................................................................4
II. Jenderal Besar TNI (Purn.) H. M. Soeharto...........................................13
III. Prof. Dr. Ir. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng.............................20
IV. Dr. (H.C.) K. H. Abdurrahman Wahid..................................................24
V. Prof. Dr. Hj. Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri............29
VI. Jenderal TNI Prof. Dr. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, M.A.......34
VII. Ir. H. Joko Widodo, DK........................................................................40

I Dr. (H.C.) Ir. H. Soekarno

3
I. BIODATA
Presiden Indonesia Ke – 1
Masa Jabatan
18 Agustus 1945 – 12 Maret 1967
Nama Lengkap Ir. Soekarno
Nama Panggilan Bung Karno
Nama Kecil Kusno.
Tempat / Tanggal Lahir Surabaya, 06 Juni 1901.
Agama Islam.
Nama Istri Fatmawati, Hartini, Ratna Sari Dewi, Kartini Manopo,
Haryati, Yurike Sanger, dan Heldy Djafar.

Nama Anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, Guruh


(dari Fatmawati) Taufan, Bayu (dari Hartini) Kartika
(dari Ratna Sari Dewi).

Pendidikan HIS di Surabaya, Hogere Burger School (HBS),


Technische Hoogeschool (THS) di Bandung.

Meninggal Jakarta, 21 Juni 1970.


Dimakamkan Blitar, Jawa Timur.

II. KEPEMERINTAHAN
1. Masa Kepemimpinan
Ir.Soekarno menjabat sebagai presiden Republik Indonesia mulai dari Masa
Kemerdekaan Indonesia (1945 – 1950), Masa Demokrasi Parlementer (1950 –
1959), sampai dengan Masa Demokrasi Terpimpin (1959 – 1966).

4
2. Kebijakan – Kebijakan

• Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)


Tanggal 22 Agustus 1945 PPKI kembali menyelenggarakan rapat
pembentukan KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) yang akan
mengantikan PPKI. Soekarno dan Hatta mengangkat 135 orang anggota
KNIP yang mencerminkan keadaan masyarakat Indonesia. Seluruh
anggota PPKI kecuali Soekarno dan Hatta menjadi anggota KNIP yang
kemudian dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945. Tugas dan wewenang
KNIP adalah menjalankan fungsi pengawasan dan berhak ikut serta dalam
menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN).
• Membentuk Kekuatan Pertahanan dan Keamanan
Pada tanggal 23 Agustus, Presiden Soekarno mengesahkan secara resmi
Badan Keamanan Rakyat (BKR) sebagai badan kepolisian yang bertugas
menjaga keamanan. Sebagian besar anggota BKR terdiri dari mantan
anggota PETA, KNIL, dan Heiho. Pada tanggal 5 Oktober berdirilah TKR
(Tentara Keamanan Rakyat). Supriyadi (tokoh perlawanan tentara PETA
terhadap Jepang di Blitar) terpilih sebagai pimpinan TKR. Atas dasar
maklumat itu, Oerip Sumihardjo segera membentuk Markas Besar TKR
yang dipusatkan di Yogyakarta.
• Melakukan Diplomasi ke India
Pada tahun 1946, Indonesia membantu pemerintah India yang tengah
menghadapi bahaya kelaparan dengan mengirimkan beras seberat 500.000
ton. Sebagai imbalannya, pemerintah India menjanjikan akan mengirimkan
bahan pakaian yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Indonesia. Selain
bersifat ekonomis, pengiriman bantuan ke India juga bersifat politis karena
India merupakan negara Asia yang paling aktif mendukung perjuangan
diplomatik dalam rangka solidaritas negara-negara Asia.
• Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA)
Konferensi Asia Afrika (KAA) diselenggarakan pada tanggal 18–24 April
1955 di Bandung. Konferensi ini dihadiri oleh 29 negara. Sidang
berlangsung selama satu minggu dan menghasilkan sepuluh prinsip yang
dikenal dengan Dasasila Bandung. Penyelenggaraan Konferensi Asia
Afrika (KAA) membawa keuntungan bagi Indonesia, pamor Indonesia
sebagai negara yang baru merdeka naik karena kemampuannya

5
menyelenggarakan konferensi tingkat internasional. Keuntungan lainnya
adalah dukungan bagi pembebasan Irian Barat yang saat itu masih
diduduki Belanda.
Perusahaan Asing
Nasionalisasi perusahaan asing dilakukan dengan pencabutan hak milik
Belanda atau asing yang kemudian diambil alih atau ditetapkan statusnya
sebagai milik pemerintah Republik Indonesia. Nasionalisasi yang
dilakukan pemerintah terbagi dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu tahap
pengambilalihan, penyitaan dan penguasaan. Tahap kedua yaitu tahap
pengambilan kebijakan yang pasti, yakni perusahaan-perusahaan yang
diambil alih itu kemudian dinasionalisasikan.
• Finansial Ekonomi (Finek)
Pada masa Kabinet Burhanuddin Harahap, Indonesia mengirim delegasi ke
Belanda untuk merundingkan masalah Finansial Ekonomi (Finek).
Perundingan ini dilakukan pada tangal 7 Januari 1956. Rancangan
persetujuan Finek yang diajukan Indonesia terhadap pemerintah Belanda
adalah sebagai berikut:
1) Pembatalan Persetujuan Finek hasil KMB.
2) Hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan
bilateral.
3) Hubungan finek didasarkan atas undang-undang Nasional, tidak boleh
diikat oleh perjanjian lain.
• Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT)
Pada masa kabinet Ali Sastroamijoyo II, pemerintah menyusun Rencana
Pembangunan Lima Tahun yang rencananya akan dilaksanakan antara
tahun 1956-1961. Rencana ini tidak berjalan dengan baik disebabkan oleh
hal-hal berikut.
1) Depresi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa Barat pada akhir tahun
1957 dan awal 1958 mengakibatkan ekspor dan pendapatan negara
merosot.
2) Perjuangan pembebasan Irian Barat dengan melakukan nasionalisasi
perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia menimbulkan gejolak
ekonomi.

6
3) Adanya ketegangan antara pusat dan daerah sehingga banyak daerah
yang melaksanakan kebijakan ekonominya masing-masing.
• Oldefo dan Nefo
Oldefo (The Old Established Forces) adalah sebutan untuk negara-negara
barat yang sudah mapan ekonominya. Khususnya negara-negara kapiltalis.
Nefo (The New Emerging Forces) adalah sebutan untuk negara-negara
baru, khususnya negara-negara sosialis. Pada masa Demokrasi Terpimpin,
Indonesia lebih banyak menjalin kerja sama dengan negara-negara Nefo.
Hal ini terlihat dengan dibentuknya Poros Jakarta-Peking (Indonesia dan
China) dan Poros Jakarta-Phnom Penh-Hanoi-Pyongyang (Indonesia,
Kamboja, Vietnam Utara, dan Korea Utara). Terbentuknya poros ini
mengakibatkan ruang gerak diplomasi Indonesia di forum internasional
menjadi sempit. Indonesia terkesan memihak kepada blok sosial/komunis.
• Politik Mercusuar
Politik Mercusuar merupakan politik yang dijalankan oleh Presiden
Soekarno dengan anggapan bahwa Indonesia merupakan mercusuar yang
menerangi jalan bagi Nefo di seluruh dunia. Untuk mewujudkannya, maka
diselenggarakan proyek-proyek besar dan spektakuler yang diharapkan
dapat menempatkan Indonesia pada kedudukan yang terkemuka di
kalangan Nefo. Proyek-proyek tersebut membutuhkan biaya yang sangat
besar, diantaranya adalah penyelenggaraan Ganefo (Games of the New
Emerging Forces), pembangunan kompleks olahraga Senayan, dan
pembangunan Monumen Nasional (Monas).
• Konfrotasi dengan Malaysia
Konfrontasi dengan Malaysia berawal dari keinginan Federasi Malayasia
untuk menggabungkan Brunei, Sabah dan Sarawak ke dalam Federasi
Malaysia. Rencana pembentukan Federasi Malaysia mendapat tentangan
dari Filipina dan Indonesia. Filipina menentang karena menganggap bahwa
wilayah Sabah secara historis adalah milik Kesultan Sulu. Indonesia
menentang karena menurut Presiden Soekarno pembentukan Federasi
Malaysia merupakan sebagian dari rencana Inggris untuk mengamankan
kekuasaanya di Asia Tenggara. Pembentukan Federasi Malaysia dianggap
sebagai proyek Neokolonialisme Inggris yang membahayakan revolusi
Indonesia. Pada saat Konfrontasi Indonesia-Malaysia sedang berlangsung,

7
Malaysia dicalonkan menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
Pencalonan ini mendapat reaksi keras dari Presiden Soekarno. Pada
tanggal 7 Januari 1965 Malaysia dinyatakan diterima sebagai anggota tidak
tetap Dewan Keamanan PBB, dengan spontan Presiden Soekarno
menyatakan Indonesia keluar dari PBB.
• Pembebasan Irian Barat
Sesuai isi KMB, Irian Barat akan diserahkan oleh Belanda satu tahun
setelah pengakuan kedaulatan RIS. Namun, pada kenyataannya lebih dari
satu tahun pengakuan kedaulatan Indonesia, Belanda tidak kunjung
menyerahkan Irian Barat pada Indonesia. Dalam penyelesaian masalah
Irian Barat, pemerintah Indonesia melakukan upaya diplomasi bilateral
dengan Belanda. Upaya ini tidak membuahkan hasil. Selanjutnya sejak
tahun 1954 setiap tahun persolan Irian Barat berulang-ulang dimasukkan
ke dalam acara sidang Majelis Umum PBB, tetapi tidak pernah
memperoleh tanggapan positif. Oleh karena berbagai upaya diplomasi
tidak berhasil, pemerintah Indonesia akhirnya memutuskan untuk
menempuh sikap keras melalui konfrontasi total terhadap Belanda. Pada
tanggal 15 Agustus 1962 ditandatangani suatu perjanjian antara
Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Belanda di New York, yang
terkenal dengan Perjanjian New York. Berdasarkan hasil Pepera tahun
1969, Dewan Musyawarah Pepera secara aklamasi memutuskan bahwa
Irian Barat tetap ingin bergabung dengan Indonesia. Hasil musyawarah
pepera tersebut dilaporkan dalam Sidang Majelis Umum PBB ke-24 oleh
diplomat PBB, Ortiz Sanz yang bertugas di Irian Barat.
• Pembentukan Dewan Perancang Nasional (Depernas)
Dewan Perancang Nasional (Depernas) dibentuk berdasarkan Undang
Undang No. 80 Tahun 1958 dan Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1958.
Tugas dewan ini adalah menyiapkan rancangan undang-undang
pembangunan nasional yang berencana serta menilai pelaksanaan
pembangunan tersebut. Dewan ini diketuai oleh Mohammad Yamin
dengan 50 orang anggota. Pelantikannya secara resmi dilakukan oleh
Presiden Soekarno pada 15 Agustus 1959.
• Devaluasi Mata Uang Rupiah

8
Pada tanggal 24 Agustus 1959, pemerintah mendevaluasi (menurunkan
nilai mata uang) Rp 1.000 dan Rp 500 menjadi Rp 100 dan Rp 50.
Pemerintah juga melakukan pembekuan terhadap semua simpanan di
bank-bank yang melebihi jumlah Rp 25.000. Tujuan kebijakan devaluasi
dan pembekuan simpanan ini adalah untuk mengurangi banyaknya uang
yang beredar demi kepentingan perbaikan keuangan dan perekonomian
negara.

3. Hal Kontroversial
• Presiden menunjuk dan mengangkat anggota Majelis Permusyawaratan
Rakyat Sementara (MPRS). Seharusnya anggota Majelis Permusyawaratan
Rakyat Sementara (MPRS) dipilih melalui pemilu bukan ditunjuk dan
diangkat oleh Presiden.
• Presiden membubarkan Dewan Permusyawaratan Rakyat (DPR) hasil
Pemilu 1955 dan menggantinya dengan Dewan Permusyawaratan Rakyat
Gotong Royong (DPR-GR). Seharusnya kedudukan Presiden dan DPR
adalah setara. Presiden tidak dapat membubarkan DPR, sebaliknya DPR
tidak dapat memberhentikan Presiden.
• Pengangkatan presiden seumur hidup. Seharusnya Presiden dipilih setiap
lima tahun sekali melalui pemilu sebagaimana amanat UUD 1945, bukan
diangkat seumur hidup.

III. ULASAN / PENDAPAT


1. Positif
• Tegas.
• Ridak mudah terpengaruh oleh orang asing.
• Selalu bersikap bijaksana .

2. Negatif
• Penyimpangan terhadap ketentuan Undang-undang Dasar Republik
Indonesia tahun 1945 (UUD 1945).
• Sentralisasi kekuasaan.
• Serta terjadinya pemberontakan G 30 S/PKI.

9
II Jenderal Besar TNI (Purn.) H. M. Soeharto

10
I. BIODATA
Presiden Indonesia Ke – 2
Masa Jabatan 02 Maret
1967 – 21 Mei 1998

Nama Lengkap Jenderal Besar TNI (Purn.) H. M. Soeharto.


Nama Panggilan Soeharto.
Nama Kecil -
Tempat / Tanggal Lahir Yogyakarta, 08 Juni 1921.
Agama Islam.
Nama Istri Fatimah Siti Hartinah Soeharto.
Nama Anak Hutomo Mandala Putra, Siti Hediati Hariyadi , Siti
Hardiyanti Rukmana, Bambang Trihadmodjo, Sigit
Harjojudanto , Siti Hutami Endang Adiningsih.

Pendidikan SD Pedes Yogyakarta, SMP Muhammadiyah di


Yogyakarta, Sekolah militer di Gombong.

Meninggal Jakarta, 27 Januari 2008.


Dimakamkan Asta Giribangun, Solo.

II. KEPEMIMPINAN
1. Masa Kepemimpinan
Soeharto menjabat sebagai presiden Republik Indonesia pada Masa Orde Baru
(1966 – 1998).
2. Kebijakan – Kebijakan

11
• Pemulihan Politik Luar Negeri Indonesia Bebas Aktif
Politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif kembali dipulihkan dengan
dikeluarkannya sejumlah ketetapan yang menjadi landasan politik luar
negeri Indonesia, di antaranya adalah Ketetapan MPRS No.
XII/MPRS/1966 tentang Kebijaksanaan Politik Luar Negeri RI Bebas
Aktif. • Pemulihan Hubungan dengan Malaysia
Pemulihan hubungan Indonesia dan Malaysia dimulai dengan diadakannya
perundingan Bangkok pada 29 Mei-1 Juni 1966 yang menghasilkan
Perjanjian Bangkok. Selanjutnya pada tanggal 11 Agustus 1966
ditandatangani persetujuan pemulihan hubungan Indonesia-Malaysia di
Jakarta. Persetujuan ini ditandatangani oleh Adam Malik dari Indonesia
dan Tun Abdul Razak dari Malaysia.
• Penyederhanaan Partai Politik
Pada masa Orde Baru, pemerintah melakukan penyederhanaan dan
penggabungan (fusi) partai-partai politik menjadi tiga kekuatan sosial
politik. Penggabungan partai-partai politik tersebut tidak didasarkan pada
kesamaan ideologi, tetapi lebih atas persamaan program. Tiga kekuatan
sosial politik itu adalah sebagai berikut:
1) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan gabungan dari
NU, Parmusi, PSII, dan Perti.
2) Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang merupakan gabungan dari PNI,
Partai Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo.
3) Golongan Karya (Golkar).
• Pemilihan Umum
Selama masa Orde Baru, pemerintah berhasil melaksanakan enam kali
pemilihan umum, yaitu tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.
Dalam setiap Pemilu yang diselenggarakan selama masa pemerintahan
Orde Baru, Golkar selalu memperoleh mayoritas suara dan memenangkan
Pemilu. Hal itu disebabkan oleh pengerahan kekuatan-kekuatan
penyokong
Orde Baru untuk mendukung Golkar. Kekuatan-kekuatan penyokong
Golkar adalah aparat pemerintah (pegawai negeri sipil) dan Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Dengan dukungan pegawai negeri
sipil dan ABRI, Golkar dengan leluasa menjangkau masyarakat luas di

12
berbagai tempat dan tingkatan. Dari tingkatan masyarakat atas sampai
bawah. Dari kota sampai pelosok desa.
• Dwi Fungsi ABRI
Dwi Fungsi ABRI maksudnya adalah bahwa ABRI memiliki dua fungsi,
yaitu fungsi sebagai pusat kekuatan militer yang melindungi segenap
bangsa Indonesia, dan fungsi sebagai kekuatan sosial yang secara aktif
melaksanakan - kegiatan-kegiatan pembangunan nasional. Dengan peran
ganda ini, ABRI diizinkan untuk memegang jabatan dalam pemerintahan,
termasuk walikota, pemerintah provinsi, duta besar, dan jabatan lainnya.
Setelah berakhirnya masa kepemimpinan Orde Baru, Dwi Fungsi ABRI
mulai dihapuskan.
• Pelita I (1 April 1969-1 Maret 1974)
Sasaran yang hendak dicapai adalah pangan, sandang, perbaikan prasarana,
perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani.
Pelita I lebih menitikberatkan pada sektor pertanian. Pelaksanaan Pelita I
telah membuahkan hasil yang cukup menggembirakan, antara lain
produksi beras telah meningkat dari 11,32 juta ton menjadi 14 juta ton;
pertumbuhan ekonomi dari rata-rata 3% menjadi 6,7% per tahun;
pendapatan rata-rata penduduk (pendapatan per kapita) dari 80 dolar
Amerika dapat ditingkatkan menjadi 170 dolar Amerika. Tingkat inflasi
dapat ditekan menjadi 47,8% pada akhir Pelita I (1973/1974).
• Pelita II (1 April 1974 -31 Maret 1979)
Sasaran yang hendak dicapai pada masa ini adalah pangan, sandang,
perumahan, sarana dan prasarana, menyejahterakan rakyat, dan
memperluas lapangan kerja. Pelita II berhasil meningkatkan pertumbuhan
ekonomi rata rata penduduk 7% setahun. Tingkat inflasi berhasil ditekan
hingga 9,5%. Pada sektor pertanian, telah dilakukan perbaikan dan
pembangunan jaringan irigasi baru.
• Pelita III (1 April 1979-31 Maret 1984)
Pelita III lebih menekankan pada Trilogi Pembangunan yang bertujuan
terciptanya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945. Arah dan kebijaksanaan ekonominya adalah pembangunan
pada segala bidang. Pedoman pembangunan nasionalnya adalah Trilogi
Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan. Inti dari kedua pedoman

13
tersebut adalah kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat dalam
suasana politik dan ekonomi yang stabil. Pelita III ini menitikberatkan
pada sektor pertanian menuju swasembada pangan, serta meningkatkan
industri yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Produksi beras
diperkirakan mencapai 20,6 juta ton pada tahun 1983.
• Pelita IV (1 April 1984 -31 Maret 1989)
Pelita IV menitikberatkan pada sektor pertanian untuk melanjutkan usaha
menuju swasembada pangan, serta meningkatkan industri yang dapat
menghasilkan mesin-mesin industri sendiri, baik industri berat maupun
industri ringan. Hasil yang dicapai pada Pelita IV di antaranya adalah
swasembada pangan dengan produksi beras mencapai 25,8 juta ton pada
tahun 1984. Kesuksesan ini mendapatkan penghargaan dari FAO
(Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia) pada tahun 1985.
• Pelita V (1 April 1989 - 31 Maret 1994)
Pelita V menitikberatkan pada sektor pertanian dan industri untuk
menetapkan swasembada pangan dan meningkatkan produksi hasil
pertanian lainnya; dan sektor industri khususnya industri yang
menghasilkan barang ekspor, industri yang banyak menyerap tenaga kerja,
industri pengolahan hasil pertanian, serta industri yang dapat menghasilkan
mesin-mesin industri. Pelita V adalah periode terakhir dari pembangunan
jangka panjang tahap pertama. Lalu, dilanjutkan pembangunan jangka
panjang tahap kedua.
• Pelita VI
Pelita VI merupakan awal pembangunan jangka panjang tahap kedua.
Pelita VI lebih menitikberatkan pada sektor ekonomi, industri, pertanian,
serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai
pendukungnya. Direncanakan, Pelita VI dilaksanakan mulai tanggal 1
April 1994 dan berakhir pada tanggal 31 Maret 1999. Namun, pada tahun
1997 Indonesia dilanda krisis keuangan yang berlanjut menjadi krisis
ekonomi dan akhirnya menjadi krisis kepercayaan terhadap pemerintah.
Akibatnya, Pelita VI tidak dapat dilanjutkan sesuai dengan yang
direncanakan.

3. Hal Kontroversial

14
• Pembatasan Hak-Hak Rakyat
Jumlah partai politik dibatasi hanya tiga. Walaupun ada kebebasan pers,
dalam kenyataannya pemerintah dapat memberedel penerbitan pers. Bagi
warga negara yang berani mengkritik pemerintah dianggap melanggar
aturan negara.
• Pemusatan Kekuasaan di Tangan Presiden
Walaupun secara formal kekuasaan negara dibagi ke berbagai lembaga
negara, ternyata dalam praktiknya presiden memiliki kekuasaan terhadap
lembaga-lembaga tersebut dan hal itu melampaui kewenangannya.
• Pemilu yang Tidak Demokratis
Pemilu yang dilaksanakan setiap 5 tahun sekali berlangsung penuh dengan
kecurangan dan ketidakadilan. Hak-hak warga negara kurang diperhatikan,
bahkan suara mereka dimanipulasi atau dipaksanakan untuk memilih salah
satu partai politik demi kepentingan penguasa.
• Pembentukan Lembaga Ekstrakonstitusional
Untuk mempertahankan kekuasaan, pemerintah membentuk Kopkamtib
(Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban) yang berfungsi
melindungi dari pihak-pihak yang akan menjadi oposisi penguasa.

III. ULASAN / PENDAPAT


1. Positif
• Pada masa kepemimpinan Soeharto, angka kemiskinan menurun.
• Penyebaran puskesmas hampir di seluruh wilayah indonesia membuat
masyarakat mendapat pelayanan kesehatan.
2. Negatif
• Pemerintahan masih bersifat otoriter yang mengakibatkan masyarakat
tidak leluasa dalam berkarya.
• Perwakilan rakyat hanya sebagai lambang saja dampaknya rakyat
indonesia tidak dapat memilih presiden sesuai hati nurani nya.

15
III Prof. Dr. Ir. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng

16
I. BIODATA
Presiden Indonesia Ke – 3
Masa Jabatan
21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999
Nama Lengkap Prof. Dr. Ir. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng
Nama Panggilan B.J. Habibie.
Nama Kecil -
Tempat / Tanggal Lahir Parepare, 25 Juni 1936.
Agama Islam.
Nama Istri Hasri Ainun Besari.
Nama Anak Ilham Akbar Habibie, Thareq Kemal Habibie.
Pendidikan SMAK Dago, Bandung, Institut Teknologi Bandung
(ITB), RWTH Aachen.

Meninggal Jakarta, 11 September 2011.


Dimakamkan Taman Makam Pahlawan Kalibata.

II. KEPEMIMPINAN
1. Masa Kepemerintahan
B.J. Habibie menjabat sebagai presiden Republik Indonesia pada Masa Reformasi
(1998 – Sekarang).
2. Kebijakan – Kebijakan

17
• Kebebasan Pers
Pada masa pemerintahan sebelumnya, pers dibungkam dan dipaksa
mengikuti opini dari pemerintahan sehingga apabila ada pers yang
menentang kebijakan pemerintah maka akan mendapatkan hukuman.
Dilansir dari Komisi Informasi Pusat Republik Indonesia, dikeluarkannya
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers pada masa
pemerintahan Habibie menjadikan pers sebagai salah satu wujud
kedaulatan RI. Sehingga undang-undang tersebut menjadi ujung tonggak
dari kebebasan pers yang ada di Indonesia yang sering dibredel pada masa
pemerintahan sebelumnya.
• Pemilu Bebas dan Demokratis
Habibie juga membentuk undang-undang yang mengatur kebebasan
masyarakat Indonesia dalam melaksanakan pemilu yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang pemilu. Hasil dari
dibentuknya undang-undang tersebut adalah lahirnya 48 partai politik baru
yang ikut berpartisipasi secara aktif dalam pemilu Indonesia di tahun 1999.
Pada tahun 1999, pemilu legislatif yang dilaksanakan menjadi pemilu yang
paling bebas dan demokratis yang terjadi setelah pemilu pada tahun 1955.
• Lahirnya Komnas Perempuan
Pada peristiwa Mei 1998, banyak kasus kekerasan seksual yang menimpa
perempuan terutama dari etnis Tionghoa, hal ini memicu lahirnya tuntutan
dari masyarakat agar masalah ini tidak terulang kembali. Untuk memenuhi
tuntutan ini, Habibie mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 181 Tahun
1998 yang akhirnya melahirkan komisi nasional perempuan di Indonesia.
• Kemerdekaan Timor Leste
Referendum atau pemisahan diri Timor Leste dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia terlaksana pada masa pemerintahan Habibie.
Referendum ini menghantarkan Timor Leste menjadi negara yang
merdeka. Peristiwa referendum Timor Leste ini sempat mendapatkan
pertidaksetujuan dari pihak militer Indonesia, akan tetapi Habibie tetap
melaksanakan referendum Timor Leste.
• Wewenang Bank Indonesia
Pada tahun 1998, Habibie melaksanakan restrukturisasi perbankan di
Indonesia dan memutuskan bahwa Bank Indonesia (BI) harus terpisah dari

18
pemerintahan agar tetap bersifat obyektif dan tidak terpengaruh oleh
politik.Pemisahan Bank Indonesia dari pemerintahan ini diatur dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999. Dilansir dari Indonesia Baik,
Bank Indonesia sebagai bank sentral di Indonesia diharapkan dapat
membantu mengatasi krisis moneter yang menimpa Indonesia pada tahun
1998 dengan cara meningkatnya suku bunga sebesar 70 persen dan
diterbitkannya obligasi senilai Rp 650 triliun untuk menalangi perbankan.
3. Hal Kontroversial
• BJ Habibie merupakan presiden Indonesia dengan masa jabatan tersingkat.
• BJ Habibie mampu mengendalikan kondisi perekonomian yang ambruk
akibat krisis moneter pada masa pemerintahan Soeharto.
• Memberikan izin kepada rakyat Timor Leste untuk melakukan referendum
sehingga Timur Leste akhirnya lepas dari pangkuan Indonesia.

III. ULASAN / PENDAPAT


1. Positif
• Selalu mau belajar.
• Kritis.
• Gigih dan pantang menyerah.
2. Negatif
• Kebijakan melepas tahanan pemerintah mungkin berdampak negatif bagi
negara ini yaitu makin maraknya kejahatan tanpa korban, dan mungkin
white colar crime, tetapi disisi lain kebijakan habibie melepas irian sangat
positif, karena pergolakan yg terjadi disana cukup membuat indonesia
kacau.

19
IV Dr. (H.C.) K. H. Abdurrahman Wahid

I. BIODATA
Presiden Indonesia Ke – 4
Masa Jabatan
20 Oktober 1999 – 23 Juli 2001
Nama Lengkap Dr. (H.C.) K. H. Abdurrahman Wahid.
Nama Panggilan Gus Dur.
Nama Kecil Abdurrahman ad-Dakhil.
Tempat / Tanggal Lahir Jombang, 07 September 1940.
Agama Islam.
Nama Istri Sinta Nuriyah.
Nama Anak Alissa Qotrunnada Wahid, Zannuba Ariffah Chafsoh
Wahid, Anita Hayatunnufus Wahid, Inayah Wulandari
Wahid.

20
Pendidikan Universitas Baghdad (1970), Al Azhar University,
Karachi Grammar School.

Meninggal Jakarta, 30 Desember 2009.


Dimakamkan Jombang, Jawa Timur.

II. KEPEMIMPINAN
1. Masa Kepemerintahan
Abdurrahman Wahid atau yang sering kita kenal dengan nama Gus Dur menjabat
sebagai presiden Republik Indonesia pada Masa Reformasi (1998 – Sekarang).
2. Kebijakan – Kebijakan
• Usul Penghapusan TAP MPRS XXV/1996
Gus Dur sempat mengusulkan untuk mencabut TAP MPRS Nomor XXV
Tahun 1966 tentang larangan PKI dan penyebaran ajaran komunisme dan
Marxisme/Leninisme di Indonesia. Sejak dikeluarkan di tahun pertama
Orde Baru, ketetapan itu memang menjadi legitimasi guna memerangi
ekstremisme kiri di Tanah Air. TAP itu pula yang menjadi dasar untuk
menghukum orang-orang yang dianggap berhaluan kiri tanpa pengadilan.
Menristek era Gus Dur, AS Hikam menyebut langkah itu sebagai jalan
rekonsiliasi antara orang-orang yang pernah menjadi korban Orba dan
pemerintah. Rekonsiliasi itu mengacu UUD 1945. Gus Dur melontarkan
wacana itu lima bulan setelah ia dilantik menjadi Presiden. Ia lebih jauh
bahkan meminta maaf atas keterlibatan NU dalam pembantaian 1965-
1966. Namun usul itu belakangan memang kandas. Dalam rapat Panitia Ad
Hoc II Badan Pekerja (PAH II BP) MPR, seluruh fraksi MPR kala itu
menolak usulan Gus Dur.
• Rekonsiliasi Keturunan Tionghoa
Gus Dur juga membuka rekonsiliasi dengan warga Tionghoa ketika
mencabut Inpres Nomor 14 Tahun 1967 tentang larangan pelaksanaan
ibadah Imlek di depan umum. Bersamaan dengan itu, ia kemudian
menerbitkan Keppres Nomor 6 Tahun 2000. Gus Dur menolak budaya
diskriminasi yang ditinggalkan Orba selama bertahun-tahun. Hal itu ia
sampaikan saat berbicara dalam peringatan Imlek 2.552 yang dilaksanakan
oleh Majelis Tinggi Agama Kong Hu Chu Indonesia di Senayan, Minggu,

21
28 Januari 2001. Empat tahun kemudian, pada 10 Maret 2004, ia
dinobatkan sebagai Bapak Tionghoa, saat perayaan Cap Go Meh di
Klenteng Tay Kek Sie, Semarang. Dikutip dari NU Online Jatim, Gus Dur
hadir dalam acara itu dengan mengenakan pakaian cheongsam.
• Pro Buruh
Gus Dur mengundang sejumlah aktivis hingga organisasi gerakan buruh ke
Istana tak lama setelah ia menjadi Presiden. Buntut dari pertemuan itu,
ketika ia menerbitkan Permenaker Nomor 150/2000, yang dianggap
proburuh. Bagi buruh, Permenaker Nomor 150/2000 merupakan kebijakan
yang memberi posisi kuat kepada mereka berhadapan dengan pengusaha.
Gus Dur memang menaruh perhatian besar pada kehidupan gerakan buruh
di Indonesia. Ia sempat menolak hukuman pancung terhadap Siti Zaenab,
pekerja migran asal Bangkalan, Madura di Arab Saudi. Ia menghubungi
Raja Fahd dan meminta pembatalan pelaksanaan hukuman mati terhadap
Zaenab. Hingga akhir masa jabatannya, Gus Dur dianggap pro buruh
dengan sejumlah kebijakannya, termasuk membuka keran pendirian
organisasi buruh di luar SPSI, satu-satunya organ buruh selama Orba.
• Izin Pengibaran Bendera Bintang Kejora
Gus Dur sempat mengizinkan warga Papua mengibarkan bendera Bintang
Kejora saat bagi banyak orang, terutama ABRI dan Polisi, menyebut
bendera itu sebagai simbol separatis. Izin itu diberikan Gus Dur usai
menggelar pertemuan bersama perwakilan elemen masyarakat, pada 30
Desember 1999. Namun, ia meminta agar pengibaran Bintang Kejora
hanya sebatas simbil kultural dan lebih rendah dari Merah Putih. Dalam
pertemuan itu, Gus Dur menjawab semua pertanyaan, termasuk
mengembalikan nama Papua dari Soekarno, yang selama rezim diganti
dengan Irian Jaya. Selain itu, pendekatan-pendekatan humanis
dikedepankan Gus Dur dalam menangani persoalan separatisme. Bukan
hanya di Papua, hal hampir senada pun dilakukan di Aceh. Gus Dur juga
mengurangi jumlah kehadiran militer.
3. Hal Kontroversial
• Sambangi Soeharto Pasca-Lengser
Gus Dur memilih menyambangi mantan Presiden Soeharto setelah
penguasa Orde Baru itu dilengserkan pada 1998. Padahal, waktu itu

22
Soeharto dan Keluarga Cendana sedang menjadi sorotan publik. Gus Dur
pula yang menggagas bahwa Soeharto harus diadili, hartanya disita, lalu
Soeharto dimaafkan. Hingga akhirnya, untuk pertama kalinya, pada 30
Agustus 2000 dilaksanakan pengadilan terhadap Soeharto.
• Memecat Juzuf Kalla dan Laksamana Sukardi
Pada April 2000, Gus Dur memecat Menteri Negara Perindustrian dan
Perdagangan Jusuf Kalla serta Menteri Negara BUMN Laksamana
Sukardi. Alasan dia, keduanya terlibat dalam kasus korupsi, meskipun Gus
Dur tidak pernah memberikan bukti yang kuat. Belakangan, Hamzah Haz
juga mengundurkan diri dengan alasan menolak kedekatan Gus Dur
dengan
Israel.
• Mengubah Keangkeran Istana
Gus Dur mengubah keangkeran Istana dengan cara menerima tamu dari
berbagai kalangan, mulai dari masyarakat umum, pejabat, hingga kiai NU
yang hanya memakai sarung dan sandal. Bahkan suatu ketika ia pernah
mengenakan celana pendek di Istana Negara. Gus Dur juga kerap
kedatangan tamu hingga malam hari.
• Ancam Keluarkan Dekrit Pembubaran Parlemen
Kebijakan ini paling kontroversial dilakukan Gus Dur menjelang akhir
masa jabatan. Dia mengancaman mengeluarkan dekrit pembubaran
parlemen. Dekrit itu berisi pembubaran MPR/DPR, mengembalikan
kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu
satu tahun, da membekukan Partai Golkar sebagai bentuk perlawanan
terhadap Sidang Istimewa MPR. Namun dekrit tersebut tidak memperoleh
dukungan dan pada 23 Juli, dan akhirnya MPR secara resmi memakzulkan
Gus Dur dan menggantikannya dengan Megawati Soekarnoputri, yang
sebelumnya menjabat sebagai wakil presiden.

III. ULASAN / PENDAPAT


1. Positif
• Memberikan kebebasan bagi setiap individu untuk berpendapat.
• Menjalani kerja sama luar negeri dengan baik, karna Gusdur sering
melakukan kunjungan luar negeri.

23
• Lebih memfokuskan dan memprioritaskan kebijakan pemerintah.
2. Negatif
• Sering kali terjadi perubahan susunan kabinet.
• Dicabutnya peraturan mengenai pelarangan komunisme.

V Prof. Dr. Hj. Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri

I. BIODATA
Presiden Indonesia Ke – 5
Masa Jabatan
23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004
Nama Lengkap Diah Permata Megawati Soekarnoputri

Nama Panggilan Megawati.


Nama Kecil -
Tempat / Tanggal Lahir Yogyakarta, 23 Januari 1947.
Agama Islam.
Nama Suami Taufiq Kiemas, Surindro Supjarso, Hassan Gamal
Ahmed Hassan

Nama Anak Puan Maharani, Muhammad Prananda, Mohammad


Rizki Pratama.

24
Pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI).
Meninggal -
Dimakamkan -

II. KEPEMIMPINAN
1. Masa Kepemerintahan
Megawati menjabat sebagai presiden Republik Indonesia pada Masa Reformasi
(1998 – Sekarang).
2. Kebijakan – Kebijakan
• Penundaan Pembayaran Utang Luar Negeri
Soeharto telah mewariskan utang luar negeri (pemerintah dan swasta)
sebesar US $ 150.80 milyar. Kebijakan Presiden Megawati mencoba
mengatasinya dengan meminta penundaan pembayaran utang luar negeri
pada pertemuan Paris Club ke-3 pada tanggal 12 April 2002. Pada tahun
2003 mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3
triliun. Melalui kebijakan tersebut, utang luar negeri Indonesia berkurang
menjadi US $ 134 milyar. Salah satu keputusan Presiden Megawati yang
sangat penting adalah diakhirinya hubungan kerja sama Indonesia dengan
IMF.
• Privatisasi Terhadap BUMN
Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menekan nilai
inflasi, Presiden Megawati menempuh langkah yang sangat kontroversial,
yaitu melakukan privatisasi terhadap BUMN. Pemerintah menjual Indosat
pada tahun 2003. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan pertumbuhan
ekonomi Indonesia menjadi 4.1 % dan inflasi hanya 5.06 %.
• Meningkatkan Ekspor
Mampu memperbaiki kinerja ekspor. Pada tahun 2002, nilai ekspor US $
57.158 milyar dan impor tercatat US $ 31.229 milyar. Pada tahun 2003
ekspor juga menanjak ke angka US $ 61.02 milyar dan impor meningkat
ke angka US $ 32.39 milyar. Kebijakan Presiden Megawati untuk
melakukan pemberantasan korupsi adalah dengan merealisasikan
berdirinya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang masih eksis hingga
sekarang. Sekalipun telah didirikan, KPK tidak memiliki gebrakan konkrit

25
yang menonjol. Peringkat RI sebagai negara terkorup tetap memburuk.
Pada tahun 2002, dari 102 negara menduduki peringkat ke-4. Tahun 2003,
Indonesia menduduki peringkat-6 dari 113 negara. Pengangkatan MA
Rachman sebagai jaksa Agung juga tidak memberikan arti yang signifikan
bagi penegakan hukum, karena tidak ada retorika yang tegas terhadap
penindakan korupsi. Presiden Megawati merupakan presiden peletak dasar
ke arah kehidupan demokrasi. Hal ini ditandai oleh keberhasilannya
melaksanakan Pemilu 2004 yang berlangsung aman dan damai. Untuk
pertama kalinya Indonesia melaksanakan pemilu sebanyak dua kali, yaitu
memilih anggota legislatif dan memilih presiden secara langsung.
3. Hal Kontroversial
• Privatisasi BUMN
Di antara berbagai kebijakan Megawati, privatisasi BUMN boleh jadi yang
paling kontroversial. Dikutip dari buku Problem Demokrasi dan Good
Governance di Era Reformasi (2013), BUMN dijual dengan alasan untuk
membayar utang negara.
• Pembentukan KPK
Di antara berbagai warisannya untuk Indonesia, pendirian Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah warisan yang layak dipuji. KPK
berhasil memecah kebuntuan penanganan korupsi yang mengakar di negeri
ini. Sepanjang sejarahnya, KPK dengan berani menangkap banyak pejabat
penting di pemerintahan hingga DPR. Upaya pemberantasan korupsi
sebenarnya telah dimulai sejak kejatuhan Soeharto. Presiden BJ Habibie
membentuk berbagai komisi baru, seperti Komisi Pengawas Kekayaan
Pejabat (KPKPN), Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), dan
Ombudsman.

III. ULASAN / PENDAPAT


1. Positif
• Pertumbuhan Ekonomi di Negara Indonesia Naik Beberapa Persen
Pertumbuhan ekonomi di masa Megawati mengalami kenaikan dari 3%
menjadi 5%, kenaikan 2% merupakan cerminan peningkatan yang baik.
• IHSG di Indonesia Meningkat.

26
Indek Harga Saham Gabungan atau IHSG mengalami peningkatan dari 459
menjadi 859 sehingga meningkatkan saham secara menyeluruh di
Indonesia.
• Inflasi di Negara Indonesia Menurun Dalam Persenan yang Banyak
Inflasi menurun dari 13% menjadi 6.5%, hal ini menjadi cerminan besar
terhadap harga barang menjadi semakin murah.
• Pemberantasan Korupsi yang Berdampak Pada Peningkatan
Ekonomi di Indonesia.
Salah satu kebijakan pemerintahan Megawati adalah pemberantasan
korupsi yang besar sehingga berdampak pada ekonomi Indonesia.

2. Negatif
• Megawati dinilai gagal dalam penegakan hukum dan pemberantasan
korupsi, kolusi, nepotisme.

27
VI Jenderal TNI Prof. Dr. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, M.A.

I. BIODATA
Presiden Indonesia Ke – 6
Masa Jabatan
20 Oktober 2004 – 20 Oktober 2014
Nama Lengkap Susilo Bambang Yudhoyono

Nama Panggilan SBY


Nama Kecil -
Tempat / Tanggal Lahir Pacitan, 09 September 1949.
Agama Islam.

28
Nama Istri Ani Yudhoyono.
Nama Anak Agus Harimurti Yudhoyono, Edhie Baskoro
Yudhoyono.

Pendidikan Akademi Militer, US Army Command & General


Staff College, Webster University, Institut Pertanian
Bogor.

Meninggal -
Dimakamkan -

II. KEPEMIMPINAN
1. Masa Kepemerintahan
Susilo Bambang Yudhoyono menjabat sebagai presiden Republik Indonesia pada
Masa Reformasi (1998 – Sekarang).
2. Kebijakan – Kebijakan
• Meningkatkan Komoditi Ekspor
Kebijakan SBY pertama – Ketika dilantik sebagai presiden, ekspor hingga
Oktober 2004 mencapai US $ 58.5 milyar atau naik 15.08 persen jika
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2003. Impor hingga
Oktober 2004 mencapai US $ 37.8 milyar atau naik tajam 40.7 % bila
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2003, yaitu US $
26.87 milyar.
• Pelunasan Utang Terhadap IMF
Kebijakan SBY ketiga – Pelunasan utang terhadap IMF pada bulan
Oktober 2006. Pelunasan tersebut dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu :
tahap pertama pada Juni 2006 dengan nominal US $ 3,7 milyar. Dan tahap
kedua pada bulan Oktober 2006 sebanyak US $ 3,2. Pelunasan utang yang
lebih cepat merupakan komitmen untuk melepaskan negara dari
ketergantungan terhadap IMF. Pada masa pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono, harga BBM dinaikkan sebanyak 3 kali. Kebijakan ini
ditempuh sebagai akibat melambungnya harga minyak di pasaran dunia,
sehingga menekan APEN. Namun, kemudian seiring dengan penurunan
harga minyak dunia, pemerintah pun mengambil kebijakan untuk
menurunkan harga BBM.

29
Dalam satu bulan pemerintah menurunkan harga minyak sebanyak 2 kali,
yaitu : pada tanggal 1 dan 15 Desember 2008. Pada tanggal 15 Januari
2009 BBM pun kembali diturunkan untuk yang ketiga kalinya.
• Menaikkan Harga BBM
Kebijakan SBY ke-4 – Kebijakan menaikkan harga BBM dilakukan guna
mengurangi subsidi BBM. Pemerintah menilai subsidi BBM dinilai belum
dapat dinikmati oleh rakyat kecil dan hanya menguntungkan kelas
menengah ke atas. Pemerintah pun mengalihkan subsidi dalam bentuk
Program Dana Kompensasi Sosial. Bentuk dari program ini antara lain
pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT), penyediaan beras murah, dan
pelayanan kesehatan bagi rakyat miskin.
• Alokasi Dana
Kebijakan SBY pertama kelima – Pemerintah mengalokasikan dana 20
persen sebagai anggaran pendidikan untuk memenuhi kewajiban 20 persen
alokasi dari APBN sebagaimana yang telah diputuskan oleh Mahkamah
Konstitusi. Dewan Perwakilan Rakyat memberikan respon positif atas
keputusan tersebut.
3. Hal Kontroversial
• Kasus Century
Kasus ini memang terjadi pada November 2008 saat pemerintahan SBY
(Susilo Bambang Yudhoyono) dan JK (Jusuf Kalla). Kasus yang
merugikan negara dalam nominal yang fantastis ini terus berkembang
hingga pada puncaknya DPR menggagas Panitia Hak Angket Century atau
Pansus Century pada masa pemerintahan SBY–Boediono yaitu pada 4
Desember 2009. Namun sayangnya keberadaan Pansus tersebut tidak
berlangsung lama yaitu hingga 24 Februari 2010. Kasus yang sudah lama
tidak terdengar lagi perkembangannya ini dinilai sebagai hantu politik
yang nantinya bisa saja muncul kembali. Salah satu akibat dari kasus ini
adalah Sri Mulyani yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Keuangan
memilih untuk mengundurkan diri.
• Kriminalisasi KPK
Isu ini awalnya bermula saat SBY mengeluarkan wacana yang mengatakan
bahwa KPK adalah sebuah lembaga “superbody”. Pada saat itu bertepatan
dengan kasus persidangan ketua KPK pada saat itu yaitu Antasari Azhar

30
atas kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen. Otomatis wacana yang
dilontarkan oleh SBY menjadi sorotan media masa. Setelah Antasari
diberhentikan tetap oleh SBY pada 11 Oktober 2009, ia divonis hukuman
penjara 18 tahun pada 11 Februari 2010 atas kasus pembunuhan tersebut.
Belum kelar dengan kasus Antasari, muncul juga kasus penahanan dua
anggota KPK yaitu Candra M. Hamzah dan Bibit Samad Riyanto dengan
dugaan menerima suap yang hingga kini belum bisa dibuktikan. Setelah itu
muncul juga kasus lain yang melibatkan perseteruan antara KPK dengan
kepolisian dengan sebutan “cicak vs buaya”.
• Kasus Mafia Pajak
Kasus mafia pajak ini merupakan salah satu skandal penggelapan pajak
paling menghebohkan. Kasus pencucian yang dilakukan oleh seorang
pegawai pajak yang bernama Gayus Halomoan Tambunan ini ternyata
turut menyeret oknum kepolisian dan juga beberapa aparat penegak hukum
yang lainnya. Dari total Rp 24 miliar yang digelapkan oleh Gayus, Rp 5
miliar mengalir ke beberapa pejabat kejaksaan, Rp 11 miliar ke pejabat
kepolisian, dan Rp 4 miliar mengalir di lingkungan kehakiman, sisanya
mengalir ke beberapa pengacara.
• Isu Jaksa Agung
Diangkatnya Hendarman Supandji menjadi Jaksa Agung rupanya menjadi
penyebab diajukannya uji materiil Undang-undang. Uji materiil UU itu
diajukan oleh Yusril Ihza Mahendra yang merupakan seorang Menteri
Sekretariat Negara kepada Mahkamah Konstitusi. Hasil dari uji materil
tersebut menyatakan bahwa Hendarman Supandji tidak sah menjadi Jaksa
Agung.

III. ULASAN / PENDAPAT


1. Positif
• Harga BBM diturunkan hingga 3 kali (2008-2009), pertama kali sepanjang
sejarah.
• Krisis ekonomi AS dan Eropa yg belum pulih 100% mampu diantisipasi
dgn baik oleh SBY dan pemerintahannya shga tdk bahayakan Ekonomi RI.
• SBY mampu menjalankan pemerintahannya meski dihantam badai korupsi
century, rencana pansus mafia pajak, kasus KPU.

31
2. Negatif
• Dalam sejarah harga BBM, untuk pertama kali sepanjang sejarah
Indonesia, pemerintah menjual BBM dengan termahal yakni Rp 6000 per
liter.
• tetap mahal (Standar Uang Masuk Rp 25-75 juta dan Iuran Rp 15
juta/tahun) harusnya jadi indikasi bahwa ada yang harus diperbaiki.
• Di antaranya Bensin Premium ketika SBY baru berkuasa tahun 2004
hanya Rp 1.800/liter. Namun oleh SBY dinaikkan jadi RP 2.400,
kemudian jadi Rp 4.500, dan akhirnya Rp 6.000/liter mengikuti harga
pasar NYMEX yang dimainkan para Spekulan Pasar Komoditas. Akhirnya
harga barang-barang naik dan membuat rakyat menderita. Banyak pabrik
dan kantor akhirnya bangkrut sehingga konsumsi BBM dunia pun turun
dan harga minyak NYMEX juga turun.

32
VII Ir. H. Joko Widodo, DK

I. BIODATA
Presiden Indonesia Ke – 7
Masa Jabatan 20 Oktober
2014 – Petahana

Nama Lengkap Ir. H. Joko Widodo, DK.


Nama Panggilan Jokowi.
Nama Kecil -
Tempat / Tanggal Lahir Surakarta, 21 Juni 1961.
Agama Islam.
Nama Istri Iriana Joko Widodo.

33
Nama Anak Gibran Rakabuming Raka, Kaesang Pangarep, Kahiyang
Ayu.

Pendidikan Universitas Gajah Mada.


Meninggal -
Dimakamkan -

II. KEPEMIMPINAN
1. Masa Kepemerintahan
Joko Widodo sebagai presiden Republik Indonesia pada Masa Reformasi (1998 –
Sekarang).
2. Kebijakan – Kebijakan
• Tarif Iuran BPJS Naik
Presiden Jokowi menyetujui kenaikan iuran BPJS Kesehatan per 1 Januari
2020. Hal itu sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2019
tentang perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang
Jaminan Kesehatan. Alasan iuran BPJS naik untuk meningkatkan kualitas
dan kesinambungan program jaminan kesehatan. Maka perlu disesuaikan
beberapa ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018
tentang BPJS Kesehatan. Dalam Pasal 29 disebutkan bahwa peserta
penerima bantuan iuran (PBI) jaminan kesehatan dan penduduk yang
didaftarkan oleh pemerintah daerah menjadi sebesar Rp42.000 per bulan
dari sebelumnya Rp25.500.
• Program Kartu Pra Kerja
Pada kampanye Pemilu Presiden 2019, Jokowi kembali memamerkan
program kartu sakti kepada masyarakat, di antaranya Kartu Indonesia
Pintar sampai Kuliah (KIP Kuliah), Kartu Sembako Murah dan Kartu Pra
Kerja. Khusus Kartu Pra Kerja, Jokowi mengatakan bahwa kartu ini tidak
langsung didapatkan masyarakat yang baru lulus jenjang pendidikan
karena harus sesuaikan dengan APBN yang diukur tiap tahunnya.
• Pemindahan Ibu Kota
Presiden Jokowi telah memutuskan ibu kota rencana akan pindah dari
Provinsi Jakarta ke Provinsi Kalimantan Timur, yakni sebagian Kabupaten
Penajem Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Biaya yang

34
dibutuhkan untuk membangun ibu kota baru mencapai Rp466 triliun.
Jokowi mengatakan, rencana pemindahan ibu kota sudah digagas lama,
bahkan sejak era Presiden Soekarno. Alasan dipindah karena beban Jakarta
sangat berat sebagai pusat pemerintahan, bisnis, keuangan, perdagangan,
jasa, pangkalan udara serta pelabuhan laut yang terbesar di Indonesia.

• Revisi UU KPK dan tolak terbitkan Perppu KPK


Di akhir jabatan periode pertama Jokowi, DPR bersama pemerintah
merevisi UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK. Akhirnya, ada tujuh
poin yang disetujui dan disahkan dalam revisi UU KPK dalam rapat
paripurna DPR. Tujuh poin itu adalah kedudukan KPK sebagai lembaga
penegak hukum berada pada rumpun kekuasaan eksekutif, pembentukan
dewan pengawas, pelaksanaan penyadapan melalui izin Dewan Pengawas.
Kemudian penerbitan SP3 (penghentian penanganan perkara), koordinasi
kelembagaan, mekanisme penggeledahan, penyitaan sampai sistem
kepegawaian yang mengharuskan semua personalia KPK berstatus
aparatur sipil negara (ASN).
3. Hal Kontroversial

• UU Minerba
UU Nomor 3 Tahun 2020 tentang Mineral dan Batubara (Minerba)
menjadi regulasi yang menuai kontroversi dalam periode kedua
pemerintahan Jokowi. UU ini merupakan hasil revisi atas UU Nomor 4
Tahun 2009 tentang Minerba. Sejak Panja RUU Minerba terbentuk pada
13 Februari 2020, hanya butuh waktu tiga bulan untuk menyelesaikan
pembahasan. Pengesahan UU Minerba pada 13 Mei 2020 pun mendapat
penolakan, termasuk dari kelompok Jaringan Advokasi Tambang (Jatam).
Beberapa poin yang ditolak di antaranya perpanjangan Kontrak Karya
(KK) atau Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara
(PKP2B) tanpa pelelangan. Melalui pasal tersebut, pemegang KK dan
PKP2B yang belum memperoleh perpanjangan dapat mendapatkan 2 kali
perpanjangan dalam bentuk Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK),
masing-masing paling lama selama 10 tahun.
• UU Mahkamah Konstitusi

35
Pengesahan revisi UU Mahkamah Konstitusi (MK) juga menuai
kekhawatiran sejumlah pihak yang menduga sebagai barter politik. Sebab,
dalam revisi ini tidak lagi mengatur masa jabatan bagi hakim konstitusi
dan mengubah batas usia minimum hakim konstitusi dari 47 tahun menjadi
60 tahun. DPR dan pemerintah dianggap memiliki kepentingan karena MK
tengah menangani judicial review atas sejumlah UU kontroversial.
Sejumlah pihak khawatir, revisi UU MK dapat memengaruhi objektivitas
hakim dalam menangani judicial review. Proses pembahasan revisi UU ini
juga berjalan cukup singkat, yaitu hanya selama tiga hari pada 25-28
Agustus. Revisi UU MK disahkan pada 1 September 2020 oleh DPR.
• UU Cipta Kerja
DPR dan pemerintah menyepakati omnibus law RUU Cipta Kerja menjadi
UU Cipta Kerja pada 5 Oktober 2020. DPR tetap menyetujui pembahasan
dari RUU ini meski kritik publik muncul sejak masih rencana. UU Cipta
Kerja dibahas DPR dan pemerintah hanya dalam kurun waktu enam bulan.
Padahal, UU Cipta Kerja ini berkaitan dengan 74 UU, mulai dari perizinan
usaha, pemanfaatan lahan, hingga ketenagakerjaan. Selain isinya yang
memang telah mendapatkan kritik keras, pembahasannya dinilai minim
partisipasi publik. Sejumlah aksi menolak UU Cipta Kerja di berbagai
daerah pun berlangsung hingga saat ini.
• Perppu Covid-19
Presiden Jokowi menerbitkan Perppu Nomor 1 Tahun 2020 tentang
Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Keuangan untuk Penanganan
Pandemi Covid-19 pada 31 Maret 2020. Perppu tersebut mendapat sorotan
publik karena dinilai dapat membuka celah korupsi. Pasal yang
dipermasalahkan adalah: Pasal 27 Ayat (2), menyebutkan bahwa sejumlah
pejabat yang melaksanakan Perppu Nomor 1 Tahun 2020 tak dapat
dituntut, baik secara perdata maupun pidana asalkan dalam melaksanakan
tugas didasarkan pada iktikad baik dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan. Pasal 27 Ayat (3), mengatakan bahwa segala
tindakan termasuk keputusan yang diambil berdasarkan Perppu Nomor 1
Tahun 2020 bukan merupakan objek gugatan yang dapat diajukan ke
peradilan tata usaha negara. Sejumlah pihak pun menggugat Perppu ini ke
MK. Namun, pengesahan Perppu tetap berjalan mulus di DPR. Pada 12

36
Mei 2020, DPR melalui rapat paripurna mengesahkan Perppu 1 Tahun
2020 ini menjadi UU Nomor 2 Tahun 2020. Para pihak yang menggugat
Perppu 1/2020 harus mencabut terlebih dahulu gugatannya karena
dianggap telah kehilangan objek. Mereka pun mengajukan gugatan
kembali terhadap UU 2/2020.
• Perpres Jaminan Kesehatan
Regulasi kontroversial lain terkait dengan kenaikan iuran BPJS Kesehatan
dalam Perpres Nomor 64 Tahun 2020 tentang Jaminan Kesehatan. Aturan
ini diteken Jokowi pada 5 Mei 2020, yaitu saat dua bulan pandemi virus
corona berlangsung di Indonesia. Padahal, sebelumnya MA telah
membatalkan Perpres Nomor 75 Tahun 2019 yang mengatur tentang
kenaikan iuran BPJS Kesehatan. Sejumlah pihak menilai kenaikan iuran
terbaru ini merupakan upaya bermain hukum dan menunjukkan
pemerintah tidak memiliki kepekaan sosial.
III. ULASAN / PENDAPAT
1. Positif
• Kemiskinan yang mengajarkannya arti menghargai hidup.
• Pendidikan menjadi batu loncatan bagi Jokowi untuk sukses.
• Mau bekerja lebih bagi diri sendiri.
• Sosok Presiden yang ‘apa adanya’.
• Sukses mendidik anak-anaknya.
2. Negatif
• Meningkatnya kemiskinan dan semakin tingginya kesenjangan sosial.
• Meledaknya inflasi akibat lonjakan harga barang dan jasa.
• Munculnya isu Instruksi Presiden (Inpres) antikriminalisasi terhadap
kepala daerah.
• Korupsi yang masif di pusat dan daerah pada masa pemerintahan
sebelumnya, berpotensi semakin melonjak karena intervensi Presiden
lewat Inpres.

37

Anda mungkin juga menyukai