Anda di halaman 1dari 5

1.

Bagaimana dampak positif dengan adanya teknologi digital dalam penjualan di masa
pandemi?
2. Bagaimana perbedaan penggunaan teknologi sebelum pandemi dan saat pandemi?
3. Kesulitan dalam penggunaan teknologi digital marketing dalam proses pemasaran?

Pandemi Covid-19 mempengaruhi semua sektor kehidupan masyarakat, terutama pada


sektor ekonomi dan bisnis yang memang menjadi tumpuan masyarakat (Arianto, 2020).
Banyak para pelaku bisnis UMKM yang bingung karena usahanya yang mengalami kesulitan
dan bahkan tidak bisa berkembang. Pandemi membuat menurunnya daya beli masyarakat
dikarenakan masyarakat dihimbau untuk mengurangi interaksi dan kontak diluar ruangan
untuk menekan persebaran penderita Covid-19. Solusi yang bisa dilakukan oleh masyarakat
di masa sulit seperti ini adalah memanfaatkan kecanggihan teknologi sebaik mungkin.
Teknologi yang tersedia pada masa sekarang sudah sangat membantu dan memudahkan
masyarakat. Masyarakat tetap dapat melangsungkan komunikasi meskipun berada pada
jarak yang jauh. Hal ini dapat dimanfaatkan pada sektor bisnis, pelaku usaha harus
beradaptasi dari bisnis offline menuju bisnis digital atau yang dikenal juga sebagai
kewirausahaan digital. Dalam hal ini peran teknologi digital memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap sektor bisnis dan para pelaku usaha harus mampu memaksimalkan
manfaat perkembangan digital. Adapun seperti pemasaran secara digital yang mampu
mencakup kemampuan untuk melakukan banyak hal yang bisa menjangkau konsumen.
Perkembangan teknologi membawa perubahan terhadap kebutuhan masyarakat akan alat
pembayaran. Masyarakat Indonesia yang dulunya banyak berbelanja dengan uang tunai,
saat ini telah mengetahui dan memanfaatkan pembayaran menggunakan metode non
tunai, yaitu pembayaran digital sebagai alat pembayaran (Purwaning, 2020).
Pembayaran non tunai dapat dilihat pada pembayaran dengan menggunakan kartu kredit,
kartu debet, ATM, kartu prabayar, e-banking, dan yang terbaru adalah pembayaran tol
dengan menggunakan e-tol (Edi, 2019).
Teknologi informasi merupakan suatu alat yang di ciptakan dalam suatu bisnis, dengan
melihat saat ini di dunia bisnis persaingannya semakin ketat, sehingga suatu perusahaan di
tuntut untuk melakukan pembaharuan terhadap sistem yang di gunakan dalam berbisnis
agar dapat bersaing dengan perusahaan lainnya. Untuk menghadapi persaingan bisnis
tersebut, perusahaan perlu sistem teknologi informasi yang terstruktur dengan baik,
sehingga dapat melakukan tindakan dan merealisasikan peluang dan terhindar dari
ancaman yang menerpa perusahaan.
Salah satu teknologi informasi yang digunakan dalam bisnis adalah internet. Saat ini sedang
marak pengusaha menggunakan internet sebagai alat untuk pemasaran produknya. Yang
mungkin sedang ramai saat ini adalah dalam media sosial seperti facebook, instagram, line,
youtube, dan lain sebagainya. Tidak di pungkiri dengan adanya terknologi informasi yang
seperti itu perluasan produk dapat meningkat karena semua orang khususnya masyarakat di
Indonesia dapat secara mudah mengakses kapan pun dan dimanapun ia berada untuk
melakukan.
Tren pemasaran dan pembayaran di dunia beralih dari yang semula konvensional (offline)
menjadi serba digital (online). Pemasaran dan transaksi secara digital ini lebih
prospektif karena memungkinkan para calon pelanggan potensial untuk memperoleh
segala macam informasi mengenai produk dan bertransaksi tanpa harus bertemu.
Perubahan pola perilaku dan gaya hidup masyarakat di saat pandemi Covid-19 ini
memunculkan kebiasaan baru (New Normal), termasuk tren belanja masyarakat.
Kondisi pandemi ini penjual dan pemilik brand sedang gencarnya mengembangkan
usaha melalui media secara online. Tentu saja hal ini bertepatan dengan kebijakan
pemerintah mengenai social distancing, sehingga membuat masyarakat cenderung
memilih belanja online untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ini menjadi sebuah
tantangan dan tuntutan bagi para pelaku UMKM agar berlomba-lomba memberikan
inovasi terhadap layanannya sehingga barang yang dijual tetap dibeli oleh masyarakat.

Perbedaan penggunaan teknologi digital marketing sebelum pandemi dan saat pandemi
Pada bisnis UMKM sebelum pandemi masih dilakukan secara langsung, seperti menaruh
display toko, menawarkan secara langsung, dan penyiapan kelengkapan toko. Kemudian
dengan datangnya pandemi Covid-19 dan diikuti berkembangnya teknologi, pelaku UMKM
harus memanfaatkan momen itu. Dengan menggunaakan aplikasi digital marketplace,
seperti Shopee, Tokopedia, Lazada. Dengan mempelajari penggunaan pemasaran digital
melalui marketplace serta menerapkannya ke dalam bisnis untuk memperluas jangkauan
pasar, pelaku UMKM meyakinkan diri bahwa langkah ini sangat mempermudah dan banyak
manfaatnya, diantaranya tetap bisa menjalankan bisnis dari mana saja. Munculnya Covid-19
ini justru memperlihatkan banyaknya manfaat penggunaan digital marketing ini, salah
satunya pengaruh terhadap perputaran omset yang akan tetap ada saat masyarakat
cenderung takut untuk keluar berbelanja.
Hasil studi penelitian pada jurnal Strategi Revitalisasi UMKM Menggunakan Teknologi Digital
di Tengah Pandemi Covid-19 dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan kondisi yang
dialami pelaku UMKM di Kabupaten Jember ketika pemasaran beralih dari konvensional ke
digital :
Tabel 1. Perbedaan Pemasaran Konvensional dan Digital

Perbedaan Pemasaran Konvensional Pemasaran Digital


Lokasi Usaha Semakin Strategis Lokasi Menggunakan Website,
Usaha, semakin tinggi biaya tergantung kreativitas
sewanya pembuat
Kelengkapan Toko Membutuhkan beberapa Tinggal Klik Menu di
peralatan dan asesoris Website
Stok Produk Harus punya banyak barang Upload Gambar sebagai
sebagai display di toko Stok
Karyawan Harus ada karyawan yang Minimalis / Boleh Tidak Ada
standby
Promosi Membutuhkan biaya yang Gratis
tidak sedikit
Waktu Standby di Toko harus Website tidak perlu dijaga
meluangkan waktu tertentu terus menerus, karena tidak
tatap muka secara langsung
Interaksi bisa dilakukan
melalui telepon, email,
chatting yang bisa dilakukan
dari mana saja Interaksi bisa
dilakukan kapan saja, pagi
siang malam.
Manajemen Usaha  Kesulitan mengurus  Banyak penyedia jasa
karyawan pembuatan toko
 Pemula bisnis masih online
ragu karena  Sistem sudah tersedia,
terbatasnya mudah dan cepat bagi
kemampuan dan yang gagap teknologi
pengalaman sekalipun
mengelola bisnis  Jangkauan lebih luas
 Kebingungan tidak dan tak terbatas ketika
tahu cara pemasaran melakukan pemasaran
sehingga tidak efektif  Banyak muncul
 Minimnya ide alternatif ide

Transformasi pemasaran dari cara konvensional (offline) menjadi basis digital (online)
memberi beberapa manfaat dan keuntungan bagi para pelaku UMKM. Manfaat itu
diantaranya, pertama memudahkan interaksi dengan pelanggan. Konsumen hanya perlu
melihat spesifikasi produk melalui platform tanpa perlu mendatangi lokasi. Hal ini juga
meminimalisir interaksi antar penjual dan pembeli, khususnya di masa pandemi Covid-19,
tetapi interaksi yang dilakukan dapat dilakukan secara langsung dan dimana saja.
Pengusaha UMKM di Jember pun tidak perlu menjemput atau mendatangi konsumen untuk
menawarkan dan mengantarkan produknya. Manfaat kedua, penerapan digitalisasi ini
memudahkan dan menghemat biaya promosi produk. Jangkauan penjualannya pun bisa
lebih luas dengan adanya digital marketing. Keuntungan yang ketiga, pemasaran secara
digital ini memiliki Return of Investment (ROI) yang lebih baik dari pada pemasaran
konvensional. Keempat, pelaku UMKM di Jember ini dapat lebih mudah mencari informasi
dan mengembangkan usahanya serta melihat perkembangan kompetitor dan perubahan
pasar, sehingga muncul competitive advantage. Selanjutnya yang kelima, pemanfaatan
marketplace untuk media penjualan juga memberikan keuntungan berupa pencatatan
keuangan pada aplikasinya. sehingga pelaku usaha dapat lebih mudah memonitor arus
kasnya. Keenam, adanya kenaikan omset yang terjadi akibat pengenalan usaha atau brand
yang mudah terkenal di masyarakat, sehingga juga berpengaruh terhadap kenaikan
pendapatan jangka pendek atau arus kas yang lebih stabil.
Beberapa kendala juga dihadapi saat dilakukan penerapan digitalisasi pemasaran dan
pembayaran. Diantaranya tidak semua pelaku UMKM di Jember memiliki kompetensi yang
sama dalam menggunakan internet. Terutama pelaku usaha mikro, pada umumnya belum
mampu memanfaatkan internet. Mereka juga cenderung tidak mau rumit di awal untuk
membangun proses kegiatan usaha secara digital. Selain itu juga terkendala dengan belum
mumpuninya infrastruktur telekomunikasi yang dialami. Kendala lain yang dihadapi, pelaku
UMKM yang menggunakan marketplace harus memiliki ketersediaan stok yang cukup, agar
dapat memenuhi permintaan konsumen yang fluktuatif. Kendala lain dilihat dari sisi
konsumen, dimana ada beberapa konsumen yang masih belum mampu menggunakan
internet dalam bertransaksi, terutama konsumen yang berada di daerah pinggiran dengan
kondisi infrastruktur telekomunikasi yang masih belum layak, seperti tidak tersedianya
jaringan sehingga tidak sampai menjangkau promosi penjualan produk UMKM tersebut.

Kesulitan dalam penggunaan teknologi digital marketing dalam proses pemasaran


Menuju upaya digitalisasi UMKM tentu menjadi suatu langkah yang tidak mudah begitu saja untuk
diwujudkan. Banyak sekali kendala yang harus dilewati. Kendalanya yang munculpun bisa dari
berbagai sumber. Salah satunya, sebelum pandemi banyak teknik konsumsi barang dan jasa
dilakukan secara offline atau penjualan secara langsung. Sedangkan, pada saat pandemi cara
konsumsi barang dan jasa lebih banyak melakukan secara online / daring yaitu melakukan penjualan
dengan menggunakan internet, bisa melalui ecommerce. Digitalisasi ini tidak luput dari beragam
persoalan. Salah satunya adalah akses internet untuk daerah terpencil dan sumber daya manusia
(SDM) konsumen, serta pelaku UMKM itu sendiri. Lebih luasnya, persoalan atau kendala dalam
mengeksistensikan UMKM berada pada pelaku UMKM terhadap teknologi, penjualan secara online
terbatas, proses produksi dan akses pasar secara online terlihat masih belum cukup maksimal.
Selanjutnya, pembeli masih belum merasa aman dalam melakukan transaksi pembelian melalui
digital.

Menuju upaya digitalisasi UMKM tentu menjadi suatu langkah yang tidak mudah begitu saja untuk
diwujudkan. Banyak sekali kendala yang harus dilewati. Kendalanya yang munculpun bisa dari
berbagai sumber. Salah satunya, sebelum pandemi banyak teknik konsumsi barang dan jasa dilakukan
secara offline atau penjualan secara langsung. Sedangkan, pada saat pandemi cara konsumsi barang
dan jasa lebih banyak melakukan secara online / daring yaitu melakukan penjualan dengan
menggunakan internet, bisa melalui e-commerce (Wijoyo, 2020). Digitalisasi ini tidak luput dari
beragam persoalan. Salah satunya adalah akses internet untuk daerah terpencil dan sumber daya
manusia (SDM) konsumen, serta pelaku UMKM itu sendiri. Lebih luasnya, persoalan atau kendala
dalam mengeksistensikan UMKM berada pada pelaku UMKM terhadap teknologi, penjualan secara
online terbatas, proses produksi dan akses pasar secara online terlihat masih belum cukup maksimal.
Selanjutnya, pembeli masih belum merasa aman dalam melakukan transaksi pembelian melalui digital
(Wijoyo, 2020).

Bibliography
Arianto, B. (2020). Pengembangan UMKM Digital di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Administrasi
Bisnis, 233-234.

Edi, A. (2019). EFEKTIVITAS PEMBAYARAN NON TUNAI PADA UMKM DAERAH ALIRAN SUNGAI
CITARUM. Jurnal Lentera Bisnis, 2-3.

Purwaning, S. I. (2020). Strategi Revitalisasi UMKM Menggunakan Teknologi Digital di Tengah


Pandemi Covid-19. Journal of Technopreneurship, 49-50.

Wijoyo, H. (2020). DIGITALISASI USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI ERA PANDEMI
COVID-19. Jurnal Bisnis, 2-3.

Anda mungkin juga menyukai