Anda di halaman 1dari 16

1

DINAMIKA KONFLIK INTERNAL DI SURIAH YANG BERDIMENSI INTERNASIONAL


Oleh: AgusHerlambang1

Pendahuluan
Suriah adalah sebuah negeri yang memiliki sejarah yang sangat panjang,
bahkan dijuluki sebagai “tempat lahirnya peradaban” (cradleofcivilization). Seperti
yang dinyatakan oleh sejarawan Prancis, Andre Parrot bahwa “All
culturedmenbelongtotwonations: his ownandSyria” (semua bangsa manusia yang
berbudaya berasal dari dua bangsa: bangsanya sendiri dan Suriah). Dengan kata lain,
menurut Parrot, semua budaya yang beradab pastilah berasal dari Suriah. Hal ini
didasari dari banyaknya penemuan yang signifikan bagi perkembangan peradaban
manusia yang dimulai di Suriah, seperti penemuan tembaga dan perak, teknik
metalurgi, dibuatnya hukum pertanian, aturan dagang, dan aturan hubungan
internasional, bahkan alfabet.2
Republik Arab Suriah (dalam bahasa Arab: al-Jumhūrīyahal-ʻArabīyah as-
Sūrīyah) menerapkan sistem Pemerintahan Republik Presidensial dibawah Hukum
Darurat sejak tahun 1963. Bentuk negara Suriah yaitu Negara Kesatuan (sentralis).
Dipimpin oleh Kepala Negara (Presiden) dengan Kepala Pemerintahan yaitu Perdana
Menteri. Kabinet ditunjuk oleh Presdien, adapun Parlemen Suriah bernama Majlisal-
Shaab (People’sAssembly), yang terdiri atas 250 kursi. Setiap anggota dipilih melalui
Pemilu untuk masa bakti selama 4 (empat) tahun.3
Untuk mencapai stabilitas politik dan legitimasi yang kuat sebagaimana negara
Arab lainnya, Suriah menggunakan kepemimpinan perorangan yang sedikit banyak
bersifat otoriter dan menggunakan ideologi sebagai alat pemaksa persatuan rakyat. 4
Seperti yang dikatakan oleh Hinnebusch dalam bukunya yag berjudul Syria:
RevolutionfromAbove,meyimpulkan bahwa label yang tepat untuk rezim Assad
adalah ‘otoritarian yang populis’.5 Pemerintahan Assad menghadapi ancaman dari
luar (Israel) dan ketidakstabilan internal sehingga memilih bersikap otoriter demi
terciptanya kestabilan negara. Namun pada saat yang sama, Assad berusaha
membangun negara dengan mengupayakan dukungan dari masyarakat kelas
menengah dan bawah. Artinya, Assad sangat peduli dengan pentingnya dukungan
yang muncul dari hati rakyat, bukan kepatuhan yang muncul dari rasa takut kepada
rezim.6 Hal ini kemudian didukung oleh kebijakan populis yang dibuat seperti
layanan kesehatan gratis dan sekolah gratis hingga universitas.
Hafez al-Assad membangun sistem politik yang menempatkan tentara sebagai
simbol kekuatan Suriah maupun sebagai suatu alat untuk mengontrol negara. Setiap
pemegang kekuasaan di Suriah harus dapat mengendalikan militer, dimana
berdasarkan sejarahnya, militer merupakan kekuatan yang mempunyai kemampuan
untuk melakukan kudeta.7
Kekuatan Politik Suriah
1) Partai Ba’ath(Hizbal-Ba’ats)
Ba’ath(Hizb Al-Ba’ats Al-Isytiroki) berarti ‘kelahiran kembali’. Jumlah anggota
partai ini sekitar 1,8 juta atau 18% dari penduduk dewasa. Partai Ba’ath didirikan
pada tahun 1940-an di Damaskus oleh Michael Aflaq, Salah ad-Din al-Bitar, dan Zaki
Arsuzi, sebagai partai nasionalis Arab dengan prinsip dasar adalah Wahdah
(Persatuan, bagibangsa Arab),Hurriyah(Kebebasan, dari imperialisme dan zionisme),
dan Ishtirrakiyah(Sosialisme) sebagai aspirasi umum kearah pembangunan ekonomi

1
AgusHerlambangadalahpengajar di jurusan HI FisipUnpas.
2
Dina Y.Sulaeman, Prahara Suriah: Membongkar Persekongkolan Multinasional (Depok: Pustaka
IIMaN, 2013), hlm.11.
3
Delima R.Tuhepaly, “Peran PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) Dalam Penyelesaian Konflik Di
Suriah”, Skripsi Program Strata Satu Ilmu Hubungan Internasional tidak diterbitkan, Program
Strata Satu Universitas Pasundan, 2014, hlm.77.
4
Ibid.
5
Raymond Hinnebusch, Syria: RevolutionfromAbove (Oxon: Routledge, 2007), hlm.2.
6
Dina Y.Sulaeman, Op.Cit., hlm.20.
7
Delima R.Tuhepaly, Op.Cit., hlm.78.
2

yang diarahkan oleh negara, dan didukung oleh ekonomi campuran. 8Sosialisnya
bukan sosialisme komunis. Karena itu, dalam partai diakui adanya kepemilikan
pribadi dan tidak ada pembagian kelas, juga tidak ada pembagian diantara
kelompok-kelompok agama yang berbeda. Hal ini mendorong banyak kalangan
minoritas bergabung dengan partai Ba’ath karena memperoleh pengakuan politik. 9
Pada awalnya Partai Ba’ath berfungsi sebagai partai pan-Arabisme dengan
cabang dibeberapa negara Arab seperti Jordania, Lebanon, Yaman dan Irak. Adanya
erosi dalam pan-ArabismeBa’ath tampak jelas ketika terjadi perpecahan antara
Suriah dan Irak, yang ditandai dengan melemah hingga menghilang ‘Komando
Nasional’. Partai Ba’ath di Irak maupun Suriah, ideologi partai berada dalam posisi
sekunder dan tidak ada aktivitas intelektual yang nyata untuk mengembangkan
ideologi Ba’ath lebih lanjut. Hasilnya sama seperti yang terjadi di Lebanon dan
Yordania, partai Ba’ath tidak dapat bertahan di Irak. Naiknya kekuasaan dari Partai
Ba’ath di Suriah pada tahun 1963 dan Hafez al-Assad di tahun 1970 membawa
transformasi dari pandangan Ba’ath Suriah tentang peran partai yang semula adalah
“Leadingthemasses”, menjadi “instrumentformassmobilization.”10
Menurut undang-undang Suriah dan Partai Ba’ath, pemimpin regional partai
adalah penguasa tertinggi. Merekalah yang meletakkan kebijakan negara dalam
semua sektor kehidupan, sedangkan pemerintah hanya melaksanakan kebijakan
tersebut. Sejak tahun 1987, wakil presiden, perdana menteri, ketua parlemen,
menteri pertahanan, dan kepala staf angkatan bersenjata dengan sendirinya
menjadi anggota pemimpin regional partai. Menurut undang-undang partai,
siapapun yang dicalonkan menjadi Presiden maka ia terlebih dahulu harus menjadi
anggota pimpinan regional Partai Ba’ath.
Sejak Bashar berkuasa, mayoritas (lebih dari enam puluh persen) dari pejabat
rezim, partai, dan pemerintahan daerah, juga parlemen diganti oleh orang-orang
yang berusia muda. Pejabat di usia 60 diharuskan pensiun dan digantikan dengan
yang lebih muda. Bashar meyakini “economo-centris”, perlunya prioritas
untukmodernisasi ekonomi Suriah. Menyadari bahwa untuk melakukannya maka ia
harus mendapatkan goodwill dari Barat. Hal lain yang perlu dicatat adalah bahwa
Bashar mewarisi agenda modernisasi dan anti korupsi dari kakaknya, Basil al-Assad. 11
2) Militer
Militer berada dibawah kontrol rezim Ba’ath, tidak hanya menyangkut dalam
pertahanan negara dalam menghadapi tekanan eksternal seperti Israel, Turki dan
Irak tetapi juga menjalankan tugas-tugas domestik kontra terorisme dan
pengumpulan intelejen. Fakta bahwa Hafez al-Assad berkuasa melalui militer telah
menandai rezim sebagai ‘rezim militer’. Komando Tinggi dari militer Suriah telah
sejak lama dipimpin oleh seorang yang telah lanjut usia. Menurut peraturan sendiri,
petugas yang dipromosikan untuk memegang jabatan adalah mereka yang telah
mendekati usia 60 tahun. Namun eselon senior militer menerima dispensasi khusus
sehingga bisa tetap mengabdi di usia pensiun. Suriah berada di bawah darurat
militer sejak tahun 1963, sehingga militer memiliki kekuatan yang luas di sektor
sipil.12 Loyalitas yang dimiliki militer terhadap rezim pemimpinnya sangat besar
sehingga sangat sedikit kemungkinan militer Suriah untuk berbalik melawan rezim.

3) Suriah di Era Bashar Al-Assad


Tampilnya Bashar al-Assad sebagai orang nomor satu Suriah, tidak
direncanakan. Ayahnya Hafez al-Assad, sudah menyiapkan anak laki-laki tertuanya,
Basil al-Assad. Tetapi, Basil tewas dalam kecelakaan mobil pada tahun 1994. Bashar
8
Ibid.,hlm.83
9
Delima R.Tahulepy, Loc.Cit.
10
“Assad: Rezim Suriah dan StrategicWorldview (2)”, ICMES (Online), 17 Maret 2016, dalam
http://ic-mes.org/politics/jurnal-assad-rezim-suriah-dan-strategic-worldview-2/., diakses pada 09
Maret 2017.
11
“Assad: Rezim Suriah dan StrategicWorldview (4)”, ICMES (Online), 24 Mei 2016, dalam http://ic-
mes.org/politics/jurnal-assad-rezim-suriah-dan-strategic-worldview-4/., diakses pada 09 Maret
2017.
12
Ibid.
3

al-Assad, seorang dokter ahli ophthalmologi lulusan Universitas Damaskus yang


pada saat itu sedang mengambil StudiPostgraduate di WesternEye Hospital, London,
Inggris, dipanggil pulang.13
Pada tanggal 24 Juni 2000, Partai Ba’ath mengadakan Kongres Nasional
Kesembilan, yang merupakan kongres pertama dalam waktu 15 tahun terakhir.
Agenda kongres hanya satu, memilih seorang Sekretais Jenderal Partai Ba’ath yang
baru. Dan, kandidatnya hanya satu, yaitu Bashar al-Assad. Ini merupakan langkah
pertama Bashar menuju kursi tertinggi dan berkuasa di Suriah. Tiga hari kemudian,
majelis nasional mengadakan sidang, yang agendanya hanya satu yaitu,
mencalonkan Bashar al-Assad sebagai kandidat Presiden. Persetujuan majelis
nasional ini diperkuat dengan hasil referendum nasional. Pencalonan Bashar al-
Assad sebagai Presiden dilakukan setelah diadakannya amandemen pada Pasal 83
dalam Konstitusi Suriah oleh Majelis Nasional.
Di hari pelaksanaan referendum, Minggu 10 Juli 2000, rakyat Suriah
memberikan suara di 11.185 TPS yang tersebar diseluruh pelosok negeri.14 Pada hari
Selasa, 12 Juli 2000, Menteri Dalam Negeri (Demisioner) Mohammed Herba
mengumumkan hasil referendum, bahwa masyarakat memberikan kepada Bashar
al-Assad sebanyak 8.689.871 suara (97,29%), dari 8.931.623 suara yang masuk dan
dinyatakan sah. Sebanyak 22.439 suara tidak memilih Bashar al-Assad, dan 219.313
suara dinyatakan rusak atau tidak sah. Dengan terpilihnya Bashar al-Assad sebagai
Presiden, maka ia masuk dalam barisan generasi baru pemimpin Timur Tengah. 15
Bashar al-Assad yang masih relatif muda sebagai Presiden Suriah.
Dengan dukungan jajaran militer, Partai Ba’ath, dan kelompok Alawite, Bashar
al-Assad mulai memimpin Suriah. Memiliki latar belakang pendidikan di Barat,
menjadikan modal usahanya untuk membawa Suriah menatap masa depan. Arah
kebijakan yang pertama Bashar al-Assad lakukan antara lain: melancarkan kampanye
anti-korupsi, memodernisasi aparatur negara, menggunakan teknologi modern
dalam manajemen, melakukan reformasi ekonomi, dan melancarkan demokratisasi
sesuai dengan pengalaman demokrasi kita sendiri, artinya demokrasi model Suriah. 16
Selain itu, Bashar al-Assad juga melakukan Reformasi Politik. Misalnya, para
pemimpin Persaudaraan Muslim, yang pada tahun 1982 oleh Hafez al-Assad
dianggap membahayakan eksistensi pemerintah, ditangkap dan dipenjara, pada
masa kepemimpinannyasemua tahanan tersebut dibebaskan, dan mengampuni para
tahanan politik dengan selektif.17
Kebebasan berbicara, hak istimewa rakyat Suriah yang hilang sejaktahun 1958,
secara bertahap dipulihkan. Apapun dan siapapun diperbolehkanmenyampaikan
“Kritik membangun.” Apapun istilahnya, inilah bentuk dari keterbukaan, sesuatu
yang tidak mungkin terjadi dimasa Hafez al-Assad. Untuk pertama kalinya setelah
selama tiga dasawarsa, surat kabar memperoleh kebebasan. Ini mendorong
kelompok intelektual yang mendesak perlunya reformasi demokratik. Bashar secara
resmi mendukung proses demokrasi di Suriah dan secara berkala menyebutkan
pemilu pada tahun 2007 sebagai kunci untuk proses selanjutnya. Namun konsep
Bashar tentang demokrasi Suriah tidak memiliki elemen penting dari paradigma
demokrasi ala Barat.18
Demokrasi Suriah menurut Bashar, adalah demokrasi yang harus berdiri atas
budaya, kepribadian dan sejarah Suriah. Kebebasan dan demokrasi hanyalah alat
untuk mencapai stabilitas, sedangkan tujuan utamanya adalah kemajuan dan
pertumbuhan. Menurutnya, Suriah sudah terlalu rapuh untuk menerima demokrasi
instan, dan membuka pintu lebar-lebar bagi kebebasan berbicara sama saja dengan
13
Trias Kuncahyono, Musim Semi di Suriah: Anak-anak Sekolah Penyulut Revolusi (Jakarta: Kompas
Media Nusantara, 2013), hlm.53.
14
Ibid., hlm.60.
15
Ibid.
16
Ibid., hlm.69
17
Ibid., hlm.70.
18
“Assad: Rezim Suriah dan StrategicWorldview (4)”, ICMES (Online), 24 Mei 2016, dalam http://ic-
mes.org/politics/jurnal-assad-rezim-suriah-dan-strategic-worldview-4/., diakses pada 09 Maret
2017.
4

mengizinkan konflik antar komunal dan kekacauan. Karena kesatuan dan kohesi dari
rakyat dan stabilitas bangsa adalah hal yang paling mulia dari nilai-nilai tujuan
nasional, maka pihak oposisi sering dituduh sebagai pelayan kepentingan asing. 19
Namun hal diatas tidak bisa membuat Bashar al-Assad terbebas dari segala
bentuk kritikan, cacian bahkan yang lebih ekstrem lagi yaitu isu penggulingan Bashar
al-Assad. Sekalipun Bashar al-Assad sudah melakukan berbagai reformasi, salah
satunya reformasi ekonomi yang sebaik mungkin. Tetapi, banyak kalangan yang
berpendapat bahwa mereka yang memperoleh keuntungan dari kebijakan Bashar al-
Assad adalah mereka yang memiliki hubungan dekat dengan keluarga rezim. Hal ini
menimbulkan kekecewaan pertama dari rakyat Suriah.
Pada akhirnya orang berpendapat bahwa masa 18 bulan hidup di London
belumlah cukup untuk membentuk dirinya berbeda dengan ayahnya. Bashar yang
lahir dan besar di Damaskus, tetaplah seorang anak Hafez al-Assad. Ia lahir dan
tumbuh dewasa disaat negerinya ada ditengah pergolakan Perang Dingin, saat
negerinya terlibat perang dengan Israel, saat negerinya terlibat dalam urusan
Lebanon. Semua itu sangat mewarnai hidupnya, cara pandangnya, yang menurut
David W Lesch membentuk Weltanschauung20, bukan studinya di London melainkan
pengalamanya di Suriah.
Dalam menjalankan pemerintahannya, Bashar al-Assad masih berjuang
menyelesaikan masalah politik internasional yang belum terpecahkan. Seperti
permasalahan air dengan Turki, perebutan Dataran Tinggi Golan dengan Israel dan
permusuhannya dengan Raja Yordan.

4) Dinamika Konflik Yang Tak Berujungdi Suriah


Konflik Suriah kembali menjadi perbincangan dunia internasional. Kita perlu
mengetahui akarkonflik di Suriah. Konflik di Suriah dapat dikategorikan menjadi dua,
yaitu faktor ekonomi dan isu mahzab.
a. Faktor Ekonomi
Suriah berada di bawah pemerintahan klan Assad selama 40 tahun,
pembangunan sosial & ekonominya masih jauh dari memuaskan. Bila menggunakan
standar PBB, Human Development Index (HDI), Suriah berada di pertengahanyaitu
urutan ke-134 dari 188 negara, 21ranking ini menurun akibat terjadinya konflik yang
masih berlangsung hingga saat ini. Sebelum terjadi konflik Suriah berada di urutan
ke-111 dari 182 negara, (sebagai pembanding Indonesia di tahun 2012-2013 berada
di urutan ke-121, artinya kondisi perekonomian Indonesia lebih buruk daripada
Suriah).22 Suriah tergolong dalam “negara berkembang berpendapatan menengah.”
Perekonomiannya ditopang terutama oleh minyak dan pertanian.
Menariknya, dalam sistem ekonomi Suriah yang terbuka pada masa kini,
pemerintahan Bashar Assad tetap memberikan prioritas kepada investor swasta
domestik dibandingkan dengan modal asing. Pada tahun 2005, nilai investasi di
Suriah  mencapai 7 miliar dollar AS. Dari total nilai investasi tersebut, 70 persennya
berasal dari investor lokal. Sedangkan 24 persen berasal dari negara-negara Arab
dan hanya 6 persen yang berasal dari negara non-Arab seperti Rusia, China dan
Eropa.  Hal ini menunjukkan bahwa Suriah dibawah kepemimpinan Bashar Assad
tidaklah memiliki ketergantungan ekonomi pada asing. 23
Sistem ekonomi ‘campuran’ ini membawa Suriah pada pertumbuhan ekonomi
yang meningkat secara gradual. Selama tahun 2006, pertumbuhan ekonomi Suriah
mencapai 5 persen dan meningkat di tahun 2007  menjadi 5,2 persen dengan
19
Ibid.
20
Weltanschauung adalah pandangan hidup.
21
Human Development Index (HDI) adalah penilaian atas keberhasilan pembangunan si sebuah
negara. Dengan menggunakan beberapa variabel, antara lain pendapatan penduduk,angka
harapan hidup, angka melek huruf, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan perempuan.
Dalam, http://hdr.undp.org/en/composite/trends., diakses pada 10 Maret 2017.
22
Dina Y.Sulaeman, Loc.Cit.
23
“Konflik Suriah dan Skenarion Imperialis Barat”, Berdikarionline (Online), 13 Juli 2013, dalam
http://www.berdikarionline.com/konflik-suriah-dan-intervensi-imperialis-barat/., diakses pada 10
Maret 2017.
5

pendapatan per kapita 1.570 dollar AS (sekitar Rp 14,4 juta) pertahun. Inflasi di
negara bekas koloni Inggris dan Perancis itu  hanya 11 persen dengan angka
pengangguran 9 persen. Sekali lagi, hal ini bisa dicapai oleh pemerintahan Bashar
Assad tanpa bergantung pada modal asing.
Tata kelola sumber daya alam utama Suriah, yakni minyak bumi, juga
memberikan kontribusi positif bagi perekonomian Suriah.  Peran sentral negara
pada sektor hulu industri minyak bumi  yang per harinya bisa memproduksi 400.000
barrel membuat dengki negara-negara lain (AS dan sekutu Eropanya) yang belum
memperoleh ‘kue’ dalam kuantitas signifikan dari pendapatan minyak Suriah.24
Prestasi lain Bashar Assad, yakni penghapusan dan pemotongan hutang luar
negeri Suriah pada negara-negara Eropa Timur sejak awal berkuasanya partai Ba’ath
melalui program reschedulingpembayaran hutang Suriah sejaktahun 2004. Dalam
program itu, Polandia menyetujui pembayaran hutang Suriah  sebesar2,7 juta USD
dari total 261,7 juta USD. Lalu, Rusia membebaskan 75% hutang Suriah yang total
nilai 13 miliar USD. Republik Ceko dan Slovakia juga berkenan memotong hutang
Suriah yang semula 1,6 miliar USD menjadi 150 juta USD.25
Pertumbuhan ekonomi Suriah tanpa menyertakan modal Barat, khususnya AS,
dalam jumlah signifikan. Tuduhan AS atas ‘keterlibatan Suriah dalam pembunuhan
mantan PM Lebanon Hariri di awal 2005’,  sanksi embargo terhadap Suriah pun
dijatuhkan AS melalui SyriaAccount-abilityAct, berupa embargo ekonomi yang
melarang atau membatasi ekspor-impor ke Suriah.26
Pemerintah Suriah pun merespon kebijakan AS itu dengan  mengubah seluruh
transaksi dalam dan luar negeri Suriah dari mata uang dollar AS menjadi Euro pada
awal tahun 2006. Hal ini memicu kebencian yang lebih mendalam dari AS terhadap
Suriah. Ditambah lagi dengan dukungan yang tiada henti dari Suriah kepada
kelompok Hizbullah saat Israel mengagresi Lebanon guna menghancurkan
gerilyawan Syiah tersebut pada pertengahan 2006.
Menurut catatan Sam Campbell dalam The Revolution in Syria, International
SocialistOrganisations, Selandia Baru, bahwa oleh Bashar alAssad perekonomian
ditransfer menjadi perekonomian rente yang dikontrol dan dikuasai oleh orang-
orang yang memiliki hubungan dekat dengan rezim yang berkuasa. Akumulasi dari
semua itu adalah tradisi korup yang telah mengakar kuat di lingkaran elit politik
serta orang-orang yang berada disekitarnya. 27 Selain itu, kesulitan ekonomi lebih
dirasakan oleh penduduk pedesaan dari pada di perkotaan seperti Damaskus dan
Aleppo,28 hal ini menyebabkan banyaknya migrasi masyarakat desa ke perkotaan.
Suriah yang pada awalnya tampil sebagai negara satu-satunya di kawasan
Timur Tengah yang mampu mencukupi kebutuhan pangan secara mandiri hingga
tahun 2006, kemudian pada empat tahun belakangan sebelum konflik terjadi,
bencana kekeringan ekstrim melanda sebagian kawasan Timur Tengah. 29 Suriah
mulai kesulitan untuk mencapai kebutuhan nasionalnya. Akibatnya, 30% penduduk
hidup dibawah garis kemiskinan, 11% berada di bawah garis sub-sistem.30 Dalam
situasi seperti ini, sangat wajar bila muncul demo anti pemerintah dan ada keinginan

24
Ibid.
25
Ibid.
26
Ibid.
27
Zulman bahar dan M. Nur Hasan, “Dukungan Amerika Serikat Terhadap Kelompok Oposisi Suriah
(The United States EndorsmenttoSyrianOppositionGroups”, HI FISIP Univ.Jember, Jember 30
Agustus 2014, hlm.1.
28
Trias Kuncahyono, Op.Cit., hlm.123.
29
Banyak wilayah di Suriah yang mengalami kekeringan akibat penurunan curah hujan. Banyak
desa, kampung-kampung, dan ladang-ladang ditinggalkan oleh petani, menungsi ke wilayah-
wilayah kumuh di kota-kota besar. Tahun 2009, International InstituteforSustainable
Development mencatat akibat dari penurunan curah hujan dan langkanya cadangan air
menyebabkan sekitar 160 desa di Suriah bagian utara pada periode 2007-2008, ditinggalkan
penduduknya. Kekeringan yang mengakibatkan banyak ternak mati. Sumber, Trias Kunchayono
hlm.91-92.
30
Subsisten merupakan kemampuan individu atau coloni yang hanya memperoleh upah atau
sesuatu hanya untuk penyambung hidup.
6

untuk perubahan rezim.31 Klan Assad yang dinilai telah terlalu lama dalam
memimpin Suriah menimbulkan suatu frustasi serta kejenuhan politik dikalangan
masyarakat, yang akhirnya menginginkan terjadinya perubahan di Suriah. Keadaan
korup yang terus berlangsung tanpa bisa dibendung serta kuatnya kendali
pemerintah yang mengekang kehidupan masyarakat dengan pemerintahan
otoritarian yang melakukan represi terus-menerus terhadap rakyatnya.
Puncak frustasi yang dialamai masyarakat Suriah diawali pada 26 Januari 2011.
Protes diawali dengan aksi membakar diri seorang penduduk Suriah yaitu Hasan Ali
Akleh yang terinspirasi dari kasus pembakaran diri Mohammed Bouazizi di Tunisia
yang pada akhirnya memulai revolusi di Tunisia. Menyusul aksi bakar diri itu,
diadakanlah demonstrasi dimalam hari bertempat di Al-Raqqah pada tanggal 28
Januari 2011. Namun kejadian ini belum bisa menyalakan api revolusi di Suriah.32
PadaMaret 2011, terjadi di kota Darr’a, sebuah kota kecil di perbatasan Suriah
dan Yordania 15 orang pelajar mulai membuat grafitiyang berbunyi slogan anti
pemerintah dengan tulisan As-ShaabYoreedEskaatel Nizam (Rakyat ingin
menumbangkan rezim) di tembok kota di dekat sekolah mereka. 33 Tindakan anak-
anak ini berujung pada penangkapan dan pemenjaraan ke-15 pelajar tersebut oleh
aparat keamanan setempat. Merekamendapat perlakuan kasar serta penyikasaan
dari aparat pemerintah setempat selama masa penahanan, bahkan salah seorang
pelajar yang dipulangkan ke orang tuanya dalam keadaan meninggal.34 Hal ini yang
kemudian menimbulkan kemarahan warga Suriah, sehingga demonstrasi anti
pemerintah tidak dapat lagi di bendung, mulai menyebar keseluruh wilayah Suriah.
Pada 21 April 2011, pemerintah Suriah secara resmi mengumumkan
pencabutan undang-undang darurat,State Emergency Law (SEL), yang telah
diberlakukan sejak tahun 1963. SEL dianggap melanggar HAM karena memberikan
keleluasaan kepada pemerintah untuk melarang pertemuan politik dan menangkapi
orang-orang yang dicurigai membahayakan kestabilan negara. Namun, upaya
negosiasi yang dilakukan Assad diabaikan oleh pihak oposisi karena tuntutan utama
mereka adalah mundurnya Assad.
2) Faktor Isu Sekterian
Suriah terdiri dari beragam agama dan mahzab (sekte). Mayoritas rakyat
Suriah adalah Muslim Sunni dengan jumlah populasi 74 % yang terdiri dari beragam
mahzab, seperti Syafi’i, Hanafi dan Hanbali. Beberapa aliran tarekat (sufi) hadir di
Suriah, termasuk Naqsabandiyyah dan Qadariyyah. Sementara muslim lainnya
beraliran Syi’ahAlawiyyah, Druze, Islmailiyyah dan Yazidi, sekitar 10 persen
beragama Kristen.35Keragaman umat beragama ini menjadikan Suriah sangat rentan
akan isu mahzab (sekte), yang kemudian hal ini dimanfaatkan oleh negara Barat dan
sekutu untuk menghancurkan Suriah serta menggulingkan Assad.
Pemberitaan dari sudut pandang seperti ini mulai mewarnai berbagai media
massa internasional sedemikian massif, bahwa demonstrasi di Suriah dihadapi
secara brutal oleh rezim Assad. Berbagai analisis yang dikemukakan para pengamat
politik, disebarluaskan ke seluruh dunia, lengkap dengan foto-foto dan video
berjudul “warga Sunni yang menjadi korban kekerasan rezim Syi’ah
Alawy.”36Pemberitaan yang ada menimbulkan reaksi dunia internasional, terutama
negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Uni Eropa. Negara-
negara tersebut mulai menilai bahwa apa yang terjadi di Suriah merupakan suatu
kejahatan internasional terhadap hak asasi manusia yang dilakukan oleh rezim
penguasa di Suriah. Pada tanggal 18 Agustus 2011, merekamenyatakan bahwa rezim
pemerintah Suriah di bawah Bashar al-Assad sudah kehilangan legitimasi rakyatnya.
Mereka juga menyerukan kepada Assad untuk segera meletakan jabatannya. Reaksi

31
Dina Y.Sulaeman, Op.Cit., hlm.23.
32
Zulman Bahar, Op.Cit., hlm.2.
33
Dina Y.Sulaeman, Op.Cit., hlm.55.
34
Zulman bahar, Op.Cit., hlm.2.
35
Muhammad Fakhry Ghafur (Ed), Op.Cit., hlm.60.
36
Dina Y.Sulaeman, Op.Cit., hlm. 15.
7

internasional ini terus berlanjut dengan agenda resolusi Dewan Keamanan PBB yang
diusung oleh beberapa negara diatas.37
Dengan harapan skenario Mesir dan Libya yang sebelumnya telah berhasil
dapat terulang di Suriah.Tetapi Suriah memang berbeda dengan Mesirdan Libya,
hubungan baiknyadenganRusia, serta kerjasama perdagangan yang begitu penting
dengan Cina telah membuat resolusi DK PBB yang dipelopori AS ini akhirnya gagal
diberlakukan terhadap Suriah.Veto dari Rusia dan Cina yang tidak menginginkan
Suriah diintervensi oleh Barat.38
Isu kesekteriatan ini kemudian dipatahkan ketika Assad kembali terpilih
menjadi Presiden Suriah.Pemerintah Suriah menyelenggarakan Pemilu Presiden
(Pilpres, 3 Juni 2014) dengan pengamat internasional dari 14 negara. 39Pilpres
tersebut merupakan bagian dari reformasi politik yang dilakukan pemerintah Suriah
dan merupakan Pilpresmulti-kandidat pertama yang pernah dilaksanakan sejak
partai Ba’ath berkuasa. Dalam konstitusi baru hasil referendum 2012, dinyatakan
bahwa bentuk dari Pilpres adalah dengan sistem multi-kandidat. 40 Selanjutnya UU
tahun 2014 juga menyatakan bahwa bakal calon merupakan Warga Negara Suriah
yang sudah tinggal di Suriah selama sepuluh tahun terakhir. 41 Dalam Pilpres kali ini,
terdapat 24 Calon Presiden dari kalangan partai dan nonpartai/independen, dua
diantaranya adalah wanita dan seorang dari kalangan Kristen. Dari hasil seleksi yang
dilakukan, tiga diantaranya berhasil lolos dalam seleksi Capres tersebut, yakni
Bashar al-Assad, dari partai Ba’ath, Hasan Abdullah An-Naouri, dari The National
InitiativeforAdministrationandChange in Syria, serta Maher Abdul Hafiz Hajjar, calon
independen yang sebelumnya berasal dari PeopleWillParty.
Hasil perhitungan akhir suara menunjukkan bahwa Bashar al-Assad
memenangkan perolehan suara dengan 88,7 persen disusul dua kandidat lainnya,
Hasan An-Naouri dengan 4,3 persen suara dan Maher Hajjar dengan 3,2 persen
suara.42 Dengan terpilihnya kembali Bashar al-Assad sebagai Presiden Suriah perode
2014-2021, menunjukan bahwa Assad masih didukung oleh rakyatnya untuk
memimpin Suriah.
Tabel 3.1 Hasil Perolehan Suara Pemilu Presiden Suriah 2014
Candidate Party Votes Percent

Bashar al-Assad Ba’athParty 10.319.723 88,7 %

Hassan An-Naouri NIACS 500.279 4,3 %

Maher Hajjar Independent 372.301 3,2 %

BlankVotes 442.108 3.8 %

Total 11.634.412 100

Sumber: www.sana.sy
Negara-negara Barat dan kelompok oposisi menilai bahwaPemilu tidak
transparan dan hanya diselenggarakan di wilayah yang dikuasai pemerintah tidak di
wilayah Utara maupun Timur yang dikuasai pemberontak. Namun konfirmasi dari
The United States Agencyfor International Development (USAID) menegaskan bahwa

37
Terdapat 3 kali resolusi yang dilakukan oleh SecurityCouncil, yang pertama resolusi (2118) yang
disahkan pada tahun 2013, kemudian resolusi (2254) pada tahun 2015 dan yang terakhir adalah
resolusi (2268) pada tahun 2016.
38
Zulman bahar, Op.Cit., hlm.3.
39
Caleb T.Maupin, “The TruthAboutSyria: A Manufactured War Against An Indepewndent Country”,
MintPressNews (Online), 26 Mei 2016, dalam http://www.mintpressnews.com/truth-syria-
manufactured-war-independent-country-2/216688/., diakses pada 09 Maret 2017.
40
Muhammad Fakhry Ghafur (Ed),Op.Cit, hlm.116.
41
Ibid.
42
“President Bashar al-AssadelectedPresidentwith 88,7% ofthevote”, Trade BridgeConsultants
(Online), dalam http://tradebridgeconsultants.com/news/elections/president-bashar-al-assad-
elected-president-with-88-7-of-the-vote/, diakses pada 16 Maret 2017.
8

jumlah pemilih dalam pemilu 2014 di Suriah adalah lebih dari 70 persen. 43 Baru-baru
ini telah diselenggarakan pemilihan parlemen di Suriah. Komisi pemilihan Suriah
mengumumkan bahwa koalisi Persatuan Nasional yang terdiri dari partai yang
berkuasa dan sekutu-sekutunya, telah memenangkan 200 dari 250 kursi di Majelis
Rakyat (Majlisal-Sha’ab). Sebanyak 5.085.444 pemilih memberikan suaranya dari
seluruh 8.834.994 pemilih yang berhak. Tingkat partisipasi keseluruhan 58 persen
melebihi harapan pemerintah.44
Konflik di Suriah bukan merupakan isu mahzab juga dikemukakan oleh Duta
Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (Dubes LBBP) Republik Indonesia untuk Suriah,
Djoko Harjanto.Menurutnya, “orang sudah terlanjur menganggap pemerintah Suriah
Syiah, itu yang harus diluruskan. Informasi yang menyatakan pemerintah Assad
membunuhi rakyatnya tidaklah benar karena pada kenyataannya pemerintah Assad
masih sangat didukung oleh rakyatnya.”45 Di Suriah tidak ada benturan Sunni-Syiah,
Suriah adalah negara yang sangat pluralis yang dapat hidup berdampingan tanpa
memikirkan mahzab apa yang dianutnya. Meskipun Presiden Suriah Bashar Assad
adalah Alawit, istrinya, Asma, adalah Sunni seperti kebanyakan negara.

Kemunculan Kelompok Oposisi dan Terorisme di Suriah


a. Syrian National CoalitionforOppositionandRevolutionaryForces (SNCORF)
SNCORF merupakan bentuk pembaharuan dari organisasi Syrian National
Council (SNC). SNC dianggap gagal dalam mengendalikan jalannya revolusi dan tidak
mampu menyatukan berbagai faksi oposisi. 46 SNCORF koalisi ini dibentuk dalam
sidang di Doha, Qatar, yang terdiri dari sekitar 60 anggota, terdiri dari 22 besar
Suriah, dan sejumlah tokoh pemberontak Suriah yang berada di dalam dan luar
negeri. Presiden SNCORF adalah Moazal-Khatib, ulama dari kalangan Ikhwanul
Muslimin.47 Adapun tujuan dibentuknya organisasi ini adalah untuk mengganti
pemerintahan Bashar al-Assad, pemersatu oposisi Suriah dan sebagai pendukung
FreeSyrian Army (FSA). Selain itu, SNCORF mempunyai tugas untuk mencarikan
dana, logistik, dan bantuan lainnya untuk FSA. Dalam konferensi FriendsofSyria di
Marakesh (Maroko), para anggota mendeklarasikan pengakuan mereka terhadap
SNCORF sebagai perwakilan resmi rakyat Suriah dan sebagai organisasi yang
memayungi semua kelompok oposisi di Suriah.
2) FreeSyrian Army (FSA)
FreeSyrian Army (FSA), dipimpin oleh adik dari Hafez al-Assad, yaitu Rifyadal-
Assad, mantan perwira Angkatan Darat Suriah yang membelot pada Juli 2011. Pada
masa pemerintahan Hafez al-Assad juga sempat melakukan kudeta namun gagal.
Kelompok ini mendeklarasikan diri sebagai oposisi melawan pemerintah pada Juli
2011.48 Pusat komando FSA awalnya berbasis di Turki di provinsi Hatay Selatan
dekat perbatasan Suriah.49
Dalam pembentukannya FSA mendapatkan dukungan dari beberapa negara
sponsor seperti Turki, Arab Saudi, Qatar, 50 selain itu FSA juga mendapatkan

43
Tony Cartalucci, “SyrianElectionsConfirmWest’sWorstFears”, New Eastern Outlook (online), 23
April 2016, dalam https://arrahmahnews.com/2016/03/21/dubes-indonesia-untuk-suriah-
ungkap-fakta-perang-suriah-dan-bashar-assad/., diakses pada 16 Maret 2017.
44
Vanessa Beeley, “Live FromDamascus: The SyrianElectionResult”, 21stcenturywire (Online), 18
April 2016, dalam http://21stcenturywire.com/2016/04/18/live-from-damascus-the-syrian-
election-results/., diakses pada 16 Maret 2017.
45
Tony Cartalucci, Loc.Cit.
46
Ahmed E.Souaiaia, “The Syrian National CoalitionforOppositionandRevolutionaryForces
(SBCORF)”, ISR (Online), 13 November 2012, dalam
http://www.reasonedcomments.org/2012/11/the-syrian-national-coalition-for.html., diakses
pada 16 Maret 2017.
47
Dina Y.Sulaeman, Op.Cit., hlm.117.
48
Philip Gamaghelyan, A CautionagaintsFramingSyria as anAssad-OppositionDichotomy(Turki:
TurkishPolicyQuarterly, 2013),hlm.104.
49
Liam Stack, “In SlapatSyria, TurkeyShelters Anti-AssadFighters”, The New YorkTimes (Online), 27
Oktober 2016, dalam  http://www.nytimes.com/2011/10/28/world/europe/turkey-is-sheltering-
antigovernment-syrian-militia.html?_r=0., diakses pada 16 Maret 2017.
9

sumbangan dari LSM SyrianSupport Group.51 Pada Agustus 2012, laporan beredar
bahwa Amerika Serikat dan Inggris juga memberikan bantuan dan pelatihan untuk
FSA.52 Pemerintah Turki, menyatakan mereka ingin memberikan keselamatan
kepada anggota militer yang membelot. Setelah upaya menciptakan dewan militer
dan perintah bersama, FSA di reorganisasi pada pertemuan Desember 2012 di
Antalya, Turki.53 Pejuang dari Lebanon, Aljazair, Tunisia, Yordania dan Arab Saudi
telah dilaporkan aktif dalam pertempuran dengan FSA, meskipun jumlah penjuang
asing sulit untuk ditentukan. FSA beroperasi di seluruh Suriah, baik di daerah
perkotaan maupun di pedesaan. Pasukan aktif di barat laut (Idlib, Aleppo), wilayah
tengah (Homs, Hama dan Rastan), daerah pantai sekitar Latakia, bagian selatan
(Darra dan Houran), bagian timur (DayralZawar dan Abu kamal), serta
daerah Damaskus. Konsentrasi terbesar dari kekuatan ini tampaknya di wilayah
tengah (Homs, Hama, dan sekitarnya), dengan sembilan atau lebih batalion aktif di
sana.54

3) Front Jabhatal-Nusrah
Abu Bakar al-Baghdadi, yang sibuk memperkuat kembali Negara Islam Irak-
nya, melihat sebuah kesempatan untuk memperluas pengaruhnya. Dipimpin oleh
Abu Muhammedal-Jawalani, membentuk sebuah kelompok yang disebut Jabhatal-
Nusrah, yang dengan cepat meraih keberhasilan di medan laga dan menarik
pengikut baru dari dari dalam dan luar Suriah. Lalu, Jabhatal-Nusrah semakin
independen dan menjauh dari induk organisasinya, ISI. Dalam perkembangannya al-
Baghdadi menginginkan penggabungan kedua organisasi dengan nama baru, yaitu
Negara Islam Irak dan Syam atau ISIS. Namun, keinginannya ditolak oleh al-Jawalani,
yang malah menyatakan kesetiaan kepada pemimpin tertinggi al-Qaeda, Aymanal-
Zawahiri.
al-Zawahiri mendukung al-Jawalani dania memerintahkan al-Baghdadi, yang
pada saat itu secara teknis masih merupakan bawahannya, untuk membatasi
operasinya di Irak dan memberikan Suriah di bawah kendali Jabhatal-Nusrah
pimpinan al-Jalwalani. Ketika al-Baghdadi menolak perintah itu, al-Zawahiri secara
resmi mengeluarkan ISIS dari jejaring al-Qaeda pada bulan Februari 2014. Jabhatal-
Nusrah kini menjadi satu-satunya perwakilan al-qaeda di Suriah. 55 Hingga saat ini,
Jabhatal-Nusrah merupakan salah satu kekuatan tempur yang disegani di Suriah,
dengan menghancurkan kelompok-kelompok pemberontak pesaing, menyerang
militer pemerintah Suriah dan menguasai wilayah luas di barat laut dan barat Suriah
(termasuk di sepanjang perbatasan dengan Israel, di dekat Dataran Tinggi Golan). 56
Keberadaan Jabhatal-Nusrah di konflik Suriah semakin memperlihatkan bahwa
konflik di Suriah bukan sekedar konflik internal melainkan juga dengan kelompok
jihadis yang datang dari berbagai negara untuk mendirikan negara kekhalifahan.
Pada 20 November 2012, Jabhatal-Nusrah bersama sejumlah kelompok

50
Karen Deyoung dan LizSly, “SyrianRebelsGetInfluxofArmswith Gulf Neighbors’ Money, US
Coordination.” The Washington Post (Online), 15 Mai 2012, dalam
http://www.washingtonpost.com/world/national-security/syrian-rebels-get-influx-of-arms-with-
gulf-neighbors-money-us-coordination/2012/05/15/gIQAds2TSU_story.html., diakses pada 18
Maret 2017.
51
Laura Rozen, “US Authorizes Financial Support For theFreeSyrian Army”, News. Al-Monitor
(Online), 27 Juli 2012, dalam http://www.al-monitor.com/pulse/originals/2012/al-monitor/us-
authorizes-financial-support.html., diakses pada 16 Maret 2017.
52
Ibid.
53
Elizabeth O’Bagy, “MiddleEastSecurityReport 6: Jihad in Syria”, Instituteforthe Study of
War(Online), September 2012, http://www.understandingwar.org/sites/default/files/Jihad-In-
Syria-17SEPT.pdf.
54
Salam Hafez, “Syria: HowFar Has UprisingSpread?”, Global Voice (Online), 25 Oktober 2011,
dalam https://iwpr.net/global-voices/syria-how-far-has-uprising-spread., diakses pada 18 Maret
2017.
55
Nino Oktorino, Pedang Sang Khalifah: ISIS dan Ancaman Radikalisme dalam Perang Saudara di
Suriah dan Irak (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2015), hlm.54-55.
56
Ibid., hlm.55.
10

pemberontak mendeklarasikan Brigade Koalisi Pendukung Khalifah. 57 Dalam video


itu mereka mengatakan, “Kami mendeklarasikan pembentukan birigade koalisi
pendukung khalifah (Al Liwa Ansharul Khalifah) di daerah Aleppo bagian barat.

4) ISIS atau ISIL(Islamic State ofIraqandal-Syam/Levant)


Dikeluarkan dari al-Qaeda, ISIS / ISIL kini secara resmi menjadi sebuah
kekuatan independen. Abu Bakar al-Baghdadi kemudian memperkuat dirinya di
Suriah, menarik banyak sekali anggota asing Jabhatal-Nusrah maupun anggota
kelompok pemberontak lain bergabung dengannya, sehingga membuat ISIS dengan
cepat menjadi kelompok yang dominan di Suriah. 58 Kelompok ini juga memperoleh
dukungan dan sumbangan dari luar wilayah itu.
ISIS mengikuti suatu tafsiran Islam yang ekstrem, menganggap orang-orang
yang tidak setuju dengan penafsirannya sebagai kafir dan murtad. Dalam
perkembangannya, ISIS telah melangkah dari sebuah kekuatan militer murni
menjadi sebuah pemerintahan (Kekhalifahan) yang membangun sebuah sistem yang
dapat menyediakan pelayanan publik yang mendasar. 59 ISIS membagi
pemerintahannya menjadi dua, bagian Suriah dan Irak. Pada saat ini, ISIS menjadi
kelompok dengan kekuatan yang paling besar di Suriah. Mereka mulai meneror dan
menculik penduduk sipil yang berada di bawah cengkramannya, mendirikan pos-pos
pemeriksaannya sendiri yang lebih berfungsi sebagai titik-titik yang mencekik faksi-
faksi saingannya. Dan mereka pun menyerang kelompok pemberontak Suriah.
Sebagai contoh, pada tanggal 1 Agustus 2013, ISIS meledakkan sebuah bom mobil di
markas besar kelompok Ahfadal-Rasoul di Raqqa, menewaskan 30 orang, kemudian
ISIS mengusir kelompok tersebut dari kota itu.60
ISIS menjadi semakin kuat setelah menyingkirkan para pesaingnya di antara
kelompok oposisi Suriah yang terpecah belah dan merampas banyak persenjataan
milik tentara Irak yang telah porak-poranda. Pada tanggal 17 September 2014,
setelah berhasil merebut sebuah jembatan strategis di atas Sungai Eufrat, ISIS
memulai gerakan yang kelihatannya tidak terbendung menuju Kobani. Mereka akan
memiliki koridor strategis yang sangat besar di sepanjang perbatasan Turki, sehingga
dapat menghubungkan posisi kelompok ISIS dari Jarabulus di kawasan Aleppo hingga
Tal Abyad di dekat Ar-Raqqa serta memungkinkan kelompok militan itu menerima
dukungan finansial dan militer yang lebih besar dari sisi perbatasan Turki. Dengan
pelatihan AS dan pendanaan dari Arab Saudi, Kuwait, Qatar dan Uni Arab Emirate
membuat ISIS sulit dikalahkan.61
Dukungan juga yang diberikan oleh negara-negara Barat dan sekutunya
berupa finansial, senjata, dan pelatihan militer. Khususnya bagi pemberontak Suriah
yang kemudian bergabung dengan ISIS telah dilatih oleh Amerika Serikat di sebuah
pangkalan rahasia di Yordan pada tahun 2012.62

Propaganda Konflik Suriah


Propaganda media Barat dan sekutu yang selama ini memberitakan Suriah
hanya berdasarkan satu narasi yaitu “Assad dan koalisi telah memeborbardir warga
sipil Suriah.” Data dibawah ini menunjukan bahwa apa yang terjadi di Suriah adalah
tidak lebih dari perebutan sumber energi minyak dan gas.
57
Negara Khalifah adalah berdirinya pemerintahan Islam dan sangat menentang demokrasi ala
Barat. Adapaun nama-nama kelompok pemberontak yang bergabung, yaitu: Ahrar Al
ShamKataeb, Liwaa Al tawhiid, AhrarSouria, Halab Al Shahba, Harakah Al Fajr Al Islamiia, Dar Al
Ummah, Liwa’aJaish Muhammad, Liwa’a Al-Nasr, Liwa’a Dar Al Islam, dan lain-lain.
58
Nino Oktorino, Op.Cit., hlm.55.
59
AgusHerlambang (2018), GerakanKelompok ISIS (Irak—Syiria) Dan DukunganUmat Islam Indonesia,
P3M FisipUnpas, Bandung.
60
Ibid., hlm.78.
61
J.Wilson, “Dis The U.S Fund ISIS?”, Alibertianfuture (Online), 15 Juni 2014, dalam
https://alibertarianfuture.com/big-government/war-big-government/did-the-u-s-fund-members-
of-isis-back-in-2005/., diakses pada 18 Maret 2017.
62
Aaron Klein, “Blowback! U.S. TrainedIslamistsWhoJoined ISIS”, WND Exc;usive (Online), 17 Juni
2014, dalam http://www.wnd.com/2014/06/officials-u-s-trained-isis-at-secret-base-in-jordan/.,
diakses pada 18 Maret 2017.
11

a. Pipa Gas dan Geopolitik


Suriah merupakan salah satu negara yang memegang infrastruktur jaringan
minyak mentah dan pipa gas dengan posisi geopolitik yang penting bagi
perekonomian di Timur Tengah. Wilayah ini merupakan pintu masuk dan keluar
jaringan pipa trans-benua. Pada tahun 2000, Qatar mengusulkan kepada Bashar al-
Assad untuk membangun pipa gas sepanjang 1.500km melalui Arab Saudi, Jordania,
Suriah dan Turki.63 Uni Eropa yang bergantung kepada gas Rusia, berusaha mencari
pemasok gas dengan harga lebih murah. Aspirasi itu, selaras dengan keinginan
Qatar.64

Gambar 3.2 Peta Jalur Pipa Gas Qatar-Arab Saudi-Yordan-Turki vs Iran-Irak-Suriah

Namun pada tahun 2009, Bashar al-Assad mengumumkan bahwa Suriah


akan menolak menandatangani perjanjian yang diusulkan Qatar untuk melindungi
kepentingan sekutunya Rusia.65Assad kemudian memilih bersepakat dengan Iran
dengan membangun jalur pipa gas melalui Iran-Irak-Suriah. Bagi Iran sendiri, Suriah
adalah jalur kunci menuju Eropa lewat Laut Tengah. Iran ingin membangun jalur
distribusi minyak dan gas ke Eropa dengan membangun jalur pipa energi melalui
Suriah.
Iran juga ingin menancapkan pengaruh kuatnya di Suriah yang berbatasan
langsung dengan Lebanon di mana Hizbullah menjadi salah satu aktor terkuat di
kawasan ini dan menjadi sekutu utama Iran dalam menghadapi Israel. Iran
berkepentingan menyangga Assad karena jika Assad tumbang, maka tamatlah
petualangan Iran di Timur Tengah. Aspirasi Iran itu dalam selaras dengan Rusia yang
telah menjadi sekutu tradisional Suriah sejak era Uni Soviet. Rusia berkepentingan
menghambat jalur pipa gas Qatar—Arab Saudi—Suriah—Turki—Eropa yang sudah
pasti mengancam dominasi gasnya di Eropa. 66 Membiarkan Eropa mendapatkan
alternatif gas yang lebih murah adalah mimpi buruk bagi Rusia. Hal ini yang
kemudiam menimbulkan kemarahan dari negara Barat dan Teluk.
Pada tahun 2009 menurut Wikileaks, segera setelah Bashar al-Assad menolak
pipa Qatar, CentralIntelligenceAgency (CIA) mulai mendanai kelompok oposisi di
Suriah.67 Sebagian besar jumlah dari pemberontak di Suriah merupakan orang asing
yang telah direkrut untuk melawan pemerintah Suriah. Fasilitas pelatihan teroris
diberikan oleh negara Amerika dan sekutu serta negara Teluk. Rezim AS dan sekutu
serta Turki dan Arab Saudi secara terbuka mendukung Front Jabhatal-Nusrah.
Sementara itu media barat telah memberitakan tuduhan bahwa pemerintah Suriah
menggunakan senjata kimia, yang kemudian hal ini di luruskan oleh Carla Del Ponde

63
Robert F.Kennedy, Jr, “Syria: AnotherPipeline War”, EcoWatch (Online), 25 Februari 2016, dalam
http://www.ecowatch.com/syria-another-pipeline-war-1882180532.html?page=2., diakses pada
18 Maret 2017.
64
Steve Austin, “Oil Pricesand The SyrianCivil War”, Oil Price Net (Online), 14 Oktober 2015, dalam
http://oil-price.net/en/articles/oil-prices-and-syrian-civil-war.php., diakses pada 18 Maret 2017.
65
Robert F.Kennedy,Jr, Op.Cit., hlm.3.
66
Steve Austin, Loc.Cit.
67
Robert F.Kennedy,Jr, Loc.Cit.
12

wakil dari PBB yang menegaskan bahwa pemberontak yang didukung asing yang
telah menggunakan gas sarin saraf dan senjata kimia lainnya. 68

2) Kepentingan Negara-negara Barat dan Teluk di Suriah


1) Koalisi Assad
Rusia, hubungan diplomatik antara Rusia-Suriah telah terjalin sejak lama yang
diperkuat dengan adanya pangkalan angkatan laut Rusia di Pelabuhan Tartus yang
sudah ada sejak masa Uni Soviet, dan masih di gunakan hingga saat ini. Adapun
keterlibatan Rusia dalam konflik Suriah merupakan atas undangan dari Presiden
Assad yang meminta bantuan untuk membebaskan negaranya dari kelompok
terorisme. Sedangkan bagi Rusia, Suriah merupakan sekutu terdekatnya di Timur
Tengah, kedua negara ini sejak lama telah menjadi mitra untuk ekspor-impor
persenjataan militer. Dengan membantu Suriah, Rusi memiliki tujuan untuk
mempertahankan pengaruhnya di Timur Tengah serta untuk mempertahankan mitra
ekonomi dan militernya.
Iran, merupakan salah satu negara yang menolak hadirnya Israel. Hal ini
selaras dengan Suriah yang menjadi satu-satunya negara di Timur Tengah yang tetap
teguh untuk melawan zionis Israel. Apabila, Suriah tumbang maka dikhawatirkan
Iran akan menjadi lebih mudah untuk ditaklukan oleh Israel dan Sekutunya. Untuk
itu, Iran mulai mengirimkan pasukan tentara dan penasihat militernya ke Suriah.
Cina, negara Suriah merupakan salah satu eksportir utama minyak Cina
setelah Arab Saudi dan Iran. Suriah juga berperan sebagai pintu masuk pasar ekspor
komoditas Cina ke negara-negara di Timur Tengah. Cina juga menjaga hubungan
baiknya dengan Iran sebagai negara pemasok utama kebutuhan minyak Cina. 69
Aliansi diantara ketiga negara besar ini sangat berpengaruh di dunia
internasional, khususnya Rusia, Iran, Cina yang menolak segala macam bentuk
militer asing terhadap Suriah telah berlangsung sangat efektif untuk mencegah
Suriah mengalami kejadian serupa seperti Libya.70
2) Koalisi Barat dan Teluk
Amerika Serikat, merupakan negara yang mendukung pergantian rezim di
Suriah guna mempertahankan kepentingan politik-ekonomi di Timur Tengah. Rezim
Al-Assad dinilah telah menajadi batu sandungan AS dalam mendukung langkah-
langkah Israel. AS membantu proses revolusi di Suriah dengan memberikan bantuan
kepada kelompok oposisi baik berupa finansial maupun logistik. 71
Uni Eropa (UE), menjelang Konferensi Perdamaian Jenewa II, UE sepakat untuk
mengizinkan pengiriman senjata kepada kelompok oposisi Suriah. Keputusan ini
diambil setelah anggota UE gagal untuk memperbaharui embargo senjata ke Suriah.
UE menilai pengiriman senjata kepada oposisi akan mendorong Pemerintah Assad
untuk memulai perundingan penyelesaian masalah konflik.
Prancis, terlihat sangat berambisi untuk kembali menancapkan kekuasaan
imperialismenya di Suriah, dengan kedok “membantu bangsa Suriah lepas dari
kediktaktoranAssad.” Prancis sangat aktiv dalam menggalang bantuan internasional
bagi kelompok oposisi, termasuk mendorong AS, Inggris, dan NATO untuk
mengirimkan pasukan ke Suriah. Besarnya keterlibatan Prancis daalam upaya
menggulingkan Assad terlihat juga dari bendera yang digunakan kelompok oposisi.
Bendera itu berwarna hijau-putih-hitam dengan tiga bintang di tengah, persis seperti
bendera Suriah saat masih berada di bawah mandat Prancis.72
Arab Saudi, salah satu negara yang mendukung perubahan rezim di Suriah.
Runtuhnya rezim Assad dapat mengakhiri pengaruh Iran di kawasan yang
merupakan rival utama Saudi. Menghindari konfrontasi langsung dalam konflik dan
hanya memberikan bantuan finansial dan senjata bagi kelompok oposisi.

68
Ibid.
69
M. Agstya ABM, Op.cit., hlm.196-197.
70
Ibid. Hlm.198.
71
Ibid.
72
Dina Y.Sulaeman, Prahara Suriah, Op.Cit., hlm.112.
13

Turki, mendukung kelompok oposisi yaitu Syrian National


CoalitionforRevolutionaryandOppositionForcedan FreeSyrian Army. Serta masalah
militar Kurdi, selama ini rezim Assad memberikan perlakuan khusus kepada
minoritas Kurdi yang ditentang Turki. Tumbangnya Assad akan mengurangi bantuan
Suriah terhadap bangsa Kurdi.
Lebanon dan Hizbullah, Lebanon merupakan negara strategis bagi Suriah
secara ekonomi-politik dan kemanan, terutama dalam mengahdapai Israel.
Pemerintah Assad menegaskan Suriah dan Hizbulah kini berada dalam satu barisan.
Hizbullah diperkirakan telah mengirim 3000-4000 milisi untuk membantu pasukan
rezim Assad.
Negara-negara Teluk (GCC), enam negara Teluk Arab melakukan aksi
meningkatkan sanksi terhadap Suriah dengan melarang impor minyak dari negara
itu untuk sementara waktu, tentu hal ini akan menyulitkan pemerintah Assaddimana
pemasukan dari minyak merupakan 25% dari keseluruhan pemasukan Suriah. Usaha
sekutu Barat adalah menutup kedutaan besarnya di Suriah antara lain Arab Saudi,
Uni Emirates Arab, Bahrain, Oman, Qatar dan Kuwait, Disusul oleh Jepang dan Turki.
Qatar ikut serta dalam menutup kedutaan besarnya di Suriah dikarenakan Suriah
telah menolak keinginan Qatar untuk membangun pipa gas Qatar-Saudi-Turki-Eropa.
Israel, mengambil keuntungan secara politik dan ekonomi dari konflik Suriah.
Upaya merebut kembali Dataran Tinggi Golan yang kaya akan Sumber Daya Alam,
Israel yang merupakan sekutu abadi Amerika Serikat dan berbatasan langsung
dengan Suriah, sangat menginginkan konflik internal Suriah terus berlangsung.
Instabilitas Suriah berarti keamanan bagi Israel. Dengan kondisi ini, Suriah
disibukkan dengan permaslahan internalnya dari pada konflik berkepanjangan
dengan Israel.73
3) Situasi Internal Suriah Pada saat Konflik
Setelah ISIS, Jabhatal Nusrah berhasil menduduki Suriah di tahun 2012, daerah
teritorial pemerintah semakin mengecil. Di tahun 2015, pemerintah Suriah
menguasai sekitar 50 persen dari total luas wilayah, tetapi hanya terdapat sekitar 22
sampai 72 persen populasi yang tersisa di dalam wilayah Suriah. Sementara,
pemberontak menguasai 45 persen wilayah dan 17 sampai 34 persen dari populasi,
sedangkan bangsa Kurdi mengontrol tidak lebih dari 5 persen dari wilayah dengan 5
sampai 10 persen dari populasi.74

73
M.AgastyaAbm, Loc.Cit.
74
ZackBeauchamp, “The verysimplereasonwhySyria’swarissohardtoend”, Vox (Online), 2 Februari
2015, dalam http://www.vox.com/2015/2/2/7963447/syria-control-territory., diakses pada 18
Maret 2017.
14

Gambar 3.3 Situasi Suriah Pada tahun 201575

Berbagai faksi kelompok bersenjata melancarkan serangan bom, mortir, dan


aksi bom bunuh diri agar dapat menguasai kota-kota di Suriah. Target utama
serangan mereka antara lain, airport, kantor-kantor polisi, gudang penyimpanan
senjata militer.76 Data dari The United Nations International
Children’sEmergencyFund (UNICEF) menyatakan bahwa sebagian kelompok oposisi
ekstrem melakukan kegiatan penculikan untuk meminta tebusan, pemboman
fasilitas umum seperti sekolah dan rumah sakit, menyiksa dan memenggal korban,
selain itu pemberontak telah merekrut ribuan tentara anak untuk ikut berperang
menggulingkan rezim Assad.77 Biasanya anak-anak digunakan untuk pembuatan
video atau film propaganda yang memperlihatkan penderitaan masyarakat Suriah
akibat perang. Tentara Suriah (Syrian Arab Army), dalam hal ini melakukan
perlawanan terhadap kelompok-kelompok jihadis dan berupaya keras untuk
mempertahankan kota. Hal yang tidak dapat dihindarkan kemudian adalah
pertempuran di berbagai kawasan.78
Dalam sebuah wawancara dengan Media Prancis, Assad mengatakan bahwa
“Kami akan membebaskan setiap inci dari tanah Suriah.” Selama enam tahun
terakhir ini, konflik Suriah semakin rumit karena kekisruhan bukan hanya terkait
revolusi, demokrasi dan modernisasi seperti yang diinginkan oleh rakyat Suriah,
tetapi ketidaksukaan negara Barat dan Teluk terhadap rezim Assad yang ingin
menggulingkannya telah membawa Suriah kedalam kehancuran yang sangat parah.
Pada setiap konflik yang paling merasakan dampaknya adalah masyarakat sipil, tidak
sedikit masyarakat sipil yang telah menjadi korban dari pertempuran. Data dari
Syrian Center forPolicyResearch (SPCR) menunjukan bahwa korban tewas sejak
enam tahun berkonflik adalah 470.000 orang, sedangkan 600 orang lainnya terluka
dan cacat. Sejak permulaan konflik jutaan warga Suriah telah menjadi pengungsi.
Data terakhir dari The United NationsHighCommissionerforRefugees (UNHCR) yang
diambil pada 7 November 2016, sebanyak 8,7 juta telah menjadi pengungsi di dalam
75
https://www.lib.utexas.edu/maps/syria.html ., diakses pada 26 Maret 2017.
76
Dina Y.Sulaeman, Salju di Aleppo (Jakarta: Mitra Media Mustika & ICMES Publisher, 2017),
hlm.26.
77
John Davison, “Syrianwarcreateschildrefugeesandchildsoldiers: report”, Reuters (Online), 14
Maret 2016, dalam http://www.reuters.com/article/us-mideast-crisis-syria-children-
idUSKCN0WG0R0., diakses pada 18 Maret 2017.
78
Dina Y.Sulaeman, Op.Cit., hlm.27.
15

negeri dan 4,83 juta tersebar di negara-negara lain, seperti Turki, Jordan, Lebanon,
dan Eropa.79 Sedangkan, Pada 2015, PBB memperkirakan jumlah korban yang tewas
sedikitnya 220.000 orang selama konflik berjalan, tetapi hampir setengah dari
korban tewas adalah prajurit tentara Suriah atau pejuang milisi setempat yang
bersekutu, dan dua pertiga adalah jihadis atau pejuang oposisi jika kita menghitung
kelompok oposisi dan jihadis. Artinya, rasio jumlah korban dari kalangan sipil oleh
militer kira-kira 1:2, mengingat bahwa oposisi juga menimbulkan korban sipil.
Bandingkan dengan rasio korban AS di konflik Irak sekitar 3:1 dan korban dari Israel
yang menyerang Gaza sekitar 4:1 di tahun 2008-2009. 80

Penutup
Sebagian besar tragedi yang terjadi di Suriah adalah propaganda Barat untuk
mendukung cita-cita berdirinya negara Israel yaitu mewujudkan Israel Raya di Timur
Tengah. Sebetulnya, proyek Israel Raya ini sudah terbentuk jauh sebelum negara
Israel terbentuk, dan proyek Israel Raya ini benar-benar dilaksanakan semenjak
Israel meminta tanah di Palestina dan PBB meng-amininya pada tahun 1948.
Propaganda Barat (AS) dan Israel ini telah melahirkan penderitaan bagi bangsa
Suriah. Ratusan ribu jiwa rakyat sipil melayang terjepit ditengah penanganan dingin
rezim Assad dan kebiadaban teroris pemberontak yang melakukan pembersihan
etnis dan genosida, sebuah tragedi kemanusiaan yang belum terlihat tanda-tanda
akan usai.
Semua warga Suriah, hanya menginginkan perdamaian. Mereka memiliki
kenangan atas Suriah sebelum berkonflik, adalah negara yang indah, stabil, aman,
makmur, dan sekuler. Tidak ada ‘pemerintah islamis’ (ala-teroris) dan semua
menginginkan penyelesaian konflik melalui langkah politik dan diplomatik. Kelompok
oposisi pro-demokrasi yang awalnya menginginkan revolusi dan modernisasi serta
menggulingkan Assad, kini telah berbalik dengan ikut serta mendukung Presiden
Assad untuk mengusir kelompok jihadis atau terorisme pergi dari wilayahnya.

79
“Sejken Ikatan Alumni Suriah Indonesia Angkat Bicara Soal Aleppo”, IslamIndonesia (Online), 22
Desember 2016, dalam https://islamindonesia.id/berita/sekjen-ikatan-alumni-suriah-indonesia-
angkat-bicara-soal-aleppo.htm., diakses pada 18 Maret 2017.
80
Paul Larudee, “Mythology, BarrelBoms, and Human RightWatch”, Counterpunch (Online), 21 Juli
2015, dalam http://www.counterpunch.org/2015/07/21/mythology-barrel-bombs-and-human-
rights-watch/., diakses pada 18 Maret 2017.
16

Anda mungkin juga menyukai