Dinamika Konflik Internal Di Suriah Yang Berdimensi Internasional
Dinamika Konflik Internal Di Suriah Yang Berdimensi Internasional
Pendahuluan
Suriah adalah sebuah negeri yang memiliki sejarah yang sangat panjang,
bahkan dijuluki sebagai “tempat lahirnya peradaban” (cradleofcivilization). Seperti
yang dinyatakan oleh sejarawan Prancis, Andre Parrot bahwa “All
culturedmenbelongtotwonations: his ownandSyria” (semua bangsa manusia yang
berbudaya berasal dari dua bangsa: bangsanya sendiri dan Suriah). Dengan kata lain,
menurut Parrot, semua budaya yang beradab pastilah berasal dari Suriah. Hal ini
didasari dari banyaknya penemuan yang signifikan bagi perkembangan peradaban
manusia yang dimulai di Suriah, seperti penemuan tembaga dan perak, teknik
metalurgi, dibuatnya hukum pertanian, aturan dagang, dan aturan hubungan
internasional, bahkan alfabet.2
Republik Arab Suriah (dalam bahasa Arab: al-Jumhūrīyahal-ʻArabīyah as-
Sūrīyah) menerapkan sistem Pemerintahan Republik Presidensial dibawah Hukum
Darurat sejak tahun 1963. Bentuk negara Suriah yaitu Negara Kesatuan (sentralis).
Dipimpin oleh Kepala Negara (Presiden) dengan Kepala Pemerintahan yaitu Perdana
Menteri. Kabinet ditunjuk oleh Presdien, adapun Parlemen Suriah bernama Majlisal-
Shaab (People’sAssembly), yang terdiri atas 250 kursi. Setiap anggota dipilih melalui
Pemilu untuk masa bakti selama 4 (empat) tahun.3
Untuk mencapai stabilitas politik dan legitimasi yang kuat sebagaimana negara
Arab lainnya, Suriah menggunakan kepemimpinan perorangan yang sedikit banyak
bersifat otoriter dan menggunakan ideologi sebagai alat pemaksa persatuan rakyat. 4
Seperti yang dikatakan oleh Hinnebusch dalam bukunya yag berjudul Syria:
RevolutionfromAbove,meyimpulkan bahwa label yang tepat untuk rezim Assad
adalah ‘otoritarian yang populis’.5 Pemerintahan Assad menghadapi ancaman dari
luar (Israel) dan ketidakstabilan internal sehingga memilih bersikap otoriter demi
terciptanya kestabilan negara. Namun pada saat yang sama, Assad berusaha
membangun negara dengan mengupayakan dukungan dari masyarakat kelas
menengah dan bawah. Artinya, Assad sangat peduli dengan pentingnya dukungan
yang muncul dari hati rakyat, bukan kepatuhan yang muncul dari rasa takut kepada
rezim.6 Hal ini kemudian didukung oleh kebijakan populis yang dibuat seperti
layanan kesehatan gratis dan sekolah gratis hingga universitas.
Hafez al-Assad membangun sistem politik yang menempatkan tentara sebagai
simbol kekuatan Suriah maupun sebagai suatu alat untuk mengontrol negara. Setiap
pemegang kekuasaan di Suriah harus dapat mengendalikan militer, dimana
berdasarkan sejarahnya, militer merupakan kekuatan yang mempunyai kemampuan
untuk melakukan kudeta.7
Kekuatan Politik Suriah
1) Partai Ba’ath(Hizbal-Ba’ats)
Ba’ath(Hizb Al-Ba’ats Al-Isytiroki) berarti ‘kelahiran kembali’. Jumlah anggota
partai ini sekitar 1,8 juta atau 18% dari penduduk dewasa. Partai Ba’ath didirikan
pada tahun 1940-an di Damaskus oleh Michael Aflaq, Salah ad-Din al-Bitar, dan Zaki
Arsuzi, sebagai partai nasionalis Arab dengan prinsip dasar adalah Wahdah
(Persatuan, bagibangsa Arab),Hurriyah(Kebebasan, dari imperialisme dan zionisme),
dan Ishtirrakiyah(Sosialisme) sebagai aspirasi umum kearah pembangunan ekonomi
1
AgusHerlambangadalahpengajar di jurusan HI FisipUnpas.
2
Dina Y.Sulaeman, Prahara Suriah: Membongkar Persekongkolan Multinasional (Depok: Pustaka
IIMaN, 2013), hlm.11.
3
Delima R.Tuhepaly, “Peran PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) Dalam Penyelesaian Konflik Di
Suriah”, Skripsi Program Strata Satu Ilmu Hubungan Internasional tidak diterbitkan, Program
Strata Satu Universitas Pasundan, 2014, hlm.77.
4
Ibid.
5
Raymond Hinnebusch, Syria: RevolutionfromAbove (Oxon: Routledge, 2007), hlm.2.
6
Dina Y.Sulaeman, Op.Cit., hlm.20.
7
Delima R.Tuhepaly, Op.Cit., hlm.78.
2
yang diarahkan oleh negara, dan didukung oleh ekonomi campuran. 8Sosialisnya
bukan sosialisme komunis. Karena itu, dalam partai diakui adanya kepemilikan
pribadi dan tidak ada pembagian kelas, juga tidak ada pembagian diantara
kelompok-kelompok agama yang berbeda. Hal ini mendorong banyak kalangan
minoritas bergabung dengan partai Ba’ath karena memperoleh pengakuan politik. 9
Pada awalnya Partai Ba’ath berfungsi sebagai partai pan-Arabisme dengan
cabang dibeberapa negara Arab seperti Jordania, Lebanon, Yaman dan Irak. Adanya
erosi dalam pan-ArabismeBa’ath tampak jelas ketika terjadi perpecahan antara
Suriah dan Irak, yang ditandai dengan melemah hingga menghilang ‘Komando
Nasional’. Partai Ba’ath di Irak maupun Suriah, ideologi partai berada dalam posisi
sekunder dan tidak ada aktivitas intelektual yang nyata untuk mengembangkan
ideologi Ba’ath lebih lanjut. Hasilnya sama seperti yang terjadi di Lebanon dan
Yordania, partai Ba’ath tidak dapat bertahan di Irak. Naiknya kekuasaan dari Partai
Ba’ath di Suriah pada tahun 1963 dan Hafez al-Assad di tahun 1970 membawa
transformasi dari pandangan Ba’ath Suriah tentang peran partai yang semula adalah
“Leadingthemasses”, menjadi “instrumentformassmobilization.”10
Menurut undang-undang Suriah dan Partai Ba’ath, pemimpin regional partai
adalah penguasa tertinggi. Merekalah yang meletakkan kebijakan negara dalam
semua sektor kehidupan, sedangkan pemerintah hanya melaksanakan kebijakan
tersebut. Sejak tahun 1987, wakil presiden, perdana menteri, ketua parlemen,
menteri pertahanan, dan kepala staf angkatan bersenjata dengan sendirinya
menjadi anggota pemimpin regional partai. Menurut undang-undang partai,
siapapun yang dicalonkan menjadi Presiden maka ia terlebih dahulu harus menjadi
anggota pimpinan regional Partai Ba’ath.
Sejak Bashar berkuasa, mayoritas (lebih dari enam puluh persen) dari pejabat
rezim, partai, dan pemerintahan daerah, juga parlemen diganti oleh orang-orang
yang berusia muda. Pejabat di usia 60 diharuskan pensiun dan digantikan dengan
yang lebih muda. Bashar meyakini “economo-centris”, perlunya prioritas
untukmodernisasi ekonomi Suriah. Menyadari bahwa untuk melakukannya maka ia
harus mendapatkan goodwill dari Barat. Hal lain yang perlu dicatat adalah bahwa
Bashar mewarisi agenda modernisasi dan anti korupsi dari kakaknya, Basil al-Assad. 11
2) Militer
Militer berada dibawah kontrol rezim Ba’ath, tidak hanya menyangkut dalam
pertahanan negara dalam menghadapi tekanan eksternal seperti Israel, Turki dan
Irak tetapi juga menjalankan tugas-tugas domestik kontra terorisme dan
pengumpulan intelejen. Fakta bahwa Hafez al-Assad berkuasa melalui militer telah
menandai rezim sebagai ‘rezim militer’. Komando Tinggi dari militer Suriah telah
sejak lama dipimpin oleh seorang yang telah lanjut usia. Menurut peraturan sendiri,
petugas yang dipromosikan untuk memegang jabatan adalah mereka yang telah
mendekati usia 60 tahun. Namun eselon senior militer menerima dispensasi khusus
sehingga bisa tetap mengabdi di usia pensiun. Suriah berada di bawah darurat
militer sejak tahun 1963, sehingga militer memiliki kekuatan yang luas di sektor
sipil.12 Loyalitas yang dimiliki militer terhadap rezim pemimpinnya sangat besar
sehingga sangat sedikit kemungkinan militer Suriah untuk berbalik melawan rezim.
mengizinkan konflik antar komunal dan kekacauan. Karena kesatuan dan kohesi dari
rakyat dan stabilitas bangsa adalah hal yang paling mulia dari nilai-nilai tujuan
nasional, maka pihak oposisi sering dituduh sebagai pelayan kepentingan asing. 19
Namun hal diatas tidak bisa membuat Bashar al-Assad terbebas dari segala
bentuk kritikan, cacian bahkan yang lebih ekstrem lagi yaitu isu penggulingan Bashar
al-Assad. Sekalipun Bashar al-Assad sudah melakukan berbagai reformasi, salah
satunya reformasi ekonomi yang sebaik mungkin. Tetapi, banyak kalangan yang
berpendapat bahwa mereka yang memperoleh keuntungan dari kebijakan Bashar al-
Assad adalah mereka yang memiliki hubungan dekat dengan keluarga rezim. Hal ini
menimbulkan kekecewaan pertama dari rakyat Suriah.
Pada akhirnya orang berpendapat bahwa masa 18 bulan hidup di London
belumlah cukup untuk membentuk dirinya berbeda dengan ayahnya. Bashar yang
lahir dan besar di Damaskus, tetaplah seorang anak Hafez al-Assad. Ia lahir dan
tumbuh dewasa disaat negerinya ada ditengah pergolakan Perang Dingin, saat
negerinya terlibat perang dengan Israel, saat negerinya terlibat dalam urusan
Lebanon. Semua itu sangat mewarnai hidupnya, cara pandangnya, yang menurut
David W Lesch membentuk Weltanschauung20, bukan studinya di London melainkan
pengalamanya di Suriah.
Dalam menjalankan pemerintahannya, Bashar al-Assad masih berjuang
menyelesaikan masalah politik internasional yang belum terpecahkan. Seperti
permasalahan air dengan Turki, perebutan Dataran Tinggi Golan dengan Israel dan
permusuhannya dengan Raja Yordan.
pendapatan per kapita 1.570 dollar AS (sekitar Rp 14,4 juta) pertahun. Inflasi di
negara bekas koloni Inggris dan Perancis itu hanya 11 persen dengan angka
pengangguran 9 persen. Sekali lagi, hal ini bisa dicapai oleh pemerintahan Bashar
Assad tanpa bergantung pada modal asing.
Tata kelola sumber daya alam utama Suriah, yakni minyak bumi, juga
memberikan kontribusi positif bagi perekonomian Suriah. Peran sentral negara
pada sektor hulu industri minyak bumi yang per harinya bisa memproduksi 400.000
barrel membuat dengki negara-negara lain (AS dan sekutu Eropanya) yang belum
memperoleh ‘kue’ dalam kuantitas signifikan dari pendapatan minyak Suriah.24
Prestasi lain Bashar Assad, yakni penghapusan dan pemotongan hutang luar
negeri Suriah pada negara-negara Eropa Timur sejak awal berkuasanya partai Ba’ath
melalui program reschedulingpembayaran hutang Suriah sejaktahun 2004. Dalam
program itu, Polandia menyetujui pembayaran hutang Suriah sebesar2,7 juta USD
dari total 261,7 juta USD. Lalu, Rusia membebaskan 75% hutang Suriah yang total
nilai 13 miliar USD. Republik Ceko dan Slovakia juga berkenan memotong hutang
Suriah yang semula 1,6 miliar USD menjadi 150 juta USD.25
Pertumbuhan ekonomi Suriah tanpa menyertakan modal Barat, khususnya AS,
dalam jumlah signifikan. Tuduhan AS atas ‘keterlibatan Suriah dalam pembunuhan
mantan PM Lebanon Hariri di awal 2005’, sanksi embargo terhadap Suriah pun
dijatuhkan AS melalui SyriaAccount-abilityAct, berupa embargo ekonomi yang
melarang atau membatasi ekspor-impor ke Suriah.26
Pemerintah Suriah pun merespon kebijakan AS itu dengan mengubah seluruh
transaksi dalam dan luar negeri Suriah dari mata uang dollar AS menjadi Euro pada
awal tahun 2006. Hal ini memicu kebencian yang lebih mendalam dari AS terhadap
Suriah. Ditambah lagi dengan dukungan yang tiada henti dari Suriah kepada
kelompok Hizbullah saat Israel mengagresi Lebanon guna menghancurkan
gerilyawan Syiah tersebut pada pertengahan 2006.
Menurut catatan Sam Campbell dalam The Revolution in Syria, International
SocialistOrganisations, Selandia Baru, bahwa oleh Bashar alAssad perekonomian
ditransfer menjadi perekonomian rente yang dikontrol dan dikuasai oleh orang-
orang yang memiliki hubungan dekat dengan rezim yang berkuasa. Akumulasi dari
semua itu adalah tradisi korup yang telah mengakar kuat di lingkaran elit politik
serta orang-orang yang berada disekitarnya. 27 Selain itu, kesulitan ekonomi lebih
dirasakan oleh penduduk pedesaan dari pada di perkotaan seperti Damaskus dan
Aleppo,28 hal ini menyebabkan banyaknya migrasi masyarakat desa ke perkotaan.
Suriah yang pada awalnya tampil sebagai negara satu-satunya di kawasan
Timur Tengah yang mampu mencukupi kebutuhan pangan secara mandiri hingga
tahun 2006, kemudian pada empat tahun belakangan sebelum konflik terjadi,
bencana kekeringan ekstrim melanda sebagian kawasan Timur Tengah. 29 Suriah
mulai kesulitan untuk mencapai kebutuhan nasionalnya. Akibatnya, 30% penduduk
hidup dibawah garis kemiskinan, 11% berada di bawah garis sub-sistem.30 Dalam
situasi seperti ini, sangat wajar bila muncul demo anti pemerintah dan ada keinginan
24
Ibid.
25
Ibid.
26
Ibid.
27
Zulman bahar dan M. Nur Hasan, “Dukungan Amerika Serikat Terhadap Kelompok Oposisi Suriah
(The United States EndorsmenttoSyrianOppositionGroups”, HI FISIP Univ.Jember, Jember 30
Agustus 2014, hlm.1.
28
Trias Kuncahyono, Op.Cit., hlm.123.
29
Banyak wilayah di Suriah yang mengalami kekeringan akibat penurunan curah hujan. Banyak
desa, kampung-kampung, dan ladang-ladang ditinggalkan oleh petani, menungsi ke wilayah-
wilayah kumuh di kota-kota besar. Tahun 2009, International InstituteforSustainable
Development mencatat akibat dari penurunan curah hujan dan langkanya cadangan air
menyebabkan sekitar 160 desa di Suriah bagian utara pada periode 2007-2008, ditinggalkan
penduduknya. Kekeringan yang mengakibatkan banyak ternak mati. Sumber, Trias Kunchayono
hlm.91-92.
30
Subsisten merupakan kemampuan individu atau coloni yang hanya memperoleh upah atau
sesuatu hanya untuk penyambung hidup.
6
untuk perubahan rezim.31 Klan Assad yang dinilai telah terlalu lama dalam
memimpin Suriah menimbulkan suatu frustasi serta kejenuhan politik dikalangan
masyarakat, yang akhirnya menginginkan terjadinya perubahan di Suriah. Keadaan
korup yang terus berlangsung tanpa bisa dibendung serta kuatnya kendali
pemerintah yang mengekang kehidupan masyarakat dengan pemerintahan
otoritarian yang melakukan represi terus-menerus terhadap rakyatnya.
Puncak frustasi yang dialamai masyarakat Suriah diawali pada 26 Januari 2011.
Protes diawali dengan aksi membakar diri seorang penduduk Suriah yaitu Hasan Ali
Akleh yang terinspirasi dari kasus pembakaran diri Mohammed Bouazizi di Tunisia
yang pada akhirnya memulai revolusi di Tunisia. Menyusul aksi bakar diri itu,
diadakanlah demonstrasi dimalam hari bertempat di Al-Raqqah pada tanggal 28
Januari 2011. Namun kejadian ini belum bisa menyalakan api revolusi di Suriah.32
PadaMaret 2011, terjadi di kota Darr’a, sebuah kota kecil di perbatasan Suriah
dan Yordania 15 orang pelajar mulai membuat grafitiyang berbunyi slogan anti
pemerintah dengan tulisan As-ShaabYoreedEskaatel Nizam (Rakyat ingin
menumbangkan rezim) di tembok kota di dekat sekolah mereka. 33 Tindakan anak-
anak ini berujung pada penangkapan dan pemenjaraan ke-15 pelajar tersebut oleh
aparat keamanan setempat. Merekamendapat perlakuan kasar serta penyikasaan
dari aparat pemerintah setempat selama masa penahanan, bahkan salah seorang
pelajar yang dipulangkan ke orang tuanya dalam keadaan meninggal.34 Hal ini yang
kemudian menimbulkan kemarahan warga Suriah, sehingga demonstrasi anti
pemerintah tidak dapat lagi di bendung, mulai menyebar keseluruh wilayah Suriah.
Pada 21 April 2011, pemerintah Suriah secara resmi mengumumkan
pencabutan undang-undang darurat,State Emergency Law (SEL), yang telah
diberlakukan sejak tahun 1963. SEL dianggap melanggar HAM karena memberikan
keleluasaan kepada pemerintah untuk melarang pertemuan politik dan menangkapi
orang-orang yang dicurigai membahayakan kestabilan negara. Namun, upaya
negosiasi yang dilakukan Assad diabaikan oleh pihak oposisi karena tuntutan utama
mereka adalah mundurnya Assad.
2) Faktor Isu Sekterian
Suriah terdiri dari beragam agama dan mahzab (sekte). Mayoritas rakyat
Suriah adalah Muslim Sunni dengan jumlah populasi 74 % yang terdiri dari beragam
mahzab, seperti Syafi’i, Hanafi dan Hanbali. Beberapa aliran tarekat (sufi) hadir di
Suriah, termasuk Naqsabandiyyah dan Qadariyyah. Sementara muslim lainnya
beraliran Syi’ahAlawiyyah, Druze, Islmailiyyah dan Yazidi, sekitar 10 persen
beragama Kristen.35Keragaman umat beragama ini menjadikan Suriah sangat rentan
akan isu mahzab (sekte), yang kemudian hal ini dimanfaatkan oleh negara Barat dan
sekutu untuk menghancurkan Suriah serta menggulingkan Assad.
Pemberitaan dari sudut pandang seperti ini mulai mewarnai berbagai media
massa internasional sedemikian massif, bahwa demonstrasi di Suriah dihadapi
secara brutal oleh rezim Assad. Berbagai analisis yang dikemukakan para pengamat
politik, disebarluaskan ke seluruh dunia, lengkap dengan foto-foto dan video
berjudul “warga Sunni yang menjadi korban kekerasan rezim Syi’ah
Alawy.”36Pemberitaan yang ada menimbulkan reaksi dunia internasional, terutama
negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Uni Eropa. Negara-
negara tersebut mulai menilai bahwa apa yang terjadi di Suriah merupakan suatu
kejahatan internasional terhadap hak asasi manusia yang dilakukan oleh rezim
penguasa di Suriah. Pada tanggal 18 Agustus 2011, merekamenyatakan bahwa rezim
pemerintah Suriah di bawah Bashar al-Assad sudah kehilangan legitimasi rakyatnya.
Mereka juga menyerukan kepada Assad untuk segera meletakan jabatannya. Reaksi
31
Dina Y.Sulaeman, Op.Cit., hlm.23.
32
Zulman Bahar, Op.Cit., hlm.2.
33
Dina Y.Sulaeman, Op.Cit., hlm.55.
34
Zulman bahar, Op.Cit., hlm.2.
35
Muhammad Fakhry Ghafur (Ed), Op.Cit., hlm.60.
36
Dina Y.Sulaeman, Op.Cit., hlm. 15.
7
internasional ini terus berlanjut dengan agenda resolusi Dewan Keamanan PBB yang
diusung oleh beberapa negara diatas.37
Dengan harapan skenario Mesir dan Libya yang sebelumnya telah berhasil
dapat terulang di Suriah.Tetapi Suriah memang berbeda dengan Mesirdan Libya,
hubungan baiknyadenganRusia, serta kerjasama perdagangan yang begitu penting
dengan Cina telah membuat resolusi DK PBB yang dipelopori AS ini akhirnya gagal
diberlakukan terhadap Suriah.Veto dari Rusia dan Cina yang tidak menginginkan
Suriah diintervensi oleh Barat.38
Isu kesekteriatan ini kemudian dipatahkan ketika Assad kembali terpilih
menjadi Presiden Suriah.Pemerintah Suriah menyelenggarakan Pemilu Presiden
(Pilpres, 3 Juni 2014) dengan pengamat internasional dari 14 negara. 39Pilpres
tersebut merupakan bagian dari reformasi politik yang dilakukan pemerintah Suriah
dan merupakan Pilpresmulti-kandidat pertama yang pernah dilaksanakan sejak
partai Ba’ath berkuasa. Dalam konstitusi baru hasil referendum 2012, dinyatakan
bahwa bentuk dari Pilpres adalah dengan sistem multi-kandidat. 40 Selanjutnya UU
tahun 2014 juga menyatakan bahwa bakal calon merupakan Warga Negara Suriah
yang sudah tinggal di Suriah selama sepuluh tahun terakhir. 41 Dalam Pilpres kali ini,
terdapat 24 Calon Presiden dari kalangan partai dan nonpartai/independen, dua
diantaranya adalah wanita dan seorang dari kalangan Kristen. Dari hasil seleksi yang
dilakukan, tiga diantaranya berhasil lolos dalam seleksi Capres tersebut, yakni
Bashar al-Assad, dari partai Ba’ath, Hasan Abdullah An-Naouri, dari The National
InitiativeforAdministrationandChange in Syria, serta Maher Abdul Hafiz Hajjar, calon
independen yang sebelumnya berasal dari PeopleWillParty.
Hasil perhitungan akhir suara menunjukkan bahwa Bashar al-Assad
memenangkan perolehan suara dengan 88,7 persen disusul dua kandidat lainnya,
Hasan An-Naouri dengan 4,3 persen suara dan Maher Hajjar dengan 3,2 persen
suara.42 Dengan terpilihnya kembali Bashar al-Assad sebagai Presiden Suriah perode
2014-2021, menunjukan bahwa Assad masih didukung oleh rakyatnya untuk
memimpin Suriah.
Tabel 3.1 Hasil Perolehan Suara Pemilu Presiden Suriah 2014
Candidate Party Votes Percent
Sumber: www.sana.sy
Negara-negara Barat dan kelompok oposisi menilai bahwaPemilu tidak
transparan dan hanya diselenggarakan di wilayah yang dikuasai pemerintah tidak di
wilayah Utara maupun Timur yang dikuasai pemberontak. Namun konfirmasi dari
The United States Agencyfor International Development (USAID) menegaskan bahwa
37
Terdapat 3 kali resolusi yang dilakukan oleh SecurityCouncil, yang pertama resolusi (2118) yang
disahkan pada tahun 2013, kemudian resolusi (2254) pada tahun 2015 dan yang terakhir adalah
resolusi (2268) pada tahun 2016.
38
Zulman bahar, Op.Cit., hlm.3.
39
Caleb T.Maupin, “The TruthAboutSyria: A Manufactured War Against An Indepewndent Country”,
MintPressNews (Online), 26 Mei 2016, dalam http://www.mintpressnews.com/truth-syria-
manufactured-war-independent-country-2/216688/., diakses pada 09 Maret 2017.
40
Muhammad Fakhry Ghafur (Ed),Op.Cit, hlm.116.
41
Ibid.
42
“President Bashar al-AssadelectedPresidentwith 88,7% ofthevote”, Trade BridgeConsultants
(Online), dalam http://tradebridgeconsultants.com/news/elections/president-bashar-al-assad-
elected-president-with-88-7-of-the-vote/, diakses pada 16 Maret 2017.
8
jumlah pemilih dalam pemilu 2014 di Suriah adalah lebih dari 70 persen. 43 Baru-baru
ini telah diselenggarakan pemilihan parlemen di Suriah. Komisi pemilihan Suriah
mengumumkan bahwa koalisi Persatuan Nasional yang terdiri dari partai yang
berkuasa dan sekutu-sekutunya, telah memenangkan 200 dari 250 kursi di Majelis
Rakyat (Majlisal-Sha’ab). Sebanyak 5.085.444 pemilih memberikan suaranya dari
seluruh 8.834.994 pemilih yang berhak. Tingkat partisipasi keseluruhan 58 persen
melebihi harapan pemerintah.44
Konflik di Suriah bukan merupakan isu mahzab juga dikemukakan oleh Duta
Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (Dubes LBBP) Republik Indonesia untuk Suriah,
Djoko Harjanto.Menurutnya, “orang sudah terlanjur menganggap pemerintah Suriah
Syiah, itu yang harus diluruskan. Informasi yang menyatakan pemerintah Assad
membunuhi rakyatnya tidaklah benar karena pada kenyataannya pemerintah Assad
masih sangat didukung oleh rakyatnya.”45 Di Suriah tidak ada benturan Sunni-Syiah,
Suriah adalah negara yang sangat pluralis yang dapat hidup berdampingan tanpa
memikirkan mahzab apa yang dianutnya. Meskipun Presiden Suriah Bashar Assad
adalah Alawit, istrinya, Asma, adalah Sunni seperti kebanyakan negara.
43
Tony Cartalucci, “SyrianElectionsConfirmWest’sWorstFears”, New Eastern Outlook (online), 23
April 2016, dalam https://arrahmahnews.com/2016/03/21/dubes-indonesia-untuk-suriah-
ungkap-fakta-perang-suriah-dan-bashar-assad/., diakses pada 16 Maret 2017.
44
Vanessa Beeley, “Live FromDamascus: The SyrianElectionResult”, 21stcenturywire (Online), 18
April 2016, dalam http://21stcenturywire.com/2016/04/18/live-from-damascus-the-syrian-
election-results/., diakses pada 16 Maret 2017.
45
Tony Cartalucci, Loc.Cit.
46
Ahmed E.Souaiaia, “The Syrian National CoalitionforOppositionandRevolutionaryForces
(SBCORF)”, ISR (Online), 13 November 2012, dalam
http://www.reasonedcomments.org/2012/11/the-syrian-national-coalition-for.html., diakses
pada 16 Maret 2017.
47
Dina Y.Sulaeman, Op.Cit., hlm.117.
48
Philip Gamaghelyan, A CautionagaintsFramingSyria as anAssad-OppositionDichotomy(Turki:
TurkishPolicyQuarterly, 2013),hlm.104.
49
Liam Stack, “In SlapatSyria, TurkeyShelters Anti-AssadFighters”, The New YorkTimes (Online), 27
Oktober 2016, dalam http://www.nytimes.com/2011/10/28/world/europe/turkey-is-sheltering-
antigovernment-syrian-militia.html?_r=0., diakses pada 16 Maret 2017.
9
sumbangan dari LSM SyrianSupport Group.51 Pada Agustus 2012, laporan beredar
bahwa Amerika Serikat dan Inggris juga memberikan bantuan dan pelatihan untuk
FSA.52 Pemerintah Turki, menyatakan mereka ingin memberikan keselamatan
kepada anggota militer yang membelot. Setelah upaya menciptakan dewan militer
dan perintah bersama, FSA di reorganisasi pada pertemuan Desember 2012 di
Antalya, Turki.53 Pejuang dari Lebanon, Aljazair, Tunisia, Yordania dan Arab Saudi
telah dilaporkan aktif dalam pertempuran dengan FSA, meskipun jumlah penjuang
asing sulit untuk ditentukan. FSA beroperasi di seluruh Suriah, baik di daerah
perkotaan maupun di pedesaan. Pasukan aktif di barat laut (Idlib, Aleppo), wilayah
tengah (Homs, Hama dan Rastan), daerah pantai sekitar Latakia, bagian selatan
(Darra dan Houran), bagian timur (DayralZawar dan Abu kamal), serta
daerah Damaskus. Konsentrasi terbesar dari kekuatan ini tampaknya di wilayah
tengah (Homs, Hama, dan sekitarnya), dengan sembilan atau lebih batalion aktif di
sana.54
3) Front Jabhatal-Nusrah
Abu Bakar al-Baghdadi, yang sibuk memperkuat kembali Negara Islam Irak-
nya, melihat sebuah kesempatan untuk memperluas pengaruhnya. Dipimpin oleh
Abu Muhammedal-Jawalani, membentuk sebuah kelompok yang disebut Jabhatal-
Nusrah, yang dengan cepat meraih keberhasilan di medan laga dan menarik
pengikut baru dari dari dalam dan luar Suriah. Lalu, Jabhatal-Nusrah semakin
independen dan menjauh dari induk organisasinya, ISI. Dalam perkembangannya al-
Baghdadi menginginkan penggabungan kedua organisasi dengan nama baru, yaitu
Negara Islam Irak dan Syam atau ISIS. Namun, keinginannya ditolak oleh al-Jawalani,
yang malah menyatakan kesetiaan kepada pemimpin tertinggi al-Qaeda, Aymanal-
Zawahiri.
al-Zawahiri mendukung al-Jawalani dania memerintahkan al-Baghdadi, yang
pada saat itu secara teknis masih merupakan bawahannya, untuk membatasi
operasinya di Irak dan memberikan Suriah di bawah kendali Jabhatal-Nusrah
pimpinan al-Jalwalani. Ketika al-Baghdadi menolak perintah itu, al-Zawahiri secara
resmi mengeluarkan ISIS dari jejaring al-Qaeda pada bulan Februari 2014. Jabhatal-
Nusrah kini menjadi satu-satunya perwakilan al-qaeda di Suriah. 55 Hingga saat ini,
Jabhatal-Nusrah merupakan salah satu kekuatan tempur yang disegani di Suriah,
dengan menghancurkan kelompok-kelompok pemberontak pesaing, menyerang
militer pemerintah Suriah dan menguasai wilayah luas di barat laut dan barat Suriah
(termasuk di sepanjang perbatasan dengan Israel, di dekat Dataran Tinggi Golan). 56
Keberadaan Jabhatal-Nusrah di konflik Suriah semakin memperlihatkan bahwa
konflik di Suriah bukan sekedar konflik internal melainkan juga dengan kelompok
jihadis yang datang dari berbagai negara untuk mendirikan negara kekhalifahan.
Pada 20 November 2012, Jabhatal-Nusrah bersama sejumlah kelompok
50
Karen Deyoung dan LizSly, “SyrianRebelsGetInfluxofArmswith Gulf Neighbors’ Money, US
Coordination.” The Washington Post (Online), 15 Mai 2012, dalam
http://www.washingtonpost.com/world/national-security/syrian-rebels-get-influx-of-arms-with-
gulf-neighbors-money-us-coordination/2012/05/15/gIQAds2TSU_story.html., diakses pada 18
Maret 2017.
51
Laura Rozen, “US Authorizes Financial Support For theFreeSyrian Army”, News. Al-Monitor
(Online), 27 Juli 2012, dalam http://www.al-monitor.com/pulse/originals/2012/al-monitor/us-
authorizes-financial-support.html., diakses pada 16 Maret 2017.
52
Ibid.
53
Elizabeth O’Bagy, “MiddleEastSecurityReport 6: Jihad in Syria”, Instituteforthe Study of
War(Online), September 2012, http://www.understandingwar.org/sites/default/files/Jihad-In-
Syria-17SEPT.pdf.
54
Salam Hafez, “Syria: HowFar Has UprisingSpread?”, Global Voice (Online), 25 Oktober 2011,
dalam https://iwpr.net/global-voices/syria-how-far-has-uprising-spread., diakses pada 18 Maret
2017.
55
Nino Oktorino, Pedang Sang Khalifah: ISIS dan Ancaman Radikalisme dalam Perang Saudara di
Suriah dan Irak (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2015), hlm.54-55.
56
Ibid., hlm.55.
10
63
Robert F.Kennedy, Jr, “Syria: AnotherPipeline War”, EcoWatch (Online), 25 Februari 2016, dalam
http://www.ecowatch.com/syria-another-pipeline-war-1882180532.html?page=2., diakses pada
18 Maret 2017.
64
Steve Austin, “Oil Pricesand The SyrianCivil War”, Oil Price Net (Online), 14 Oktober 2015, dalam
http://oil-price.net/en/articles/oil-prices-and-syrian-civil-war.php., diakses pada 18 Maret 2017.
65
Robert F.Kennedy,Jr, Op.Cit., hlm.3.
66
Steve Austin, Loc.Cit.
67
Robert F.Kennedy,Jr, Loc.Cit.
12
wakil dari PBB yang menegaskan bahwa pemberontak yang didukung asing yang
telah menggunakan gas sarin saraf dan senjata kimia lainnya. 68
68
Ibid.
69
M. Agstya ABM, Op.cit., hlm.196-197.
70
Ibid. Hlm.198.
71
Ibid.
72
Dina Y.Sulaeman, Prahara Suriah, Op.Cit., hlm.112.
13
73
M.AgastyaAbm, Loc.Cit.
74
ZackBeauchamp, “The verysimplereasonwhySyria’swarissohardtoend”, Vox (Online), 2 Februari
2015, dalam http://www.vox.com/2015/2/2/7963447/syria-control-territory., diakses pada 18
Maret 2017.
14
negeri dan 4,83 juta tersebar di negara-negara lain, seperti Turki, Jordan, Lebanon,
dan Eropa.79 Sedangkan, Pada 2015, PBB memperkirakan jumlah korban yang tewas
sedikitnya 220.000 orang selama konflik berjalan, tetapi hampir setengah dari
korban tewas adalah prajurit tentara Suriah atau pejuang milisi setempat yang
bersekutu, dan dua pertiga adalah jihadis atau pejuang oposisi jika kita menghitung
kelompok oposisi dan jihadis. Artinya, rasio jumlah korban dari kalangan sipil oleh
militer kira-kira 1:2, mengingat bahwa oposisi juga menimbulkan korban sipil.
Bandingkan dengan rasio korban AS di konflik Irak sekitar 3:1 dan korban dari Israel
yang menyerang Gaza sekitar 4:1 di tahun 2008-2009. 80
Penutup
Sebagian besar tragedi yang terjadi di Suriah adalah propaganda Barat untuk
mendukung cita-cita berdirinya negara Israel yaitu mewujudkan Israel Raya di Timur
Tengah. Sebetulnya, proyek Israel Raya ini sudah terbentuk jauh sebelum negara
Israel terbentuk, dan proyek Israel Raya ini benar-benar dilaksanakan semenjak
Israel meminta tanah di Palestina dan PBB meng-amininya pada tahun 1948.
Propaganda Barat (AS) dan Israel ini telah melahirkan penderitaan bagi bangsa
Suriah. Ratusan ribu jiwa rakyat sipil melayang terjepit ditengah penanganan dingin
rezim Assad dan kebiadaban teroris pemberontak yang melakukan pembersihan
etnis dan genosida, sebuah tragedi kemanusiaan yang belum terlihat tanda-tanda
akan usai.
Semua warga Suriah, hanya menginginkan perdamaian. Mereka memiliki
kenangan atas Suriah sebelum berkonflik, adalah negara yang indah, stabil, aman,
makmur, dan sekuler. Tidak ada ‘pemerintah islamis’ (ala-teroris) dan semua
menginginkan penyelesaian konflik melalui langkah politik dan diplomatik. Kelompok
oposisi pro-demokrasi yang awalnya menginginkan revolusi dan modernisasi serta
menggulingkan Assad, kini telah berbalik dengan ikut serta mendukung Presiden
Assad untuk mengusir kelompok jihadis atau terorisme pergi dari wilayahnya.
79
“Sejken Ikatan Alumni Suriah Indonesia Angkat Bicara Soal Aleppo”, IslamIndonesia (Online), 22
Desember 2016, dalam https://islamindonesia.id/berita/sekjen-ikatan-alumni-suriah-indonesia-
angkat-bicara-soal-aleppo.htm., diakses pada 18 Maret 2017.
80
Paul Larudee, “Mythology, BarrelBoms, and Human RightWatch”, Counterpunch (Online), 21 Juli
2015, dalam http://www.counterpunch.org/2015/07/21/mythology-barrel-bombs-and-human-
rights-watch/., diakses pada 18 Maret 2017.
16