Iksan, Sekretaris DPD IAPI Provinsi Maluku Utara dan Anggota FAKPI &
Dengan demikian, dalam berkontrak harus diatur tentang sanksi dan kompensasi yang
akan diterima oleh para pihak yang melakukan perjanjian. Namun dalam tulisan ini
hanya akan dibahas tentang denda keterlambatan dalam kontrak pengadaan
barang/jasa Pemerintah.
Keterlambatan Pekerjaan
Keterlambatan pekerjaan adalah kondisi dimana pelaksana pekerjaan tidak dapat
menyelesaikan pekerjaan tepat waktu sesuai ketentuan dalam kontrak. Keterlambatan
pekerjaan dapat diakibatkan oleh beberapa hal, di antaranya:
Kondisi kahar
Menurut Perpres 16 Tahun 2018, keadaan kahar adalah suatu keadaan yang terjadi di
luar kehendak para pihak dalam kontrak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya,
sehingga kewajiban yang ditentukan dalam kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi.
Bagaimana penghitungan besaran pengenaan denda apakah dari nilai kontrak atau
nilai bagian kontrak.
Denda Dari Nilai Total Kontrak
Pemberlakuan pengenaan denda keterlambatan senilai kontrak diterapkan pada
pekerjaan yang tingkat kemanfaatannya baru dapat dicapai oleh pengguna barang
apabila pekerjaan telah selesai secara keseluruhan, seperti pekerjaan pembangunan
satu unit gedung yang dapat diterima manfaatnya oleh pengguna apabila pekerjaan
pembangunan gedung tersebut sudah selesai secara utuh, maka pengenaan denda pada
nilai kontrak.
Denda keterlambatan sebetulnya merupakan suatu hukuman yang harus di bayar oleh
pelaksana pekerjaan akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan, yang menyebabkan
munculnya kerugian pengguna anggaran, karena nilai manfaat dari pekerjaan
terlambat dinikmati oleh pengguna. Oleh karena itulah pada kontrak pekerjaan yang
karena sifat pekerjaan harus dilaksanakan secara bertahap, seperti pekerjaan
penyediaan konsumsi, pengadaan obat-obatan/alat kesehatan pakai habis dan
sejenisnya, apabila penyedia terlambat memenuhi kewajiban, maka kepada penyedia
dapat dikenakan denda keterlambatan. Demikian juga apabila PPK memutuskan
pemberlakuan nilai denda keterlambatan dari bagian kontrak, maka pengenaan denda
sebaiknya juga diterapkan pada setiap keterlambatan penyelesaian pekerjaan sesuai
dengan metode kerja yang ditawarkan oleh penyedia dalam dokumen penawaran dan
sudah disepakati oleh PPK dengan penyedia sebelum tanda-tangan surat perjanjian
(kontrak).
Ekspektasi
Pelanggaran yang timbul karena cidera janji (wanprestasi) atas perjanjian/kontrak
antara PA/KPA/PPK dengan Penyedia Barang/Jasa ini akan sangat minim terjadi jika
dilakukan pengendalian kontrak dari awal kontrak dan dari waktu ke waktu. Sehingga
ke depan tidak ada lagi atau paling tidak dapat diminimalisir terjadinya pengenaan
denda keterlambatan pekerjaan karena pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu.