dan Antioksidan pada Obesitas pada Tata Laksana Obesitas Checkpoint untuk Terapi
Dermatitis Atopik Kanker
Dermatitis atopik (DA) atau eksim Obesitas didefinisikan sebagai Nutrigenomik adalah salah satu Kanker merupakan penyakit
atopik merupakan penyakit akumulasi lemak berlebihan, cabang ilmu yang mempelajari kompleks yang ditandai dengan
inflamasi kronis kulit yang sering dengan nilai indeks massa tubuh respons tubuh secara genetik pertumbuhan tidak terkendali
kambuh. ≥30 kg/m2 untuk dewasa. terhadap nutrisi. sel-sel abnormal.
Pencetak
PT. Adhitya Andrebina Agung 24 CME - Penghambat Immune Checkpoint untuk
Terapi Kanker
Hastarita Lawrenti
30 Indeks
Ketua Pengarah
dr. Boenjamin Setiawan, PhD
Pemimpin Umum
dr. Kupiya Timbul Wahyudi
Ketua Penyunting
Dr. dr. Budi Riyanto W., SpS
Dewan Redaksi
dr. Artati
dr. Esther Kristiningrum
dr. Dedyanto Henky
dr. Dita Arccinirmala
Indra Bachtiar, Ph.D
Jimmy Susanto, Ph.D
Tata Usaha
Dodi Sumarna
• Standar Mengingat saat ini CDK sudah dapat diakses lewat internet (online), tentu naskah yang telah
1. Halpern SD, Ubel PA.Solid-organ transplantation in HIV-infected patients. N Engl J Med. diterbitkan akan dapat lebih mudah diunduh dan dimanfaatkan oleh kalangan yang lebih
2002;347:284-7. luas.
2. Skalsky K, Yahav D, Bishara J, Pitlik S, Leibovici L, Paul M. Treatment of human brucellosis: Korespondensi selanjutnya akan dilakukan melalui e-mail. Untuk keperluan administrasi,
systematic review and meta-analysis of randomised controlled trials. BMJ. 2008; mohon disertakan juga curriculum vitae, dan nomor kontak.
36(7646):701-4.
3. Rose ME, Huerbin MB, Melick J, Marion DW, Palmer AM, Schiding JK, et al. Regulation
of interstitial excitatory amino acid concentrations after cortical contusion injury. Brain
Res. 2002;935(1-2):40-6.
• Organisasi sebagai Penulis
1. American Diabetes Association. Diabetes update. Nursing. 2003;Suppl:19-20, 24.
2. Parkinson Study Group. A randomized placebo-controlled trial of rasagiline in
levodopatreated patients with Parkinson disease and motor fluctuations: the PRESTO
study. Arch Neurol. 2005;62(2):241-8.
• Tanpa Nama Penulis
Pelvic floor exercise can reduce stress incontinence. Health News. 2005;11(4):11.
• Volume dengan Suplemen
Geraud G, Spierings EL, Keywood C. Tolerability and safety of frovatriptan with shortand
long-term use for treatment of migraine and in comparison with sumatriptan. Headache.
2002;42 Suppl 2:S93-9.
• Edisi dengan Suplemen
Glauser TA. Integrating clinical trial data into clinical practice. Neurology. 2002;58(12 Suppl Tulisan dalam jurnal ini merupakan pandangan/pendapat masing-masing penulis dan tidak
7):S6-12. selalu merupakan pandangan atau kebijakan instansi/lembaga tempat kerja si penulis.
• Jurnal Elektronik
Sillick TJ, Schutte NS. Emotional intelligence and self-esteem mediate between perceived
early parental love and adult happiness. E-Jnl Appl Psych [serial on the Internet]. 2006 [cited
2010 Aug 6];2(2):38-48. Available from: http://ojs.lib.swin.edu.au/index.php/ejap/article/
view/71/100.
Selamat berjumpa kembali di tahun 2022 dengan edisi CME Cermin Dunia Kedokteran (CDK), kali ini dengan beberapa
naskah terkait nutrisi dan antioksidan, topik yang selalu aktual dan berhubungan dengan hampir semua aspek kesehatan;
pendekatan ‘baru’ pada terapi kanker juga perlu disimak agar tetap bisa mengikuti perkembangan ilmu kedokteran yang
pesat.
Penyegaran pengetahuan hendaknya merupakan upaya terus-menerus melalui berbagai sarana, apalagi di saat-saat pandemi
yang membatasi interaksi langsung antar-manusia; dalam situasi ini kami tetap mengharapkan agar edisi CDK tetap dapat
bermanfaat.
Selamat membaca, umpan balik para pembaca sekalian selalu kami nantikan untuk perbaikan mutu dan agar lebih bisa
memenuhi kebutuhan ilmiah para sejawat di manapun berada.
Redaksi.
Prof. dr. Abdul Muthalib, SpPD-KHOM Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS
Divisi Hematologi Onkologi Medik, Departemen Ilmu Penyakit Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Dr. dr. med. Abraham Simatupang, M.Kes
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Prof. Dr. Dra. Arini Setiawati, SpFK Indonesia, Jakarta
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta
dr. Anna Ulfah Rahajoe, SpJP (K) FIHA
Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis
Prof. dr. H. Azis Rani, SpPD, KGEH Kardiovaskular Indonesia (PP PERKI), Jakarta
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo,
Jakarta dr. Aucky Hinting, PhD, SpAnd
Bagian Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/
RS Dr. Soetomo, Surabaya
Prof. Dr. dr. Charles Surjadi, MPH
Puslitkes Unika Atma Jaya
dr. Hendro Susilo, SpS (K)
Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas
Prof. dr. Djoko Widodo, SpPD-KPTI Airlangga/RS Dr. Soetomo, Surabaya
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo,
Jakarta Dr. dr. Ike Sri Redjeki, SpAn KIC, KMN, M.Kes
Bagian Anestesiologi & Reanimasi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran Bandung/RSUP Dr. Hasan Sadikin,
Prof. dr. Faisal Yunus, PhD, SpP (K) Bandung
Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/SMF Paru RS
Persahabatan, Jakarta dr. Jan Sudir Purba, PhD
Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia/ RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Prof. Dr. dr. Ignatius Riwanto, SpB (K)
Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RS
Dr. Kariadi, Semarang dr. Prijo Sidipratomo, SpRad (K)
Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Prof. Dr. dr. Johan S. Masjhur, SpPD-KEMD, SpKN
Departemen Kedokteran Nuklir, Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung dr. R.M. Nugroho Abikusno, M.Sc., DrPH
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta
2
Bagian Dermatologi dan Venereologi, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram/ Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Barat, Mataram, Indonesia
ABSTRAK
Dermatitis atopik (DA) adalah kelainan kulit dengan gejala pruritus kronis. Etiopatogenesis penyakit ini kompleks dan multifaktorial dengan
gabungan aspek genetik, imunologi, dan lingkungan. Stres oksidatif sistemik ataupun lokal diduga berperan penting dalam patogenesis
DA. Pemberian antioksidan sistemik berupa vitamin A, C, D, D3, E, astaxanthin, dan antioksidan topikal berupa vitamin B12, E, dan superoxide
dismutase (SOD) dapat memperbaiki kondisi DA dengan bermakna.
ABSTRACT
Atopic dermatitis (AD) is a skin disorder with chronic pruritic symptoms. Its etiopathogenesis is complex and multifactorial, with a combination
of genetic, immunological, and environmental aspects. Both systemic and local oxidative stress are thought to have an important role in the
pathogenesis of AD. Systemic antioxidants in the form of vitamins A, C, D, D3, E, astaxanthin, and topical antioxidants in the form of vitamins B12,
E, and superoxide dismutase (SOD) give significant recovery of AD. Ketut Angga Aditya Putra Pramana, Dhanu Pribadi Putra, Dedianto Hidajat.
The Role of Oxidative Stress and Antioxidants in Atopic Dermatitis
rinitis alergi, riwayat kulit kering dalam setahun tiga aspek berikut: (1) adanya stres oksidatif; (2) menyebabkan produksi ROS, kerusakan DNA
terakhir, dan adanya dermatitis fleksural. Pada peningkatan stres oksidatif selama eksaserbasi (deoxyribonucleic acid), dan produksi sitokin
pasien anak kurang dari 4 tahun, kriteria lain DA; dan (3) penurunan antioksidan. Beberapa inflamasi yang menyebabkan peradangan
adalah riwayat gatal di pipi, riwayat penyakit penelitian menunjukkan bahwa kadar kulit.7 Sebaliknya, flavonoid tertentu dapat
atopik pada kerabat kandung pasien, dan biomarker urin karena stres oksidatif lebih tinggi mengikat AhR, menghasilkan aktivasi Nuclear
adanya eksim pada pipi, dahi, dan tungkai pada anak-anak DA dibandingkan anak-anak factor-erythroid 2-related factor-2 (Nrf2) untuk
luar.5-7 non-DA, termasuk 8-hydroxydeoxyguanosine menghasilkan molekul yang melindungi sel
(8-OHdG), nitrit/ nitrat, dan selenium.4,7 dari kerusakan oksidatif.7
Salah satu modalitas untuk menilai derajat
keparahan DA adalah indeks scoring of atopic HUBUNGAN STRES OKSIDATIF LOKAL Sumber stres oksidatif lainnya adalah mikroba
dermatitis (SCORAD). SCORAD dihitung TERHADAP DERMATITIS ATOPIK kulit. Pada awal tahun 1970, tercatat bahwa
berdasarkan penilaian luas lesi (rule of nine), Sumber stres oksidatif pada pasien DA bisa flora normal pasien DA berbeda dari populasi
intensitas lesi, dan keluhan pasien. Intensitas dari lingkungan, fisik, dan psikologis. Saat ini lain.3 Kulit normal ataupun sakit pada pasien
lesi meliputi eritema, edema, krusta/eksudasi, diketahui berbagai polutan udara, seperti DA sangat terkolonisasi Staphylococcus
ekskoriasi, likenifikasi, dan xerosis dengan skor asap tembakau, senyawa organik mudah aureus.3 Hal tersebut dapat disebabkan
masing-masing, yaitu: menguap, formaldehida, toluena, nitrogen oleh ekspresi preferensial reseptor bakteri
dioksida, dan bahan partikulat berkontribusi pada kulit pasien DA, yang dapat menjadi
0 = tidak ada kelainan, sebagai faktor risiko dan pemicu DA.3 Polutan predisposisi peningkatan stafilokokus, atau
1 = ringan, udara tersebut menyebabkan stres oksidatif rusaknya mekanisme pengendalian infeksi
2 = sedang, dan di kulit, menyebabkan disfungsi barier kulit bakteri.4 Adanya patogen bakteri sekunder
3 = berat. atau disregulasi sistem imun.3 Penelitian dapat merangsang sintesis IL-4 dan IgE
menunjukkan bahwa Arylhydrocarbon yang menyebabkan peradangan kulit dan
Masing-masing morfologi tersebut dijumlahkan. Receptor/Arylhydrocarbon Receptor Nuclear menimbulkan rasa gatal (Gambar 2).3,4,10
Keluhan pasien yang dinilai adalah gatal dan
Translocator (AhR / ARNT) signaling system
gangguan tidur, yang dinyatakan dalam skor 0-10
untuk masing-masing keluhan. Nilai ketiga kriteria memainkan peran penting dalam keratinosit.3 Stres oksidatif dapat secara langsung
tersebut dimasukkan ke dalam rumus A/5 + 7B/2 Ligasi AhR tidak hanya menyebabkan stres menyebabkan kerusakan keratinosit epidermis
+ C (A = luas lesi, B = intensitas lesi, C = keluhan oksidatif, tetapi juga memicu respons oleh kerusakan DNA, kerusakan enzim seluler,
pasien).
antioksidan tergantung ligan yang berikatan dan kerusakan struktur membran sel melalui
Hasilnya merupakan nilai indeks SCORAD; DA
dengan reseptor tersebut.7 Polutan lingkungan oksidasi lipid. Salah satu lipid terpenting
derajat ringan bila nilainya < 25, derajat sedang bila
25-50, dan derajat berat bila > 50.9 seperti asap rokok berikatan dengan AhR dan yang terlibat dalam mempertahankan
Stres oksidatif berhubungan dengan DA pada Gambar 1. Pengaruh lingkungan dan psikologi pada patogenesis dermatitis.3
pelindung kulit adalah ceramide. Molekul- serum retinol pada pasien DA berat diduga dibandingkan plasebo dan peningkatan
molekul ini terdiri dari sfingosin dan asam merupakan efek dari inflamasi kulit berat.13 asam lemak bebas sebesar 67% dan ceramide
lemak yang diproduksi selama keratinisasi Selain itu, ekspresi enzim yang mensintesis sebesar 34% pada stratum korneum.15
di stratum korneum. Sawar epidermis asam retinoat juga menurun.13 Namun, efek Randomized controlled trials oleh Chen, dkk.
berfungsi membatasi masuknya alergen dan suplementasi vitamin A pada kasus DA masih (2016) pada 292 partisipan yang mendapat
agen infeksi serta mencegah kehilangan air perlu diteliti lebih lanjut.13 nicotinamide 500 mg 2 kali sehari atau plasebo
transdermal. Profil proteomik komparatif selama 12 bulan, menunjukkan penurunan
telah menunjukkan bahwa protein yang Pada meta-analisis randomized control trials TEWL 6-7% secara bertahap pada wajah dan
terkait dengan fungsi sawar kulit (filaggrin-2, Zhu, dkk. (2019), suplementasi aplikasi krim ekstremitas dibandingkan plasebo.16
corneodesmosin, desmoglein-1, desmocollin-14, vitamin B12 pada pasien DA secara bermakna
dan transglutaminase-3) diproduksi lebih menurunkan indeks SCORAD.14 Intervensi Vitamin C merupakan vitamin larut dalam
sedikit di lokasi lesi DA. Penelitian lain juga pada masing-masing penelitian adalah krim air dan mempunyai efek antioksidan yang
menunjukkan bahwa sawar kulit secara topikal vitamin B12 0,07% dua kali sehari menetralisir ROS, sehingga menurunkan
langsung rusak oleh stres oksidatif yang dipicu selama 4 minggu dan krim topikal vitamin B12 kerusakan oksidatif pada sel dan jaringan.17
polutan eksternal. Pada penelitian terhadap 75 0,07% dalam karier polisorbat tiga kali sehari Vitamin C juga dapat membantu sintesis
pasien DA dewasa, kandungan gugus karbonil selama 12 minggu.14 ceramide di epidermis yang berperan sebagai
dinitrofenilhidrazin (DNP) yang merupakan sawar lipid epidermis. Systematic review oleh
petanda kerusakan protein oksidatif, diukur Upregulation aquaporin 3 pada penderita DA Vaughn, dkk. (2019) mendapatkan bahwa
dari hasil biopsi kulit. Tercatat pembentukan yang mengkode kanal permeabilitas air yang pasien DA mengalami penurunan bermakna
DNP meningkat signifikan pada lesi DA dan dapat meningkatkan hilangnya air dapat kadar serum vitamin C dibandingkan
berkorelasi dengan keparahan DA. Juga dicegah dengan pemberian nicotinamide. kelompok kontrol sehat, menunjukkan
diamati bahwa DNP lebih intens di lapisan Pada studi kohort prospektif 28 pasien DA penurunan kemampuan perbaikan terhadap
superfisial stratum korneum daripada di oleh Surjana dan Darmian dalam review stres oksidatif pada pasien DA.17 Sebuah
lapisan lebih dalam, menunjukkan kerusakan article Bains, dkk., (2018), nicotinamide bekerja studi yang melibatkan 17 pasien DA dewasa
oksidatif mungkin disebabkan oleh paparan lebih baik dibandingkan petrolatum putih menunjukkan korelasi negatif bermakna
oksidan lingkungan.3,8,11 dalam menurunkan trans-epidermal water antara kadar vitamin C serum dan indeks
loss (TEWL).15 Sebuah studi komparasi Tanno, SCORAD pada semua pasien.17
HUBUNGAN STRES OKSIDATIF SISTEMIK dkk. Dalam review article Bains, dkk. (2018)
TERHADAP DERMATITIS ATOPIK yang membandingkan aplikasi nicotinamide Selain itu, ibu dengan riwayat atopi
Stres psikologis merupakan penyebab 2% 2 kali seminggu selama 4 minggu pada meningkatkan risiko anaknya mengalami
stres oksidatif yang dapat menyebabkan 12 pasien laki-laki dengan kulit kering, penyakit atopi di kemudian hari.17Analisis
abnormalitas fungsi sawar kulit manusia dan didapatkan penurunan TEWL sebanyak 27% kadar antioksidan air susu ibu (ASI) pada 34 ibu
sering menjadi penyebab eksaserbasi DA.3
Stres psikologis menginduksi peningkatan
kortikosteroid endogen, dapat mengganggu
fungsi sawar kulit, juga kohesi stratum korneum
serta pertahanan antimikroba epidermis.3 Pola
tidur buruk, beban psikososial, dan kualitas
hidup buruk ditemukan pada banyak pasien
DA; kemungkinan depresi meningkat sebesar
59% pada pasien DA.12
menunjukkan bahwa ASI dengan konsentrasi vitamin D3 topikal pada 550 kulit orang kulit kering, penurunan jumlah dan ukuran
vitamin C lebih tinggi dapat menurunkan sehat menunjukkan bahwa rute transdermal papul, serta hilangnya kemerahan kulit.4
risiko atopi pada anaknya.17 Namun penelitian dapat dijadikan alternatif untuk suplementasi
sampai saat ini, masih menunjukkan vitamin D.19 Namun, sejauh pengetahuan Astaxanthin (AST) - 3,3’-dihydroxy-β-carotene-
hubungan lemah antara efek vitamin C dan penulis belum ada penelitian vitamin D3 4,4’-dione - memiliki potensi aplikasi klinis
E pada DA, berbeda dengan efek vitamin D topikal untuk kasus DA. karena aktivitas antioksidannya lebih tinggi
pada DA.17 Walaupun terdapat penelitian daripada β-caroten dan α-tocoferol.21 AST juga
yang menyimpulkan bahwa kurangnya kadar Vitamin E merupakan vitamin larut lemak telah dilaporkan menghambat produksi ROS,
selenium dan zinc dapat mengeksaserbasi dengan efek antioksidan dan antiinflamasi dan melindungi sel epitel dari stres oksidatif
DA, manfaat suplementasi mikronutrien dan kuat. Vitamin E dapat menurunkan sintesis yang diinduksi nitric oxide.21 Penelitian kohort
vitamin masih perlu diteliti lebih lanjut.17 dan pelepasan prostaglandin; suplementasi prospektif oleh Yoshihisa, dkk. (2016) meneliti
vitamin E pada pasien DA menunjukkan apakah AST dapat menekan pruritus dan
Vitamin D merupakan vitamin larut dalam penurunan serum IgE.17 Pada penelitian menurunkan keparahan kulit DA pada tikus
lemak yang berperan dalam regulasi kadar randomized control trials yang melibatkan 70 NC/Nga. AST (100 mg/kg) atau vehikulum
kalsium, magnesium, dan fosfat dalam pasien dewasa dengan DA ringan sedang, (minyak zaitun) diberikan secara oral tiga kali
tubuh.17,18 Kadar vitamin D serum dalam suplementasi oral vitamin E 400 IU per-hari seminggu selama 26 hari dengan gavage.21
kisaran 40-60 ng/mL berperan menjaga selama 4 bulan secara signifikan memperbaiki Disimpulkan bahwa pemberian AST oral
fungsi imunitas tubuh dan pada penderita keluhan gatal, perluasan lesi, dan penurunan secara signifikan dapat memperbaiki gejala
DA berperan menjaga fungsi sawar kulit indeks SCORAD dibandingkan plasebo. dermatitis dan pruritus pada kasus DA melalui
karena memodulasi protein struktural lapisan Perbaikan tersebut tetap dipertahankan kontrol efek inflamasi dan ekspresi sitokin
dermis, mengatur glikoseramida yang setelah 3 bulan suplementasi dihentikan.17 inflamasi.21 Penelitian kohort prospektif oleh
penting menghidrasi sawar lipid agar kulit Meta-analisis Zhu, dkk. (2019) mendapatkan Park, dkk. (2019) meneliti aplikasi topikal
tetap lembap.17,18 Secara umum, suplementasi bahwa suplementasi oral vitamin E 400-600 titrated extract of Centella asiatica (TECA) 0,5%,
vitamin D3 lebih efektif memperbaiki status IU per-hari selama 2-4 bulan secara signifikan AST 0,5%, dan kombinasi TECA 0,25% + AST
vitamin D dibandingkan vitamin D2.14 menurunkan indeks SCORAD pasien DA.14 0,25% tiga kali sehari selama 4 minggu pada
Penelitian kohort retrospektif oleh Daniluk, Randomized control trials oleh Patrizi, dkk. hewan coba tikus yang diinduksi DA.
dkk. (2019) menyebutkan bahwa pasien DA (2016) mengevaluasi efikasi krim topikal non-
berat (SCORAD >50) memiliki kadar vitamin steroid (MD2011001) dengan konten vitamin Hasilnya terdapat perbaikan klinis signifikan
D3 serum lebih rendah dibandingkan pasien E pada 39 pasien DA ringan sedang; terdapat (morfologi dan ketebalan kulit di belakang
DA ringan-sedang (SCORAD <50).13 Meta- perbaikan integritas sawar kulit dan gejala telinga tikus) setelah aplikasi topikal TECA +
analisis Zhu, dkk. (2019) mendapatkan bahwa inflamasi kulit pada pasien DA setelah aplikasi AST dibandingkan TECA atau AST tunggal.22
suplementasi vitamin D3 per oral pada pasien krim topikal tersebut. Namun, dilaporkan juga Pada pemeriksaan imunohistokimia
DA menurunkan bermakna indeks SCORAD.14 efek samping ringan-sedang pada pemberian didapatkan penurunan signifikan produksi
Beberapa penelitian randomized control trials krim topikal tersebut.20 NO setelah aplikasi topikal TECA + AST
dengan hasil signifikan dalam meta-analisis dibandingkan TECA atau AST tunggal.22
ini menggunakan intervensi suplementasi Superoxide dismutase merupakan enzim
vitamin D3 dengan rentang dosis 1000 IU - antioksidan yang diketahui merupakan lini Beberapa hasil penelitian dan systematic
5000 IU selama 1-3 bulan.14 pertama antioksidan dalam tubuh.4 SOD review pemberian antioksidan sistemik dan
berperan mengubah anion superoksida topikal pada kasus DA dalam rentang 10 tahun
Meta-analisis Hattangdi-Haridas, dkk. (2019) yang merupakan ROS menjadi hidrogen terakhir dirangkum dalam Tabel (Lampiran).
mendapatkan rendahnya kadar 25(OH) peroksida, sehingga mudah dikeluarkan dari
D pada populasi DA, terutama anak-anak. tubuh. Mengingat adanya hubungan stres SIMPULAN
Kadar 25(OH)D perlu dipantau terutama oksidatif dengan faktor-faktor lain dalam Dermatitis atopik merupakan penyakit
pada penderita DA anak. Suplementasi perkembangan DA, strategi mengurangi stres inflamasi kronis kulit yang sering kambuh.
vitamin D pada penderita DA menghasilkan oksidatif, salah satunya melalui penggunaan Selain interaksi faktor genetik, imunologik, dan
perbaikan klinis bermakna pada rata-rata dosis antioksidan topikal seperti SOD dapat lingkungan, patogenesis DA dipengaruhi oleh
1500-1600 IU sampai 3 bulan penelitian.18 dipertimbangkan.4 Sebuah studi kohort stres oksidatif eksogen ataupun endogen.
Para klinisi sebaiknya mempertimbangkan prospektif oleh Umanets, dkk. dalam review Antioksidan baik secara oral maupun topikal
suplementasi ini setelah mengevaluasi kadar article Diehl (2017) menyebutkan bahwa dapat dipertimbangkan sebagai salah satu
25(OH)D dan riwayat penyakit penderita DA.18 pemberian emolien dan krim SOD topikal bagian terapi DA. Pemberian antioksidan
Hasil systematic review Vaughn, dkk. (2019) dua kali sehari menghasilkan perbaikan gejala sistemik vitamin A, C, D, E, astaxanthin, dan
menyebutkan bahwa pada pasien DA dewasa yang signifikan pada pasien DA anak-anak antioksidan topikal vitamin B12, E, dan SOD
yang mendapat suplementasi vitamin D 1600 selama minggu pertama terapi dibandingkan memiliki korelasi bermakna memperbaiki
IU dan vitamin E 600 IU diperoleh penurunan kelompok kontrol emolien topikal saja.4 gejala dan menurunkan indeks SCORAD
bermakna indeks SCORAD, mungkin karena Perbaikan gejala meliputi penurunan gejala pasien DA.
efek sinergistik keduanya.17 Penelitian gatal, penurunan intensitas lesi kulit, perbaikan
DAFTAR PUSTAKA
1. Sidbury R, Davis DM, Cohen DE, Cordoro KM, Berger TG, Bergman JN, et al. Guidelines of care for the management of atopic dermatitis: Section 3. Management and
treatment with phototherapy and systemic agents. J Am Acad Dermatol. 2014;71(2):327-49. doi:10.1016/j.jaad.2014.03.030
2. Kruk J, Duchnik E. Oxidative stress and skin diseases: Possible role of physical activity. Asian Pac J Cancer Prev. 2014;15(2):561-8. doi:10.7314/apjcp.2014.15.2.561
3. Ji H, Li XK. Oxidative stress in atopic dermatitis. Oxid Med Cell Longev. 2016;2016:2721469. doi:10.1155/2016/2721469
4. Diehl C. A novel efficient and safe treatment for atopic dermatitis: Topical superoxide dismutase (SOD). Dermatol Res Skin Care. 2017;1(1):1-7. doi:10.4172/2155-
9554.C1.042
5. Simpson EL, Leung DYM, Eichenfield LF, Boguniewicz M. Atopic dermatitis. In: Kang S, Amagai M, Bruckner AL, et al. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine.
9th ed. vol 1. New York, NY: McGraw-Hill; 2019 .pp. 364.
6. Keles FF, Pandaleke HEJ, Mawu FO. Profil dermatitis atopik pada anak di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2013 –
Desember 2015. e-Clinic. 2016;4(2):1-6. https://doi.org/10.35790/ecl.4.2.2016.14456
7. Kapur S, Watson W, Carr S. Atopic dermatitis. Allerg Asthma Clin Immunol. 2018;14(2):52. doi:10.1186/s13223-018-0281-6
8. Bertino L, Guarneri F, Cannavò SP, Casciaro M, Pioggia G, Gangemi S. Oxidative stress and atopic dermatitis. Antioxidants 2020;9(3):196. https://doi.org/10.3390/
antiox9030196
9. Oranje AP. Practical issues on interpretation of scoring atopic dermatitis: SCORAD index, objective SCORAD, patient-oriented SCORAD and three-item severity
score. Curr Probl Dermatol. 2011;41:149-55. doi:10.1159/000323308
10. Hidaka T, Ogawa E, Kobayashi EH, Suzuki T, Funayama R, Nagashima T, et al. The aryl hydrocarbon receptor AhR links atopic dermatitis and air pollution via induction
of the neurotrophic factor artemin. Nat Immunol. 2017;18(1):64-73. doi:10.1038/ni.3614
11. Broccardo CJ, Mahaffey S, Schwarz J, Wruck L, David G, Schlievert PM, et al. Comparative proteomic profiling of patients with atopic dermatitis based on history of
eczema herpeticum infection and Staphylococcus aureus colonization. J Allerg Clin Immunol. 2011;127(1):186-93. doi:10.1016/j.jaci.2010.10.033
12. Sanna L, Stuart AL, Pasco JA, Jacka FN, Berk M, Maes M, et al. Atopic disorders and depression: Findings from a large, population-based study. J Affect Disord.
2014;155:261-5. doi:10.1016/j.jad.2013.11.009
13. Daniluk U, Filimoniuk A, Kowalczuk-Krystoń M, Alifier M, Karpinska J, Kaczmarski MG, et al. Association of antioxidants and vitamin D level with inflammation in
children with atopic dermatitis. Internat J Dermatol. 2019;58(9):1056-61. doi: 10.1111/ijd.14438.
14. Zhu Z, Yang Z, Wang C, Liu H. Assessment of the effectiveness of vitamin supplement in treating eczema: A systematic review and meta-analysis. Evidence-Based
Complementary and Alternative Medicine. 2019;6956034:1-10. doi: 10.1155/2019/6956034.
15. Bains P, Kaur M, Kaur J, Sharma S. Nicotinamide: Mechanism of action and indications in dermatology. Indian J Dermatol Venereol Leprol. 2018;84(2):234. doi:
10.4103/ijdvl.ijdvl_286_17.
16. Chen A, Martin A, Dalziell R, Halliday G, Damian D. Oral nicotinamide reduces transepidermal water loss: A randomized controlled trial. Br J Dermatol. 2016;175(6):1363-
5. doi: 10.1111/bjd.14648.
17. Vaughn AR, Foolad N, Maarouf M, Tran KA, Shi VY. Micronutrients in atopic dermatitis: A systematic review. J Alternative Complementary Med. 2019;25(6):567-77.
doi: 10.1089/acm.2018.0363.
18. Hattangdi-Haridas, Lanham-New, Wong, Ho, Darling. Vitamin D Deficiency and effects of vitamin D supplementation on disease severity in patients with atopic
dermatitis: A systematic review and meta-analysis in adults and children. Nutrients 2019;11(8):1854. doi: 10.3390/nu11081854.
19. Bubshait DA, Al-Dakheel DA, Alanii FM. Topical vitamin D3: A randomized controlled trial (RCT). Clin Nutr ESPEN. 2018;27:16-9. doi:10.1016/j.clnesp.2018.05.009.
20. Patrizi A, Raone B, Neri I, Gurioli C, Carbonara M, Cassano N, et al. Randomized, controlled, double-blind clinical study evaluating the safety and efficacy of
MD2011001 cream in mild-to-moderate atopic dermatitis of the face and neck in children, adolescents and adults. J Dermatol Treatment. 2015;27(4):346-50. doi:
10.3109/09546634.2015.1115814.
21. Yoshihisa Y, Andoh T, Matsunaga K, Rehman MU, Maoka T, Shimizu T. Efficacy of astaxanthin for the treatment of atopic dermatitis in a murine model. Plos One
2016;11(3): 0152288. doi: 10.1371/journal.pone.0152288.
22. Park JH, Yeo IJ, Jang JS, Kim KC, Park MH, Lee HP, et al. Combination effect of titrated extract of centella asiatica and astaxanthin in a mouse model of Phthalic
anhydride-induced atopic dermatitis. Allerg Asthma Immunol Res. 2019;11(4):548. doi: 10.4168/aair.2019.11.4.548.
LAMPIRAN
Tabel 1. Ringkasan hasil penelitian konsumsi antioksidan sistemik pada DA.
Peneliti
Metode Penelitian Jenis Antioksidan Hasil Penelitian
Tahun
Daniluk, dkk. Kohort retrospektif Sampel retinol serum (Vitamin A) diambil dari kelompok Pasien DA berat memiliki kadar retinol serum lebih rendah bermakna
(2019) studi dan kelompok kontrol dibandingkan pasien DA ringan-sedang.
Chen, dkk (2016) Randomized control Nicotinamide 500 mg dua kali sehari selama 12 bulan Penurunan TEWL sebesar 6-7% dibandingkan plasebo.
trials
Vaughn, dkk. Systematic Review Vitamin C Pasien DA mempunyai kadar serum vitamin C signifikan lebih rendah
(2019) dibandingkan kelompok kontrol.
Terdapat korelasi negatif yang signifikan antara kadar vitamin C serum dan indeks
SCORAD.
ASI dengan konsentrasi vitamin C lebih tinggi dapat menurunkan risiko atopi
pada anaknya.
Daniluk, dkk. Kohort retrospektif Sampel vitamin D3 serum diambil dari kelompok studi Pasien DA berat mempunyai kadar vitamin D3 serum lebih rendah dibandingkan
(2019) dan kelompok kontrol pasien DA ringan-sedang.
Zhu, dkk. (2019) Meta-analisis Suplementasi oral vitamin D3 Penurunan indeks SCORAD bermakna setelah suplementasi oral vitamin D3.
1000-5000 IU selama 1-3 bulan
Hattangdi-Haridas, Meta-analisis Suplementasi oral vitamin D Kadar 25(OH)D rendah pada populasi DA, terutama pada anak-anak.
dkk.. (2019) 1000-2000 IU selama 1-3 bulan Suplementasi vitamin D menunjukkan perbaikan klinis bermakna pada pasien DA.
Vaughn, dkk. (2019) Systematic review Vitamin D Suplementasi vitamin D 1600 IU dan vitamin E 600 IU menghasilkan penurunan
indeks SCORAD yang signifikan.
Vaughn, dkk. (2019) Systematic review Vitamin E Suplementasi oral vitamin E 400 IU per-hari selama 4 bulan secara signifikan
memperbaiki keluhan gatal, perluasan lesi, dan menurunkan indeks SCORAD.
Zhu, dkk. (2019) Meta-analisis Suplementasi oral vitamin E Penurunan signifikan indeks SCORAD setelah suplementasi oral vitamin E.
1000-5000 IU selama 1-3 bulan
Yoshihisa, dkk. (2016) Kohort Astaxanthin (100 mg/kg) atau vehikulum (minyak Pemberian AST oral secara signifikan dapat memperbaiki gejala dermatitis dan
Prospektif zaitun) oral tiga kali seminggu selama 26 hari pada tikus pruritus pada kasus DA.
percobaan
Tabel 2. Ringkasan hasil penelitian mengenai aplikasi antioksidan topikal pada DA.
Peneliti
Metode Penelitian Jenis Antioksidan Hasil Penelitian
Tahun
Zhu, dkk. (2019) Meta-analisis Krim topikal vitamin B12 Penurunan bermakna indeks SCORAD setelah aplikasi krim topikal vitamin B12.
Surjana dan Kohort prospektif Nicotinamide topikal Nicotinamide memberikan hasil yang lebih baik dalam menurunkan TEWL.
Darmian dalam
Bains, dkk. (2018)
Tanno, dkk. dalam Studi komparatif Nicotinamide 2% topikal Penggunaan nicotinamide 2% dua kali seminggu selama empat minggu
Bains, dkk. (2018) mengurangi TEWL sebesar 27% dan meningkatkan asam lemak bebas stratum
korneum dan ceramide.
Patrizi, dkk. (2015) Randomized control Krim topikal non-steroid (MD2011001) dengan konten Aplikasi krim topikal memperbaiki integritas sawar kulit dan gejala inflamasi kulit
trials vitamin E pada pasien DA.
Umanets, dkk. Kohort Emolien dan krim SOD topikal dua kali sehari Perbaikan gejala yang signifikan pada pasien DA selama minggu pertama terapi.
dalam prospektif
Diehl (2017)
Park, dkk. Kohort Aplikasi topikal TECA 0,5%, AST 0,5%, dan kombinasi Perbaikan klinis signifikan (morfologi dan ketebalan kulit di belakang telinga tikus)
(2019) prospektif TECA 0,25% + AST 0,25% tiga kali sehari selama 4 setelah aplikasi topikal TECA + AST.
minggu pada tikus percobaan Pada pemeriksaan imunohistokimia didapatkan penurunan produksi NO yang
signifikan setelah aplikasi topikal TECA + AST.
ABSTRAK
Obesitas merupakan kondisi akumulasi lemak berlebihan, yang dapat menimbulkan risiko gangguan kesehatan bahkan kematian. Prevalensinya
makin meningkat dan menjadi beban kesehatan global. Obesitas juga dikaitkan dengan peningkatan signifikan morbiditas dan mortalitas akibat
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Kombinasi suplemen makanan dengan berbagai mekanisme diharapkan memiliki efek sinergis untuk
menurunkan berat badan, sehingga dapat menjadi bagian dari strategi manajemen obesitas.
ABSTRACT
Obesity is a condition of excessive fat accumulation; may increase risk of health problems and even death. Its prevalence is increasing and
becoming a global health burden. Obesity is also associated with a significant increase in morbidity and mortality from Coronavirus Disease 2019
(COVID-19). Combination of dietary supplements with various mechanisms is expected to have a synergistic effect to weight loss, and become
part of an obesity management strategy. Lydia Febriana. Supplements Combination for Obesity.
PENDAHULUAN Beberapa strategi telah diusulkan dalam kidney bean, chitosan, green coffee, bitter
Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak manajemen obesitas, mulai dari regimen orange, L-carnitine, resveratrol, chromium, dan
berlebihan, dengan nilai indeks massa tubuh diet, latihan fisik, dan terapi farmakologis.5 alpha lipoic acid.
(IMT) ≥30 kg/m2 untuk dewasa;1 yang dapat Penggunaan suplemen makanan untuk
menimbulkan risiko gangguan kesehatan.1 tujuan penurunan berat badan juga dengan SUPLEMEN YANG MENGHAMBAT
Prevalensinya meningkat hampir tiga kali cepat populer seiring dengan meningkatnya PENYERAPAN NUTRISI
lipat antara tahun 1975 dan 2016.2 Pada tahun prevalensi obesitas.6 Tingginya minat pada Green Tea
2016, lebih dari 650 juta orang atau sekitar 13% produk suplemen, terutama karena persepsi Green tea atau teh hijau berasal dari daun
populasi orang dewasa di dunia mengalami umum bahwa kandungan alami lebih baik tanaman Camellia sinensis, mengandung
obesitas.2 Selain itu, obesitas merupakan untuk kesehatan.6 cathecin dan kafein.8 Peran cathecin pada
faktor risiko utama sejumlah penyakit kronis, obesitas adalah menghambat enzim
termasuk penyakit kardiovaskular seperti SUPLEMEN UNTUK TATA LAKSANA pencernaan yang dihasilkan pankreas
penyakit jantung dan stroke, yang merupakan OBESITAS seperti lipase, amilase, dan glukosidase,
penyebab utama kematian di seluruh dunia.1 Kombinasi suplemen makanan dengan menyebabkan berkurangnya penyerapan
Obesitas juga dikaitkan dengan peningkatan berbagai mekanisme untuk mengatasi lemak dan karbohidrat, sehingga mengurangi
morbiditas dan mortalitas signifikan akibat obesitas diharapkan memiliki efek sinergis dan asupan energi.7,9 Penghambatan penyerapan
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).3 Faktor penurunan berat badan yang lebih signifikan. dapat meningkatkan keberadaan karbohidrat
metabolik dan inflamasi pada pasien obesitas Beberapa mekanisme kerja suplemen tersebut tidak tercerna, yang kemudian memicu
memainkan peran yang cukup besar dalam antara lain menghambat penyerapan nutrisi, mikrobiota usus untuk menghasilkan asam
manifestasi paru yang berat.4 Kerentanan menekan nafsu makan, memicu pengeluaran lemak rantai pendek yang mengaktivasi
terhadap acute respiratory distress syndrome energi, meningkatkan metabolisme lemak, AMP-activated protein kinase (AMPK),
(ARDS), penyebab utama kematian COVID-19, dan memengaruhi metabolisme karbohidrat.7 selanjutnya menyebabkan penurunan berat
secara signifikan lebih besar di antara individu Kandungan suplemen yang akan dibahas badan melalui penurunan lipogenesis dan
dengan obesitas.4 pada artikel ini di antaranya: green tea, white peningkatan lipolisis.7 Sedangkan, kafein
Alamat Korespondensi email: lydiafebriana@gmail.com
berperan memengaruhi aktivitas sistem saraf pengeluaran energi melalui peningkatan massa lemak secara signifikan.16 Menariknya,
simpatis dan dapat bertindak sinergis dengan rangsangan sistem saraf simpatis dan analisis sub-kelompok mengungkapkan
cathecin untuk meningkatkan pengeluaran peningkatan oksidasi lemak.7 Asam klorogenat bahwa L-carnitine menunjukkan efek anti-
energi dan oksidasi lemak.8 Selain itu, teh adalah suatu antioksidan dan anti-inflamasi, obesitas hanya pada subjek dengan berat
hijau terbukti relatif aman dengan sedikit yang berperan dalam menurunkan lipid dan badan berlebih dan obesitas.16
laporan efek samping.8 Suatu meta-analisis glukosa.7,13 Beberapa studi telah mengevaluasi
menemukan bahwa penggunaan ekstrak bahwa green coffee extract, yang kaya akan SUPLEMEN YANG MENINGKATKAN
teh hijau pada pasien obesitas memiliki asam klorogenat (CGA) dan kafein terbukti METABOLISME LEMAK
efek menguntungkan pada peningkatan efektif memicu penurunan berat badan.13 Resveratrol
metabolisme lipid dan glukosa, serta Dalam studi cross-over, 20 orang peserta Resveratrol adalah polifenol alami yang
memfasilitasi penurunan berat badan.10 mengonsumsi kopi hijau dan kopi hitam, ditemukan di berbagai jenis tumbuhan
dengan adanya periode wash-out, indeks seperti anggur, beri, dan kacang-kacangan,
White Kidney Bean massa tubuh (IMT) turun signifikan hanya telah dilaporkan mempunyai efek antioksidan
White kidney bean merupakan salah satu spesies pada asupan kopi hijau.7 dan anti-inflamasi.7 Penggunaan resveratrol
Phaseolus vulgaris L, berasal dari Amerika sebagai suplementasi pada pasien obesitas
Selatan, dengan kandungan aktif antara lain Bitter Orange karena perannya dalam siklus hidup sel lemak
phaseolin, polyphenol, oligosaccharide, dan Bitter orange atau Citrus aurantium, yang (adiposit), dengan menurunkan adipogenesis
lectin.7 Phaseolin adalah penghambat enzim kaya akan p-synephrine, protoalkaloid primer dan viabilitas pre-adiposit matur, serta
α-amilase, sehingga berperan mengurangi telah banyak digunakan untuk manajemen meningkatkan lipolisis dan menurunkan
penyerapan karbohidrat.8 Pada suatu uji klinis penurunan berat badan sebagai penekan lipogenesis pada adiposit.17 Suatu meta-
acak, tersamar ganda, terkontrol plasebo, nafsu makan, perangsang pengeluaran energi, analisis 28 penelitian menunjukkan pengaruh
pemberian ekstrak Phaseolus vulgaris 2.400 dan lipolisis.7,8 Suatu tinjauan merangkum signifikan suplementasi resveratrol terhadap
mg per hari sebelum makan selama 35 hari lebih dari 20 penelitian ekstrak bitter orange penurunan berat badan, indeks massa tubuh,
berturut-turut, menghasilkan penurunan yang melibatkan total sekitar 360 subjek; 44% dan lingkar pinggang pada pasien obesitas.18
berat badan, indeks massa tubuh (IMT), subjek mengonsumsi produk bitter orange
dan ketebalan lemak subkutan signifikan saja, sisanya mengonsumsi produk kompleks SUPLEMEN YANG MEMENGARUHI
dibandingkan plasebo, serta tidak ada atau kombinasi.14 Ekstrak bitter orange tunggal METABOLISME KARBOHIDRAT
efek samping yang diamati selama masa ataupun dalam produk kombinasi terbukti Chromium
percobaan.11 meningkatkan laju metabolisme istirahat dan Chromium adalah salah satu nutrisi penting
pengeluaran energi, dan sedikit penurunan yang bersumber dari daging, kacang-
Chitosan berat badan jika diberikan selama 6 hingga kacangan, dan biji-bijian. Mekanisme kerja
Chitosan adalah polisakarida alami dari 12 minggu.14 Selain itu, ekstrak bitter orange chromium diyakini terkait dengan peningkatan
residu glukosamin, telah diusulkan sebagai relatif aman karena tidak menghasilkan efek aktivitas insulin yang memengaruhi
suplemen makanan untuk pengelolaan samping yang signifikan.7,14 Studi jangka metabolisme karbohidrat. Selain itu, chromium
obesitas, karena sifat penurun kolesterolnya, panjang diperlukan untuk menilai lebih lanjut berkontribusi dalam penurunan berat badan
yaitu dapat membentuk ikatan hidrofobik keefektifan dan menegaskan keamanannya dengan menekan nafsu makan dan dengan
dengan kolesterol pada makanan, sehingga dalam penggunaan lebih lama.14 merangsang termogenesis, melalui sensitisasi
mengganggu penyerapannya.7,8 Selain itu, glukoreseptor sensitif insulin di otak, sehingga
chitosan dapat menurunkan peroksidasi SUPLEMEN YANG MEMICU PENGELUARAN meningkatkan pengeluaran energi.7 Suatu
lipid, yang menunjukkan kemungkinan ENERGI meta-analisis 19 uji klinik acak terkontrol,
peran sebagai antioksidan.7 Suatu meta- L-carnitine dengan total 1.316 subjek mengevaluasi
analisis menemukan bahwa penggunaan L-carnitine adalah turunan asam amino alami, efektivitas suplementasi chromium oral pada
chitosan sebagai suplemen makanan pasien dengan sumber terbaik dari produk hewani individu dengan berat badan berlebih atau
obesitas dan berat badan berlebih hingga 52 seperti daging merah, ikan, unggas, dan produk obesitas, menunjukkan penurunan signifikan
minggu tampak mengurangi berat badan, susu.7 L-carnitine dilaporkan mempunyai indeks antropometri terkait komposisi tubuh,
memperbaiki tekanan darah dan profil lipid.12 peran pada penurunan berat badan, dengan yaitu penurunan berat badan, indeks massa
memperbaiki resistensi insulin, merangsang tubuh (IMT), dan persentase lemak tubuh.
SUPLEMEN YANG MENEKAN NAFSU metabolisme energi dan oksidasi lemak pada Ukuran efeknya sedang, sehingga dibutuhkan
MAKAN manusia.15 Selain itu, L-carnitine penting investigasi lebih lanjut dengan studi yang
Green Coffee dalam memfasilitasi pengaktifan transportasi lebih besar.19
Kopi adalah salah satu minuman paling asam lemak rantai panjang ke mitokondria,
populer, mengandung senyawa kafein dan memodulasi regulator katabolisme lipid Alpha Lipoic Acid
asam klorogenat chlorogenic acid/CGA.8 atau adipogenesis, dan menyebabkan rasa Alpha lipoic acid (ALA) disintesis secara
Kafein sebagai senyawa larut lipid, dapat kenyang.15 Suatu meta-analisis menunjukkan enzimatis di mitokondria dari asam oktanoat,
melintasi sawar darah otak, yang selanjutnya bahwa suplementasi L-carnitine menurunkan dan dapat juga berasal dari sumber makanan
dapat menekan rasa lapar dan merangsang berat badan, indeks massa tubuh (IMT), dan seperti daging, buah, dan sayuran. Alpha
lipoic acid tampaknya meningkatkan ekspresi jangka pendek yang kecil, namun signifikan bean, dan chitosan), menekan nafsu makan
protein glucose transporter type 4 (GLUT4) dibandingkan plasebo. Penelitian lebih lanjut (green coffee extract dan bitter orange),
pada membran sel otot rangka dan sel diperlukan untuk menguji manfaat dan memicu pengeluaran energi (L-carnitine),
adiposit, sehingga dapat memperbaiki keamanan jangka panjang alpha lipoic acid meningkatkan metabolisme lemak
metabolisme glukosa.20 Suatu meta- (ALA) pada manajemen berat badan.21 (resveratrol), dan memengaruhi metabolisme
analisis dari 10 studi acak, tersamar ganda, karbohidrat (chromium dan alpha lipoic acid).
terkontrol plasebo, suplementasi alpha lipoic SIMPULAN Penelitian lebih besar dibutuhkan untuk
acid (ALA) menunjukkan penurunan berat Berdasarkan literatur, beberapa suplemen menyelidiki efek penurunan berat badan
badan signifikan dibandingkan kelompok makanan mempunyai efek anti-obesitas, jangka panjang, memastikan profil keamanan
plasebo.21 Suplementasi alpha lipoic acid antara lain dengan menghambat dan tidak adanya interaksi antar kandungan
(ALA) menunjukkan penurunan berat badan penyerapan nutrisi (green tea, white kidney dalam kombinasi suplemen untuk obesitas.
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization (WHO). Obesity [Internet]. [cited 2021 March 29]. Available from: https://www.who.int/health-topics/obesity.
2. World Health Organization(WHO). Obesity and overweight [Internet]. [cited 2021 March 29]. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/
obesity-and-overweight.
3. Huang Y, Lua Y, Huang Y, Wang M, Ling W, Sui Y, et al. Obesity in patients with COVID-19: A systematic reviewand meta-analysis. Metabolism. 2020;113:154378.
4. Popkin BM, Du S, Green WD, Beck MA, Algaith T, Herbst CH, et al. Individuals with obesity and COVID-19: A global perspective on the epidemiology and biological
relationships. Obes Rev. 2020;21(11):13128.
5. Bray GA, Frühbeck G, Ryan DH, Wilding JPH. Management of obesity. Lancet 2016;387(10031):1947-56. http://dx.doi.org/10.1016/S0140-6736(16)00271-3.
6. Ríos-Hoyo A, Gutiérrez-Salmeán G. New dietary supplements for obesity: What we currently know. Curr Obes Rep. 2016;5:262–70.
7. Watanabe M, Risi R, Masi D, Caputi A, Balena A, Rossini G, et al. Current evidence to propose different food supplements for weight loss: A comprehensive review.
Nutrients 2020;12(9):2873.
8. National Institutes of Health (NIH). Dietary supplements for weight loss [Internet]. [cited 2021 March 29]. Available from: https://ods.od.nih.gov/factsheets/
WeightLoss-HealthProfessional.
9. Rainsa TM, Agarwalb S, Makia KC. Antiobesity effects of green tea catechins: A mechanistic review. J Nutr Biochem. 2011;22(1):1-7.
10. Li X, Wang W, Hou L, Wu H, Wu Y, Xu R, et al. Does tea extract supplementation benefit metabolic syndrome and obesity? A systematic review and meta-analysis.
Clin Nutr. 2020;39(4):1049-58.
11. Wang S, Lishui C, Yang H, Gu J, Wang J, Fazheng R. Regular intake of white kidney beans extract (Phaseolus vulgaris L.) induces weight loss compared to placebo in
obese human subjects. Food Sci Nutr. 2020;8:1315–24.
12. Moraru C, Mincea MM, Frandes M, Timar B, Ostafe V. A meta-analysis on randomised controlled clinical trials evaluating the effect of the dietary supplement chitosan
on weight loss, lipid parameters and blood pressure. Medicina (Kaunas). 2018;54(6):109.
13. Stefanello N, Spanevello RM, Passamonti S, Porciuncula L, Bonan CD, Olabiyi AA, et al. Coffee, caffeine, chlorogenic acid, and the purinergic system. Food Chem
Toxicol. 2019;123:298–313.
14. Stohs SJ, Preuss HG, Shara M. A review of the human clinical studies involving Citrus aurantium (bitter orange) extract and its primary protoalkaloid p-synephrine.
Int J Med Sci. 2012;9(7):527-38.
15. Reuter SE, Evans AM. Carnitine and acylcarnitines. Clin Pharmacokinet. 2012;51(9):553-72.
16. Askarpour M, Hadi A, Miraghajani M, Symonds M, Sheikhi A, Ghaedi E. Beneficial effects of L-carnitine supplementation for weight management in overweight and
obese adults: An updated systematic review and dose-response meta-analysis of randomized controlled trials. Pharmacol Res. 2020;151:104554.
17. Baile CA, Yang J, Rayalam SL, Hartzell D, Lai C, Andersen C, et al. Effect of resveratrol on fat mobilization. Ann NY Acad Sci. 2011;1215:40–7.
18. Mousavi SM, Milajerdi A, Sheikhi A, Kord-Varkaneh H, Feinle-Bisset C, Larijani B, et al. Resveratrol supplementation significantly influences obesity measures: A
systematic review and dose-response meta-analysis of randomized controlled trials. Obes Rev. 2019;20(3):487-98.
19. Tsang C, Taghizadeh M, Aghabagheri E, Asemi Z, Jafarnejad S. A meta-analysis of the effect of chromium supplementation on anthropometric indices of subjects
with overweight or obesity. Clin Obes. 2019;9(4):12313.
20. Huerta AE, Fernández-Galilea M, Prieto-Hontoria PL, Alfredo M, Moreno-Aliaga MJ. Alpha-lipoic acid: A dietary supplement with therapeutic potential for obesity
and related metabolic diseases. In: Nabavi SM, Silva AS, editors. Nonvitamin and nonmineral nutritional supplements. 1st ed. Cambridge (Massachusetts): Academic
Press; 2019. p.85-92.
21. Kucukgoncu S, Zhou E, Lucas KB, Tek C. Alpha-lipoic acid (ALA) as a supplementation for weight loss: Results from a meta-analysis of randomized controlled trials.
Obes Rev. 2017;18(5): 594–601.
Pilih02. Diabetes
Benar melitus merupakan kontraindikasi layanan outpatient
atau Salah Benar
surgery.
Pilih Benar atau Salah Benar Salah
01. Obesitas adalah jika indeks massa tubuh lebih dari 25 kg/m2 untuk dewasa.
03. Kandidat outpatient surgery memerlukan evaluasi EKG 12-lead.
02. 04.Obesitas
Pasiensecara
yangsignifikan
kelelahan meningkatkan
jika naik tanggarisiko mortalitas di kalangan
tidak dianjurkan menjalani
outpatientoutpatient
01. Pelayanan
penderita surgery. surgery terutama untuk pasien dengan status
COVID-19.
ASA I dan II. dapat menguntungkan dalam pengendalian obesitas
03. 05.TehPregabalin
02.
hijau
Diabetes
dianggap
tidak dapat diberikan pada fase pre-operasi outpatient
melitus merupakan kontraindikasi layanan outpatient
karena mengurangi
surgery. tingkat metabolisme lemak.
surgery.
04. 06.White kidneymual
Risiko
03. Kandidat
bean dianggap
muntah dapat
outpatient
mengurangi penyerapan
pasca-operasi
surgery memerlukan
lemak. dengan
dapat dikurangi
evaluasi EKG 12-lead.
pemberian deksametason.
05. Chitosan digunakan untuk pengendalian obesitas karena disinyalir dapat
04.
07. Pasien
Gangguan yangrespirasi
kelelahankronis
jika naik tangga tidak
merupakan dianjurkan menjalani
mengurangi/menghalangi penyerapan kolesterol. kontraindikasi anestesi
outpatient
spinal. surgery.
06. 05.Kopi mempunyai
Pregabalin
08. Setelah
efek dapat
tidak
menjalani
menekan rasa lapar.
diberikan
outpatient pada pasien
surgery, fase pre-operasi
boleh pulangoutpatient
sendiri.
surgery.
07. 09.L carnitine
Pasien dapat merangsang
outpatient resistensi
surgery insulin. mengurangi minum untuk
dianjurkan
06. mengurangi
Risiko mualrisiko muntah pasca-operasi
mual muntah. dapat dikurangi dengan
08. Resveratrol
pemberiandapatdeksametason.
diperoleh dari sayuran hijau.
10. Outpatient surgery praktis dapat dianjurkan untuk semua jenis
09. 07. Gangguan
Chromium
operasi. respirasi
disinyalir kronis merupakan
dapat memperbaiki sensitivitaskontraindikasi
terhadap insulin. anestesi
spinal.
10. Alpha-lipoic-acid dapat diproduksi oleh sel tubuh secara endogen.
08. Setelah menjalani outpatient surgery, pasien boleh pulang sendiri.
09. Pasien outpatient surgery dianjurkan mengurangi minum untuk
mengurangi risiko mual muntah.
10. Outpatient
Keterangan : surgery praktis dapat dianjurkan untuk semua jenis
operasi. volume 38 no. 2, th. 2011, setiap edisi CDK disertai dengan satu/dua artikel
• Mulai CDK-183/
CME yang telah diakreditasi oleh PB IDI.
• Tandai jawaban yang dipilih.
• Dokter akan mendapatkan Sertifikat dengan bobot SKP jika jawaban benar ≥ 70%.
• Sertifikat akan dicetak segera setelah dokter mengerjakan kuis CME di setiap edisi,
dengan syarat dan ketentuan berlaku
Keterangan
• CME CDK : dapat juga dikerjakan secara online di www.kalbemed.com/CPD/Doctor
• Mulai CDK-183/ volume 38 no. 2, th. 2011, setiap edisi CDK disertai dengan satu/dua artikel
CME yang telah diakreditasi oleh PB IDI.
• Tandai jawaban yang dipilih.
• Dokter akan mendapatkan Sertifikat dengan bobot SKP jika jawaban benar ≥ 70%.
• Sertifikat akan dicetak segera setelah dokter mengerjakan kuis CME di setiap edisi,
dengan syarat dan ketentuan berlaku
• CME CDK dapat juga dikerjakan secara online di www.kalbemed.com/CPD/Doctor
CDK Suplemen-1/Vol. 49, th. 2022 16
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
ABSTRAK
Tata laksana overweight dan obesitas terbukti efektif bila secara holistik, meliputi pengaturan pola makan, pola olah raga, pola tidur, dan
manajemen stres, hingga terapi medikamentosa. Nutrigenomik adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari respons tubuh secara
genetik terhadap nutrisi. Pendekatan ini memberikan pandangan yang lebih personal terhadap tata laksana obesitas karena mengedepankan
pemeriksaan variasi genetik berupa single nucleotide polymorphism (SNPs) pada susunan gen manusia. SNPs sebagai bentuk variasi genetik yang
paling sering muncul pada manusia ternyata sangat signifikan berkontribusi pada perbedaan ekspresi genetik tiap individu, termasuk ekspresi
gen risiko obesitas serta respons paling efektif terhadap upaya penurunan overweight dan obesitas. Artikel ini membahas beberapa gen dan
SNPs-nya yang terbukti memiliki penetrasi tinggi terhadap risiko obesitas pada manusia.
ABSTRACT
Management of overweight and obesity has been proven to be effective when managed holistically to include diet, exercise, sleep patterns,
stress management and medical therapy. Nutrigenomic explores body’s genetic response to nutrients. This approach provides a more personal
view to the management of obesity, in accordance with genetic variations in the form of single nucleotide polymorphisms (SNPs) in human
genes’ structure. SNPs as a form of human genetic variation are very significant in contributing to a different genetic expression in each
individual, including genetic expression of obesity risk. SNPs also provide different approach to weight reduction program for each individual.
This article will discuss genes and their SNPs that have been shown to have a high penetration to the risk of obesity in human. Amanda Dianky.
Nutrigenomics for Management of Obesity
PENDAHULUAN namun tidak sedikit yang gagal mencapai Proyek Genom Manusia (human genome
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), target penurunan berat badan dan massa project) merupakan sebuah proyek kolaborasi
prevalensi obesitas di Indonesia meningkat lemak tubuh. internasional untuk mengurutkan seluruh
sebesar 7,4% dari rata-rata 22,6% pada untai DNA manusia hingga tingkat basa
tahun 2013 menjadi 33,5% di tahun 2018.1 Dengan mengetahui variasi genetik melalui nukleotidanya.26 Pandangan baru mengenai
Padahal obesitas memiliki asosiasi dengan tes nutrigenomik, tingkat kepatuhan kaitan nutrisi dan susunan gen pada
peningkatan risiko beberapa penyakit tidak penderita obesitas terhadap panduan manusia berkembang pesat sejak proyek
menular (non-communicable diseases/NCDs) pola makan sehat personal terbukti lebih tersebut dipostulatkan; studi nutrigenomik
seperti diabetes melitus tipe 2, penyakit baik dibanding penderita obesitas yang yang berfokus pada pengaruh nutrisi pada
jantung koroner, stroke, asma, dan beberapa menerapkan panduan pola makan sehat tingkat genom, proteom, dan metabolom
kanker.2-4 umum; penurunan berat badan lebih berhasil pada bidang nutrisi telah berkembang pesat
dengan pola makan personal sesuai hasil tes sejak diselesaikannya studi tersebut,7 karena
Dalam upaya penanggulangan obesitas nutrigenomik. 5 pemahaman proses interaksi antara gen dan
pada masa pandemi COVID-19, Kemenkes nutrisi dapat mengarah pada preskripsi diet
membuat panduan hidup sehat yang meliputi NUTRIGENOMIK yang personal.8
pola makan, olah raga, dan manajemen Asupan makanan dan pengaruh lingkungan
stres.27 Panduan ini dibuat secara umum adalah dua faktor utama yang memengaruhi Secara sederhana, ilmu nutrigenomik
untuk diterapkan pada kehidupan sehari-hari; kondisi sehat dan sakit seseorang.6 mempelajari mengapa makanan dan
Alamat Korespondensi email: amanda.dianky@kalbe.co.id, dr.amanda.kalcare@gmail.com
minuman yang sama dapat memberi dampak badan, usia, dan genetik. Penelitian saat ini lebih rendah, sehingga dapat menargetkan
berbeda pada orang dengan tipe gen menunjukkan bahwa SNP dalam gen UCP1 defisit kalori 10-20% kalori per hari dari TEE
berbeda. berdampak signifikan terhadap variasi RMR.13 kemudian dikurangi lagi sebesar 150 kkal
untuk menurunkan berat badan.13
OBESITAS Gen UCP 1 atau uncoupling protein 1
Obesitas didefinisikan berdasarkan kategori ditemukan pada mitokondria jaringan adiposa 2. AKTIVITAS FISIK
indeks massa tubuh (Tabel 1).9 coklat. Gen tersebut merupakan keluarga Aktivitas fisik memiliki manfaat penting
protein pembawa anion mitokondria yang bagi kesehatan mental, kebugaran fisik,
Tata laksana obesitas meliputi modifikasi terlibat dalam proses metabolisme yang pemeliharaan berat badan, dan pencegahan
gaya hidup, terapi medikamentosa, hingga menghasilkan energi dan melepaskannya banyak penyakit kronis. Aktivitas fisik dapat
pembedahan.11 Penatalaksanaan modifikasi dalam bentuk panas tubuh. Gen UCP1 dengan latihan terstruktur, seperti program
gaya hidup berupa konseling, perubahan diet, berperan penting dalam termogenesis (proses pelatihan kebugaran di gym, atau olahraga
aktivitas fisik, dan terapi perilaku diindikasikan mengatur suhu tubuh normal), sehingga tertentu,seperti tenis atau lari. Selain itu, juga
pada IMT ≥25 kg/m2. Medikamentosa dapat memengaruhi RMR.13 bisa terdiri dari aktivitas sehari-hari seperti
ditambahkan pada pasien obesitas dengan berjalan, naik tangga, membersihkan rumah,
IMT ≥30 kg/m2 atau IMT ≥27 kg/m2 disertai atau membawa belanjaan. Dua jenis utama
penyakit yang berhubungan dengan obesitas. aktivitas fisik adalah latihan kardiovaskular atau
Obat yang telah disetujui Food and Drug aerobik, dan latihan kekuatan otot rangka.14
Administration (FDA) untuk obesitas antara
lain orlistat, phentermine, lorcaserin, liraglutide, GEN FTO
dietilpropion, phentermine/topiramate, Sejumlah penelitian telah menunjukkan
naltrexone/bupropion, phendimetrazine.11 bahwa adanya varian pada gen FTO berkaitan
dengan peningkatan risiko obesitas. Terlibat
Pembedahan merupakan salah satu pilihan dalam aktivitas fisik telah terbukti mengurangi
terapi untuk menurunkan berat badan. risiko obesitas di antara individu yang
Indikasi tindakan pembedahan bariatrik memiliki varian gen FTO.13 Aktivitas fisik dapat
adalah indeks massa tubuh (IMT) >40 atau IMT * Diminished RMR in those with the GG or GA variant mengurangi risiko overweight dan obesitas
>35 disertai komorbiditas terkait berat badan, compared to those with the AA variant. hingga 75% pada individu yang memiliki
riwayat manajemen berat badan secara Grafik 1.Pengaruh variasi gen UCP 1 terhadap variasi pada gen FTO.14
medis sebelumnya, tidak ada kontraindikasi resting metabolic rate (RMR)12
psikologis, dan harapan hidup lebih dari 5 GEN ADRB2
tahun.10,11 Grafik 1 menunjukkan bahwa individu Varian gen ADRB2 juga turut berperan pada
dengan varian GG atau GA cenderung risiko obesitas. Gen ADRB memengaruhi
GEN YANG MEMILIKI PENGARUH PADA memiliki RMR lebih rendah dibandingkan jumlah jaringan adiposa yang hilang sebagai
RISIKO OBESITAS individu dengan varian AA. Oleh karena itu, respons terhadap olahraga kardiovaskular/
1. KESEIMBANGAN ENERGI / ENERGY individu dengan varian GG dan GA pada gen aerobik.15 Makin banyak terlibat dalam aktivitas
UCP 1 nya memerlukan lebih sedikit konsumsi fisik, individu yang memiliki varian gen ADRB2
GEN UCP 1 energi untuk menjaga fungsi tubuh dan berat makin dapat menurunkan risiko overweight
Mengonsumsi lebih sedikit energi dan/atau badan yang sehat dibandingkan individu dan obesitas.
mengeluarkan lebih banyak energi dapat yang memiliki varian AA pada gen UCP 1.13
menurunkan berat badan. Namun, penelitian
telah menunjukkan bahwa menentukan Untuk individu dengan varian respons tipikal
kebutuhan energi pasien melalui prediksi (AA), disarankan target defisit 10-20% kalori
persamaan seringkali tidak akurat, karena RMR per hari dari TEE (total energy expenditure)
(resting metabolic rate) sangat bervariasi antar untuk menurunkan berat badan. Sedangkan
individu. Variasi RMR antar individu ini dapat individu dengan varian respons berisiko
disebabkan oleh perbedaan massa otot, berat (GG dan GA) memiliki RMR sekitar 150 kkal
Dengan varian TT sebagai kontrol, pada fatty acid β-oxidation dan mitochondrial
individu dengan varian AA didapatkan uncoupling dengan efek menurunkan proses
penurunan BMI berbeda signifikan jika inflamasi.28
melakukan aktivitas fisik moderate to high
level dibandingkan dengan tidak melakukan Gen TCF7L2
aktivitas fisik. Sedangkan pada individu Gen TCF7L2 terlibat dalam pengaturan berat
dengan varian AT tidak didapatkan perubahan badan dan komposisi tubuh. Penelitian
BMI yang bermakna baik jika melakukan menunjukkan bahwa individu yang memiliki
aktivitas fisik moderate to low maupun jika varian TT dari TCF7L2 memiliki kemungkinan
tidak melakukan aktivitas fisik (Grafik 2). lebih besar menurunkan berat badan dengan
diet rendah lemak hingga sedang (setara
15%-25% total kebutuhan kalori harian),
dibandingkan jika mereka mengonsumsi
*Significantly greater fat mass loss in response to a
diet tinggi lemak; sedangkan untuk varian
moderate-to-high protein diet only in overweight or
obese individuals with the AA genotype. CC atau TC tidak memiliki perbedaan dalam
Grafik 4. Variasi gen FTO terhadap efek diet tinggi penurunan berat badan berdasarkan jumlah
protein vs rendah protein pada perubahan massa lemak yang dikonsumsi. Namun, asupan
lemak16 energi total yang lebih rendah tetap perlu
untuk menciptakan defisit kalori dalam upaya
* Significantly larger fat loss after a 20-week endurance Individu dengan varian AA mengalami menurunkan berat badan (Grafik 5).17
training program, compared to GA and GG, p = 0.0008. penurunan massa lemak yang signifikan
Grafik 3. Pengaruh variasi gen ADRB2 terhadap jika diberi diet tinggi protein dibandingkan Pada grafik 5 dijelaskan bahwa pada varian TT
perubahan massa lemak setelah 20 minggu jika diberi diet rendah protein. Sedangkan pada gen TCF7L2 penurunan berat badan dan
program endurance training15 pada individu dengan varian TT dan TA tidak lingkar perut lebih baik dengan penerapan
Pada Grafik 3 dapat dilihat individu dengan didapatkan perbedaan massa lemak yang diet rendah lemak, sebaliknya bila diterapkan
varian AA mengalami perubahan massa lemak bermakna baik pada diet rendah maupun diet tinggi lemak hanya akan terjadi sedikit
yang signifikan setelah menjalani program tinggi protein (Grafik 4). penurunan. Hal ini tidak terjadi pada varian TC
endurance training dibandingkan individu dan CC, karena diet tinggi lemak dan rendah
yang memiliki varian GA dan GG pada gen 4. TOTAL FAT, SATURATED FAT, UNSATURATED lemak menunjukkan hasil penurunan berat
ADRB2 nya. FAT (MUFA DAN PUFA) badan dan lingkar perut yang tidak bermakna.
Secara umum, lemak tak jenuh lebih sehat
3. PROTEIN bagi jantung dibanding lemak jenuh. Gen APOA2
GEN FTO Saturated fat yang berlebih meningkatkan Gen APOA2 berfungsi mengkode sintesis
Protein juga telah terbukti ikut mengatur nafsu aktivasi mitochondrial C yang menstimulasi apolipoprotein A-II, yang berperan
makan dengan cara membuat seseorang produksi ROS. Peningkatan ROS menyebabkan penting dalam kemampuan tubuh untuk
merasa kenyang dengan jumlah kalori resistensi insulin dan inflamasi. Unsaturated fat, memanfaatkan berbagai jenis lemak. Gen
makanan yang lebih sedikit.16 Pada individu seperti omega-3 meningkatkan mitochondrial APOA2 berinteraksi dengan lemak jenuh
yang memiliki risiko overweight atau obesitas
berdasarkan gen FTO-nya, diet tinggi protein
ternyata dapat membantu menurunkan
berat badan dalam waktu singkat dan
mempertahankan penurunan berat badan
tersebut dalam jangka lama.16
*Significantly greater weight loss in response to a low fat diet only in individuals with the TT genotype of TCF7L2.
Grafik 5. Efek diet tinggi lemak dibandingkan diet rendah lemak pada perubahan berat badan (kg) dan
perubahan lingkat perut (cm) pada variasi gen TCF7L217
dengan cara yang unik untuk mempengaruhi Pada Grafik 7 dijelaskan bahwa individu diet tinggi MUFA (>56% MUFA dari kebutuhan
keseimbangan energi yang secara tidak dengan varian TA dan AA pada gen FTO dapat total lemak per hari). Hal ini tidak terjadi pada
langsung mempengaruhi risiko obesitas. mengalami penurunan lingkar perut dan BMI individu dengan varian CC.
Individu yang memiliki varian gen CC memiliki secara signifikan bila menerapkan konsumsi
risiko lebih tinggi terkena obesitas jika rendah saturated fat dan tinggi PUFA. Hal ini 5. EATING HABIT/KEBIASAAN MAKAN
mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh tidak terjadi pada individu dengan varian TT. Asupan makanan sangat ditentukan oleh
daripada mereka yang memiliki varian TT atau persepsi rasa dan preferensi kita terhadap
TC pada gen APOA2.18 Gen PPARy2 makanan dan minuman.22
MUFA dapat membantu mengurangi kadar
LDL serta dapat meningkatkan HDL. Penelitian Gen CD36/Persepsi terhadap lemak
menunjukkan bahwa konsumsi MUFA dapat Riset menunjukkan bahwa preferensi kita
membantu memfasilitasi penurunan berat terhadap makanan berlemak ditentukan oleh
badan dan komposisi lemak, khususnya pada variasi pada gen CD36 yang kita miliki. Gugus
tubuh bagian bawah pada beberapa individu gen CD36 juga dikenal sebagai asam lemak
berdasarkan gen PPARy2. 21 translokase. Gen ini ditemukan di banyak
permukaan sel, termasuk sel-sel pada indera
pengecapan di lidah. Gen ini juga terlibat
dalam proses pengangkutan lemak dalam
darah. Beberapa penelitian sekarang telah
menghubungkan variasi gen CD36 dengan
perbedaan persepsi rasa dan tekstur lemak
*Frequency of subjects with obesity for those with the dan minyak. ‘Super tasters’ (varian GG dan GA
CC variant who consume <22 grams saturated fat per pada Gen CD36) cenderung dapat mendeteksi
day compared to those who consume ≥22 grams of rasa lemak dan minyak pada tingkat yang
saturated fat per day.
lebih rendah daripada ‘non tasters‘ (varian AA
Grafik 6. Frekuensi kejadian obesitas dengan diet *Significantly lower BMI in response to ≥56% of fat
tinggi lemak jenuh pada varian gen APOA218 consumed as monoUnsaturated fat only in individuals
pada gen CD36).22
with the GG or GC genotype of the PPARy2 gene.
Grafik 8. Efek konsumsi tinggi MUFA dengan Grafik 9 menunjukkan individu dengan varian
Grafik 6 menunjukkan pada individu dengan perubahan BMI pada varian gen PPARy2.21 GG dan GA pada gen CD36 memiliki ambang
varian CC pada gen APOA2 memiliki risiko batas rasa terhadap makanan berlemak yang
lebih tinggi untuk mengalami obesitas bila Individu yang memiliki varian gen GG atau lebih rendah dibanding dengan varian AA.
menerapkan diet tinggi lemak jenuh (≥22 GC mengalami penurunan berat badan lebih
gram/hari) dibandingkan bila menerapkan besar dan kehilangan lebih banyak lemak Gen GLUT2/Persepsi rasa manis
diet rendah lemak jenuh (<22 gram/hari). Hal tubuh dibandingkan dengan mereka yang Transporter glukosa tipe 2 (GLUT2) terlibat
ini tidak terjadi pada individu dengan varian memiliki varian CC. Hal ini terjadi ketika mereka dalam pengaturan glukosa di dalam tubuh.
TT dan TC. menerapkan diet tinggi MUFA.21 Ekspresi gen ini telah ditemukan di area otak
yang terlibat dalam mengontrol asupan
Gen FTO Pada grafik 8 didapatkan perubahan BMI yang makanan. Individu yang memiliki varian TT
Lemak tak jenuh, termasuk tak jenuh tunggal signifikan pada individu dengan varian GG atau TC dari gen ini memiliki preferensi
atau mono unsaturated fat (MUFA) dan lemak dan GC pada gen PPARy2 ketika menerapkan
tak jenuh ganda atau poly unsaturated fat
(PUFA), seperti yang ditemukan dalam minyak
zaitun, almond ,dan minyak biji anggur, dapat
membantu mengurangi risiko obesitas dan
kardiovaskular. Riset menunjukkan bahwa
variasi dalam gen FTO dapat berdampak pada
respons terhadap MUFA dan PUFA.19
memiliki rerata asupan sukrosa harian yang untuk menurunkan regulasi perilaku makan.
jauh lebih tinggi dibanding varian CC. Hasil penelitian Quebec Family Study pada
660 individu overweight dan obesitas berhasil
Gen MC4R/Kecenderungan Mengemil mengidentifikasi varian genetik dalam NMB,
Gen MC4R mengkode reseptor melanocortin rs1051168, yang dikaitkan dengan tanggapan
4 yang ditemukan di daerah hipotalamus; peserta terhadap three-factor eating
area yang mengontrol rasa lapar dan nafsu questionnaire (TFEQ).
makan. Gen MC4R memainkan peran penting
dalam pengaturan nafsu makan dan isyarat
lapar. Penelitian menunjukkan bahwa individu
dengan varian CC atau CT dari gen MC4R lebih
*Significantly higher oleic acid flavour threshold in mungkin untuk makan di antara waktu makan
individuals with the enhanced response variant (AA)
compared to the GG or GA variants. (mengemil) lebih sering serta memiliki nafsu
Grafik 9. Ambang rasa asam oleat (lemak) oleh
makan yang tinggi.24
genotip CD36.22
*OR = 1.9, 95% CI 1.15, 3.06; p = 0.01.
terhadap makanan dan minuman manis dan Grafik 12. Kecenderungan untuk lapar pada varian
lebih cenderung mengonsumsi gula secara gen NMB25
berlebihan. Selain itu, mereka yang memiliki
varian terkait dengan asupan makanan manis Pada Grafik 12 terlihat individu dengan varian
yang lebih tinggi, juga telah terbukti memiliki TT pada gen NMB memiliki kecenderungan
risiko mudah mengalami carries pada gigi.23 rasa lapar yang lebih tinggi dibanding varian
GG dan GT.
DAFTAR PUSTAKA:
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar Kementrian Kesehatan Republik Indonesia [Internet]. 2018. Available from: https://kesmas.
kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf
2. Guh DP, Zhang W, Bansback N, Amarsi Z, Birmingham CL, Anis AH. The incidence of co-morbidities related to obesity and overweight: A systematic review and
meta-analysis. BMC Public Health. 2009;9:88. doi: 10.1186/1471-2458-9-88.
3. Lauby-Secretan B, Scoccianti C, Loomis D, Grosse Y, Bianchini F, Straif K for International Agency for Research on Cancer Handbook Working Group. Body fatness and
cancer--Viewpoint of the IARC working group. N Engl J Med. 2016;375(8):794-8. doi: 10.1056/NEJMsr1606602.
4. Poirier P, Giles TD, Bray GA, Hong Y, Stern JS, Pi-Sunyer FX, et al. Obesity and cardiovascular disease: Pathophysiology, evaluation, and effect of weight loss: An update
of the 1997 American Heart Association Scientific Statement on Obesity and Heart Disease from the Obesity Committee of the Council on Nutrition, Physical
Activity, and Metabolism. Circulation 2006;113(6):898-918. doi: 10.1161/CIRCULATIONAHA.106.171016.
5. Nielsen DE, El-Sohemy A. Disclosure of genetic information and change in dietary intake: A randomized controlled trial. PLoS ONE 2014;9(11):112665. doi:10.1371/
journal.pone.0112665
6. Ronteltap A, van Trijp JC, Renes RJ. Consumer acceptance of nutrigenomics-based personalised nutrition. Br J Nutr. 2009;101(1):132-44. doi: 10.1017/
S0007114508992552.
7. Cozzolino SMF, Cominetti C. Biochemical and physiological bases of nutrition in different stages of life in health and disease. 1st ed. São Paulo, Brazil: Monole; 2013.
8. Sales NM, Pelegrini PB, Goersch MC. Nutrigenomics: Definitions and advances of this new science. J Nutr Metab. 2014;2014:202759. doi:10.1155/2014/202759
9. WHO Regional Office for the Western Pacific. The Asia-Pacific perspective: Redefining obesity and itstreatment. Sydney: Health Communications Australia [Internet].
2000. Available from: https://apps.who.int/iris/handle/10665/206936
10. Wittich CM, Beckman TJ, Collins NM, Szostek JH, Schwenk NM, Wang AT. Mayo Clinic internal medicine board review. 11th ed. United Kingdom: Oxford University
Press;2013.
11. Saridewi B. Penatalaksanaan obesitas [Internet]. 2021. Available from: https://www.alomedika.com/penyakit/endokrinologi/obesitas/penatalaksanaan
12. Nagai N, Sakane N, Tsuzaki K, Moritani T. UCP1 genetic polymorphism (-3826A/G) diminishes resting energy expenditure and thermoregulatory sympathetic
nervous system activity in young females. Int J Obesity 2011;35:1050-5.
13. Andreasen CH, Stender-Petersen KL, Mogensen MS, Torekov SS, Wegner L, Andersen G, et al. Low physical activity accentuates the effect of the FTO rs9939609
polymorphism on body fat accumulation. Diabetes. 2008;57:95-101.
14. Reddon H, Gerstein HC, Engert JC, Mohan V, Bosch J, Desai D, et al. Physical activity and genetic predisposition to obesity in a multiethnic longitudinal study.
Scientific Reports 2016;6:1-10.
15. Garenc C, Pérusse eL, Chagnon YC, Rankinen T, Gagnon J, Borecki IB, et al. Effects of 2-adrenergic receptor gene variants on adiposity: The HERITAGE family study.
Obesity Res. 2003;11:612-8.
16. Zhang X, Qi Q, Zhang C, Smith SR, Hu FB, Sacks FM, et al. FTO genotype and 2-year change in body composition and fat distribution in response to weight-loss diets:
The POUNDS LOST trial. Diabetes 2012;61(11):3005-11.
17. Grau K, Cauchi S, Holst C, Astrup A, Martinez JA, Saris WHM, et al. TCF7L2 rs7903146-macronutrient interaction in obese individuals’ responses to a 10-wk randomized
hypoenergetic diet. Am J Clin Nutr. 2010;91:472-9.
18. Corella D, Peloso G, Arnett DK, Demissie S, Cupples LA, Tucker K, et al. APOA2, dietary fat, and body mass index: replication of a gene- diet interaction in 3 independent
populations. Arch InternMed. 2009;169:1897-906.
19. Phillips CM, Kesse-Guyot E, McManus R, Hercberg S, Lairon D, Planells R, et al. High dietary saturated fat intake accentuates obesity risk associated with the fat mass
and obesity-associated gene in adults. J Nutr. 2012;142:824-31. 20.
20. Rodrigues GK, Resende CMM, Durso DF, Rodrigues LAA, Silva JLP, Reis RC, et al. A single FTO gene variant rs9939609 is associated with body weight evolution in a
multiethnic extremely obese population that underwent bariatric surgery. Nutrition. 2015;31:1344-50.
21. Garaulet M, Smith CE, Hernández-González T, Lee YC, Ordovás JM. PPARy Pro12Ala interacts with fat intake for obesity and weight loss in a behavioural treatment
based on the Mediterranean diet. Molecular Nutr Food Res. 2011;55:1771-9.
22. Melis M, Sollai G, Muroni P, Crnjar R, Barbarossa IT. Associations between orosensory perception of oleic acid, the common single nucleotide polymorphisms
(rs1761667 and rs1527483) in the CD36 gene, and 6-n-propylthiouracil (PROP) tasting. Nutrients 2015;7(3):2068-84.
23. Kulkarni GV, Chng T, Eny KM, Nielsen D, Wessman C, El-Sohemy A. Association of GLUT2 and TAS1R2 genotypes with risk for dental caries. Caries Res. 2013;47:219-25
24. Stutzmann F, Cauchi S, Durand E, Calvacanti-Proença C, Pigeyre M, Hartikainen AL, et al. Common genetic variation near MC4R is associated with eating behaviour
patterns in European populations. Int J Obes. 2009;33:373-8.
25. Bouchard et al. Am J Clin Nutr. 2004;80(6):1478– 86.
26. National Human Genome Research Institute. The human genome project [Internet]. 2020. Available from: https://www.genome.gov/human-genome-project
27. Wanti W, Sambara J, Kristina RH, Hilaria M, Yuliani NN, Shagti I, et al. Buku panduan gerakan hidup sehat di masa pandemi COVID-19. 2021. Yarsa ISBN: 978-623-
97106-4-4
28. Lepretti M, Martucciello S, Burgos Aceves MA, Putti R, Lionetti L. Omega-3 fatty acids and insulin resistance: Focus on the regulation of mitochondria and endoplasmic
reticulum stress. Nutrients 2018;10(3):350. https://doi.org/10.3390/nu10030350
ABSTRAK
Kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel abnormal tubuh. Terapi konvensional seperti pembedahan, kemoterapi,
dan radioterapi masih menghadapi masalah kekambuhan karena sisa sel maligna dan/atau metastasis tumor. Imunoterapi merupakan terobosan
dalam terapi kanker, dengan menggunakan sistem imun tubuh untuk menginduksi respons anti-tumor. Penghambat immune checkpoint seperti
penghambat PD-1 atau PD-L1 telah diindikasikan dan direkomendasikan untuk banyak jenis kanker. Kejadian tak diinginkan terkait imun dapat
diatasi secara simtomatik.
ABSTRACT
Cancer is a disease characterized by uncontrolled growth of abnormal body cells. Conventional anti-cancer treatments such as surgery,
chemotherapy, and radiotherapy are still encountered relapse due to residual malignant cells and/or tumor metastases. Immunotherapy is
a breakthrough for cancer treatment; it utilizes body’s immune system to induce anti-tumor response. Immnue checkpoint inhibitors such
as PD-1 or PD-L1 inhibitor have been indicated and recommended for many cancers. Immune related adverse events are well controlled by
symptomatic treatment. Hastarita Lawrenti. Immune Checkpoint Inhibitors for Cancer Therapy.
PENDAHULUAN molekuler sel neoplastik mengidentifikasi (NK) yang berumur pendek.1,4 Sel-sel imun
Kanker merupakan penyakit kompleks yang target molekuler baru yang dapat dihambat alami akan mengenali sel non-host dan
ditandai dengan pertumbuhan tidak terkendali oleh molekul kecil penghambat selektif atau mempresentasikan antigen pada sel-sel
sel-sel abnormal. Kanker menyebabkan lebih antibodi monoklonal.6 imun adaptif.1,4 Selain itu, sel-sel imun alami
dari 9,9 juta kematian di seluruh dunia pada juga memiliki reseptor untuk mengenali
tahun 2020.1,2 Menurut Globocan tahun 2020, Imunoterapi merupakan terobosan baru mikroorganisme, sel-sel rusak, dan yang
terdapat hampir 400.000 kasus kanker dan untuk terapi kanker dan merevolusi bidang mengalami transformasi seperti sel-sel tumor.1
lebih dari 200.000 kematian karena kanker di onkologi.7 Terapi ini menggunakan sistem
Indonesia.3 Kematian terkait kanker di seluruh imun tubuh untuk menginduksi respons anti- Sistem imun adaptif menghasilkan respons
dunia diperkirakan akan mencapai 22 juta tumor, sehingga kanker dapat dihancurkan.1,7 berlangsung lama menggunakan sel T dan
pada tahun 2030.1 Yang termasuk imunoterapi adalah vaksin sel B yang akhirnya menghasilkan memori
kanker, terapi sitokin, transfer sel adoptif, terapi imun.1,4 Sel T dan sel B berproliferasi setelah
Berbagai terapi kanker seperti pembedahan, virus onkolitik, dan penghambat immune mengenali antigen dan menghancurkannya
radioterapi, kemoterapi, atau kombinasi checkpoint.7 melalui berbagai mekanisme.1,4
terapi tersebut telah tersedia dan diberikan
berdasarkan jenis dan stadium kanker.1,4,5 Sistem Imun dan Perannya dalam Siklus Baik sistem imun alami maupun adaptif
Terapi-terapi tersebut bermanfaat untuk Imunitas Kanker berperan penting dalam menghasilkan
eradikasi tumor primer, tetapi kejadian Sistem imun terdiri dari komponen imun respons anti-kanker yang menyebabkan
kekambuhan masih sering dihadapi karena alami dan adaptif.1,4 Sistem imun alami sel-sel kanker dihancurkan secara efektif.1,4,8
sel-sel maligna yang bermetastasis.4 Pada merupakan perlindungan pertama terhadap Proses pengenalan dan penghancuran
awal tahun 1980-an, penemuan dalam antigen dan berperan menghasilkan monosit, sel kanker merupakan proses kompleks
bidang imunologi, biologi sel, dan biologi makrofag, sel dendritik, dan sel natural killer koordinasi dari banyak sel, dikenal sebagai
Alamat Korespondensi email: hastarita.lawrenti@kalbe.co.id
Penghambat Immune Checkpoint untuk fatigue, diare, ruam, pruritus, mual, Sebagai terapi tunggal: fatigue, nyeri
Kanker nyeri muskuloskeletal, demam, batuk, muskuloskeletal, penurunan nafsu makan,
Penghambat PD-1/PD-L1 digunakan untuk penurunan nafsu makan, muntah, nyeri pruritus, diare, mual, ruam, demam, batuk,
mengarahkan keseimbangan terhadap abdomen, dispnea, infeksi saluran napas dispnea, konstipasi, dan nyeri abdomen.
aktivasi imun, sehingga meningkatkan respons atas, artralgia, sakit kepala, hipotiroidisme, Kombinasi dengan kemoterapi: fatigue/
imun terhadap kanker.14 Penghambat PD-1 penurunan berat badan, dan pusing. astenia, mual, konstipasi, diare, penurunan
berinteraksi dengan PD-1 yang mencegah Kombinasi dengan ipilimumab dan nafsu makan, ruam, muntah, batuk, dispnea,
ikatan PD-L1 atau PD-L2 dengan PD-1.14 Dua kemoterapi platinum: fatigue, nyeri demam, alopesia, neuropati perifer, inflamasi
penghambat PD-1 yang paling representatif muskuloskeletal, mual, diare, ruam, mukosa, stomatitis, sakit kepala, dan
dan telah disetujui oleh US FDA untuk terapi penurunan berat badan, konstipasi, dan penurunan berat badan.
berbagai kanker adalah nivolumab dan pruritus. Kombinasi dengan axitinib: diare, fatigue/
pembrolizumab.14 Penghambat PD-1 lain Kombinasi dengan cabozantinib: diare, astenia, hipertensi, hepatotoksisitas,
adalah sintilimab, tislelizumab, camrelizumab.14 fatigue, hepatotoksisitas, sindrom hipotiroidisme, penurunan nafsu makan,
Sementara itu, penghambat PD-L1 yang eritrodisestesia palmar plantar, stomatitis, eritrodisestesia palmar plantar, mual,
digunakan untuk terapi kanker antara lain ruam, hipertensi, hipertiroidisme, nyeri stomatitis/inflamasi mukosa, disfonia, ruam,
atezolizumab, durvalumab, dan avelumab.12,14 muskuloskeletal, penurunan nafsu makan, batuk, dan konstipasi.
Penghambat PD-1 dan PD-L1 yang akan mual, disgeusia, nyeri abdomen, batuk, Kombinasi dengan lenvatinib: fatigue,
dibahas dalam artikel ini adalah nivolumab, dan infeksi saluran napas atas. hipertensi, nyeri muskuloskeletal,
pembrolizumab, dan atezolizumab. Kombinasi dengan kemoterapi hepatotoksisitas, diare, penurunan nafsu
mengandung fluoropyrimidine dan makan, hipotiroidisme, mual, stomatitis,
Nivolumab platinum: neuropati perifer, mual, fatigue, muntah, penurunan berat badan, nyeri
Nivolumab merupakan antibodi monoklonal diare, muntah, penurunan nafsu makan, abdomen, sakit kepala, konstipasi, infeksi
anti-PD-1 human IgG4 yang bekerja dengan nyeri abdomen, konstipasi, dan nyeri saluran kemih, disfonia, kejadian perdarahan,
mengikat reseptor PD-1 dan menghambat muskuloskeletal. hipomagnesemia, eritrodisestesia palmar
interaksinya dengan PD-L1 dan PD-L2, plantar, dispnea, batuk, dan ruam.
sehingga mengembalikan respons imun.12,15 Pembrolizumab
Terapi ini pertama kali disetujui oleh US FDA Pembrolizumab merupakan antibodi Atezolizumab
pada 22 Desember 2014.16 monoklonal human IgG4k terhadap PD-1 yang Atezolizumab merupakan antibodi monoklonal
bekerja dengan mengikat reseptor PD-1 dan fully human IgG1 yang bekerja dengan mengikat
Dalam perkembangannya, nivolumab telah menghambat interaksinya dengan PD-L1 dan PD-L1 dan menghambat interaksinya dengan
memiliki banyak indikasi seperti melanoma, PD-L2, sehingga mengembalikan respons reseptor PD-1 dan B7.1 sehingga melepaskan
kanker paru jenis bukan sel kecil, mesotelioma imun.12,14,17 Terapi ini pertama kali disetujui oleh penghambatan dan mengaktifkan respons
pleura maligna, karsinoma sel renal, limfoma US FDA pada 4 September 2014.16 imun.12,14,18 Terapi ini telah disetujui oleh US
Hodgkin klasik, kanker kepala dan leher FDA pada 18 Mei 2016.16 Indikasi yang telah
sel skuamosa, karsinoma urotelial, kanker Pembrolizumab telah diindikasikan untuk disetujui untuk atezolizumab adalah karsinoma
kolorektal, karsinoma hepatoseluler, kanker berbagai kanker, yaitu melanoma, kanker paru urotelial, kanker paru jenis bukan sel kecil, kanker
esofagus, dan kanker gaster, perbatasan jenis bukan sel kecil, kanker kepala leher sel payudara tripel negatif, kanker paru jenis sel
gastroesofageal dan esofageal.15 Secara skuamosa, limfoma Hodgkin klasik, primary kecil, karsinoma hepatoseluler, dan melanoma.18
umum, nivolumab diberikan dengan dosis mediastinal large B-cell lymphoma (PMBCL), Dosisnya adalah 840 mg setiap 2 minggu atau
240 mg setiap 2 minggu atau 480 mg setiap karsinoma urotelial, kanker dengan microsatellite 1200 mg setiap 3 minggu atau 1680 mg setiap
3 minggu dengan cara diinfuskan selama instability high atau defisiensi mismatch repair, 4 minggu.18 Infus pertama diberikan selama 60
30 menit.15 Nivolumab dapat diberikan kanker kolorektal microsatellite instability high menit dan jika ditoleransi pasien, infus berikutnya
tunggal atau dalam kombinasi dengan atau defisiensi mismatch repair, kanker gaster, dapat diberikan selama 30 menit.18 Atezolizumab
ipilimumab (antibodi monoklonal anti- kanker esofageal, kanker serviks, karsinoma dapat diberikan tunggal atau kombinasi dengan
CTLA4), cabozantinib, ataupun kemoterapi hepatoseluler, karsinoma sel Merkel, karsinoma kemoterapi atau bevacizumab atau cobimetinib
mengandung fluoropyrimidine dan platinum.15 sel renal, karsinoma endometrium, kanker dan vemurafenib.
Efek samping yang sering dijumpai (≥20%) dengan tumor mutational burden high, karsinoma
adalah:15 kutaneus sel skuamosa, kanker payudara tripel Efek samping yang sering dijumpai (≥20%)
Sebagai terapi tunggal: fatigue, ruam, negatif.17 Secara umum, terapi ini diberikan adalah:18
nyeri muskuloskeletal, pruritus, diare, dengan dosis 200 mg setiap 3 minggu atau 400 Sebagai terapi tunggal: fatigue/astenia, mual,
mual, astenia, batuk, dispnea, konstipasi, mg setiap 6 minggu yang diinfuskan selama batuk, dispnea, dan penurunan nafsu makan.
penurunan nafsu makan, nyeri punggung, 30 menit.17 Pembrolizumab dapat diberikan Kombinasi dengan kemoterapi: fatigue/
artralgia, infeksi saluran napas atas, secara tunggal atau dikombinasikan dengan astenia, mual, alopesia, konstipasi, diare, dan
demam, sakit kepala, nyeri abdomen, dan kemoterapi, axitinib, atau lenvatinib.17 Efek penurunan nafsu makan (pasien kanker
muntah. samping yang sering dijumpai (≥20%) adalah:17 paru); penurunan hemoglobin, penurunan
Kombinasi dengan ipilimumab: leukosit, penurunan neutrofil, alopesia,
penurunan limfosit, neuropati perifer, fatigue, pendek pada pasien dengan prednisone ≥10 mg perbatasan gastroesofageal, kanker urotelial,
mual, diare, konstipasi, batuk, sakit kepala, untuk gejala terkait kanker dibandingkan pasien dan kanker sel renal, yang mendapat anti-PD-1
muntah, dan penurunan nafsu makan dengan prednisone ≥10 mg untuk gejala tidak (nivolumab/pembrolizumab) atau anti-PD-L1
(pasien kanker payudara). terkait kanker dan pasien dengan prednisone (atezolizumab/avelumab).22 Hasilnya adalah anti-
Kombinasi dengan bevacizumab: hipertensi, <10 mg (median PFS 1,4 bulan vs 4,6 bulan vs PD-1 menunjukkan survival lebih baik dengan
fatigue, dan proteinuria. 3,4 bulan; p <0,001 dan median OS 2,2 bulan profil keamanan sebanding dengan anti-PD-L1
Kombinasi dengan cobimetinib dan vs 10,7 bulan vs 11,2 bulan; p <0,001).21 Untuk untuk terapi kanker.22
vemurafenib: ruam, nyeri muskuloskeletal, gejala tidak terkait kanker (seperti terapi penyakit
fatigue, hepatotoksisitas, demam, mual, autoimun, flare penyakit paru obstruktif kronik, Studi lain fokus pada monoterapi lini kedua
pruritus, edema, stomatitis, hipotiroidisme, profilaksis reaksi hipersensitivitas, atau tata laksana nivolumab, pembrolizumab, atau atezolizumab
dan reaksi fotosensitivitas. nyeri non-kanker), tidak terdapat perbedaan dan melaporkan hasil yang sebanding pada
dalam hal survival pada pasien yang mendapat pasien kanker paru jenis bukan sel kecil.22 Suatu
Pemberian Bersama Steroid prednisone ≥10 mg dan <10 mg.21 Di sisi lain, perbandingan tidak langsung menggunakan
Dalam kombinasi penghambat immune penggunaan steroid dengan tujuan mengatasi data pasien individual dari uji klinik
checkpoint dengan kemoterapi berbasis kejadian tak diinginkan terkait imun selama menggunakan pembrolizumab plus kemoterapi,
platinum, steroid secara rutin diberikan sebagai terapi penghambat immune checkpoint tidak atezolizumab plus kemoterapi, atau atezolizumab
anti-emetik.19 Selain itu, pasien kanker sering mempengaruhi efikasinya.19,20 Pemberian steroid plus bevacizumab plus kemoterapi untuk kanker
mendapat steroid untuk terapi simtomatik terkait pada pasien yang mendapat terapi penghambat paru jenis bukan sel kecil non-skuamosa stadium
kanker seperti dispnea, fatigue, kaheksia, dan immune checkpoint masih diperdebatkan.19 lanjut menunjukkan bahwa pembrolizumab plus
metastasis otak simtomatik.19,20 Di sisi lain, steroid kemoterapi menghasilkan OS dan PFS lebih baik
dapat menurunkan efek penghambat immune Perbandingan Penghambat PD-1/PD-L1 secara bermakna dibandingkan atezolizumab
checkpoint dengan menekan respons imun Mengingat belum ada perbandingan langsung plus kemoterapi serta PFS lebih baik secara
diinduksi IL-2 dan sel T CD8+, dan meningkatkan antara penghambat PD-1 dan penghambat PD- bermakna dibandingkan atezolizumab plus
Treg.19 L1, dilakukan tinjauan sistematik dan meta-analisis bevacizumab plus kemoterapi.23
untuk mengetahui efikasi dan keamanannya.22
Ricciuti, dkk. melaporkan bahwa pasien yang Satu meta-analisis yang dipresentasikan pada Kejadian Tidak Diinginkan Terkait Imun
mendapat steroid ekuivalen prednisone ≥10 mg pertemuan tahunan American Society of Clinical Kejadian tidak diinginkan yang menjadi perhatian
saat dimulainya terapi penghambat immune Oncology 2018 menunjukkan bahwa tidak pada penggunaan anti-PD-1/PD-L1 adalah
checkpoint memiliki survival lebih pendek terdapat perbedaan efikasi dan keamanan anti- kejadian tidak diinginkan terkait imun (immune-
(median PFS/progression free survival 2 bulan PD-1 dan anti-PD-L1 pada jenis kanker yang related adverse event/IRAE) karena aktivasi sistem
vs 3,4 bulan; p= 0,01 dan median OS/overall berbeda.22 Tinjauan sistematik dan meta-analisis imun yang berlebihan.24 IRAE semua derajat
survival 4,9 bulan vs 11,2 bulan; p < 0,001) lain dipublikasikan pada tahun 2019 melibatkan dapat dijumpai pada 5-20% pasien dengan anti-
dibandingkan pasien yang mendapat steroid 19 uji klinik dari 11.379 pasien dengan kanker PD-1 seperti fatigue, nyeri kepala, artralgia, ruam,
ekuivalen prednisone ≤10 mg.19,21 Survival lebih paru jenis bukan sel kecil, kanker gaster atau pruritus, pneumonitis, diare dan/atau kolitis,
hepatitis, dan endokrinopati. Sekitar 10% pasien semua derajat dan derajat ≥3 paling rendah dapat dihentikan sementara dan diberikan
mengalami IRAE derajat ≥3.24 Sebagian besar (66,4% dan 15,1%) diikuti nivolumab (71,8% dan steroid atau antibodi monoklonal dengan target
IRAE terjadi dalam 6 bulan pertama terapi dan 14,1%), pembrolizumab (75,1% dan 19,8%), dan sitokin inflamasi pada pasien refrakter steroid.24
dapat membutuhkan waktu lebih lama untuk ipilimumab (86,8% dan 28,6%).24,25 Terapi dengan
pulih.24 Anti-PD-L1 secara teori diperkirakan atezolizumab berisiko paling tinggi untuk SIMPULAN
kurang bersifat toksik dibandingkan anti-PD-1 hipotiroidisme, mual, dan muntah, sedangkan Imunoterapi merupakan terobosan baru
karena sinyal PD-L2 masih dipertahankan, kejadian predominan terkait pembrolizumab terapi kanker dengan menggunakan sistem
sehingga memelihara homeostasis imun.24 Data adalah artralgia, pneumonitis, dan toksisitas hati; imun tubuh untuk menginduksi respons anti-
meta-analisis menunjukkan bahwa kejadian nivolumab terutama menyebabkan toksisitas tumor, sehingga kanker dapat dihancurkan.
pneumonitis lebih tinggi dengan anti-PD-1 (4,9% endokrin.14,24 Penghambat immune checkpoint berupa
vs 1,9%; p <0,001).24 penghambat PD-1/PD-L1 termasuk imunoterapi
Spektrum sistem organ yang terkena IRAE sangat untuk berbagai kanker, baik secara tunggal
Dalam tinjauan sistematik dan meta-analisis yang luas, hampir semua organ dapat terkena dengan maupun kombinasi dengan terapi lain,
melibatkan 15.370 pasien, atezolizumab memiliki frekuensi dan tingkat keparahan yang bervariasi.24 direkomendasikan oleh guideline internasional,
profil keamanan keseluruhan yang paling Jika kejadian bersifat berat, terapi dihentikan dan memiliki profil keamanan yang memadai.
baik, dengan risiko kejadian tidak diinginkan secara permanen dan jika bersifat ringan, terapi
DAFTAR PUSTAKA:
1. Akkin S, Varan G, Bilensoy E. A review on cancer immunotherapy and applications of nanotechnology to chemoimmunotherapy of different cancers. Molecules
2021;26:3382.
2. Globocan. World [Internet]. 2020 [cited 2021 Aug 9]. Available from: https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/900-world-fact-sheets.pdf
3. Globocan. Indonesia [Internet]. 2020 [cited 2021 Aug 9]. Available from: https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheets.pdf
4. Zhang H, Chen J. Current status and future directions of cancer immunotherapy. J Cancer 2018;9(10):1773-81.
5. Arruebo M, Vilaboa N, Saez-Gutierrez B, Lambea J, Tres A, Valladares M, et al. Assessment of the evolution of cancer treatment therapies. Cancers 2011;3:3279-330.
6. Falzone L, Salomone S, Libra M. Evolution of cancer pharmacological treatments at the turn of the third millenium. Front Pharmacol. 2018;9:1300.
7. Zhang Y, Zhang Z. The history and advances in cancer immunotherapy: Understanding the characteristics of tumor-infiltrating immune cells and their therapeutic
implications. Cell Mol Immunol. 2020;17:807-21.
8. Lee L, Gupta M, Sahasranaman S. Immune checkpoint inhibitors: An introduction to the next-generation cancer immunotherapy. J Clin Pharmacol. 2016;56(2):157-
69.
9. Vinay DS, Ryan EP, Pawelec G, Talib WH, Stagg J, Elkord E, et al. Immune evasion in cancer: Mechanistic basis and therapeutic strategies. Semin Cancer Biol.
2015;35:185-98.
10. Jiang X, Wang J, Deng X, Xiong F, Ge J, Xiang B, et al. Role of the tumor microenvironment in PD-L1/PD-1-mediated tumor immune escape. Mol Cancer 2019;18:10.
11. Makuku R, Khalili N, Razi S, Keshavarz-Fathi M, Rezaei N. Current and future perspectives of PD-1/PDL-1 blockade in cancer immunotherapy. J Immunol Res.
2021;2021:6661406.. doi: 10.1155/2021/6661406.
12. Jiang Y, Chen M, Nie H, Yuan Y. PD-1 and PD-L1 in cancer immunotherapy: Clinical implications and future considerations. Hum Vaccines Immunother. 2019;15(5):1111-
22.
13. Dermani FK, Samadi P, Rahmani G, Kohlan AK, Najafi R. PD-1/PD-L1 immune checkpoint: Potential target for cancer therapy. J Cell Physiol. 2019;234:1313-25.
14. Chen Y, Pei Y, Luo J, Huang Z, Yu J, Meng X. Looking for the optimal PD-1/PD-L1 inhibitor in cancer treatment: A comparison in basic structure, function, and clinical
practice. Front Immunol. 2020;11:1088.
15. Nivolumab. Product information [Internet]. Available from: www.fda.gov
16. Vaddepally RK, Kharel P, Pandey R, Garje R, Chandra AB. Review of indications of FDA-approved immune checkpoint inhibitors per NCCN guidelines with the level
of evidence. Cancers 2020;12:738.
17. Pembrolizumab. Product information [Internet]. Available from: www.fda.gov
18. Atezolizumab. Product information [Internet]. Available from: www.fda.gov
19. Onoi K, Chihara Y, Uchino J, Shimamoto T, Morimoto Y, Iwasaku M, et al. Immune checkpoint inhibitors for lung cancer treatment: A review. J Clin Med. 2020;9:1362.
20. Petrelli F, Signorelli D, Ghidini M, Ghidini A, Pizzutilo EG, Ruggieri L, et al. Association of steroids use with survival in patients treated with immune checkpoint
inhibitors: A systematic review and meta-analysis. Cancers 2020;12:546.
21. Ricciuti B, Dahlberg SE, Adeni A, Sholl LM, Nishino M, Awad MM. Immune checkpoint inhibitor outcomes for patients with non-small-cell lung cancer receiving
baseline corticosteroids for palliative versus nonpalliative indications. J Clin Oncol. 2019;37:1927-34.
22. Duan J, Cui L, Zhao X, Cai S, Wang G, Zhao Z, et al. Use of immunotherapy with programmed cell death 1 vs programmed cell death ligand 1 inhibitors in patients
with cancer. A systematic review and meta-analysis. JAMA Oncol. 2020;6(3):375-84.
23. Halmos B, Burke T, Kalyvas C, Vandormael K, Frederickson A, Piperdi B. Pembrolizumab + chemotherapy versus atezolizumab + chemotherapy +/- bevacizumab for
the first-line treatment of non-squamous NSCLC: A matching-adjusted indirect comparison. Lung Cancer 2021;155:175-82.
24. Martins F, Sofiya L, Sykiotis GP, Lamine F, Maillard M, Fraga M, et al. Adverse effects of immune-checkpoint inhibitors: Epidemiology, management and surveillance.
Nat Rev Clin Oncol. 2019;16(9):563-80.
25. Xu C, Chen YP, Du XJ, Liu JQ, Huang CL, Chen L, et al. Comparative safety of immune checkpoint inhibitors in cancer: Systematic review and network meta-analysis.
BMJ 2018;363:4226.
INDEKS PENULIS
A K
Amanda Dianky 17 Ketut Angga Aditya Putra Pramana 6
D L
Dedianto Hidajat 6 Lydia Febriana 13
Dhanu Pribadi Putra 6
H
Hastarita Lawrenti 24
INDEKS SUBJEK
A N
Antioksidan 6 Nutrigenomik, nutrisi 17
D O
Dermatitis atopik 6 Obesitas 13, 17
Diet 13
S
G Sistem imun 24
Genetik 17 Stres oksidatif 6
Suplemen 13
I
Immune checkpoint 24 T
Imunoterapi 24 Terapi kanker 24