Pelindung dan Penasehat : Direktur Eksekutif Pusat Kajian Kedokteran dan Kesehatan Aceh
Mitra Bestari (Peer Reviewer) : Prof. Dr. dr. Nanan Sekarwana, SpAK, MARS (FK Unpad, Bandung)
Dr. dr. Muhammad Yamin, SpJP (K), FIHA, FSCAI (FK UI, Jakarta)
Dr. dr. Maimun Syukri, SpPD, KGH, FINASIM (FK Unsyiah, Banda Aceh)
Dr. dr. Aryono Hendarto, SpAK (FK UI, Jakarta)
dr. Insan Sosiawan A. Tunru, PhD (FK Yarsi, Jakarta)
Dr. dr. Rajuddin, SpOG, K-FER (FK Unsyiah, Banda Aceh)
Dr. dr. Oki Suwarsa, SpKK-K (FK Unpad, Bandung)
Dr. dr. Syahrul, SpS(K) (FK Unsyiah, Banda Aceh)
Dr. dr. Mulyadi, SpP(K) (FK Unsyiah, Banda Aceh)
Dr. dr. Azharuddin, SpOT-K-Spine, FICS (FK Unsyiah, Banda Aceh)
Alamat Redaksi : JL. Seuke Satu No. 18. Kopelma Darussalam Banda Aceh 23111
Telp : +62 811 6831 966
e-mail : jknamed@gmail.com
Penerbit : Pusat Kajian Kedokteran dan Kesehatan Aceh
Secara umum, ruang lingkup tulisan dalan Jurnal Kedok- Abstrak dan Kata Kunci
teran Delta Medika adalah: artikel hasil penelitian, tin-jauan
pustaka, dan laporan kasus. Tulisan dalam jurnal ini Setiap naskah artikel asli dan tinjauan pustaka
merupakan pandangan/ pendapat masing-masing penulis hendakn-ya disertai abstrak, ditulis dalam bahasa
dan tidak selalu merupakan pandangan atau ke-bijakan Indonesia atau Inggris. Abstrak ditulis pada halaman
instansi/lembaga/bagian tempat kerja si penulis. pertama di bawah nama dan institusi. Panjang anstrak
100-150 kata untuk naskah panjang atau 50-100 kata
Bentuk Naskah untuk naskah pendek. Kata kunci dicantumkan pada
halaman yang sama den-gan abstrak.
Naskah yang dikiririm kepada redaksi adalah naskah
yang khusus untuk diterbitkan oleh Jurnal Kedokteran Tabel dan Ganbar
Delta Medika. Bila naskah tersebut pernah dibahas atau
dibacakan dalam suatu petemuan ilmiah, hendaknya Tabel dan gambar yang melengkapi naskah dibuat
diberi keterangan mengenai nama, tempat, dan saat se-jela-jelanya dengan tinta hitam agar dapat
ber-langsungnya pertemuan tersebut. Naskah diketik langsung direproduksi, diberi nomor sesuai dengan
den-gan spasi ganda di atas kertas putih berukuran A4, urutan pemu-nculannya dalam naskah. Judul tabel
satu muka, dengan garis tepi minimum 2,5 cm. Panjang ditulis diatas dan catatan di bawahnya. Jelaskan
nas-kah tidak melebihi 10 halaman.Naskah disusun semua singkatan yang digunakan. Gambar
menggu-nakan bahasa Indonesia atau Inggris. Bila (termasuk skema atau grafik) hen-daknya jelas. Judul
menggunakan bahasa Indonesia, hendaknya mengikuti gambar hendanya ditulis di bawah gambar. Asal
kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Istilah rujukan tabel dan gambar dituliskan di bawahnya.
medis sedapat mungkin menggunakan istilah bahasa Penulisan Daftar Pustaka
Indonesia yang baku. Redaksi berhak mengubah
susunan bahasa tanpa mengubah isinya. Daftar pustaka didtulis menurut sistem Vancouver. Ru-
jukan di dalam nas (teks) harus disusun menurut angka
Tuliskan semua nama pengarang bila kurang dari tujuh. 5. Bab dalam buku
Bila jumlah pengarang tujuh orang atau lebih, tuliskan
hanya 3 pengrang pertama dan tambahkan dkk. Rowley AH, Shulman ST. Kawasaki disease.
Dalam: Beh-rman RE, Kliegman RM, Jenson HB,
1. Penulis pribadi penyunting. Nelson’s textboox of pediatrics; edisi
ke-16. Philadelphia: WB Saunders, 2000. h. 725-7.
Weler PF. Human eosinofil. J. Allergy Clin
Imunol 1997;100: 283-7. 6. Proseding komperensi
Cancer in South Africa [editorial] S. Afr Med J 1994; 84: 15 Bengston S, Solheim BG. Enforcement of data protec-tion,
privacy and security in medical informatics. Dalam: Lun KC,
Naskah dari Jurnal Degoultet P, Piemme TE, Reinhoff O, penyunting
MEDINFO 92. Proceding the 7th World Congress on Medi-
1. Naskah utama dalam jurnal/majalah cal Informatics: Sep 6-10, 1992. h. Geneva, Swiss. Amster-
dam: North Holland; 1992. h.1561-5.
Newburger JW, Takahashi M, Gerber MA. Diagnosis,
treatment and long term management of kawasaki 8. Laporan Ilmiah
dia-sease. Circulation 2004; 110: 2747-71.
Akutsu T. Total heart replecement device. Bthesda: Na-
2. Naskah suplemen dalam jurnal/majalah tional Institute of Health, National Heart and Lung Insti-
tute; 1974 Apr. Report No: NHH-NHL 1-69-2185-4
Solomkin JS, Hamsel DL, Sweet R, dkk. Evaluation of
new infective drugs for the treatment of intrabdominal 9. Disertasi
infec-tion. Clin Infect Dis 1992; 15 Suppl I: S33-42.
Hadinegoro SRS. Telaah endotoksemia pada
Naskah dari Buku dan Monograf perjalanan penyakit demam berdarah dengue: perhatian
khusus pada syok, produksi TNF-α, interleukin 6
3. Buku yang ditulis oleh penulis perseorangan. sebagai factor predictor demam berdarah dengue berat
[disertasi]. Ja-karta: Universitas Indonesia; 1996.
Miller FJW. Tuberculosis in children. Edisi ke-1. London:
Churchill Livingstone, 1982. 10. Artikel dalam koran
4. Penulis sebagai penyunting. Bellamy C. Gizi bayi adalah investasi masa depan.
Kom-pas 26 Januari 2000; hal 8 kolom 7-8.
Buchari Buchari : Survey Angka Infeksi Rumah Sakit tentang Infeksi Aliran 8
Darah Primer di RSUD Dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh
Cut Murzalina, : Perubahan Kadar Asam Urat pada Darah Mencit (Mus Musculus) 12
Khrisna W. Sucipto, yang Diinduksi dengan Kalium Oksonat Setelah Pemberian Ekstrak
Aga Aslam Etanol Daun Salam (Syzygium polyanthum Wight)
Meutia Maulina : Kerusakan Matriks Ekstraseluler pada Invasi dan Metastasis Sel Kanker- 19
Tantangan dalam Diagnosis dan Tatalaksana Tuberkulosis pada Anak
Bakhtiar Bakhtiar : Tantangan dalam Diagnosis dan Tatalaksana Tuberkulosis pada Anak 27
Tisnasari Hafsah : Keamanan pada Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) 44
Taufik Suryadi 91
: Degradasi DNA pada Jenazah yang Sudah Sangat Membusuk
Kata Kunci:
Kanker payudara, Kemoterapi, Alkaline Phosphatase, Parameter biokimia.
J. Ked. N. Med VOL. 1 NO. 1
Maret 201
1
Corresponding Author: ABSTRACT
Jalan Tgk. Daud Beureueh Background: Breast cancer is a malignant tumor originating from breast cells that are
No.108, Kota Banda Aceh, abnormal and grow very fast. As many as 1.7 million women worldwide are diagnosed
Aceh 24415 with breast cancer in 2012. ALP serves as the enzyme plays a role in bone formation
and bone mineralization process. Patients who chemotherapy can get the side effects of
chemotherapy drugs that interfere with bone growth plate so as to alter the levels of
ALP. The aim of this study is to see the picture of ALP levels before and after
chemotherapy in breast cancer patients in dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Methode: This research is a descriptive study using comparative study research design
and was conducted in September to November 2015 in dr.Zainoel Abidin General
Hospital in Banda Aceh. The analysis used in this study was independent sampels test.
Result: During the research conducted, collected as many as 12 respondents. The
independent sampels test results obtained p-value of 0.677 (p> 0.05).
Conclusion: It is concluded that there are no significant differences between the
levels of alkaline phosphatase before and after chemotherapy in breast cancer
patients in dr.Zainoel Abidin General Hospital in Banda Aceh.
Keywords: Breast Cancer, Chemotherapy, Alkaline Phosphatase, Biochemical Parameters
K
Indonesia. Jumlah pasien kanker payudara sebanyak
12.014 orang (28, 7%) dan kanker leher rahim 5.349
anker payudara adalah tumor ganas yang berasal orang (12,8%) kemudian pasien leukimia sebanyak
dari sel-sel payudara yang bersifat abnormal dan 4.342 orang (10,4%), lymphoma 3.486 orang (8,3%)
pertumbuhannya yang sangat cepat.(1) Sebanyak
1,7 juta wanita di dunia dan kanker paru 3.244 orang (7,8%). (4)
didiagnosa kanker payudara pada tahun 2012 dan Menurut Pusat Informasi dan Data Kementrian
6,3 juta wanita hidup dengan kanker payudara Kesehatan tahun 2013 didapatkan 1.869 pasien
selama 5 tahun. Semenjak tahun 2008 diperkirakan kanker payudara di Aceh.(5) Terdapat 106 pasien
jumlah pengidap kanker payudara akan meningkat kanker payudara yang menjalani kemoterapi pada
lebih dari 20% dengan angka kematian meningkat tahun 2014 di RSUD dr.Zainoel Abidin Banda Aceh.
14%. Kanker payudara merupakan penyebab utama Parameter biokimia ditemukan secara bersamaan
kematian pada perempuan, yaitu sebanyak 522.000 dengan proses neoplastik telah mengalami perubahan
kematian di tahun 2012. (2) patologik. Parameter biokimia mengalami peningkatan
Hasil diagnosa kanker payudara merupakan kanker yang berhubungan dengan tumor dan proses penyakit
yang paling sering diderita perempuan di Asia maupun di lainnya. Parameter biokimia ini dapat dijadikan penanda
dunia dan menjadi salah satu penyebab utama kematian stadium dari suatu kanker. Kenaikan atau penurunan
pada perempuan. Pada 2008 di Asia khususnya terhitung parameter biokimia berhubungan dengan bertambah atau
sebanyak 22% kasus kanker payudara dan 15% dari berkurangnya massa tumor. (6,7) Parameter ini dapat
jumlah tersebut mengakibatkan kematian. Pada kasus dijadikan indikator penegakan diagnosis, evaluasi terapi,
tersebut Negara Indonesia tercatat sebagai negara paling serta memperkirakan prognosis penyakit.(6) Pemeriksaan
tinggi angka kematiannya.(3) parameter biokima ini dianggap lebih murah dan lebih
Berdasarkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) mudah untuk dilakukan di laboratorium kecil dan
tahun 2010 menunjukkan bahwa kanker payudara laboratorium dengan teknologi canggih untuk menilai tanda
merupakan jenis kanker tertinggi pada pasien rawat kanker. (6) Parameter biokimia pada pasien
Smirnov 0,164 pada 2 kelompok di mana > 0,05 maka mengetahui data kadar alkaline phosphatase sebelum
berdasarkan uji lilliefors, data tiap kelompok dan sesudah kemoterapi memiliki distribusi yang normal
berdistribusi normal. P value uji Shapiro wilk pada dan memiliki variasi data yang sama, sehingga dapat
kelompok 1 sebesar 0,204 > 0,05 dan pada kelompok 2 dilanjutkan uji parametrik yang sesuai. Adapun hasil
independent sampel test dapat dilihat pada table 4.5
4
J. Ked. N. Med VOL. 1 NO. 1 Maret 201
Nilai hasil uji levene test untuk homogenitas sama endokrin, misalnya pemakaian terapi penggaanti
dengan bahasan di atas, yaitu homogen. Oleh karena estrogen untuk gejala pascamenopause atau riwayat
itu digunakan gunakan baris pertama yaitu equal pemakaian kontrasepsi hormonal dalam jangka
variances dengan nilai p > 0,05. Dengan melihat nilai sig waktu yang lama, riwayat menyusui atau tidak dan
atau p-value maka dapat disimpulkan bahwa terdapat gaya hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan
perbedaan yang tidak bermakna secara statistik antara meminum alcohol dan menderita obesitas dapat
hasil kadar alkaline phosphatase pasien sebelum memperbesar risiko terjadinya kanker payudara pada
kemoterapi dibandingkan dengan kadar alkaline wanita setelah ia melewati masa menopausenya.
phosphatase pasien sesudah kemoterapi. Besarnya Berdasarkan hasil independent sampels test pada
perbedaan rerata atau mean kedua kelompok gambar 4.5 menunjukkan adanya perbedaan tidak
ditunjukkan pada kolom mean difference, yaitu -6.250. bermakna pada kadar alkaline phosphatase sebelum dan
Karena bernilai negatif, maka berarti kelompok pertama sesudah kemoterapi pada pasien kanker payudara di
memiliki Mean lebih rendah dari pada kelompok kedua. Rumah Sakit dr.Zainoel Abidin Banda Aceh. Hal yang
sama didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Pasi
P. Hirvikoski, et al pada 194 pasien di Finland pada tahun
Tabel 4.5 Hasil Independent sampels test
1997(22) dan Luz-Milva, et al pada tahun 2005 yang
t-test for Equality of menunjukkan adanya peningkatan kadar ALP sesudah
Means kemoterapi yang dilakukan pada 168 pasien di Spanyol
Mean
P value Difference (23) .
Equal variances Pada penelitian yang dilakukan oleh Sandhya
ALP assumed 0.677 -6.250
Mishra, et al(8) terjadi penurunan kadar Alkaline
Equal variances not
assumed 0.677 -6.250 phosphatase didapatkan pada pasien kanker payudara
setelah menjalani mastektomi tanpa kemoterapi.
5
pembentukan tulang setelah mengalami kerusakan tulang. menemukan beberapa keterbatasan sehingga
(10) Kenaikan ALP berhubungan dengan adanya kerusakan penelitian ini masih jauh dari sempurna. Adapun
pada tulang. Sel neoplasma pada tulang dapat keterbatasan penelitian menurut penulis ialah:
meningkatkan kadar ALP dengan lesi yang menginduksi 1. Tidak adanya fasilitas Bone Scan untuk
reaksi osteoblastik, seperti metastasis tulang. (18) membedakan antara pasien yang
Kemoterapi sebagai antikanker akan memberikan mengalami kenaikan alkaline phosphatase
efek pada kepadatan tulang. Penelitian oleh Fan, et al akibat efek kemoterapi atau osteoporosis.
menjelaskan bahwa agen kemoterapi akan merusak 2. Ada beberapa sampel yang drop out karena pada
aktivitas lempeng pertumbuhan dan metafisik secara
saat pertama dilakukan informed consent, pasien
langsung melalui berbagai mekanisme dan akan
terserbut bersedia menjadi responden tetapi tidak
mengubah proses modeling atau remodeling melalui
kemabli sesuai waktu yang telah dijanjikan untuk
aksinya pada formasi sel tulang (ostebolas), resorpsi sel
dilakukan pengambilan data post kemoterapi
tulang (osteoklas) dan sel “perawatan” tulang (osteosit).
Penggunaan kemoterapi multi-agen akan menghentikan karena pasien meninggal atau tidak diperiksanya
pertumbuhan, menurunkan massa tulang, alkaline phosphatase post kemoterapi siklus I
meningkatkan resiko fraktur, dan/atau ostenekrosis 3. Tidak semua pasien memiliki hasil pemeriksaan
penunjang yang lengkap dan tidak semua data
pada pasien anak-anak.(12)
yang dibutuhkan peneliti dicatat lengkap dalam
Obat-obatan kemoterapi yang memberikan efek pada rekam medis pasien seperti hasil pemeriksaan
pertumbuhan tulang contohnya: doxorubicin, cisplatin, alkaline phosphatase sehingga menyulitkan peneliti
cyclophosphamide, etoposide, dexamethasone, untuk melakukan ngambilan data penelitian.
prednisolone, 5-fluorouracil, dan methotrexate(12). Pada 4. Terbatasnya waktu dalam penelitian, sehingga
penelitian ini responden yang menjalani kemoterapi jumlah responden yang didapat tidak maksimal.
menggunakan kombinasi TAC (Taxol, Adriamycin,
Cytoxan) yang merupakan perpaduan docetaxel,
doxorubicin dan cyclophosphamide. KESIMPULAN
Agen kemoterapi memberikan efek ke lempeng
pertumbuhan melalui mekanisme yang berbeda, salah Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka
satunya dengan cara menghilangkan kepadatan diperopleh kesimpulan terdapat perbedaan yang
tulang(12). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh tidak bermakna antara kadar alkaline phosphatase
Saarto, et al menjelaskan bahwa kemoterapi dapat sebelum dan sesudah kemoterapi siklus I pada
menurunkan kepadatan tulang punggung dan pada pasien kanker payudara di RSUD dr.Zainoel Abidin.
bagian leher femur sebesar sebesar -5,9% dan -2.0%
(28) . Pada penelitian lain yang dilakukan Vehmanen, et al DAFTAR PUSTAKA
menunjukkan penurunan massa tulang yang signifikan
terjadi setelah 5 tahun pada tulang punggung sebesar - 1. Jemal A, Center MM, DeSantis C, Ward EM.
0.3% dan -5.8% pada leher femur (22). Global patterns of cancer incidence and
Penggunaan tamoxifen sebagai terapi hormone mortality rates and trends. Cancer Epidemiol
Biomarkers Prev, 19, 1893-907. 2010
tambahan pada pasien kanker payudara memberikan efek
pada massa tulang. (23) . Pada pasien postmenopausal 2. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan
tamoxifen dapat menghentikan kehilangan kepadatan RI: 20134Roodman GD. Mechanism of bone
tulang dan meningkatkan kepadatan tulang. Pada pasien metastasis. N Engl J Med 2004; 350:1655-64.
premenopausal penggunaan tamoxifen dapat menurunkan 3. Virji, Mohamed A. Mercer, Donald W. Herberman, Ronald
kepadatan tulang (24). B. Tumor Markers in Cancer Diagnosis and Prognosis.
Dalam melaksanakan penelitian ini penulis masih CA: a cancer journal for clinicians. 1988. ; 38:104-126
13. Mundy GR. Metastasis to bone: causes, 23. Vehmanen L, Saarto T, Elomaa I, Makela P,
consequences and therapeutic opportunities. Nat Rev Valimaki M, Blomqvist C (2001) Long-term impact
Cancer 2002; 2:584-93 of chemotherapy-induced ovarian failure on bone
mineral density (BMD) in premenopausal breast
14. Dahlan, M.S. Besar sampel dan cara pengambilan
cancer patients. The effect of adjuvant clodronate
sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan.
treat- ment. Eur J Cancer 37:2373– 2378
Jakarta : salemba medika. 2010; 5-9
24. Powles TJ, Hickish T, Kanis JA, Tidy A, Ashley S: Effect of
15. Sastroasmoro, s. Pemilihan Subyek Penelitian.
tamoxifen on bone mineral density measured by dual-energy
In : Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. 4th
X-ray absorptiometry in healthy premenopausal and
ed. Jakarta: sagung seto. 2011; 99
postmenopausal women. J Clin Oncol 14: 1996; 78–84
Buchari Buchari
Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas
Syiah Kuala/Rumah Sakit Dr. Zaenoel Abidin, Banda Aceh
I
serta angka IADP per 1000 hari pemakaian CVC.
HASIL
nfeksi nosokomial merupakan infeksi yang terjadi di
Selama 4 bulan masa studi, diperoleh 60
rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya termasuk penderita yang memenuhi kriteria inklusi.
home care. Infeksi ini lebih dikenal dengan Healthcare-
Sebanyak 52% penderita berusia lebih dari 45
Associated Infections (HAIs) yang menjadi salah satu dari
sepuluh besar penyebab kematian di dunia dan tahun serta 58% penderita merupakan laki-laki.
merupakan masalah kesehatan utama.1 HAIs umumnya Jumlah penderita dengan pemasangan CVC
terjadi pada pasien rawat inap sebagai komplikasi dari
terbanyak pada bulan Juli yaitu 32% (tabel 1).
penyakit utama mereka. Kejadian tersebut dilaporkan
terjadi lebih tinggi pada negara berkembang
dibandingkan negara maju.2 Angka kejadian HAIs di Tabel 1. Karakteristik studi
ruang perawatan intensif pada negara berkembang
mencapai 47,9 per 1000 hari pasien, sedangkan pada Karakteristik n %
ruang perawatan intensif di Amerika
Usia
sebesar 13,6 per 1000 hari pasien.3
< 45 tahun 29 48
Salah satu jenis HAIs adalah Central Line
> 45 tahun 31 52
Associated Bloodstream Infection (CLABSI) atau infeksi
aliran darah primer (IADP). IADP merupakan Jenis kelamin
bakterimia primer pada pasien yang memakai kateter Laki-laki 35 58
vena sentral dalam 48 jam sebelum mengalami Perempuan 25 42
bakterimia, tidak ada batasan waktu minimal kateter Penderita dengan CVC
vena sentral harus terpasang agar tidak terjadinya Juli 19 32
infeksi dan tidak ditemukan adanya sumber infeksi Agustus 16 26
lain.4 kejadian IADP di dunia berdasarkan data dari September 12 20
National Healthcare Safety Network (NHSN) mencapai Oktober 13 22
1,5-6,5/1000 hari central venous chateterization (CVC).
Penderita dengan CVC yang mengalami IADP
Sedangkan angka kejadian IADP di negara
selama masa studi hanya 8% dengan lama penggunaan
berkembang mencapai 1,6-44,6/1000 hari CVC.5
CVC keseluruhan selama 429 hari. Angka IADP diperoleh
dengan membagi antara jumlah penderita IADP dengan
METODE PENELITIAN keseluruhan hari pemasangan CVC per 1000 hari
pemakaian. Selama 4 bulan masa studi diperoleh angka
Studi observasional ini dilakukan sejak Juli hingga
IADP sebesar 11,6/1000 hari pemakaian CVC (tabel 2).
Oktober 2015 di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh dan bertujuan untuk melihat
Table 2. Angka IADP
angka dan penyebab IADP di Rumah Sakit tersebut.
Seluruh penderita yang dirawat di ruang Intensive Care Bulan
Unit (ICU), berusia lebih dari 15 tahun, tidak menderita
Agus- Sep- Okto- Total
penyakit infeksi sebelumnya, serta telah dilakukan Juli
tus tember ber
pemasangan CVC lebih dari 48 jam menjadi kriteria
inklusi dan dipilih sebagai subjek penelitian. Kultur Jumlah hari
kuman penderita yang terpasang CVC dilakukan di pemasangan 99 122 90 118 429
Laboratorium Mikrobiologi Klinik Rumah Sakit Umum CVC
Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Data meliputi
9
J. Ked. N. Med VOL. 1 NO. 1 Maret 201
Jumlah pen- oportunistik yang penyebarannya juga melalui
3 0 1 1 5 aliran udara, air, tangan tercemar dan alat-alat
derita IADP
yang tidak steril di rumah sakit.8,9
Angka IADP* 33.3 0 11.1 8.4 11.6 Acinetobacter baumanni, Pseudomonas aeruginosa
Ket: * per 1000 hari pemakaian CVC dan Klebsiella pneumonia termasuk dalam 10 patogen
Hasil isolasi dan identifikasi spesimen darah yang paling sering ditemukan berdasarkan studi dari
penderita IADP di Laboratorium Mikrobiologi Klinik National Healthcare Safety Network (NHSN).10
Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin diperoleh Pengkajian data HAIs sangat berperan dalam usaha
bahwa Acinetobacter baumannii merupakan penyebab pencegahan IADP terutama pada penderita yang
utama IADP (60%) (tabel 3). menggunakan CVC serta menjadi dasar pemberian
pengobatan pada penderita IADP. Angka kejadian
Tabel 3. Mikroorganisme penyebab IADP IADP akan berbeda di tiap daerah dan akan
mengalami perubahan pada setiap periode waktu.
Mikrooganisme n % Rekomendasi CDC untuk mencegah infeksi akibat
Pseudomonas aeruginosa 1 20 pemasangan CVC adalah dengan melakukan
Acinetobacter baumanii 3 60 pemasangan dan perawatan CVC sesuai Standar
Klebsiella pneumonia 1 20 Operating Procedure (SOP) yaitu, pemasangan dilakukan
oleh personal terlatih, menerapkan teknik aseptik dan
antiseptik kutaneus dengan menggunakan klorheksidin
PEMBAHASAN
2% dan alkohol 70%. Bila memungkinkan pemasangan
CVC dilakukan pada vena subklavia atau vena
Kejadian IADP di ruang ICU Rumah Sakit Umum
jugularis, menggunakan alat pelindung diri steril yang
Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh adalah sebesar
maksimal dan menggunakan kasa steril atau penutup
11,6/1000 hari pemakaian CVC. Angka ini masih
transparan semipermiabel untuk lokasi insersi. Masa
tergolong tinggi bila dibandingkan dengan angka
perawatan CVC adalah dengan melakukan pergantian
kejadian IADP di beberapa negara ASEAN lain seperti
setelah 7 hari pemasangan.11
Malaysia dan Thailand (6,4 vs 5,2/1000 hari pemakaian
CVC).6 Bila dibandingkan dengan negara maju angka ini
jauh lebih tinggi. Di Amerika Serikat kejadian IADP KESIMPULAN
hanya 1,65/1000 hari pemakaian CVC dan di Eropa
dilaporkan angka kejadian IADP hanya sebesar 0,20- Infeksi nosokomial atau lebih dikenal dengan HAIs menjadi
0,28/1000 hari pemakaian CVC.7 salah satu dari sepuluh besar penyebab kematian di dunia
Acinetobacter baumanni merupakan bakteri gram dan merupakan masalah kesehatan utama. Kejadian IADP
negatif aerob dan merupakan komensal yang kadang- di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel
kadang menyebabkan infeksi nosokomial. Acinetobacter Abidin Banda Aceh adalah sebesar 11,6/1000 hari
baumannii dapat ditemui dalam pneumonia nosokomial pemakaian CVC. Hasil isolasi dan identifikasi spesimen
yang berasal dari pelembab ruangan. Pada penderita darah di Laboratorium Mikrobiologi Klinik Rumah Sakit
bakterimia, Acinetobacter baumannii hampir selalu Umum Daerah Zainoel Abidin diperoleh bahwa
bersumber dari pemasangan CVC. Dalam studi ini Acinetobacter baumannii merupakan penyebab utama IADP.
insiden Acinetobacter baumannii diduga disebabkan oleh Pengkajian data HAIs sangat berperan dalam usaha
penggunaan instrumen medis yang tidak steril seperti pencegahan IADP terutama pada penderita yang
penggunaan sarung tangan tidak steril, serta menggunakan CVC serta menjadi dasar pemberian
penerapan teknik aseptik yang tidak adekuat. Selain itu pengobatan pada penderita IADP.
patogen lain seperti Pseudomonas aeruginosa dan
Klebsiella pneumonia termasuk dalam patogen
P
untuk menimbulkan kondisi hiperuresemia pada hewan
percobaan. Kalium oksonat merupakan garam kalium
eningkatan konsentrasi asam urat dalam darah atau kalium dari asam oksonat yang memberikan efek
terjadi apabila kelebihan pembentukan atau hambatan hiperuresemia (Mazzali et al., 2001).
pengeluaran atau keduanya. Kondisi dimana terdapat Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi
peningkitan konsentrasi asam urat dalam darah, yang
disebut hiperuresemia, tidak peningkatan asam urat dalam darah. Salah satu cara
terjadi pada kondisi normal. Kadar asam urat serum yang sudah dilakukan masyarakat adalah pemanfaatan
dikatakan meningkat (hiperuresemia) (Wortmann, 1998), tumbuhan obat tradisional. Tanaman salam (Syzygium
jika nilai normal asam urat dalam darah untuk pria adalah polyanthum Wight.) merupakan salah satu tanaman yang
0,20-0,45 mMol/l dan wanita 0,15-0,38 mMol/l. Wanita telah lama dikenal sebagai bumbu masak, diperkirakan
mempunyai kadar asam urat 10 persen lebih rendah dari dapat menurunkan asam urat (Wijayakusuma, 2002).
pada laki-laki (Tjay dan Raharja, 2002). Hiperurisemia Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak
pada tingkat lanjut dapat berkembang menjadi Gout etanol daun salam (Syzygium polyanthum Wight.)
(Walker dan Edward, 2003). Pada terhadap kadar asam urat mencit (Mus musculus) yang
Tabel 1. Perlakuan Terhadap Hewan Coba Hasil uji pemberian ekstrak etanol daun salam
Kelom- (Syzygium polyanthum Wight.) terhadap kadar asam
Ulangan urat mencit (Mus musculus) yang diinduksi Kalium
pok
oksonat dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini:
Mencit 1 Mencit Mencit Mencit
Mencit 2 3 4 5 Rata-rata hasil kadar
K0 Ko1 Ko2 Ko3 Ko4 Ko5 Kelompok
asam urat (mg/dL)
K1 K11 K1 2 K1 3 K1 4 K1 5 K0 1,07
K2 K2 1 K 22 K 23 K2 4 K2 5
K1 2,612
K3 K3 1 K 32 K 33 K3 4 K3 5
K2 0,572
K4 K4 1 K 42 K 43 K4 4 K4 5
K3 1,304
Keterangan K4 0,96
Kelompok 1 (Ko) : Kontrol negatif 1 diberi aquades
Tabel 4.1. Rata-rata hasil kadar asam urat pada
0,5 ml/30gBB
tiap kelompok percobaan
Kelompok 2 (K1) : Kontrol negatif 2 mendapat
Kalium oksonat 300 mg/kgBB Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh bahwa kadar asam
urat yang timbul pada masing-masing kelompok percobaan
Kelompok 3 (K3) : Kontrol positif mendapat
menunjukkan kadar yang berbeda-beda pada tiap
Allopurinol 10 mg/kgBB dan
kelompok pengulangannya. Pada K0 menunjukkan bahwa
Kalium oksonat 300 mg/kgBB
kadar asam urat berada pada batas normal
1
J. Ked. N. Med VOL. 1 NO. 1 Maret 201 5
yaitu dengan nilai antara 0,7-1,5 mg/dl dan K1 telah secara bermakna (P > 0,05). Perbedaan bermakna juga
menunjukkan keadaan hiperurisemia yang cukup diperoleh antara K2 dengan semua kelompok perlakuan,
tinggi yaitu dengan nilai antara 1,7-3 mg/dl, antara K1 dengan semua kelompok perlakuan, antara K3
sedangkan pada K2 dijumpai penurunan kadar asam dengan K1 dan K2, dan antara K4 dengan K1 dan K2 (P <
urat yang sangat dominan yaitu kadarnya turun 0,05), sedangkan antara K3 dengan K0 dan K4 dan antara
mencapai 0,572 mg/dl, pada K3 dijumpai penurunan K4 dengan K0 dan K3 tidak menunjukkan adanya
kadar asam urat tetapi tidak semaksimal K2 yaitu perbedaan secara bermakna (P > 0,05). Dengan demikian
kadarnya turun hanya mencapai 1,304 mg/dl, dan dapat disimpulkan bahwa kadar ekstrak etanol daun salam
pada K4 tidak dijumpai adanya peningkatan kadar 2,5 g/KgBB pada K3 dapat menurunkan kadar asam urat
asam urat dan hasilnya yaitu dalam batas normal. secara bermakna (P < 0,05), tetapi masih belum
Bila melihat grafik rerata kadar asa m urat semaksimal penurunan kadar asam urat yang dihasilkan
pada tiap kelompok percobaan (Gambar 4.2) oleh Allopurinol 10 mg/KgBB pada perlakuan K2 (P <
dapat dilihat bahwa hasil penelitian menunjukkan 0,05).
terjadi penurunan kadar asam urat oleh ekstrak Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak
etanol daun salam tetapi penurunannya tidak etanol daun salam dengan dosis 2,5 g/KgBB dapat
semaksimal yang diturunkan oleh Allopurinol. menurunkan kadar asam urat pada mencit dengan
mencapai hasil yaitu 1,304 mg/dl, tetapi masih belum
semaksimal kadar asam urat yang diturunkan oleh
Allopurinol dengan dosis 10 mg/KgBB dengan hasil
penurunan mencapai 0,572 mg/dl.
PEMBAHASAN
dilanjutkan dengan uji Games-Howell (lampiran 3). terus menerus seiring dengan sintesis dan penguraian
Hasil uji statistik Saphiro-Wilk yang dilanjutkan RNA dan DNA, sehingga walaupun tidak ada asupan
dengan uji ANOVA menunjukkan bahwa terdapat pengaruh purin, tetap terbentuk asam urat dalam jumlah yang
pemberian berbagai perlakuan terhadap penurunan kadar substansial (Sacher dan McPherson, 2004).
asam urat pada mencit secara signifikan (P = 0,00), akan Manusia mengubah nukleosida purin yang utama
tetapi pada uji ini tidak diketahui kelompok mana yang yaitu adenosin dan guanin menjadi produk akhir asam urat
memiliki perbedaan yang signifikan, maka dilanjutkan yang diekskresikan keluar. Adenosin pertama-tama
dengan uji Games-Howell untuk mengetahui kelompok mengalami deaminasi menjadi inosin oleh enzim adenosin
Bila dilakukan perbandingan diantara kelima guanosin, yang dikatalisis oleh enzim nukleosida purin
kelompok percobaan dengan menggunakan uji Games- fosforilase, akan melepaskan senyawa ribose 1-fosfat dan
Howell (lampiran), ternyata kelompok yang basa purin. Hipoxantin dan guanin selanjutnya membentuk
menunjukkan perbedaan bermakna ditemukan antara xantin dalam reaksi yang dikatalisasi masing-masing oleh
K0 dengan K1 dan K2 (P < 0,05), sedangkan antara K0 enzim xantin oksidase dan guanase. Kemudian xantin
salam kaya akan kandungan bahan kimia berupa Universiteitsplein 1, B-2610 Antwerp, Belgium.
minyak atsiri, tanin, flavonoid, polifenol, alkaloid dan 3. Gaw A, Murphy MJ, Cowan RA, O’reilly DS,
saponin (Utami, 2008). Salah satu kandungan dari daun Stewart MJ, Shepherd J. 2005. Clinical
salam yaitu flavonoid. Dari suatu penelitian didapatkan Biochemistry An Illustrated Colour Text. Edisi
mekanisme flavonoid dalam menurunkan kadar asam 3. 138-139. Churchill Livingstone. New York.
urat adalah dengan menghambat kerja enzim xantin 4. Harmanto N. 2005. Menumpas Diabetes Mellitus
oksidase sehingga pembentukan asam urat dapat Bersama Mahkota Dewa. Agromedia Pustaka. Jakatra.
dihambat. Jenis-jenis flavonoid yang dapat
5. Iskandar Y. 2007. Karakterisasi Zat Metabolik Sekunder
menghambat kerja enzim xantine oksidase adalah
Dalam Ekstrak Bunga Krisan (Chrysanthemum
quecertin, myricetin, kaemferol, luteolin, apigenin dan cinerariaefolium) Sebagai Bahan Pembuatan
chrysin (Cos et al., 1998). Biopestisida. FMIPA Universitas Negeri Semarang http://
digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/
HASH41aa.dir/doc.pd [diakses pada 9 Oktober 2010].
KESIMPULAN
6. Jati HS. 2008. Efek Antioksidan Ekstrak Etanol 70% Daun
Berdasarkan hasil analisa data dari penelitian ini, maka Salam (Syzygium polyanthum [Wight.] Walp.) Pada Hati
diambil kesimpulan bahawa pemberian ekstrak etanol Tikus Putih Jantan Galur Wistar yang Diinduksi Karbon
Tetraklorida (CCl4). Skripsi. Fakultas Farmsi Universitas
daun salam 2,5 g/KgBB menghasilkan efek penurunan
Muhammadiyah. Surakarta. http://etd.eprints.ums.ac.id/
kadar asam urat mencit yang signifikan. Efek pemberian
2325/1/K100040200.pdf [diakses pada 16 Oktober 2010].
ekstrak etanol daun salam 2,5 g/KgBB terhadap
penurunan kadar asam urat mencit masih belum setara 7. Mazzali M, Kanellis J, Han L, Feng L, Yang XL, Chen
Q, Duk-Hee K, Katherine L., Gordon, Watanabe S,
dengan efek penurunan kadar asam urat mencit yang
Nakagawa T, Hui YL & Richard JJ. 2001.
dihasilkan dengan pemberian Allopurinol 10 mg/KgBB.
Hyperuricemia Induces A Primary Renal
Sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh, Arteriolopathy in Rats By A Blood Pressure-
maka dapat kami sarankan bahwa bagi peneliti independent Mechanism. Division of Nephrology.
selanjutnya agar melanjutkan penelitian tentang efek Baylor College of Medicine. Houston. Texas 77030.
ekstrak etanol daun salam terhadap kadar asam urat 8. Mustikaningtyas D, Fachriyah E & Mulyani NS. 2007.
mencit dengan dosis yang berbeda. Disamping itu, Isolasi Identifikasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
peneliti selanjutnya juga agar melanjutkan penelitian Etil Asetat Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia
tentang efek ekstrak etanol daun salam terhadap galanga). http://eprints.undip.ac.id/2835/1/Jurnal.pdf
sistem metabolik lainnya. [diakses pada 16 Oktober 2010].
18
J. Ked. N. Med VOL. 1 NO. 1 Maret 201
ARTIKEL REVIEW
Meutia Maulina
Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas
Malikussaleh, Lhokseumawe
meutia.maulina@unimal.ac.id
telah dibuktikan dalam berbagai penelitian. Telah oleh masing-masing inhibitor, aktivitas reseptor molekul
terbukti ekspresi integrin pada kanker cenderung adhesi juga dapat dihambat oleh inhibitor. Molekul-molekul
menurun. Penurunan ekspresi ini sejalan dengan inhibitor ini merupakan satu keluarga anti-adhesi dan salah
kehilangan kontak dengan membran basal yang ada satu di antaranya adalah mucin. Mucin diekspresikan dalam
dibawahnya. Di samping itu susunan integrin pada jumlah banyak pada permukaan
Baktiar Bakhtiar
Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran,
Universitas Syiah Kuala, Rumah Sakit Dr. Zainoel
Abidin, Banda Aceh
T
2015 menjadi 9%. Proporsi tersebut bervariasi
antar propinsi, dari 1,2 sampai 17,3%.3
uberkulosis (TB) hingga saat ini masih merupakan
Permaslahan kasus tuberkulosis meliput kesulitan
salah satu penyakit dengan tingkat morbiditas
menegakkan diagnosis, kuranga pemahaman tentang
dan mortalitas yang masih tinggi dan sekaligus
menempatkan penyakit tersebut tatalaksana, upaya pencegahan yang masih belum
sebagai sebuah permasalahan kesehatan yang penting. mencapai sasaran. Kesulitan menegakkan diagnosis
Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO), TB definitif karena sulitnya menemukan M. tuberculois. Banyak
masih merupakan salah satu dari tiga penyakit infeksi yang cara kemudian dikembangkan oleh para ahli untuk
menyebabkan morbiditas dan mortalitas terbanyak di mengatasi persoalan ini. Salah satu adalah dengan sistim
seluruh dunia dan merupakan peringkat kedua penyebab skoring. Namun, pada saat sekarang pun, sistem skoring
kematian karena infeksi setelah HIV/AIDS.1 Laporan WHO tetap menjadi kendala, terutama ketika ada permasalah
tahun 2009, menyimpulkan bahwa dari total kasus TB tentang ketersediaan pemeriksaan yang dipersyaratkan
tersebut, India, China, Indonesia, Nigeria, dan Afrika dalam sistin skoring, yaitu test mantok. Masalah
Selatan, merupakan negara dengan urutan pertama pengobatan meliputi ketidak patuhan minum obat atau
hingga kelima dalam total kasus terbanyak2. Pada tahun persoalan resistensi (multidrug resisten TB).3,4
2010, diantara semua kasus TB, proporsi kasus TB anak
di Indonesia adalah 9,4%, kemudian menjadi 8,5% pada
KESULITAN DIAGNOSIS
tahun 2011, 8,2% pada tahun 2012. Pada tahun 2013,
proporsi kasus tersebut menjadi 7,9%,
Berbeda dengan orang dewasa, diagnosis penyakit
Evaluasi pengobatan dilakukan setelah 2 bulan. terakhir terapi OAT.5,6,14 Jika hasil pemeriksaan
Pentingnya evaluasi pengobatan adalah karena diagnosis memperlihatkan basil tahan asam (BTA) negatif, maka
TB pada anak yang sulit dan tidak jarang terjadi setelah penderita dinyatakan sembuh (cured). Jika masih
diagnosis. Apabila respons pengobatan baik, yaitu gejala ditemukan BTA dalam pemeriksaan 5 bulan dari
klinisnya hilang dan terjadi penambahan berat badan, dimulainya terapi, maka dianggap terapi gagal
menderita TB, sebanyak 90% kematian akibat TB the influence of bacillarimstress and demage
response pathways on drug efficacy. Clin
anak terjadi pada kelompok usia ini.17
Microbiol Rev. 2006;19(3):558-70.
D
kristal fosfat, atau piuria; specific gravity memberikan
penilaian mengenai status hidrasi pasien; proteinuria
efinisi urinalisis adalah identifikasi urin secara
menggambarkan gangguan fungsi filtrasi glomerulus
makroskopik, analisis kimia dan pemeriksaan
mikroskopis (Abirami & Tiwari, 2001; Lifshitz & atau reabsorbsi tubulus, dan banyak analisa lain yang
Kramer, 2000). Pemeriksaan urin ini bisa di dapatkan dari pemeriksaan urin ini (Simerville,
merupakan cara yang paling murah, mudah dan 2005), menggambarkan bahwa urinalisis sangat
penting untuk mengevaluasi adanya kelaian berperan dalam menunjang penegakan diagnosis serta
pada ginjal dan saluran kencing (Moorthy, 2009; dapat digunakan untuk follow up suatu kelainan ginjal
Prasad & Rajaseker, 2012; Zamanzad, 2009). (Yamagata, 2008) maupun kasus urologi. Dengan
Pengakuan akan pentingnya pemeriksaan urin dasar di atas, penulis mengangkat tema urinalisis pada
dalam diagnosis penyakit telah dilaporkan oleh ilmuwan penyakit ginjal untuk dibahas secara lebih mendetail
peradaban kuno (Haber, 1988). Richard Bright (1827) dan komprehensif.
adalah ilmuwan abad 18 yang mengenalkan
penggunaan urinalisis. Ia mengidentifikasi ‘partikel
ANATOMI DAN FISIOLOGI URIN
merah’ pada urin pasien dengan kelainan pada ginjal
yang kemudian dideskripsikan sebagai glomerulonefritis
Urin merupakan hasil pembuangan metabolisme tubuh
akut. Ia juga mengamati adanya protein yang
yang berasal dari proses penyaringan darah yang
menggumpal saat dipanaskan pada pasien gagal ginjal
sangat selektif dan ketat (Faller, 2004) yang dilakukan
tahun 1836 (Kim & Corwin, 2007). Metode uji urin
oleh 2-2,4juta nefron. Nefron adalah unit fungsional
dipstick diawali oleh Robert Boyle dengan penemuan
ginjal yang terdiri dari glomerulus yang berfungsi untuk
kertas lakmus untuk pengujian pH yang kemudian
proses filtrasi dan tubulus yang merupakan tempat
berlanjut pada test dipstick untuk glukosa pada tahun
absobrsi dan sekresi (Hall & Guyton, 2010).
1850 oleh Mauments (Abirami & Tiwari, 2001).
Glomerulus adalah jalinan kapiler yang dikelilingi oleh
Munculnya mikroskop menyebabkan ilmuwan meneliti
kapsul Bowman dan bersifat khas karena terletak diantara
cairan tubuh, terutama urin dan laboratorium
dua aliran arteriol, yaitu arteriol aferen dan eferen. Darah
kedokteran sederhana dimulai dengan identifikasi urin
mengalir dari arteriol aferen ke glomerulus dan kemudian
yang sering disebut urinalisis (Armstrong, 2006).
diteruskan ke kapsula bowman untuk selanjutnya di
Beberapa penilaian penting tentang analisa
reabsorpsi dan sekresi di sepanjang
3
9
Table 2 Karakteristik cast dan kondisi tertentu pada orang memiliki batu ginjal. Obat tertentu
yang terjadi (Moorthy, 2009; Patel, 2006) seperti sulfon-amida dan ampisilin dapat
membentuk Kristal dalam urin. Mendiamkan urin
Tipe cast Komponen Makna klinis
terlalu lama juga dapat menyebabkan
Normal, demam, lati- kristalisasi di urin meningkat (Patel, 2006).
Hyaline Mukoprotein han, diuretik, penyakit
ginjal
Penyakit glomerular, MAKNA KLINIS URINALISIS PADA
Degeneratif sel
penyakit tubulus, KELAINAN/ PENYAKIT GINJAL
Granular atau aggregat-
pyelo-nefritis, infeksi
ed proteins
virus Anamnesa dan pemeriksaan fisik merupakan
Penyakit ginjal lanjut langkah yang paling penting untuk mendiagnosis
Last stages of
atau kondisi lain yang suatu penyakit. Namun beberapa kelainan/ penyakit
Waxy granular cast
berhubungan dengan ginjal dapat di deteksi melalui urin seperti; sindrom
degeneration
dilatasi tubulus nefrotik, sindrom nefritik, akut tubular nekrosis,
Sel tubulus infeksi saluran kencing, glomerulonefritis dan batu.
Fatty mengandung Sindrom nefrotik Urinalisis yang berkaitan dengan kelainan tersebut
lipid
akan dijelaskan lebih lanjut berikut ini.
Glomerulonefritis,
Dismorfik tubulointerstitial
eritrosit nefritis, akut tubuluar Sindrom nefrotik
Eritrosit injury / necrosis Kelainan primer pada sindroma nefrotik adalah
3. Bargman, J. M., & Skorecki, K. (2010). Chronic Kidney 16. Lifshitz, E., & Kramer, L. (2000). Outpatient
Disease. In J. L. Jameson & J. Loscalzo (Eds.),
urine culture: does collection technique matter?
Archives of Internal Medicine, 160(16), 2537.
Harrison’s Nephrology and Acid-Base Disorders (pp. 113-
118). London: McGraw-Hill Medical, 113-118. 17. Lin, J., & Denker, B. M. (2008). Azotemia and Urinary
Abnormalities. In D. L. Longo, A. S. Fauci, D. L. Kasper,
4. Bickley, L. S. (2008). Bates’ guide to physical
S. L. Hauser, J. L. Jameson & J. Loscalzo (Eds.),
examination and history taking (11 ed.): Lippincott
Harrison’s principles of internal medicine (18 ed., Vol. 1,
Williams & Wilkins, 30-56
pp. 334-359): McGraw-Hill Medical New York, 334-359.
5. Cronin, M. (2008). Automated urinalysis
18. Longo, D. L., Fauci, A. S., Kasper, D. L., Hauser,
technology improves efficiency and patient care.
S. L., Jameson, J. L., & Loscalzo, J. (2008).
Medical Laboratory Observer, 40(10), 30-32.
Harrison’s principles of internal medicine (18 ed. Vol.
6. Danziger, J. (2008). Importance of Low- 1): McGraw-Hill Medical New York,14.
Grade Albuminuria. Mayo Clinic proceedings.
Mayo Clinic, 83(7), 806-812. 19. MacIsaac, R. J., & Watts, G. F. (1996). Diabetes
and The Kidney. In K. M. Shaw & M. H.
7. de Seigneux, S., & Martin, P. (2012). Cummings (Eds.), Diabetes Chronic Complications
Proteinuria: pathophysiology and clinical (2 ed., pp. 21-41): Wiley-Blackwell, 21-41.
implications. Revue médicale suisse, 8(330), 466.
20. Moorthy, A. V., Becker, B. N., Boehm, F. J., & Djamali,
Tisnasari Hafsah
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran/RS Hasan Sadikin,
Bandung
S
tidak tepat (safe), dan diberikan dengan cara yang
baik dan benar (properly feed).2-5 Perkembangan
etelah usia 6 bulan kebutuhan nutrisi bayi tidak lagi
ketrampilan pada usia 6 bulan saat bayi mulai aktif
dapat tercukupi hanya dengan pemberian ASI
saja. Pada masa ini bayi berisiko tinggi menggenggam benda dan membawa kearah
mengalami kekurangan nutrisi (malnutrisi) mulutnya serta kemampuan mengeksplorasi
disebabkan kualitas nutrisi yang tidak adekuat, memulai lingkungannya juga menjadi pertimbangan kapan
pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang sebaiknya mulai dikenalkan makanan padat.6,7
terlalu cepat atau terlalu lambat, jumlahnya terlalu Makanan pendamping ASI yang baik adalah
sedikit ataupun frekuensi pemberian yang kurang. yang tinggi kandungan energi, protein dan
Disamping memenuhi kebutuhan nutrisi, MPASI juga mikronutrien (khususnya zat besi, seng, kalsium,
merupakan fase bayi melatih ketrampilan oral motornya vitamin A, vitamin C dan folat), tidak berbumbu
untuk siap menerima menu makanan keluarga di usia terlalu tajam atau asin, mudah untuk dimakan,
selanjutnya.1,2 disukai anak, tersedia dan terjangkau secara lokal.
Malnutrisi berkontribusi terhadap tingginya angka Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang lengkap
kematian balita termasuk bayi usia dibawah 1 tahun. tersebut, anak harus mendapat makanan dari
Sebagai respon upaya pencegahan, WHO berbagai sumber bahan dari alam, diantaranya:2
merekomendasikan strategi global pemberian makan • Makanan yang berasal dari hewan dan ikan
bayi dan anak (Global Strategy for Infant and Young Child merupakan sumber protein, zat besi dan seng yang
Feeding), yaitu pemberian ASI eksklusif hingga usia 6 baik. Hati juga menyediakan vitamin A dan folat.
bulan dan mulai pemberian makanan pendamping ASI Kuning telur menjadi sumber protein dan vitamin A
sejak usia 6 bulan dengan tetap melanjutkan pemberian yang baik, namun kurang mengandung zat besi.
ASI paling tidak sampai usia 2 tahun. 3 Makanan Anak memerlukan bagian padat dari makanan
pendamping ASI harus mulai dikenalkan pada saat tersebut, tidak hanya bagian kaldunya saja.
yang tepat, tidak terlalu cepat ataupun terlalu lambat • Produk susu, seperti susu, keju dan yoghurt,
(timely), dalam jumlah adekuat yang terpenuhi dari sangat bermanfaat sebagai sumber kalsium,
variasi berbagai bahan makanan (adequately), aman protein, energi dan vitamin B
dari kemungkinan bahaya yang dapat terjadi • Kacang-kacangan – kacang polong, buncis, biji-
memasak, penyimpanan maupun saat penyajian. tanggal 7-25 Januari 2009, lebih dari 90% ibu memilih
4
7
yodium oleh tiroid sehingga kelenjar membesar (goiter), atau dikemudian hari. Nitrit diduga menjadi penyebab
menyebabkan gangguan pertumbuhan, perkembangan kanker pada lambung dan banyak terdapat di dalam
kecerdasan dan keseimbangan hormonal. Goitrogen sayuran hijau atau sebagai bahan yang ditambahkan
terdapat pula dalam beberapa bahan makanan lain kedalam makanan. Makanan yang mengandung
diantaranya bayam, kacang tanah, kacang kedelai, oksalat termasuk diantaranya berasal dari berbagai
strawberi, ubi, bunga kol dan lain-lain. 18,19 Sayur mayur sayuran, kopi dan lain-lain dapat menghambat
penting untuk dikenalkan pada saat pemberian pertumbuhan tulang, menyebabkanbatu ginjal,
makanan pendamping ASI agar di kemudian hari anak gangguan ginjal akibat intoksikasi, muntah, diare,
telah mengenal dan menyukai makan sayuran yang kejang, koma dan gangguan pembekuan darah.18
menyediakan berbagai zat gizi penting bagi tubuh. Agar Bahaya yang tersimpan didalam makanan hewani
risiko bahaya kontaminasi khususnya hazard kimiawi yang paling terkenal adalah “tragedi Minamata”. Telah
dapat diminimalisir maka sebaiknya pemberian bahan terjadi wabah dengan gejala gangguan sensori pada
sayuran khususnya cukup diberikan dalam jumlah tangan dan kaki, ataksia, disatria, lapang pandang
sedikit saja sebagai perkenalan dan jenisnya harus mengecil, gangguan pendengaran yangpada bulan Mei
beraneka ragam. 1956 ternyata diketahui sebagai gejala keracunan
Phytic acid (asam fitat, disebut juga sebagai metilmerkuri akibat konsumsi ikan yang mengandung
phytate=fitat) ditemukan dalam berbagai padi-padian, toksin tersebut.20 Kadar metilmerkuri dapat terdeteksi
kecambah dari biji-bijian, tanaman polong dan kacang- didalam rambut dan berkorelasi dengan konsumsi ikan
kacangan. Asam fitat merupakan gula sederhana (myo- lebih dari sekali seminggu.21 Ikan yang paling banyak
inositol) mengandung 6 rantai samping fosfat, menjadi mengandung merkuri adalah ikan yang bersifat predator
sumber fosfor dan bersifat sebagai kelator yang efektif seperti hiu, bluefin tuna (Thunnus spp.), swordfish, dan
terhadap kation seperti zink, copper, iron, magnesium lain-lain karena kandungan merkuri dari laut yang
dan kalsium.Fitat juga menghambat enzim pencernaan tertelan ikan-ikan yang lebih kecil akan mengalami
seperti tripsin, pepsin, alfa amilase dan beta biotransformasi menjadi metilmerkuri dan terakumulasi
glucosidase. Konsumsi fitat dalam jumlah banyak dalam rantai makanan.11
menyebabkan defisiensi mineral dan mengganggu Toksin yang dihasilkan mikroorganisme salah
pencernaan protein dan karbohidrat. Fitat relatif stabil satunya adalah produksi kuman Clostridium botulinum.
terhadap pemanasan tetapi dapat dihilangkan dengan Botulisme pada bayi potensial mengancam nyawa akibat
merendam atau fermentasi.18 kuman C. botulinum yang bentuk sporanya secara alamiah
Sianida terbentuk dari sianogenik glikosida yang terdapat di alam dan kemudian menginfeksi saluran cerna.
terdapat dalam singkong, bagian tengah/biji dari Insidens berkisar pada bayi usia 6 minggu hingga 6 bulan,
apel, ceri, buah persik, dan beberapa tanaman lain namun dapat terjadi pada usia 6 hari hingga 1 tahun.
yang saat kontak dengan enzim beta glikosidase Faktor risikonya adalah bayi yang diberi madu, bayi yang
melepaskan sianida dari ikatan glikosidanya. Sianida sudah mulai bermain dengan tanah, dan buang air besar
akan menghambat penggunan oksigen oleh sel kurang dari 1 kali sehari selama 2 bulan.22 Konsumsi madu
sehingga terjadi nekrosis seluler dan kerusakan diketahui berhubungan dengan kejadian botulisme pada
jaringan. Untuk menghindari pajanan racun ini, bayi terbukti dari didapatkannya sporaC. botulinum pada
singkong harus dimasak dengan sebaiknya dikupas madu yang telah diberikan kepada bayi yang positif
dan dipotong-potong terlebih dahulu.18 menderita botulisme.23 Mengingat kontribusi yang tidak
Masih sangat banyak jenis racun yang terkandung di bermakna dari kandungan gizi dalam madu (mikronutrien
dalam bahan nabati maupun hewani dan tidak dapat dalam setiap 100 ml madu hanya memenuhi 3%
dibahas satu persatu dalam artikel ini. Beberapa Recommended Dietary Allowance)24 dibandingkan dengan
diantaranya dapat dilihat pada tabel 2 (lampiran). Efek risiko yang harus dialami bayi maka direkomendasikan
racun dapat dirasakan sejak dini segera setelah dimakan untuk
menyukai menggunakan alat masak slow cooker untuk (kidney bean) secara alamiah mengandung toksin.
menyiapkan makanan pendamping ASI bagi bayinya. Slow Toksin tersebut dengan mudah akan hancur dengan
cooker terbuat dari keramik yang dilapis gelas atau merebus hingga mendidih. Langkah yang lebih aman
tembikar dengan tabung bagian luarnya terbuat dari metal dalam menyiapkan kacang yaitu dengan merendam
sebagai elemen pemanas listrik. Slow cooker digunakan selama 12 jam, kemudian dibilas dan direbus hingga
mendidih selama sekitar 10 menit sebelum kemudian
untuk memasak dengan suhu rendah dalam waktu yang
dimasukkan ke dalam slow cooker
lama sehingga menghasilkan masakan yang
• Memanaskan alat pada suhu tertinggi satu jam
J. Ked. N. Med VOL. 1 NO. 1 Maret 201
49
pertama sebelum mulai memasak makanan akan makanan yang lain. Pada saat memanggang
membatu memulai pemanasan dengan cepat daging di dalam oven pemanasan minimal
sehingga akan memperpendek waktu makanan harus mencapai 163 0C
berada pada zona suhu yang berbahaya • Gunakan termometer untuk memeriksa
• Bila memasak daging atau ayam pastikan air bagian tengah dari makanan apakah sudah
yang diberikan harus meliputi seluruh bagian mencapai suhu yang aman
daging agar panas merata di dalam panci slow • Jangan memanaskan makanan lebih dari sekali
cooker dan jangan memasak terlalu penuh. karena bakteri yang mencemari makanan akan
Gunakan maksimum ½ hingga 2/3 bagian saja meningkat sampai pada kadar yang
• Jangan membuka slow cooker selama memasak membahayakan saat pemanasan berulang kali
bilamana tidak dperlukan. Setiap kali slow cooker • Jangan meletakkan makanan sisa kedalam
terbuka suhu akan turun hingga 10-15 derajat slow cooker
dan memerlukan waktu selama 30 menit untuk • Makanan yang potential diduga sudah terkontaminasi
kembali ke suhu semula dapat aman dibiarkan pada suhu ruangan selama
• Bila proses memasak telah selesai pastikan bagian periode waktu yang singkat tanpa risiko pencemaran
dalam daging mencapai suhu 1650F (74 0C) makanan oleh bakteri yang membahayakan.
• Makanan sebaiknya segera dikonsumsi dan jangan The ‘4-hour/2-hour rule’: adalah waktu dimana
menyimpan makanan sisa atau memanaskannya makanan aman dikonsumsi setelah dibiarkan
kembali menggunakan slow cooker pada suhu antara 5°C and 60°C. Dalam 0-2 jam
konsumsi makanan segera atau simpan dalam
Keamanan makanan pada saat penyimpanan kulkas pada suhu <5 0C. Dalam 2-4 jam konsumsi
dan memanaskan kembali makan segera. Setelah 4 jam makanan
Selama proses memasak suhu yang digunakan
sebaiknya dibuang.17 Namun demikian tetap
mampu menghancurkan bentuk vegetatif kuman patogen
harus diingat bahwa bakteri berkembang sangat
yang dapat ditularkan melalui makanan. Namun demikian
cepat pada suhu antara 21 dan 47 °C sehingga
risiko kontaminasi dapat mengancam saat penyimpanan
makanan dianjurkan untuk dibuang bila telah
pada suhu lingkungan, menggunakan suhu yang tidak
berada pada suhu 32 0C (90 0F) lebih dari 1 jam.27
cukup tinggi saat memanaskan makanan kembali dan
menambahkan bahan yang terkontaminasi kedalam
Wadah yang dijadikan untuk menyimpan makanan
makanan.30 Pada penelitian terhadap MPASI dari 120
juga harus diperhatikan keamanannya. Pada umumnya
rumah tangga di Tanzania didapatkan peningkatan jumlah
makanan disimpan dalam wadah yang terbuat dari
bakteri koliform dan Enterobakter yang lebih tinggi pada T4
bahan plastik, kaca, keramik atau logam. Untuk bahan
(4 jam sejak disiapkan) dibandingkan T0 (saat baru selesai
plastik tidak semuanya aman bila dipanaskan sehingga
disiapkan) dengan p≤0.001. Bakteri berkembang secara
perlu dipilih jenis plastiknya.19,33 Plastik dengan nomor
bermakna setelah bubur dibiarkan pada suhu ruangan
kode 2, 4 dan 5 relatif aman digunakan untuk wadah
selama 4 jam.31
makanan yang perlu dipanaskan atau dalam keadaan
Untuk menjaga keamanan makanan pada panas. Plastik dengan kode 1 dan 7 gunakan dengan
periode ini disarankan beberapa hal berikut:17,27,32 hati-hati, dapat digunakan untuk menyimpan makanan
• Panaskan dengan cepat mencapai 60 0C atau lebih
khususnya bila tidak perlu pemanasan. Sedangkan
tinggi untuk mencegah multiplikasi bakteri.
plastik dengan nomor 3 dan 6 harus dihindari dan
Meminimalkan waktu pemanasan saat suhu antara 5
jangan digunakan sebagai wadah makanan.
0 C and 60 0C penting karena bakteri yang mencemari
makanan berkembang biak pada suhu tersebut Keamanan makanan saat penyajian
• Untuk air sebanyak 2 liter perlu dididihkan selama 10- Bahaya kontaminasi makanan oleh bakteri bahkan
15 menit dan memerlukan waktu lebih lama untuk masih mungkin terjadi pada saat anak sedang diberi
5
1
Review of the Evidence. Nutrients 2012, 4, 1575-1609. know. World Health Day: 7 April 2015. www.searo.who.
int/entity/world_health_day/2015/whd-what-you-should-
7. USDA. Chapter5_Complementary Foods.
know
wicworks.fns. usda.govwicworksTopicsFGChapter.
Diunduh pada tanggal 14/7/2016. 20. Harada M.Minamata disease: methylmercury
poisoning in Japan caused by environmental
8. WHO. Who estimates of the global burden of pollution. Crit Rev Toxicol. 1995;25(1):1-24. Abstrak
foodborne disease. World Health Organization:
Geneva, Switzerland, 2015. 21. Chang JY. Park SU, Shin S, Yang HR, Moon
JS, Ko JS. Mercury Exposure in Healthy
9. Sheth M, and Dwivedi R. Complementary Foods
Korean Weaning-Age Infants: Association with
Associated Diarrhea. Indian J Pediatr 2006; 73 (1) : 61-64.
Growth, Feeding and Fish Intake. Int J Environ
10. U.S. Food and Drug Administration. Management Res Public Health, 2015; 12: 14669-89.
of Food Safety Practices – Achieving Active
22. Arnon SS. Botulism (Clostridium botulinum).
Managerial Control of Foodborne Illness Risk
Nelson Textbook of Pediatrics. 19th ed
Factors. FDA Food Code 2009: Annex 4.
23. Midura TF, Snowden S, Wood RM, Arnon SS.
11. WHO. Children and food safety. Children’s
Isolation of Clostridium botulinum from Honey. J
Health and the Environment. WHO Training
of Clin Microbiol, 1979:282-283
Package for the Health Sector. www.who.int/ceh.
Diunduh pada tanggal 14/7/2016 24. USDA. Honey. https://en.wikipedia.org/wiki/Honey.
Full Link to USDA Database entry
12. A2Z. The Demand for Locally Manufactured
Complementary Food Products Among 25. ESPGHAN Committee on Nutrition: Agostoni C, Decsi
Palestinian Caregivers. The USAID Micronutrient T, Fewtrell M, Goulet O, Kolacek S, Koletzko B,
and Child Blindness Project. 2009 Michaelsen KF, Moreno L, Puntis J, Rigo J, Shamir R,
Szajewska H, Turck D, van Goudoever J. Medical
13. CODEX Alimentarius. Guidelines on
Position Paper. Complementary Feeding: A
formulated complementary foods for older
Commentary by the ESPGHAN. Committee on Nutrition.
infants and young children. Revised 2013.
Journ Ped Gastroenterol Nutr. 2008;46:99–110,
14. World Health Organization. Five Keys to safer
26. Islam MA, Ahmed T, Faruque ASG, Rahman S, Das
aquaculture products to protect public health; World
SK, Ahmed D, Fattori V, Clarke R, Endtz H P, Cravioto
Health Organization: Geneva, Switzerland, 2016
A. Microbiological quality of complementary foods and
15. World Health Organization. Five keys to growing its association with diarrhoeal morbidity and nutritional
safer fruits and vegetables: promoting health by status of Bangladeshi children. European Journal of
decreasing microbial contamination; World Clinical Nutrition. 2012;66:1242-6. Abstrak
Health Organization: Geneva, Switzerland, 2012
27. United States Department of Agriculture Food Safety
16. World Health Organization. Five keys to and Inspection Service. Food Safety Information.
safer food manual; World Health “Danger Zone” (40 °F - 140 °F). www.fsis.usda.gov
Organization: Geneva, Switzerland, 2006.
28. Myhrvold, Nathan. “Modernist cuisine”. Vol
17. Food Standards Australia New Zealand. Food Safety: 1: The cooking lab. p. 177
Temperature control of potentially hazardous foods,
29. Driessen S, Peterson-Vangsness G. Preparing Safe
Guidance on the temperature control requirements of
Meals. Slow cookers and food safety.
Standard 3.2.2 Food Safety Practices and General
http://www1.extension.
Requirements. Available on www.foodstandards.gov.au
umn.edu/food-safety/preserving/safe-meals/slow-
or, in New Zealand, www.foodstandards.govt.nz. 2002
cooker-safety/ with related sources: Slow Cooker
18. Dolan LC, Matulka RA and Burdock GA. Safety Fact Sheet
Toxins 2010, 2, 2289-2332
30. Ehiri JE, Azubuike MC, Ubbaonu CN, Anyanwu EC, Ibe
19. World Health Organization. Food Safety: What you should KM, Ogbonna MO, et all. Critical control points of
complementary food preparation and handling in eastern
52
J. Ked. N. Med VOL. 1 NO. 1 Maret 201
Nigeria. Bulletin of the World Health Organization. 34. Onyangore F, Were G, Mwamburi L. Assessing Handling of
2001;79: 423–33. Complementary Foods towards Prevention of Iron Losses
among Infants in Keiyo South Subcounty, Kenya. Food
31. Kung’u JK, BoorKJ, AmeSM, Ali NS, Jackson AE, Stoltzfus
Science and Quality Management. 2015;36:1-8.
RJ. Bacterial Populations in Complementary Foods and
Drinking-water in Households with Children Aged 10- 35. Saleh F, Ara F, Hoque MA, Alam MS.
15 Months in Zanzibar, Tanzania. J Health Complementary Feeding Practices among Mothers
Popul Nutr. 2009;27(1):41-52. in Selected Slums of Dhaka City: A Descriptive
Study. J Health Popul Nutr 2014;32(1):89-96.
32. Department of Primary Industries, Food
Authorities. Guidance on the 4-hour / 2-hour 36. Dawson P, Han I, Cox M, Black C, SimmonsL.
rule. www. foodauthority.nsw.gov.au Residence time and food contact time effects on
transfer of Salmonella Typhimurium from tile,
33. BabyGreenThumb.com. Safe Plastic Numbers wood and carpet: testing the fiive-second rule. J
(Guide). www.babygreenthumb.com/p-122-safe- of Applied Microbiology. 2007;102: 945–53.
plastic-numbers-guide.aspx.June 06, 2011
S
dan untuk usia < 20 tahun sebanyak 1 pasien (16.67%), 20
– 40 tahun sebanyak 2 pasien (33.33%) dan
indrom Guillain Barre (SGB) atau penyakit
41– 59 tahun sebanyak 3 pasien (50.0%). 11
poliradikuloneuropati adalah kumpulan gejala
klinis akibat proses inflamasi akut yang Perbedaan angka kejadian di negara maju dan
menyerang sistem saraf. Sindrom Guillain Barre berkembang tidak nampak. Kasus ini cenderung lebih
ditandai dengan kelemahan anggota gerak bersifat banyak pada pria dibandingkan wanita. Data RS Cipto
flaccid pasca terjadinya infeksi. Sindrom Guillain Mangunkusumo (RSCM) Jakarta menunjukkan pada
Barre disebabkan oleh proses autoimun di mana akhir tahun 2010-2011 tercatat 48 kasus Sindrom
tergetnya adalah saraf tepi. 2 Sindrom Guillain Guillain Barre dalam satu tahun dengan berbagai varian
Barre adalah salah satu kelainan karena jumlah per bulan. Pada Tahun 2012 berbagai kasus di
gangguan sistem imun dengan ciri paralisis akut.8 RSCM mengalami kenaikan sekitar 10%.10
Sindrom Guillain Barre bersifat ascending, progresif
dan berhubungan dengan proses autoimun. Secara
TINJAUAN PUSTAKA
klinis, kejadian Sindrom Guillain Barre sering didahului
Definisi
oleh infeksi akut non spesifik sebelumnya, seperti
Sindrom Guillain Barre merupakan polineuropati
infeksi saluran nafas atau infeksi saluran cerna. 6
demielinisasi akut dengan berbagai macam jenis
Insiden Sindrom Guillain Barre berkisar antara 0,4-
yaitu: Sindrom Guillain Barre motor-sensoris,
1,7 kasus per 100.000 orang pertahun. Puncak insidensi
Sindrom Guillain Barre motor murni, Miller Fisher,
Sindrom Guillain Barre antara usia 15-35 tahun. Sindrom
bulbar, Sindrom Guillain Barre aksonal primer.11
Guillain Barre yang berkaitan dengan infeksi saluran
Parry mengatakan bahwa, Sindrom Guillain Barre
pernafasan atau infeksi gastrointestinal yaitu sebanyak
adalah suatu polineuropati yang bersifat ascending dan
56%-80% sekitar 1 sampai 4 minggu sebelum terjadinya
akut yang sering terjadi setelah 1 sampai 3 minggu setelah
infeksi.2 Berdasarkan data dari ruang rawat inap Sub
infeksi akut. Menurut Bosch, Sindrom Guillain Barre
Departemen Penyakit Saraf Rumkital Dr. Ramelan
merupakan suatu sindroma klinis yang ditandai adanya
Surabaya periode Januari 2012–Januari 2015 didapatkan
paralisis flasid yang terjadi secara akut berhubungan
berdasarkan jenis kelamin, diperoleh data sebanyak 3
Patologi
2. Neuropati akson motorik akut (AMAN)
Pada pemeriksaan makroskopis tidak tampak jelas
Neuropati akson motorik akut (AMAN) lebih sering
gambaran pembengkakan saraf tepi. Dengan mikroskop
terjadi di Jepang dan Cina, di antara orang-orang muda
sinar tampak perubahan pada saraf tepi. Perubahan
dan di musim panas. Ini memiliki hubungan dengan
pertama berupa edema yang terjadi pada hari ke tiga
infeksi sebelumnya oleh Campylobacter jejuni.13
atau ke empat, kemudian timbul pembengkakan dan
iregularitas selubung myelin pada hari ke lima, terlihat
beberapa limfosit pada hari ke sembilan dan makrofag
pada hari ke sebelas, poliferasi sel schwan pada hari ke
tigabelas. Perubahan pada myelin, akson, dan selubung
schwan berjalan secara progresif, sehingga pada hari
ke enampuluh enam, sebagian radiks dan saraf tepi
telah hancur. Asbury dkk mengemukakan bahwa
perubahan pertama yang terjadi adalah infiltrasi sel
limfosit yang ekstravasasi dari pembuluh darah kecil
pada endo dan epineural. Keadaan ini segera diikuti
demyelinisasi segmental. Bila peradangannya berat
akan berkembang menjadi degenerasi Wallerian.
Kerusakan myelin disebabkan makrofag yang
menembus membran basalis dan melepaskan selubung
myelin dari sel schwan dan akson.4
58
J. Ked. N. Med VOL. 1 NO. 1 Maret 201
Manifestasi klinis
Gejala neurodefisiensi biasanya muncul 4. Nyeri
dalam 2-28 hari pertama dari perjalanan penyakit. Dalam sebuah studi tentang nyeri pada pasien
Relaps sering terjadi setelah infeksi atau dengan Sindrom Guillain Barre, 89% pasien
vaksinasi, bahkan bertahun-tahun (4-36) setelah melaporkan nyeri yang disebabkan SGB pada
episode pertama.1 Gejalanya dapat berupa: beberapa waktu selama perjalanannya. Nyeri paling
parah dapat dirasakan pada daerah bahu, punggung,
1. Kelemahan pantat, dan paha dan dapat terjadi bahkan dengan
Gambaran klinis yang klasik adalah kelemahan sedikit gerakan. Rasa sakit ini sering digambarkan
yang ascending dan simetris secara natural. Anggota sebagai sakit atau berdenyut. Gejala dysesthetic
tubuh bagian bawah biasanya terkena duluan diamati ada dalam sekitar 50% dari pasien selama
sebelum tungkai atas. Otot-otot proksimal mungkin perjalanan penyakit mereka. Dysesthesias sering
terlibat lebih awal daripada yang lebih distal. Tubuh, digambarkan sebagai rasa terbakar, kesemutan, atau
bulbar, dan otot pernapasan dapat terpengaruh juga. sensasi shocklike dan sering lebih umum di ekstremitas
Kelemahan otot pernapasan dengan sesak napas bawah daripada di ekstremitas atas. Dysesthesias
mungkin ditemukan, berkembang secara akut dan dapat bertahan tanpa batas waktu pada 5-10% pasien.
berlangsung selama beberapa hari sampai minggu. Sindrom nyeri lainnya yang biasa dialami oleh sebagian
Keparahan dapat berkisar dari kelemahan ringan pasien dengan SGB adalah sebagai berikut; Myalgic,
sampai tetraplegia dengan kegagalan ventilasi. nyeri visceral, dan rasa sakit yang terkait dengan
kondisi imobilitas (misalnya, tekanan palsi saraf, ulkus
2. Keterlibatan saraf cranial dekubitus).
Keterlibatan saraf kranial tampak pada 45-75%
pasien dengan Sindrom Guillain Barre. Saraf kranial III- 5. Perubahan otonom
VII dan IX-XII mungkin akan terpengaruh. Keluhan Keterlibatan sistem saraf otonom dengan
umum mungkin termasuk sebagai berikut; wajah droop disfungsi dalam sistem simpatis dan parasimpatis
(bisa menampakkan palsy Bell), Diplopias, Dysarthria, dapat diamati pada pasien dengan SGB. Perubahan
Disfagia, Ophthalmoplegia, serta gangguan pada pupil. otonom dapat mencakup sebagai berikut; Takikardia,
Kelemahan wajah dan orofaringeal biasanya muncul Bradikardia, Facial flushing, Hipertensi paroksimal,
setelah tubuh dan tungkai yang terkena. Varian Miller- Hipotensi ortostatik. Retensi urin karena gangguan
Fisher dari Sindrom Guillain Barre adalah yang paling sfingter urin, karena paresis lambung dan dismotilitas
unik karena subtipe ini dimulai dengan defisit saraf usus dapat ditemukan.
kranial.
6. Pernapasan
3. Perubahan Sensorik Empat puluh persen pasien SGB cenderung
Gejala sensorik biasanya ringan. Dalam memiliki kelemahan pernafasan atau orofaringeal.
kebanyakan kasus, kehilangan sensori cenderung Keluhan yang khas yang sering ditemukan adalah
minimal dan variabel. Kebanyakan pasien mengeluh sebagai berikut; dispnea saat aktivitas, sesak napas,
parestesia, mati rasa, atau perubahan sensorik kesulitan menelan, bicara cadel. Kegagalan ventilasi
serupa. Gejala sensorik sering mendahului yang memerlukan dukungan pernapasan biasa
kelemahan. Parestesia umumnya dimulai pada jari terjadi pada hingga sepertiga dari pasien di beberapa
kaki dan ujung jari, berproses menuju ke atas tetapi waktu selama perjalanan penyakit mereka.
umumnya tidak melebar keluar pergelangan tangan Ciri-ciri kelainan cairan serebrospinal yang
atau pergelangan kaki. Kehilangan getaran, kuat menyokong diagnosa:
proprioseptis, sentuhan, dan nyeri distal dapat hadir.
a. Protein CSS meningkat setelah gejala 1 minggu atau
J. Ked. N. Med VOL. 1 NO. 1 Maret 201
5
9
terjadi peningkatan pada LP serial lebih ditujukan pada tindakan suportif dan
b. Jumlah sel CSS < 10 MN/mm3; Varian ( tidak fisioterapi. Bila perlu dilakukan tindakan
ada peningkatan protein CSS setelah 1 minggu trakeostomi, penggunaan alat Bantu pernapasan
gejala dan Jumlah sel CSS: 11-50 MN/mm3 ). (ventilator) bila vital capacity turun dibawah 50%.
c. Gambaran elektrodiagnostik yang mendukung
diagnose adalah perlambatan konduksi saraf 2. Fisioterapi
bahkan blok pada 80% kasus. Biasanya Fisioterapi dada secara teratur untuk mencegah
kecepatan hantar kurang 60% dari normal.5 retensi sputum dan kolaps paru. Gerakan pasif pada
kaki yang lumpuh mencegah kekakuan sendi.
Segera setelah penyembuhan mulai (fase
Diagnosis
rekonvalesen), maka fisioterapi aktif dimulai untuk
Diagnosis Sindrom Guillain Barre sebagian besar
melatih dan meningkatkan kekuatan otot.
bergantung pada gambaran klinis (paresis progresif
ekstremitas bawah dan atas, kehilangan sensasi,
3. Imunoterapi
keterlibatan saraf kranial, terutama wajah, disfungsi
otonom), analisis cairan serebrospinal (peningkatan
Tujuan pengobatan SGB ini untuk
mengurangi beratnya penyakit dan mempercepat
konsentrasi protein, peningkatan jumlah leukosit
kesembuhan ditunjukan melalui system imunitas:
mononuklear yang tidak melebihi 10 sel dalam 1 mm3),
studi elektrofisiologi (penurunan kecepatan konduksi
pada motorik dan serabut sensorik, serta perpanjangan
a. Plasma exchange therapy
Plasmaparesis atau plasma exchange bertujuan
latensi distal yang signifikan, dan adanya blok konduksi-
untuk mengeluarkan faktor autoantibodi yang beredar.
informatif tentang kerusakan saraf demielinasi).
Pemakaian plasmaparesis pada Sindrom Guillain Barre
Sindrom Guillain Barre harus dibedakan dari penyakit
memperlihatkan hasil yang baik, berupa perbaikan klinis
dan gangguan lain yang menyebabkan kelemahan otot
yang lebih cepat, penggunaan alat bantu nafas yang
akut misalnya: myasthenia, paralisis periodik, myelitis
lebih sedikit, dan lama perawatan yang lebih pendek.
transversa, poliomyelitis, peradangan batang otak,
Waktu yang paling efektif untuk melakukan PE adalah
porfiria dan neuropati lainnya.
dalam 2 minggu setelah munculnya gejala. Jumlah
plasma yang dikeluarkan per exchange adalah 40-50
Pengobatan ml/kg dalam waktu 7-10 hari dilakukan empat sampai
Sampai saat ini belum ada pengobatan spesifik lima kali exchange.
untuk SGB, pengobatan terutama secara simptomatis.
Tujuan utama penatalaksanaan adalah mengurangi b. Imunoglobulin IV
gejala, mengobati komplikasi, mempercepat Intravenous inffusion of human Immunoglobulin
penyembuhan dan memperbaiki prognosisnya. (IVIg) dapat menetralisasi autoantibodi patologis yang
Penderita pada stadium awal perlu dirawat di rumah ada atau menekan produksi auto antibodi tersebut.
sakit untuk terus dilakukan observasi tanda-tanda vital. Pengobatan dengan gamma globulin intravena lebih
Penderita dengan gejala berat harus segera di rawat di menguntungkan dibandingkan plasmaparesis karena
rumah sakit untuk memdapatkan bantuan pernafasan, efek samping/komplikasi lebih ringan. Pemberian IVIg
pengobatan dan fisioterapi. Adapun penatalaksanaan ini dilakukan dalam 2 minggu setelah gejala muncul
yang dapat dilakukan adalah: dengan dosis 0,4 g / kgBB /hari selama 5 hari.
(Creatine Kinase), dan pada cairan serebrospinal normal. Barre Syndrome. Polish Annals of Medicine.pp.58-61.
T
kira-kira 1-10% dan thalasemia β adalah 3,7%.2
Thalasemia pertama kali ditemukan pada tahun 1925
halasemia merupakan penyakit anemia hemolitik
ketika Dr. Thomas B. Cooley mendeskripsikan bahwa
herediter yang disebabkan karena penurunan
terdapat gambaran anemia berat, splenomegali, dan
atau tidak adanya sintesis satu atau lebih rantai
globin yang berperan dalam pembentukan biasanya ditemukan abnormal pada tulang yang disebut
hemoglobin. Secara normal, hemoglobin dewasa terdiri kelainan eritroblastik atau anemia Mediterania karena
dari 2 rantai globin α dan 2 rantai globin β. Bila terjadi sirkulasi sel darah merah dan nukleasi. Pada tahun 1932
kegagalan dalam pembentukan rantai globin, maka sel Whipple dan Bradford menciptakan istilah thalasemia dari
darah merah menjadi kaku, usia sel darah merah menjadi bahasa Yunani yaitu thalassa, yang artinya laut (laut
lebih pendek dan eritropoesis menjadi tidak efektif. Hal ini tengah) untuk mendeskripsikan ini. Beberapa waktu
menyebabkan terjadinya anemia, lalu tubuh akan kemudian, anemia mikrositik ringan dideskripsikan pada
mengkompensasi dengan cara menstimulasi pembentukan keluarga pasien anemia Cooley, dan segera menyadari
sel darah merah secara terus menerus pada sumsung bahwa kelainan ini disebabkan oleh gen abnormal
tulang. Thalasemia diklasifikasikan berdasarkan heterozigot. Ketika homozigot, dihasilkan anemia Cooley
genotipnya menjadi 2, yaitu thalasemia yang berat.3 Thalasemia merupakan penyakit yang
α dan thalasemia β, sedangkan berdasarkan derajat diturunkan. Pada penderita thalasemia, hemoglobin
berat ringannya gejala klinis, thalasemia dibagi menjadi mengalami penghancuran (hemolisis). penghancuran
thalasemia mayor, intermedia dan minor.1 Berdasarkan terjadi karena adanya gangguan sintesis rantai hemoglobin
laporan World Health Organization (WHO) tahun 2006 atau rantai globin. Hemoglobin orang dewasa terdiri dari
sekitar 7% penduduk dunia diduga pembawa sifat HbA yang merupakan 98% dari seluruh hemoglobinnya.
thalasemia atau sekitar 300.000-500.000 bayi lahir HbA2 tidak lebih dari 2% dan HbF 3%. Pada bayi baru lahir
sebagai pembawa sifat thalasemia dan sekitar 1,67% HbF merupakan bagian terbesar dari hemoglobin (95%).
dari penduduk dunia sebagai penderita thalasemia.
SINTESIS HEMOGLOBIN
KLASIFIKASI
Hemoglobin merupakan pigmen merah yang membawa
oksigen dalam sel darah merah. Hemoglobin mengikat Thalasemia merupakan penyakit terbanyak di
O2 menempel pada Fe2+ dalam heme, afinitas antara golongan anemia hemolitik dengan
hemoglobin terhadap O2 dipengaruhi oleh pH, suhu dan penyebab intrakorpuskuler di Indonesia.
konsentrasi 2,3- difosfogliserat (2,3-DPG) dalam sel Secara molekuler thalasemia dibedakan atas :
darah merah. 2,3-DPG dan H+ berkompetisi dengan O 2 1. Thalasemia-α (gangguan pembentukan rantai α).
untuk berikatan dengan Hb tanpa O 2 (O2 teroksidasi), 2. Thalasemia-β (gangguan pembentukan rantai β).
sehingga menurunkan afinitas Hb terhadap O 2 dengan 3. Thalasemia- β-δ (gangguan pembentukan rantai
menggeser posisi 4 rantai polipeptida.5 β dan δ yang letak gen-nya diduga berdekatan ).
Hemoglobin dibentuk dari heme dan globin. 4. Thalasemia –δ (gangguan pembentukan rantai δ). 4
Heme sendiri terdiri dari 4 struktur pirol dengan
atom Fe ditengahnya, sedangkan globin terdiri PATOFISIOLOGI
dari 2 pasang rantai polipeptida. Pembuatan Mutasi pada β-Thalassemia meliputi delesi gen
setiap rantai polipeptida ini diatur oleh beberapa globin, mutasi daerah promotor, penghentian mutasi
gen (gen regulator), sedangkan urutannya dan mutasi lainnya. Terdapat relatif sedikit mutasi pada
dalam rantai tersebut diatur oleh gen struktural.4 α-Thalassemia. Penyebab utama adalah terdapatnya
ketidakseimbangan rantai globin. Pada sumsum tulang
EPIDEMIOLOGI mutasi thalasemia mengganggu pematangan sel darah
merah, sehingga tidak efektifnya eritropoiesis akibat
Kelainan Hemoglobin pada awalnya endemik di 60% hiperaktif sumsum tulang, terdapat
hemolitik anemia lainnya. Kunci diagnosis adalah penurunan MCV dengan atau tanpa anemia ringan.
meningkatnya MCV dan memperlihatkan hipokrom pada Apusan darah tepi memperlihatkan hipokromik, target sel
apusan darah. Dengan pengecualian pada b-thalasemia, dan terkadang basofil stipling. Hb elektroforesis
memiliki kelainan hemolitik berupa normal atau memperlihatkan setelah usia 12-16 bulan selalu
peningkatan MCV dan tidak hipokromik.7 terdiagnosis ketika lebel Hb A2, Hb F, atau keduanya
meningkat. b-thalassemia mayor saat skrening sering
THALASEMIA- β (THALASEMIA memperlihatkan Hb A negative. Saat lahir bayi tersebut
MAJOR, COOLEY ANEMIA) memiliki sistem hematologi yang normal namun
berkembang menjadi anemia berat setelah bulan pertama
Bentuk ini lebih heterogen dibandingkan thalasemia kelahiran. Karakteristik apusan darah tepi memperlihatkan
α, tetapi untuk kepentingan klinis umumnya hipokromik, mikrositik anemia dengan anisocytosis dan
dibedakan antara thalasemia β0 dan thalasemia β+. poikilositosis. Sel target meningkat dan nucleus sel darah
Pada β0 thalasemia tidak dibentuk rantai globin sama merah sering memperlihatkan peningkatan dari pada sel
skali, sedangkan β+ thalasemia terdapat darah putih. Level Hb biasanya berada antara 5-6 g/dl atau
pengurangan (10-50%) daripada produksi rantai lebih rendah. Retikulosit count sangat meningkat.
globin β tersebut. Pembagian selanjutnya adalah Perhitungan Platelet dan sel darah putih biasanya
kadar HbA2 yang normal baik pada β 0 maupun β+ - meningkat, dan serum bilirubin juga meningkat. Sumsung
thalasemia dalam bentuk heterozigotnya. Bentuk tulang memperlihatkan erythroid hyperplasia tapi sulit
homozigot dari β0 atau campuran antara β0 dengan untuk didiagnosa. Hb elektroporesis memperlihatkan
β+-thalasemia yang berat akan menimbulkan gejala hanya Hb F dan Hb A2 pada anak anak dengan b 0 -
klinis yang berat yang memerlukan tranfusi darah thalassemia homozigot. Mereka dengan gen β+ -
sejak permulaan kehidupannya. Tapi kadang- thalassemia memiliki beberapa Hb A tetapi mengalami
kadang bentuk campuran ini memberi gejala klinis peningkatan pada Hb F dan Hb A2. Diagnosis homozygot
ringan dan disebut thalasemia intermedia.4 b-thalassemia sebaiknya juga diperkuat dengan temuan b-
thalassemia minor pada kedua orang tua penderita.
b-Thalasemia minor harus dibedakan dari Transplantasi sumsum tulang telah memberi
penyebab lain dari mikrositik ringan, a-thalasemia. harapan baru bagi penderita thalasemia dengan
Berbeda dengan penderita anemia hipokromik anemia, lebih dari seribu penderita thalasemia mayor berhasil
defisiensi besi dan mereka dengan b-thalassemia minor
tersembuhkan dengan tanpa ditemukannya
memiliki peningkatan jumlah eritrosit dan dengan index
akumulasi besi dan hepatosplenomegali.
MCV dibagi eritrosit dengan hasil di bawah 13. Secara
Keberhasilannya lebih berarti pada anak usia
umum, ditemukannya peningkatan Hb A2 merupakan
dibawah 15 tahun. Seluruh anak anak yang memiliki
diagnosis. Namun rendahnya HbA2 juga dapat
HLA-spesifik dan cocok dengan saudara
disebabkan oleh defesiensi besi yang terjadi secara
kandungnya di anjurkan untuk melakukan
bersamaan. Sehingga dapat mengaburkan diagnosis
transplantasi ini.
dan sering salah diagnosis dengan anemia defesiensi
besi. Suportif
b-Thalassemia major sering sangat beda dari • Tranfusi Darah: Hb penderita dipertahankan
kelainan lain. Hb elektroporesis dan study keluarga antara 8 g/dl sampai 9,5 g/dl. Dengan kedaan ini
membuktikan mudah membedakan dengan Hb E- b - akan memberikan supresi sumsum tulang yang
Thalassemia, yang paling penting adalah tranfusi rutin adekuat, menurunkan tingkat akumulasi besi,
merupakan poin penting diagnosa b -Thalassemia. dan dapat mempertahankan pertumbuhan dan
perkembangan penderita. Pemberian darah
PENATALAKSANAAN8, 9 dalam bentuk PRC (packed red cell), 3 ml/kg BB
Medikamentosa untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dl.
• Pemberian iron chelating agent (desferoxamine):
diberikan setelah kadar feritin serum sudah PEMANTAUAN
mencapai 1000 mg/l atau saturasi transferin lebih 1. Terapi
50%, atau sekitar 10-20 kali transfusi darah. • Pemeriksaan kadar feritin setiap 1-3
Desferoxamine, dosis 25-50 mg/kg berat bulan, karena kecenderungan kelebihan
badan/hari subkutan melalui pompa infus dalam besi sebagai akibat absorbsi besi
waktu 8-12 jam dengan minimal selama 5 hari meningkat dan transfusi darah berulang.
berturut setiap selesai transfusi darah. • Efek samping kelasi besi yang dipantau: demam,
• Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian sakit perut, sakit kepala, gatal, sukar bernapas.
kelasi besi, untuk meningkatkan efek kelasi besi. Bila hal ini terjadi kelasi besi dihentikan.
• Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi
kebutuhan yang meningkat. 2. Tumbuh Kembang
• Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan • Anemia kronis memberikan dampak pada
dapat memperpanjang umur sel darah merah proses tumbuh kembang, karenanya
diperlukan perhatian dan pemantauan
Bedah tumbuh kembang penderita.
Dilakukan splenektomi dengan indikasi • Anemia kronis dan kelebihan zat besi dapat
sebagai berikut: menimbulkan gangguan fungsi jantung
• Limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi (gagal jantung), hepar (gagal hepar),
gerak penderita, menimbulkan peningkatan tekanan gangguan endokrin (diabetes melitus,
intraabdominal dan bahaya terjadinya rupture. hipoparatiroid) dan fraktur patologis.
• Hipersplenisme ditandai dengan peningkatan
68
J. Ked. N. Med VOL. 1 NO. 1 Maret 201
KOMPLIKASI dari dokter dan pasien agar tujuan terapi
Akibat anemia yang berat dan lama, sering dapat tercapai dengan maksimal.
terjadi gagal jantung. Tranfusi darah yang berulang
ulang dan proses hemolisis menyebabkan kadar besi
dalam darah sangat tinggi, sehingga di timbun dalam DAFTAR PUSTAKA
berbagai jarigan tubuh seperti hepar, limpa, kulit,
1. Anemia Institute for Research & Eucation. 2009.
jantung dan lain lain. Hal ini menyebabkan gangguan
Guidelines for the Clinical Care of Patients with
fungsi alat tersebut (hemokromatosis). Limpa yang
Thalassemia in Canada. Thalassemia
besar mudah ruptur akibat trauma ringan. Kadang Foundation of Canada, Canada. p.25-26 ;35-43
kadang thalasemia disertai tanda hiperspleenisme
2. Indra Kusuma Jaya , Dian Puspita Sari , dan Nyayu
seperti leukopenia dan trompositopenia. Kematian
Fauziah Zen. 2015. Gambaran Usia Tulang pada Pasien
terutama disebabkan oleh infeksi dan gagal jantung. 4
Thalasemia dengan Perawakan Pendek di Bagian Ilmu
Hepatitis pasca transfusi biasa dijumpai,
Kesehatan Anak RSUP Dr. Moh Hoesin Palembang.
apalagi bila darah transfusi telah diperiksa terlebih Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, vol. 2 (2): 217-222
dahulu terhadap HBsAg. Hemosiderosis
3. Rudolph, A. M., Hoffmand, J. I. E., & Rudolph,
mengakibatkan sirosis hepatis, diabetes melitus dan
C. D. 2007. Buku ajar pediatri. (Samik, W. &
jantung. Pigmentasi kulit meningkat apabila ada Sugiarto, Penerjemah). Jakarta: EGC
hemosiderosis, karena peningkatan deposisi melanin. 8
4. Hassan R dan Alatas H. 2007. Buku Kuliah : Ilmu
Kesehatan Anak I. Jakarta : Penerbit
KESIMPULAN Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
1. Thalassemia merupakan suatu kelompok
kelainan sintesis hemoglobin yang heterogen. 5. McPhee, S. J., & Ganong, W. F. 2010.
Thalassemia memberikan gambaran klinis Patofisiologi penyakit, Edisi 5. Jakarta: EGC
anemia yang bervariasi dari ringan sampai berat. 6. Behrman R.E, Kliegman R.M and jenson H.B. 2004.
2. Transfusi darah masih merupakan tata laksana Nelson textbook of pediatrics’. Part 20 disease of the
suportif utama pada thalassemia agar anak blood chapter 454 hemoglobin disorder 454.9
dapat tumbuh dan berkembang secara normal. thallasemia syndrome. 17th edition.USA.
3. Transfusi dapat menyebabkan terjadinya 7. Hay W.W, Hayward A.R, Levin M..J and Sandheimer J.M.
reaksi transfusi tipe cepat maupun tipe lambat. 2003. Current pediatric diagnosis and treatment. Part
4. Transfusi berulang pada thalassemia akan 27 hematologic disorder, congenital hemolytic
menyebabkan berbagai dampak, antara lain anemias hemoglobinopaties. 16th edition. Lange
hemosiderosis, infeksi virus dan bakteri, medical books/ McGrawhill. North America.
serta hipersplenisme. 8. Herdata,Heru Noviat.2008. Thalasemia, http://
5. Terapi hemosiderosis pada thalassemia ebookfkunsyiah.wordpress.com/category/
adalah terapi kombinasi dari obat pengkelasi hematoonkologi/thalassemia/
besi (iron chelating drugs), terapi infeksi 9. Rachmilewitz E and Rund D. 2005. Thalassemia.
bakteri adalah pemberian antibiotik, dan terapi The new England journal medicine-b : Jerusalem.
hipersplenisme yaitu dengan splenektomi. http://content. nejm.org/cgi/reprint/353/11/1135.pdf
SARAN
1. Sebaiknya dilakukan pemantauan fungsi
organ secara berkala agar berbagai dampak
transfusi dapat dideteksi secara dini.
2. Perlu adanya kerjasama dan komunikasi yang baik
T. Mamfaluthi
Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/Rumah Sakit
Dr. Zaenoel Abidin, Banda Aceh
glukokortikoid menghambat respon imun dan adalah penting untuk memahami tingkat keamanan dan
perifer menurunkan jumlah limfosit secara cepat Sebagian besar ESO kortikosteroid adalah predictable
(limfosit T > limfosit B) dan mendistribusi limfosit dari sehingga dapat diprediksi, tetapi sebagian ESO yang
sirkulasi ke limfa, limphonode dan sumsum tulang.2 lain adalah unpredictable. Efek samping penggunaan
kortikosteroid dapat dibedakan menjadi ESO yang
sangat sering terjadi, ESO yang sering terjadi, ESO
Metabolisme Tulang dan Kalsium yang kadang terjadi dan ESO yang jarang terjadi. 8
Glukokortikoid menyebabkan osteoporosis karena Hal-hal yang harus diperhatikan pada pemberian
menghambat fungsi osteoblast. Sekitar 1% populasi di kortikosteroid yaitu apakah kortikosteroid betul-betul
negara negara barat menggunakan terapi glukokortikoid diperlukan. Adakah kontraindikasi relatif pemberian
jangka panjang dan 50 % menggunakan lebig dari 12 kortikosteroid seperti diabetes mellitus, hipertensi,
tahun. Osteoporosis yang diinduksi glukokortokoid osteoporosis. Tentukan lama dan waktu pemberian.
menimbulkan masalah kesehatan yang memprihatinkan. Usahakan sebisa mungkin pagi hari dan dosis tunggal.
Osteonekrosis (avascular osteonecrosis) menyebabkan Gunakan kortikosteroid dengan dosis serendah mung-
gangguan yang berlangsung cepat dan terbatas terutama kin dan waktu sesingkat mungkin. Pikirkan pemberian
pada caput femoris. Kelainan itu menyebakan nyeri dan kostikosteroid rute lain yang lebih aman seperti injeksi
tukang kolaps dan akhirnya memerlukan hip replecement. intraartikular. Pemakai kortikosteroid harus diingatkan
Kelainan itu dapat dideteksi dengan pemeriksaan MRI. pentingnya mematuhi dosis pemakaian, jangan me-
Glukokortikoid juga dapat menyebabkan apoptosis osteosit nambah atau mengurangi sendiri. Diberikan informasi
dan terganggunya suplai darah diduga hal ini sebagai tentang ESO penghentian mendadak, perlunya catatan
penyebab timbulnya medis pengingat, kontrol rutin. Anjurkan diet yang sehat
keseimbangan cairan dan elektrolit, memelihara fungsi 5. Newton R. Molecular mechanism of glucocorticoid
normal sistem kardiovaskular, ketahanan tubuh, ginjal, action : What is important?. Thorax. 2000;55:603-12.
otot rangka, sistem endokrin serta sistem saraf.
6. Church MK, Casale TB. Principles of
Pemberian kortikosteroid dibedakan menjadi 4 Pharmacotherapy in Holgate eds Allergy.4th
spektrum dosis yaitu dosis rendah (kurang dari edition. Elsevier Saunders. 2012;154-55.
10mg/hari), intermediate (10-20mg/hari), tinggi (20-
7. Soeatmadji DW. The health Consequences of steroid
60mg/hari) dan sangat tinggi (100mg-1000mg/hari).
abuse and how to manage. The 9th Endocrinology &
Pembagian dosis ini berguna sebagai terapi serta untuk Diabetes Forum of Sumatera Region in Conjunction with
memperkirakan efek samping yang terjadi. Saat The 2nd Aceh Endocrinology & Diabetes Update.
memutuskan penggunaan kortikosteroid, adalah penting Sucipto KW, Zufry H. Editor. Banda Aceh. 2017;52-9.
untuk memahami tingkat keamanan dan indikasi
8. Handa R. Corticosteroid in Rheumatoid
maupun kontraindikasi penggunaannya.
Arthritis: Resurrection, Revival or
Rethinking. Med Update. 2011;1:270-4.
K
namun disisi lain eutanasia dianggap sebagai suatu
bentuk tindakan pembunuhan (Murkey& Singh
2008).
emajuan teknologi terutama dalam bidang
Belanda termasuk salah satu negara yang
genetika dan medis ikut mempengaruhi antusias melegalkan eutanasia atas permintaan eksplisit dari
masyarakat umum dalam meningkatkan kesehatan pasien. Sebelumnya terdapat sejarah panjang terkait hal
dan kualitas hidup. Namun juga banyak terkait dengan
etik maupun norma agama, salah satunya keputusan ini sampai akhirnya disahkan pada tahun 2002. Hal yang
untuk mengakhiri hidup yang dikenal dengan istilah sama juga telah berlaku di Belgia. Namun tetap ada
eutanasia. Penggunaan anastesi pertama sekali untuk
syarat-syarat tertentu yang harus terpenuhi sebelum
tindakan mengakhiri hidup seseorang pada kasus
penyakit terminal dan menyakitkan dilakukan pada tindakan tersebut dilakukan, seperti dilakukan oleh dokter,
tahun 1870, hal ini yang memulai pertentangan telah memenuhi semua prosedur pengobatan, dan atas
tentang eutanasia (Televantos et al. 2013). permintaan pasien secara eksplisit atas dasar penderitaan
Definisi eutanasia sangat bervariasi, mulai yang tidak tertahankan (Rurup et al. 2011).
dari tindakan mengakhiri hidup secara sederhana
sampai tindakan mengakhiri hidup yang dibantu
Definisi
oleh dokter bahkan ada yang mendefinisikan
Eutanasia berasal dari bahasa Yunani, yaitu
sebagai suatu tindakan pembunuhan tanpa rasa
”eu”dan ”thanatos”. Eu berarti baik, tanpa penderitaan
sakit pada pasien yang tidak dapat disembuhkan
dan thanatos berarti kematian. Menurut istilah
atau penyakit dengan rasa sakit yang hebat serta
kedokteran, eutanasia berarti tindakan untuk
dalam kondisi koma (Televantos et al. 2013).
meringankan kesakitan atau penderitaan yang
Eutanasia sampai saat ini masih kontroversial
dialami oleh seseorang yang akan meninggal, juga
tidak hanya terkait definisi yang menjelaskan eutanasia
berarti mempercepat kematian seseorang yang
tersebut tetapi juga dari segi hukum dan etika. Disatu
berada dalam kesakitan dan penderitaan yang hebat
sisi eutanasia dianggap sebagai suatu tindakan yang
menjelang kematiannya(Hasan 1995).
dilakukan oleh dokter atau tenaga medis untuk
membantu pasien yang sedang dalam kondisi terminal
76
J. Ked. N. Med VOL. 1 NO. 1 Maret 201
Tujuan Eutanasia untukmenentukan perubahan data prevalensi
Salah satu tujuan dalam kehidupan adalah karena penerimaan eutanasia ini masih
untuk dapat hidup secara bahagia dan sedapat kontroversial (Sanson et al. 1996; Naudts et al.
mungkin bisa membahagiakan orang lain. Atas dasar 2006; Norwood, Kimsma& Battin 2009).
inilah tindakan eutanasia dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Pada awal kehidupan
BERBAGAI ASPEK EUTANASIA
• Bayi lahir dengan cacat fisik dan mental
yang berat
Tindakan eutanasia sampai saat ini masih terus
• Keputusan dibuat oleh orang tua atau diperdebatkan dasar legitimasinya baik dari segi
dibawah petunjuk dokter dan sesuai dengan medis, etik,budaya, spiritual, maupun hukum.
hukum yang berlaku di negara tersebut.
• Keputusan juga didasarkan pada kualitas
hidup anak dengan mempertimbangkan Aspek Medis
Dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan
pengaruhnya pada keluarga atau
tenologi di bidang medik, kehidupan seorang pasien
masyarakat setempat dan perawatan
bisa diperpanjang dan hal ini seringkali membuat
selanjutnya jika kedua orangtua meninggal.
para dokter dihadapkan pada sebuah dilema untuk
2. Pada akhirkehidupan (stadium terminal)
memberikan bantuan tersebut apa tidak dan jika
• Pasien kondisi terminal yang masih sadar dapat
sudah terlanjur diberikan bolehkah untuk dihentikan.
memberikan persetujuan atau keputusan untuk
Tugas seorang dokter adalah untuk menolong jiwa
terus melanjutkan atau menghentikan
seorang pasien, padahal jika dilihat lagi hal itu sudah
pengobatan atas keinginannya sendiri.
tidak bisa dilanjutkan lagi dan jika hal itu diteruskan
3. Ketika seseorang dalam kondisi penyakit yang
maka terkadang akan menambah penderitaan
berat yang menyebabkan kerusakan otak
seorang pasien. Penghentian pertolongan tersebut
• Ketika seseorang dalam kondisi penyakit berat
merupakan salah satu bentuk eutanasia.
akibat kerusakan otak baik karena tindak
Berdasarkan pada cara terjadinya, ilmu pengetahuan
kekerasan, keracunan atau akibat sebab-sebab
membedakan kematian kedalam tiga jenis:
alami sehingga otak mengalami kerusakan
1. Orthothanasia, merupakan kematian yang
ireversibel, dengan bantuan alat medis pasien
terjadi karena proses alamiah,
dapat bertahan namun tidak didapatkan adanya
2. Dysthanasia, adalah kematian yang terjadi
interaksi dalam hal apapun.
secara tidak wajar,
• Dalam hal ini eutanasia diperbolehkan agar
3. Eutanasia, adalah kematian yang terjadi dengan
seseorang mengakhiri hidupnya dalam
pertolongan atau tidak dengan pertolongan dokter.
keadaan nyaman (Murkey & Singh 2008)
Aspek Etik
Prevalensi
Studi prevalensi yang dilakukan pada tahun 2001 Beberapa permasalahan terkait etika yang
mendukung tindakan eutanasia, antara lain :
-2002 mengungkapkan bahwa eutanasiamewakili 0,3%
a. Untuk menghormati otonomi penderita. Argumen
dari seluruh kematian di Belgia. Di Belanda,
ini didasarkan pada “Rights of the Elderly” dari
eutanasialebih seringditerapkan yaitu sebesar 2,6%
setiap tahunnya, atau 0,2% dari seluruh kematian yang Australian Council of the Ageing’s yang
ada. Sedangkan penelitian di Inggris menunjukkan
menyatakan bahwa “The right of individuals to
bahwa 3,6% dari 2192pasien yang telah meninggal
consultation and participation in decisions
affecting all aspects of their lives”.
sebelumnya telah menyatakan keinginan untuk tindakan
b. Memungkinkan individu menghargai kualitas hidup
eutanasia. Tindak lanjut dalam studi ini diperlukan
ini lebih didasari karena rasa bersalah dan beban sistem modern penunjang hidup, adalah yang pertama
terhadap keluarga yang merawat selama ini. menguraikan secara jelas masalah
Eutanasia positif
Ajaran Gereja Ortodoks
Yang dimaksud tafsir al-maut al-fa’al (eutanasia
Pada ajaran Gereja Ortodoks, gereja senantiasa
positif) ialah tindakan memudahkan kematian si
mendampingi orang-orang beriman sejak kelahiran
sakitkarena kasih sayangyang dilakukan oleh dokter
hingga sepanjang perjalanan hidupnya hingga kematian
dengan mempergunakan instrumen (alat).Memudahkan
dan alam baka dengan doa, upacara/ritual, sakramen,
proses kematian secara aktif (eutanasia positif) adalah
khotbah, pengajaran dan kasih, iman dan pengharapan.
tidak diperkenankan oleh syara’. Sebab dalam tindakan ini
Seluruh kehidupan hingga kematian itu sendiri adalah
seorang dokter melakukan suatu tindakan aktif dengan
merupakan suatu kesatuan dengan kehidupan gerejawi.
tujuan membunuh si sakit dan mempercepat kematiannya
Kematian itu adalah sesuatu yang buruk sebagai suatu
melalui pemberian obat secara overdosis dan ini termasuk
simbol pertentangan dengan kehidupan yang diberikan
pembunuhan yang haram hukumnya, bahkan termasuk
Tuhan. Gereja Ortodoks memiliki pendirian yang sangat
dosa besar yang membinasakan. Perbuatan demikian itu
kuat terhadap prinsip pro-kehidupan dan oleh karenanya
adalah termasuk dalam kategori pembunuhan meskipun
menentang eutanasia.
yang mendorongnya itu rasa kasihan kepada si sakit dan
untuk meringankan penderitaannya. Karena
bagaimanapun si dokter tidaklah lebih pengasih dan Ajaran Agama Yahudi
penyayang daripada Yang Menciptakannya. Karena itu Ajaran agama Yahudi melarang eutanasia dalam
serahkanlah urusan tersebut kepada Allah Ta’ala, karena berbagai bentuk dan menggolongkannya kedalam
Dia-lah yang memberi kehidupan kepada manusia dan “pembunuhan”. Hidup seseorang bukanlah miliknya lagi
yang mencabutnya apabila telah tiba ajal yang telah melainkan milik Tuhan yang memberikannya kehidupan
ditetapkan-Nya.
sebagai pemilik sesungguhnya dari kehidupan.
Walaupun tujuannya mulia sekalipun, sebuah tindakan
mercy killing ( pembunuhan berdasarkan belas kasihan),
Eutanasia negatif adalah merupakan suatu kejahatan berupa campur
Eutanasia negatif disebut dengan taisir al-maut al-
tangan terhadap kewenangan Tuhan.Dasar dari
munfa’il. Pada eutanasia negatif tidak dipergunakan
larangan ini dapat ditemukan pada Kitab Kejadian
alat-alat atau langkah-langkah aktif untuk mengakhiri
dalam alkitab Perjanjian Lama Kej 1:9 yang berbunyi:”
kehidupan si sakit, tetapi ia hanya dibiarkan tanpa diberi
Tetapi mengenai darah kamu, yakni nyawa kamu, Aku
pengobatan untuk memperpanjang hayatnya. Hal ini
akan menuntut balasnya; dari segala binatang Aku
didasarkan pada keyakinan dokter bahwa pengobatan
akan menuntutnya, dan dari setiap manusia Aku akan
yang dilakukan itu tidak ada gunanya dan tidak
menuntut nyawa sesama manusia”. Pengarang buku:
memberikan harapan kepada si sakit, sesuai dengan
HaKtav v’haKaballah menjelaskan bahwa ayat ini adalah
sunnatullah (hukum Allah terhadap alam semesta) dan
merujuk kepada larangan tindakan eutanasia.
hukum sebab-akibat.Di antara masalah yang sudah
terkenal di kalangan ulama syara’ ialah bahwa
mengobati atau berobat dari penyakit tidak wajib Ajaran Agama Protestan
Gereja Protestan terdiri dari berbagai denominasi
hukumnya menurut jumhur fuqaha dan imam-imam
mazhab. Bahkan menurut mereka, mengobati atau yang mana memiliki pendekatan yang berbeda-beda
berobat ini hanya berkisar pada hukum mubah. Dalam dalam pandangannya terhadap eutanasia dan orang
9. Rachels, J 1986, The end of life: Euthanasia 15. Savory, E & Marco, C 2009, ‘End-of-life issues in the
and Morality, Oxford New York acute and critically ill patient’, Scandinavian Journal o
Trauma,Resuscitation and Emergency Medicine;17 (21); 1-1
10. Rohim, A 2006, ‘Eutanasia perspektif medis dan
hukum pidana Indonesia’, diunduh pada tanggal 20 16. Sullivan, M, D 1998, ‘Should Psychiatrists Serve as
November 2013, http://www.stikku.ac.id/wp-content/ Gatekeepers for Physician-Assisted Suicide?’, Hasting
uploads/2011/02/EUTHANASIA-PERSEPETIF- Center Rep, diunduh pada tanggal 14 Januari 2014, http://
MEDIS-DAN-HUKUM-PIDANA-INDONESIA.pdf www.nightingalealliance.org/cgi-bin/home.pl?article=184
11. Ruijs, C et al. 2011, ‘Depression and explicit requests 17. Televantos, A et al.2013, ‘Attitudes towards
for euthanasia in end-of-life cancer patients in primary euthanasia in severely ill and dementia patients
care in the Netherlands: a longitudinal, prospective and cremation in Cyprus: a population-based
study’, Family Practice; 28: 393–399 survey’, in BioMed Central Public Health; 13(878): 1-
7
12. Rurup, M et al. 2011, ‘The first five years of euthanasia
legislation in Belgium and the Netherlands: description 18. Wikipedia 2010, “Eutanasia”, diunduh pada tanggal 18
and comparation cases’, Palliative Medicne; 26(1): 43-49 Desember 2013, http://id.wikipedia.org/wiki/Eutanasia
Wahyu Lestari
Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin,
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/
Rumah Sakit Dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh
D
ini menunjukkan peran faktor lingkungan yang
mempengaruhi prevalensi DA.6 Nurdin AR (Makassar,
ermatitis atopik (DA) merupakan suatu 2011) melaporkan data RSUP Wahidin Sudirohusodo dan
peradangan kulit spesifik yang bersifat kronik RS Pelamonia di Makassar menemukan peningkatan
dan residif, disertai gatal yang berhubungan
dengan atopi, umumnya muncul pada waktu jumlah kasus DA secara berturut-turut pada dewasa dari
bayi, kanak-kanak ataupun dewasa. Penyakit ini tahun 2004 sampai 2006 : 47, 106 dan 108. Data lainnya
sering berhubungan dengan peningkatan serum pada tahun 2010 di RS Wahidin Makassar menemukan
IgE dan adanya riwayat atopi, rinitis alergi dan 16,34% dari seluruh kasus kunjungan penyakit kulit.7
atau asma pada penderita atau keluarganya.1,2
Kata atopi pertama kali diperkenalkan oleh Coca
ETIOPATOGENESIS
dan Cooke pada tahun 1923 di Amerika Serikat sebagai
istilah yang digunakan untuk sekelompok penyakit.
Etiologi dan patogenesis DA sampai saat ini masih
Atopi merupakan kelainan pada seseorang berupa
belum diketahui dengan pasti. DA merupakan hasil
hipersensitivitas yang diturunkan secara genetik, yaitu
interaksi yang kompleks antara faktor intrinsik dan
kecenderungan untuk membentuk immunoglobulin E
ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi suseptibilitas genetik,
secara berlebihan dan kerentanan untuk terjadinya
disregulasi sistem imun, dan disfungsi sawar kulit yang
beberapa penyakit seperti rinitis alergika, asma
merupakan faktor predisposisi.1,2,8 Faktor ekstrinsik
bronkhial, hay fever, urtikaria, alergi obat dan makanan
sering kali sebagai faktor pencetus dalam mekanisme
dan konjungtivitis yang berulang. 1,2
terjadinya DA. Faktor pencetus DA adalah stres,
berkeringat, iritan, infeksi/mikroorganisme, xerosis,
EPIDEMIOLOGI garukan, aeroallergen, makanan dan iklim. Infeksi yang
dapat mencetuskan DA adalah infeksi jamur, virus dan
Dermatitis atopik (DA) merupakan penyakit yang sering bakteri. Kulit kering merupakan gejala klinis penting
terjadi dan dapat ditemukan pada seluruh dunia. pada DA. Hal ini disebabkan adanya gangguan pada
Prevalensi DA semakin meningkat, terutama di negara- sawar epidermal kulit, sehingga terjadi peningkatan
negara industri, dengan perkiraan prevalensi pada trans-epidermal water loss (TEWL), penurunan hidrasi
anak-anak sekitar 15-20% serta 1-3% pada orang stratum korneum dan peningkatan penetrasi substansi
dewasa.1 Insiden dan prevalensi DA sangat bervariasi. yang berasal dari luar sehingga memudahkan
Prevalensi yang semakin meningkat ini menyebabkan terjadinya penetrasi antigen ke kulit.1,9
banyaknya penelitian tentang DA dari berbagai aspek.2,3
Penelitian-penelitian terbaru menunjukkan bahwa
prevalensi DA semakin bertambah sejak perang dunia II, Faktor genetik
dimana 90% kasus DA memiliki onset sebelum usia 5 Secara genetik terdapat 2 kelompok gen
tahun, 60% penderita DA mulai memberikan gejala pada yang mendasari penyakit DA. Kelompok gen
tahun pertama kehidupan dan 20% menjadi penyakit pertama berhubungan dengan organ target, yaitu
rekuren seumur hidup.,1,4 Kang, dkk. (Amerika Serikat, epidermal kulit seperti mutasi gen filagrin (gen
2004) melaporkan prevalensi DA berkisar antara 10-20% FLG). Gen ini terletak pada kromosom 1q21,
pada anak-anak sekolah di AS, Eropa Barat dan Asia. 2 dimana gen ini berperan dalam diferensiasi akhir
Avgerinou, dkk. (Amerika Serikat, 2008) melaporkan data epidermis.1,2
Kelompok gen kedua berhubungan dengan regulasi
DA di Amerika Utara memperlihatkan perbedaan antar
respon imun seperti respon sel T, presentasi antigen, atau
ras.5 Penelitian Eichenfield, dkk. (Hawai, 2003) melaporkan
regulasi sintesis IgE. Mutasi gen ini menyebabkan
bahwa para imigran Cina di Hawai dan New Zealand
masuknya protein antigen yang bersifat imunogenik ke
mengalami peningkatan prevalensi DA
dalam epidermis yang berhubungan dengan DA.1,2
8
5
Disfungsi neurologis
Peran superantigen Staphylococcus Neuropeptida (NP) terdiri dari sejumlah residu
Saat ini diketahui bahwa eksotoksin Staphylococcus asam amino dan berfungsi sebagai neurotransmitter
aureus dapat menginduksi reaksi imunologik dan dikenal dan neuromodulator. Selain terdapat dalam sistem
sebagai superantigen. Superantigen merupakan saraf pusat, neuropeptida juga terdistribusi di seluruh
molekul imunostimulator poten yang bersama sel sistem saraf perifer, termasuk kulit. Vasoactif intestinal
penyaji antigen dapat mengaktivasi sel T untuk peptide [VIP], calcitonin generelated peptide [CGRP]
memproduksi sitokin dalam jumlah sangat banyak. 1,4 dan substansi P [SP] adalah neuropeptida yang
Superantigen Staphylococcus ini akan berikatan paling banyak ditemukan di kulit. Pada DA, kadar VIP
langsung pada sisi luar molekul major histocampatibility lebih tinggi pada kulit yang mengalami lesi
complete (MHC II), ikatan ini akan menginduksi dibandingkan dengan kadar SP.1,2
pengeluaran sitokin TNF-α dan IL-6 oleh sel peyaji
antigen. Setelah berikatan dengan sel penyaji antigen,
Abnormalitas imunologi
selanjutnya superantigen akan berikatan pada reseptor
Sistem imunitas tubuh merupakan proses pertahanan
sel T. Sel T akan teraktivasi dan berproliferasi serta
tubuh terhadap antigen yang masuk. Imunitas tubuh
melepaskan bermacam-macam sitokin seperti interferon
bersifat sangat komplek dan melibatkan berbagai sel imun
γ(IFNγ), TNF- α dan IL-12. Sitokin tersebut akan
dan sitokin. Pada prinsipnya sistem imun bergantung pada
meran-gsang makrofag untuk lebih aktif
tiga jenis sel imun yaitu a) antigen presenting cell (APC), b)
memfagosit antigen, meningkatkan aktivitas adesi
antigen yang dapat dikenal sel,
molekul, kemotaktik fak-tor yang menarik PMN,
c) sel yang membentuk antibodi. Kemampuan sistim
makrofag yang bertujuan un-tuk membunuh
imun tubuh manusia tidak hanya dipengaruhi oleh
antigen dan efek sampingnya terjadi inflamasi.1,4
fungsi sel-sel yang berkompeten tetapi juga bergantung
pada produk yang dihasilkan oleh sel-sel tersebut. Sel-
Disfungsi sawar kulit sel imun tubuh yang bekerja terus menerus dan
Pada penderita DA terjadi defek permeabilitas berulang meliputi makrofag/ Langerhans, sel T natural
sawar kulit dan terjadi peningkatan trans-epidermal killer (NK), sel B dan sel T helper. Dermatitis atopik
water loss sebesar 2-5 kali. Adanya defek tersebut terjadi akibat aktivasi sel T yang berlebihan. 10,11
mengakibatkan kulit lebih rentan terhadap bahan A. Patogenesis fase akut dermatitis akut adalah:
iritan, karena penetrasi antigen akan lebih mudah ke 1. Pada fase akut, lesi awal melibatkan sel
kulit. Pajanan ulang dengan antigen yang sama akan Langerhans imatur pada epidermis yang
menyebabkan toleransi dan hipersensitivitas dipermukaannya terdapat FcεR1 dan IgE yang
sehingga terjadi peningkatan reaksi inflamasi yang akan menangkap alergen dan autoantigen.
selanjutnya terjadi proses abnormalitas imunologik.1,2 Antigen kemudian diproses dalam sel Langerhans
Perubahan kandungan lipid di stratum korneum dan dipresentasikan ke permukaan sel dalam
merupakan penyebab perubahan sawar kulit. bentuk peptida-peptida, berikatan dengan
Stratum korneum sebagai sawar utama kulit, terdiri molekul major histocompatibility complex (MHC)
dari korneosit dan lipid, terutama ceramide, sterol, dan kelas I atau kelas II. Setelah mempresentasikan
asam lemak bebas. Ceramide berperan menahan air antigen ke permukaan selnya, sel Langerhans
dan fungsi sawar stratum korneum. Kadar ceramide menjadi matur. Kemudian sel Langerhans matur
pasien DA rendah dan hal tersebut menyebabkan bermigrasi ke saluran limfe menuju kelenjar limfe
gangguan sawar kulit.1,2 Perubahan kadar enzim terdekat untuk mempresentasikan antigen ke
dalam stuktur adesi epidermal juga berperan pada limfosit T. Proses maturasi sel Langerhans dan
kerusakan barier epidermal pada pasien DA.10 migrasi ke kelenjar limfe dipicu oleh TNF-α.2,12,13
PENATALAKSANAAN
Dikutip sesuai kepustakaan : 1
Penyebab pasti DA masih belum diketahui dengan pasti,
oleh karena itu pengobatan DA masih bersifat simptomatik.
Sampai saat ini penatalaksanaan DA ditujukan untuk
mengurangi tanda dan gejala penyakit dan
mencegah/mengurangi kekambuhan. Tatalaksana DA DAFTAR PUSTAKA
ditekankan pada edukasi, mengurangi gatal seperti
1. Leung DYM, Eichenfield LF, Boguniewicz M. Atopic
penggunaan pelembab, obat anti inflamasi (kortikosteroid
dermatitis. Dalam : Freedbrerg IM, Eisen A, Wolff K,
topikal, inhibitor kalsineurin topikal) serta menghindari Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI, Fitzpatrick TB.
faktor-faktor pencetus. Tidak ada satupun regimen Editor. Dermatology in general medicine. Edisi ke-8.
pengobatan yang ideal untuk semua pasien DA.1 New York: The McGraw Hill Companies, 2016: 165-82.
1. Terapi topikal : melakukan hidrasi kulit dengan
2. Kang K, Polster AM, Nedorost ST, Stevens SR,
memberikan pelembab akan berfungsi memperbaiki Cooper KD. Atopic dermatitis. Dalam : Bolognia JL,
barier kulit, mengganti lipid epidermal yang Jorizzo JL, Rapini R, editor. Dermatology. Edisi ke-
abnormal dan memberikan hidrasi kulit. 2, vol 1, London; Mosby, 2004: 199-211.
2. Terapi anti inflamasi topikal : krim betametason 3. Sawitri. Atopic dermatitis : new therapeutic
valerat 0,1% dan inhibitor kalsineurin (salap consideration. Makalah lengkap temu ilmiah: Dermatitis
takrolimus 0,03% dan krim pimecrolimus 1%). atopik. Surabaya, 2008: 98-122.
3. Identifikasi dan eliminasi faktor penyebab seperti
4. Guttman E, Nograles KE, Krueger JG. Contrasting
Taufik Suryadi
Bagian/ SMF Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Fakultas Kedokteran Unsyiah/ RSUDZA
Banda Aceh Email: abiforensa@yahoo.com
K
Pembusukan adalah proses degradasi jaringan pada
tubuh jenazah yang terjadi sebagai akibat proses
ematian merupakan suatu kejadian yang pasti
autolisis dan aktivitas mikroorganisme.2,4 Autolisis
dialami oleh setiap mahkluk hidup termasuk manusia. adalah perlunakan dan pencairan jaringan yang
Dalam dunia kedokteran forensik dikenal bahwa terjadi dalam keadaan steril melalui proses kimia
kematian dapat berlangsung secara alami (natural)
yang disebabkan oleh enzim intraseluler, sehingga
maupun tidak alami (unnatural).1 Identifikasi jenazah
dalam bidang forensik sangat umum dilakukan baik pada organ-organ yang kaya dengan enzim-enzim akan
kematian secara alami dan kematian secara tidak alami. 2 mengalami proses autolisis lebih cepat daripada
Identifikasi jenazah tidak dikenal menarik untuk dikaji, organ-organ yang tidak memiliki enzim. 5
terutama bila menyangkut persoalan yang berhubungan Beberapa mikroorganisme yang berperan dalam
dengan hukum seperti persoalan warisan, keturunan
pembusukan adalah bakteri anaerob yang berasal dari
(paternitas), atau jenazah yang diduga merupakan
korban pada tindakan kriminal.3 Identifikasi jenazah juga traktus gastrointestinal yaitu Basil Coliformis dan Clostridium
sering dilakukan pada bencana massal yang merupakan Welchii sebagai penyebab utama, sedangkan bakteri yang
upaya untuk bisa merawat, mendoakan serta akhirnya lain seperti Streptococcus, Staphylococcus, B.Proteus, dan
menyerahkan jenazah
jamur tidak begitu dominan menyebabkan pembusukan.2,5
kepada keluarganya. 4 Setelah seseorang meninggal, maka semua sistem
Jenazah akan membusuk awal setelah 24-36 jam
pertahanan tubuh akan hilang, bakteri yang secara normal
sampai pembusukan lanjut beberapa hari pasca
dihambat oleh jaringan tubuh akan segera masuk ke
kematian.2 Dalam mengenali jenazah, dokter
jaringan tubuh melalui pembuluh darah, seperti diketahui
melakukan identifikasi melalui beberapa metode yaitu
darah merupakan media yang terbaik bagi bakteri untuk
visual, antropologi, properti maupun identifikasi melalui
berkembang biak. 3,5
sidik jari, dental records dan analisis Deoxyribo Nucleic
Tanda pertama pembusukan baru dapat dilihat
Acid (DNA) dengan prinsip identifikasi membandingkan
kira-kira 24 jam - 48 jam paska kematian, berupa warna
data antemortem dengan postmortem. 1,2,3
kehijauan pada dinding abdomen bagian bawah, lebih
Identifikasi jenazah harus dilakukan sesegera
sering pada fosa iliaka kanan yang lebih banyak berisi
mungkin karena semakin lama jenazah terpapar dengan
cairan karena mengandung lebih banyak bakteri dan
udara maka proses pembusukan juga akan berlangsung
terletak lebih superfisial2. Perubahan warna ini secara
dengan cepat sehingga akan menyebabkan terbatasnya
bertahap akan meluas ke seluruh dinding abdomen
upaya pemeriksaan identifikasi,3 untuk itu pemeriksaan
sampai ke dada dan bau busuk pun mulai tercium.5
harus dilakukan secara cepat, cermat dan akurat. Dalam
Perubahan warna juga dapat dilihat pada permukaan
melakukan proses identifikasi jenazah yang telah
organ dalam seperti hepar. Hepar merupakan organ
mengalami pembusukan, beberapa metode seperti metode
yang langsung kontak dengan kolon transversum.
visual, sidik jari dan metode konvensional tidak dapat
Bakteri selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh melalui
digunakan karena sulit sekali menilainya, sehingga
pembuluh darah yang menyebabkan hemolisis darah.
diperlukan metode modern analisis biomolekuler DNA yang
Selain itu bakteri juga memproduksi gas-gas
merupakan metode yang cepat dan tepat untuk digunakan
pembusukan sehingga seluruh dinding pembuluh darah
serta akurat.3 Dibandingkan dengan cara-cara
rusak. Bakteri pembusukan cenderung berkumpul
konvensional yang mengandalkan teknologi serologi, maka
dalam sistem vena, intestinal, paru. Bakteri akan
teknologi DNA memiliki keunggulan yang sangat mencolok,
tumbuh pada organ parenkim, kemudian masuk ke
utamanya dalam potensi spesifisitas dan sensitifitasnya. 1,3,4
sitoplasma, menyebabkan desintegrasi organel sel,
kemudian nukleus dirusak sehingga sel menjadi lisis. 2,3,5
terdegradasi sehingga cetakan DNA memiliki level yang 8. McCord B, Opel K, Funes M, Zoppis S, Jantz L.
sangat rendah akibatnya DNA menjadi rusak dan tak An Investigation of the Effect of DNA Degradation
mungkin dapat diamplifikasi yang nantinya and Inhibition on PCR Amplification of Single
menghasilkan positip palsu.15 Source and Mixed Forensic Samples. United
Satate : U.S. Department of Justice., 2011.
K
Hyaluronan terdiri dari pengulangan disakarida
N-acetyl-D-glucosamine (GlcNAc) dan D-glucuronic
ulit adalah jaringan kompleks yang salah satunya
acid (GlcA) (Gambar 1). Struktur sederhana ini
berfungsi mempertahankan sejumlah besar
air untuk menjaga kelembaban. Molekul dijumpai pada semua mamalia yang menunjukkan
utama yang terlibat dalam kelembaban bahwa hyaluronan adalah biomolekul penting. Berat
kulit adalah hyaluronan (hyaluronic acid [HA]) yang molekul hyaluronan mencapai lebih dari 4000 kDa.
berhubungan dengan hidrasi kulit. Komponen matriks Di dalam tubuh, hyaluronan ditemukan dalam
(extracellular matrix [ECM]) saat ini diketahui berperan konsentrasi tinggi di beberapa jaringan ikat lunak,
besar dalam mengatur hidrasi kulit secara seluler. ECM termasuk kulit, tali pusar, cairan sinovial, dan
membentuk struktur glycosaminoglycans (GAGs), vitreous humor. Sejumlah besar hyaluronan juga
proteoglikan, glikoprotein, peptide growth factors, dan protein ditemukan dalam jaringan paru-paru, ginjal, otak, dan
struktural seperti kolagen dan elastin. Hyaluronan otot.2,3
merupakan bentuk terkecil dari GAGs dan merupakan
komponen ECM pertama yang dijumpai pada embrio.
Hyaluronan juga merupakan komponen utama dalam ECM
pada stem cell yang berfungsi menyediakan lingkungan
untuk menopang keberlangsungan stem cell, mencegah
terjadinya diferensiasi, dan menciptakan jalur migrasi stem
cell selama embriogenesis, regenerasi dan perbaikan
jaringan.1,2
Hyaluronan ditemukan terutama dalam matriks
ekstraselular dan matriks periselular. Zat ini
diidentifikasi pada tahun 1938 oleh Meyer sebagai
hexuronic acid yang terkandung dalam cairan pada
Gambar 1. Struktur hyaluronan
vitreous untuk mempertahankan turgor mata. Akan
tetapi pada literatur selanjutnya, dijumpai bahwa lebih
dari 50% dari total Hyaluronic acid (HA) tubuh dijumpai Hyaladherins
pada kulit. Hyaluronic acid mengalami perubahan nama Beberapa hyaluronan berbentuk bebas dan
pada tahun 1984, dan sejak itu disebut sebagai beredar dalam sistem limfatik atau kardiovaskular.
hyaluronan dan dikenal sebagai pelembab alami.1-3 Terdapat sejumlah protein yang terikat hyaluronan
dan disebut sebagai hyaladherins, istilah yang
diciptakan oleh Toole. Hyaladherins berhubungan
STRUKTUR HYALURONAN
dengan HA melalui elektrostatik atau ikatan kovalen.
Sangat mungkin bahwa beberapa sifat unik dikaitkan
Hyaluronan satu-satunya GAGs yang bukan merupakan
dengan hyaluronan sebenarnya fungsi dari
komponen proteoglikan. Pada mikroskop elektron,
hyaladherins yang terikat pada hyaluronan.1,4
hyaluronan merupakan polimer linear. Dalam larutan pH
fisologis pada konsentrasi pekat, hyaluronan berbentuk
kumparan acak dengan diameter rata-rata 500 nm. Hyaluronan Epidermis & Dermis
Domain molekul sebagian besar adalah volume air, dan Hingga saat ini para ahli menganggap hanya sel-
bahkan pada konsentrasi rendah, tetap memiliki sel mesenkim yang mampu mensintesis hyaluronan,
viskositas yang sangat tinggi. Hyaluronan dalam dan karena itu hyaluronan dianggap hanya terdapat
konsentrasi tinggi, seperti yang ditemukan dalam ECM pada lapisan dermis. Dengan teknologi histologi saat ini
di dermis, mengatur keseimbangan air dan tekanan hyaluronan juga diketahui terdapat pada lapisan
epidermis. Hyaluronan epidermis banyak dijumpai
98
J. Ked. N. Med VOL. 1 NO. 1 Maret 201
UV menyebabkan proses penyembuhan luka dan
berhubungan dengan peningkatan hyaluronan di
dermis. Penelitian oleh Thiele dan Stern menunjukkan
dalam 5 menit paparan UV pada tikus meningkatkan
deposisi hyaluronan yang bermakna bahwa kerusakan
kulit disebabkan UV adalah peristiwa yang sangat
cepat. Kulit berkilat setelah paparan sinar matahari
merupakan reaksi edema ringan yang disebabkan oleh
deposisi hyaluronan yang meningkat. GAGs abnormal
dari photoaging juga ditemukan di bekas luka, berkaitan
dengan perubahan yang ditemukan di akhir respon
penyembuhan luka, dengan berkurangnya hyaluronan
1,5-7
dan peningkatan kadar proteoglikan kondroitin sulfat. 1,10
pada lapisan atas spinosum dan lapisan granulosum. Daerah ini dapat memperoleh air dari dermis yang kaya hyaluronan, air ini tidak dapat menembus stratum granulosum yang kaya lipid. Hyaluronan yang terikat air dalam dermis dan epidermis sangat penting untuk
hidrasi kulit. Stratum granulosum juga sangat penting untuk pemeliharaan hidrasi tersebut. Dermis papiler mengandung lebih banyak hyaluronan daripada dermis retikular. Hyaluronan eksogen, di dermis didegradasi dengan cepat. Fibroblast dermal menyediakan
Hyaluronan banyak digunakan dalam produk
mesin sintetis untuk hyaluronan pada kulit dan harus menjadi target upaya farmakologis untuk meningkatkan hidrasi kulit.
19. Lundin A, Berne B, Michaelsson G. Topical 21. Ditre CM, Griffin TD, Murphy GF, Sueki H,
retinoic acid treatment of photoaged skin: its Telegan B, Johnson WC, et al. Effects of
effects on hyaluronan distribution in epidermis alpha-hydroxy acids on photoaged skin: a pilot
and on hyaluronan and retinoic acid in suction clinical, histologic, and ultrastructural study. J
blister fluid. Acta Derm Venereol. 2002;72:423-7. Am Acad Dermatol. 2006;34:187-95.
A PENDHULUAN
sites didefinisikan sebagai akumulasi patologis
lambung, kolorektal, paru-paru, pankreas, hepatobilliar dan
primer peritoneal. Terkadang asites adalah satu-satunya
cairan berlebihan di dalam rongga peritoneum. manifestasi keganasan internal.1 Salah satu keganasan
Pada dasarnya, kata asites berasal dari bahasa yang terkait dengan asites malignan adalah Extraovarian
Yunani, yaitu “aksos” yang berarti tas atau Primary Peritoneal Carcinoma (EOPPC) yaitu suatu
kantung. Cairan asites bisa memberi tekanan pada adenokarsinoma yang berkembang dari lapisan
diafragma dan menyebabkan kesulitan bernafas.1 Gejala peritoneum pelvis dan abdomen dan ditandai dengan
pada asites malignan meliputi distensi abdomen, mual, peritoneal karsinomatosis, tidak melibatkan ovarium atau
muntah, cepat kenyang, dyspnea, edema ekstremitas secara minimal melibatkan ovarium, dan primernya tidak
bawah, penambahan berat badan dan mobilitas berkurang. dapat diidentifikasi. Extraovarian Primary Peritoneal
Ada banyak penyebab asites yang potensial pada pasien Carcinoma (EOPPC), pertama kali dideskripsikan oleh
kanker, termasuk karsinomatosis peritoneal, obstruksi Swerdlow pada tahun 1959.3 EOPPC merupakan suatu
ganas pada system drainase limfatik, trombosis vena penyakit yang relatif baru didefinisikan yang terjadi hanya
portal, peningkatan tekanan vena portal dari sirosis, gagal pada wanita, menyumbang sekitar 10% kasus dengan
jantung kongestif, perikarditis konstriktif, sindrom nefrotik dugaan diagnosis kanker ovarium.4
dan infeksi peritoneal.1,2 Meskipun kebanyakan kasus EOPPC adalah
Asites malignan merupakan tanda karsinomatosis serous secara histologi; Namun, tumor nonserous juga
peritoneal, adanya sel ganas di rongga peritoneum. 2 telah diamati. Peneliti yang berbeda telah merujuk pada
Asites malignan, subjek dari tinjauan kasus ini, adalah EOPPC sebagai karsinoma papiler dengan permukaan
manifestasi kejadian stadium akhir pada berbagai jenis serosa, serous surface papillary carcinoma, primary
kanker dan dikaitkan dengan morbiditas yang signifikan. peritoneal carcinoma, peritoneal mesothelioma, multiple
Asites malignan menyumbang sekitar 10% dari semua focal extraovarian serous carcinoma, primary peritoneal
kasus asites dan biasanya disebabkan oleh karsinoma papillary serous adenocarcinoma, serous surface carcinoma
peritoneal, ovarium, endometrium, payudara, esofagus, of the peritoneum, extraovarian
8. Alvarez JV, et al. Extraovarian primary 14. Nicolas G, Kfoury Tm Fawaz H, Issa M. Extraovarian
peritoneal carcinoma. A case report. REV ESP Primary Peritoneal Carcinomatosis: A Case Report.
PATOL 2007; Vol 40, No. 1: 47-52 Am J Case Rep, 2017; 18: 714-718
https://doi.org/10.35324/jknamed.v1i1.7
J. Ked. N. Med
111
112 J. Ked. N. Med VOL. 1 NO. 1 Maret 201