Kecelakaan Akibat Kerja-1

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 12

POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA

UD. MITA FURNITURE KALINYAMATAN JEPARA

Dosen Pengampu : Untung Halajur, S.SiT., S.Pd., M.Kes

Disusun Oleh :

1. Dila Handriani (PO.62.20.1.19.134)


2. Febri (PO.62.20.1.19.139)
3. Novila Margareta (PO.62.20.1.19.150)
4. Septiana Putri (PO.62.20.1.19.154)
5. Susi Andreani (PO.62.20.1.19.156)
6. Tiyas Agustini (PO.62.20.1.19.158)

DIII KEPERAWATAN REG 22 D

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA

2021
KECELAKAAN AKIBAT KERJA

A. Pengertian Kecelakaan Akibat Kerja


Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga
semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda (Peraturan Menteri Tenaga
Kerja (Permenaker) Nomor: 03/Men/1998).
Kecelakaan kerja menurut OHSAS (Occupational Health and Safety Assessement
Series) adalah kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan dan menyebabkan cidera
atau kesakitan, dan kejadian yang dapat menyebabkan kematian (Syarif, 2007).
 Pengertian kecelakaan kerja menurut para ahli
 Kecelakaan kerja adalah kecelakaan dan atau penyakit yang menimpa
tenaga kerja karena hubungan kerja di tempat kerja (Ervianto, 2005).
 Menurut Suma’mur (1981) dalam (Pratiwi, 2012) kecelakaan akibat kerja
adalah kecelakaan berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan.
Hubungan kerja yang dimaksud adalah kecelakaan yang terjadi karena
pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan.
 Menurut Rachman (1990) dalam (Pratiwi, 2012)kecelakaan akibat kerja
adalah suatu kejadian yang tidak diduga, tidak dikehendaki dan dapat
menyebabkan kerugian baik jiwa maupun harta benda.
Berdasarkan definisi-definisi kecelakaan kerja diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa kecelakaan adalah kejadian di tempat kerja yang tidak disengaja dan
menyebabkan kerugian baik fisik, harta benda atau bahkan kematian.

B. Penyebab Kecelakaan Akibat Kerja


Faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja ada beberapa pendapat. Faktor yang
merupakan penyebab terjadinya kecelakaan pada umumnya dapat diakibatkan oleh 4
faktor penyebab utama (Husni:2003) yaitu :
 Faktor manusia yang dipengaruhi oleh pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.
 Faktor material yang memiliki sifat dapat memunculkan kesehatan atau
keselamatan pekerja.
 Faktor sumber bahaya yaitu:
Perbuatan berbahaya, hal ini terjadi misalnya karena metode kerja yang salah,
keletihan/kecapekan, sikap kerja yang tidak sesuai dan sebagainya;
Kondisi/keadaan bahaya, yaitu keadaan yang tidak aman dari keberadaan mesin
atau peralatan, lingkungan, proses, sifat pekerjaan
 Faktor yang dihadapi, misalnya kurangnya pemeliharaan/perawatan
mesin/peralatan sehingga tidak bisa bekerja dengan sempurna

Selain itu, faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja menurut Bennet dan
Rumondang (1985) pada umumnya selalu diartikan sebagai “kejadian yang tidak dapat
diduga“. Sebenarnya, setiap kecelakaan kerja itu dapat diramalkan atau diduga dari
semula jika perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena itu
kewajiban berbuat secara selamat dan mengatur peralatan serta perlengkapan produksi
sesuai dengan standar yang diwajibkan. Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh
perbuatan yang tidak selamat memiliki porsi 80 % dan kondisi yang tidak selamat
sebayak 20%. Perbuatan berbahaya biasanya disebabkan oleh:

a. Sikap dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap


b. Keletihan
c. Gangguan psikologis

C. Teori Kecelakaan Akibat Kerja


1. Teori Heinrich/ Teori Domino

Menurut buku Industrial Safety dalam (Pratiwi, 2012) kecelakaan kerja


adalah “Kejadian tak terkontrol atau tak direncanakan yang disebabkan oleh
faktor manusia, situasi atau lingkungan yang membuat terganggunya proses
kerja dengan atau tanpa berakibat pada cedera, sakit, kematian, atau kerusakan
properti kerja.” Menurut Teori Domino (1969) dalam (Pratiwi, 2012)kecelakaan
terdiri atas lima faktor yang saling berhubungan yaitu kondisi kerja, kelalaian
manusia, tindakan tidak aman, kecelakaan, dan cedera. Teori Domino ini jika
dijelaskan seperti kartu yang disusun tegak jika satu kartu jatuh, maka kartu ini
akan menimpa kartu lain hingga kelimanya akan roboh secara bersama. Ilustrasi
ini mirip dengan efek domino yang telah kita kenal sebelumnya, jika satu
bangunan roboh, kejadian ini akan memicu peristiwa beruntun yang
menyebabkan robohnya bangunan lain. Menurut Heinrich dalam teori Domino
ini kunci untuk mencegah kecelakaan adalah dengan menghilangkan tindakan
tidak aman sebagai poin ketiga dari lima faktor penyebab kecelakaan.
2. Multiple Factor Theories

Dalam jurnal (Winarsunu, 2008) faktor-faktor yang berkontribusi


mencakup 4M, yaitu man, machine, media, dan management. Faktor man atau
manusia meliputi usia, gender, kemampuan, keterampilan, pelatihan yang
pernah diikuti, kekuatan, motivasi, keadaan emosi, dan lain-lain. Faktor media
meliputi lingkungan kerja misalnya suhu, kebisingan, getaran, gedung, jalan,
ruang kerja, dan sebagainya. Faktor machine atau mesin meliputi ukuran, bobot,
bentuk, sumber energi, cara kerja, tipe gerakan, dan bahan mesin itu sendiri.
Sedangkan faktor management adalah konteks dimana ketiga faktor berada dan
dijalankan, meliputi gaya manajemen, struktur organisasi, komunikasi,
kebijakan dan prosedur-prosedur lain yang dijalankan di organisasi

Dari kedua teori kecelakaan kerja tersebut dapat disimbulkan bahwa yang
menjadi faktor penyebab kecelakaan kerja yaitu faktor manusia dan lingkungan.
Namun, kedua teori tersebut menjelaskan bahwa faktor yang mendominasi
kecelakaan kerja adalah faktor tidak aman dari manusia (Unsafe Action). Faktor-
faktor yang menjadi pendukung atau penyebab tidak aman antara lain tidak
seimbangnya fisik (tidak sesuai kekuatan dan jangkauan, posisi tubuh salah,
kepekaan tubuh dan panca indra,cacat fisik dan cacat sementara), kurang
pendidikan atau pelatihan (pengalaman pelatihan/training oleh pekerja),
penggunaan APD tidak benar, human error (tidak melakukan pengamanan
sesuai SOP, menjalankan alat tanpa perintah,menggunakan alat yang rusak, dan
tidak mengembalikan alat seperti semula), karaktertistik (usia, gender, massa
kerja, tingkat pendidikan, status kerja), beban kerja antara lain (tekanan batas
waktu yang diberikan untuk mengerjakan tugas dan aktifitas mental),
kemampuan dan ketrampilan (kemampuan dan ketrampilan dalam menguasai
bidang pada pekerjaan tersebut), kekuatantubuh (kebutuhan dalam aktifitas
fisik), kurang motivasi antara lain (tidak ada umban balik, terlalu tertekan, tidak
mendapat pujian dari hasil karya).
D. Pencegahan Kecelakaan Akibat Kerja
Menurut ILO (1989:20) berbagai cara yang umum digunakan untuk meningkatkan
keselamatan kerja bidang industry meubel :
1. Peraturan
Peraturan merupakan ketentuan yang harus dipatuhi. Peraturan di industri meliputi
kondisi kerja umum, perancangan, kontruksi, pemeliharaan, pengawasan, pengujian
dan pengoperasian peralatan industri, kewajiban para pengusaha dan pekerja,
pelatihan, pengawasan kesehatan, pertolongan pertama, dan pemeriksaan kesehatan.
2. Standarisasi
Yaitu menetapkan standar resmi, setengah resmi, ataupun tidak resmi, misalnya jika
dikaitkan dengan dunia industricontohnya konstruksi yang aman dari jenis peralatan
industri tertentu seperti penggunaan alat keselamatan kerja, kebiasaan yang aman dan
sehat, ataupun tentang alat pengaman perorangan.
3. Pengawasan
Pengawasan dilakukan supaya peraturan yang ada benar-benar dipatuhi atau tidak
dilanggar, sehingga apa yang menjadi sasaran maupun tujuan dari peraturan
keselamatan kerja dapat tercapai. Terutama pengawasan terhadap para pekerja untuk
menghindari kecelakaan kerja.
4. Pendidikan
Pendidikan sangat berpengaruh terhadap karakteristik serta perilaku seseorang.
Pendidikan juga berpengaruh terhadap angka kecelakaan kerja. Pekerja yang
mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi maka dalam bekerja lebih teliti dan
berhati-hati karna ilmu yang didapat lebih dari pekerja yang pendidikan rendah.Maka
dari itu perlu adanya seleksi dan pelatihan guna mengurangi hal-hal yang
menyebabkan kerugian.
5. Pelatihan atau training
Salah satu contoh pelatihan yaitu berupa pemberian instruksi praktis bagi para
pekerja, khususnya bagi pekerja baru dalam hal keselamatan kerja. Perlunya
pemberian pelatihan karena pekerja baru cenderung belum mengetahui hal-hal yang
ada di perusahaan yang baru ditempatinya. Pemberian pelatihan mengenai
keselamatan dan kesehatan kerja diharapkan sebelum terjun ke dunia kerja sudah
memiliki bekal terlebih dahulu tentang bagaimana cara dan sikap kerja yang yang
aman dan selamat, sehingga ketika terjun ke dunia kerja mereka mampu menghindari
potensi bahaya yang dapat menyebabkan celaka.
E. Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja
Pengertian kejadian menurut standar (Australian AS 1885, 1990) adalah suatu proses
atau keadaan yang mengakibatkan kejadian cidera atau penyakit akibat kerja. Ada
banyak tujuan untuk mengetahui klasifikasi kejadian kecelakaan kerja, salah satunya
adalah dasar untuk mengidentifikasi proses alami suatu kejadian seperti dimana
kecelakaan terjadi, apa yang karyawan lakukan, dan apa peralatan atau material yang
digunakan oleh karyawan. Penerapan kode-kode kecelakaan kerja akan sangat membantu
proses investigasi dalam meginterpretasikan informasi-informasi yang tersebut diatas.
Ada banyak standar yang menjelaskan referensi tentang kode-kode kecelakaan kerja,
salah satunya adalah standar Australia AS 1885-1 tahun 1990. Berdasarkan standar
tersebut, kode yang digunakan untuk mekanisme terjadinya cidera/sakit akibat kerja di
Industry Meubel dibagi sebagai berikut:
 Jatuh dari atas ketinggian
 Jatuh dari ketinggian yang sama
 Menabrak objek dengan bagian tubuh
 Terpajan oleh getaran mekanik
 Terpajan oleh suara keras tiba-tiba
 Terpajan suara yang lama
 Terpajan tekanan yang bervariasi (lebih dari suara)
 Pergerakan berulang dengan pengangkatan otot yang rendah
 Otot tegang lainnya
 Kontak dengan listrik
 Kontak atau terpajan dengan dingin atau panas
 Terpajan radiasi
 Kontak tunggal dengan bahan kimia
 Kontak lainnya dengan bahan kimia
 Kontak dengan, atau terpajan faktor biologi
 Terpajan faktor stress mental
 Longsor atau runtuh
 Kecelakaan kendaraan/Mobil
 Lain-lain dan mekanisme cidera berganda atau banyak
 Mekanisme cidera yang tidak spesifik
F. Dampak Kecelakaan Akibat Kerja
Berdasarkan model penyebab kerugian yang dikemukakan oleh Det Norske Veritas
(DNV, 1996), terlihat bahwa jenis kerugian akibat terjadinya kecelakaan kerja meliputi
manusia/pekerja, properti, proses, lingkungan, dan kualitas.

Gambar 1.
The DNV Loss Causation Model
(Sumber : DNV International Rating System)

Studi yang dilakukan oleh Frank E. Bri, Jr. Pada 1969 terhadap 1.753.498 kecelakaan
kerja menunjukkan bahwa setiap kecelakaan serius atau cidera yang melumpuhkan
dilaporkan, maka ada 9.8 cidera ringan, 30.2 kecelakaan yang menyebabkan kerusakan
properti, dan 600 kecelakaan yang tanpa menimbulkan kerugian. Hasil studi tersebut
tergambar dalam piramida kecelakaan berikut :

Gambar 2.
Piramida Kecelakaan Kerja
(Sumber : Industrial Accident Prevention)
Studi yang dilakukan H.W. Heinrich menunjukkan bahwa biaya kerusakan properti yang
tidak diasuransi 5 sampai 50 kali lebih besar dibandingkan dengan biaya kompesansi dan
pengobatan cidera akibat kerja. Hasil studi tersebut tergambar dalam gunung es biaya
kecelakaan kerja berikut :

Gambar 3.
Gunung Es Biaya Kecelakaan Kerja
(Sumber : Industrial Accident Prevention)
G. Penanggulangan Kecelakaan Akibat Kerja
Langkah-langkah penanggulangan kecelakaan akibat kerja menurut ILO, yaitu sebagai
berikut :
1. Peraturan Perundang-Undangan
 Ketentuan & syarat K3 mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, tehnik &
teknologi,
 Penerapan ketentuan & syarat K3 sejak tahap rekayasa,
 Penyelenggaraan pengawasan & pemantauan pelaksanaan K3.
2. Standarisasi
Standar K3 maju akan menentukan tingkat kemajuan pelaksana K3.
3. Inspeksi/Pemeriksaan
Suatu kegiatan pembuktian sejauh mana kondisi tempat kerja masih memenuhi
ketentuan & persyaratan K3.
4. Riset Teknis, Medis, Psikologis & Statistik
Riset atau penelitian untuk menunjang tingkat kemajuan bidang K3 sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan, tehnik &  teknologi.
5. Pendidikan & Latihan
Peningkatan kesadaran, kualitas pengetahuan & keterampilan K3 bagi tenaga kerja.
6. Persuasi
Cara penyuluhan & pendekatan di bidang K3, bukan melalui  penerapan & pemaksaan
melalui sanksi-sanksi.
7. Asuransi
Insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan dengan pembayaran
premi yg lebih rendah terhadap peusahaan yang memenuhi syarat K3.
8. Penerapan K3 di Tempat Kerja
Langkah-langkah pengaplikasian di tempat kerja dalam upaya memenuhi syarat-syarat
K3 di tempat kerja.
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.dinus.ac.id/6487/

Endroyo, B. dan Tugino (2007). Analisa Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja


Konstruksi. Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan.Nomor 2 vol 21-31 Heinrich,
HW.,Petersen, DC., Roos, NR., Hazlett, S., 1980. Industrial Accident Prevention: A Safety
Management Approach. NY: McGraw-Hill
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai