Anda di halaman 1dari 21

CATATAN THT-KL

NINAFAHIRANY 11120182067

PEMERIKSAAN FISIS THT-KL

TELINGA
Anamnesis
Pemfis Umum : TTV (TNPS) dan KU
Cuci tangan + pakai handscoen
Pasang lampu kepala atur focus cahaya jarak 20-30cm
Atur posisi duduk pemeriksa dan pasien berhadapan
Inspeksi
o Pre-auricula : Edema? Hiperemis? Pembesaran KGB? Fistel?
o Auricula : Perhatikan Meatus Acusticus Externus, apakah ada laserasi?,
hiperemis?, hematom? obstruksi?, kel.kongenital?
o Post-auricula : Pembesaran kelenjar? Hiperemis mastoid? Tumor/massa?
Palpasi
o Pre-auricula : Tekan bagian tragus, nilai apa ada nyeri/tdk?
o Auricula : Tarik auricular, nilai apa ada nyeri/tdk?
o Post-auricula : Tekan daerah mastoid, nilai apa ada nyeri/tdk?
o Bisa juga dengan perkusi daerah mastoid, nilai apa ada nyeri/tdk?
Kanalis Akustikus Externus : Stenosis? Atresia? Obstruksi oleh benda asing? Edema?
Cairan? Massa? Jar.granulasi? serumen obturans? Secret?
Evaluasi MT liat apa ada perforasi/tidak, reflex cahaya dan bayangan dari tulang2
pendengaran (MIS)
Notes : bisa menggunakan otoskopi/spekulum telinga

SPEKULUM TELINGA
Masukkan spekulum telinga perlahan kedalam liang telinga
Sinari dengan lampu kepala
Evaluasi MT dan KAE
HIDUNG
Anamnesis
Pemfis Umum : TTV (TNPS) dan KU
Cuci tangan + pakai handscoen
Pasang lampu kepala atur focus cahaya jarak 20-30cm
Atur posisi duduk pemeriksa dan pasien berhadapan
Inspeksi : Edema? Hiperemis? Laserasi?
Palpasi
o Menggunakan jari telunjuk kedua tangan, krepitasi? Nyeri tekan? Edema?
o Evaluasi sinus paranasal penekanan dengan jempol pada pipi, diantara
kedua dan bagian atas alis
Evaluasi vestibulum nasi dengan menggunakan spekulum hidung, ukuran sesuai
dengan lubang hidung pasien
Nilai keadaan dalam hidung konka media, inferior dan septum (minta pasien
mendongak sedikit)
Menyuruh pasien bilang “iiii” palatum molle terangkat fenomena palatum molle
Alat yang telat dipakai disimpan di bak alat kotor

MULUT
Pemfis Umum : TTV (TNPS) dan KU
Cuci tangan + pakai handscoen
Pasang lampu kepala atur focus cahaya jarak 20-30cm
Atur posisi duduk pemeriksa dan pasien berhadapan
Inspeksi : daerah bibir, lalu buka mulut
Amati palatum, daerah buccal, gigi geligi, lidah

FARING
Anamnesis
Pemfis Umum : TTV (TNPS) dan KU
Cuci tangan + pakai handscoen
Pasang lampu kepala atur focus cahaya jarak 20-30cm
Atur posisi duduk pemeriksa dan pasien berhadapan
Gunakan spatel lidah, letakkan 2/3 lidah tidak menyentuh arcus tonsil dan tidak
menekan lidah terlalu kuat
Nilai dinding faring : hiperemis? Granula hipertrofi? Penebalan? Tonsil (hiperemis,
pembesaran), Uvula?
Amati mukosa buccal : Sariawan? Karies gigi? Gigi berlubang?
Angkat lidah, lihat dasar lidah, apa ada masalah pada Glandula sublingual?
Alat yang telat dipakai disimpan di bak alat kotor

RHINOSKOPI POSTERIOR Melihat choanae (nasofaring, adenoid dan muara tuba


eustachius)
Pemfis Umum : TTV (TNPS) dan KU
Cuci tangan + pakai handscoen
Pasang lampu kepala atur focus cahaya jarak 20-30cm
Atur posisi duduk pemeriksa dan pasien berhadapan
Dengan cermin laring no.2 atau 4 (cek dlu apa sesuai atau tdk) lidah apikan dulu
agar tidak terjadi pengembunan saat pemeriksaan
Lalu cek pada tangan kita apa sudah sesuai dnegan suhu tubuh atau tdk agar tdk
terjadi iritasi
Ambil spatel lidah lalu masukkan cermin laring sejajar dengan spatel, sampai
belakang uvula
Naikkan untuk Nilai adenoid, nasofaring
Arahkan ke samping kanan & kiri untuk melihat muara tuba eustachius
Arahkan cermin laring sesuai kebutuhan kita dalam melakukan visualisasi organ yang
ingin dinilai
Alat yang telat dipakai disimpan di bak alat kotor

LARINGOSKOPI INDIRECT
Pemfis Umum : TTV (TNPS) dan KU
Cuci tangan + pakai handscoen
Pasang lampu kepala atur focus cahaya jarak 20-30cm
Atur posisi duduk pemeriksa dan pasien berhadapan
Menggunakan cermin laring No 6,8
Lidah apikan cermin laring cek pada tangan (raba) apa sudah sesuai suhu tubuh
Pasien membuka mulut, julurkan lidahnya panjang keluar
Fiksasi lidah dengan kapas, jangan ditarik!!!!!
Masukkan cermin laring kacanya balik kebawah, jangan menyentuh arcus faring,
mentok sampai uvula dengan mendorong uvula sedikit ke atas
Nilai laring
Plica vocalis Gerakannya? Bilang “AAAA”
Alat yang telat dipakai disimpan di bak alat kotor
PENDENGARAN
TES BATAS ATAS DAN BATAS BAWAH
o Untuk menentukan frekuensi garpu tala yang dapat didengar oleh pasien
melewati hantaran udara bila dibunyikan pada intensitas ambang normal
o Coba satu2 garpu tala mulai dari frekuensi terkecil besar
o 128 Hz 256 Hz 512 Hz 1024 Hz 2048 Hz
o Bunyikan garpu tala letakkan di depan MAE kanan lalu kiri
o Tanya dengar atau tidak lalu pindah ke telinga yg satunya
o Tuli konduktif : tidak ada frekuensi rendah
o Tuli sensorineural : tidak ada frekuensi tinggi

TES RINNE (Menggunakan garpu tala 512 Hz)


o Membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang yang diletakkan di tulang
mastoid (telinga kiri dan kanan)
o Bunyikan garpu tala letakkan di planum mastoid (BC) pindahkan ke
depan MAE (AC)
o Interpretasi :
+ : Normal, sensorineural
- : Konduktif

TES WEBER (Menggunakan garpu tala 512 Hz)


o Membangdingkan hantaran tulang telinga kiri dan kanan
o Bunyikan Letakkan garpu tala tegak lurus di glabella, puncak dahi atau di
vertex minta pasien untuk menunjukkan pada telingan mana suara
terdengan lebih keras / lateralisasi
o Interpretasi :
Normal : tdk ada lateralisasi
T.konduktif : lateralisasi ke sisi yang sakit
T.sensorineural : lateralisasi ke sisi yang sehat

TES SWABACH (Menggunakan garpu tala 512 Hz)


o Membandingkan hantaran tulang pasien dan pemeriksa
o Bunyikan Letakkan garpu tala di planum mastoid pemeriksa sampe tidak
mendengar lalu pindahkan ke planum mastoid pasien
o Bunyikan Letakkan garpu tala di planum mastoid pasien sampe tidak
mendengar lalu pindahkan ke planum mastoid pemeriksa
o Interpretasi :
Normal : jika pasien mendengar = pemeriksa
Memanjang : Tuli konduktif
Memendek : Tuli sensorineural

KEYWORD !!!
Weber Rinne Swabach Diagnosis
Tidak ada Sama dengan
+ Normal
lateralisasi pemeriksa
Lateralisasi ke sisi
- Memanjang Tuli konduktif
sakit
Lateralisasi ke sisi
+ Memendek Tuli sensorineural
sehat

PURE TONE AUDIOMETRY (PTA)


Tuli Konduktif : BC normal (<25 dB) dan AC (>25 dB), ada gap antara AC dan
BC >10 dB
Tuli Sensorineural : BC dan AC > 25 dB (berhimpit) dan gap <10 dB
Tuli Campuran : BC dan AC > 25 dB, ada gap antara AC dan BC >10 dB

DERAJAT KETULIAN
0-25 dB : Normal
>25-40 dB : Tuli Ringan
>40-55 dB : Tuli Sedang
>55-70 dB : Tuli Sedang-Berat
>70-90 dB : Tuli Berat
>90 dB : Tuli Sangat Berat

Tuli konduktif Gangguan pada liang telinga hingga stapes. Ex : Otitis media,
Serumen obturans, otosklerosis, OE, kolesteatoma, timpanosklerosis
Tuli sensorineural Gangguan pada koklea hingga saraf vestibularis. Ex : NIHL,
Meniere, presbiakusis, ototoksisitas

TES BISIK
Normal : 5-6 meter
Ringan : 4-5 meter
Sedang : 1-4 meter
Berat : <1 meter
Total : 0 meter
PEMERIKSAAN LAIN-LAIN THT-KL
Tes Kalori Sederhana
o Untuk menilai dan merekam fungsi labirin secara terpisah, utk melihat apakah
gangguan keseimbangan yg terjadi berasal dari SS pusat atau perifer
o Caranya :
Masukkan air ke dalam telinga selama 5 menit dengan suhu berbeda2
mulai dari 20 derajat 10 derajat 0 derajat
Lalu nilai NISTAGMUS yang terjadi berapa kali, lama terjadinya dan
arahnya dan keluhan yang menyertai (vertigo)
KI : HT, peny.jantung, epilepsy, riw.pembedahan mata <3bulan, riw
pembedahan telinga <3 bulan
Kondisi yang perlu diperhatikan : serumen, OE, efusi telinga tengah,
rupture MT
Alat & bahan :
NaCl 0,9%,
es batu,
thermometer,
spoit 50cc/20cc,
stopwatch,
nirbeken
Informed consent, beritahu ES : mual, pusing setelah dilakukan
irigasi
Posisikan pasien, kepala pasien 30 derajat dari perm.datar
Masukkan air dan es batu di Waskom ukur dengan thermometer
isi spoit dengan air tadi sebanyak 20cc ambil nirbeken tempatkan
dibelakang telinga pasien masukkan air selama 5 detik pasang
stopwatch 5 menit nilai nistagmus (seperti poin sebelumnya)
Interpretasi :
o <2 menit : tidak normal paresis kanal labirin
o >2 menit : normal
o Tidak ada respon dan keluhan lakukan penyemprotan
ulang dan turunkan suhunya jadi 10 derajat, sampe 0 derajat,
jika sampe 0 derajat tidak ada respon Complete kanal
paresis
Tes Fungsi Pengecapan
o Tutup hidung dan mata minta pasien menjulurkan lidahnya teteskan
rasa2 sesuai dengan yang akan diberikan pake pipet tetes minta pasien
menyebutkan rasa2 yang di tes selesai? Minta pasien kumur-kumur tiap
pindah rasa
o Rasa manis dan pahit dirasakan dalam waktu 50 detik – 2 menit
o Rasa asam dan asin dirasakan dalam waktu 2 menit
o Interpretasi :
>2 menit : Hipegeusia
Tdk rasa apa2 : Algeusia

Tes Fungsi Penghidu


o Mengendus bau alcohol dengan menutup mata dan hidung yang tidak di tes
o Bahan : kapas ditetesi alcohol
o Mulai dari jarak 20-30 cm di depan midsternum minta pasien untuk
mengendus tanyakan bau apa yang tercium tadi
o Interpretasi :
Menghidu dari jarak 10cm : Normal
Menghidu dari jarak <10cm : Hiposmia
Tidak dapat menghidu : Anosmia
PENYAKIT-PENYAKIT

1. OTITIS MEDIA AKUT (OMA) : Peradangan pada telinga tengah


Etiologi : Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza
Pada anak-anak : faktor anatomi (tuba eustachius pendek dan datar)
Pada orang dewasa : sumbatan pada ostium pharyngeum tuba auditori (OPTA)
Riwayat ISPA (+)
KU : OTOREA : Keluarnya cairan dari liang telinga
Stadium OMA :
Stadium Temuan Tx
1. Std. Oklusi Sumbatan pada OPTA Nasal dekongestan
(Tek.negatif telinga (u/ membuka tuba
tengah) eustachius) : Tetes
Px : Otoskopi Retraksi (efedrin HCL 0,5%,
membrane timpani, pseudoefedrin,
Refleks cahaya fenilefrin,
menghilang, MT pucat oxymetazoline)
Gejala Klinis : <12thn : 0,5%,
Telinga terasa >12thn : 1%
penuh
Tuli konduktif
(CHL)
2. Std. Hiperemis Membran timpani Nasal dekongestan +
hiperemis/inflamasi Antibiotik (amoxicillin
Px : Otoskopi 3x500mg 5-7 hari,
Membran timpani cefadroxyl 2x500mg)
hiperemis dan kongesti + Analgetik (klo
(ec pelebaran PD) perlu)
Gejala klinis :
Demam
Nyeri
Penurunan
pendengaran
semakin berat
3. Std. Supuratif Px : Otoskopi Miringotomi (kuadran
Membran timpani postero-inferior) +
menonjol/bulging/bomb Antibiotik (amoxicillin
ans, berwarna 3x500mg 5-7 hari,
kekuningan, Refleks cefadroxyl 2x500mg)
cahaya (-)
Gejala klinis :
Demam tinggi
Nyeri hebat
Penurunan
pendengaran
semakin hebat

4. Std. Perforasi Px : Otoskopi Antibiotik


Membran timpani topikal
tampak perforasi (amoxicillin 5-
Gejala klinis : 7 hari) +
Sekret mengalir Tampon
keluar/pus (+) burowi (ear
Nyeri dan toilet) dengan
demam H2O2 3% 3-5
membaik hari
Tuli konduktif

5. Std. Resolusi Px : Otoskopi Antibiotik


tampak Perbaikan
perforasi sembuh :
membran timpanoskler
timpani mulai osis (tampak
menutup jaringan
Gejala klinis : sikatriks pada
Sekret MT)
mengering Jika berlanjut
>> OMSK
Pada inspeksi :
Didapatkan kelainan bentuk telinga, tanda peradangan, secret
Amati liang telinga, apakah ada obstruksi, serumen, edema, furunkel,
liang dibersihkan dengan aplikasi kapas
Amati membran timpani permukaannya, warnanya, ada atau tidak
perforasi MT, reflex cahaya
Pada palpasi :
Didapatkan nyeri tekan (+)/nyeri Tarik (+)

2. OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK (OMSK)


Sekret keluar >6minggu (baik hilang timbul atau terus menerus)
Gx : Penurunan pendengaran, rasa penuh ditelinga, tinitus, nyeri (-), ada
gambaran MT perforasi
Operatif dilakukan jika perforasi MT > 2bulan
Klasifikasi :
Tipe Temuan Tx
Tipe Maligna Px : Otoskopi Perforasi Mastoidektomi
(bahaya/kering/tenang) atik/marginal, dgn/tanpa
kolesteatoma, risiko timpanoplasti
mastoiditis, paresis N.VII
Kolesteatoma : kista epiteliat
berisi deskuamasi epitel
(keratin)

Tipe Benigna Px : Otoskopi secret (-), Antibiotik topical


(aman/basah/aktif) perforasi sentral (pars (neomisin +
tensa), kolesteatoma (-) polimiksin B) dan
ear toilet H2O2 3%
(tampon burowi 2-3
hari) / Miringoplasti,
timpanoplasti.
3. OTITIS MEDIA EFUSI (OME)
Gx : Sekret di telinga tengah tiba-tiba krn gangguan fungsi tuba, rasa penuh
dalam telinga, Riwayat naik pesawat / menyelam (barotrauma), Riwayat alergi
Px : Otoskopi MT suram + bubble sign + glue ear, reflex cahaya kuning
hilang
Tx : Miirngotomi + pipa bromet / ear tube + antihistamin + dekongestan +
steroid

4. OTITIS EXTERNA (OE) : Peradangan pada telinga luar akibat bakteri, jamur, virus
KU : OTALGIA
Klasifikasi :
Tipe Temuan Tx
1. Otitis Sirkumskripta 1/3 lateral (PARS Salep ikhtiol /
(Benigna) KARTILAGO) Antibiotic salep
Etio : S.aureus, S.albus (polikmisn B /
Gx : basitrasin)
Nyeri tekan tragus saat Pemberian SB
buka mulut dan memberat sistemik jika ada
saat mengunyah, infeksi cukup berat :
Pendengaran menurun, Ampicillin 250mg 4x1,
Tinnitus, anak2 40-50mg/kgBB
Rasa penuh di telinga,
Kadang demam,
Keluar cairan
Px : Furunkel/bisul 1/3 liang
telinga bagian luar, MT
masih bisa dinilai

2. Otitis Difusa / 2/3 media (PARS OSSEA) Tampon burowi (ear


Swimmer’s ears Etio : Pseudomonas Sp. toilet) dengan AB
(Benigna) Gx : (polikmisn B,
Nyeri tekan tragus dan neomisin) Pemberian
saat buka mulut, SB sistemik jika ada
Keluar cairan, infeksi cukup berat :
Nyeri hebat karena Ampicillin 250mg 4x1,
langsung kena tulangnya anak2 40-50mg/kgBB
Px : Liang telinga edema
difus, hiperemis, MT sulit
dinilai

3. Malignant Otitis Infeksi seluruh liang telinga Ear toilet, AB topical


Externa (Necrotizing oleh Pseudomonas dan sistemik, atasi
OE) aeruginosa penyebab
Gx :
Pada pasien diabetic
lansia / imunokompromais
Edema pada liang telinga
Liang telinga tertutup oleh
jar.granulasi
Paralisis fasialis
Px : Gejala OE difusa +
gangguan N.VII (mulut
mencong)
Edukasi :
Tidak boleh mengorek telinga dengan cotton bud
Tidak boleh berenang agar tidka kemasukan air
Agar tidak berulang, jaga agar telinga tetap kering

pH Normal pada liang telinga 4,2 – 5,6


Hilangnya keasaman pada liang telinga sehingga bakteri mudah
berkembang OE basa

5. SERUMEN
Gx :
o Sensasi telinga tertekan dan penuh,
o Pendengaran menurun,
o Nyeri pada telinga,
o Gatal pada telinga
o Telinga kemasukan air saat mandi / berenang serumen
mengembang
Px : massa warna coklat

Tx :
o Lunak : Irigasi dengan air hangat / pakai aplikator yang dililitkan
kapas
o Padat : Pakai pengait / forceps telinga
o Klo tidak berhasil lunakkan dlu dengan Berikan pelunak serumen
2-3 hari (waxsol) larutan kargogliserin 10%

6. CORPUS ALIENUM TELINGA


Serangga hidup :
Matikan dulu dengan tampon basah teteskan lidokain tts atau
spray / minyak mineral tunggu hingga 10 menit gunakan
forceps alligator untuk mengambil serangga atau irigasi/spooling
Benda mati :
Pakai serumen hook kalau bendanya bulat dan tdk bs dijepit
Pakai forceps alligator / pinset kalau bendanya lunak / bias dijepit

7. CORPUS ALIENUM HIDUNG


Gx :
o Hidung tersumbat
o Sekret unilateral
o Cairan kental berbau
o Nyeri
o Demam
o Onset tiba-tiba
Px : Rhinoskopi terdapat massa menyumbat
Tx : Ekstraksi benda asing. Bisa dijepit = pinset / forcep, tidak bisa dijepit =
serumen hook
8. POLIP HIDUNG

Massa warna putih pucat, permukaan licin, dan agak bening,


edema selaput permukaan mis pd meatus media

Stroma terisi cairan interseluler sebagai selaput permukaan yang


sembab menjadi berbenjol-benjol

Membesar dan turun ke rongga hidung dan membentuk tangkai

Polip nasi

Gx :
o Hidung tersumbat yang menetap
o Susah buang ingus tidak puas
o Terasa ada massa dalam hidung
o Hiposmia
o Post nasal drip
Stadium :
o 1 : Polip berada di meatus media
o 2 : Polip keluar melewati meatus media tapi belum mengisi cavum nasi
o 3 : Polip keluar mengisi cavum nasi
Px : Rhinoskopi Massa warna putih pucat & bertangkai, tes tampon
efedrin (-) konka/massa tidak mengecil
Tx : Kortikosteroid spray, antihistamin, definitive Polipektomi, FESS/BSEF
(Bedah Sinus Endoskopi Fungsional) Angkat polip + operasi sinus pada
kasus yang tidak berespon terhadap medikamentosa 4-6 minggu
9. TONSILITIS
Gx :
o Akut : <2 minggu demam, odinofagi (nyeri menelan), disfagi (sulit menelan)
o Kronik : >2 minggu disfagi, halitosis (napas berbau), tenggorokan kering
Grade :
o T0 : Tidak ada tonsil krn sdh dioperasi
o T1 : Tonsil <25% dari garis tengah normal
o T2 : Tonsil <50% dari garis tengah belum melewati garis tengah
o T3 : Tonsil <75% dari garis tengah mencapai garis tengah
o T4 : Tonsil >75% dari garis tengah melewati garis tengah
Px :
o Akut : tonsil hiperemis, edema dan detritus
o Kronik : tonsil membesar dan kripte melebar
Tx :
o Antibiotik spectrum luas (Amox 3x500mg, Cefadroxil 2x500mg) selama 3-5 hari
(akut), 7-10 hari (kronik)
o Analgetik
o Antipiretik
o Operatif = Tonsilektomi
Indikasi tonsilektomi :
o Indikasi absolut
Hipertrofi tonsil yang menyebabkan obstruksi sal.napas, disfagia berat
akibat obstruksi, dan ggn tidur
Riw. Abses peritonsil yang tidak emmbaik
Dapat menimbulkan kejang demam
o Indikasi relatif
3x/> tiap tahun, dengan terapi AB adekuat
Halitosis yang tidak membaik
Jika disertai pembesaran KGB + nyeri tekan ec. virus
10. ADENOTONSILITIS KRONIK
Gx :
Tonsil membesar
Permukaan tidak rata
Kripte melebar
Ada detritus
Tenggorokan kering
Halitosis (napas bau)
Px : Faringoskopi Liat ada tidaknya kelainan seperti pembengkakan,
hiperemis, massa, perhatikan cavum oris sampe orofaring
Tx :
o Jaga hygiene mulut dengan obat kumur desinfektan
o Simptomatik
o Tonsilektomi
Indikasi tonsilektomi :
o Serangan >3x dalam setahun
o Ggn pertumbuhan gigi
o Sumbatan jalan napas, ggn menelan
o Tinnitus, sinusitis, abses peritonsiler yang tdk membaik
o Napas berbau
o Curiga keganasan

11. RHINITIS ALERGI : Inflamasi mukosa hidung yang diperantarai oleh IgE dan
histamine. Dipicu oleh allergen inhalasi (plg sering).
Riwayat Atopi (+)
Klasifikasi :
Frekuensi Keparahan
Intermitten <4 hari/minggu Ringan : tidak ada gangguan aktivitas,
olahraga, tidur, bekerja
Persisten >4 hari/minggu Berat : ada 1 atau lebih ganggyan diatas
(ada gangguan aktivitas)
Gx :
Bersin berulang
Rinorea
Hidung gatal
HIdung tersumbat
Dapat disertai lakrimasi
Dapat disertai konjungtivitis alergi
Hiposmia
Post nasal drip
Dominan gejala pagi hari
Tanda / Gejala spesifik :
o Allergic shiner : ada bayangan gelap di daerah bawah mata akibat stasis
vena yang terjadi akibat obstruksi hidung
o Allergic crease : ada garis melintang di dorsum nasi sepertiga bawah
akibat penggosokan hidung berlangsung lama
o Allergic salute : menggosok hidung dengan punggung tangan
Px : Rhinoskopi anterior Mukosa konka edema, warna pucat dan
disertai secret encer yang banyak
Lab Uji skin prick test, IgERAST, hitung eosinophil dan IgE total
Tx :
o Hindari allergen penyebab
o Antihistamin
o Dekongestan topical
o Kortikosteroid topical
12. TUMOR NASOFARING :
Gx :
o Hidung tersumbat progresif
o Epistaksis berulang yang massif
o Rinore kronis + ggn penciuman
o Otalgia / hearing loss (tuli)
Px : Rhinoskopi posterior massa kenyal warna abu-abu hingga merah muda
yang mudah berdarah
XRay kepala potongan antero-posterior, lateral dan waters tampak gambarn
Holmen Miller, yaitu pendorongan presesus pterigoideus ke belakangan hingga
fissure pterigo-palatina melebar.
Ctscan kepala + kontras, MRI, Arteriografi
Tx :
o Rujuk RS

NOTES :
TATALAKSANA
o Kortikosteroid Metilprednisolon 4mg 2x1
o Antibiotik Cefadroxyl 500mg 2x1
Amoxiciliin 500mg 3x1
Cotrimoxazole 480mg 2x1
o Analgetik Asam mefenamat 500mg 3x1
o Antihistamin Cetirizine 10mg 1x1
o Dekongestan Aldisa SR 2x1
Efedrin 1-2 tetes 4x1 (dewasa)
Oral : Efedrin HCL 15-60mg 3x1 (dewasa)
Efedrin HCL 15mg 3x1 (1-5thn)
Efedrin HCL 30mg 3x1 (6-12thn)

TAMPON BUROWI (Aluminium Asetat)


o Mengurangi edema
o Anti nyeri
o Menarik cairan
o Bakterisid

Anda mungkin juga menyukai