Halaman
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................................................iv
BAB VII KIPAS, SALURAN UDARA DAN POMPA..................................................................................1
1. Pendahuluan.............................................................................................................................1
2. Tujuan instruksional khusus......................................................................................................1
3. Kipas..........................................................................................................................................1
3.1 Tipe kipas pada AC...............................................................................................................1
3.2 Kurva kipas..........................................................................................................................4
3.3 Hukum kipas........................................................................................................................6
3.4 Metode modulasi................................................................................................................8
4. Sistem saluran udara................................................................................................................8
5. Aliran pada saluran udara........................................................................................................10
5.1 Saluran udara lurus............................................................................................................10
5.2 Kehilangan tekanan pada sambungan saluran..................................................................13
5.3 Desain saluran udara.........................................................................................................16
5.4 Distribusi udara dalam ruangan.........................................................................................18
6. Pompa.....................................................................................................................................23
7. Contoh soal.............................................................................................................................25
8. Rangkuman..............................................................................................................................30
i
DAFTAR GAMBAR
ii
Gambar 7. 38 Skema sistem saluran udara untuk Contoh 4............................................................29
Gambar 7. 39 Skema saluran udara untuk soal 6/7.........................................................................31
Gambar 7. 40 Skema saluran sistem AC untuk soal 6/8..................................................................32
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB VII KIPAS, SALURAN UDARA DAN POMPA
1. Pendahuluan
Kipas, pompa dan saluran udara atau sistem perpipaan air adalah bagian yang tidak terpisahkan
dari suatu AC berukuran besar atau AC sentral. Ada sangat banyak tipe yang tersedia di pasaran
dan melakukan suatu pemilihan sistem AC yang sesuai untuk suatu ruangan atau gedung
bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.
Pada bab berbagai aspek dari sistem sistem distribusi AC sentral diulas secara detil dan tuntas. Hal
akan memberikan dasar untuk dapat melakukan pemilihan secara profesional, tepat dan akurat.
Konsekuensi dari pemilihan sistem distribusi yang tepat tidak hanya menguntungkan dari
ekonomis tetapi juga mampu mencapai kondisi teknis yang disyaratkan pada suatu ruangan atau
gedung tertentu.
(1) Memahami pengetahuan dasar mengenai kipas, pompa, saluran udara dan sistem perpipaan
pada sistem pengkondisian udara.
(2) Memahami penggunaan, keunggulan dan kekurangan dari berbagai jenis kipas dan saluran
udara.
(3) Menguasai metode pemilihan suatu sistem distribusi AC sentral secara profesional dengan
mempertimbangkan baik faktor teknis ataupun faktor ekonomis
3. Kipas
Kipas merupakan salah satu komponen utama distribusi udara pada AC yang berfungsi untuk
menggerakkan dan memindahkan udara secara terus-menerus ke ruangan AC. Kipas berkerja
pada tekanan menengah lebih rendah dibandingkan dengan kompresor.
- Kipas sentrifugal yang berkerja dengan udara mengalir secara radial melalui impeler (Gambar
7.1). Kipas sentrifugal dikelompokkan berdasarkan bentuk sudu nya yaitu sudu lengkung
belakang, sudu lengkung depan dan sudu radial atau sudu lurus (Gambar 7.2).
- Kipas aksial yang berkerja dengan udara mengalir secara aksial melalui sudu kipas. Kipas ini
terbagi atas kipas sudu aksial (Gambar 7.3a), kipas aksial silinder (Gambar 7.3b) dan kipas
baling-baling (Gambar 7.3c).
1
Gambar 7. 1 Kipas sentrifugal
2
Gambar 7. 3 Kipas aliran aksial
Kipas aksial biasanya digunakan pada AC yang memakai sistem saluran udara. Kalau AC tanpa
saluran udara kipas baling-baling (Gambar 7.3c) juga bisa bisa digunakan namun kipas sentrifugal
dengan unit terpisah biasanya yang terbaik (Gambar 7.1).
Kipas sentrifugal banyak digunakan pada aplikasi dimana kenyaman merupakan prioritas utama
karena kipas ini beroperasi dengan tingkat kebisingan yang rendah dan efisien pada tekanan agak
tinggi. Karakteristik kipas sentrifugal untuk berbagai tipe sudu dapat dilihat pada Tabel 7.1.
3
2. Dapat didesain untuk dengan kekuatan tinggi untuk beroperasi pada
kecepatan dan tekanan tinggi.
Lengkung ke Belakang 1. Lebih efisien
2. Kurva daya kuda memiliki puncak datar sehingga motor dapat diatur
ukurannya untuk memenuhi rentang operasi dari nol sampai 100%
aliran udara untuk satu kecepatan. Tidak terjadi overloading
3. Kurva tekanan umumnya lebih terjal dari kipad dengan sudu lengkung
ke depan. Hal ini menyebabkan perubahan sedikit saja dari volume
udara untuk variasi sistem tekanan.
4. Titik efisiensi maksimum berada di sebelah kanan dari titik maksimum
tekanan yang memungkinkan pemilihan kipas dengan cadangan
tekanan secara efisien
5. Kebisingan yang lebih rendah dari tipe lain
Pada kurva kipas dapat diplot juga titik operasi kipas atau kurva sistem kipas. Kurva sistem kipas
adalah kurva parabola yang dimulai dari origin sampai pada suatu titik dari kurva kipas. Titik ini
adalah nilai yang diketahui dari laju aliran udara dan tekanan statik. Sistem kurva akan
menentukan titik operasi dari kipas. Dari titik ini juga dapat didefinisikan tekanan statik yang akan
dibangkitkan pada aliran udara dari seluruh sistem. Catatan ΔP ~ ρV 2.
Daya yang diperlukan oleh kipas terdiri dari dua komponen yaitu:
4
- Daya untuk menaikkan tekanan: (P2 – P1) V̇
1 2
- Daya untuk menyediakan energi kinetik: ṁV
2
Jadi total total daya ideal yang diperlukan oleh kipas adalah
2
ṁV
Dayaideal=V̇ ( P2−P1 ) + (dalam W )
2
Dimana
V̇ = laju aliran volume m3/kg
ṁ = laju aliran massa kg/s
P = tekanan Pa
V = kecepatan m/s
Daya aktual yang dibutuhkan oleh kipas dapat dihitung dengan menggunakan efisiensi kipas yang
dapat dihitung sebagai berikut
Daya ideal
η=
Daya aktual
Kurva kipas berbeda untuk jenis kipas yang berbeda. Kurva kipas untuk berbagai kipas sentrigugal
dan kipas aliran aksial dapat dilihat pada gambar 7.5
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 7. 5 Kurva kipas (a) sudu lengkung depan (b) sudu lengkung belakang (c) radial (d) baling-
baling
5
3.3 Hukum kipas
Setiap titik pada kurva performansi kipas disebut “point rating” yang mewakili laju aliran udara
(Q), tekanan statik (P) dan daya (W) yang diketahui persentase dari nilai maksimumnya. Point
rating tetap sama untuk kipas yang sama atau kipas dengan bentuk geometri yang serupa dan ini
berlaku untuk berbagai kondisi operasi selama performansi kipas memiliki persentase aliran
maksimum , tekanan dan daya yang sama.
Hukum kipas merupakan suatu “keluarga” dari hubungan analitik yang memperbolehkan nilai-
nilai baru dari Q, P dan daya pada point rating yang sama untuk perhitungan berubahnya variabel
operasi. Hukum kipas yang paling umum digunakan dan persamaan yang diperlukan pada hukum
tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.2
6
Pengaruh perubahan densitas udara
Untuk sistem dengan densitas konstan yang akan berubah dari suatu nilai densitas konstan ke
nilai konstan yang lain, baik tekanan kipas atau kehilangan tekanan pada sistem berubah secara
proporsional tehadap densitas udara sehingga laju aliran volume udara tetap konstan, jadi
walaupun V̇ 2=V̇ 1 , tetapi
P 2 ρ2
=
P 1 ρ1
Pengaruh perubahan kecepatan dan perubahan densitas udara terhadap kurva performansi kipas
dapat dilihat pada Gambar 7.6.
(a) (b)
Gambar 7. 6 Pengaruh perubahan kondisi operasi kipas (a) perubahan kecepatan (b) perubahan
densitas
Ketika densitas udara berubah dalam sistem, baik karena pemanasan atau pendinginan, posisi
peletakan kipas akan berpengaruh. Kehilangan tekanan sistem terjadi ketika penukaran kalor
menghasilkan gradent temperatur linier yang diberikan oleh
Δ P sys=Δ P o ,sys
[ T 1 +T 2
2 T2 ]
Sehingga kipas harus menyediakan udara melawan arah tekanan sistem ΔP sys (ΔPo,sys adalah
tekanan sistem jika T2 = T1). Tetapi laju alir volume adalah V̇ 1 jika kipas diletakkan di bagian hulu
penukar kalor dan
T2
V̇ 2=V̇ 1
T1
7
Jika kipas diletakkan pada bagian hilir penukar kalor.
Kontrol pengurangan kapasitas pengurangan aliran dapat dilihat pada proses AB-C dimana
tekanan statik juga berubah dan garis kurva sistem juga berubah. Ketika damper/katub ditutup,
tekanan meningkat dan daya yang diperlukan untuk memperoleh laju aliran yang sama juga naik.
Jika kecepatan fan konstan, titik operasi baru akan berpindah ke perpotongan kurva kecepatan
kipas yang lama yang akan menghasilkan kurva sistem yang baru sepanjang garis BC dan kondisi
operasi baru pada titik B.
Pada sistem dengan saluran individu seperti pada Gambar 7.7, udara dari kipas disalurkan ke
ruang plenum dimana semua saluran individu dari setiap zona dihubungkan. Dengan
menggunakan sistem ini, sentralisasi dari setiap koil pemanas ulang untuk setiap zona akan lebih
mudah dilakukan.
Pada sistem dengan saluran utama dan percabangan saluran, saluran utama membawa total
udara suplai yang akan dibagi ke setiap cabang saluran individu untuk setiap zona (Gambar 7.8).
Untuk setiap instalsai, sistem ini membutuhkan lebih sedikit pekerjaan saluran dan akan
menggunakan tenaga kipas yang lebih kecil.
8
Gambar 7. 8 Sistem saluran utama dengan percabangan saluran
Pada sistem tanpa resirkulasi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.9, semua udara yang
dihisap oleh sistem pengkondisian udara adalah udara luar. Sistem ini perlu untuk digunakan pada
beberapa aplikasi seperti di rumah sakit, gedung opera dan lain-lain.
Pada sistem saluran dengan resirkulasi, sejumlah udara AC akan dimasukkan kembali melalui
saluran balik dan dicampur dengan sejumlah udara luar yang diperlukan untuk keperluan
ventilasi. Campuran udara AC dan udara luar kemudian dimasukkan kembali ke unit penangan
udara (AHU). Sistem ini adalah yang paling umum digunakan untuk pengkondisian udara nyaman
karena resirkulasi dari udara konsisten dengan kebutuhan ventilasi.
Pada sistem resirkulasi juga dapat dipasang by-pass seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.11.
Sistem saluran ini berguna untuk mengontrol kondisi udara yang meninggalkan sistem sentral.
9
Gambar 7. 11 Sistem dengan pemanas ulang zona, resirkulasi dan by-pass
Dimana
L = panjang saluran, m
10
D = diameter dalam saluran, m
V = kecepatan aliran, m/s
f = koefisien gesekan
Koefisien gesekan f adalah fungsi dari kekasaran permukaan ϵ dan bilangan Reynolds Re=ρVD/µ,
{ ]}
1
f=
1.4 +2 ln
[ 9.3
ℜ(ϵ / D) √ f
Sebagai alternatif, koefisien gesekan f juga dapat diperoleh dengan menggunakan diagram pada
Gambar 7.13.
11
Gambar 7. 13 Bagan untuk memperoleh koefisien gesekan untuk saluran penampang bulat
Untuk saluran dengan penampang persegi dengan lebar b dan tinggi a, kehilangan tekanan dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut,
2
L V
Ploss=f ρ
D eq 2
Dimana Deq adalah diameter ekivalen yang dapat dihitung sebagai berikut
12
2 ab
D eq =
a+b
Gambar 7.13 tidak bisa langsung dipakai untuk menghitung kehilangan tekanan pada saluran
persegi karena laju aliran pada gambar hanya untuk saluran dengan penampang bulat saja. Untuk
dapat menggunakan Gambar 17 pada saluran persegi digunakan diameter ekivalen D eq,f. Dengan
menggunakan
C
f= 0.2
ℜ
V̇ ρV Deq
Sedangkan untuk pipa persegi dengan V = dan ℜ= maka
ab μ
ℜ=
ρ V̇ 2 ab
μab a+ b ( )
Dengan menggunakan persamaan ini untuk menghitung kehilangan tekanan pada saluran
persegi, maka
Ploss=
c ( )
V̇ 2
L ab
ρ
[( )]
2 ab
0.2
2 ab 2
V̇ ρ a+ b
a+ b
abμ
Dengan menggunakan cara yang sama untuk saluran penampang bulat maka
( )
2
V̇
2
ρ
πD
C L 4
Ploss=
( )
4 VDρ 2
D 2
π D2 μ
Dengan menggabungkan kedua persamaan untuk saluran persegi dan saluran penampang bulat
maka
( ab )0.625
D eq ,f =1.3 0.25
( a+b )
13
Diameter Deq,f dapat langsung digunakan pada Gambar 7.13 untuk mendapatkan koefisien
gesekan f.
Untuk saluran konvergen seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.14, kehilangan tekanan antara
titik 1 dan 2 adalah
[( ) ]
2 2
V A1
P1−P2= ρ 1 −1
2 A2
Untuk saluran dengan pembesaran penampang mendadak seperti yang ditunjukkan pada Gambar
7.15, kehilangan tekanan dapat dihitung dengan menggunakan menggunakan persamaan berikut
[ ]
2 2
V1 A1
Ploss= ρ 1−
2 A2
Kehilangan tekanan pada kontraksi penampang saluran secara mendadak biasanya lebih kecil dari
pembesaran secara mendadak. Skema aliran pada saluran dengan kontraksi mendadak dapat
dilihat pada Gambar 7.16 dan kehilangan tekanan dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut
14
[ ]
2
( V '1) ρ A '1
Ploss= 1−
2 2
V 22 ρ 1
( )
2
Ploss= −1
2 Cc
Nilai dari tipikal koefisien kontraksi Cc dapat diperoleh dari Tabel 7.3
Untuk belokan dan siku (elbow) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.17, kehilangan tekanan
dapat diperoleh dengan menggunakan diagram pada Gambar 7.18.
15
Gambar 7. 17 Belokan dan siku (elbow)
Untuk siku 90o kehilangan tekanan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut
ρV2
Ploss= ( faktor geometri)
2
16
Kehilangan tekanan pada percabangan yang keluar dari saluran utama (Gambar 7.19) dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut
[ ]
2
V 2d ρ V
Ploss= ( 0.4 ) 1− d
2 Vu
Untuk saluran percabangan masuk ke saluran utama seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.20,
kehilangan tekanan pada saluran utama untuk β = 90 o dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut
V 2d ρ
[ ( )]
2
V
Ploss= 1− u
2 Vd
[ ( ) ]
2 2
V ρ A
Ploss= d 1.5 d −1
2 Ab
17
Gambar 7. 20 Saluran percabangan masuk
Ada dua metode perencanaan saluran udara AC yang digunakan yaitu metode kecepatan (velocity
method) dan metode gesekan sama (equal friction method)
Metode kecepatan
Dalam penerapan metode ini langkah yang ditempuh adalah:
Kecepatan pada saluran utama dan saluran cabang ditentukan dan kehilangan tekanan
dihitung.
Kipas dipilih untuk memenuhi kehilangan tekanan tertinggi
Pengurang laju alir (damper) dipasang untuk mengatur aliran dalam saluran dengan
kehilangan tekanan terendah.
5-8 m/s pada saluran utama dan 4-6 m/s untuk saluran percabangan
kecepatan yang digunakan lebih rendah pada perumahan dan lebih tinggi untuk industri
Kecepatan udara yang tinggi akan memerlukan ukuran saluran yang lebih kecil tapi kehilangan
tekanan nya lebih besar dan aliran akan lebih bising.
Metode gesekan-sama
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ini untuk merencanakan sistem
saluran udara AC
Kehilangan tekanan yang akan tersedia untuk sistem harus diputuskan dari awal
Panjang ekivalen semua saluran udara harus dihitung
Kehilangan tekanan yang tersedia dibagi dengan panjang saluran ekivalen dari saluran
terpanjang.
18
Dengan menggunakan gradien tekanan yang telah diperoleh pada langkah sebelumnya dan
laju aliran udara pada setiap bagian dari saluran terpanjang, ukuran saluran dari setiap bagian
dapat dipilih dengan menggunakan Gambar 7.13.
Untuk bagian-bagian lain, ukuran dipilih dengan menggunakan sisa kehilangan tekanan tetapi
tetap dalam batas kecepatan yang sesuai dengan batasan kebisingan minimum.
2
ρV
Koefisien dari bagian pada Ploss
2
Panjang ekivalen untuk setiap langkah =
f
untuk saluran
D
Dalam menggunakan metode ini pilihlah ΔP yang tersedia dalam sistem saluran udara dan pilihlah
ukuran saluran untuk menangani tekanan ini.
Dimana
D = diameter saluran
L = panjang saluran
C1 = konstanta gabungan biaya dan konstanta lain
H = total jam operasional selama periode amortisasi
C2 = konstanta yang di dalamnya termasuk efisiensi motor dan kipas; dan biaya energi
listrik.
19
Total biaya yang merupakan jumlah dari biaya awal dan biaya operasional adalah
3
C3 HL Q
Cost =C1 DL+ 5
D
Diameter optimum yang menghasilkan biaya minimum dapat diperoleh dengan menggunakan
differensial dari persamaan di atas yang disamakan dengan nol
[ ]
1
5 C 3 H Q3 6
D opt =
C1
Pada proses differensiasi untuk mendapatkan diameter optimum, biaya motor dan kipas
diasumsikan konstan. Dengan ukuran saluran kecil, pengurangan ukuran saluran lebih lanjut akan
memerlukan motor dan kipas yang lebih besar sehingga pengurangan ukuran akan menaikkan
biaya awal kipas dan sistem saluran.
Pada sistem saluran udara aktual di lapangan dengan percabangan dan berbagai sambungan dan
belokan, optimasi tidak dapat dilakukan hanya dengan secara analitik. Beberapa desain ssaluran
yang berbeda harus di cek dulu dalam mencari kondisi optimum.
grille dan register. Alat ini terdiri dari rangka yang ditutupi oleh lembar batang logam tipis baik
yang tetap atau yang dapat diatur posisinya (Gambar 7.21 dan 7.22). Grille dan register
biasanya juga dilengkapi dengan katub/damper yang dapat digunakan untuk mengatur
volume udara. Alat ini biasanya dipasang pada dinding.
difuser plafon. Alat ini biasanya terdiri dari beberapa ring konsentrik atau louvre dengan
kerah atau lehernya yang dihubungkan dengan saluran (Gambar 7.23, 7.24 dan 7.25).
Bentuknya bisa bulat atau persegi atau dalam bentuk panel yang di lubangi
difuser slot. Merupakan beberapa saluran berbentuk pita horizontal panjang pada plafon atau
dinding (Gambar 7.26).
panel plafon berlubang (plenum perforated ceiling panels). Tempat di atas plafon digunakan
sebagai ruang dari mana udara AC dikirim ke ruangan melalui saluran dan lubang (Gambar
7.27).
20
Gambar 7. 21 Grille
(a) (b)
Gambar 7. 24 Contoh difuser plafon (a) Difuser bulat (b) difuser persegi
21
Gambar 7. 25 Contoh penggunaan diffuser plafon pada ruangan
22
Difuser plafon paling populer dalam industri komersial. Karena udara primer dihadapkan ke arah
radial ke semua arah, laju entrainment sangat besar sehinnga difusi dari momentum jet udara AC
berlangsung sangat cepat. Hal ini memungkinkan difuser plafon untuk menangani udara AC dalam
jumlah besar pada kecepatan yang lebih tinggi dari tipe lain.
Gambar 7.28 dan 7.29 menunjukkan pola distribusi udara masing-masing pada difuser persegi dan
difuser bulat. Karena perbedaan densitas antara udara suplai AC dan udara ruangan, udara AC
cenderung jatuh ke lantai ketika dihembuskan ke ruangan. Ketika udara keluar dari difuser, udara
dalam ruangan akan tertari dan tercampur ke dalam arus aliran AC sehingga kecepatannya
berkurang.
Udara yang didistribusi ke ruangan melalui haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut
laju aliran×(Tudara,balik – Tudara,suplai) harus memeberi kompensasi kehilangan atau perolehan kalor
dalam ruangan.
Kecepatan < 0.25 m/s untuk areal yang ditempati.
Gerakan udara konstan untuk memecah gradient temperatur
Kecepatan jet bentuk bundar udara AC ideal saat memasuki ruangan dapat diperkirakan dengan
menggunakan persamaan berikut
23
7.41 μ0 √ A 0
u=
[ ( )]
2 2
r
x 1+57.5
x
Dimana
u = kecepatan dalam jet pada x dan r, m/s
u0 = kecepatan pada outlet, m/s
A0 = luas outlet, m2
Untuk jet berbentuk planar, kecepatan nya dapat dihitung sebagai berikut
u=
2.40 μ0 √ b
√x [ 2
(
1−tanh 7.67
y
x )]
Dimana
b = lebar bukaan, m
y = jarak normal dari tengah bidang ke titik dimana kecepatan u dihitung
Ketika udara AC keluar dari difuser pada plafon, ada dua kemungkinan yang terjadi (Gambar 7.30).
Kemungkinan pertama adalah udara langsung jatuh ke lantai dan membentuk area tekanan
rendah di pusat aliran. Kemungkinan lain yang terjadi adalah udara AC tidak turun menyebar
tetapi hanya mengalir di sekitar plafon.
Gambar 7. 30 Beberapa kemungkinan yang terjadi pada udara AC yang disuplai ke ruangan.
6. Pompa
Ketika menangani pompa ada dua pertanyaan dasar yang muncul antara lain
Berapa gradien tekanan ΔP yang dibangkitkan pada kapasitas aliran yang diberikan?
Berapa daya input dan efisiensi pada berbagai kondisi operasi?
Tenaga pompa ideal yang diperlukan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut
24
Ė aktual
η=
Ėi
Performansi pompa pada berbagai kondisi dapat dilihat dari kurva performansi yang diberikan
oleh pabrik pembuat pompa. Contoh kurva performansi pompa sentrifugal dapat dilihat pada
Gambar 7.31.
Performansi pompa juga berkaitan dengan karakteristik perpipaan dimana pompa dihubungkan.
Gambar 7.32 menunjukkan perubahan performansi pompa ketika kondisi pipa berubah.
Perpotongan karakteristik pompa dengan karakteristik pipa memberikan suatu keseimbangan
dimana syarat ΔP dan V̇ terpenuhi. Pada gambar terlihat kondisi operasi pompa pada kurva
berubah ke kondisi keseimbangan baru setelah perpipaan ditutup sebagian. Dapat dilihat pada
kondisi baru efisiensi pompa meningkat.
25
Gambar 7. 32 Performansi pompa pada jaringan pipa
7. Contoh soal
Contoh 1: Diffuser tunggal
Pilihlah sebuah difuser plafon bundar yang sesuai untuk dipasang pada suatu ruangan di gedung
perkantoran seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.32. Ruangan tersebut dengan ukuran lebar
4.2 m, panjang 4.8 m dan plafon setinggi 2.4 m dari lantai disuplai dengan udara AC sebanyak 120
liter/s. Beban ruangan diperkirakan sekitar 125 W/m 2. Kriteria kebisingan (NC) 20 – 35 dapat
diterima.
Penyelesaian
(1) Laju alir volume udara suplai 120 liter/s
(2) Panjang karakteristik ruangan untuk difuser bundar dapat dilihat pada Tabel 7.3. Dari tabel
dapat diketahui bahwa untuk kasus ini panjang karakteristik yang sesuai adalah jarak ke
dinding terdekat yaitu sekitar 2.1 m.
26
(3) Dengan menggunakan ADPI Selection Guide (Tabel 7.4), pada pembebanan 125 W/m 2, rasio
lemparan – panjang T0.25/L untuk ADPI maksimum adalah 0.8
(4) Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan dinding terdekat, T 0.25 = 2.1 × 0.8 = 1.68 untuk
ADPI maksimum 88%. Laju pembuangan 0.25/s haruslah 1.68 m untuk ADPI maksimum.
(5) Dengan menggunakan sampel performansi data (Tabel 7.5) untuk laju udara suplai 120 liter/s,
piliha terbaik adalah:
Ukuran leher = 254 mm, NC = 11 < 20 – 35; Lemparan = 1.52 dan T ACT/L = 1.52/2.1 = 0.72 yang
masih dalam rentang yang dapat diterima yaitu 0.5 hingga 1.5 untuk dapt memberikan ADPI >
80%. Tekanan total adalah = 10.69 Pa.
27
Contoh 2: Difuser multi
Tentukan spesifikasi difuser bundar yang dipasang 4 unit pada plafon (Gambar 7.33) untuk
pendinginan suatu ruangan sekolah yang dijaga pada temperatur 25 oC. Beban pendingin untuk
ruangan adalah 13.2 kW dan temperatur udara AC yang disuplai ke ruangan di jaga pada 13 oC.
Gambar 7.33
Penyelesaian
(1) Laju alir volume udara suplai yang diperlukan
Qs 13.2 3
V̇ = = =0.91 m / s
1.2 ×∆ T difusi 1.2 × ( 25−13 )
(2) Pembebanan ruangan per m2 = 110 W/m2. Empat unit difuser yang ditempatkan secara
simetris akan dipertimbangkan untuk dipakai pada ruangan dimana setiap difuser menyuplai
0.23 m3/s.
(3) Dari Tabel 7.3, panjang karakteristik adalah jarak ke dinding terdekat atau jarak jet udara yang
berpotongan yaitu 2.5 m.
(4) Oleh karena itu dengan mempertimbangkan dinding terdekat T 0.25 = 2.5 × 0.8 = 2.0 untuk ADPI
maksimum 89%. Laju lemparan hingga 0.25 m/s haruslah 2.0 m untuk ADPI maksimum.
28
(5) Dengan mengacu pada sampel performansi data untuk tipikal difuser plafon bundar pada
Tabel 7.5 untuk suplai 230 liter/s, pilihan terbaik adalah
Ukuran leher = 304.8 mm, NC = 17 < 25 – 30; Lemparan = 2.13 dan T ACT/L = 2.13/2.5 = 0.85
yang masih dalam rentang yang dapat diterima yaitu 0.5 hingga 1.5 yang memberikan ADPI >
86%. Tekanan total = 14.92 Pa.
(a) Tentukan ukuran sistem saluran tersebut dengan menggunakan metode “gesekan-sama”
(equal friction method). Saluran haruslah berbentuk standar bundar kenaikan diameter 25
mm. Kecepatan udara pada bagian pertama tidak boleh lebih dari 8 m/s.
29
(b) Estimasi tekanan statik dalam jalur yang diberi indeks pada saluran udara. Ada kehilangan
tekanan sebesar 25 Pa pada setiap grille outlet pada E, F, G dan H. Dengan asumsi kehilangan
tekanan pada sambungan adalah seperempat dari panjang saluran.
Penyelesaian
Dengan membuat plot kecepatan mula-mula 8 m/s dan laju alir 3000 liter/s, titik O dapat
diperoleh pada bagan gesekan. Pada titik O, garis horizontal digambar untuk merepresentasikan
kehilangan tekanan akibat gesekan pada saluran sebesar 0.9 Pa/m yang akan tetap konstan untuk
aliran udara pada semua bagian. Ukuran saluran 675 mm diperoleh dari bagan yang sama.
Sesudah itu dengan menggunakan prosedur yang sama ukuran dan kecepatan saluran untuk
bagian-bagian yang lain juga dapat dibaca dari bagan. Semua nilaidari kehilangan tekanan karena
gesekan , ukuran saluran dan kecepatan dapat dilihat pada Tabel 7.6.
30
Indeks lintasan udara adalah A – B – C – D – E. Total kerugian gesekan karena panjang saluran
adalah 16.2 Pa dan karena sambungan adalah16.2/4 = 4.05 Pa. Jadi, total kerugian karena gesekan
adalah 16.2 + 4.05 = 20.25 Pa. Dengan perkiraan kerugian tekanan pada grille 25 Pa maka total
kerugian adalah 45.25 Pa.
Penyelesaian
Penyelesaian dapat dilihat pada Tabel 7.7. Indeks lintasan udara adalah A – B – C – D – E dengan
kerugian 91.45 Pa. Dengan menambahkan damper pada percabangan C – G = (91.45 – 84.15) = 7.3
Pa dan pada D – H = (91.45 – 83.4) = 8.05 Pa.
31
8. Rangkuman
Pada bab ini telah diuraikan berbagai aspek yang menyangkut dengan sistem distribusi pada AC
sentral seperti kipas, pompam saluran udara atau sistem perpipaan dan ada beberapa hal penting
yang dapat disimpulkan antara lain sebagai berikut
(1) Kipas pada sistem AC terbagi atas kipas sentrifugal dan kipas aksial . Kipas sentrifugal
digunakan karena pertimbangan kenyamanan karena tingkat kebisingan yang rendah
sedangkan kipas aksial digunakan karena pertimbangan performansinya.
(2) Ada berbagai tipe saluran udara bergantung pada aplikasi dan penggunaan ruangan. Saluran
udara ini dapat direncanakan dengan berbagai metode antara lain metode kecepatan,
metode gesekan-sama (equal-friction method) dan metode optimasi sistem saluran udara.
(3) Performansi pompa bergantung pada pabrik pembuat pompa dan juga bergantung sistem
perpipaan yang digunakan.
(4) Berbagai jenis difuser digunakan untuk dapat mendistrbusikan udara dengan merata dan
efisien dalam suatu ruangan.
9. Soal-soal latihan
6/1. Faktor apa saja yang harus dipertimbangkan dalam menempatkan difuser?
6/2. Faktor apa saja yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan saluran udara AC sentral?
6/3. Jelaskan manfaat sistem saluran udara dengan kecepatan tinggi dan kecepatan rendah.
6/4. Jelaskan manfaat sistem AC sentral yang menggunakan udara dan sistem yang menggunakan
air.
32
6/5. Pilihlah difuser plafon bundar untuk ruangan pada gedung perumahan. Ruangan berukuran
lebar 5 m panjang 6 m dan ketinggian plafon 3 m di atas lantai disuplai dengan udara AC 210
liter/s. Beban pada ruangan diperkirakan sekitar 100 W/m 2. Kriteria kebisingan 30 – 35 adalah
dapat diterima.
6/6. Rencanakan difuser bundar multi untuk pendinginan ruang konser kecil 20 m × 40 m yang
dijaga pada 25 oC. Beban pendingin untuk ruangan ini adalah 130 W/m 2 dan temperatur udara
suplai AC adalah 13 oC.
6/7. Suatu sistem saluran udara AC kecepatan tinggi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.38
akan dirancang dengan menggunakan metode perolehan statik (regain static) untuk suatu gedung
supermarket. Kecepatan udara yang direkomendasikan untuk bagian-bagian hulu A – B adalah 12
m/s.
6/8. Suatu AC sentral melayani tiga ruangan pada suatu apartemen. Skema dari sistem saluran
udara dan laju alir volume untuk tiap ruangan dapat dilihat pada Gambar 7.39 sedangkan panjang
untuk setiap bagian saluran dapat dilihat pada Tabel 7.8
(a) Tentukan ukuran sistem saluran AC dengan menggunakan metode gesekan sama (equal
friction method). Saluran udara harus lah standar penampang bundar dengan kenaikan
ukuran 25 mm. Kecepatan udara pada bagian pertama tidak boleh melebihi 7 m/s.
(b) Perkirakan tekanan statik pada lintasan yang diberi indeks dari jaringan saluran udara. Ada
kehilangan tekanan 25 Pa pada setiap outlet grille pada F, G dan H. Dalam perhitungan,
kehilangan tekanan karena sambungan diperkirakan seperlima dari panjang saluran.
33
Gambar 7. 40 Skema saluran sistem AC untuk soal 6/8
34