HARMONISA
DURASI : 8 JP
PENYUSUN :
DAFTAR ISI
Tabel 4. Voltage & Current Harmonic Distortion Limits IEC 61000 .......................................... 25
1. FENOMENA HARMONISA
Energi listrik yang dihasilkan oleh pembangkit akan dikirimkan ke pusat beban melalui jaringan
transmisi dan distribusi. Parameter penting yang perlu diperhatikan adalah tegangan, arus dan
frekuensi. Agar peralatan konsumen di sisi beban dan peralatan lain pada sistem transmisi
serta distribusi dapat beroperasi sesuai yang diinginkan (rating) maka perlu suatu batasan,
batasan ini sering didefinisikan sebagai kualitas daya listrik (power quality). Generator sinkron
tiga fasa digunakan sebagai pembangkit untuk menghasilkan energi listrik melalui tegangan
sinusoidal tiga fasa dengan magnitude tertentu dan frekuensi 50 Hz (untuk Indonesia).
Gangguan-gangguan yang menyebabkan turunnya kualitas daya dalam sistem tenaga listrik
dapat dikelompokkan menurut klasifikasi berikut :
▪ Voltage sags/dips
▪ Voltage swell
▪ Transient overvoltages
▪ Harmonisa
▪ Regulasi tegangan
Gangguan tersebut sebagian besar bersifat temporer, tetapi terdapat gangguan yang sifatnya
terus menerus (steady-state), yaitu harmonisa. Dalam bidang teknik elektro, harmonisa sering
didefinisikan sebagai komponen gelombang sinusoidal yang memiliki frekuensi kelipatan
bilangan bulat lebih dari satu terhadap frekuensi fundamental. Selain harmonisa, juga dikenal
beberapa istilah penting dalam pemahaman, di antaranya sub-harmonisa dan inter-harmonisa.
Sub-harmonisa adalah komponen gelombang sinusoidal dengan frekuensi di bawah frekuensi
fundamental sedangkan inter-harmonisa adalah komponen gelombang sinusoidal dengan
frekuensi kelipatan bilangan yang tidak bulat (lebih dari satu) terhadap frekuensi fundamental.
Dalam aplikasi di lapangan, jarang dijumpai suatu gelombang dengan frekuensi tunggal.
Umumnya mengandung komponen-komponen lain. Dengan bantuan alat spectrum analyzer
atau power meter maka semua komponen penyusun dapat diketahui.
f1 is fundamental frequency
Pada sub-bab ini, penekanan uraian difokuskan pada harmonisa. Untuk memberi pemahaman
maka dimisalkan sistem dengan frekuensi 50 Hz akan memiliki komponen harmonisa sebagai
berikut :
▪ dst
Fourier, seorang ahli matematika dari Perancis menyatakan bahwa setiap gelombang yang
periodik dapat dinyatakan oleh suatu deret dari gelombang sinusoidal dengan frekuensi
kelipatan dari frekuensi fundamental, secara umum dinyatakan dengan :
~
f (t ) = o + ah cos(ht ) + bh sin(ht )
a
(2-1)
2
h =1
2
= T T
di mana T , ao = f (t ) dt , an = f (t ) cos(ht ) dt
0 0
T
bn = f (t ) sin(ht ) dt dan h = 1, 2, 3, …
0
~
f (t ) = c o + c h sin(ht + h ) (2-2)
h =1
ao
di mana c o =
2
c h = ah2 + bh2
bh
h = tg −1
ah
Sebagai ilustrasi, disajikan gelombang persegi (Gambar 3) yang akan dianalisis dengan
menggunakan deret Fourier. Implementasi persamaan (2-2) pada gelombang tersebut
menghasilkan
4 A 2 1 2 1 2
f (t )square = sin t + sin 3 t + sin 5 t + ... (2-3)
T 3 T 5 T
Persamaan (2-3) menunjukkan bahwa hanya komponen harmonisa orde ganjil yang muncul
dalam analisis. Pada Gambar 4 ditunjukkan sintesis dari empat komponen harmonisa pertama
untuk menyusun gelombang persegi, dengan mengambil orde lebih banyak maka hasil sintesis
yang diperoleh akan makin mendekati gelombang persegi.
2. BEBAN LINEAR
Jika beban yang terpasang hanya mengandung elemen rangkaian linier yang berupa resistor,
induktor dan kapasitor maka arus yang mengalir akan sebanding dengan tegangan sumber dan
memiliki frekuensi sama dengan frekuensi tegangan sumber. Penggunaan beban linier yang
bersifat resistif menyebabkan arus sumber sinusoidal dan sefasa dengan tegangan sumber
sedangkan penggunaan beban linier yang bersifat induktif/kapasitif mengakibat terjadinya
pergeseran fasa. Dalam aplikasi, beban linier dapat dijumpai dalam bentuk :
▪ Lampu pijar
▪ Heater
▪ Pompa air
▪ Kapasitor banks
is
Vs
Linear
Loads
Current i(t)
Waveform
e
lin
ad
lo
v(t)
angle
Waveform
Voltage
angle
Gambar 7. Hubungan Tegangan Dan Arus Pada Pemasangan Beban Linier Pada Sistem Dengan Tegangan Sinusoidal
P=0
V
S=Q
P
V
Q
S
Secara rangkaian listrik, misalnya ; suatu rangkaian 3 fasa 4 kawat yang memasok beban
linear, dimana tegangan beban adalah fasa ke netral dengan besar tegangan yang sama dan
berbeda sudut fasa 1200 antar fasanya, seperti terlihat pada Gambar 11 di bawah ini.
Is Beban
S R
Z
It Beban
T
Z
In T S
VR = V 00
VS = V 1200
VT = V 2400
Gambar 11. Diagram Fasor Sistem 3 Fasa 4 Kawat Beban Linear Seimbang
Pada saat beban seimbang, maka nilai arus pada setiap fasa sama dan beda sudut fasa satu
sama lain 1200. Pada keadaan beban seimbang seperti ini dapat dikatakan bahwa beban
merupakan beban linear, sehingga arus di kawat netral sama dengan nol.
IR + IS + IT = IN = 0 (2-4)
Gambar 12. Gelombang Arus Fasa Dan Arus Netral Pada Pembebanan Linier Seimbang Tiga Fasa
is
Vs
Nonlinear
Loads
Gambar 13. Pemasangan Beban Tak Linier Pada Sistem Dengan Tegangan Sinusoidal
Keterangan :
(a) Z lebih kecil
(b) Z lebih besar
Gambar 14. Pengaruh Impedansi Sumber Terhadap Arus Beban Tak Linier Jenis Sumber Tegangan
Current i(t)
Waveform
load line
v(t)
angle
Waveform
Voltage
angle
Gambar 15. Hubungan Tegangan Dan Arus Pada Pemasangan Beban Tak Linier Pada Sistem Dengan Tegangan
Sinusoidal
IR + IS + IT ≠ (2-5)
Gambar 16. Gelombang Arus Fasa Dan Arus Netral Pada Pembebanan Tak Linier Seimbang Tiga Fasa
▪ Paralatan yang menggunakan busur api listrik (arcing devices), contohnya ; lampu
fluoresens, televisi, monitor dan lain-lain.
Transformator
Peralatan dengan
Ballas magnetik
Ferromagnetik
Motor induksi, dll.
Penyearah (rectifier)
Konverter
Charger
Elektronik
Ballast Elektronik, dll.
Va+ ,Vc+ ,Vb+ ). Untuk urutan yang memiliki arah fasor sama dinamakan urutan nol. Pada
tegangan atau arus yang terdistorsi, maka besaran tersebut akan mengandung komponen
fundamental dan komponen-komponen harmonisa. Komponen-komponen tersebut memiliki
urutan yang berbeda.
Harmonisa akan memiliki urutan yang berbeda bergantung dari ordenya, semua harmonisa
kelipatan-3 (triplen harmonics) selalu merupakan komponen urutan nol. Harmonisa orde-1, 4, 7,
10, 13 dst memiliki urutan positif, sedangkan harmonisa orde-2, 5, 8, 11, 14 dst memiliki urutan
negatif. Pada Tabel-2.2 ditampilkan sepuluh harmonisa pertama beserta jenis urutannya.
V c+ V b−
V a0
+
V V b0
a V a−
V c0
V b+ V c−
Komponen Urutan
fundamental positif
Salah satu distorsi yang terjadi pada sistem tenaga listrik adalah distorsi harmonisa. Distorsi
harmonisa disebabkan oleh beban-beban non linear dalam sistem tenaga listrik, di mana besar
arus proporsional dengan tegangan yang digunakan. Misalnya sebuah tegangan sinusoidal
yang dikenakan pada sebuah beban sederhana yang tidak linear, maka bentuk gelombang
arusnya adalah sinusoidal yang sedikit cacat/distorsi. Bilamana tegangan tersebut dinaikkan
beberapa persen maka akan menyebabkan arus menjadi dua kali lebih besar dan bentuk
gelombangnya akan sangat berbeda.
Gelombang arus yang mengandung komponen harmonisa disebut arus terdistorsi. Kandungan
harmonisa gelombang arus dan tegangan dapat dinyatakan dalam suatu ukuran yang umum
dipakai yaitu THD (Total Harmonic Distortion). Nilai THD diperoleh dari perbandingan nilai RMS
semua komponen harmonisa selain fundamental terhadap nilai rms komponen fundamental.
Besar THD (Total Harmonic Distortion) dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
n =
M
2
n
THD = n=2 x 100% (2-6)
M 1
Dimana :
Total Harmonic Distortion (THD) didefinisikan sebagai perbandingan nilai RMS komponen
harmonisa terhadap komponen dasar (fundamental) dan biasanya dinyatakan dalam %. Indeks
ini digunakan untuk mengukur penyimpangan dari bentuk gelombang satu perioda yang
mengandung harmonisa pada gelombang sinusoidal sempurna. Untuk satu gelombang arus
sempurna (linier) pada frekuensi dasar (fundamental), nilai THD adalah nol.
n =
V
2
n
THDv = n=2 x 100 (2-7)
V 1
n =
I
2
n
THDi = n=2 x 100% (2-8)
I 1
Demikian pula pengukuran distorsi harmonisa untuk Individual Harmonisa Distortion (IHD) yang
merupakan rasio antara nilai RMS dari harmonisa individual dan nilai RMS dari fundamental.
Dan dapat dinyatakan sebagai berikut :
Hubungan antara THD dengan IHD dapat dilihat dari persamaan berikut :
Adapun Total Demand Distortion (TDD) merupakan distorsi harmonisa arus total, yang dapat
dinyatakan sebagai berikut:
n =
I
2
n
n =2
TDD = x 100 (2-12)
I L
Di mana IL adalah arus beban maksimum yang dibutuhkan dalam 15 atau 30 menit pada
frekuensi dasar (fundamental) pada titik sambung bersama.
(2-13)
(2-14)
Harmonisa terdiri dari distorsi harmonisa arus (THDi) dan distorsi harmonisa tegangan (THDv).
Distorsi harmonisa arus (THDi) terjadi akibat dari pemakaian beban yang tidak linear (non
linear) pada pengguna tenaga listrik, misalnya ; pelanggan peleburan logam, pelanggan
pengguna automatic/variable speed drive (ASD), dan lain-lain. Sedangkan distorsi harmonisa
tegangan (THDv) terjadi karena adanya harmonisa arus yang melewati impedansi di sisi beban,
seperti pada Gambar 19. Adapun bentuk distorsi gelombang (waveform) arus atau tegangan
serta bentuk spektrumnya, seperti pada Gambar 20 – Gambar 23.
Beban non-linier:
Peralatan elektronik
(kontrol motor2)
Sirkit Ekivalen
Sumber Harmonisa
Konsep tentang daya sering digunakan dalam disiplin teknik elektro, di antaranya adalah teori
daya konvensional yang umum digunakan pada sistem tanpa distorsi. Untuk memahami
konsep daya tersebut maka disajikan suatu sistem satu fasa (Gambar 24) dengan tegangan
dan arus yang dijabarkan dalam persamaan berikut
v (t ) = 2V sin(t + ) (2-15)
i (t ) = 2I sin(t + ) (2-16)
di mana :
v (t ) = nilai tegangan sesaat
i (t ) = nilai arus sesaat
= sudut fasa tegangan
= sudut fasa arus
Nilai daya sesaat dari sistem di atas dapat dinyatakan dengan perkalian antara tagangan
sesaat dan arus sesaat
p(t ) = v (t ) i (t )
p(t ) = VI cos (1 − cos 2t ) − VI sin sin 2t (2-17)
di mana :
= − = selisih sudut fasa antara tegangan dan arus
P = VI cos (2-18)
dan komponen kedua VI sin sin 2t yang merupakan gelombang sinusoidal dengan puncak
VI sin dan frekuensi dua kali sistem tetapi dengan nilai rata-rata sama dengan nol, nilai
puncak ini sering didefinisikan sebagai daya reaktif, dinyatakan
Q = VI sin (2-19)
Persamaan (2-19) menunjukkan bahwa daya nyata rata-rata suatu sistem satu fasa dengan
beban linier dapat dinyatakan oleh hasil perkalian antara nilai efektif tegangan, nilai efektif arus
dan kosinus sudut fasa antara tegangan dan arus.
Gambar 24. Gelombang Tegangan, Arus Dan Daya Sesaat Untuk Sistem Satu Fasa Yang Mencatu Beban Linier
Pada aplikasi untuk sistem tiga fasa ideal dengan beban linier, tegangan dan arus dari sistem
dinyatakan dengan persamaan :
v a (t ) = 2V sin(t + ) (2-20a)
(
v b (t ) = 2V sin t − 120 o + ) (2-20b)
(
v c (t ) = 2V sin t + 120 o + ) (2-20c)
dan
(
i b (t ) = 2I sin t − 120 o + ) (2-21b)
(
i c (t ) = 2I sin t + 120 o + ) (2-21c)
Persamaan daya sesaat tersebut memiliki nilai yang konstan, dan nilai ini merupakan daya
nyata rata-rata sistem tiga fasa, dinyatakan dengan :
P3 = 3 P (2-23)
sedangkan daya reaktifnya didefinisikan tiga kali daya reaktif satu fasa :
Dalam aplikasi pada kondisi nyata, sering dijumpai kondisi di mana terdapat kandungan
harmonisa (h) terutama pada besaran arus (Gambar 24). Jika sistem yang memiliki tegangan
ideal digunakan untuk mencatu beban tak linier maka persamaan arusnya dapat dinyatakan
dengan suatu deret berikut :
~
i (t ) = 2 I h sin(ht + h ) (2-25)
h =1
Gambar 25. Gelombang Tegangan, Arus Dan Daya Sesaat Untuk Sistem Satu Fasa Yang Mencatu Beban Tak Linier
~
p(t ) = 2V sin(t + )
h =1
2 I h sin(ht + h )
= VI1 cos 1 (1 − cos 2t ) − VI1 sin 1 sin 2t (2-26)
~
+ 2VI h sin(t + )sin(ht + h )
h =2
Persamaan di atas menunjukkan bahwa pada sistem dengan kandungan harmonisa maka
pada daya sesaat juga akan dibangkitkan komponen daya sebagai akibat dari arus harmonisa.
Dari persamaan (2-25), dapat disajikan nilai efektif dari arus, yaitu sebagai berikut :
Daya semu S merupakan besaran yang diperoleh sebagai perkalian nilai efektif dari tegangan
dan arus, disajikan :
S 2 = V 2I 2
(
= V 2 I12 + I 22 + I 32 + ... + I h2 )
= V 2 I12 (
+ V 2 I 22 + I 32 + ... + I h2 )
=
P cos 1 2 + Q sin 1 2 + V 2 I 22 ( + I 32 + ... + I h2 )
S2 = P 2 + Q2 + H 2 (2-28)
Dengan mengacu persamaan di atas maka suatu tetrahedron daya dapat digambarkan seperti
Gambar 26. Berdasarkan persamaan-persamaan yang telah diuraikan di atas maka dapat
diturunkan beberapa definisi sebagai berikut :
P 2 + Q2 I
▪ distortion factor = DF = = 1 = cos
S I
I1
▪ total power factor Total PF = cos 1 = cos
I
H Q
1
P
Gambar 26. Tetrahedron Daya
Distorsi tegangan didefinisikan sebagai hubungan antara total tegangan harmonisa dan total
tegangan dasar (fundamental). Total Harmonic Distortion (THD) yang juga dikenal sebagai
Harmonic Distortion Factor adalah indeks untuk mengukur level distorsi harmonisa. Besarnya
nilai Total Harmonic Distortion (THD) untuk tegangan dihitung sesuai formula (2-9).
Distorsi arus didefinisikan sebagai hubungan antara total harmonisa arus dan total arus dasar
(fundamental). Total Harmonic Distortion (THD) yang juga dikenal sebagai Harmonic Distortion
Factor adalah indeks untuk mengukur level distorsi harmonisa. Besarnya nilai Total Harmonic
Distortion (THD) untuk arus dihitung sesuai formula (2-10).
5. SUMBER-SUMBER HARMONISA
Adapun penyebab dari distorsi harmonisa arus adalah akibat beban pelanggan yang tidak
linear (non linear). Jenis beban yang menyebabkan harmonisa, antara lain :
▪ Lampu hemat energi (LHE) → LHE bekerja dengan menggunakan saklar statis pada
frekuensi tertentu, adanya pensaklaran tersebut mengakibatkan hubungan tegangan dan
arus menjadi tak linier. LHE digunakan hampir di semua sektor aplikasi (rumah tangga,
perkantoran dan industri)
▪ Power rectifier → penyearah ini dapat menggunakan power dioda atau SCR untuk
menghasilkan tegangan DC variabel dengan rating daya besar (banyak dijumpai di sektor
industri)
▪ Pemanas Induksi → merupakan sistem pemanas yang didasarkan atas fluksi bolak-balik
pada frekuensi tinggi dikenakan pada obyek logam sehingga akan menghasilkan panas.
Untuk menghasilkan fluksi pada frekuensi tinggi diperlukan inverter dengan frekuensi
tinggi.
▪ Furnaces
▪ UPS
▪ Computer
▪ Dan lain-lain.
Gambar 27. Beban Tak Linier : Lampu Hemat Energi & ASD
Gambar 29. Beban Tak Linier : Induction Heater & Arc Furnace
Distorsi harmonisa arus (THDi) dan distorsi tegangan harmonisa (THDv) yang mengalir pada
transformator dapat menyebabkan dampak, sebagai berikut :
Untuk meminimalisir dampak harmonisa ada beberapa teknik mitigasi yang dapat dilakukan,
yaitu :
▪ Pemasangan Filter.
Adapun standar yang mengatur mengenai harmonisa adalah standar IEEE 519-1992 dan IEC
61000. Standar IEEE 519-1992 dan IEC 61000 mengatur mengenai batasan harmonisa yang
diijinkan didalam suatu system. Perhatikan Tabel 3 dan Tabel 4 berikut ini.
69 KV < Vn < 161 KV <20* 2.00 1.00 0.75 0.30 0.15 2.5
69 KV < Vn < 161 KV 20-50 3.50 1.75 1.25 0.50 0.25 4
69 KV < Vn < 161 KV 50-100 5.00 2.25 2.00 0.75 0.35 6
69 KV < Vn < 161 KV 100-1000 6.00 2.75 2.50 1.00 0.50 7.5
69 KV < Vn < 161 KV >1000 7.50 3.50 3.00 1.25 0.70 10
Vn > 161 KVA <50 3.00 1.00 0.75 0.30 0.15 2.5
Vn > 161 KVA ≥ 50 3.00 1.50 1.15 0.45 0.22 3.75
IEEE Recommended Practices and Requirements for Harmonic Control in Electrical Power
Systems
• IEEE Std.1531-2003
Alat ukur harmonisa yang digunakan untuk mengukur distorsi harmonisa pada transformator
harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh IEC atau IEEE. Pada pelatihan ini kita
menggunakan alat ukur harmonisa Power Log dengan Fluke model 435.
Cara pemasangan alat ukur harmonisa Power Log dengan Fluke model 435 pada
transformator, seperti gambar berikut ini.
Gambar 35. Pengukuran Daya Dan Faktor Daya Pada Sistem 1 Fasa 3 Kawat
Gambar 37. Cara Lain Pengukuran Daya Pada Sistem 3 Fasa 3 Kawat
Gambar 38. Pengukuran Daya Dan Faktor Daya Pada Sistem 3 Fasa 4 Kawat
Harmonisa sebagai suatu fenomena yang selalu muncul dalam sistem tenaga listrik dengan
beban konsumen modern memerlukan perhatian serius mengingat dampak negatif yang
ditimbulkan. Pada sistem tiga fasa dengan kawat netral dengan beban linier maka secara
analitis arus yang mengalir pada kawat netral selalu sama dengan nol untuk pembebanan
seimbang.
i N (t ) = i R (t ) + i S (t ) + iT (t ) (2-29)
2
i S (t ) = I max sin t − (2-30b)
3
2
iT (t ) = I max sin t + (2-30c)
3
2 2
i N (t ) = I max sin (t ) + I max sin t − + I max sin t +
3 3
(2-31)
2 2
= I max sin (t ) + sin t − + sin t + = 0
3 3
Sebagai pendukung dari analysis sederhana sistem tiga fasa empat kawat dengan beban linier
seimbang disajikan pada Gambar 40 dan Gambar 41.
Sedangkan untuk kasus di mana sistem tiga fasa empat kawat dibebani beban tak linier tak
seimbang ditunjukkan pada Gambar 42 dan Gambar 43. Pada gambar tersebut tampak bahwa
nilai RMS dari arus yang mengalir pada kawat netral lebih besar daripada nilai RMS arus fasa.
Gambar 43. Arus Fasa Dan Netral Pada Sistem Dengan Beban Tak Linier Tiga Fasa Seimbang
Suatu sistem terdistorsi akibat beban tak linier akan mengandung komponen fundamental dan
komponen harmonisa. Komponen arus fundamental akan mengalir secara downstream atau
dari sisi pembangkit menuju sisi beban sedangkan komponen arus harmonisa akan mengalir
secara upstream atau dari beban menuju ke arah pembangkit. Sistem distribusi dan transmisi
dapat dimodelkan dengan suatu rangkaian yang mengandung R, L dan C. akibat ketiga
komponen tersebut maka akan terjadi fenomena resonansi. Resonansi akan menyebabkan
penguatan dan pelemahan gelombang pada frekuensi tertentu. Untuk gelombang arus yang
mengandung komponen harmonisa memiliki frekuensi jamak, sehingga ada kemungkinan orde
harmonisa tertentu akan dikuatkan.
Pada Gambar 44 ditunjukkan suatu model sistem untuk simulasi yang dilakukan Saito dkk
dalam penelitiannya, perambatan gelombang harmonisa dengan frekuensi tertentu akan
mengalami penguatan/ pelemahan pada titik-titik tertentu. Pada penelitian lain, Pedro dan Jorge
melakukan pengukuran pada beberapa titik untuk beban tak linier industri. Pengukuran yang
dilakukan menunjukkan adalah sedikit pelemahan walaupun tidak terlalu signifikan (Gambar 46
– Gambar 48).