Ram Habib
Ram Habib
1. HIDROCEPHALUS
CONTOH KASUS
Klien L, usia 2 bulan, masuk melalui IGD dan dirawat di ruang bedah anak lantai III RS
Grand Medistra sejak tanggal 20 februari 2020. Klien dibawa ke rumah sakit dengan
alasan mengalami pembesaran kepala sejak lahir. Orangtua klien mengatakan, klien lahir
di bidan secara normal. Pada saat lahir memang kepala klien terlihat agak besar, namun
bidan mengatakan klien normal Tidak ada kejang. Saat masuk RS, berat badan klien 6,7
kg Panjang badan 58 cm. Lingkar kepala klien 49,8 cm. Klien telah dilakukan operasi
pemasangan VP shunt Pada saat pengkajian awal, kesadaran klien compos mentis dan
keadaan umumnya sedang Di kepalanya tampak balutan luka operasi. Selain itu di
abdomen juga terdapat luka balutan Tanda-tanda vital klien cukup stabil yaitu N: 110
x/menit, pernafasan 28 x/menit, dan suhu 36,8°C. Klien terlihat berbaring di tempat tidur
Klien terlihat sering menangis, terutama pada saat dilakukan prosedur invasif seperti
pemasangan infus dan pengambilan sampel darals. Hasil dari pemeriksaan cairan otak
secara makroskopi didapatkan hasil Tes Nonne (+) dan Tes Pandy (+), protein total 53
mgd, glukosa 45 mg dl, dan klorida 667 mg/dl. Sedangkan hasil pemeriksaan hematologi
semuanya dalam batas normal,
PENGKAJIAN
1. Identitas Data
Nama : An L
Tempat tgl lahir : Galang, 20 desember 2019
Usia : 2 bln
Nama Ayah/ Ibu : Ibu S
Alamat : Jin Galang Desa pulau tagor, Kec serbajadi
Agama : islam
Suku Bangsa : jawa
1. Keluhan Utama
Riwayat Sosial
Kebutuhan Dasar
Pemeriksaan Fisik
1. Kemandirian dan bergaul : Anak bermain dengan ibunya di tempat tidur Anak
jarang digendong.
2. Kognitif (piaget) dan bahasa : Anak belum bisa berbicara, hanya menangis
3. Perkembangan Psikososial tenkson) Anak hanya bersosialisasi dengan orangtua 4
Perkembangan Spiritual : Belum dapat dikaji
DIAGNOSA KEPERAWATAN
ANALISA DATA
Data klien Masalah keperawatan
Data Subjektif: Gangguan rasa nyaman: nyeri
Ibu klien mengatakan, klien rewel dan
menangis.
Data Objektif:
Anak tampak meringis dan sering
menangis
✓ Data Objektif
✓ Leukosit 10.000 Ul
✓ Suhu 36,8 °C
✓ Kepala tampak
membesar, lingkar
kepala 49,8 cm terlihat
"sunsel eyes" pada anak
✓ Hasil CT Scan tampak
dilatasi ventrikel
✓ Hasil pemeriksaan
makroskopi cairan otak:
tes Nonne (+), tes
Pandy
(-).
Diagnosa Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Kriteria hasil:
1 Tidak terjadi peningkatan TIK (ditandai dengan nyen kepala hebat kejang,
muntah, dan penurunan kesadaran)
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal tradi 60-120/menit, sulu: 36.5 37.5 C. RR
20 40x/menit)
3. Klien akan mempertahankan atau meningkatkan kesadaran
Implementasi
1 Mempertahankan tirah baring dengan posisi kepala detar dan pantai tanda vaal
2 Memantau status neurologis
3. Memantau frekuensi/irama jantung dan denyal jantung
4 Memantau pernapasan, catat pola, irama pemapasan din frekuensi pernapsan
5. Meninggikan kepala tempat tidur sekitar 30 derajat sesuai indikasi
6. Menjaga kepala pasien tetap berada pada posisinetral
7. Mengukur lingkar kenala setan 1 minggu sekali observasi fontanel dari
cembung dan palpasi sutura kranial
8. Diagnosa: Ganggaan rasa nyaman: nyen berhubungan dengan luka post operasi
Kriteria hasil:
Implementasi:
Kriteria hasil:
1. Suhu dan tanda-tanda vital dalam batas normal (nadi: 60-120x/menit, suhu:
36,5-37.SC.RR: 20-40 menit)
2. Luka insist operasi bersih, tidak ada pus
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka postoperasi (kemerahan. panas, dan
bengkak)
Implementasi:
1. Memonitor tanda-tanda vital.
2. Mengbservasi tanda infeksi: perubahan suhu, warna kulit, malas minum,
irritability.
EVALUASI
Subjektif:
• Ibu mengatakan tidak ada demam dan muntah pada anak
Objektif:
• Suhu: 36,5°c
Analisa:
• Gangguan perfusi serebral tidak terjadi
Planning:
• Pantau tanda-tanda vital
• Pantau adanya kejang
• Pertahankan posisi kepala 30
ASUHAN KEPERAWATAN 2. MENINGNITIS
CONTOH KASUS
An.Z perempuan berusia 7 tahun melalui IGD rujukan dari RSI Yarsi Bukit Tinggi.
Pasien datang dengan keluhan demam selama 2 minggu, kejang seluruh tubuh sejak 6
jam sebelum masuk, frekuensi 1 kali, lamanya 10 menit dan mengalami penurunan
kesadaran setelah kejang. An.Z di rawat di ruang Akut IRNA Kebidanan dan anak
dengan diagnosa medis Meningitis TB.
Data subjektif: ayah mengatakan anak demam, batuk berdahak, refleks batuk
lemah, batuk berdahak tidak mampu bicara dan hanya mengerang, , refleks batuk lemah
dan tampak sesak. anak demam dan badannya panas. Data objektif: GCS 9 (E 4V2M3),
badan teraba panas T 37,8oC, TD 110/70 mmHg, HR 87x/i, P 30x/i, Hb 10,7 gr/dl, ada
tarikan dinding dada, auskultasi terdengar bronkial dan ronkhi, TD 110/70 mmHg, P 30
x/i, T 37,80C, HR 87x/i. kulit pasien teraba panas, TD 110/70 mmHg, P 30 x/i, T 37,80C,
HR 87x/i.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Setelah dilakukan pengkajian, maka selanjutnya peneliti melakukan analisa data dan
dapat dirumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan untuk masalah Resiko ketidakfektifan perfusi jaringan serebral, setelah 5
x 24 jam masalah berkurang atau teratasi dengan kriteria hasil:penurunan TIK dan
menghentikan terjadinya kejang. Intervensinya adalah 1) terapi oksigen dengan
aktivitas; Periksa mulut, hidung, dan sekret trakea, pertahankan jalan napas yang
paten, berikan oksigen sesuai kebutuhan, monitor aliran oksigen. 2) manajemen edema
serebral, dengan kegiatan; monitor tanda-tanda vital, monitor status pernapasan,
Monitor karakteristik cairan serebrospinal (warna, kejernihan, konsistensi), Berikan
anti kejang sesuai kebutuhan dorong keluarga/orang yang penting untuk bicara pada
pasien dan posisikan tinggi kepala 30o atau lebih. 3) monitoring peningkatan
intrakranial, dengan kegiatan; Monitor jumlah, nilai dan karakteristik pengeluaran
cairan serebrispinal (CSF), monitor intake dan output, monitor suhu dan jumlah
leukosit dan berikan antibiotik.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun untuk
masing-masing masalah keperawatan.
EVALUASI
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5 hari didapatkan tiga masalah
keperawatan yang muncul belum sepenuhnya teratasi, maka semua intervensi tetap
dilanjutkan.
ASUHAN KEPERAWATAN 3. KEJANG
CONTOH KASUS
Kasus 1 (An.A)
Pengkajian dilakukan pada tanggal 2 April 2021 Hasil pengkajian didapatkan alasan
datang. ke Rumah Sakit karena An. A mengalami demam sejak 2 hari dan kejang. lama
kejang 5 menit, dan kejang seluruh tubuh. Setelah kejang pasien sadar dan langsung
menangis. Hasil pemeriksaan fisik diperoleh data subjektif. Ibu pasien mengatakan
sehari sebelum demam mengalami batuk-batuk tapi tidak berdahak. Sedangkan data
objektifnya. Keadaan Umum baik, GCS 15. Sulmu: 38° C. Nadi: 150 x/ mnt RR 30x
mnt.
Kasus 2 (An.N)
Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 April 2021 Hasil pengkajian didapatkan alasan
datang ke Rumah sakit yaitu An. N mengalami kejang berulang 2 kali disertai demam
semalaman, lama kejang = 10 menit dan kejang diawali pada bagian tubuh sebelah kiri
lalu sebelah kanan. Hasil pemeriksaan fisik diperoleh data subjektif. Ibu pasien
mengatakan tidak tahu penyebab anaknya demam, anaknya tiba-tiba demam pada
malam hari. Sedangkan data objektifnya: Keadaan umum lemah GCS 15 Suhu 38.5 C.
Nadi 135 x mint, RR 30 x mnt. Hasil pengkajian dari An A dan An N mengalami
demam dan kejang dengan durasi 5-10 menit.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
ii
mengidentifikasikan dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga,
menurunkan angka kejadian sakit (Feggin, 2015).
Analisa data dari hasil pengkajian merupakan rumusan dalam menentukan diagnosa
keperawatan kepada kedua pasien pada kenyataan untuk kasus An A dan An N Peneliti
menemukan 5 diagnosa, diantaranya 4 diagnosa yang sama dan 1 diagnosa yang
berbeda, berikut diagnosa keperawatan yang ditemukan.
PASIEN 1 (AN. A)
PASIEN 2 (AN N)
INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan pada studi kasus ini yang berfokus baik pada kasus 1
maupun kasus 2 pada diagnose hipertermi memiliki tujuan setelah dilakukan intervensi
selama 3 kali perawatan, diharapkan termoregulasi membaik dengan kriteria hasil Sulu
tubuh 3637. Kejang tidak timbul dalam waktu kurang dari 1 jam. Tidak terjadi
iii
perubahan warna kulit. Nadi 90 180/menit dan pernafasan dalam rentang normal
2560x/menit. Intervensi yang ditentukan pada kasus 1 dan kasus 2 yaitu pertama yang
dilakukan identifikasi penyebab hipertermi. Intervensi yang kedua yaitu monitor suhu
tubuh dan tanda tanda vital untuk mengetahui keadaan pasien. Intervensi yang ketiga
yaitu melakukan pemberian kompres hangat pada area dahi, axilla, dan lipatan paha.
Intervensi yang keempat yaitu Memberikan pendidikan kesehatan tentang kejang
demam dan upaya penanganan pada keluarga.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Fokus utama pada intervensi keperawatan studi kasus ini pada diagnosa hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi dan peneliti menekankan pada tindakan manajemen
hipertermi untuk menurunkan suhu tubuh pasien dalam batas normal.
iv
Peneliti memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga pasien I dan 2, didapatkan
respon dari keluarga ialah keluarga kooperatif selama penjelasan berlangsung
Dihari kedua peneliti kembali melakukan monitor suhu dan tanda vital pada pasien.
Didapatican hasil suhu tubuh An A yaitu 37.9 derajat celcius sedangkan An N yaitu 37
derajat celcius Peneliti memberikan kompres hangat pada An A karena mengalami
peningkatan suhu tubuh, sedangkan pada An N. peneliti hanya menyarankan keluarga
agar pasien tetap beristirahat agar tidak mengalami peningkatan suhu tubuh Setelah
diberikan kompres hangat pada An A. peneliti melakukan evaluasi monitor suhu dan
didapatkan suhu tubuh menurun menjadi 37,1 derajat celcius. Pada hari ketiga peneliti
memonitor suhu tubuh dan didapatkan suhu kedua pasien dalam batas normal dan
pasien tidak mengalami peningkatan suhu tubuh kembali Peneliti mengevaluasi
pemahaman keluarga tentang pendidikan kesehatan yang sudah diberikan saat han
pertama dan didapatkan keluarga mampu menjelaskan kembali dengan baik tentang
kejang demam dan upaya penanganannya.
EVALUASI KEPERAWATAN