PRO JUSTITIA
BERITA ACARA PEMERIKSAAN
(AHLI)
---------- Pada hari ini Senin tanggal 7 bulan Januari tahun 2021 ( dua ribu dua puluh satu ) sekira pukul
09.30 WIB saya :---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pangkat Brigadir Polisi Kepala, Nrp. 90084289 dalam jabatan selaku Penyidik Pembantu pada Kantor
tersebut di atas berdasarkan Skep Kapolda DIY Nomor : SKEP/01/I/2002 tanggal 15 Desember 2021
telah melakukan pemeriksaan terhadap ahli bernama :
---------------------------------------------------------------------------
Lahir di Makasar pada tanggal 12 Juni 1973, Pekerjaan Guru Besar Hukum Pidana Fakultas Hukum UII,
Agama Islam, Pendidikan S3, Warganegara Indonesia, Jenis kelamin Laki-Laki, Alamat Jl.Pogung
Dalangan Rt 010 Rw 050 Nomor, Pogung Raya 21-C Sinduadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta, no. Hp
081346219395.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------ Ia di periksa dan di mintai keterangan sebagai “ahli ” dalam perkara dugaan tindak pidana
transaksi jual beli narkoba golongan 1 (satu) jenis tanaman ganja seberat 800 gram (delapan ratus).
Laporan Polisi nomor ; LP-A/201/XII/ 2021/SPKTPOLDADIY tanggal 27 Desember 2021, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 111 ayat 1 dan Pasal 127 ayat 1
------------------------------------------------------------------------------------------------
----------- Kemudian atas pertanyaan pemeriksa yang diperiksa menjawab dan menerangkan sebagai
berikut : --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PERTANYAAN : JAWABAN :
01. Apakah Saudara Ahli saat ini dalam keadaan sehat jasmani dan rohani dan bersedia memberikan
keterangan yang sebenar-benarnya kepada pemeriksa ? Jelaskan ----------------------------------
01. Saat ini saya dalam keadaan sehat baik jasmani dan rohani dan saya bersedia
memberikan keterangan yang sebenar-benarnya kepada pemeriksa----------------------------
02. Saudara akan dimintai keterangan sebagai ahli terkait dengan perkara dugaan tindak pidana
transaksi narkoba golongan I jenis tanaman ganja, sehubungan dengan adanya Laporan Polisi
nomor ; LP-A/201/XII/ 2021/SPKTPOLDADIY tanggal 15 Desember 2021, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 111 ayat (1) UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika, apakah
saudara bersedia memberikan keterangan sesuai ke-ahlian
saudara ?------------------------------------------------------------
02. Ya, Saya bersedia. ---------------------------------------------------------------------------------------------
03. Sebelum dilakukan pemeriksaan, apakah saudara Ahli bersedia untuk disumpah sesuai dengan
agama yang saudara anut ?
--------------------------------------------------------------------------------------------
03. Ya, saya bersedia diambil sumpah dahulu sebelum diminta keterangan sebagai Ahli. -------
2
04. Apa yang menjadi dasar saudara Ahli sehingga bersedia memberikan keterangan sebagai AHLI
dalam bidang Hukum Pidana ? -------------------------------------------------------------------------------------
04. Yang menjadi dasar saya memberikan keterangan sebagai Ahli dalam bidang Hukum
Pidana adalah : -------------------------------------------------------------------------------------------------
a) Surat Permintaan dari Ditreskrimum Polda DIY Nomor : B/15/I/2017/Ditreskrimum,
Tanggal 7 Januari 2022, perihal Permintaan Keterangan Ahli Hukum Pidana. --------
b) Surat Tugas dari Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Fakultas Hukum Nomor :
TERLAMPIR. ---------------------------------------------------------------------------------------------
05. Saudara Jelaskan tentang Riwayat Pendidikan dan Riwayat Pekerjaan Saudara Jelaskan ? -
06. Apakah saudara pernah diminta atau ditunjuk untuk memberikan keterangan sebagai AHLI
Hukum Pidana dan jikalau pernah dalam perkara yang bagaimana dan kapan serta dimana
Jelaskan ? ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
06. Sampai dengan saat ini telah lebih dari 250 kali saya dihadirkan sebagai Ahli hukum
tindak pidana seperti dalam beberapa pemeriksaan tentang tindak pidana penyalah
gunaan narkotika, -Keterangan yang saya sampaikan sebagai ahli hukum pidana
tersebut dilakukan di hadapan Kepolisian, Kejaksaan, Badan Narkotika Nasional,
maupun dalam suatu Proses Persidangan.
------------------------------------------------------------------------------------------
3
07. Agar saudara ahli jelaskan mengenai penjabaran dari unsur-unsur Pasal 127 ayat (1) UU
Narkotika ?-------------------------------------------------------------------------------
Adapun penjelasan tentang Pasal 263 KUHP adalah perihal unsur-unsurnya. Unsur-
unsur/bestandeel delict tindak pidana pemalsuan surat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 263 ayat (1) KUHP adalah sebagai berikut: ----------------------------------------
a. Unsur “barang siapa”, yaitu subyek hukum perseorangan (natuurlijke persoon) yang
dituju oleh suatu rumusan tindak pidana atau yang menjadi adresat dari suatu
ketentuan undang-undang tentang suatu tindak pidana. Dalam hal ini Pasal 263
KUHP tidak mensyaratkan kualitas tertentu dari pelaku untuk dapat melakukan
tindak pidana ini, sehingga dapat meliputi ”siapa saja”; -------
b. Unsur ”membuat surat palsu atau memalsu surat”, yaitu menuangkan pikiran
secara tertulis dalam hal mana apa yang ditulis tersebut merupakan sesuatu yang
bertentangan dengan kebenaran atau meniru suatu surat yang telah terlebih dahulu
ada seolah-olah merupakan surat asli; ---------------------------------------------------
c. Unsur ”dapat menimbulkan suatu hak, perikatan atau pembebasan hutang
atau yang diperuntukkan sebagai bukti daripada suatu hal” , yaitu surat tersebut
menimbulkan akibat tertentu berupa adanya hak dari seseorang baik pelaku sendiri
atau orang lain, ataupun menimbulkan perikatakan antara orang-orang tertentu baik
pelaku sediri dengan orang lain atau orang lain dengan orang lain ataupun
menimbulkan hapusnya hutang, baik hutang pelaku sendiri atau orang lain ataupun
surat yang dibuat sebagai bukti atas suatu hal. Ini merupakan unsur objektif, yang
mana sifat dari surat tersebut dapat menimbulkan sesuatu yang bermanfaat bagi
yang membuat, menerima ataupun menggunakan surat tersebut. -------------------------
d. Unsur ”dengan maksud’, Unsur ini menandakan bahwa bentuk kesalahan dalam
pasal ini adalah kesengajaan. Artinya, si pelaku ketika melakukan perbuatan, ia
mengetahui dan menghendaki (weten en willens), baik perbuatan maupun akibat
dari perbuatan tersebut. Sama dengan unsur ‘dengan tujuan’, yang menggambarkan
bahwa pembentuk undang-undang menghendaki bentuk kesengajaan sebagai
maksud (opzet als oogmerk), yaitu kesengajaan untuk mencapai suatu tujuan (yang
dekat), atau yang disebut juga dengan dolus directus, jadi kesengajaan si pelaku
tidak hanya ditujukan kepada perbuatannya, melainkan juga kepada akibat
perbuatannya. ---------------------------------------------------------------------------------------------
e. Unsur ‘untuk memakai atau menyuruh orang lain untuk memakainya” , yaitu
pembuatan surat tersebut disengaja pelaku untuk dipakainya sendiri atau menyuruh
orang lain memakainya. yang berarti bahwa pelaku sengaja menggunakan surat
isinya tidak benar atau telah dipalsu, dan mengenai ketidakbenaran atau kepalsuan
dari surat tersebut telah diketahui oleh pelaku, namun pelaku tetap sengaja
menggunakannya seolah-olah surat tersebut benar dan tidak palsu isinya, atau
dapat dikatakan ini merupakan delik pemalsuan secara materiil; ---------------------------
f. Unsur “jika pemakaian surat tersebut dapat menimbulkan kerugian” , yaitu termasuk
adanya kemungkinan (potensi) kerugian, baik kerugian materil, finansial maupun
4
kerugian lainnya, bagi pihak lain selain pelaku apabila surat tersebut digunakan.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Sedangkan unsur-unsur delik / bestandeel delict tindak pidana penggunaan surat palsu,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 263 ayat (2) KUHP adalah sebagai berikut:
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
a. Unsur “barang siapa”, yaitu subyek hukum perseorangan (natuurlijke persoon) yang
dituju oleh suatu rumusan tindak pidana atau yang menjadi adresat norm dari suatu
ketentuan undang-undang tentang suatu tindak pidana. Dalam hal ini Pasal 263
KUHP tidak mensyaratkan kualitas tertentu dari pelaku untuk dapat melakukan
tindak pidana ini, sehingga dapat meliputi ”siapa saja”; ---------------------
b. Unsur ”dengan sengaja’, dalam Memorie van Toelichting (MvT) atau risalah
pembentukan KUHP di Tweede Kammer (Parlemen Belanda) pada tahun 1881 tidak
memberikan definisi tentang kesengajaan, tetapi dalam memori penjelasan dengan
tegas disebutkan bahwa pemerintah Belanda hanya mengakui satu-satunya definisi
yang tercantum dalam Wetboek van Strafrecht 1809, sebagaimana yang disebutkan
dalam buku Crimineel Wetboek (KUHP) tahun 1809: bahwa yang dimaksud dengan
kesengajaan adalah kemauan untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan-
perbuatan yang dilarang atau diperintahkan oleh undang-undang, yang mana
definisi tersebut juga disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Belanda.
Bahwa Teori tentang pengertian kesengajaan ada 2: Pertama, teori kehendak
(Wilstheorie) yang dikemukakan von Hippel tahun 1903, bahwa kesengajaan adalah
kehendak membuat suatu tindakan dan kehendak menimbulkan akibat dari tindakan
tersebut. Akibat tersebut merupakan maksud dari perbuatan tersebut. Kedua, teori
membayangkan (Voorstellingstheorie) yang diutarakan oleh Frank yang berasal dari
Jerman pada tahun 1907. Didukung pula oleh von Listz dan van Hamel dari
Belanda. Teori ini menyatakan bahwa manusia tidak mungkin dapat menghendaki
suatu akibat, namun hanya dapat mengingini, mengharapkan, atau membayangkan
(voorstellen) kemungkinan adanya suatu akibat. Adalah sengaja apabila suatu
akibat yang ditimbulkan dari suatu tindakan dibayangkan sebagai maksud dari
tindakan tersebut. Jadi disimpulkan bahwa tindakan yang bersangkutan itu sesuai
dengan bayangan yang telah dibuatnya sebelumnya. Satochid Kartanegara
kemudian melanjutkan berdasarkan MvT, dengan mengutarakan bahwa yang
dimaksud dengan opzet willens en weten (dikehendaki dan diketahui) adalah
seseorang yang melakukan suatu perbuatan dengan sengaja harus menghendaki
perbuatan tersebut serta harus menyadari atau mengerti akibatnya.
Bentuk-bentuk dari kesengajaan, dapat disingkat menjadi 3 bentuk. ----------------------
Pertama, kesengajaan sebagai maksud atau opzet als oogmerk, yaitu kesengajaan
untuk mencapai suatu tujuan. Artinya, antara motivasi seseorang melakukan
perbuatan, tindakan dan akibatnya benar-benar terwujud.
-----------------------------------
Kedua, kesengajaan sebagai kepastian atau keharusan ( opzet bij noodzakelijkheids
of zekerheidsbewustzijn), yaitu kesengajaan yang menimbulkan dua akibat. Akibat
pertama dikehendaki oleh pelaku, sedangkan akibat kedua, tidak dikehendaki
namun pasti atau harus terjadi. ---------------------------------------------------------------------
Ketiga, kesengajaan dengan kesadaran akan besarnya kemungkinan atau opzet
met waarschijnlijkheidsbewustzijn , yaitu suatu kesengajaan yang menimbulkan
akibat yang tidak pasti terjadi namun merupakan suatu kemungkinan. ------------------
dilakukannya adalah suatu perbuatan pidana atau perbuatan yang dilarang oleh
undang-undang. -----------------------------------------------------------------------------------------
Keenam, Kesengajaan tidak berwarna/opzetkleurloos, yaitu perbuatan dengan
sengaja, tidak memerlukan pengetahuan pelaku, apakah perbuatan yang
dilakukannya merupakan suatu perbuatan pidana ataukah tidak. -------------------------
Ketujuh, Kesengajaan yang diobjektifkan, bukanlah jenis kesengajaan melainkan
cara untuk memastikan adanya kesengajaan, yaitu apabila dalam hal tidak dapat
ditentukan secara pasti apakah seseorang melakukan perbuatan tersebut dengan
sengaja ataukah tidak, maka ada – tidaknya kesengajaan harus disimpulkan dari
perbuatan yang tampak. -----------------------------------------------------------------------------
Kedelapan, Dolus directus adalah istilah yang menunjuk pada corak kesengajaan
sebagai kepastian atau keharusan, mensyaratkan tidak hanya tingkat pengetahuan
yang tinggi, namun akibat dari perbuatan tersebut meskipun tidak dikehendaki tetapi
kesadaran akan keniscayaan pasti terjadi. -------------------------------------------------------
Kesembilan, Dolus indirectus adalah kesengajaan untuk melakukan suatu
perbuatan yang dilarang tetapi akibat yang timbul tidak dikehendaki. --------------------
Kesepuluh, Dolus determinatus bertolak dari anggapan bahwa pada hakikatnya
suatu kesengajaan harus didasarkan pada objek tertentu, varian yang sudah tidak
lagi digunakan dan lebih mengarah pada kesengajaan sebagai kepastian.
Kesebelas, Dolus indeterminatus adalah kesengajaan yang ditujukan kepada
sembarang orang. --------------------------------------------------------------------------------------
Keduabelas, Dolus alternativus adalah kesengajaan untuk melakukan suatu
perbuatan yang dilarang dan menghendaki akibat yang satu atau akibat yang lain.
Ketigabelas, dolus generalis adalah kesengajaan yang ditujukan kepada seseorang
namun tindakan yang dilakukan lebih dari satu untuk mencapai tujuan tersebut.
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Keempatbelas, Dolus repentinus atau impetus adalah kesengajaan melakukan
sesuatu yang muncul dengan tiba-tiba. -----------------------------------------------------------
Kelimabelas, Dolus premeditatus adalah kesengajaan yang dilakukan dengan
rencana terlebih dulu. ---------------------------------------------------------------------------------
Keenambelas, Dolus antecedens diartikan sebagai kesengajaan yang ditempatkan
terlalu jauh sebelum tindakan dilakukan. ---------------------------------------------------------
Ketujuhbelas, dolus subsequens adalah dolus yang meletakkan kesengajaan
terhadap suatu perbuatan yang sudah terjadi. --------------------------------------------------
Kedelapanbelas, Dolus malus diartikan kesengajaan yang dilakukan dengan niat
jahat. -------------------------------------------------------------------------------------------------------
c. Unsur “memakai surat palsu atau yang dipalsukan”, yaitu adanya perbuatan
memanfaatkan, menggunakan, mengambil keuntungan dari keberadaan surat yang
isinya bertentangan dengan kebenaran atau hasil tiruan suatu surat yang telah
terlebih dahulu ada seolah-olah merupakan surat asli dan tidak dipalsu. Artinya
pelaku sengaja menggunakan surat isinya tidak benar atau telah dipalsu, dan
mengenai ketidakbenaran atau kepalsuan dari surat tersebut telah diketahui oleh
pelaku, namun pelaku tetap sengaja menggunakannya seolah-olah surat tersebut
benar dan tidak palsu isinya, atau dapat dikatakan ini merupakan delik pemalsuan
secara materiil. ------------------------------------------------------------------------------------------
d. Unsur “jika pemakaian surat tersebut dapat menimbulkan kerugian” , yaitu termasuk
adanya kemungkinan (potensi) kerugian, baik kerugian materil, finansial maupun
kerugian lainnya, bagi pihak lain selain pelaku apabila surat tersebut digunakan.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Adapun untuk Tindak Pidana Penipuan, sebagaimana dimaksud oleh Pasal 378 KUHP,
bestandeel delict atau unsur-unsur deliknya Pasal 378 KUHP adalah:
6
a. Pertama, unsur barang siapa, merujuk kepada subjek hukum, baik itu orang
perorangan sebagai natuurlijk persoon maupun badan hukum sebagai
rechtspersoon yang dapat bertanggungjawab secara hukum, dan pada dirinya tidak
memenuhi unsur Pasal 44 ayat (1) KUHP. --------------------------------------------------------
b. Kedua, Unsur dengan maksud, Unsur ini mengandung arti perbuatan harus
dilakukan dengan ‘sengaja`. Dengan kata lain, bentuk kesalahan dalam pasal
tersebut menghendaki adanya suatu kesengajaan, hal tersebut telah secara tegas
menggambarkan bahwa pembentuk undang-undang menghendaki bentuk
kesengajaan sebagai maksud (opzet als oogmerk), yaitu kesengajaan untuk
mencapai suatu tujuan (yang dekat), Artinya, antara motivasi seseorang melakukan
perbuatan, tindakan dan akibatnya benar-benar terwujud. Motivasi seseorang sangat
mempengaruhi perbuatannya (affectio tua nomen imponit operi tuo). --------------------
Opzet als oogmerk adalah bentuk kesengajaan yang paling sederhana, jadi
kesengajaan si pelaku tidak hanya ditujukan kepada perbuatannya, melainkan juga
kepada akibat perbuatannya. Konsekuensi lebih lanjut, jika tidak ada kesengajaan,
maka tidak ada kesalahan. Dalam konteks doktrin, hukum pidana, jika tidak ada
kesalahan maka tidak dapat dipidana. hal ini sesuai dengan doktrin “TIADA PIDANA
TANPA KESALAHAN” atau Keine Strafe ohne Schuld (Jerman) atau Geen Straf
Zonder Schuld (Belanda). -----------------------------------------------------------------------------
c. Ketiga, Unsur untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, artinya perbuatan
tersebut memang dilakukan untuk dapat memberikan keuntungan, baik itu untuk diri
sendiri maupun untuk orang lain. ---------------------------------------------------
d. Keempat, Unsur melawan hukum, yang berarti bukan saja melawan peraturan
perundang-undangan sebagai hukum tertulis, tapi dapat juga bertentangan dengan
nilai-nilai yang hidup dalam masyakarakat, seperti nilai keadilan dan nilai kepatutan
dalam masyarakat. -------------------------------------------------------------------------------------
e. Kelima, Unsur memakai nama palsu atau martabat palsu atau tipu muslihat atau
kebohongan, adalah unsur-unsur yang bersifat alternatif dalam pengertian, sudah
memenuhi unsur ke-4 ini jika salah satu perbuatan tersebut dilakukan, apakah
memakai nama palsu atau martabat palsu atau melakukan tipu muslihat atau
melakukan suatu kebohongan. ----------------------------------------------------------------
f. Keenam, Unsur menggerakkan orang lain, yang berarti berdasarkan perbuatan pada
unsur ke-4, orang lain lalu tergerak untuk melakukan apa akibat yang hendak dituju
oleh pelaku perbuatan ini. ---------------------------------------------------------------------
g. Ketujuh, Unsur menyerahkan barang sesuatu kepadanya atau supaya memberi
utang maupun menghapuskan piutang, adalah unsur yang bersifat alternatif sebagai
konsekuensi unsur ke-5 yakni tergerak untuk menyerahkan barang sesuatu atau
memberikan utang atau menghapuskan piutang. -----------------------------
08. Apakah Ahli kenal dengan pelapor dalam perkara yaitu sdr AKBP PUTU ANDRA NURSAHIDIN
yang beralamat di jalan Palagan Tentara Pelajar, Mudal, Sariharjo, Kecamatan Ngaglik,
Kabupaten Sleman, D.I.Y, Kode pos 55581, apakah ahli ada hubungan kekeluargaan
dengannya ? terangkan kepada
pemeriksa ?-------------------------------------------------------------------------------------------------------
09. Sedangkan dengan tersangka bernama ANDRI SUBAGYO sesuai identitas NIK nomor
1298030708740008 tertanggal 10 Desember 2015 dan berlaku sampai dengan tanggal 12
Januari 2022 beralamat di Banteng, Sinduharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta apakah ahli juga mengenalnya serta ada hubungan kekeluargaan
dengan ? terangkan ------------------------------------------------------------------------------------------------------
10. Sebagai bahan pengantar dalam pemeriksaan ini, disampaikan kepada AHLI fakta-fakta
perbuatan yang disusun secara kronologi sebagaimana fakta fakta yang ditemukan selama
pemeriksaaan dan didukung dengan adanya barang bukti berupa CCTV terkait dengan dugaan
tindak pidana transaksi narkoba dan penyalah gunaan narkotika yang sebagai mana diatur dalam
Pasal 111 ayat (1) dan Pasal 127 ayat (1) UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika sebagai
berikut :
KRONOLOGIS KEJADIAN
b. Bahwa pelapor Sdr ANTHONIUS RAHARDJO mendasari Surat Tugas dari Direktur
Utama PT Prima Edu Internasional sdr BENNY HARVING SURJADHARMA nomor surat :
0184/PEPB/ADM-SKR/III/2016 tertanggal 21 Maret 2016 melaporkan sdr PURDI E
CHANDRA,SE,MBA ke pihak kepolisian tentang dugaan tindak pidana pemalsuan dan
atau memberikan keterangan palsu dalam Akte Authentik.
c. Bahwa sdr SUNARYO SUHADI merupakan salah satu orang yang ikut mendirikan dan
membesarkan PRIMAGAMA dari awal namun semenjak tahun 2009 PRIMAGAMA
dibawah manajemen PURDI E CHANDRA (di bawah PT Primagama Bimbingan Belajar )
mengalami masalah keuangan dengan adanya kewajiban-kewajiban yang harus
diselesaikan oleh sdr PURDI E CHANDRA yang pada akhirnya sdr PURDI E CHANDRA
dinyatakan pailit sehingga semua aset kekayaannya di pegang oleh kurator dan
PRIMAGAMA sendiri menuju kebangkrutan. Akhirnya SUNARYO SUHADI berkeinginan
untuk menyelamatkan merek “PRIMAGAMA” dengan cara ikut lelang atas merek
“PRIMAGAMA “tersebut.
d. Bahwa sdr PURDI E CHANDRA SE,MBA telah dinyatakan Pailit berdasarkan Putusan
Pailit dari Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor :
10/PDT.SUS/PKPU/2013/PN.NIAGA.JKT.PST jucto perkara Nomor :
10/PDT.SUS/PAILIT/2013/ PN.NIAGA.JKT.PST tanggal 12 Juni 2013, jucto Putusan
Mahkamah Agung Nomor 421 K/Pdt.Sus-Pailit/2013 tanggal 13 November 2013 jucto
perkara Penetapan Hakim Pengawas Nomor
10/PDT.SUS/PKPU/2013/PN.NIAGA.JKT.PST. jucto Perkara nomor
:10/PDT.SUS/PAILIT/2013/PN.NIAGA.JKT.PST tanggal 21 Agustus 2014 Penetapan
Hakim Pengawas Nomor 10/PDT.SUS/PKPU/2013/PN.NIAGA.JKT.PST jucto
10/PDT.SUS/PAILIT/2013/PN.NIAGA.JKT.PST tanggal 2 Juli 2014.
e. Adapun aset –aset/ harta kepemilikan Sdr PURDI E CHANDRA SE,MBA yang masuk
dalam bundel pailit diantaranya :
▪ Rumah tinggal Jl Abdul Madjid nomor 12-14 Rt 006 Rw 005 Kel Cipete, Kec
Cilandak, Jakarta Selatan
▪ Sebidang tanah kosong seluas 1.400 m2 di Tanjung Karang, Lampung
▪ Serta merek “PRIMAGAMA” terdaftar dalam Daftar Umum Merek nomor 462093
sebagaimana tersebut dalam Sertifikat Merek yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departeman Kehakiman Hak Azasi Manusia
tanggal 13 Agustus 1999 jo nomor H4-HC.01.04-388-398-4 tanggal 10 Mei 2006 yang
pada tanggal 13 Agustus 2009 telah diperpanjang sehingga menjadi nomor :
IDM000226564.
8
h. Point dari Kesepakatan Bersama tanggal 17 September 2014 adalah bahwa PT Prima Edu
Pendamping Belajar ( PT PEPB) akan mengikuti penjualan secara lelang oleh kurator
atas merek dagang “ Primagama” berdasarkan sertifikat Hak merek nomor
IDM000226564 dengan tanggal perndaftaran merek 11 Nopember 2009 untuk kelas
barang / jasa NCL9 41 ( “merek”). Bahwa PT PEPB dinyatakan sebagai pemenang atas
lelang tersebut maka PURDI E CHANDRA SE,MBA sebagai pemilik terdahulu atas merek
setuju untuk membantu PT PEPB beserta group usaha PT PEPB untuk melaksanakan isi
perjanjian yang disepakati
i. Isi dari Kesepakatan Bersama tertanggal 17 September 2016 tersebut adalah para pihak
sepakat mengikatkan diri untuk memenuhi ketentuan perjanjian dengan syarat-syarat :
1) PURDI E CHANDRA SE,MBA secara pribadi tidak akan melakukan atau
mengajukan tuntutan ,klaim dan atau gugatan kepada PT PEB, setiap anggota Direksi
maupun Dewan Komisaris, karyawan, pihak lain yang terafiliasi dan atau ditunjuk oleh
PT PEPB dan atau pemegang saham PT PEPB------------------------------
2) PURDI E CHANDRA SE,MBA dengan ini menyatakan ,menjamin dan
membebaskan PT PEPB, setiap anggota Direksi maupun Dewan Komisaris,
karyawan , pihak lain yang terafiliasi dan atau ditunjuk oleh PT PEPB, pemegang
saham PT PEPB dari segala tuntutan dan gugatan, dalam bentuk apapun dari pihak
manapun juga. pembebasan tuntutan dan jaminan dari PURDI E CHANDRA SE,MBA
tersebut termasuk namun tidak terbatas pada tuntutan/ gugatan /klaim dalam bentuk
apapun juga dari Yayasan Lembaga Pendidikan Primagama ( “YLPP”), PT Primagama
9
Bimbingan Belajar (PT PBB), para penerima master franchise, penerima waralaba,
kreditur dari PURDI E CHANDRA SE,MBA maupun dari PT PBB dan YLPP, dan pihak
–pihak lainnya baik yang terafilisasi dan atau pihak terkait PURDI E CHANDRA
SE,MBA maupun PT PBB dan YLPP yang mengunakan dan menyatakan berhak atas
Merek dan atau Pelaksanaan Bisnis Primagama-----------------------------------
3) Dalam membuat dan melaksanakan perjanjian dan atau perjanjian-perjanjian lain
, PURDI E CHANDRA SE,MBA tidak melanggar atau bertentangan dengan undang-
undang, peraturan pemerintah, kebijakan pemerintah, petunjuk atau instruksi
pemerintah, keputusan pengadilan yang berlaku maupun status PURDI E CHANDRA
SE,MBA atau mengakibatkan cidera janji terhadap suatu perjanjian yang telah dibuat
oleh PURDI E CHANDRA SE,MBA.---------------------------------------------------------------------
4) PURDI E CHANDRA SE,MBA dengan ini menjamin kepada PT PEPB tidak
melibatkan dan menyebabkan PT PEPB terlibat, serta menyelesaikan dan menangung
penuh setiap kewajiban-kewajiban pembayaran atau kewajiban –kewajiban berupa
utang atau kewajiban dalam bentuk lain kepada pihak lain yang belum terselesaikan
dan timbul baik sebelum maupun setelah ditandatanganinya perjanjian baik yang
merupakan kewajiban Pribadi dari PURDI E CHANDRA SE,MBA kewajiban PT PEPB
maupun kewajiban YLPP.----------------------------------------------------------------------------------
komitmen dalam perjanjian ini termasuk namun tidak terbatas pada jangka waktu untuk
melaksanakan komitmen sebagaimana diatur dalam perjanjian ini
12) Keterlambatan pelaksanaan kewajiban oleh PURDI E CHANDRA SE,MBA
berdasarkan perjanjian ini sudah merupakan bukti kelalain PURDI E CHANDRA
SE,MBA dalam memenuhi isi perjanjian , dan karenanya memberikan hak kepada PT
PEPB untuk melakukan tindakan hukum dalam bentuk apapun juga terhadap PURDI E
CHANDRA SE,MBA . bukti kelalaian PURDI E CHANDRA SE,MBA dalam memenuhi
isi perjanjian ini tidak memerlukan suatu surat apapun baik yang dikirimkan oleh PT
PEPB ataupun pihak lainnya termasuk instansi hukum lainnya ---------------------------------
13) Seluruh kesepakatan-kesepakatan, perjanjian-perjanjian, pertemuan-pertemuan
beserta notulensi pertemuan, korespondensi melalui surat biasa atau surat elektronik
atau dokumen-dokumen lain terkait merek dagang PRIMAGAMA dan hal-hal lain
terkait yang terjadi antara PURDI E CHANDRA SE,MBA dan PT PEPB, baik lisan
maupun tertulis yang ada sebelum ditandatanganinya perjanjian menjadi tidak berlaku
dan tidak memiliki kekuatan hukum dan mengikat bagi PURDI E CHANDRA SE,MBA
dan PT PEPB.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
j. Pada tanggal 30 September 2014 di kantor KPKNL Jakarta III telah dilaksanakan lelang
eksekusi kepailitan atas merek dagang “ Primagama” berdasarkan sertifikat Hak merek
nomor IDM000226564 dengan tanggal perndaftaran merek 11 Nopember 2009 untuk kelas
barang / jasa NCL9 41 ( “merek”). Bahwa PT Prima Edu Internasional (PT PEI) adalah
pemenang lelang atas merek “PRIMAGAMA” berdasarkan Kutipan Risalah Lelang nomor :
132/2014 tanggal 17 Oktober 2014 dengan harga pembelian senilai Rp 11.500.000.000,00
(sebelas milyard lima ratus juta rupiah) ------------------------------------------------------------------------
k. Menindaklanjuti setelah adanya lelang tersebut kemudian PT PEI mengirim surat nomor : L
001-PEI / 1114 tanggal 11 November 2014 kepada PT PBB ( Primagama Bimbingan Belajar)
yang intinya :
1) PT PEI dinyatakan sebagai pemenang lelang terkait dengan itu PURDI E CHANDRA dan
pihak lain tidak lagi memiliki kewenangan untuk mengunakan, memanfaatkan atau
melakukan tindakan apapun menyangkut merek PRIMAGAMA.
2) Selain itu pihak PURDI E CHANDRA dan pihak lain yang terkait harus menyampaikan
terkait dengan perjanjian waralaba yang saat itu sedang berlangsung.
3) PT PBB tidak boleh melakukan tindakan hukum dan komersial terkait dengan merek
PRIMAGAMA tanpa persetujuan dari PT PEI,
4) PT PBB diminta untuk melakukan pemberitahuan kepada pemegang waralaba atas
adanya peralihan merek. Segala tindak lanjutnya harus dikoordinasikan dengan PT PEI
l. Bahwa setelah pelaksanaan lelang atas merek PRIMAGAMA tersebut manajemen lama yaitu
PT Primagama Bimbingan Belajar (PT PBB) dalam hal ini Sdr ADAM PRIMASKARA selaku
Direktur PT Primagama Bimbingan Belajar ( PT PBB) telah mengadakan sosialisasi kepada
kepala cabang dan franchesee yang jumlahnya sekitar 500 ( lima ratus), diantaranya
dilakukan di wilayah Jakarta , Medan , Batam , Yogyakarta dan Surabaya. Yang intinya
bahwa pemenang lelang atas merek PRIMAGAMA adalah PT Prima Edu Internasional ( PT
PEI), kegiatan operasional dan pengelolaan atas Primagama selanjutnya akan diambil oleh
PT Prima Edu Pendamping Belajar ( PT PEPB) untuk itu maka mohon kepala cabang dan
franchesee mengikuti arahan manajemen pusat PT Primagama Bimbingan Belajar ( PT PBB)
untuk pembaharuan kontrak dengan PT Prima Edu Pendamping Belajar ( PT PEPB)
m. Bahwa dalam hal ini Sdr Damar Swarno Dwipo,SH,MH selaku kuasa dari PT PEI telah
mengajukan permohonan pencatatan pengalihan Hak atas Merek PRIMAGAMA kelas 41
nomor IDM000226564 ke Direktur Merek Dirjen HAKI Depkum HAM RI dengan surat
tertangal 27 November 2014 dari pengalih hak atas nama PURDI E CHANDRA SE,MBA
kepada penerima hak atas nama PT Prima Edu Internasional. -----------------------------------------
n. sesuai data base di Dirjen HAKI Kementerian Hukum dan HAM R.I pengalihan hak merek
jasa “PRIMAGAMA” dari pengalih hak atas nama PURDI E CHANDRA kepada penerima hak
11
atas nama PT PRIMA EDU INTERNASIONAL sampai saat ini belum diproses dan belum
terbit sertifikat surat pencatatan pengalihan hak kepada PT PRIMA EDU INTERNASIONAL .
Alasannya karena adanya surat keberatan dari kuasa hukum atas nama CV PRIMA UTAMA,
CV PRIMA MANUNGGAL dan CV PRIMA SEDAYA nomor: 19/AU/09/2015 tertanggal 25
September 2015 yang ditujukan kepada Direktur Merek Dirjen HAKI Kementerian Hukum dan
HAM R.I. ---------------------------------------------------------------------
o. Bahwa Sdr PURDI E CHANDRA SE,MBA pada tanggal 12 Maret 2015 bertempat di Graha
Sarina Vidi Jl Magelang Km 8 Yogyakarta menjadi salah satu pembicara dalam acara
Gathering Nasional 2015 dengan tema “ Gathering owner & kepala cabang Primagama se-
Indonesia bersama Owner & Manajemen Baru” yang dihadiri kurang lebih 400( empat ratus)
peserta terdiri dari kepala cabang dan franchesee. Dalam acara tersebut sdr PURDI E
CHANDRA menyampaikan dan mengikhlaskan kalau pengelolaan Primagama sepenuhnya
telah beralih kepada sdr Ir SUNARYO SUHADI /PT Prima Edu Internasional ( PT PEI).
p. Bahwa setelah PT Prima Edu Internasional ( PT PEI) dinyatakan sebagai pemenang lelang
atas merek “PRIMAGAMA” sebagaimana Risalah Lelang nomor 132/2014 tanggal 17
Oktober 2014 dengan nilai Rp 11.500.000.000,00 (sebelas milyard lima ratus ribu rupiah).
Pada akhirnya Sdr PURDI E CHANDRA SE,MBA melakukan gugatan Pembatalan Lelang di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat nomor : 593/Pdt.G/2015/PN JKT.PST dengan tergugat Sdr
JOHAN BASTIAN SIHETE,SH selaku kurator (sebagai Tergugat I), Sdr Ir H.SUNARYO
SUHADI,MBA (sebagai Tergugat II) ,PT Prima Edu Internasional (Tergugat III) , KPKNL
Jakarta III ( sebagai Tergugat IV) dan PT Prima Edu Pendamping Belajar (Tergugat V)
---------
q. Bahwa dengan adanya gugatan pembatalan lelang di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang
mana Sdr Ir H.SUNARYO SUHADI,MBA (sebagai Tergugat II) ,PT Prima Edu Internasional
(Tergugat III) dan PT Prima Edu Pendamping Belajar (Tergugat V) tersebut membuktikan
kalau sdr PURDIE A CHANDRA SE,MBA telah mengingkari Surat Kesepakatan Bersama
tanggal 17 September 2014 yang pernah ditandatanganinya yaitu tidak akan mengajukan
tuntutan, klaim atau gugatan apapun kepada PT Prima Edu Pendamping Belajar ( PT PEPB).
s. Selain daripada itu sdr PURDI E CHANDRA SE,MBA pada tanggal 22 Januari 2016
membuat pernyataan dihadapan notaris PANGESTUTI,SH,MKn yang dituangkan dalam Akte
Pernyataan nomor 10 tanggal 22 Januari 2016. Adapun isi dari Akte Pernyataan PURDI E
CHANDRA SE,MBA nomor 10 tanggal 22 Januari 2016 tersebut adalah :
1) Sdr PURDI E CHANDRA SE,MBA menyatakan selaku pemilik hak merk PRIMAGAMA
yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek nomor 462093 sebagaimana tersebut dalam
Sertifikat Merek yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual
Departeman Kehakiman Hak Azasi Manusia tanggal 13 Agustus 1999 jo nomor H4-
HC.01.04-388-398-4 tanggal 10 Mei 2006 yang pada tanggal 13 Agustus 2009 telah
diperpanjang sehingga menjadi nomor : IDM000226564.
2) Bahwa sdr PURDI E CHANDRA SE,MBA selaku Pemilik Merek Primagama telah
memberikan Lisensi hak penggelolaan untuk Master Franchise kepada CV PRIMA
SEDAYA, CV PRIMA UTAMA dan CV PRIMA MANUNGGAL dengan perjanjian
termaktub dalam akte notaris nomor :
12
▪ Akte nomor 03 tanggal 4 September 2009 yang dibuat dan dihadapan notaris
Wihastuti Estiningsih,SH,MKn memberikan hak pengelolaan untuk Master Franchise
( pemegang Waralaba Utama) wilayah Indonesia Timur kepada CV PRIMA UTAMA
▪ Akte nomor 05 tanggal 2 Maret 2011 yang dibuat dan dihadapan notaris Wihastuti
Estiningsih,SH,MKn memberikan hak pengelolaan untuk Master Franchise
( pemegang Waralaba Utama) wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta kepada CV
PRIMA SEDAYA
▪ Akte nomor 07 tanggal 26 Maret 2012 yang dibuat dan dihadapan notaris Wihastuti
Estiningsih,SH,MKn memberikan hak pengelolaan untuk Master Franchise
( pemegang Waralaba Utama) wilayah Jakarta Selatan kepada CV PRIMA
MANUNGGAL
3) Bahwa sdr PURDI E CHANDRA SE,MBA selaku pemilik Merek Primagama tidak pernah
memberikan lisensi/ hak pengelolaan kepada PT PRIMA EDU INTERNASIONAL dan PT
PRIMA EDU PENDAMPING BELAJAR. ------------------------------------------
4) Bahwa sdr PURDI E CHANDRA SE,MBA keberatan atas penjualan/ lelang dimuka umum
terhadap merek Primagama milik PURDI E CHANDRA SE,MBA sebagaimana dimaksud
dalam Risalah Lelang tanggal 17 Oktober 2014 nomor : 132/2014 dan atas keberatan
sdr PURDI E CHANDRA SE,MBA tersebut telah diajukan Gugatan Pembatalan Lelang di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam perkara nomor : 593/Pdt.G/2015/PN JKT.PST
u. Sebagaimana isi dari Surat Kesepakatan Bersama tanggal 17 September 2014 sejatinya sdr
PURDI E CHANDRA SE,MBA sudah mengetahui kalau merek PRIMAGAMA akan dilelang.
Sehingga terjadi kesepakatan sebelum terlaksananya lelang yaitu bilamana PT Prima Edu
Pendamping Belajar (PT PEPB) memenangkan lelang maka sdr PURDI E CHANDRA
SE,MBA selaku pemilik terdahulu atas merek “PRIMAGAMA” akan membantu peralihan akan
merek Primagama kepada PT Prima Edu Pendamping Belajar ( PT PEPB).
v. Bahwa fc salinan Akte Pernyataan nomor 10 tanggal 22 Januari 2016 tersebut digunakan
oleh pihak Pengugat PETRUS ARNOLD CATUR WIBOWO selaku Direktur CV Prima
Sedaya, CV Prima Manunggal dan CV Prima Utama sebagai salah satu bukti gugatan di
Pengadilan Negeri Sleman atas perkara perdata nomor : 115/ Pdt.G/2015/PN Sleman
dengan para tergugat :
1) Sdr ADAM PRIMASKARA,SE Direktur Utama PT PRIMAGAMA BIMBINGAN BELAJAR
(PBB) sebagai Tergugat I
2) PT PRIMAGAMA BIMBINGAN BELAJAR sebagai Tergugat II
3) PURDI E CHANDRA sebagai Tergugat III
4) Ir H SUNARYO SUHADI,MBA Direktur Utama PT PRIMA EDU INTERNASIONAL
sebagai Tergugat IV
5) PT PRIMA EDU INTERNASIONAL sebagai Tergugat V
13
w. Bahwa PT Prima Edu Pendamping Belajar (PT PEPB) dan PT PEI menderita kerugian sekitar
Rp.4.860.672.910,- yaitu kerugian dari beberapa kepala cabang yang tidak melanjutkan
kerjasama dengan PT Prima Edu Pendamping Belajar selaku pengelola merek PRIMAGAMA
pasca merek Primagama dilelang.
Menurut ahli setelah mempelajari kronologis diatas apakah perbuatan PURDI E CHANDRA,SE,MBA
tersebut bisa dikualifikasikan sebagai suatu peristiwa pidana, kemudian terangkan pula persangkaan
unsur pasalnya ?----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
10. Sebagaimana fakta di atas, bahwa pada tanggal 17 September 2014 bertempat di
Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta, telah terjadi kesepakatan tertulis
dalam suatu Surat Kesepakatan Bersama antara PURDI E CHANDRA (beserta Kuasa
Hukumnya) Sdr Ir. SUNARYO SUHADI (direktur PT. PEPB), dan disaksikan oleh sdri
SOFA SINDYA SARI, Sdr BENNY SURJADHARMA, Sdr FESHA MOHAMMAD NINDRA,
sdr ADAM PRIMASKARA dan HARI NURYANTO. Namun, pada faktanya, ternyata
PURDI E CHANDRA tidak melaksanakan apa yang telah diperjanjikannya tersebut.
Dalam hal ini, perbuatan yang dilakukan oleh PURDI E CHANDRA dapat dikualifikasikan
sebagai suatu tindak pidana penipuan yang dilakukan dengan suatu pemalsuan surat.
Artinya, perbuatan PURDI E CHANDRA tersebut dapat dikualifikasikan sebagai suatu
perbuatan pidana yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana penipuan sebagaimana
dimaksud Pasal 378 KUHP dan unsur-unsur tindak pidana pemalsuan sebagaimana
dimaksud Pasal 263 ayat (1) KUHP, yang telah Ahli jelaskan di atas perihal unsur-
unsurnya. ------------------------------------------------------------------------------------------------
Dan terhadap fakta tertanggal 22 Januari 2016, di mana PURDI E CHANDRA membuat
pernyataan dihadapan notaris PANGESTUTI,SH,MKn yang dituangkan dalam Akte
Pernyataan nomor 10 tanggal 22 Januari 2016, yang mana isinya bertolak belakang
dengan Surat Kesepakatan Bersama tertanggal 17 September 2014, serta bertentangan
pula dengan Risalah Lelang nomor 132/2014 tanggal 27 oktober 2014 yang mana PT.
Prima Edu Internasional adalah pembeli atas merek Primagama dalam lelang eksekusi
kepailitan yang dilaksanakan pada tanggal 30 September 2014 di KPKNL Jakarta III,
maka tegas dan jelas pernyataan yang diberikan oleh PURDI E CHANDRA dalam Akte
Pernyataan nomor 10 tanggal 22 Januari 2016 (jelas merupakan suatu akta otentik)
tersebut, karena bertentangan dengan fakta sebenarnya, maka hal yang demikian adalah
suatu perbuatan pidana yang memenuhi bestandeel delict Pasal 266 KUHP. Dengan
penjelasan unsur-unsurnya sebagai berikut: ------------------------------------------------------------
Bestandeel delict atau unsur-unsur delik Pasal 266 ayat (1) KUHP adalah :
Pertama, Unsur barang siapa, Setiap orang (baik itu orang
perorangan/persoonlijkataupun suatu badan usaha/badan hukum yang disebut dengan
rechtpersoon) yang diembani hak dan kewajiban menurut hukum, yaitu yang dapat
dimintakan pertanggungjawaban dalam hukum .
Kedua, Unsur menyuruh memasukan keterangan palsu, ada seseorang yang menyuruh
orang lain dalam hal ini orang lain (yang disuruh) tersebut karena merupakan orang yang
diberi kewenangan oleh undang-undang untuk membuat akta otentik. Dalam hal ini orang
yang disuruh tersebut, agar memasukkan keterangan ke dalam akta otentik yang
dibuatnya, yang isinya tidak sesuai dengan fakta atau kenyataan yang sebenarnya .
Ketiga, Unsur ke dalam suatu akta otentik, Ke dalam suatu surat yang cara pembuatan,
penerbitan, dan ketentuan isinya harus sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang menyebutkan surat sebagai akta otentik. Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa Akta
14
Otentik adalah akta sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1868 BW ( Burgerlijk
Wetboek) / Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu suatu akta yang bentuknya
ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum yang
berwenang, dan dibuat di tempat di mana pejabat umum tersebut berwenang. Syarat
sebagaimana Pasal 1868 KUHPerdata tersebut bersifat kumulatif, jika salah satu syarat
tidak terpenuhi, maka akta tersebut bukanlah akta otentik, hanya menjadi akta di bawah
tangan. Dan berdasarkan pengetahuan Ahli, yang berwenang dalam pembuatan akta
otentik di antaranya adalah Notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah, Hakim, Pejabat
Lelang, Pejabat Kantor Catatan Sipil. Namun beberapa Ahli Kenotariatan berpendapat
dengan bersandar pada aturan lain yang merupakan lex specialis dari KUHPerdata,
seperti Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, maka yang
paling berwenang membuat akta otentik adalah Pejabat Notaris.
Keempat, Unsur mengenai suatu hal, yaitu segala sesuatu yang menyangkut suatu
keadaan atau berkaitan dengan apa saja yang akan dijelaskan atau diterangkan oleh
akta tersebut.
Kelima, Unsur yang kebenarannya harus dinyatakan oleh akta otentik itu , Berarti apa
yang dinyatakan dalam akta otentik tersebut harus merupakan suatu hal, kejadian,
ataupun sesuatu yang benar-benar sesuai dengan fakta yang ada, bukan merupakan
rekayasa ataupun hal-hal yang fiktif .
Keenam, Unsur dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai akta
itu seolah-olah keterangannya sesuai dengan kebenaran: Unsur ini mengandung arti
perbuatan harus dilakukan dengan ‘sengaja`. Dengan kata lain, bentuk kesalahan dalam
pasal tersebut menghendaki adanya suatu kesengajaan, hal tersebut telah secara tegas
menggambarkan bahwa pembentuk undang-undang menghendaki bentuk kesengajaan
sebagai maksud (opzet als oogmerk), yaitu kesengajaan untuk mencapai suatu tujuan
(yang dekat), Artinya, antara motivasi seseorang melakukan perbuatan, tindakan dan
akibatnya benar-benar terwujud. Motivasi seseorang sangat mempengaruhi
perbuatannya (affectio tua nomen imponit operi tuo ). Opzet als oogmerk adalah bentuk
kesengajaan yang paling sederhana, jadi kesengajaan si pelaku tidak hanya ditujukan
kepada perbuatannya, melainkan juga kepada akibat perbuatannya.Konsekuensi lebih
lanjut, jika tidak ada kesengajaan, maka tidak ada kesalahan.
Dalam konteks doktrin, hukum pidana, jika tidak ada kesalahan maka tidak dapat
dipidana. hal ini sesuai dengan doktrin “TIADA PIDANA TANPA KESALAHAN” atau
Keine Strafe ohne Schuld (Jerman) atau Geen Straf Zonder Schuld (Belanda). Untuk
unsur Pasal 266 ayat (1) KUHP, berarti maksud dari ”Dader/Pleger” / si pembuat tindak
pidana (dalam hal ini pihak yang menyuruh = ”Doen Pleger”) jelas, bahwa ia akan
mempergunakan akta tersebut untuk kepentingan suatu hal tertentu, atau ia (si pembuat
tindak pidana) mempunyai maksud bahwa akta tersebut untuk dipakai/digunakan oleh
orang lain (pihak kedua) dan orang yang menggunakannya mengira bahwa keterangan
dalam akta tersebut sesuai dengan kenyataan .
Ketujuh, Unsur diancam jika pemakaian itu dapat menimbulkan kerugian, dengan adanya
frasa kata ’jika’, jelas ini merupakan delik materiil, namun, adanya kata ”dapat”, juga
dapat menunjukkan bahwa rumusam delik a quo adalah dapat juga dikatakan sebagai
delik formil, namun yang terpenting adalah bahwa ada suatu syarat untuk terpenuhinya
unsur ini, yaitu frasa setelahnya (kerugian). Dengan demikian untuk memenuhi unsur-
unsur dalam rumusan delik ini harus ada kerugian yang hanya berhak diklaim oleh
korban atau pihak berkepentingan yang dirugikan. -----------------------------------
Bestandeel delict atau unsur-unsur delik Pasal 266 ayat (2) KUHP adalah : PERTAMA,
Unsur barang siapa, yang telah dijelaskan pada unsur pertama Pasal 266 ayat (1) KUHP.
KEDUA, Unsur dengan sengaja memakai akta tersebut, sebagaimana telah dijelaskan di
atas. KETIGA, Unsur seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran, berarti isi akta
tersebut tidak sesuai dengan fakta yang ada tetapi dibuat sedemikian rupa seolah-olah
fakta yang terjadi sesuai dengan isi akta tersebut. KEEMPAT, Unsur mengenai suatu hal,
sebagaimana telah dijelaskan pada unsur keempat Pasal 266 ayat (1) KUHP. KELIMA,
15
Unsur diancam jika pemakaian itu dapat menimbulkan kerugian, sebagaimana telah
dijelaskan pada unsur terakhir Pasal 266 ayat (1) KUHP. ----------------
11. Setelah mempelajari kronologis tersebut serta di sandingkan dengan bukti-bukti yang disampaikan
oleh penyidik kepada ahli apakah pernyataan sdr PURDI E CHANDRA yang dituangkan dalam Akte
Pernyataan nomor 10 tanggal 22 Januari 2016 yang dibuat dihadapan Notaris / PPAT
PANGESTUTI,SH.,MKn tersebut bisa dikategorikan memenuhi unsur persangkaan pasal 266 KUHP
sebagaimana laporan sdr ANTHONIUS RAHADJO ke Polda DIY serta ahli terangkan pula mengenai
teori dan dasar hukumnya?--------------------------------------------------------------------------------------------------
11. Sebagaimana jawaban Ahli di atas, bahwa oleh karena pernyataan yang diberikan oleh
PURDI E CHANDRA dalam Akte Pernyataan nomor 10 tanggal 22 Januari 2016 (jelas
merupakan suatu akta otentik) tersebut bertentangan dengan fakta sebenarnya, maka
hal yang demikian adalah suatu perbuatan pidana yang memenuhi bestandeel delict
Pasal 266 KUHP sebagaimana telah Ahli jelaskan di atas perihal penjelasan unsur-
unsurnya. –
12. Sebagaimana fakta-fakta dalam kronologis tersebut diatas bahwa pada tanggal 30 September 2014
telah dilaksanakan Lelang Eksekusi Kepailitan di KPKNL Jakarta III adapun obyek yang dijual
adalah Merek Dagang “PRIMAGAMA” dengan harga pembelian senilai Rp 11.500.000.000,00
(sebelas milyard lima ratus juta rupiah) atas nama PT Prima Edu Internasional (PT PEI) berdasarkan
Kutipan Risalah Lelang nomor : 132/2014 tanggal 17 Oktober 2014. Dan selanjutnya Damar Swarno
Dwipo,SH,MH selaku kuasa dari PT PEI telah mengajukan permohonan pencatatan pengalihan Hak
atas Merek PRIMAGAMA kelas 41 nomor IDM000226564 ke Direktur Merek Dirjen HAKI Depkum
HAM RI dengan surat tertangal 27 November 2014 dari pengalih hak atas nama PURDI E
CHANDRA kepada penerima hak atas nama PT Prima Edu Internasional.
Namun pengajuan peralihan tersebut oleh Dirjen HAKI Kementerian Hukum dan HAM R.I sampai
saat ini belum diproses dan belum terbit sertifikat surat pencatatan pengalihan hak kepada PT
PRIMA EDU INTERNASIONAL, dengan alasan adanya surat keberatan dari kuasa hukum atas
nama CV PRIMA UTAMA, CV PRIMA MANUNGGAL dan CV PRIMA SEDAYA nomor:
19/AU/09/2015 tertanggal 25 September 2015 yang ditujukan kepada Direktur Merek Dirjen HAKI
Kementerian Hukum dan HAM R.I.
Menurut ahli bagaimana status atas kepemilikan merk “primagama” tersebut berkenaan dengan telah
dilelangnya merk primagama dengan pemenang lelang dari PT PEI ? ------------------------------------------
12. Menurut Ahli, dari sisi hukum pidana, sebagai suatu lapangan hukum yang juga sangat
memperhatikan korban suatu perbuatan pidana, demi hukum, harus ditafsirkan bahwa
merk tersebut adalah milik dari PT. PEI. Dasar argumentasinya adalah karena negara
sendiri (melalui KPKNL Jakarta III) adalah pihak yang telah melakukan pengesahan atas
peralihan hak atas merek tersebut sebagaimana fakta di atas. Oleh karenanya,
penundaan proses yang dilakukan oleh Dirjen HAKI Kementerian Hukum dan HAM R.I
pada dasarnya menurut Ahli tidak menghilangkan hak dari PT. PEI atas merek tersebut.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
13. Setelah terjadinya Lelang Eksekusi Kepailitan atas merek “PRIMAGAMA” kemudian sdr ADAM
PRIMASKARA selaku Direktur PT PBB (Primagama Bimbingan Belajar) mengadakan sosialisasi
kepada kepala cabang dan franchesee yang jumlahnya sekitar 500 (lima ratus) peserta, diantaranya
dilakukan di wilayah Jakarta , Medan , Batam , Yogyakarta dan Surabaya. Yang intinya bahwa
pemenang lelang atas merek “PRIMAGAMA” adalah PT Prima Edu Internasional (PT PEI), kegiatan
operasional dan pengelolaan atas Primagama selanjutnya akan diambil oleh PT Prima Edu
Pendamping Belajar (PT PEPB) untuk itu maka mohon kepala cabang dan franchesee mengikuti
arahan manajemen pusat PT Primagama Bimbingan Belajar (PT PBB) untuk pembaharuan kontrak
dengan PT Prima Edu Pendamping Belajar (PT PEPB).
Disisi lain Sdr PURDI E CHANDRA pada tanggal 12 Maret 2015 bertempat di Graha Sarina Vidi Jl
Magelang Km 8 Yogyakarta menjadi salah satu pembicara dalam acara Gathering Nasional 2015
dengan tema “ Gathering owner & kepala cabang Primagama se-Indonesia bersama Owner &
Manajemen Baru” yang dihadiri kurang lebih 400 (empat ratus) peserta terdiri dari kepala cabang dan
franchesee. Dalam acara tersebut sdr PURDI E CHANDRA menyampaikan dan mengikhlaskan
16
kalau pengelolaan Primagama sepenuhnya telah beralih kepada sdr Ir SUNARYO SUHADI /PT
Prima Edu Internasional (PT PEI).
Namun sdr PURDI E CHANDRA membuat Akte Pernyataan nomor 10 tanggal 22 Januari 2016
dihadapan Notaris PANGESTUTI,SH,MKn yang salah satu isinya sdr PURDI E CHANDRA selaku
pemilik Merek Primagama tidak pernah memberikan lisensi/ hak pengelolaan kepada PT PRIMA
EDU INTERNASIONAL dan PT PRIMA EDU PENDAMPING BELAJAR.
Sekarang Ahli jelaskan apakah pernyataan sdr PURDI E CHANDRA dalam Akte Pernyataan nomor
10 tanggal 22 Januari 2016 tersebut melanggar persangkaan Pasal 266 KUHP. ----------------------------
13. Jawaban Ahli terhadap pertanyaan ini adalah sama dengan jawaban Ahli di atas, bahwa
oleh karena pernyataan yang diberikan oleh PURDI E CHANDRA dalam Akte
Pernyataan nomor 10 tanggal 22 Januari 2016 (jelas merupakan suatu akta otentik)
tersebut bertentangan dengan fakta sebenarnya, maka hal yang demikian adalah suatu
perbuatan pidana yang memenuhi bestandeel delict Pasal 266 KUHP sebagaimana telah
Ahli jelaskan di atas perihal penjelasan unsur-unsurnya. --------------------------------------------
14. Bahwa sdr PURDI E CHANDRA telah menyerahkan Akte Pernyataan nomor 10 tanggal 22 Januari
2016 tersebut kepada PETRUS ARNOLD CATUR ( selaku Dirut CV Prima Manunggal,Prima Utama,
Prima Sedaya) yang kemudian oleh PETRUS ARNOLD CATUR Akte Pernyataan tersebut digunakan
salah satunya untuk bukti tambahan dalam gugatan perdata di Pengadilan Sleman dalam perkara
nomor : 115/ Pdt.G/2015/PN Sleman dengan tergugat
1) Sdr ADAM PRIMASKARA,SE Direktur Utama PT PRIMAGAMA BIMBINGAN BELAJAR (PBB)
sebagai Tergugat I
1) PT PRIMAGAMA BIMBINGAN BELAJAR sebagai Tergugat II
2) PURDI E CHANDRA sebagai Tergugat III
3) Ir H SUNARYO SUHADI,MBA Direktur Utama PT PRIMA EDU INTERNASIONAL sebagai
Tergugat IV
4) PT PRIMA EDU INTERNASIONAL sebagai Tergugat V ( pemenang lelang atas merek
Primagama)
5) Sdr AZHAR RISYAD SUNARYO Direktur Utama PT PRIMA EDU PENDAMPING BELAJAR
sebagai Tergugat VI
6) PT PRIMA EDU PENDAMPING BELAJAR sebagai Tergugat VII ( pengelola merek Primagama
setelah adanya lelang)
Yang mana berdasarkan amar putusan PN Sleman perkara no : 115/Pdt.G/2015/PN Sleman tersebut
tergugat PURDI E CHANDRA diwajibkan membayar uang sebesar 9 milyar secara tanggung renteng
dengan tergugat lain . Sehingga atas pengunaan Akte Pernyataan dari PURDI E CHANDRA tersebut
menimbulkan kerugian di pihak PT PEI/ PT PEPB.
Menurut Ahli apakah perbuatan Sdr PURDI E CHANDRA tersebut masuk dalam kategori unsur yang
dipersangkakan dalam pasal 263 ayat 1 dan ayat 2 KUHP ? terangkan kepada pemeriksa---------------
14. Sebagaimana fakta di atas, bahwa Akte Pernyataan nomor 10 tanggal 22 Januari 2016
tersebut adalah merupakan suatu akta otentik. Oleh karenanya, menurut Ahli perbuatan
PURDI E CHANDRA lebih tepat dijerat dengan Pasal 266 ayat (1) dan ayat (2) KUHP. ---
15. Mendasari kronologis perkara tersebut menurut ahli apakah tersangka PURDI E CHANDRA,SE,MBA
dapat dikenakan persangkaan pasal 378 KUHP ? terangkan pula unsur –unsur pasalnya --------------
15. Jawaban Ahli terhadap pertanyaan ini adalah sama dengan jawaban Ahli di atas,
perbuatan yang dilakukan oleh PURDI E CHANDRA dapat dikualifikasikan sebagai suatu
tindak pidana penipuan yang dilakukan dengan suatu pemalsuan surat. Artinya,
perbuatan PURDI E CHANDRA tersebut dapat dikualifikasikan sebagai suatu perbuatan
pidana yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana penipuan sebagaimana dimaksud
Pasal 378 KUHP. -----------------------------------------------------------------------------------------------
17
16 Apakah ada keterangan lain yang akan saudara ahli sampaikan kepada pemeriksa ? ---------------------
16. Selanjutnya, bahwa jika berbicara tentang tujuan pemidanaan, yang pada masa sekarang
ini tidak lagi berorientasi kepada teori klasik (pemidanaan untuk pembalasan),
pemidanaan saat ini bertujuan untuk melindungi masyarakat dari terjadinya kejahatan.
Oleh karenanya akan sangat penting bagi aparat penegak hukum untuk memproses
secara hukum segala perbuatan yang memang memenuhi unsur delik, merupakan
perbuatan tercela, bersifat melawan hukum, dan subjek hukum tersebut memang dapat
bertanggungjawab secara hukum, seperti dalam kasus a quo. Proses penegakan hukum
terhadap perbuatan yang memenuhi keempat kriteria tersebut harus selalu dilakukan,
oleh karenanya penegakan hukum menjadi sangat penting dalam penyelesaian kasus
tersebut di atas agar dapat menjadikan pembelajaran atau upaya preventif bagi pihak lain
untuk tidak melakukan suatu perbuatan pidana, dengan tujuan akhir adalah perlindungan
terhadap masyarakat. Tegasnya, dalam kasu a quo, hukum pidana penting untuk
ditegakkan sebagai upaya preventif ke depan agar masyarakat terlindungi dari perbuatan
pidana seperti yang demikian ini. ---------------------------------------------------------------------------
17. Apakah dalam pemeriksaan sekarang ini Saudara ahli merasa ditekan, di paksa oleh pemeriksa
maupun orang lain dalam memberikan keterangan dan keterangan tersebut diatas apakah sudah
benar semuanya serta Saudara mau menandatangani berita acara pemeriksaan ini jelaskan ? --------
17. Bahwa dalam pemeriksaan sekarang ini saya tidak merasa ditekan, di paksa oleh pemeriksa
maupun orang lain dalam memberikan keterangan dan keterangan tersebut diatas sudah
benar semuanya serta saya mau menandatangani berita acara pemeriksaan ini. ----------------
---- Bahwa Berita Acara Pemeriksaan telah dilakukan dan yang diperiksa dipersilahkan untuk membaca
kembali dan yang diperiksa menyatakan setuju dan membenarkan atas keterangan tersebut di atas
selanjutnya untuk menguatkanya yang bersangkutan membubuhkan tanda tangan tersebut di bawah ini. ------
Yang diperiksa
----- Demikian Berita Acara Pemeriksaan ini dibuat dengan sebenarnya atas kekuatan Sumpah dan jabatan
kemudian di tutup dan ditanda tangani di Yogyakarta pada hari, tanggal, bulan dan tahun tersebut diatas. ----
MULYONO,S.H
AIPDA NRP 78020686
18
----- Pada hari ini Senin tanggal 16 bulan Januari tahun 2017 sekitar pukul 09.20 Wib, saya ----------------------------
---------------------------------------------------------:MULYONO,SH: -------------------------------------------------------------------
Pangkat Ajun Inspektur Polisi Dua Nrp. 78020686 Jabatan selaku Penyidik Pembantu pada kantor kepolisian
tersebut diatas telah mengambil Sumpah / Janji terhadap seorang laki-laki bernama : --------------------------------------
---------------------------- : Prof. Dr. EDWARD OMAR SHARIF HIARIEJ, S.H, M.Hum. : -----------------------------------
Lahir di Ambon pada tanggal 10 April 1973, Pekerjaan Guru Besar Hukum Pidana Fakultas Hukum UGM, Agama
Islam, Pendidikan S3, Warganegara Indonesia, Jenis kelamin Laki-Laki, Alamat Jl.Pogung Dalangan Rt 010 Rw
050 Nomor, Pogung Raya 21-C Sinduadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta, Nomor. Hp 08112639329. -------------------------
---- Yang bersangkutan diambil Sumpah sebagai “ ahli “ dalam perkara Tindak Pidana memberikan keterangan
palsu dalam akte authentik dan atau penipuan terjadi pada tanggal 22 Januari 2016 di Kantor Notaris
19
Pangestuti,SH,MKn sehingga mengakibatkan kerugian imaterial dan materi senilai kurang lebih Rp 25 Milyard,
sehubungan dengan adanya Laporan Polisi nomor ; LP/334/III/ 2016/DIY/SPKT tanggal 24 Maret 2016,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 266 ayat 1 dan ayat 2 KUHP dan atau pasal 378 KUHP. sesuai dengan
agama islam yang dianutnya.
Pelaksanaan pengucapan sumpah dilakukan dimuka penyidik dibantu oleh rohaniawan :
Nama : MUJI PRAYITNO
Pekerjaan : Takmir Masjid Babusalam Polda DIY
Selaku Rokhaniawan-----------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Nama : MAHFUD SUWONO,SPD 2. Nama :
Pekerjaan : Anggota Polri. PRIHARDYANTO
Alamat : Aspol Polda DIY. Pekerjaan : Anggota Polri
Alamat : Aspol Polda
----- Berdasarkan pasal 116 ayat 1 KUHAP, telah dilakukan penyumpahan dengan mengucapkan lafal / Sumpah
sebagai berikut : ----------------------------------------------------------------------------------------------------------
----- “ Bismillahirohmanirrohim Demi Allah, saya bersumpah, bahwa saya sebagai ahli akan memberikan
keterangan dengan sesungguh - sungguhnya dan sebenarnya menurut pengetahuan saya, tidak lain dari apa yang
sebenarnya, apabila saya tidak memberikan keterangan yang sebenar - benarnya, saya akan mendapat hukuman
dari Allah. “
----- Selesai mengucapkan lafal Sumpah maka Ia ( yang diambil sumpah ) beserta 2 ( dua ) orang saksi
membubuhkan tanda tangan dibawah ini. ---------------------------------------------------------------------------------------------
Rokhaniawan : Yang Bersumpah
Saksi – saksi :
----- Demikian Berita Acara Pengambilan Sumpah / janji ahli ini dibuat dengan sebenarnya atas kekuatan sumpah
dan jabatan kemudian di tutup dan ditanda tangani di Yogyakarta pada hari Senin tanggal 16 bulan Januari tahun
2017.
Penyidik /Penyidik pembantu
Yang membuat Berita Acara
MULYONO,SH
AIPDA NRP.78020686