Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Besar 1 Mata Kuliah Sistem Tenaga Listrik


Tentang Saluran Sistem Transmisi dan Distribusi

Disusun Oleh :

Rahman Hanggara

41420010014

Teknik Elektro

Fakultas Teknik

Universitas Mercu Buana Jakarta

2022
Kata Pengantar

Puji syukur saya ucapkan


kehadirat Tuhan Yang
Mahakuasa karena telah
memberikan
kesempatan pada penulis
untuk menyelesaikan
makalah ini. Atas rahmat
dan hidayah-Nya lah
penulis dapat
menyelesaikan makalah
Manajemen Energi Listrik
sebagai tugas Pengganti
Final
i
dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun
guna memenuhi tugas
pengganti final pada
Manajemen Energi
Listrik. Selain itu,
penulis juga berharap
agar makalah ini dapat
menambah wawasan
bagi
pembaca. Penulis
mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya

ii
kepada Dosen Pengampuh
Mata
kuliah Manajeman
Listrik. Tugas yang telah
diberikan ini dapat
menambah pengetahuan
dan
wawasan terkait bidang
yang ditekuni penulis.
Penulis juga
mengucapkan terima
kasih pada

iii
semua pihak yang telah
membantu proses
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari
makalah ini masih jauh
dari kata sempurna.Oleh
karena itu, kritik dan
saran yang membangun
akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah
ini.
Puji syukur saya ucapkan
kehadirat Tuhan Yang

iv
Mahakuasa karena telah
memberikan
kesempatan pada penulis
untuk menyelesaikan
makalah ini. Atas rahmat
dan hidayah-Nya lah
penulis dapat
menyelesaikan makalah
Manajemen Energi Listrik
sebagai tugas Pengganti
Final
dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun
guna memenuhi tugas
v
pengganti final pada
Manajemen Energi
Listrik. Selain itu,
penulis juga berharap
agar makalah ini dapat
menambah wawasan
bagi
pembaca. Penulis
mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya
kepada Dosen Pengampuh
Mata
kuliah Manajeman
Listrik. Tugas yang telah
vi
diberikan ini dapat
menambah pengetahuan
dan
wawasan terkait bidang
yang ditekuni penulis.
Penulis juga
mengucapkan terima
kasih pada
semua pihak yang telah
membantu proses
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari
makalah ini masih jauh

vii
dari kata sempurna.Oleh
karena itu, kritik dan
saran yang membangun
akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah
ini.
Puji syukur saya ucapkan
kehadirat Tuhan Yang
Mahakuasa karena telah
memberikan
kesempatan pada penulis
untuk menyelesaikan
makalah ini. Atas rahmat
dan hidayah-Nya lah
viii
penulis dapat
menyelesaikan makalah
Manajemen Energi Listrik
sebagai tugas Pengganti
Final
dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun
guna memenuhi tugas
pengganti final pada
Manajemen Energi
Listrik. Selain itu,
penulis juga berharap
agar makalah ini dapat

ix
menambah wawasan
bagi
pembaca. Penulis
mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya
kepada Dosen Pengampuh
Mata
kuliah Manajeman
Listrik. Tugas yang telah
diberikan ini dapat
menambah pengetahuan
dan
wawasan terkait bidang
yang ditekuni penulis.
x
Penulis juga
mengucapkan terima
kasih pada
semua pihak yang telah
membantu proses
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari
makalah ini masih jauh
dari kata sempurna.Oleh
karena itu, kritik dan
saran yang membangun
akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah
ini.
xi
Puji syukur saya ucapkan
kehadirat Tuhan Yang
Mahakuasa karena telah
memberikan
kesempatan pada penulis
untuk menyelesaikan
makalah ini. Atas rahmat
dan hidayah-Nya lah
penulis dapat
menyelesaikan makalah
Manajemen Energi Listrik
sebagai tugas Pengganti
Final
dengan tepat waktu.
xii
Makalah ini disusun
guna memenuhi tugas
pengganti final pada
Manajemen Energi
Listrik. Selain itu,
penulis juga berharap
agar makalah ini dapat
menambah wawasan
bagi
pembaca. Penulis
mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya
kepada Dosen Pengampuh
Mata
xiii
kuliah Manajeman
Listrik. Tugas yang telah
diberikan ini dapat
menambah pengetahuan
dan
wawasan terkait bidang
yang ditekuni penulis.
Penulis juga
mengucapkan terima
kasih pada
semua pihak yang telah
membantu proses
penyusunan makalah ini.

xiv
Penulis menyadari
makalah ini masih jauh
dari kata sempurna.Oleh
karena itu, kritik dan
saran yang membangun
akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah
ini.
Puji syukur saya ucapkan
kehadirat Tuhan Yang
Mahakuasa karena telah
memberikan
kesempatan pada penulis
untuk menyelesaikan
xv
makalah ini. Atas rahmat
dan hidayah-Nya lah
penulis dapat
menyelesaikan makalah
Manajemen Energi Listrik
sebagai tugas Pengganti
Final
dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun
guna memenuhi tugas
pengganti final pada
Manajemen Energi
Listrik. Selain itu,
penulis juga berharap
xvi
agar makalah ini dapat
menambah wawasan
bagi
pembaca. Penulis
mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya
kepada Dosen Pengampuh
Mata
kuliah Manajeman
Listrik. Tugas yang telah
diberikan ini dapat
menambah pengetahuan
dan

xvii
wawasan terkait bidang
yang ditekuni penulis.
Penulis juga
mengucapkan terima
kasih pada
semua pihak yang telah
membantu proses
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari
makalah ini masih jauh
dari kata sempurna.Oleh
karena itu, kritik dan
saran yang membangun
akan penulis terima demi
xviii
kesempurnaan makalah
ini. Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha esa karena telah
memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat
dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah Saluran Sistem Transmisi
dan Distribusi Tenaga Listrik

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas besar 1 pada mata kuliah Sistem
Tenaga Listrik. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi para pembaca khususnya dalam Perkembangan saluran sistem transmisi
dan distribusi di indonesia. Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Dosen
Pengampuh Mata kuliah kuliah Sistem Tenaga Listrik. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 25 September 2022

Penulis

xix
Daftar Isi
Kata Pengantar...................................................................................................................i

Daftar Isi............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1

1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

2.1 Konsep Sistem Tenaga Listrik.................................................................................3

2.2 Perkembangan Sistem Tenaga Listrik di Indonesia.................................................6

2.3 Perkembangan Saluran Transmisi di Indonnesia.....................................................7

2.4 Klasifikasi Saluran Distribusi................................................................................10

2.5 Tantangan Saluran Sistem Tenaga Listrik.............................................................12

2.6 Effisiensi Dalam Sistem Saluran Transmisi..........................................................14

2.7 Menentukan Jarak Dalam Pembangunan Sistem Distribusi..................................15

BAB III PENUTUP.........................................................................................................17

3.1 Kesimpulan............................................................................................................17

3.2 Saran......................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................19

xx
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sistem tenaga listrik secara ringkas dapat di kelompokkan menjadi empat
jenis yang dimulai dari pembangkit, transmisi, distribusi, lalu beban. Sistem
pembangkit tenaga listrik adalah alat untuk mengubah energi mekanik menjadi
energi listrik yang berasal dari berbagai sumber tenaga energi. Energi listrik dari
pembangkit listrik dinaikkkan tegangannya untuk meminimalisir rugi-rugi daya,
kemudian energi listrik itu dialirkan melalui sistem transmisi. Pada saluran
transmisi listrik terjadi proses penyaluran energi listrik dari pembangkit tenaga
listrik (generator) menuju saluran distribusi sehingga dapat disalurkan sampai
pada beban. Beban merupakan tingkatan terakhir dalam penyaluran energi listrik
sebagai pengguna (konsumen) energi listrik.

Sistem pengoprasian ini harus mampu dijalankan secara optimal dan


effisien, sehingga daya yang disalurkan ke beban atau konsumen tetap terpenuhi
dan tak terjadi kekurangan dalam penyaluran energi listrik yang menyebabkan
terjadinya pemadaman bergilir yang akan merugikan pihak konsumen. Untuk
mengoptimalkan daya yang disalurkan perlu diperhatikan rugi-rugi saluran dan
biaya operasional sistem pembangkitan, sehingga ada keseimbangan biaya
operasional sistem pembangkitan dan harga dasar listrik. Biaya ini harus ditekan
sekecil mungkin, sehingga biaya jual menjadi rendah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka permasalahan dalam
penulisan makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
a) Bagaimana menghasilkan aliran daya yang maksimal dengan
memperhitungkan rugi-rugi daya pada saluran transmisi?
b) Bagaimana efisiensi biaya pembangkitan sistem transmisi berdasarkan
perbandingan hasil aliran daya?

1
c) Bagaimana menentukan jarak lokasi gardu induk dengan lokasi pusat
beban secara tepat pada sistem distribusi?

1.3 Tujuan Penelitian


a) Untuk mengklasifikasikan sistem jaringan transmisi dan distribusi listrik
secara umum.
b) Untuk merangkum perkembangan saluran transmisi di Indonesia.
c) Untuk mengetahui dan mengatasi masalah yang umum terjadi pada
sistem saluran transmisi dan distribusi tenaga listrik

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Sistem Tenaga Listrik

Gambar 1 konsep sistem tenaga listrik

Tenaga listrik merupakan bentuk energi sekunder yang dibangkitkan,


ditransmisikan dan didistribusikan kepada pelanggan/konsumen dan
dimanfaatkan untuk segala macam keperluan. Sistem tenaga listrik merupakan
rangkaian instalasi tenaga listrik meliputi beberapa bagian yang saling terhubung
dan saling bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan energi listrik bagi
konsumen. Ruang lingkup sistem tenaga listrik secara garis besarnya
meliputi pembangkit listrik, saluran transmisi tenaga listrik, gardu induk hingga
ke jaringan distribusi tenaga listrik. Berikut pengertian masing-masing bagian
sistem tenaga listrik
1) Sistem Pembangkit Tenaga Listrik
Pembangkit listrik adalah suatu sistem yang terdiri dari turbine dan
generator yang bekerja untuk memproduksi enegri listrik. Jika Turbin
adalah suatu peralatan industri yang mengubah suatu bentuk energi
menjadi energi kinetik / gerak. Maka Generator adalah suatu peraltan
industri yang mengubah energi kinetik / gerak menjadi energi listrik.
Turbin akan mengkonversi apakah itu minyak bumi, gas alam atau
uap menjadi energi gerak. Turbin akan dihubungkan ke generator
sehingga generator bergerak sesuai dengan kecepatan putar (speed)
yang dinginkan. Generator yang berputar akan menghasilkan energi

3
listrik. Jenis Pembangkit listrik diklasifikasikan berdasarkan turbine
penggerak (prime mover) yang menggerakkan generator. Misalnya
pembangkit listrik yang turbin nya adalah turbin gas maka disebut
dengan pembangkit listrik tenaga gas. Jika turbin uap disebut
pembangkit listrik Tenaga Uap. Berdasarkan Klasifikasi tersebut,
maka kita dapat mengelompokkan berbagai macam jenis pembangkit
listrik menjadi beberapa klasifikasi, diantaranya: Pembangkit Listrik
Tenaga Gas (PLTG), Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU),
Pembangkit Listrik Tenaga Minyak (PLTM), Pembangkit Listrik
Tenaga Solar Cell, Pembangkit Listrik Tenaga Air / Hidro (PLTA),
Pembangkit Listrik Tenaga Angin, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
(PLTN), Pembangkit Listrik Tenaga Geothermal / Panas Bumi
2) Sistem Transmisi Daya Listrik
Sistem transmisi listrik merupakan sistem yang berfungsi untuk
mengalirkan listrik dari pembangkit ke gardu listrik utama (main
substation). Umumnya, pembangkit listrik dan substation terpisah
dengan jarak yang cukup jauh, berkisar antara 300 km hingga 3000
km. Akibatnya, panjangnya jarak tersebut dapat berdampak pada
besarnya rugi-rugi listrik, salah satunya adalah disipasi panas. Salah
satu cara untuk meminimalisir besarnya rugi-rugi listrik saat proses
penyaluran adalah dengan memperbesar tegangan listrik. Pada sistem
transmisi listrik, tegangan listrik mencapai 550 kV. Listrik yang
dihasilkan oleh generator biasanya memiliki tegangan sebesar 15 kV
hingga 25 kV. Tegangan ini terbilang rendah untuk dapat
ditransmisikan dalam jarak yang sangat jauh. Dua parameter yang
menentukan daya listrik adalah tegangan dan arus seperti pada
persamaan: Daya = Tegangan x Arus. Dengan demikian, dengan nilai
daya tertentu, apabila tegangan rendah, maka arus listrik tinggi.
Tingginya arus listrik akan berdampak pada besarnya kerugian listrik
saat melalui sistem transmisi, karena kuadrat arus proporsional
dengan energi yang terdisipasi dalam bentuk panas. Dengan
demikian, listrik yang keluar dari generator akan ditingkatkan

4
tegangannya dengan menggunakan transformator. Ketika tegangan
listrik sudah cukup tinggi, kemudian listrik ditransmisikan melalui
overhead lines atau yang dikenal dengan sebutan SUTET (Saluran
Udara Tegangan Ekstra Tinggi)
3) Sistem distribusi merupakan penyaluran energi listrik dari gardu
induk ke konsumen. Terdapat 2 (dua) sistem distribusi yaitu
distribusi primer dan distribusi sekunder. Distribusi primer,
penyalurannya dimulai dari gardu induk (sisi sekunder trafo daya) ke
gardu distribusi (sisi primer trafo distribusi) atau dari gardu induk
langsung ke konsumen tegangan menengah 20 kV.dimana tegangan
tinggi terlebih dahulu diturunkan menjadi tegangan menengah
sebesar 20 kV melalui transformator step down. Distribusi sekunder,
penyalurannya dimulai dari gardu distribusi (sisi sekunder trafo
distribusi) ke konsumen tegangan rendah. Energi tenaga listrik
disalurkan melalui penyulang-penyulang yang berupa saluran udara
ataupun saluran kabel bawah tanah. Penyulang distribusi terletak di
gardu distribusi. Fungsi gardu distribusi untuk menurunkan tegangan
distribusi primer menjadi tegangan rendah atau tegangan distribusi
sekunder sebesar 220/380 V.
Jaringan distribusi tenaga listrik adalah bagian dari sistem tenaga
listrik yang berhubungan langsung dengan pelanggan. Sistem ini
terdiri dari sistem distribusi tegangan menengah dan sistem distribusi
tegangan rendah. Sistem distribusi tenaga listrik didefinisikan
sebagai bagian dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan Pusat
Pembangkit Tenaga Listrik,Transmisi Tenaga Listrik dan Gardu
Induk dengan konsumen. Sistem distribusi tenaga listrik adalah
sarana dari sistem tenaga Listrik di dalam menyalurkan energi listrik
ke konsumen. Dalam menyalurkan tenaga listrik ke konsumen dari
pusat beban, suatu sistem distribusi tenaga listrik harus disesuaikan
dengan kondisi setempat dengan memperhatikan faktor beban,
perkembangan dimasa mendatang, kendala, serta ekonomisnya.

5
2.2 Perkembangan Sistem Tenaga Listrik di Indonesia
Perkembangan sistem tenaga listrik di Indonesia dapat ditelaah dari
pertumbuhan sistem pembangkit listrik di Indonesia. Diketahui bahwa kapasitas
terpasang pembangkit tenaga listrik PLN per tahun 2006 adalah 24,8 GW.
Sejumlah pembangkit tersebut berhasil memproduksi tenaga listrik oleh PLN
sebesar 104,5 TWh dan pembelian sebesar 28,6 TWh. Meskipun demikian, PLN
mengalami susut jaringan transmisi sebesar 2,9 TWh dan susut distribusi sebesar
14,7 TWh.

Pada tahun yang sama, diversifikasi energi di bidang ketenagalistrikan


telah menunjukkan pertumbuhan yang positif. Sebagaimana yang telah
disebutkan sebelumnya bahwa kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik
PLN per tahun 2006 adalah 24,8 GW. Pembangkit tersebut terdiri dari dua
macam pembangkit, yaitu pembangkit yang menggunakan BBM sebesar 2,9
GW atau 11,7% dan pembangkit yang menggunakan non-BBM yang sebesar
21,9 GW atau 88,3%. Sedikitnya jumlah pembangkit yang menggunakan BBM
tersebut — ternyata sudah menurun sejak tahun 1996 — yang sebesar 2,4 GW
atau 14,9%.

Jumlah kapasitas total listrik bertambah pada tahun 2017, di mana


menunjukkan angka sekitar 52.231 MW. Dan berdasarkan data Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), rasio elektrifikasi mencapai 94,83%
Akan tetapi dari total pembangkit listrik yang ada, pembangkit listrik yang
menggunakan bahan bakar non daur ulang sebesar 24,9 GW, sementara
pembangkit yang non-BBM ada 6,37 MW.

Sementara perhitungan terakhir, yaitu Juni 2020, kapasitas terpasang


pembangkit listrik nasional diketahui telah mencapai 71 GW. Adapun dari
kapasitas pembangkit listrik yang terpasang, pembangki listrik non daur ulang
berjumlah sebesar 55,7 MW, sementara pembangkit listrik non-BBM berjumlah
10.467 MW

6
2.3 Perkembangan Saluran Transmisi di Indonnesia

Gambar 2 saluran transmisi tenaga listrik

Struktur sistem tenaga listrik di berbagai belahan dunia sedang


mengalami perubahan yang signifikan di era milenial ini. Walaupun di Indonesia
belum terlalu tampak, bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan
akan terasa perubahannya. Transmisi adalah proses penyaluran energi listrik
dengan menggunakan tegangan tinggi dan menengah melalui saluran udara
(over head line dan bawah tanah . juga transmisi adalah proses penyaluran
energi listrik dari satu tempat ke tempat lainnya, yang besaran tegangannya
adalah Tegangan Ultra Tinggi (UHV), Tegangan Ekstra Tinggi (EHV),
Tegangan Tinggi (HV), Tegangan Menengah (MHV).

Apabila tegangan transmisi dinaikkan, maka daya guna penyaluran akan


naik oleh karena rugi rugi transmisi turun, pada besaran daya yang disalurkan
sama. Namun, penaikan tegan transmisi berarti juga penaikan biaya isolasi,
peralatan, dan juga biaya gardu induk.

Oleh karena itu pemilihan tegangan transmisi dilakukan dengan


memperhitungkan daya yang disalurkan, jumlah rangkaian, jarak penyaluran,
keandalan (reliability), biaya peralatan untuk tegangan tertentu, serta
tegangantegangan yang sekarang a da dan yang akan di rencanakan. Penentuan
tegangan juga harus dilihat dari segi standarisasi peralatan yang ada. Penentuan

7
tegangan transmisi merupakan bagian dari pe rancangan system tenaga listrik
secara keseluruhan. Tingkat tegangan yang lebih tinggi, selain untuk
memperbesar daya hantar dari saluran transmisi yang berbanding lurus dengan
kuadrat tegangan, juga untuk memperkecil rugirugi daya dan jatuh tegangan
pada saluran transmisi. Jelas sudah, dengan mempertinggi tegangan maka
tingkat isola si pun harus lebih tinggi, dengan demikian biaya akan tinggi.
peralatan juga Meskipun tidak jelas menyebutkan keperluannya sebagai
tegangan transmisi, di Indonesia, pemerintah telah menyeragamkan deretan
tegangan tinggi sebagai berikut:

1) Tegangan Nominal (kV): (30) - 66 - 150 - 220 – 380 – 500. 2.


2) Tegangan tertinggi untuk perlengkapan (kV): (36) – 72,5 – 170 – 245
– 420 - 525.

Tegangan nominal 30 kV hanya diperkenankan untuk daerah yang tegangan


distribusi primer 20 kV tidak dipergunakan. Penentuan deret tegangan diatas,
disesuaikan dengan rekomendasi dari International Electrotechnical Commission
(IEC).

Beberapa hal yang perlu diketahui :

 Transmisi 30 KV dan 70 KV yang ada di Indonesia, secara berangsur-


angsur mulai ditiadakan (tidak digunakan).
 Transmisi 70 KV dan 150 KV ada di Pulau Jawa dan Pulau lainnya di
Indonesia. Sedangkan transmisi 275 KV dikembangkan di Sumatera.
 Transmisi 500 KV ada di Pulau Jawa.

Di Indonesia, kosntruksi transmisi terdiri dari :

 Menggunakan kabel udara dan kabel tanah, untuk tegangan rendah,


tegangan menengah dan tegangan tinggi.
 Menggunakan kabel udara untuktegangan tingg dan tegangan ekstra
tinggi.

Transmisi ditinjau dari klasifikasi tegangannya :

8
1) Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (Sutet) 200 KV
Pada umumnya digunakan pada pembangkitan dengan kapasitas di atas
500 MW. Tujuannya adalah agar drop tegangan dan penampang kawat
dapat direduksi secara maksimal, sehingga diperoleh operasional yang
efektif dan efisien. Permasalahan mendasar pembangunan SUTET
adalah: konstruksi tiang (tower) yang besar dan tinggi, memerlukan
tapak tanah yang luas, memerlukan isolator yang banyak, sehingga
pembangunannya membutuhkan biaya yang besar. Masalah lain yang
timbul dalam pembangunan SUTET adalah masalah sosial, yang
akhirnya berdampak p ada masalah pembiayaan, antara lain: Timbulnya
protes dari masyarakat yang menentang pembangunan SUTET,
Permintaan ganti rugi tanah untuk tapak tower yang terlalu tinggi tinggi,
Adanya permintaan ganti rugi sepanjang jalur SUTET dan lain
sebagainya. Pemban gunan transmisi ini cukup efektif untuk jarak 100
km sampai dengan 500 km.
2) Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 30KV 150KV
Jika transmisi ini beroperasi secara parsial, jarak terjauh yang paling
efektif adalah 100 km. Jika jarak transmisi lebih dari 100 km maka
tegangan jatuh (drop vo ltaje) terlalu besar, sehingga tegangan diujung
transmisi menjadi rendah. Untuk mengatasi hal tersebut maka sistem
transmisi dihubungkan secara ring system atau interconnection system.
Ini sudah diterapkan di Pulau Jawa dan akan dikembangkan di
Pulaupulau besar lainnya di Indonesia.
3) Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 30KV
SKTT dipasang di kota-– 150KV kota besar di Indonesia (khususnya di
Pulau Jawa)
4) Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) 6 KV – 20 KV
Ditinjau dari segi fungsi , transmisi SKTM memiliki fungsi yang sama
dengan transmisi SUTM. Perbedaan mendasar adalah, SKTM ditanam di
dalam tanah.
5) Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) 40 Volt – 1000 Volt

9
Transmisi SUTR adalah bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada
tegangan distribusi di bawah 1000 Volt, yang langsung memasok
kebutuhan listrik tegangan rendah ke konsumen. Di Indonesia, tegangan
operasi transmisi SUTR saat ini adalah 220/ 380 Volt.
6) Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) 40 Volt – 1000 Volt
Transmisi SUTR adalah bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada
tegangan distribusi di bawah 1000 Volt, yang langsung memasok
kebutuhan listrik tegangan rendah ke konsumen. Di Indonesia, tegangan
operasi transmisi SUTR saat ini adalah 220/ 380 Volt.

2.4 Klasifikasi Saluran Distribusi


Saluran distribusi pada sistem tenaga listrik berfungsi untuk
menyalurkan energi listrik langsung ke konsumen. Saluran Distribusi dibagi
menjadi dua bagian yaitu sistem distribusi primer, dimana tegangan tinggi 150
KV diturunkan tegangannya di Gardu Induk menjadi tegangan  menengah 20
KV yang biasa disebut JTM (Jaringan Tegangan Menengah) dan sistem
distribusi sekunder yaitu jaringan distribusi dari gardu distribusi untuk
disalurkan ke pelanggan dengan klasifikasi tegangan rendah 220 V / 380 V  atau
dikenal dengan JTR (Jaringan Tegangan Rendah). Urutan penyaluran energi
listrik dari pembangkit hingga sampai ke konsumen terlihat pada gambar
dibawah ini

10
Gambar 3 saluran distribusi tenaga listrik

11
Klasifikasi saluran distribusi tenaga listrik menurut nilai tegangannya
dibedakan menjadi dua yaitu saluran distribusi primer dan saluran distribusi
sekunder
1) Saluran Distribusi Primer.
Terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu antara titik Sekunder trafo
substation (G.I.) dengan titik primer trafo distribusi. Saluran ini
bertegangan menengah 20kV. Jaringan listrik 70 kV atau 150 kV, jika
langsung melayani pelanggan bisa disebut jaringan distribusi.
2) Saluran Distribusi Sekunder.
Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder
dengan titik cabang menuju beban.
Menurut Bentuk Tegangannya
Berikut ini adalah beberapa bentuk tegangan saluran distribusi tenaga listrik:
1) Saluran Distribusi DC (Direct Current) menggunakan sistem tegangan
searah.
2) Saluran Distribusi AC (Alternating Current) menggunakan system
tegangan bolak-balik.
Menurut Jenis/Tipe Konduktornya
Berikut ini adalah beberapa jenis/tipe konduktor saluran distribusi tenaga listrik:
1) Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan support
(tiang) dan perlengkapannya, dibedakan atas:
 Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa isolasi
pembungkus.
 Saluran kabel udara, bila konduktornya terbungkus isolasi.
2) Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, dengan menggunakan
kabel tanah (ground cable).
3) Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan menggunakan kabel
laut (submarine cable)

12
Menurut Susunan (Konfigurasi) Salurannya:
Berikut ini adalah beberapa contoh susunan (konfigurasi) saluran distribusi
tenaga listrik:
1) Saluran Konfigurasi horisontal:
Bila saluran fasa terhadap fasa yang lain/terhadap netral, atau saluran
positif terhadap negatif (pada sistem DC) membentuk garis horisontal.
2) Saluran Konfigurasi Vertikal:
Bila saluran-saluran tersebut membentuk garis vertikal
3) Saluran Konfigurasi Delta:
Bila kedudukan saluran satu sama lain membentuk suatu segitiga (delta).

2.5 Tantangan Saluran Sistem Tenaga Listrik


Kehidupan masyarakat saat ini sangat tergantung pada ketersediaan
tenaga listrik untuk mendukung kelancaran berbagai macam aktivitas sehari-hari
dan mendorong perkembangan sektor industri. Sementara itu pertumbuhan
penduduk, kemajuan ekonomi dan perkembangan industri menyebabkan
peningkatan kebutuhan tenaga listrik. Sistem penyaluran (transmisi) sebagai
bagian dari sistem tenaga listrik memegang peranan penting dalam penyampaian
tenaga listrik dari pusat-pusat pembangkit tenaga listrik ke gardu induk
distribusi. Namun pada setiap saluran transmisi masih memiliki masalah-
masalah umum yang kerap terjadi dan selalu merugikan kita semua.

Berikut permasalahan yang ada pada sistem tenaga listrik

1) Gangguan sistem pembangkit


Pusat pembangkit listrik biasanya terletak jauh dari pemukiman atau
pelanggan. Sehingga listrik yang dihasilkan pusat pembangkit listrik
perlu ditransmisikan dengan jarak yang cukup jauh. Pembangkitan
tenaga listrik diamini memiliki sejumlah tantangan, yang disebabkan
oleh berbagai faktor. Pertama mengenai deregulasi dan kompetisi.
Sejumlah perusahaan listrik bisa saja melakukan restrukturisasi
perusahaan dengan membentuk anak perusahaan dan anak perusahaan
distribusi. Bahkan bisa juga membentuk perusahaan saluran transmisi

13
atau perusahaan pembangkitan independen (PPI). Hal ini mengakibatkan
kompetisi di antara anak perusahaan sehingga merambat pada
permasalahan operasi sistem yang lebih rumit. Kedua adalah perihal
distribusi tenaga listrik yang turut mengalami deregulasi. Hal ini
mengakibatkan perubahan pada otomatisasi dan pengendalian beban.
Sehingga di masa yang akan datang dibutuhkan GIS (Geographic
Information System), yaitu sistem pemetaan dan pengelolaan fasilitas. Di
mana sistem GIS membutuhkan biaya yang lebih tinggi.
2) Gangguan sistem saluran transmisi
Saluran transmisi memiliki fungsi utama yaitu menyalurkan energi listrik
dari pembangkit utama ke masing-masinng pusat beban. Tegangan tinggi
digunakan untuk mengurangi rugi-rugi daya sepanjang saluran transmisi.
Selain mengurangi rugi-rugi daya penggunaan tegangan tinggi dapat
menimbulkan medan magnet di sekeliling kawat penghantar. Adapun
dampak dari medan magnet yang berasal dari kawat penghantar yaitu
dapat merugikan operator pekerja dan penduduk yang tinggal didekat
saluran transmisi. Dalam pembangunan SUTET juga ada masalah-
masalah sosial, yang akhirnya berdampak pada masalah pembiayaan,
antara lain timbulnya protes dari masyarakat yang menentang
pembangunan SUTET, Permintaan ganti rugi tanah untuk tapak tower
yang terlalu tinggi tinggi, Adanya permintaan ganti rugi sepanjang jalur
SUTET dan lain sebagainya. Untuk Ruang Bebas juga sangat sulit dan
pasti timbul protes dari masyarakat, karena padat bangunan dan banyak
gedunggedung tinggi. Pada saat proses pembangunan saluran transmisi
memerlukan koordinasi dan penanganan yang kompleks, karena harus
melibatkan banyak pihak, misalnya pemerintah kota (Pemkot) sampai
dengan jajaran terbawah, PDAM, Telkom, Perum Gas, Dinas
Perhubungan, Kepolisian, dan lain-lain.
3) Gangguan sistem saluran distribusi
Secara garis besar, terdapat perbedaan paradigma antara sistem tenaga
berbasis pembangkit konvensional dengan sistem tenaga “terdistribusi”
ini. Sistem tenaga konvensional dibangun berdasarkan lokasi sumber

14
energi. Dimana sumber energi berada, di situlah pembangkit dibangun
dan dari situlah kemudian dibangun saluran transmisi dan distribusi yang
sangat panjang untuk menjangkau konsumen. Sayangnya, terkadang
tidak semua konsumen bisa terjangkau oleh sistem ini, terutama
konsumen di daerah terpencil dengan aksesibilitas terbatas. Hal inilah
yang menjadi concern di sistem tenaga terdistribusi. Sistem tenaga
terdistribusi dibangun berdasarkan lokasi beban/konsumen. Dimana
konsumen berada, di situ atau di dekat situlah sistem tenaga dibangun.
Karena kedekatan dengan konsumen ini, saluran transmisi dan distribusi
praktis tidak diperlukan lagi.

2.6 Effisiensi Dalam Sistem Saluran Transmisi


Sebelum disalurkan kepada pelanggan, trafotrafo lokal akan menurunkan
tegangan listrik (secara bertahap) menjadi 220 V. Tahap akhir dari transformator
tegangan ini, menjadi 220 V untuk digunakan oleh sekelompok pemakai, dapat
dilakukan oleh sebuah trafo yang dipasangpada tiangtiang listrik. Transformator
memainkan peranan vital dalam proses ditribusi daya. Trafo hanya dapat bekerja
dengan listrik AC. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa daya listrik
PLN dipasok dalam bentuk arus bolak - balik.

Rugi daya yang terjadi selama proses transmisi dapat dihitung dengan cara
sebagai berikut. Umpamakan bahwa tahanan kabel daya yang menghubungkan
stasiun pembangkit dengan sebuah rumah adalah 1 Ω. Umpamakan bahwa
berbagai perangkat di rumah tersebut menggunakan daya pada rating 6 kW.
Asumsikan bahwa arus didistribusikan dengan tegangan sumber 220 V.

1) Pertama hitunglah arus listrik


I = P / V = 6 kW / 220 V = 6000 W / 220 V = 27,3 A
2) Lalu hitunglah rugi-rugi daya yang terjadi pada kabel
P = I2 x R = (27,32 A)2 x 1 Ω = 745,29 W
3) Prosentase rugi-rugi daya dari seluruh daya yang diberikan ke rumah
sebesar
745,29 W / 6000 W x 100% = 12%

15
4) Sekarang, perhatikan apa yang terjadi apabila tegangan dinaikkan
menjadi 132 kV. Pada tegangan yang lebih tinggi, besarnya arus listrik
adalah
I = P / V = 6 kW / 132 kV = 6000 W / 132.000 V = 0,045 A
5) Rugi-rugi daya yang terjadi pada kabel
P = I2 x R = (0,045 A)2 x 1 Ω = 0,002 W
6) Presentase rugi-rugi daya dari seluruh daya yang diberikan ke rumah
menjadi
0,002 W / 6000 W x 100% = 0,00003%
7) Besarnya rugi-rugi daya tegangan transmisi 132 kV hanyalah 0,00003%
dari seluruh daya yang diberikan kerumah. Sehingga kita dapat
mengabaikan rugi-rugi yang terjadi pada jarak yang relatif pendek
setelah tegangan diturunkan menjadi 220 V. Hal ini merupakan alasan
utama mengapa energi listrik didistribusikan pada tegangan tinggi.

2.7 Menentukan Jarak Dalam Pembangunan Sistem Distribusi


Gardu Induk merupakan bagian vital dari sistem tenaga listrik, tanpa
adanya Gardu Induk maka tenaga listrik tidak dapat disalurkan. Sehingga
pembanguanan suatu gardu induk diperlukan perhitungan yang tepat sesuai
dengan kebutuhan. Selain itu Gardu Induk yang didesain harus aman dan dapat
diandalkan. Gardu Induk sebagai salah satu komponen pada sistem penyaluran
tenaga listrik memegang peranan yang sangat penting karena merupakan
penghubung pelayanan tenaga listrik ke konsumen. Gardu Induk menurut
pemasangan peralatan terbagi atas 2 jenis yaitu Gardu Induk Konvensional dan
Gas Insulated Substation (GIS). Dalam pembangunan Gardu Induk khususnya,
tidak akan pernah lepas dari penentuan tanah/lahan yang digunakan untuk
lokasi. Oleh sebab itu sebelum Gardu Induk dibangun pihak manajemen PT.
PLN (Persero). PLN harus menentukan lokasi yang paling baik terlebih dahulu
sebelum membangun gardu. Ada beberapa kriteria yang dijadikan pedoman
untuk menentukan lokasi Gardu Induk, diantaranya harga tanah, dampak
lingkungan, perhitungan teknis, kelayakan lokasi, analisa biaya, survei sosial
ekonomi dan sebagainya. Dalam pengambilan keputusan ini banyak terjadi

16
pertimbanganpertimbangan dan benturan-benturan dari berbagai aspek yang
memelukan banyak waktu dan biaya sehingga berdampak pada target
pembangunan yang tidak tercapai sesuai dengan yang telah ditentukan

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari materi yang disampaikan pada makalah ini, dapat ditarik
kesimpulan bahwa Pembangkit listrik kapasitas besar biasanya menghasilkan
daya listrik dengan tegangan 6-24 kV(kiloVolt), kemudian dinaikan
tegangannya di Gardu Induk oleh trafo step-up (penaik tegangan) menjadi 70 kV
dan 150 kV untuk tegangan tinggi dan 500 kV untuk tegangan ekstra tinggi
(TET). Dari gardu pembangkit, listrik akan dialirkan ke jaringan transmisi
dengan tegangan yang sudah dinaikan. Alasan menaikan tegangan adalah untuk
menurunkan arus agar meminimalisir loss daya. Tegangan 150 kV ini akan
masul ke industri skala besar.

Selain langsung ke tegangan besar, tegangan ini masuk ke Gardu Induk


untuk diturunkan menjadi 20 kV dan bisa langsung digunakan oleh industri
skala menengah. Alur berikutnya adalah daya listrik dengan tegangan 20 kV
dialirkan ke trafo distribusi (step-down) untuk diturunkan lagi menjadi 380 volt
atau 220 volt. Tegangan 220 volt inilah yang masuk ke rumah kita dan
dipergunakan untuk menyalakan listrik.

3.2 Saran
Beberapa alternatif pemecahan masalah yang dikemukakan diatas dalam
mengatasi gangguan yang terjadi pada saluran sistem tenaga listrik masih sangat
sederhana, namun solusi tersebut dapat menjadikan wawasan untuk masyarakat..
Dengan melakukan pemeliharaan jaringan secara berkala dan mengevaluasi
pengawasan terhadap permasalahan yang terjadi pada sistem saluran tenaga
listrik dapat membantu dalam mengurangi kerugian yang ditimbulkan. Melihat
dari hal itu, dalam pemeliharan disarankan untuk lebih meningkatkan kembali
menghitung kembali kerugian yang ditimbulkan agar effisiensi daya dapat

18
tersalurkan dengan maksimal dan orang lain tidak mengalami kerugian dari apa
yang dibangun dalam sistem saluran tenaga listrik. kerja sama dari semua
lapisan masyarakat diperlukan dalam mencapai tujuan baik bersama.

19
DAFTAR PUSTAKA

[1] Sinurat, Deborah I.S.B 2020, ‘Inovasi Sistem Tenaga Listrik dan Pengembangan
Pembangkitan Listrik di Indonesia Terutama di Daerah Terpencil’.

[2] Hasanah, A.W, Makkulau, A, Fadhilah, Z.F 2015, ‘Perencanaan Pengembangan


Sistem Pembangkit Listrik di Pulau Jawa’, Jurnal Sutet, Vol.5, no.1, hh. 8-13.

[3] Afandi, A.N 2020, Sistem Tenaga Listrik: Operasi Sistem dan Pengendalian,
Malang, Teknik Elektro Universitas Negeri Malang.

[4] Dwiyanto, B 2020, Sejarah dan Perkembangan Kelistrikan Indonesia, Padek, dilihat


19 Januari 2021, <https://padek.jawapos.com/opini/27/10/2020/sejarah-dan-
perkembangan-kelistrikan-indonesia/>.

[5] Update, B 2020, PLN dan Sejarah Singkat Listrik di Indonesia, kumparan, dilihat 19
Januari 2021, <https://kumparan.com/berita-update/pln-dan-sejarah-singkat-listrik-di-
indonesia-1uIWVHxGZfg/full>.

20

Anda mungkin juga menyukai