Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH ENERGY SOLUTIONS

KAPITA SELEKTA

Disusun Oleh:

Acep Saputra 2003035017


Ade Irza Fahrezi 2003035016
Rifky Arya Ramadhan 2003035009

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2023
LEMBAR PENGESAHAN MAKALAH
MAKALAH MATA KULIAH KAPITA SELEKTA

Kelompok kelompok Kelompok

Acep Saputra Ade Irza Fahrezi Rifky Arya Ramadhan


NIM. 2003035017 NIM. 2003035016 NIM. 2003035009

Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Mesin

Delvis Agusman, S.T,. M.Si,.


NIDN. 0311087002
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, karunia dan bimbingan-NYA, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini
dengan baik.

Besar harapan penulisan Makalah ini dapat membantu Mahasiswa khususnya


jurusan Teknik Mesin untuk sedikit banyak mengetahui tentang Energy Solutions. Makalah
ini juga diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang energy solutoins.

Selain itu saya ingin mengucapkan terimakasih kepada ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat-NYA dalam penulisan Makalah ini, dan tidak lupa saya mengucapkan
terimakasih kepada Dosen Kapita Selekta Bapak P. H. Gunawan, MT yang telah
membimbing saya selama proses penyusunan Makalah ini.

Di dalam penulisan Makalah ini masih banyak kekurangan dan tidak terlepas dari
segala kesalahan. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang sangat membangun sangat saya
harapkan dalam memperbaiki dan menyempurnakan hasil dari Makalah yang telah dibuat.
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat karunia-
Nya penulis dapat menyelesai penulis dapat menyelesaikan makalah kan makalah yang
tentang “Energy Solutions” ini tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini diajukan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kapita Selekta.

Penulis menyadari sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan makalah ini tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai berbagai pihak sejak penyusunan penyusunan ide
sampai dengan terselesaikannya makalah ini. Bersama ini terselesaikannya makalah ini.
Bersama ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA yang memberikan sarana dan


prasarana untuk penyusunan makalah.
2. Bapak P. H. Gunawan, MT. selaku pembimbing yang telah menyediakan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dalam penyusunan makalah ini. dalam
penyusunan makalah ini.
3. Orang tua beserta keluarga yang senantiasa memberi dukungan moral maupun
material.
4. Teman-teman yang telah meluangkan waktu untuk membantu dan memberi saran.
5. Serta pihak lain yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu atas bantuannya
secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini berguna bagi
kalangan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA bahkan masyarakat luas.

Jakarta, 10 Juli 2023

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL ....................................................................................................................................... 1
LEMBAR PENGESAHAN MAKALAH..................................................................................... 2
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. 3
PRAKATA ................................................................................................................................. 4
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 5
PENDAHULUAN............................................................................................................................ 6
BAB I ........................................................................................................................................... 7
ANALISIS POTENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DI INDONESIA .......................................... 7
Irawan Rahardjo dan Ira Fitriana ........................................................................................................ 7
Abstrak ................................................................................................................................................ 8
Pendahuluan ....................................................................................................................................... 9
Pembahasan...................................................................................................................................... 10
Penutup............................................................................................................................................. 20
Refrensi ............................................................................................................................................. 22
BAB II ........................................................................................................................................ 23
Analisis Performansi Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Air Jenis Turbin Pelton Dengan Variasi
Bukaan Katup Dan Beban Lampu Menggunakan Inverter Penulis ................................................... 23
Hery Irawan, Syamsuri, Rahmad Q ................................................................................................... 23
Abstrak .............................................................................................................................................. 24
Pendahuluan ..................................................................................................................................... 25
Pembahasan...................................................................................................................................... 26
Penutup............................................................................................................................................. 33
Referensi ........................................................................................................................................... 34
BAB III ....................................................................................................................................... 35
SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN SKALA KECIL PADA BANGUNAN BERTINGKAT ........ 35
Ibrahim Nawawi, Bagus Fatkhurrozi ................................................................................................. 35
Abstrak .............................................................................................................................................. 36
Pendahuluan ..................................................................................................................................... 37
Pembahasan...................................................................................................................................... 39
Penutup............................................................................................................................................. 44
Referensi ........................................................................................................................................... 45
PENUTUP ................................................................................................................................ 46
LAMPIRAN ................................................................................................................................. 47
PENDAHULUAN
Penggunaan energi di Indonesia masih di dominasi oleh penggunaan energi tak
terbarukan yang berasal dari fosil, khususnya minyak bumi dan batu bara, namun seiring
berjalannya waktu, ketersediaan energi fosil semakin menipis dan untuk mengantisipasinya
energi baru terbarukan (EBT) merupakan alternatif terbaik. Penggunaan energi baru dan
terbarukan harus menjadi perhatian utama pemerintah Indonesia tidak hanya sebagai
upaya untuk mengurangi pemakaian energi fosil melainkan juga untuk mewujudkan
energi bersih atau ramah lingkungan.
Penggunaan energi meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan
pertambahan penduduk. Perkembangan teknologi yang semakin pesat memicu peningkatan
kebutuhan akan energi, dalam hal ini peningkatan akan kebutuhan tenaga listrik dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat semakin meningkat.
Energi listrik, sebagai salah satu hasil pemanfaatan kekayaan alam dan
teknologi mempunyai peranan penting bagi negara dalam mewujudkan pencapaian
tujuan pembangunan nasional. Energi listrik seakan menjadi kebutuhan primer
masyarakat. Pergeseran kebutuhan energi ini dalam kebutuhan hidup masyarakat
tampak nyata di masa depan dengan kemajuan teknologi, seperti mulai dikembangkannya
kompor elektrik, alat transportasi eletrik, dan alat-alat pemenuh kebutuhan manusia lainnya
yang berbahan dasar listrik sebagai penggeraknya
Kebutuhan masyarakat akan energi listrik terus bertumbuh setiap tahunnya. Dalam
waktu yang akan datang kebutuhan listrik akan terus meningkat seiring dengan adanya
peningkatan dan perkembangan baik dari jumlah penduduk, jumlah investasi,
perkembangan teknologi termasuk didalamnya perkembangan dunia pendidikan untuk
semua jenjang pendidikan. Guna memenuhi pertumbuhan kebutuhan listrik yang
semakin meningkat, pemerintah terus berupaya untuk mengembangkan teknologi dan
membangun pembangkit-pembangkit tenaga listrik yang sesuai dengan asumsi
pertumbuhan ekonomi dan proyeksi kebutuhan listrik.
BAB I
ANALISIS POTENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DI
INDONESIA

Irawan Rahardjo dan Ira Fitriana


Abstrak
Tingginya biaya pembangkit listrik PV membuat teknologi ini kurang menarik dibandingkan
dengan pembangkit listrik konvensional. Berdasarkan MARKAL model dan asumsi bahwa
biaya investasi PV dianggap konstan 1.650 US$/kW setelah tahun 2010, PV mulai layak
secara ekonomi di tahun yang sama untuk daerah pedesaan di beberapa daerah di Indonesia.
Jika biaya investasi PV adalah diasumsikan terus menurun di setiap periode, daya saing PV
adalah meningkat dan diproyeksikan kapasitas terpasang menjadi empat kali lipat dalam
kasus dasar pada tahun 2030.

Di Pulau Jawa, PV bisa bersaing dengan pembangkit listrik lain karena di sana adalah
pembatasan pelabuhan batubara dalam hal kapasitas muat di Pulau Jawa. Di tahun 2030 PV
dapat menggantikan beberapa Pembangkit Listrik Batubara di beberapa daerah di Indonesia.
Pendahuluan
Indonesia memiliki banyak potensi energi terbarukan, seperti tenaga air (termasuk
minihidro), panas bumi, biomasa, angin dan surya (matahari) yang bersih dan ramah
lingkungan, tetapi pemanfaatannya belum optimal. Belum optimalnya pemanfaatan energi
terbarukan disebabkan biaya pembangkitan pembangkit listrik energi terbarukan, seperti
tenaga surya, tidak dapat bersaing dengan biaya pembangkitan pembangkit listrik berbahan
bakar energi fosil (bahan bakar minyak, gas bumi, dan batubara).

Indonesia terletak di garis katulistiwa, sehingga Indonesia mempunyai sumber energi


surya yang berlimpah dengan intensitas radiasi matahari rata-rata sekitar 4.8 kWh/m2 per hari
di seluruh wilayah Indonesia. Dengan berlimpahnya sumber energi surya yang belum
dimanfaatkan secara optimal, sedangkan di sisi lain ada sebagian wilayah Indonesia yang
belum terlistriki karena tidak terjangkau oleh jaringan listrik PLN, sehingga Pembangkit
Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan sistemnya yang modular dan mudah dipindahkan
merupakan salah satu solusi yang dapat dipertimbangkan sebagai salah satu pembangkit
listrik alternatif. Sayangnya biaya pembangkitan PLTS masih lebih mahal apabila
dibandingkan dengan biaya pembangkitan pembangkit listrik tenaga konvensional, karena
sampai saat ini piranti utama untuk mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik
(modul fotovoltaik) masih merupakan piranti yang didatangkan dari luar negeri.

Walaupun pemanfaatan PLTS belum optimal, tetapi sudah cukup banyak


dimanfaatkan pada perumahan atau sering disebut Solar Home System (SHS), pompa air,
televisi, komunikasi, dan lemari pendingin di PUSKESMAS di beberapa wilayah Indonesia,
khususnya di wilayah terpencil yang jauh dari jaringan listrik PLN. PLTS merupakan
teknologi yang ramah lingkungan karena tidak melepaskan polutan seperti halnya
pembangkit listrik tenaga fosil.

Untuk mendapatkan gambaran potensi penerapan PLTS di Indonesia terhadap kendala


penerapan PLTS di Indonesia dengan mempertimbangkan berbagai variasi biaya investasi,
dilakukan penelitian mengenai “Analisis Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Surya di
Indonesia”. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak dan biaya
investasi PLTS yang bervariasi. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam
menentukan pembangkit listrik alternatif terutama di daerah terpencil.
Pembahasan
METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Perangkat Lunak

Perangkat lunak (software) yang digunakan dalam penelitian ini adalah model MARKAL,
karena model ini memiliki kemampuan untuk menganalisis optimasi alternatif pembangkit
listrik dengan mempertimbangkan biaya terendah untuk pemilihan sumber energi dan
teknologi pembangkit listrik seperti ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Alir Analisis Potensi PLTS Di Indonesia

2.2 Analisis Potensi PLTS

Potensi PLTS dianalisis berdasarkan hasil keluaran model MARKAL dengan mengambil dua
kasus yaitu kasus dasar (BASE CASE) dan kasus biaya investasi PLTS bervariasi (PVCOST).
Kasus dasar merupakan kasus dimana semua kondisi diambil berdasarkan kondisi tahun
2000. Sedangkan pada kasus biaya investasi PLTS bervariasi, biaya investasi PLTS
diasumsikan berdasarkan pada penelitian Amerika Serikat, dimana pada penelitian tersebut
biaya investasi PLTS dimasa mendatang diperkirakan akan terus menurun.

Asumsi yang diperkirakan sama pada kedua kasus tersebut adalah harga minyak mentah
sebesar 28 US$/barrel, kapasitas pelabuhan penerima batubara di Pulau Jawa terbatas,
pertumbuhan tenaga listrik sebesar 7% per tahun, biaya operasi dan pemeliharaan tetap
(FIXOM) sebesar 1% dari biaya investasi, dan kurun waktu penelitian mulai tahun 2000
sampai dengan 2030.
Asumsi yang berbeda dari kedua kasus tersebut adalah biaya investasi PLTS. Biaya investasi
PLTS pada kasus dasar diasumsikan sebesar 5.830 US$/kW pada tahun 2000, 3.190 US$/kW
pada tahun 2005, dan 1.650 US$/kW pada tahun 2010 sampai akhir periode. Sedangkan biaya
investasi PLTS pada kasus PVCOST pada tahun 2000, 2005, dan 2010 diasumsikan sama
dengan kasus dasar yaitu 1.650 US$/kW, kemudian biaya investasi ini menurun menjadi
1.430 US$/kW pada tahun 2015, 1.210 US$/kW pada tahun 2020, 1.089 US$/kW pada tahun
2025, dan 968 US$/kW pada tahun 2030.

Optimisasi potensi PLTS dengan menggunakan model MARKAL pada kedua kasus tersebut,
dipertimbangkan berdasarkan biaya sistem penyediaan energi yang rendah dan dampak
penggunaan energi terhadap lingkungan yang minimal. Hasil keluaran model MARKAL yang
diperlukan untuk menganalisis perbedaan potensi PLTS di Indonesia pada kasus dasar dan
PVCOST adalah kapasitas dan produksi listrik dari PLTS, total system cost, dan total emisi
CO2.

HASIL PENELITIAN

3.1 Analisis Potensi Energi Surya

Indonesia mempunyai intensitas radiasi yang berpotensi untuk membangkitkan energi listrik,
dengan rata-rata daya radiasi matahari di Indonesia sebesar 1000 Watt/m2. Data hasil
pengukuran intensitas radiasi tenaga surya di seluruh Indonesia yang sebagian besar
dilakukan oleh BPPT dan sisanya oleh BMG dari tahun 1965 hingga 1995 ditunjukkan pada
Tabel 1.

Tabel 1. Intensitas Radiasi Matahari di Indonesia


Pada Tabel 1 terlihat bahwa Nusa Tenggara Barat dan Papua mempunyai intensitas radiasi
matahari paling tinggi di seluruh wilayah Indonesia, sedangkan Bogor mempunyai intensitas
radiasi matahari paling rendah di seluruh wilayah Indonesia. Dalam penelitian potensi PLTS
di Indonesia ini, semua wilayah baik yang mempunyai intensitas radiasi matahari paling
tinggi maupun paling rendah dipertimbangkan.

Secara umum biaya pembangkitan PLTS lebih mahal dibandingkan dengan biaya
pembangkitan pembangkit listrik tenaga fosil, pembangkit listrik tenaga air, minihidro, dan
panas bumi. Tetapi seiring dengan adanya penelitian dari Amerika yang menyatakan bahwa
biaya investasi PLTS di masa datang akan menurun, sehingga dengan dihapuskannya subsidi
Bahan Bakar Minyak (BBM) secara bertahap dimungkinkan PLTS dapat dipertimbangkan
sebagai pembangkit listrik alternatif.

Pada tahun 2002, masih banyak daerah terpencil dan pedesaan yang tidak dilewati jaringan
listrik PLN, sehingga hanya pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang dimanfaatkan di
daerah tersebut. Dengan makin sulitnya memperoleh kesinambungan pasokan minyak solar,
menyebabkan beberapa wilayah di Indonesia memanfaatkan PLTS untuk subsitusi PLTD.
Pemanfaatan PLTS khusus untuk daerah pedesaan yang kebutuhan listriknya rendah,
mengingat di daerah ini listrik diutamakan untuk penerangan. Selain untuk penerangan ada
beberapa wilayah yang memanfaatkan PLTS sebagai sumberdaya listrik untuk
telekomunikasi, lampu suar, lemari pendingin (Puskesmas), dan pompa air. Pada tahun
tersebut, total kapasitas terpasang PLTS di wilayah Indonesia hampir mencapai 3 MWp.
3.2 Analisis Perkiraan Kapasitas Listrik PLTS pada Kasus Dasar dan PVCOST

Berdasarkan output model MARKAL dari kasus dasar dan PVCOST terlihat bahwa dengan
biaya investasi PLTS sebesar 1.650 US$/kW, pada tahun 2010 PLTS sudah dapat bersaing
dengan pembangkit listrik lainnya. Walaupun pada kenyataannya pada tahun 2002 beberapa
wilayah di Indonesia telah memanfaatkan PLTS hampir sebesar 3 MWp yang diterapkan oleh
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang mengacu pada Bantuan Presiden
(BANPRES), bantuan dari luar negeri (AUSAid dan World Bank) serta beberapa badan
Pemerintah lainnya seperti Direktorat Jendral Listrik Pertambangan dan Energi (DJLPE),
Pememerintah Daerah (PEMDA) dan badan pemerintah lainnya yang dialokasikan di
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatra Utara, Riau, Sumatra Selatan, Lampung, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Timur, Maluku dan Papua. Akan tetapi pemanfaatan PLTS tersebut dalam penerapannya tidak
didasarkan pada harga ekonomi.

Pada tahun 2010, kapasitas terpasang PLTS dari kedua kasus tersebut baru sekitar 0,0075 GW
atau sekitar dua setengah kali lipat dari kapasitas terpasang pada tahun 2002. Sedangkan pada
tahun 2015 kapasitas terpasang PLTS untuk kedua kasus tersebut meningkat menjadi 0,02
GW dan pada tahun 2030 kapasitas terpasang PLTS meningkat menjadi 15,15 GW pada
kasus dasar dan 66,07 GW pada kasus PVCOST. Dengan demikian, kapasitas terpasang
PLTS pada kasus PVCOST pada akhir periode (2030) meningkat hingga 4 (empat) kali
kapasitas PLTS terpasang pada kasus dasar. Pertumbuhan kapasitas rata-rata pada kasus dasar
dan kasus PVCOST selama kurun waktu 15 tahun adalah 55,6% per tahun pada kasus dasar
dan 71,7% per tahun pada kasus PVCOST. Pertumbuhan yang sangat besar tersebut dapat
dikatakan tidak rasional, karena pada kenyataannya biaya investasi PLTS di Indonesia tidak
akan menurun secara drastis dari 5.830 US$/kW menjadi 1.650 US$/kW dan akhirnya
menjadi 968 US$/kW. Hal tersebut disebabkan piranti utama PLTS yaitu modul fotovoltaik
masih diimpor dari negara lain dan efisiensi dari modul fotovoltaik sangat rendah yaitu
sebesar 16% yang menyebabkan harga PLTS per kW masih sangat tinggi. Grafik 1
menunjukkan perkiraan biaya investasi dan kapasitas terpasang PLTS di Indonesia dari tahun
2000 sampai dengan tahun 2030 pada kasus dasar dan PVCOST.
Grafik 1. Perbandingan biaya investasi dan kapasitas PLTS (Kasus Dasar dan PVCOST)

Adanya penurunan biaya investasi pada PVCOST terhadap kasus dasar sebesar 220 US$/kW pada
tahun 2015, 440 US$/kW pada tahun 2020, 561 US$/kW pada tahun 2025, dan 682 US$/kW pada
tahun 2030 menyebabkan terjadinya peningkatan kapasitas PLTS pada PVCOST yang ditunjukkan
pada Grafik 2.

Penurunan biaya investasi PLTS tidak berbanding lurus dengan peningkatan kapasitas, dimana
penurunan biaya investasi sebesar 561 US$/kW sangat berpengaruh pada peningkatan kapasitas PLTS
yang terjadi pada tahun 2025 dengan biaya investasi PLTS sebesar 1.089 US$/kW. Hal tersebut
menunjukkan bahwa penurunan biaya investasi sebesar 561 US$/kW adalah merupakan titik jenuh
persaingan biaya investasi PLTS dengan pembangkit listrik lainnya.

Grafik 2. Penurunan biaya investasi dan Peningkatan kapasitas PLTS (Kasus Dasar dan
PVCOST)

3.2.1 Pemanfaatan PLTS per Wilayah

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada tahun 2002 total kapasitas terpasang PLTS di
wilayah Indonesia hampir mencapai 3 MWp, seiring dengan adanya Bantuan Presiden
(melalui BPPT) pada tahun 1996 tentang pemanfaatan PLTS di 15 provinsi di Indonesia,
khususnya di wilayah-wilayah terpencil yang sulit dijangkau oleh jaringan distribusi listrik
nasional (PLN) dengan kapasitas 50 Wp per rumah tangga dengan total unit sebanyak 3.430.
Selanjutnya, pemerintah mencetuskan Program Listrik Sejuta Rumah, khususnya untuk 9
provinsi di Kawasan Timur Indonesia yang sampai saat ini telah terpasang sebanyak 37.800
unit. Kemudian ditambah dengan kapasitas terpasang PLTS yang diterapkan melalui DJLPE,
Pemerintah Daerah, Departemen Kesehatan, dan Badan Pemerintah lainnya. Sayangnya
pemanfaatan PLTS ini tidak dapat berkembang, bahkan sebagian PLTS yang terpasang telah
rusak dan belum diperbaiki karena banyak mengalami kendala teknis dan ekonomi seperti
tingginya biaya investasi dan perawatan.

Sejalan dengan penurunan biaya investasi PLTS seperti yang diasumsikan pada penelitian ini,
prospek pemanfaatan PLTS di kemudian hari akan semakin terbuka, terutama di daerah yang
pasokan listriknya terbatas dan tidak terjangkau listrik PLN. Perkiraan kapasitas dan produksi
listrik PLTS di beberapa wilayah pada kasus dasar dan kasus penurunan biaya investasi PLTS
ditunjukkan pada tabel 2.

Tabel 2. Kapasitas Dan Produksi Listrik PLTS pada Kasus Dasar dan PVCOST

Sesuai hasil model MARKAL dengan biaya investasi sebesar 1.650 US$/kW, pada tahun
2010 Nusa Tenggara sudah dapat memanfaatkan PLTS untuk memenuhi kebutuhan listriknya,
pada tahun 2015 selain Nusa Tenggara, Maluku juga dapat memanfaatkan PLTS untuk
memenuhi kebutuhan listriknya. Hal tersebut sangat tepat karena kedua wilayah tersebut
mempunyai potensi intensitas radiasi matahari yang tinggi sekitar 5,7 kWh per m2 , kondisi
geografis yang terdiri dari beberapa kepulauan yang menyebabkan penduduknya tersebar,
pasokan listrik terbatas, adanya kebijakan pemerintah daerah untuk memprioritaskan
pembangunan pembangkit listrik skala kecil yang memanfaatkan sumber energi setempat dan
terbarukan, serta mengembangkan tenaga listrik yang modular yang dapat diinstalasi di lokasi
yang sulit tanpa membutuhkan jaringan transmisi dan distribusi.
Pada Tabel 2 terlihat bahwa apabila biaya investasi PLTS tetap sebesar 1.650 US$/kW, pada
tahun 2010, PLTS selain dapat diinstalasi di Maluku dan Nusa Tenggara juga dapat diinstalasi
di Kalimantan.

PLTS sangat berpotensi untuk diterapkan di Maluku karena Maluku mempunyai kondisi
geografi yang terdiri dari kepulauan. Hal tersebut yang menyebabkan produksi listrik PLTS di
Maluku meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata 6,24% per tahun, yaitu dari 0,09 PJ
pada tahun 2015 menjadi 0,32 PJ pada tahun 2030. Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara
Timur menggunakan PLTD untuk memenuhi beban puncaknya, tetapi PLTD di wilayah ini
umumnya sudah tua sehingga produksi listriknya semakin menurun, sehingga pada tahun
2010, PLTS sudah mulai berperan di kedua wilayah Nusa Tenggara dengan total produksi
listrik sebesar 0,03 PJ (kasus dasar dan PVCOST) dan meningkat menjadi 0,08 PJ (kasus
dasar) dan 0,52 PJ (PVCOST) pada tahun 2030. PLTS di wilayah ini tidak mampu bersaing
dengan PLTA dan PLTU Batubara 7 MW dan hanya menggantikan kapasitas PLTD yang
semakin berkurang.

Hampir 96% dari kapasitas terpasang PLTD berada di luar Jawa, tetapi sebagian besar PLTD
tersebut telah berusia cukup tua, misalnya PLTD di Kalimantan Timur dan Riau telah
beroperasi selama 15 sampai 25 tahun yang menyebabkan produksi listriknya semakin
menurun, kondisi ini merupakan salah satu faktor bagi meningkatnya peran PLTS.

Di wilayah Kalimantan, dalam rangka memeratakan pembangunan, pemerintah daerah


Kalimantan telah melakukan optimasi penyediaan listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik di
daerah terpencil dan terisolir dengan memanfaatkan PLTS melalui dana APBN dan APBD.
PLTS di Kalimantan dapat menunjang PLTD yang digunakan untuk memenuhi beban puncak,
khusus di Kalimantan Barat, pemanfaatan PLTS akan bersaing dengan PLTA. Produksi listrik
PLTS di Kalimantan pada tahun 2020 adalah 1,01 PJ (kasus dasar) dan 3,32 PJ (PVCOST)
dan pada tahun 2030 meningkat menjadi 4,88 PJ (kasus dasar) dan 12,68 PJ (PVCOST).
Berlainan dengan Kalimantan Barat, PLTS di Kalimantan Timur akan dapat bersaing dengan
PLTU Batubara 100 MW dengan catatan setelah biaya investasi PLTS lebih rendah dari 1.650
US$/kW, sedangkan di Kalimantan Tengah PLTS mulai berperan pada tahun 2030.

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan listrik di Sumatra dan umur PLTD yang terpasang
sudah mencapai lebih dari 15 tahun, memungkinkan pada tahun 2025 wilayah Sumatra juga
memerlukan pemanfaatan PLTS untuk menunjang pasokan listrik di wilayah tersebut,
khususnya di daerah terpencil dan di daerah yang terisolasi. Produksi listrik dari PLTS pada
tahun 2025 sebesar sebesar 17,58 PJ (kasus dasar), sedangkan pada PVCOST, pada tahun
2020 PLTS sudah mulai berperan dengan produksi listrik sebesar 0,67 PJ dan meningkat
menjadi 128,65 PJ pada tahun 2030. Meningkatnya peran PLTS di Sumatra ditunjang dari
umur PLTD di wilayah ini sudah tua, serta adanya rencana strategis pemerintah daerah untuk
memenuhi kebutuhan listrik dengan memanfaatkan sumber energi setempat seperti
mini/mikrohidro dan energi surya sejak tahun 2005.

Seperti halnya di wilayah Sumatra, di Jawa pertumbuhan konsumsi tenaga listrik rata-rata
dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2003 mencapai 7% per tahun, apabila pertumbuhan
konsumsi tenaga listrik rata-rata diasumsikan tetap, pada tahun 2030 Jawa diperkirakan
membutuhkan PLTS sebesar 12,16 GW. Hal tersebut dipicu dengan terbatasnya pasokan gas
bumi, BBM, dan batubara pada pembangkit listrik, mengingat gas bumi lebih diutamakan
untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dan bahan bakar di sektor industri, sedangkan BBM
lebih diutamakan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar di sektor transportasi. Selain itu,
untuk meningkatkan pemakaian batubara harus ditunjang pengembangan pelabuhan penerima
batubara di Jawa. Pengembangan pelabuhan penerima batubara di Jawa memerlukan lahan
sangat luas dengan biaya investasi yang relatif besar. Akan tetapi pemanfaatan PLTS sebesar
12,16 GW pada kasus dasar dan 46,65 GW pada kasus PVCOST di Jawa dan 16,85 GW pada
kasus PVCOST di Sumatra dapat dikatakan tidak rasional mengingat masih ada sumber
energi setempat yang dapat dimanfaatkan seperti mini/mikrohidro dan panas bumi yang
belum dimanfaatkan secara optimal.

3.2.2 Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar terhadap Total Biaya Sistem

Hasil keluaran model MARKAL menunjukkan bahwa selama jangka waktu 30 tahun (2000-
2030) besarnya total biaya sistem pemenuhan kebutuhan energi adalah 678.140 juta US$
pada kasus dasar dan kasus PVCOST adalah sebesar 675.854 juta US$. Penurunan total biaya
sistem pada kasus PVCOST ini disebabkan adanya penurunan penggunaan energi fosil,
seperti minyak, gas, batubara, dan nuklir. Sehingga peningkatan penggunaan energi
terbarukan tidak berpengaruh terhadap penurunan biaya sistem, karena peningkatan kapasitas
pembangkit listrik tertinggi terjadi pada pembangkit listrik tenaga air termasuk
mini/mikrohidro yang biaya investasinya relatif murah, sedangkan PLTS kapasitasnya relatif
kecil dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga air.

Pengaruh yang sangat besar terhadap penurunan biaya sistem adalah pada penurunan PLTN,
karena biaya investasi PLTN lebih tinggi dibanding dengan pembangkit listrik fosil. Hal
tersebut mengakibatkan perbedaan kapasitas yang relatif kecil akan berdampak pada
penurunan total biaya sistem yang cukup berarti apalagi ditunjang dengan adanya penurunan
kapasitas pembangkit listrik fosil. Untuk pembangkit listrik yang berbahan bakar minyak dan
batubara pada perbedaan penggunaan yang besar baru sangat berpengaruh terhadap
penurunan total biaya sistem, karena biaya investasi dan distribusi serta penambangan dari
minyak bumi dan batubara relatif rendah, apalagi harga BBM masih disubsidi.

Berdasarkan hasil model ternyata penurunan penggunaan energi minyak dan batubara sebesar
10.684 PJ dan 10.162 PJ akan sangat berpengaruh terhadap penurunan total biaya sistem.
Berlainan dengan gas bumi walaupun penurunan penggunaan energi gas sebesar 183 PJ
sedikit berpengaruh terhadap penurunan total sistem biaya akan tetapi peranan penurunan gas
bumi terhadap penurunan total sistem biaya tidak dapat diabaikan. Pengaruh penggunaan
bahan bakar terhadap total biaya sistem ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar terhadap Total Biaya Sistem

3.2.3 Perbedaan Emisi CO2 pada Kasus Dasar dan PVCOST

Sebagaimana diketahui PLTS adalah termasuk pembangkit listrik bersih dan tidak
menghasilkan CO2 seperti pembangkit listrik energi fosil. Perbedaan emisi CO2 pada kasus
dasar dan kasus PVCOST dipicu dengan adanya perbedaan penggunaan energi minyak dan
batubara, sedangkan penggunaan gas hanya sedikit berpengaruh. Pengurangan penggunaan
minyak, batubara dan gas bumi pada PVCOST dari kasus dasar terhadap total konsumsi
energi pada tahun 2030 lebih besar dibandingkan pada tahun 2010, sehingga pengurangan
emisi CO2 pada tahun 2030 menjadi paling optimal. Pada tahun 2030 diasumsikan bahan
bakar fosil sudah semakin terbatas dan sebagai gantinya untuk memenuhi kebutuhan listrik
akan ditunjang dari PLTN dan pembangkit listrik energi terbarukan. Sedangkan pada tahun
2015 sampai dengan tahun 2025, penggunaan batubara dan gas bumi pada PVCOST sedikit
lebih tinggi dibandingkan dengan kasus dasar yang berakibat pada peningkatan besarnya
CO2. Peningkatan penggunaan batubara dan gas bumi dipicu adanya peningkatan kebutuhan
listrik tetapi pemanfaatan PLTD di seluruh wilayah Indonesia terbatas. Perbandingan emisi
CO2 pada kasus dasar dan PVCOST ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Perbandingan Emisi CO2 pada Kasus Dasar dan PVCOST
Penutup
KESIMPULAN

Intensitas radiasi matahari rata-rata di seluruh wilayah Indonesia sekitar 4,8 kWh/m2 yang
berpotensi untuk membangkitkan energi listrik dan dapat digunakan sebagai sumber energi
alternatif. Kendala yang dihadapi pada penerapan PLTS di Indonesia adalah tingginya biaya
investasi, piranti utama PLTS yaitu modul fotovoltaik masih diimpor dari negara lain dan
efisiensi dari modul fotovoltaik hanya sebesar 16% yang menyebabkan harga PLTS per kW
masih sangat tinggi. Oleh karena itu untuk meningkatkan kapasitas terpasang dari PLTS,
Pemerintah perlu mengeluarkan regulasi atau menambah kandungan lokal terhadap
pembuatan piranti pendukung PLTS. Penambahan kandungan lokal tersebut akan menekan
biaya pembangkitan PLTS sehingga PLTS menjadi lebih beralasan sebagai pembangkit listrik
alternatif.

Hasil keluaran model MARKAL mengidentifikasikan bahwa pada kasus dasar meskipun
biaya investasi tetap konstan sebesar 1.650 US$/kW, PLTS sejak tahun 2010 dapat bersaing
dengan pembangkit listrik lainnya, bahkan setiap periode terjadi kenaikan kapasitas. Hal ini
disebabkan pada tahun 2010 PLTD di beberapa wilayah Indonesia, khususnya di wilayah-
wilayah terpencil seperti di Maluku, Nusa Tenggara dan Kalimantan kapasitasnya berkurang,
sehingga untuk daerah yang berpotensi memanfaatkan PLTS akan menggantikan kekurangan
kapasitas PLTD dengan PLTS. Selain kapasitas PLTD berkurang karena umurnya juga karena
biaya bahan bakarnya yang semakin mahal dengan adanya penghapusan subsidi BBM secara
bertahap.

Peningkatan kapasitas PLTS juga dipicu dengan penurunan biaya investasi, sehingga
diasumsikan apabila biaya investasi terus menurun di setiap periode (PVCOST), pada akhir
periode (tahun 2030) kapasitas terpasang PLTS diproyeksikan dapat mencapai lebih dari 4
kali kapasitas terpasang PLTS pada kasus dasar. Kenaikan kapasitas PLTS yang tinggi pada
akhir periode ini terjadi di wilayah Jawa dan Sumatra.

Peranan PLTS di Jawa dan Sumatra disebabkan gas bumi dan bahan bakar minyak sudah
terbatas, sehingga gas bumi lebih diutamakan untuk memenuhi kebutuhan industri dari pada
untuk pembangkit listrik.
Di Sulawesi, PLTS baru dapat bersaing dengan pembangkit energi lain bila biaya investasi
diturunkan hingga di bawah 1.650 US$/kW sebagaimana diasumsikan pada kasus penurunan
biaya investasi PLTS (PVCOST).

Maluku dan Nusa Tenggara yang kondisi geografisnya terdiri dari kepulauan dengan biaya
investasi sebesar 1.650 US$/kW, PLTS sudah dapat bersaing dengan pembangkit lain, dan
dengan semakin menurunnya biaya investasi PLTS, peran PLTS di kedua wilayah itu akan
semakin meningkat.

PLTS di Papua tidak dapat bersaing dengan pembangkit lain, karena Papua mempunyai
beberapa sumber energi (tenaga air, gas bumi, minyak bumi, dan batubara) yang berpotensi
untuk menghasilkan listrik melalui PLTA, PLTD, PLTG dan Cogeneration, sehingga semurah
apapun biaya investasi, PLTS tetap tidak terpilih.
Refrensi
DAFTAR PUSTAKA

1. AusAID – ASEAN, AAECP Energy Policy and System Analysis Project, Third
National Policy Study for Indonesia, The Future Technologies for Power Plant in
Indonesian Regions with Particular Reference to the Use of Renewable Energy and
Small Scale Coal Steam Power Plant, 2004.
2. BPPT. Out put model MARKAL
3. Fitriana, I., Evaluation of Socio-Economic Aspects Of Solar Home System
Programme Implementation In Indonesia, 2003
4. Schweizer-Ries, P., Fitriana, I., The BANPRES-LTSMD-Programme, Report on the
Questionaire, ISE – Fraunhofer, 1998
5. http: www.infobmg.com.
BAB II
Analisis Performansi Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Air Jenis Turbin
Pelton Dengan Variasi Bukaan Katup Dan Beban Lampu Menggunakan
Inverter

Penulis
Hery Irawan, Syamsuri, Rahmad Q
Abstrak
Krisis energi yang melanda dunia akhir-akhir ini menjadi perhatian masyarakat dalam
mencari yang baru sumber energi yang lebih murah dan tersedia dalam jumlah besar.
Alternatifnya adalah energi sumber untuk menggerakkan turbin. Dalam hal ini, air secara
bertahap akan mengubah energi potensial menjadi energi kinetik yang kemudian menjadi
energi mekanik untuk menggerakkan poros turbin. Dengan cara ini, Sumber daya yang
dihasilkan dapat menggerakkan alat-alat lain yang dibutuhkan seperti generator yang
menghasilkan listrik saat ini. Turbin yang digunakan dalam penelitian ini adalah turbin pelton
dengan inverter. Perbandingan dari berbagai daya lampu yaitu 3,5,9, dan 12 watt dianalisis.
Pengumpulan data dilakukan pada variabel kapasitas air, tegangan, arus listrik, daya listrik,
dan daya hidrolik. Itu Daya listrik tertinggi 1.761 watt terjadi pada daya lampu 9 watt dan
bukaan valve 900. Lampu ini memiliki nilai kapasitas maksimal (Q) 1.565x10-3 m3/s,
tegangan 0,2 V, arus listrik 7,87 A, daya listrik 1.761 watt, dan daya hidrolik 7.571 watt.
Pendahuluan
Kebutuhan listrik dewasa ini kian meningkat, berbagai upaya terus dilakukan baik
mencari potensi baru atau pun dengan mengembangkanteknologinya. Mengingat sumber
energi yang digunakan untuk pembangkit energi listrik sebagian besar berasal dari bahan
bakar fosil seperti minyak, gas dan batu bara maka ketergantungan terhadap bahan bakar fosil
mengakibatkan menipisnya cadangan sumber energi tersebut. Faktor inilah yang menjadi
tantangan tersendiri untuk menjauhkan diri dari ketergantungan terhadap minyak bumi,gas
alam, dan batubara.

Berdasarkan Ceri Steward Poea dkk (2013), Syamsul Kamal dan Prajitno (2013),
Bono dan Indarto (2008) bahwa permasalahan ketergantungan dgn energi fosil dikurangi
dengan melakukan suatu upaya mencari alternatif energi lain yakni energi air. Salah satunya
adalah pembangkit listrik tenaga air menggunakan turbin pelton. Turbin pelton merupakan
salah satu jenis turbin air yang prinsip kerjanya memanfaatkan energi potensial air sebagai
energi listrik tenaga air. Prinsip kerja turbin pelton adalah memanfaatkan daya fluida dari air
untuk menghasilkan daya poros. Putaran poros turbin ini akan diubah oleh generator menjadi
tenaga listrik.

Penelitian ini didasari penelitian sebelumnya oleh Didik S (2014), penulis mencoba
meningkatkan putaran yang dihasilkan turbin dengan bantuan inverter , sehingga dapat
menyalakan beban lampu. Untuk penelitian kali ini adalah analisis performansi sistem
pembangkit listrik tenaga air jenis turbin pelton dengan variasi bukaan katup dan beban
lampu mengunakan inverter.
Pembahasan
Kajian Literatur Turbin Air

Turbin air adalah turbin yang menggunakan fluida kerja air. Air mengalir dari tempat tinggi
ke tempat rendah. Dalam hal tersebut air memiliki energi potensial. Dalam proses aliran di
dalam pipa energi potensial berangsur-angsur berubah menjadi energi kinetik. Di dalam
turbin, energi kinetik air diubah menjadi energi mekanis, di mana air memutar roda turbin
(Sularso dan Haruo, 1983).

Prinsip Kerja Turbin Air

Pada roda turbin terdapat sudu, yaitu suatu konstruksi lempengan dengan bentuk dan
penampang tertentu, air sebagai fluida kerja mengalir melalui ruangan diantara sudu tersebut,
dengan demikian roda turbin akan dapat berputar dan pada sudu akan ada gaya yang bekerja.
Gaya tersebut akan terjadi karena ada perubahan momentum dari fluida kerja air yang
mengalir diantara sudu-sudunya. Sudu hendaknya dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat
terjadi perubahan momentum pada fluida kerja air tersebut (Wiranto, 1997).

Jenis-jenis Turbin

Pengelompokkan jenis turbin dapat didasarkan dari cara kerjanya, konstruksinya


(susunanporos dan pemasukkan air) dan kecepatan spesifiknya.

a. Jenis turbin menurut cara kerjanya

1. Turbin aksi atau turbin impuls adalah turbin yang berputar karena adanya gaya impuls dari
air. Yang termasuk kedalam turbin jenis ini yaitu turbin pelton.

2. Pada turbin reaksi air masuk kedalam jaringan dalam keadaan bertekanan dan kemudian
mengalir ke sudu. Yang termasuk kedalam jenis ini adalah turbin francis dan kaplan.

b. Jenis turbin berdasarkan susunan poros

1. Turbin poros horisontal, yang termasuk turbin jenis ini adalah turbin propeller dan turbin
pelton.

2. Turbin poros vertikal, yang termasuk turbin jenis ini adalah turbin crossflow, francis dan
kaplan.
Daya Turbin

Daya turbin air ditentukan oleh besarnya debit air dan tinggi jatuh air (head) serta efisiensi
dari turbin air tersebut

Debit Air

Debit air merupakan hal yang sangat menentukan dalam perencanaan turbin air, karena daya
yang dihasilkan oleh turbin sangat tergantung pada debit air yang tersedia.

Dimensi Utama Turbin Pelton

Standarisasi untuk penentuan suatu turbin pelton telah ditetapkan. Jadi untuk perancangan
turbin pelton ini, cukup mengetahui dimensi dari diameter nosel (d) dan diameter lingkaran
tusuk (Dlt)

Inverter

Inverter adalah rangkaian elektronika daya yang di gunakan untuk mengkonversikan


tegangan searah (DC) ke suatu tegangan bolak-balik (AC).Fungsi lain alat ini adalah dapat
merubah putaran dari motor listrik.

Metode

Penelitian awal yang dilakukan yaitu mencari data pengaruh bukaan katup terhadap
performansi turbin pelton dan performansi turbin pelton apabila dibebani lampu. Untuk
mengatahui langkah–langkah dalam peneilitian ini bisa dilihat pada diagram alir penelitian.
A. Diagram Alir.

B. Turbin Pelton

1. Pompa sentrifugal
2. Pompa suction
3. Pipa discharge
4. Manometer
5. Discharge supply valve
6. Beban (lampu)
7. V-noth dan bak penampungan
8. Sudu turbin
C. Skema instalasi turbin
Keterangan data properties laboratorium :

1. Kran buka penuh


2. Sudut V-nocth = 30
3. Tekanan manometer (P2) 0,55
4. Diameter pipa discharge 0,05 m
5. Bahan pipa riged pvc
6. Koefisien gesek 0,016
7. Panjang pipa 2,5 m
8. Suhu ruangan 29-30
9. Losser mayor =
10. Losser minor = 1. gate valve 8 2. elbow : 2(30)

Hasil dan Pembahasan Analisa dengan beban lampu 3 watt

Pada gambar 4 terlihat bahwa semakin besarnya debit,maka putaran poros yang dihasilkan juga
bertambah besar. Hal ini disebabkan karena kecepatan semburan yang dihasilkan semkain besar
menghasilkan debit yang semakin banyak pula,dengan luas penampang yang sama hal ini sesuai
dengan teori tentang daya turbin yakni Daya hidrolis = ρ . g . H . Q sementara daya poros itu T . ω jika
daya hidrolis sama dengan daya poros atau Ph = ρ. G . H . Q = P poros = T . ω yang mana ρ . g . H . Q =
T . ω artinya bak Q besar maka ω juga besar. Dalam arti jika debit semakin besar maka putaran poros
juga besar

Gambar 5 di atas adalah hubungan antra putaran poros turbin terhadap tegangan listrik yang
dihasilkan. Pada gambar tersebut terlihat bahwa ketika rpm meningkat maka volt yang
dihasilkan juga meningkat,fenomena ini disebabkan karena terjadi perubahan energi kinetik
air menjadi energi listrik yang dihasilkan turbin pelton. Semaki besar rpm semakin besar pula
volt yang dihasilkan. Energi listrik yang dihasilkan tergantung dari besaranya putaran poros
generator listrik yang dihasilkan. Hal ini memiliki kesamaan hasil dari peneliti sebelumnya
oleh Hamidi dkk (2006) dan Didik Sugiono (2014).

Gambar 6 ini merupakan gambar hubungan antara Rpm terhadap arus listrik yang terjadi
dalam gambar tersebut terlihat bahwa, semakin tinggi Rpm maka arus lingtrik yang di
hasilkan semakin besar juga,hal ini di sebabkan karena terjadi perubahan energi kinetic air
menjadi energy listrik yang dihasilkan oleh turbin pelton.Energi listrik yang terjadi semakin
besar karena terjadi peningkatan besarya energy kinetik. Hal ini juga sesuai teori daya
hidraulik dari air P = ρ . g . H.Q, sementara daya listrik P = V . I. Jikalau Q nya besar artiya
rpm juga besar dan bila daya hidrolik besar maka daya listriknya juga besar dalam hal ini arus
listrik juga besar.

Perbandingan dinamo sepeda (lampu led) degan dinamo print baner untuk beban yang sama
(lampu 3 watt)

Gambar 7 ini merupakan gambar hubungan antara putaran poros turbin terhadap debit
mengunakan dinamo sepeda (Didik S) dan dinamo print banner (Rahmat Q). Gambar ini
menunjukan bahwa hasil analisa milik Rahmad Q(2017) menghasilkan kapasitas debit yang
lebih tinggi dari pada hasil analisa Didik S (2014). Hal ini disebabkan karena dengan adanya
inverter (Rahmat Q ,2017) akan mengurangi gesekan transmisi yang terjadi, sehingga
kecepatan semburan yang dihasilkan semakin besar dan menghasilkan debit yang semakin
banyak pula.

Pengaruh variasi bukaan katup terhadap daya dan efisiensi pada beban lampu 9 watt
efisiensi untuk beban lampu 9 watt. Pada tabel terlihat bahwa dengan semakin besar bukaan
katup maka daya listrik dan efisiensi juga semakin besar. Hal ini dikarenakan semakin besar
bukaan katub semakin besar pula aliran yang keluar mengenai sudu turbin, sehinga semakin
besar pula putaran poros turbin yang otomatis semakin besar pula putaran poros dinamo.
Akhirnya, semakin besar pula daya listrik dihasilkan. Begitu juga halnya dengan efisiensi.
Penutup
Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan analisa data-data pada penelitian performa
turbin air pelton adalah sebagai berikut:

1. Untuk daya listrik maksimum dari keempat beban lampu 3,5,9 dan 12 watt adalah dimana
daya listrik tertinggi diperoleh pada beban lampu 9 watt dan pada buka katub 90° dengan
perolehan 1,761 watt.

2. Dengan semakin besar bukaan katup maka semakin besar pula daya listrik yang di
hasilkan.
Referensi
Fox dan Mc Donald. 2011. Introduction to Fuild Mechanic, Eight Edition SI Version, John
Wiley & Sons,Inc. Singapura

Sularso dan Haruo Tahara. 1983. Pompa & Kompresor, Cetakan Ketujuh, PT Paradya
Paramita, Jakarta.

Didik Sugiono. 2014. Analisa Performa Turbin Air Pelton Dengan Sudu Antara 14,16 dan 18
Untuk Menyalakan Lampu, Skripsi Jurusan Teknik Mesin, Institut Teknologi Adhi Tama
Surabaya, Surabaya.

Wiranto A dan Kuwahara .1991. Pembangkitan dengan Tenaga Air, Jilid I, PT.Pradja
Paramita, Jakarta.

Ceri Steward Poea, G.D. Soplanit dan Jotje Pantung.2013. Perencanaan turbin air mikro hidro
jenis pelton untuk pembangkit listrik di desa kali kecamatan pineleng dengan head 12 meter.
Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Samsul Kamal dan Prajitno.2013.Evaluasi unjuk kerja turbin air pelton terbuat dari kayu dan
bambu sebagai pembangkit listrik ramah lingkungan untuk pedesaan, Jurnal Manusia dan
Lingkungan, Vol.20, No.2, pp.190- 198.

Bono dan Indarto.2008.Karakteritik daya turbin pelton mikro dengan variasi bentuk sudu,
Seminar Nasional Aplikasi Sain dan Teknologi, IST AKPRIN, Yogyakarta.

Hamidi,Supandi dan Agus Rohermanto. 2006. Rancang Bangun Model Turbin Pelton Mini
Sebagai Media Simulasi/Praktikum Mata Kuliah Konversi Energi dan Mekanika Fluida,
Dosen Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Pontianak, Pontianak.
BAB III
SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN SKALA KECIL
PADA BANGUNAN BERTINGKAT

Ibrahim Nawawi, Bagus Fatkhurrozi


Abstrak
Krisis energi saat ini sekali lagi mengajarkan kepada kita, bangsa Indonesia bahwa
usaha serius dan sistematis untuk mengembangkan dan menerapkan sumber energi
terbarukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil perlu segera
dilakukan. Penggunaan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan, terutama yang
dapat mengurangi berbagai dampak buruk yang ditimbulkan akibat penggunaan BBM.
Desakan untuk meninggalkan minyak bumi sebagai sumber pengadaan energi nasional saat
ini terus digulirkan oleh berbagai pihak, termasuk dari pemerintah sendiri. Langkah tersebut
diperlukan agar Indonesia keluar dari krisis energi yang berkelanjutan.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui besarnya energi listrik yang dihasilkan oleh
seperangkat pembangkit listrik tenaga angin dengan kincir tipe horosontal dengan
memanfaatkan ketinggian gedung,mengetahui adanya keterkaitan atau hubungan antara
kecepatan angin dengan daya output pada pembangkit listrik tenaga angin, dan merancang
suatu sistem pembangkit listrik tenaga angin skala kecil yang mampu menghasilkan daya 50-
100 watt.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Hasil
penelitian menunjukkan kincir angin mampu mengikuti datangnya arah angin sehingga hasil
yang diperoleh cukup maksimal. Hasil pengukuran kecepatan angin untuk lokasi penempatan
di depan gedung laboratorium Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tidar
diperoleh rata-rata kecepatan angin sebesar 1,53 m/s dan tidak mampu menghasilkan
tegangan keluaran,. Sedangkan untuk lokasi penempatan kincir angin di atas gedung lantai 4
Fakultas Ekonomi Universitas Tidar rata-rata kecepatan angin yang diperoleh 5,52 m/s dan
dapat menghasilkan tegangan keluaran 78,47 volt AC. Generator akan menghasilkan
tegangan keluaran minimal kecepatan angin sebesar 2,5 m/s. Daya maksimal yang dihasilkan
172 watt dengan efisiensi daya inverter sebesar 80% atau 138,24 watt.
Pendahuluan
Krisis energi saat ini sekali lagi mengajarkan kepada kita, bangsa Indonesia bahwa
usaha serius dan sistematis untuk mengembangkan dan menerapkan sumber energi
terbarukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil perlu segera
dilakukan. Penggunaan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan, terutama yang
dapat mengurangi berbagai dampak buruk yang ditimbulkan akibat penggunaan BBM.
Desakan untuk meninggalkan minyak bumi sebagai sumber pengadaan energi nasional saat
ini terus digulirkan oleh berbagai pihak, termasuk dari pemerintah sendiri. Langkah tersebut
diperlukan agar Indonesia keluar dari krisis energi yang berkelanjutan.

Sugiarmadji dan Djojohardjo (1990) dalam penelitiannya mengenai perancangan


kincir angin sudu majemuk untuk pemompaan air/pertanian jenis EN-SM-03 menyatakan
bahwa dengan kincir angin sudu majemuk dapat memberikan kapasitas 50 l/menit untuk
tinggi pemompaan 6 m pada kecepatan angin 3 m/s – 4 m/s.

Sedangkan Ginting (1990) yang melakukan pengkajian energi listrik yang dihasilkan
turbin angin 200 W untuk penggunaan pada rumah tangga di pedesaan menyatakan bahwa
penyediaan energi listrik oleh turbin angin 200 W sesuai dengan karakteristik prestasinya dan
bervariasi menurut distribusi kecepatan angin yang tersedia di lokasi pemasangan. Disamping
itu karena penyediaan energi listrik oleh energi angin terbatas menurut distribusi dan jumlah
energi yang dihasilkan, maka energi yang berlebih pada saat energi turbin angin melebihi
kebutuhan dapat digunakan untuk beban berguna lainnya.

Soeripno (1991) yang melakukan penelitian mengenai uji coba pemanfaatan sistem
konversi energi angin untuk pengairan sawah di Desa Tenjoayu Serang menyatakan bahwa
kecepatan angin 1 m/s dapat menghasilkan air sejumlah 42 liter/menit, sedangkan kecepatan
angin 3,5 m/s dapat menghasilkan air sejumlah 166,68 liter/menit pada tinggi pemompaan 3
meter.

Himran (2000) dalam penelitiannya mengenai penggunaan energi angin di Kota


Makassar menyatakan bahwa dengan kecepatan angin rata-rata 2,27 m/s penggunaan energi
angin kurang efisien, sehingga perlu penyempurnaan pada desain kincir angin.

Pakpahan (2000) yang meneliti mengenai identifikasi permasalahan dan pemecahan


pemakaian energi angin di Indonesia menyatakan bahwa potensi energi angin di Indonesia
besar namun dalam pengolahannya masih memerlukan banyak perbaikan baik dalam hal
sumber daya manusia yang menanganinya maupun dalam hal desain peralatan yang
digunakan.

Energi listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga angin merupakan fungsi
dari kecepatan angin dan luas bidang sapuan udara pada sudusudu angin (turbine blade).
Untuk pembangkit listrik tenaga angin berskala kecil (small wind Power) dengan daya 20 –
500 watt, umumnya membutuhkan kecepatan angin minimal 4,0 – 4,5 m/s (clark, 2003).

Analisis Teknis Sudu Kincir Angin Tipe Sumbu Horizontal Dari Bahan Fibreglass.
Tenaga yang dihasilkan oleh kincir angin berkisar antara 0,037 Hp sampai 0,053 Hp,
(Desriansyah, 2006) Salah satu jenis turbin angin adalah Turbin Angin Sumbu Vertikal
(TASV). Turbin ini memiliki poros atau sumbu rotor utama yang disusun tegak lurus.
Kelebihan utama susunan ini adalah turbin tidak harus diarahkan ke angin untuk
menghasilkan energi listrik. Kelebihan ini sangat berguna di tempattempat yang arah
anginnya sangat bervariasi. TASV mampu mendayagunakan angin dari berbagai arah. TASV
terdiri dari beberapa jenis turbin angin, salah satunya adalah turbin angin savonius. Jenis ini
memiliki kemampuan self-starting yang bagus, sehingga hanya membutuhkan angin dengan
kecepatan rendah untuk dapat memutar rotor dari turbin angin ini. Selain itu, torsi yang
dihasilkan turbin angin jenis savonius relatif tinggi (Sargolzei, 2007).

Kondisi cuaca yang selalu berubah sehingga kecepatan angin yang diperoleh tidak
konstan dan cenderung rendah mengakibatkan energi listrik yang dihasilkan kurang optimal.
(Hasyim dkk, 2010). Secara umum sebagian besar turbin angin mulai menghasilkan daya
listrik pada kecepatan angin 4 m/s dan akan berhenti tidak menghasilkan energi pada
kecepatan angin 25 m/s (Sarkar dan Bahera, 2012).

Turbin angin sumbu tegak merupakan alternatif pembangkit tenaga listrik yang dapat
diaplikasikan baik di daerah pesisir maupun perkotaan karena turbin angin jenis selalu dapat
berputar walaupun didaerah yang memiliki tiupan angin berkecepatan rendah dan berubah-
ubah. (Dita Rama Insiyanda, dkk, 2015) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
besarnya energi listrik yang dihasilkan oleh seperangkat pembangkit listrik tenaga angin
dengan kincir tipe horosontal dengan memanfaatkan ketinggian gedung,mengetahui adanya
keterkaitan atau hubungan antara kecepatan angin dengan daya output pada pembangkit
listrik tenaga angin, dan merancang suatu sistem pembangkit listrik tenaga angin skala kecil
yang mampu menghasilkan daya 50-100 watt.
Pembahasan
2. METODE PENELITIAN

2.1 Metode

Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kepustakaan dan metode penelitian
eksperimen. Metode studi kepustakaan dilakukan untuk mencari materi yang mendukung dan
sesuai dengan materi skripsi disamping sebagai bahan perbandingan dasan teori dari
rangkaian yang dibuat. Sedangkan metode penelitian eksperimen adalah penelitian yang
dilakukan dengan mengadakan manipulasi pada obyek penelitian serta adanya kontrol. Dalam
penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Dalam penelitian ini alat
uji dipilih untuk diteliti. Jadi eksperimen merupakan observasi dibawah kondisi buatan,
diamana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh peneliti. Pola eksperimen yang dipakai
adalah model one shot case study. Penelitian model ini sering disebut sebagai model sekali
tembak, yaitu menggunakan suatuperlakuan atautreatment hanya satu kali selanjutnya
dianalisis.

Model one shoot case study ini dipilih karena berguna untuk pendekatan masalah-masalah
yang dapat diteliti. Model one shoot case study juga dapat digunakan untuk mengembangkan
ide atau gagasan-gagasan yang muncul setelah dilakukan penelitian.

2.2 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian dimulai dengan mempelajari referensi dan literatur serta hasil penelitian
yang pernah dilakukan oleh orang lain. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan survei ke
dua lokasi yaitu di depan gedung laboratorium Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik dan
lokasi ke dua di atas lantai 4 gedung Fakultas Ekonomi Universitas Tidar dan melakukan
pengukuran kecepatan angin yang ada. Tahap kedua adalah memilih kincir angin dan
merancang dudukannya menentukan kebutuhan rangkaian pengendali, inverter dan pemilihan
baterei/accu. Tahap ke tiga melakukan evaluasi rancangan sistem selanjutnya tahap keempat
melakukan pengukuran dan uji coba kelayakan perangkat apakah sudah sesuai dengan
perancangan dan menghasilkan daya yang direncanaka atau belum. Jika belum sesuail maka
kembali ke tahapan ke tiga yaitu melakukan perbaikan sistem angin dan seterusnya. Tahap
kelima merakit sistem pada kotak panel kemudian pada tahap kelima dilakukan analisis dan
perhitungan terhadap hasil pengukuran sistem. Tahap keeenam menyusun laporan dan selesai.
Tahapan penelitian ditunjukkan pada Gambar 4.1.
Gambar 2.1 Diagram alir tahapan penelitian

2.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan dalam waktu 5 bulan dimulai dari penandatanganan kontrak penelitian.
Penelitian akan dilakukan di dua lokasi yaitu di depan gedung laboratorium Jurusan Teknik
Elektro Fakultas Teknik dan di atas lantai 4 gedung Fakultas Ekonomi. Perancangan dan
perakitan di lakukan di laboratorium Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Tidar.
2.4 Perangkat dan komponen yang digunakan Secara diagram blok komponenkomponen
sistem pembangkit listrik tenaga angin skala kecil ditunjukkan pada Gambar 4.2.

Gambar 2.2 Diagram sistem pembangkit listrik tenaga angin skala kecil

Komponen-komponen pembangkit listrik tenaga angin skala kecil ini meliputi :

1. Kincir angin dengan jumlah sudu-sudu (blades) 5 buah. Kincir angin ini dilengkapi dengan
ekor yang berfungsi sebagai pengarah datangnya angin. Sehingga angin yang diterima dapat
berasal dari segala arah. Kincir angin ini dapat melakukan pengereman sendiri jika kecepatan
angin melebihi kapasitasnya yaitu 90 km/jam.

2. Generator tiga fase magnet permanen, putaran rotor 900 rpm. Generator ini mampu
menghasilkan tegangan keluaran AC 3 fase jika rotornya diputar oleh kincir minimal dengan
kecepatan angin 2,5 m/s.

3. Unit pengendali (control). Unit ini berisi rangkaian pengubah tegangan AC menjadi DC
dan ragkaian pengisi baterei/accu secara otomatis. Jika baterei/accu sudah penuh maka
pengisian dihentikan dan masukan dibuang.

4. Baterei/accu sebagai media penyempan berjumlah 2 unit masingmasing 12 VDC/ 3,6 AH;
5. Satu unit inverter dengan input 24 volt DC dan tegangan output 220 volt AC dengan
kemampuan daya 1000 watt. 6. Beban yang digunakan berupa lampu bohlamp.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengujian Rata-rata tegangan keluaran dari generator pada seluruh pengujian
ditunjukkan pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Rata-rata Tegangan Keluaran untuk seluruh pengujian


Dari tabel 3.1 terlihat bahwa rata-rata kecepatan angin terendah 1,53 m/s dan tidak mampu
menghasilkan tegangan keluaran terjadi pada tanggal 8 Oktober 2016 dan rata-rata kecepatan
angin terbesar 5,52 m/s dapat menghasilkan tegangan keluaran 78,47 volt AC. Pada Gambar
5.17 ditunjukkan grafik rata-rata kecepatan angin mulai pukul 08.00 – 16.00, sedang Gambar
3.1 diperlihatkan grafik keluaran tegangan generator terhadap kecepatan angin.

Gambar 3.2 Grafik rata-rata kecepatan angin

Gambar 3.3 Grafik rata-rata tegangan keluaran generator


Pada gambar 3.2 ditunjukkan bahwa kecepatan angin yang mampu memutar generator
minimal sebesar 2,5 m/s semakin tinggi kecepatan angin maka keluaran tegangan generator
akan semakin besar sehingga daya yang dihasilkan juga akan semakin besar. Hal ini terjadi
karena tingginya kecepatan angin mengakibatkan semakin besar gaya yang menerpa
permukaan kincir angin, akibat gaya tersebut maka mengakibatkan kincir angin berputar
semakin cepat dan terus meningkat.

Tegangan keluaran dari generator ini merupakan tegangan AC sehingga perlu dirubah
menjadi tegangan DC melalui rangkaian pengendali dan selanjutnya keluaran dari pengendali
ini di hubungkan untuk mengisi Accu. Keluaran dari pengendali ini dihubungkan pula ke
rangkaian inverter untuk dirubah menjadi tegangan AC 220.

3.2 Analisa Perhitungan Daya Keluaran Maksimum

Sebelum dilakukan perhitungan daya keluaran maksimum, pada penelitian ini kapasitas
baterei/accu yang digunakan adalah 24 volt/7,2 AH. Sehingga daya ideal inverter adalah:

Daya ideal inverter = 24Vx 1,2 AH= 172 watt.

Dengan asumsi baterei/accu mengalami disefisiensi sebesar 20%, Maka daya maksimum
Inverter menjadi = (7,2 – 20%) x 24 volt. Daya Inverter = (7,2 – 1,44)x24 = 5,76 x 24 =
138,24 Watt.

Sehingga efisiensi daya inverter = (138,24/172,4) x 100% = 80%


Penutup
KESIMPULAN

Kincir angin mampu mengikuti datangnya arah angin sehingga hasil yang diperoleh cukup
maksimal. Hasil pengukuran kecepatan angin untuk lokasi penempatan di depan gedung
laboratorium Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tidar diperoleh rata-rata
kecepatan angin sebesar 1,53 m/s dan tidak mampu menghasilkan tegangan keluaran,.
Sedangkan untuk lokasi penempatan kincir angin di atas gedung lantai 4 Fakultas Ekonomi
Universitas Tidar ratarata kecepatan angin yang diperoleh 5,52 m/s dan dapat menghasilkan
tegangan keluaran 78,47 volt AC. Generator akan menghasilkan tegangan keluaran minimal
kecepatan angin sebesar 2,5 m/s. Daya maksimal yang dihasilkan 172 watt dengan efisiensi
daya inverter sebesar 80% atau 138,24 watt.
Referensi
Chamdani Irwan Saputra dkk, “Pengembangan Turbin Angin Sumbu Vertikal Tipe Triple-
Stage Savonius Dengan Poros Ganda” Prosiding Seminar Nasional Fisika / VOLUME IV,
OKTOBER 2015, SSN: 2339-0654 eISSN: 2476-9398.

Desriansyah, “ Analisis Teknis Sudu Kincir Angin Tipe Sumbu Horizontal Dari Bahan
Fibreglass, Indralaya,, 2006.

Dita Rama Insiyanda, dkk, Prototipe Turbin Angin Sumbu Tegak Sebagai Pembangkit Tenaga
Listrik Ramah Lingkungan, Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2015 Volume
IV, Oktober 2015 ISSN: 2339- 0654 ISSN: 2476-9398.

Hasyim Asy’ari dkk, “ Desain Prototipe Pembangkit Listrik Tenaga Angin Dengan Turbin
Horisontal Dan Generator Magnet Permanen Tipe Axial Kecepatan Rendah” Prosiding
Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: 1979-911X,
Yogyakarta, 3 November 2012

Tjukup Marnoto,“Perancangan kincir angin axis vertikal tipe baru untuk generator listrik
tenaga angin” Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” ISSN 1693 – 4393,
Yogyakarta, 2010.

Puji Setiono. 2006. “ Pemanfaatan Alternator Mobil Sebagai Pembangkit ListrikTenaga


Angin “.Teknik Elektro, FakultasTeknik niversitas Negeri Semarang.

Suharsimi Arikunto. 1997. Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta.

Syafrie dkk. 2013. Rancang banun pembangkit listrik tenaga angin (PLT Bayu) sumbu
horizontal dengan daya terpasang 200 watt” Hipotesis Tahun ke 5 No 1 januari-April 2013.
Akademik Teknik Sorowako.
PENUTUP
Kesimpulan

Penggunaan energi listrik yang baik dan efisien memiliki dampak yang sangat besar
bagi makhluk hidup dan lingkungan. Ketika upaya penghematan energi listrik dapat
diterapkan dengan maksimal dapat mengurangi permintaan kebutuhan listrik saat ini.
Dampaknya adalah biaya yang dikeluarkan konsumen untuk penggunaan energi listrik dapat
berkurang dan produksi listrik dapat alokasikan pada sektor lain. Ketika produksi listrik dapat
dikurangi otomatis penggunaan BBM atau bahan bakar fosil yang digunakan pembangkit
dapat dikurangi, ini sangat berdampak bagi lingkungan.

Penggunaan energi baru terbarukan juga sangat dibutuhkan saat ini. Selain untuk
mengurangi penggunaan bahan bakar fosil juga sangat berdampak bagi lingkungan karena
tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Selain itu biaya konsumsi listrik jadi akan
relative lebih murah karna tidak membeli bahan bakar fosil. Saat ini penggunaan energi baru
terbarukan pada pembangkit listrik masih relative kecil tapi pemerintas terus berupaya untuk
memaksilkan penggunaan energi baru terbarukan. Melihat kondisi geografis Indonesia yang
cukup strategis dan menguntungkan untuk berbagai macam energi baru terbarukan

Saran

Upaya penghematan energis listrik harus dilakukan oleh seluruh kalangan masyarakat,
kebiasaan hemat energi harus dilakukan diterapkan sejak kecil sehingga menjadi budaya yang
senantiasa dilakukan. Kesadaran akan lingkungan harus ditingkatkan sehingga masyarakat
peka dalam menjaga kelestarian lingkungan.
LAMPIRAN
Biodata penyusun makalah :
1. Nama : Acep Saputra
NIM : 2003035017
Tempat, tanggal lahir : Kuningan, 21 Septemebr 2001
Alamat asal : Desa Cikeusik, Kecamatan cidahu, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa
Barat
No. Telepon : 081224761107

2. Nama : Ade Irza Fahrezi


NIM : 2003035017
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 23 April 2001
Alamat asal : Gg. H. Ilyas No. 71
No. Telepon : 088212282767

3. Nama : Rifky Arya Ramadhan


NIM : 2003035009
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 23 April 2001
Alamat asal : Gg. H. Ilyas No. 71
No. Telepon : 088212282767

Anda mungkin juga menyukai