Oleh :
MUSTAKIM
15103105201038
(Strata 1)
201
2
MOTTO
“EvElyn UndErHill”
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya kecilku ini teruntuk :
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
penulisan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
bimbingan serta doa dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada
Bandar Lampung.
2. Bapak Weka Indra Darmawan S.T.,M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik dan
3. Ibu Dra. Hj. Sulastri, M.TA., selaku Ketua Jurusan Teknik Lingkungan
Universitas Malahayati.
5. Bapak Dr. Ir. Hardoyo Marsad M.Eng., selaku pembimbing I dalam tugas
akhir.
Oki Darmawan, Dwi Marliyana dan Neli Tri Sundari yang selalu
2008: Arman Rachmad, Ekwan Dedy Joni Irawansyah, Indri Hadi, Eko
Febrianto, Ketut Widiana, Talata Jimi Ariko, Regiantara Eka Cahya, Arif
11. Kepada semua rekan-rekan satu almamater yang tidak dapat penulis
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini, masih jauh dari sempurna,
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan serta masukkan saran yang dapat
membangun guna perbaikan dan kesempurnaan dari skripsi ini, penulis juga
111
111
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat terutama bagi penulis
Wassalammua’alaikum Wr.Wb.
Penulis
121
122
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
1.3. Batasan Masalah............................................................................................. 3
1.4. Tujuan............................................................................................................. 4
1.5. Manfaat........................................................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Air adalah suatu zat yang mempunyai rumus kimia H2O terdapat di atas,
ataupun di bawah permukaan tanah termasuk air permukaan, air tanah, air hujan,
dan air laut. Air merupakan salah satu kebutuhan vital bagi kelangsungan hidup
manusia, hewan maupun tumbuhan yang ada di atas permukaan bumi ini. Oleh
karena itu, segala sesuatu yang berhubungan dengan air tidak dapat diabaikan
tetapi harus ada pengelolaan. Air yang tidak dikelola akan menimbulkan
Dalam kondisi normal air hujan sebagian besar masuk ke dalam tanah, sebagian
air tersebut tidak masuk ke dalam tanah (infiltrasi), tidak dialirkan dan
banjir. Permasalahan lain juga muncul dari air buangan rumah tangga. Wilayah
perkotaan yang padat tidak bisa mengolah air buangan secara individu, sehingga
air buangan akan dialirkan pada sistem drainase perkotaan. Air buangan yang
tercampur dengan air hujan idealnya harus masuk ke sistem IPAL terpadu
yakni suatu model yang didesain agar aliran runoff secepat mungkin dibuang ke
badan air penerima. Prinsip tersebut juga tidak didukung oleh dimensi bangunan
yang cukup. Banyak sistem drainase yang dibangun terlalu kecil untuk debit
perubahan iklim dan perubahan tata guna lahan. Peningkatan penduduk yang
yang turun terlalu lama. Tata guna lahan yang tidak memperhatikan kegunaan
permasalahan ini perlu sistem drainase yang baik, dengan didukung berbagai
Indonesia. Salah satu daerah yang bermasalah dengan banjir adalah Kecamatan
Tanjungkarang Pusat, Kota Bandar Lampung. Daerah ini merupakan salah satu
wilayah yang rentan dalam permasalahan banjir. Hampir setiap musim penghujan
Lampung meminta warga untuk waspada di musim penghujan seperti saat ini.
Terutama yang tinggal di daerah rawan bencana banjir dan longsor. Kepala BPBD
Telukbetung Selatan”.
Bandar Lampung.
saluran drainase dan performa aliran pada bangunan drainase serta upaya-
1.4. Tujuan
1.5. Manfaat
Bandar Lampung.
2.1. Umum
Infrastruktur air perkotaan meliputi tiga sistem yaitu sistem air bersih
(urban water supply), sistem sanitasi (waste water) dan sistem drainase air hujan
(strom Water system). Ketiga sistem tersebut saling terkait, sehingga idealnya
komersil, industri, maupun sosial. Sistem sanitasi dimulai dari titik keluarnya
sistem air bersih. Sistem pengumpul mengambil air buangan domestik, komersil,
industri dan kebutuhan umum. Ada dua istilah yang banyak dipakai untuk
bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air
dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal
(Suripin, 2004). Dilihat dari hulunya, bangunan sistem drainase terdiri dari
pembawa (conveyor drain), saluran induk (main drain) dan badan air penerima
bangunan terjun, kolam tando dan stasiun pompa. Pada sistem yang lengkap,
sebelum masuk ke badan air penerima, air diolah dahulu di instalasi pengolah air
limbah (IPAL), khususnya untuk sistem tercampur. Hanya air yang telah
memenuhi baku mutu tertentu yang dimasukan ke badan air penerima, sehingga
Drainase sering diabaikan oleh ahli hidraulik dan seringkali direncanakan seolah-
olah bukan pekerjaan penting, atau paling tidak dianggap kecil dibandingkan
drainase merupakan pekerjaan yang rumit dan kompleks, bisa jadi memerlukan
biaya, tenaga dan waktu yang lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan
drainase dan pengendalian banjir. Namun, secara praktis kita dapat mengatakan
bahwa drainase menangani kelebihan air sebelum masuk ke alur-alur besar atau
sungai.
7
komprehensif dan integratif yang meliputi seluruh proses, baik yang bersifat
struktural maupun non struktural, untuk mencapai tujuan tersebut. Konsep Sistem
banjir. Banjir adalah suatu kondisi fenomena bencana alam yang memiliki
hubungan dengan jumlah kerusakan dari sisi kehidupan dan material. Banyak
2. Keadaan iklim; seperti masa turun hujan yang terlalu lama, dan
disebabkan karena kombinasi dari kenaikan pasang surut, tinggi muka air
8
3. Perubahan tata guna lahan dan kenaikan populasi; perubahan tata guna lahan
Banyak lokasi yang menjadi subjek dari banjir terutama daerah muara.
permukaan bumi, tapi sebaliknya efek dari urbanisasi pada proses terjadinya
Tujuan perencanaan ini adalah untuk mengalirkan genangan air sesaat yang terjadi pada
musim hujan serta dapat mengalirkan air kotor hasil buangan dari rumah tangga.
Kelebihan air atau genangan air sesaat terjadi karena keseimbangaan air pada daerah
terentu terganggu. Disebabkan oleh air yang masuk dalam daerah tertentu lebih besar dari
air keluar. Pada daerah perkotaan, kelebihan air terjadi oleh air hujan. Kapasistas
infiltrasi pada daerah perkotaan sangat kecil sehingga terjadi limpasan air sesaat setelah
tahan erosi yaitu saluran yang mampu menahan erosi dengan memuaskan dengan
cara mengatur kecepatan maupun menggunakan dinding dan dasar diberi lapisan
penguapan, lama penyinaran matahari, kecepatan angin, debit sungai, tinggi muka
air, akan selalu berubah menurut waktu. Untuk suatu tujuan tertentu data-data
1. Analisis Hujan
hujan sangat bervariasi terhadap tempat (space), maka untuk kawasan sangat luas
tidak bisa diwakili satu titik pos pengukuran. Dalam hal ini diperlukan hujan
kawasan yang diperoleh dari harga rata-rata curah hujan beberapa pos pengukuran
hujan yang ada disekitar kawasan tersebut. Ada 3 macam cara yang umum
dipakai dalam menghitung hujan rata-rata kawasan : (1) rata-rata aljabar, (2)
yang digunakan dalam analisis adalah curah hujan harian maksimum rata-rata
dalam satu tahun yang telah dihitung. Perhitungan data hujan maksimum harian
rata-rata harus dilakukan secara benar untuk analisis frekuensi data hujan.
luar biasa (ekstrim), seperti hujan lebat, banjir dan kekeringan. Besarnya
biasa ekstrim kejadiannya sangat langka. Tujuan analisis frekuensi data hidrologi
Analisis frekuensi diperlukan seri data hujan yang diperoleh dari pos
didasarkan pada sifat statistik data kejadian yang telah lalu untuk memperoleh
probabilitas besaran hujan di masa yang akan datang. Dengan anggapan bahwa
sifat statistik kejadian hujan yang akan datang masih sama dengan sifat statistik
kejadian hujan masa lalu. Ada dua macam seri data yang dipergunakan dalam
Data tiap tahun diambil hanya satu besaran maksimum yang dianggap
berpengaruh pada analisis selanjutnya. Seri data seperti ini dikenal dengan seri
data maksimum (maximum anual series). Jumlah data dalam seri akan sama
dengan panjang data yang tersedia. Dalam cara ini, besaran data maksimum
kedua dalam suatu tahun yang mungkin lebih besar dari besaran data maksimum
b. Seri parsial
Data dalam seri dapat ditetapkan suatu besaran tertentu sebagai batas
bawah, selanjutnya semua besaran data yang lebih besar dari batas bawah tersebut
diambil dan dijadikan bagian seri data untuk kemudian dianalisis seperti biasa.
semua besaran data yang cukup besar diambil, kemudian diurutkan dari besar ke
kecil. Data yang diambil untuk analisis selanjutnya adalah sesuai dengan panjang
data dan diambil dari besaran data yang paling besar. Dalam hal ini
12
dimungkinkan dalam satu tahun data yang diambil lebih dari satu data, sementara
Dalam analisis frekuensi, hasil yang diperoleh tergantung pada kualitas dan
panjang data. Makin pendek data yang tersedia, makin besar penyimpangan yang
terjadi. Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi frekuensi dan
empat jenis distribusi yang banyak digunakan dalam bidang hidrologi adalah :
a. Distribusi Normal,
d. Distribusi Gumbel.
Dalam statistik dikenal beberapa parameter yang berkaitan dengan analisis data
4. Uji Kecocokan
fittest test) distribusi frekuensi sampel data terhadap fungsi distribusi peluang
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu.
cenderung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula
IDF. Data hujan jenis ini hanya dapat diperoleh dari pos penakar hujan otomatis.
Selanjutnya, berdasarkan data hujan jangka pendek tersebut lengkung IDF dapat
a. Rumus Talbot
Di mana
b. Rumus Sherman
Rumus ini mungkin cocok untuk jangka waktu curah hujan yang lamanya
Di mana
n = konstanta
14
c. Rumus Ishiguro
a
I= ...............................................................................................(3)
t+b
Di mana
a & b = konstanta
d. Rumus Manonobe
Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data hujan
Di mana
2.4.2. Debit
1. Debit Rencana
kontinuitas dan rumus Manning. Rumus ini mempunyai bentuk sederhana tetapi
Q = A . V = A . 1 n . R2 3 . S 1 2
...............................................................(5)
15
Dimana :
Air hujan yang turun dari atmosfir jika tidak ditangkap vegetasi atau oleh
lainnya, maka akan jatuh permukaan bumi dan sebagian akan menguap,
cara-cara tersebut telah terpenuhi, maka sisa air hujan akan mengalir langsung di
atas permukaan tanah menuju alur aliran terdekat. Dalam perencanaan drainase,
bagian air hujan yang menjadi perhatian adalah aliran permukaan (surface runoff),
(subsurface flow).
Ketepatan dan menetapkan besarnya debit air yang harus dialirkan melalui
saluran drainase pada daerah tertentu, sangatlah penting dalam penentuan dimensi
saluran. Dimensi saluran yang terlalu besar tidak ekonomis, namun bila terlalu
rumus rasional atau hidrograf satuan. Perhitungan debit rencana berdasar periode
ulang hujan tahunan, 2 tahunan, 5 tahunan dan 10 tahunan. Data yang diperlukan
meliputi data batas dan pembagian daerah tangkapan air, tataguna lahan dan data
hujan. Dalam perencanaan saluran drainase dapat dipakai standar yang telah
ditetapkan baik debit rencana (periode ulang) dan cara analisis yang dipakai,
tinggi jagaan, struktur saluran dll. Tabel berikut menyajikan standar desain
saluran drainase.
dilakukan dengan metode rasional. Hal ini karena daerah aliran tidak terlalu luas,
kehilangan air sedikit dan waktu genangan relatif pendek. Metode rasional ini
sangat simpel dan mudah digunakan namun terbatas pada DAS dengan ukuran
kecil tidak lebih dari 500 ha. Model ini tidak dapat menerangkan hubungan curah
hujan dan aliran permukaan dalam bentuk hidrogaf. Hidrograf satuan adalah
hidrograf limpasan langsung yang dihasilkan oleh hujan efektif yang terjadi
merata di seluruh DAS dan intensitas tetap selama satuan waktu yang ditetapkan,
yang disebut hujan satuan. Kapasitas pengaliran dapat dihitung dengan metode
rasional.
Qp = 0,002778 C I A ...............................................................................(6)
17
Dimana :
1. Jenis Pengaliran
a. Saluran Terbuka
Aliran saluran terbuka mempunyai permukaan bebas (free surface flow) atau
tekanan sama dengan tekanan atmosfir. Saluran ini berfungsi mengalirkan air
limpasan permukaan atau air hujan yang terletak di daerah yang mempunyai
Sungai, saluran irigasi, selokan, talud dan estuari. Persamaan bernoulli untuk
Dimana :
h = ketinggian (m)
P = tekanan hidrostatis (N/m2)
ρ = rapat massa air (kg/m3)
V = kecepatan aliran (m/detik)
g = gaya grafitasi (m/detik2)
18
b. Saluran Tertutup
dalam pipa (pipe flow) atau aliran tertekan (pressurized flow). Saluran tertutup
kemungkinan dapat terjadi aliran bebas maupun aliran tertekan pada saat yang
artistik atau tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya
saluran di permukaan tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang dan
lain-lain. Saluran ini umumnya sering dipakai untuk aliran air kotor (air yang
tengah kota. Contoh saluran tertutup antara lain : terowongan, pipa, aquaduct,
saluran yaitu :
V12 V22
h1 + 2g
= h2 + 2g
.............................................................................(8)
Dimana :
h = ketinggian (m)
V = kecepatan aliran (m/detik)
g = gaya grafitasi (m/detik2)
Dalam aliran fluida pipa akan akan terjadi gesekan antara air dengan pipa.
Besarnya gesekan ini tergantung pada viskositas dari kecepatan aliran. Untuk
Hubungan kehilangan energi (hf) dengan kecepatan aliran dan gaya kekentalan
f l v2
hf = .............................................................................................(9)
2g d
dimana :
f = koefisien gesekan
l = panjang pipa (m)
v = kecepatan aliran (m/detik)
d = diameter pipa (m)
g = gaya grafitasi (m/detik)
2. Bentuk Saluran
Saluran untuk drainase tidak terlampau jauh berbeda dengan saluran air
dapat memperoleh dimensi tampang yang ekonomis. Dimensi saluran yang erlalu
besar berarti tidak ekonomis, sebaliknya dimensi saluran yang terlalu kecil tingkat
saluran drainase yang dikaitkan dengan fungsi saluran adalah sebagai berikut :
a. Bentuk trapesium
Saluran drainase bentuk trapesium pada umumnya saluran dari tanah, Tapi
yang cukup dan berfungsi untuk pengaliran air hujan, air rumah tangga
A = (B + zh)h ......................................................................................(10)
20
P = B + 2h 1 + z2 ..............................................................................(11)
harus dari pasangan atau beton. Bentuk ini juga berfungsi sebagai saluran
A = Bh ..................................................................................................(13)
P = B + 2h ............................................................................................(14)
c. Bentuk lingkaran
Saluran drainase bentuk ini berupa saluran dari pasangan atau kombinasi
pasangan dan pipa beton. Dengan bentuk dasar saluran yang bulat
demikian berfungsi sebagai saluran air hujan, air rumah tangga maupun air
irigasi.
P = ½ θ d0 2 .........................................................................................(17)
d. Bentuk parabola
Saluran drainase bentuk ini berupa saluran dari pasangan atau kombinasi
pasangan atau beton. Dengan bentuk dasar saluran yang bulat memudahkan
sebagai saluran air hujan, air rumah tangga maupun air irigasi.
A = ½Th ...............................................................................................(19)
8h 2
P=T+ 3T
...........................................................................................(20)
e. Bentuk segitiga
konsekuensi dari saluran bentuk ini, saluran harus dari pasangan. Bentuk ini
juga berfungsi sebagai saluran air hujan, air rumah tangga maupun air
irigasi.
A = zh2 .................................................................................................(22)
22
P = zh 1 + z2 ......................................................................................(23)
3. Klasifikasi aliran
Jika kecepatan aliran pada suatu titik tidak berubah terhadap waktu, maka
aliranya disebut aliran permanen atau tunak (steady flow), jika kecepatan pada
suatu lokasi tertentu berubah terhadap waktu, maka alirannya disebut aliran tidak
permanen atau tidak tunak (unsteady flow). Dalam hal-hal tertentu dimungkinkan
bentuk gelombang kejut (surge) tidak berubah ketika merambat pada saluran
Jika partikel zat cair bergerak mengikuti alur tertentu dan aliran tampak
disebut aliran laminer. Sebaliknya, jika zat cair bergerak mengikuti alur yang
tidak beraturan, baik ditinjau terhadap ruang maupun waktu, maka alirannya
disebut aliran turbulen. Saluran terbuka dan tertutup mempunyai bilangan reynold
yang berbeda. Saluran terbuka bilangan reynold (Nre) untuk aliran laminer kurang
dari sama dengan 500, sedangkan bilangan reynold untuk aliran turbulen lebih
dari sama dengan 1000. Saluran tertutup bilangan reynold (Nre) untuk aliran
laminer kurang dari sama dengan 2000, sedangkan bilangan reynold untuk aliran
turbulen lebih dari sama dengan 4000. Faktor yang menentukan keadaan aliran
adalah pengaruh relatif antara gaya kekentalan (viskositas) dan gaya inersia. Jika
gaya viskositas yang dominan maka alirannya laminer, sedangkan jika gaya
dibangkitkan dengan merubah kedalaman. Jika kecepatan aliran lebih kecil dari
kecepatan kritis maka aliran disebut sub-kritis, dan jika kecepatan aliran lebih
besar dari kecepatan kritis maka aliran disebut super-kritis. Parameter yang
menetukan ketiga jenis aliran adalah perbandingan gaya-gaya inersia dan grafitasi
V
F= ................................................................................................(25)
g l
1. Syarat Kecepatan
Kecepatan dalam saluran biasanya sangat bervariasi dari satu titik ke titik
lainnya. Hal ini disebabkan adanya tegangan geser di dasar saluran, dinding
komponen arah menurut koordinat kartesius. Namun komponen arah vertikal dan
lateral biasanya kecil dan dapat diabaikan. Sehingga, hanya kecepatan aliran yang
kecepatan sebesar 0,60 – 0,90 m/detik dapat digunakan dengan amam apabila
prosentase lumpur yang ada di air cukup kecil. Kecepatan 0,75 m/detik bisa
saluran.
25
V = 1 n . R2 3 . S 1 2
..............................................................................(26)
Dimana :
R = Jari-jari hidrolik
Harga n Manning tergantung pada kekasaran sisi dan dasar saluran. Koefisien
2. Syarat Tekanan
a. Aliran statis
yang bekerja pada kolom air adalah nol karena air dalam kondisi stasioner.
Gaya tekan yang bekerja pada dasar kolom air dengan arah vertikal = ��∆��.
Berat air dalam kolom air bekerja vertikal ke bawah, karena resultan gaya
p. ∆A = ρ. g. h. ∆A .................................................................................(27)
atau
p = ρ. g. h
air darilinier
adalah permukaan. Hubungan
(garis lurus) antara
apabila rapat intensitas
massa tekanankonstan.
air (ρ) adalah dan kedalaman
Asumsi tidak ada percepatan ke arah aliran dan kecepatan aliran sejajar
garis aliran sejajar dasar saluran. Karena tidak ada percepatan ke arah
aliran, maka resultan komponen gaya ke arah ini adalah nol. Resultan
ρ. g. h. ∆A = p. ∆A..................................................................................(28)
atau
p = ρ. g. h = γ. h
dimana γ adalah berat spesifik air. Perlu diicatat bahwa distribusi tekanan
adalah sama jika air dalam kondisi stasioner dan hal ini disebut distribusi
tekanan hidrostatis.
27
Aliran ini terjadi misalnya pada tikungan dan terjunan, maka garis aliran
tidak sejajar dasar saluran. Distribusi tekanan tidak hidrosatatis karena ada
tinggi tekan yang bekerja pada dasar kolom air akibat percepatan sentrifugal
adalah :
1 V2
g
ha = hs r
...........................................................................................(31)
tekanan akibat gaya sentrifugal bekerja searah dengan gaya berat air untuk
total tinggi tekan yang bekerja pada dasar kolom air adalah :
2
1 V
h = hs 1 ± .................................................................................(32)
g r
tanda positif untuk aliran konvek dan negatif untuk bentuk garis aliran
konkaf.
serta tinggi tekanan yang diperlukan untuk adanya pengaliran sesuai dengan
Kemiringan yang lebih curam dari 0,002 bagi tanah lepas sampai dengan 0,005
Freeboard atau jagaan dari suatu saluran adalah jarak vertikal dari puncak
untuk dapat mencegah peluapan air akibat gelombang serta fluktuasi permukaan
air, misalnya berupa gerakan-gerakan angin serta pasang surut. Jagaan tersebut
aliran.
Beberapa contoh model tata letak jalur saluran yang dapat diterapkan dalam
1. Pola Alamiah
Letak conveyor drain ada di bagian terendah (lembah) dari suatu daerah
(alam) yang efektif berfungsi sebagai pengumpul dari anak cabang saluran yang
2. Pola Siku
3. Pola Pararel
Collector drain menampung debit air yang lebih kecil. Collector drain
dibuat sejajar satu sama lain dan kemudian debit air yang lebih kecil masuk ke
conveyor drain.
30
5. Pola Radial
Satu daerah genangan dikeringkan melalui beberapa collector drain dari sat
6. Pola Jaring-jaring
daerah lainnya, maka dapat dibuat beberapa interceptor drain yang kemudian
untuk mengerjakan bangunan saluran air buangan pada sektor perencanaan. Pada
32
yang dilakukan.
1. Macam Material
Macam pipa drainase yang umum digunakan antara lain (Dedi Kusnadi
a. Pipa tanah liat bisanya terbuat dengan panjang sekitar 30 cm, diameter
dalam bervariasi dari 5 –15 cm. Pipa dapat dibuat lurus atau dengan suatu
collar. Air masuk ke dalam pipa melaui celah antar sambungan pipa.
b. Pipa beton biasanya digunakan untuk diameter yang lebih besar dari 15 atau
20 cm. Penggunaan pipa beton pada tanah asam dan bersulfat perlu
sehingga perlu digunakan semen yang tahan sulfat. Seperti juga pada pipa
tanah liat, disini air masuk melalui celah-celah antar sambungan pipa.
c. Pipa plastik yang umumnya digunakan untuk pipa drainase adalah polyvinyl
chloride (PVC) dan polyethylene (PE). Pipa plastik dapat berbentuk pipa
lapisan dasar dan dinding saluran drainase agar tahan erosi bisa dibuat dari :
beton, pasangan batu kali, pasangan batu merah, aspal, kayu, besi cor, baja, plastik
dll. Pilihan material tergantung pada tersedianya serta harga bahan dan cara
umumnya dipakai bentuk segi empat, karena dipandang lebih efisien di dalam
a. Semen
Semen yang dipakai adalah jenis pozzoland yang diproduksi sesuai dengan
SNI.
- Harus terdiri dari butir-butir yang jeras, tidak berpori, bersifat kekal sebagai
hasil desintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh
- Tidak boleh mengandung sesuatu yang dapat merusak batu dan baja.
- Besar butir maksimum tidak boleh lebih dari 1/5 jarak terkecil antara
bidang-bidang samping dari cetakan, 1/3 dari tebal pelat atau 3/4 dari jarak
ahli.
d. Batu kali
- Batu yang dipakai untuk pasangan tidak boleh berbentuk blondos melainkan
harus pecah.
e. Kapur
Kapur yang digunakan adalah kapur yang tidak berbentuk bongkahan tetapi
f. Air
Air yang digunakan tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam,
dan bahan organis lainnya yang dapat merusak beton atau baja tulangan.
2. Pekerjaan
a. Pekerjaan Tanah
- Dalam dan lebar galian tidak boleh melebihi/kurang dari ukuran yang telah
ditentukan.
- Galian tanah untuk tempat dudukan pondasi harus diatur sedemikian rupa
sehingga tidak mudah longsor dan diusahakan agar lubang galian tersebut
- Pada tanah yang baik, dasar tanah yang akan ditimbun harus terlebih
lebih tinggi 1/10 T (dimana T = tinggi timbunan) dan lebih lebar 1/10 B
- Sebelum mulai pemasangan batu kali untuk dasar saluran terlebih dahulu
40 cm.
- Pekerjaan batu disusun rapi, seluruhnya terselimuti dengan mortel dan tidak
adanya rongga-rongga.
- Rule of thumb ketebalan pasangan batu kali bagian atas adalah 0.2 – 0.25
- Semua pasangan batu tampak dari luar terutama pada dinding saluran harus
rata dan menggunakan batu muka. Ukuran batu ditetapkan lebar sisinya 12 –
- Bidang atas dari pasangan dengan lebar sesuai dalam gambar ditambah
c. Pekerjaan Plesteran
d. Pekerjaan Beton
(3). Semua pekerjaan beton bertulang harus ditetapkan dengan mutu K.125
(4). Tulangan beton dipasang dengan baik dan benar sehingga sebelum dan
(5). Sesudah pengecoran beton selesai maka selama 2 minggu beton harus
e. Pekerjaan Bekisting/Cetakan
Bekisting harus cukup kokoh dan cukup rapat sehingga dapat menghasilkan
Hal ini bertujuan untuk mengeluarkan air buangan dari wilayah pemukiman, dan
drainase selalu berfungsi dengan baik selama mungkin, selama jagka waktu
meliputi:
fungsi dari hal-hal yang dapat mengakibatkan rusaknya jaringan. Kegiatan ini
- Inspeksi rutin.
b. Kegiatan perawatan
yang ada, rencana pengembangan sistem drainase untuk kondisi sistem drainase
Permasalahan Banjir
Survei
Kondisi
Sistem
Data yang dibutuhkan :
Peta daerah penelitian
Pengumpulan Data : Peta sistem drainase
1. Primer Peta topografi
2. Sekunder Data genangan banjir
Data curah hujan
Data kependudukan
Evaluasi Kondisi
Sistem Drainase Evaluasi terdiri dari :
Eksisting
- Daerah pengaliran
- Kapasitas saluran
- Kondisi saluran
Acuan standar yang digunakan yaitu SNI
03-2406-1991
Drainase
42
dan prasana perkotaan yang memadai. Hal ini yang mendorong penulis untuk
1. Survei Lapangan
c. Mengetahui kondisi badan air penerima baik sungai, danau maupun laut.
Pengumpulan data sekunder diperoleh dari instansi setempat dan jaringan internet
a. Data iklim dan hidrologi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
b. Peta Kemampuan Tanah, Peta Jaringan Drainase dan Irigasi, Peta Geologi.
Sumber : Analisis
44
Sumber : Analisis
kondisi sistem drainase eksisting dan mengevaluasi sistem drainase mana yang
memenuhi kriteria desain standar atau tidak memenuhi kriteria desain standar.
Apabila kondisi sistem drainase eksisting tidak memenuhi kriteria desain standar
banjir.
45
5. Survei kondisi badan air penerima baik sungai, danau maupun laut.
dikembangkan beberapa alternatif sistem yang meliputi segi teknis dan ekonomis.
Alternatif terpilih merupakan hasil paling optimum dari berbagai kriteria yang di
terhindar dari bahaya banjir, ataupun genangan air yang merugikan masyarakat,
Peraturan daerah Kota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Tahun 2011 – 2030.
3. Saluran batuan, tidak lurus & tidak beraturan 0,040 0,045 0,045
b. Saluran alam :
1. Bersih, lurus, tetapi tanpa pasir & tanpa celah 0,028 0,030 0,033
4. Aliran lambat, banyak tanaman & lubang dalam 0,060 0,070 0,080
c. Saluran dilapisi :
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,4952 0,4996 0,5035 0,5070 0,5100 0,5128 0,5157 0,5181 0,5202 0,5220
20 0,5236 0,5252 0,5268 0,5283 0,5296 0,5309 0,5320 0,5332 0,5343 0,5353
30 0,5362 0,5371 0,5380 0,5388 0,5396 0,5403 0,5410 0,5418 0,5424 0,5436
40 0,5436 0,5442 0,5448 0,5453 0,5458 0,5463 0,5468 0,5473 0,5477 0,5481
50 0,5485 0,5489 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 0,5511 0,5515 0,5518
60 0,5521 0,5524 0,5527 0,5530 0,5533 0,5535 0,5538 0,5540 0,5543 0,5545
70 0,5548 0,5550 0,5552 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561 0,5563 0,5565 0,5567
80 0,5569 0,5570 0,5572 0,5574 0,5576 0,5578 0,5580 0,5581 0,5583 0,5585
90 0,5586 0,5587 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595 0,5596 0,5598 0,5599
100 0,5600 0,5602 0,5603 0,5604 0,5606 0,5607 0,5608 0,5609 0,5610 0,5611
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,9496 0,9676 0,9833 0,9971 1,0095 1,0206 1,0316 1,0411 1,0493 1,0565
20 1,0628 1,0696 1,0754 1,0811 1,0864 1,0915 1,0961 1,1004 1,1047 1,1080
30 1,1124 1,1159 1,1193 1,1226 1,1225 1,1285 1,1313 1,1339 1,1363 1,1388
40 1,1413 1,1436 1,1458 1,1480 1,1499 1,1519 1,1538 1,1557 1,1574 1,1590
50 1,1607 1,1623 1,1638 1,1658 1,1667 1,1681 1,1696 1,1708 1,1721 1,1734
60 1,1747 1,1759 1,1770 1,1782 1,1793 1,1803 1,1814 1,1824 1,1834 1,1844
70 1,1854 1,1863 1,1873 1,1881 1,1890 1,1898 1,1906 1,1915 1,1923 1,1930
80 1,1938 1,1945 1,1953 1,1959 1,1967 1,1973 1,1980 1,1987 1,1994 1,2001
90 1,2007 1,2013 1,2020 1,2026 1,2032 1,2038 1,2044 1,2049 1,2055 1,2060
100 1,2065 1,2069 1,2073 1,2077 1,2081 1,2084 1,2087 1,2090 1,2093 1,2096
Periode Ulang, Tr (tahun) Reduced variate YTr Periode Ulang, Tr (tahun) Reduced variate YTr
2004