Anda di halaman 1dari 4

BAB V ANALISA

5.1 Analisa Uji Keseragaman Data

Pengujian keseragaman data dilakukan dengan cara menghitung nilai rata-rata dan simpangan
baku sehingga diperoleh batas kontrol atas dan batas kontrol bawah. Uji keseragaman data
dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diambil telah seragam atau belum. Tujuan dari
pengujian data keseragaman ini adalah untuk mengetahui data mana yang bernilai ekstrim
yang nantinya akan dihilangkan dari data yang akan digunakan, untuk mengetahui data mana
yang bernilai ekstrim atau tidak dengan bantuan software minitab, dengan cara menginput
data dan akan muncul dalam bentuk grafik yang menonjol terlalu atas atau bawah dengan
titik puncak grafiknya yang berwarna merah. Data yang dianggap seragam akan digunakan
sebagai patokan ukuran dalam membuat suatu produk, sedangkan data yang dianggap tidak
seragam atau data dengan nilai ekstrim akan dihilangkan. Uji keseragaman data antropometri
statis pria dan wanita terdapat outlier atau ada data yang melewati batas kontrol atas atau
bawah dengan ditandai titik berwarna merah sehingga data ini dinyatakan tidak seragam.
Outlier sendiri adalah data observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim, oleh sebab itu
data outlier ini dihilangkan sebab dapat berpengaruh pada hasil uji asumsi. Outlier juga tidak
dapat digunakan di semua orang untuk itulah data outlier ini hilangkan. Data terbagi menjadi
dua yaitu data statis dan dinamis wanita dan data statis dan dinamis pria. Salah satu contoh
data yang tidak seragam adalah popliteal Hafiz Azari sebesar 52,4 cm pada uji keseragaman
data dengan minitab. Data tidak seragam dapat terjadi sebab beberapa alasan yaitu
pengukuran yang tidak tepat pada operator, data yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dari
data data lainnya dan sebagainya. Lalu, contoh data yang seragam adalah tinggi duduk tegak
Alvaro Sheva Tanu Jaya sebesar 88 cm. Data memiliki nilai yang sesuai dengan rata rata
sehingga kita tidak dapat menemukan data yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, ataupun
operator mengukur dengan tepat sehingga data ini seragam. Hasil yang didapatkan di
perhitungan uji keseragaman data pada minitab terdapat data statis pada pria yang seragam
sebanyak 38 dimensi, dan yang tidak seragam sebanyak 16 dimensi. Beberapa contoh
dimensi yang tidak seragam adalah dagu ke puncak kepala yang memiliki 2 data outlier,
telinga ke puncak kepala yang memiliki 2 data outlier, dan hidung ke belakang kepala yang
memiliki 1 data outlier. Lalu, beberapa contoh dimensi yang seragam adalah tinggi duduk
tegak, tinggi mata duduk, dan lebar pinggang. Kemudian, pada data dinamis pria terdapat 3
dimensi yang ketiganya memiliki dimensi seragam dan tidak seragam, yaitu putaran lengan
yang tidak memiliki data outlier sehingga dikatakan seragam, kedua putaran telapak tangan
yang memiliki 1 data outlier sehingga dikatakan tidak seragam, dan yang terakhir sudut
telapak kaki yang memiliki 2 data outlier sehingga dikatakan tidak seragam. Begitu pula pada
data statis wanita, beberapa contoh dimensi yang tidak seragam adalah tebal perut duduk
yang memiliki 1 data outlier, tinggi siku berdiri yang memiliki 1 data outlier, dan telinga ke
puncak kepala yang memiliki 2 data outlier. Lalu, beberapa contoh dimensi yang seragam
adalah lebar tangan, jangkauan tangan ke atas, dan jangkauan tangan ke depan. Kemudian,
pada data dinamis wanita terdapat 3 dimensi yang ketiganya memiliki dimensi seragam dan
tidak seragam, yaitu putaran lengan yang memiliki 1 data outlier sehingga dikatakan tidak
seragam, kedua sudut telapak kaki yang memiliki 1 data outlier sehingga dikatakan tidak
seragam, dan yang terakhir putaran telapak tangan yang tidak memiliki data outlier sehingga
dikatakan seragam. Ada banyak faktor yang mempengaruhi seragam atau tidaknya data,
beberapa contoh yang menyebabkan ketidakseragaman data antara lain, pengukuran
antropometri yang kurang tepat, data yang bisa dibilang terlalu rendah, dan data yang bisa
dibilang terlalu tinggi dari data antropometri lainnya.
6.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang terdapat pada praktikum antropometri ialah sebagai berikut:

1. Cara menentukan cukup atau tidaknya data antropometri yang diperoleh dapat dilihat
dari nilai N’ dimana hasil rekap uji kecukupan data antropometri statis dan dinamis
wanita serta pria tergolong cukup. Sebagian seluruh data tergolong cukup karena hasil
N’ lebih besar daripada N dengan hampir seluruh hasil pengukuran mendekati nilai
rata-rata.
2. Cara menentukan hubungan antar data antropometri yang diukur kuat atau tidak ada
hubungan korelasi yang diperoleh dapat dilihat dari tabel uji korelasi dimana terdapat
54 data antropometri dengan jumlah korelasi data pria dan wanita sebanyak 47.
Karena hubungan antar variabel yang sama juga diperhitungkan, maka jumlah
korelasi bertambah menjadi 208. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,80 hingga 0,99
menunjukkan korelasi kuat positif. Adapun contoh korelasi kuat terhadap data
antropometri pria yaitu tinggi badan tegak (Tbt) dengan tinggi mata berdiri (Tmd)
sebesar 0,940. Hal ini dikarenakan tinggi badan tegak meliputi tinggi tubuh yang
menjadi acuan utama posisi mata sehingga saling mempengaruhi. Selain itu, contoh
korelasi kuat positif data antropometri wanita ialah tinggi badan trgak (Tbt) dan tinggi
mata berdiri (Tmd) sebesar 0,933. Hal ini dikarenakan tinggi badan tegak meliputi
tinggi tubuh yang menjadi acuan utama posisi mata sehingga saling mempengaruhi.
3. Cara menentukan terkendali atau tidaknya data antropometri yang diperoleh dapat
dilihat dari grafik uji keseragaman data menggunakan aplikasi minitab19 dengan
mengamati keberadaan data di antara batas kontrol atas maupun batas kontrol bawah
dimana terdapat 21 data outlier terhadap antropometri statis dan dinamis pria serta 21
data outlier terhadap antropometri statis dan dinamis wanita sehingga data yang
diperoleh tidak seragam. Adapun antropometri pria yang tidak seragam yaitu tinggi
pinggang berdiri sebesar 116 cm dan antropometri wanita yang tidak seragam yaitu
berat badan sebesar 129,6 kg. Data yang diperoleh tidak seragam dikarenakan
perbedaan ukuran tubuh yang sangat signifikan, faktor genetik, dan suku bangsa.
4. Perancangan produk dilakukan dengan cara menentukan persentil terlebih dahulu
yang berkaitan langsung dengan produk untuk menentukan ukuran produk yang
ergonomi. Secara garis besar, persentil yang digunakan yaitu persentil ke-50 wanita
yang bertujuan agar manusia dengan dimensi tubuh normal dapat menggunakan
sepeda tanpa menimbulkan ketidaksesuaian. Selain itu, persentil ke-50 pria bertujuan
agar manusia dengan dimensi tubuh normal dapat menggunakan sepeda tanpa
menimbulkan kelelahan dan dapat digunakan oleh semua orang. Kemudian,
perancangan produk dilakukan berdasarkan dimensi produk yang disesuaikan dengan
dimensi antropometri dengan memperhatikan persentil sebanyak 7 dimensi produk.
Sebagai contoh, dimensi tinggi frame sepeda menggunakan dimensi antropometri
tinggi lutut berdiri dengan persentil 50 wanita dengan allowance sebesar 2 sehingga
ukurannya sebesar 45 cm. Penggunaan persentil tersebut karena sepeda saat
dikendarai seharusnya dapat digunakan oleh semua orang dan allowance sebesar 2
bertujuan agar ukuran yang digunakan berupa bilangan bulat. Selain itu, dimensi
pegangan stang sepeda menggunakan dimensi antropometri lebar jari 2,3,4,5 dengan
persentil 50 pria dengan allowance sebesar 0 sehingga ukurannya sebesar 8 cm.
Penggunaan persentil tersebut karena manusia dengan dimensi lebar jari yang besar
dan kecil tidak dapat memegang pegangan stang sepeda dengan benar sehingga bisa
menimbulkan cedera.

Anda mungkin juga menyukai