Anda di halaman 1dari 5

PERTEMUAN KE-9

DISAIN TEST CASE LAINNYA

9.1 TUJUAN PEMBELAJARAN


Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut:
9.1. Memahami Comparison Testing
9.2. Memahami Test Factor Analysis
9.3. Memahami Risk Based Testing
9.4. Memahami Syntax Testing
9.5. Memahami Cross Functional

9.2 URAIAN MATERI


Tujuan Pembelajaran 9.1:
Comparison Testing

Comparison testing atau back-to-back testing biasa digunakan pada beberapa


aplikasi yang mempunyai kebutuhan terhadap reliabilitas amat penting/kritis,
seperti sistem rem pada mobil, sistem navigasi pesawat terbang.
Untuk itu redundansi hardware dan software bisa saja digunakan agar dapat
meminimalkan kemungkinan error, dengan memakai tim terpisah untuk
mengembangkan versi yang berbeda namun mengacu pada spesifikasi yang sama
dari software, walaupun untuk selanjutnya hanya akan ada satu versi saja yang
dirilis atau digunakan.
Test cases dibangun dengan menggunakan teknik desain test cases yang
ada, seperti equivalence partitioning. Tes dilakukan pada tiap versi dengan data tes
yang sama secara paralel dan real time untuk memastikan konsistensi (keluaran
yang dihasilkan dari tiap versi identik).
Bila keluaran berbeda atau terjadi defect pada satu atau lebih versi aplikasi,
masing-masing diinvestigasi untuk menentukan dimana letak kesalahannya, dan
versi aplikasi mana yang melakukan kesalahan.
Metode tidak mencari kesalahan berdasarkan spesifikasi, asumsi yang
digunakan adalah spesifikasi benar, karena bila terjadi kesalahan pada spesifikasi
maka comparison testing menjadi tidak efektif atau gagal dalam melakukan
identifikasi error.

Tujuan Pembelajaran 9.2:


Test Factor Analysis

Test factor analysis adalah suatu proses identifikasi faktor-faktor tes (variabel
atau kondisi yang relevan terhadap sistem yang dites, dan dapat bervariasi selama
proses testing), dan pilihan (options), kemudian dengan menggunakan kesamaan
dan variasinya untuk menentukan kombinasi pilihan dari faktor yang akan dites.
Minimum testing: (ΣMi-N+1), Mi = Jumlah opsi tiap faktor tes, N = Jumlah
faktor-faktor tes
Contoh:
Faktor 1: Konfigurasi komputer – sistem operasi
Win 95 / NT (2 Opsi)
Faktor 2: Konfigurasi komputer – hard disk
1,5 GB / 2 GB (2 Opsi)

Tujuan Pembelajaran 9.3:


Risk Based Testing

Risk based testing merupakan metode untuk menentukan prioritas dalam


mendesain test cases.
Efektifitas Test = Jumlah defect ditemukan / estimasi jumlah defect
Faktor resiko secara garis besar yang menentukan prioritas kebutuhan
sistem/test cases adalah:
1. Visibilitas dan akibat pada pelanggan
2. Resiko operasi bisnis
3. Sejarah terjadinya defect area yang baru / dimodifikasi
4. Kontinuitas bisnis
5. Tingkat kompleksitas pengembangan
6. Kondisi yang diharapkan (positive testing)
7. Kondisi yang tak diharapkan (negative testing)
8. Tingkat prioritas testing dari pengembang atau kontraktor
9. Tingkat kepercayaan pengembang
10. Lawan dari kepercayaan pengembang
11. Observasi tester terhadap kredibilitas pengembang
12. Keinginan dan perasaan dari tester dan pengguna
13. Cakupan

Tujuan Pembelajaran 9.4:


Syntax Testing

Syntax testing menggunakan model sintaksis masukan sistem yang


didisain secara normal, yang merupakan suatu cara penggunaan dan
penggabungan kata-kata membentuk suatu frase. Syntax testing sangat berguna
untuk sistem yang mengunakan baris-baris perintah untuk pengaksesannya. Tes
dilakukan untuk representasi valid dan tidak valid berdasarkan pada model
sintaksis.
Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam melakukan testing, dimana tiga
hal pertama berkaitan dengan sintaksis dan yang keempat berhubungan dengan
semantik:
1. Sekumpulan karakter-karakter dan simbol-simbol yang dilegitimasi, untuk
pembangunan block dasar dari masukan seperti “\” , “a:”
2. Kata-kata kunci dan fields yang dibangun dari karakter-karakter dan
simbol-simbol i Kata kunci merupakan kata yang mempunyai maksud
tertentu, misal <copy>, <help>.
3. Sekumpulan aturan gramatikal untuk penggabungan kata-kata kunci,
simbol-simbol dan fields, dan pembangunan string yang mempunyai arti
(perintah) dari komponen- komponen, misal perintah <copy c:\cobtxt a:>
4. Sekumpulan aturan bagaimana menginterpretasikan perintah-perintah,
misal dari perintah <copy c:\coba.txt a:> diinterpretasikan sebagai
perintah untuk melakukan duplikasi file yang mempunyai identitas
<coba.txt> dari drive <c> ke floppy disk <a>.

Tujuan Pembelajaran 9.5:


Cross Functional

Cross-functional testing menggunakan matrik interaksi antar fitur dari sistem.


Axis dari matrik X dan Y merupakan fitur dari sistem, dan sel mengindikasikan
komponen yang di- update oleh satu fitur dan kemudian digunakan oleh lainnya.
Tes didesain dari matrik untuk memeriksa interaksi antar fitur yang telah
didifinisikan di dalam matrik tersebut. Interaksi dapat terjadi dalam dua tipe
dependensi, yaitu: secara langsung dengan lewatnya pesan-pesan atau transaksi-
transaksi diantara fitur-fitur, atau secara tidak langsung dengan adanya data umum
yang dipakai bersama oleh fitur-fitur. Tiap dependensi dapat menyebabkan suatu
perubahan status dan tingkah laku dari fitur yang terkait. Pertanyaan kunci untuk
mengidentifikasi cross-functional test cases, adalah “Apakah fitur lain akan
memberikan akibat baru atau memodifikasi fitur?”. Dengan pendekatan ini,
hanya interaksi yang diharapkan yang akan dites. Interaksi yang kelihatannya tidak
mungkin tidak akan dites, jadi volume dan regression testing dapat digunakan.
Cross-functional testing eksternal diidentifikasi dengan menganalisa
kebutuhan sistem dan diskripsi keterkaitan antar fitur. Teknik ini biasanya terbatas,
karena umumnya interaksi tidak terlihat dari sudut pandang black box (eksternal).
Cross-functional testing internal diidentifikasi dengan menganalisa arsitektur
desain gray box dan kode white box serta struktur data. Tujuan analisa ini untuk
melihat interaksi antar komponen software (pada tingkat desain dan data yang
dipakai bersama) dan interaksi-interaksi dalam komponen-komponen (pada tingkat
kode dan data privat, internal). Alat bantu dalam menganalisa kode statis secara
otomatis akan sangat membantu.
Waktu dan sinkronisasi kejadian (event) merupakan hal yang kritis dalam
interaksi antar fitur. Kejadian pembukaan yang terlambat terjadi berarti status awal
tidak dapat dilakukan untuk kejadian tersebut.

9.3 LATIHAN SOAL/TUGAS

1. Kenapa kontinuitas bisnis menjadi faktor yang harus dipertimbangkan


dalam pengujian?

9.4 DAFTAR PUSTAKA


1. Chemuturi, M. (2011). Mastering Software Quality Assurance. Best
Practices, Tools And Techniques For Software Developers. J. Ross
Publishing
2. Lewis, E. W. (2009). Software Testing and Continuous Quality
Improvement. CRC Press
3. Naik, K. & Tripathy, P. (2008). Software Testing and Quality Assurance.
Theory and Practice. John Wiley & Sons

Anda mungkin juga menyukai