Anda di halaman 1dari 9

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA

UNIVERSITAS PAMULANG

PERTEMUAN KE-9
DISAIN TEST CASE LAINNYA
9.1 TUJUAN PEMBELAJARAN
Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut:
❑ Memahami Comparison Testing
❑ Memahami Test Factor Analysis
❑ Memahami Risk Based Testing
❑ Memahami Syntax Testing
❑ Memahami Cross Functional

InfoTI_unpam informatika.unpam.ac.id
Comparison Testing
Comparison testing atau back-to-back testing biasa digunakan Metode tidak mencari kesalahan berdasarkan spesifikasi, asumsi
pada beberapa aplikasi yang mempunyai kebutuhan terhadap yang digunakan adalah spesifikasi benar, karena bila terjadi
reliabilitas amat penting/kritis, seperti sistem rem pada kesalahan pada spesifikasi maka comparison testing menjadi tidak
mobil, sistem navigasi pesawat terbang. efektif atau gagal dalam melakukan identifikasi error.

Untuk itu redundansi hardware dan software bisa saja Contoh Comparison Testing:
digunakan agar dapat meminimalkan kemungkinan error, Pengujian dengan membandingkan 2 aplikasi dengan versi yang
dengan memakai tim terpisah untuk mengembangkan versi berbeda misalnya aplikasi A berbasis Web dan B berbasis Android,
yang berbeda namun mengacu pada spesifikasi yang sama kemuadian buat sebuah table kerangka pengujian.
dari software, walaupun untuk selanjutnya hanya akan ada
satu versi saja yang dirilis atau digunakan. Aplikasi B
Input Hasil Pengujian Aplikasi A (Web)
(Android)
Test cases dibangun dengan menggunakan teknik desain
Klik Menu Login Muncul pesan
test cases yang ada, seperti equivalence partitioning. Tes dengan Username “Username dan
dilakukan pada tiap versi dengan data tes yang sama secara Berhasil Berhasil
dan Password Password tidak
paralel dan real time untuk memastikan konsistensi (keluaran belum terdaftar. terdaftar”
yang dihasilkan dari tiap versi identik). Klik Menu Login Berhasil Login
dengan Username dan masuk ke
Bila keluaran berbeda atau terjadi defect pada satu atau lebih Berhasil Berhasil
dan Password menu utama
versi aplikasi, masing-masing diinvestigasi untuk menentukan terdaftar.
dimana letak kesalahannya, dan versi aplikasi mana yang
melakukan kesalahan.

InfoTI_unpam informatika.unpam.ac.id
Test Factor Analysis
Test factor analysis adalah suatu proses identifikasi faktor-faktor tes (variabel atau kondisi yang
relevan terhadap sistem yang dites, dan dapat bervariasi selama proses testing), dan pilihan
(options), kemudian dengan menggunakan kesamaan dan variasinya untuk menentukan
kombinasi pilihan dari faktor yang akan dites.

Minimum testing: (ΣMi-N+1), Mi = Jumlah opsi tiap faktor tes, N = Jumlah faktor-faktor tes
Contoh:
Faktor 1: Konfigurasi komputer – sistem operasi
Win 95 / NT (2 Opsi)
Faktor 2: Konfigurasi komputer – hard disk
1,5 GB / 2 GB (2 Opsi)

Program Studi Teknik Informatika, Universitas Pamulang


Risk Based Testing
Risk based testing merupakan metode untuk menentukan prioritas dalam
mendesain test cases.
Efektifitas Test = Jumlah defect ditemukan / estimasi jumlah defect Faktor resiko
secara garis besar yang menentukan prioritas kebutuhan sistem/test cases
adalah:
1. Visibilitas dan akibat pada pelanggan
2. Resiko operasi bisnis
2. Sejarah terjadinya defect area yang baru / dimodifikasi.
3. Kontinuitas bisnis.
4. Tingkat kompleksitas pengembangan
5. Kondisi yang diharapkan (positive testing).
6. Kondisi yang tak diharapkan (negative testing).
7. Tingkat prioritas testing dari pengembang atau kontraktor.
8. Tingkat kepercayaan pengembang.
9. Lawan dari kepercayaan pengembang.
10. Observasi tester terhadap kredibilitas pengembang.
11. Keinginan dan perasaan dari tester dan pengguna.
12. Cakupan

Program Studi Teknik Informatika, Universitas Pamulang


Syntax Testing
Syntax testing menggunakan model sintaksis masukan sistem yang didisain secara
normal, yang merupakan suatu cara penggunaan dan penggabungan kata-kata
membentuk suatu frase. Syntax testing sangat berguna untuk sistem yang mengunakan
baris-baris perintah untuk pengaksesannya. Tes dilakukan untuk representasi valid dan
tidak valid berdasarkan pada model sintaksis.
Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam melakukan testing,dimana tiga hal
pertama berkaitan dengan sintaksis dan yang keempat berhubungan dengan semantic :

❑ Sekumpulan karakter-karakter dan simbol-simbol yang dilegitimasi, untuk


pembangunan blok dasar dari input, seperti “\”,”a”
❑ Kata-kata kunci dan fields yang dibangun dari karakter-karakter dan simbol-
simbol.kata kunci ini merupakan kata yang mempunyai maksud tertentu, misal :
<copy>,<help>.
❑ Sekumpulan aturan granatikal untuk penggabungan kata-kata kunci, simbol-simbol
dan komponen,misal : perintah <copy c:\coba.txt a:>.
❑ Sekumpulan aturan bagaimana menginterpretasikan perintah-perintah, missal dari
perintah<copy c:\coba.txt a:> diinterpretasikan sebagai perintah untuk melakukan
duplikasi file yang mempunyai identitas <coba.txt> dari drive<c>ke floppy disk<a>.

Program Studi Teknik Informatika, Universitas Pamulang


Cross Functional
Cross-functional testing menggunakan matrik interaksi antar fitur dari Cross-functional testing eksternal diidentifikasi dengan menganalisa
sistem. Axis dari matrik X dan Y merupakan fitur dari sistem, dan sel kebutuhan sistem dan diskripsi keterkaitan antar fitur. Teknik ini biasanya
mengindikasikan komponen yang di- update oleh satu fitur dan terbatas, karena umumnya interaksi tidak terlihat dari sudut pandang black
kemudian digunakan oleh lainnya. box (eksternal).

Tes didesain dari matrik untuk memeriksa interaksi antar fitur yang Cross-functional testing internal diidentifikasi dengan menganalisa
telah didifinisikan di dalam matrik tersebut. Interaksi dapat terjadi arsitektur desain gray box dan kode white box serta struktur data. Tujuan
dalam dua tipe dependensi, yaitu: secara langsung dengan lewatnya analisa ini untuk melihat interaksi antar komponen software (pada tingkat
pesan-pesan atau transaksi-transaksi diantara fitur-fitur, atau secara desain dan data yang dipakai bersama) dan interaksi-interaksi dalam
tidak langsung dengan adanya data umum yang dipakai bersama oleh komponen-komponen (pada tingkat kode dan data privat, internal). Alat
fitur-fitur. Tiap dependensi dapat menyebabkan suatu perubahan bantu dalam menganalisa kode statis secara otomatis akan sangat
status dan tingkah laku dari fitur yang terkait. membantu.

Pertanyaan kunci untuk mengidentifikasi cross-functional test cases, Waktu dan sinkronisasi kejadian (event) merupakan hal yang kritis dalam
adalah “Apakah fitur lain akan memberikan akibat baru atau interaksi antar fitur. Kejadian pembukaan yang terlambat terjadi berarti
memodifikasi fitur?”. Dengan pendekatan ini, hanya interaksi yang status awal tidak dapat dilakukan untuk kejadian tersebut.
diharapkan yang akan dites. Interaksi yang kelihatannya tidak mungkin
tidak akan dites, jadi volume dan regression testing dapat digunakan.

Program Studi Teknik Informatika, Universitas Pamulang


Berikut ini contoh cross functional testing :

Fitur F1 F2 F3
F1 – C1 M2
F2 – – M3
F3 M1 – –

Keterangan :
▪ Fitur F1 mengupdate hitungan C1 yang digunakan oleh fitur F2.
▪ Fitur F2 tidak mengupdate hitungan C1
▪ Fitur F3 mengirim pesan M1 ke F1
▪ Fitur F1 mengirim pesan M2 ke F3
▪ Fitur F2 mengirim pesan M3 ke F3

Program Studi Teknik Informatika, Universitas Pamulang


8.4 DAFTAR PUSTAKA
1. Chemuturi, M. (2011). Mastering Software Quality Assurance. Best
Practices, Tools And Techniques For Software Developers. J. Ross
Publishing
2. Lewis, E. W. (2009). Software Testing and Continuous Quality
Improvement. CRC Press
3. Naik, K. & Tripathy, P. (2008). Software Testing and Quality Assurance.
Theory and Practice. John Wiley & Sons

Program Studi Teknik Informatika, Universitas Pamulang


TERIMA KASIH, MAHASISWA TEKNIK INFORMATIKA UNGGUL, ANDA SUDAH BELAJAR DENGAN LUAR BIASA

Program Studi Teknik Informatika, Universitas Pamulang

Anda mungkin juga menyukai