Anda di halaman 1dari 39

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PNK POLITEKNIK NEGERI KUPANG

MODUL PRAKTIKUM

PENGUJIAN TANAH II

JURUSAN TEKNIK SIPIL


2013
PRAKATA

Buku ini disusun sebagai pegangan bagi mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Kupang dalam menempuh mata kuliah Pengujian Tanah II. Dalam buku ini, pembahasan
akan lebih mengarah pada pekerjaan tanah yang lebih menekankan pada pemeriksaan
tanah untuk mendapatkan parameter tanah untuk tanah timbunan dan indeks properti
tanah, sebagai kesatuan dari keseluruhan materi untuk pengujian tanah.
Buku ini diharapkan dapat membantu para pembaca (terutama mahasiswa) dalam
memahami metode penentuan parameter tanah di laboratorium untuk keperluan
perencanaan pekerjaan rekayasa sipil, khususnya pekerjaan yang berhubungan dengan
tanah.
Disadari akan kekurangan dalam buku ini sehingga saran dan kritik dari pembaca akan
sangat bermanfaat sebagai bahan koreksi bagi penyusun/penulis demi
penyempurnaannya.

Kupang, Pebruari 2013


Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Pengesahan .......................................................................................................... ii
Prakata ................................................................................................................... iii
Daftar isi ................................................................................................................ iv
Dynamic Cone Penetrometer (DCP) ..................................................................... 1
Pengujian Pemadatan / Proctor ............................................................................. 5
Pengujian CBR Laboratorium ............................................................................... 12
Pengujian Sand Cone ............................................................................................ 17
Pengujian Konsolidasi .......................................................................................... 22
Pengujian Geser Langsung ................................................................................... 29
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 36

iv
DYNAMIC CONE PENETROMETER (DCP)

I. Tujuan
Menentukan harga CBR insitu (lapangan) dengan Dynamic Cone Penetrometer
(DCP).

II. Dasar Teori


Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan nilai CBR tanah dasar. Pangujian ini
akan memberikan data kekuatan tanah sampai kedalaman ± 70 cm di bawah
permukaan lapisan tanah yang ada, atau permukaan tanah dasar. Lapisan-lapisan
bahan perkerasan yang ada perlu disingkirkan terlebih dahulu. Pengujian ini dilakukan
dengan mencatat data masuknya konus yang tertentu dimensinya dan sudut
konusnya, ke dalam tanah untuk setiap pukulan dari palu yang berat dan tingginya
tertentu.

III. Peralatan
1. Satu set alat DCP yang terdiri dari :
- Pemegang
- Penumbuk/hammer 8 – 10 kg tinggi jatuh 46 cm
- Stang penumbuk
- Stang pengantar
- Kepala penumbuk
- Stang penetrasi
- Mistar penetrasi berskala 1 – 100 cm
- Mur pengatur skala mistar
- Konus bersudut 60° atau 30° dengan diameter tengah 2 cm
2. Linggis
3. Satu set kunci

1
IV. Langkah kerja

1. Pilih titik yang ditentukan


2. Letakkan penetrometer yang telah dirakit di atas permukaan tanah yang akan
diperiksa. Letakkan alat tersebut sedemikian rupa sehingga berada dalam posisi
vertikal (penyimpangan sedikit saja akan menyebabkan kesalahan pengukuran
yang relative besar)
3. Baca posisi awal penunjukan mistar ukur (x0) dalam satuan mm yang terdekat.
Penunjukan (x0) ini tidak perlu tepat pada angka nol karena nilai (x 0) ini akan
diperhitungkan pada nilai penetrasi.
4. Angkat palu penumbuk sampai menyentuh pemegang, lalu lepaskan sehingga
menumbuk landasan penumbukannya. Tumbukan ini menyebabkan konus
menembus tanah/lapisan dibawahnya.
5. Baca dan catat jumlah pukulan dan jumlah penetrasinya
6. Pengujian dihentikan apabila :
- Jumlah minimum kedalaman 70 cm, atau
- Jumlah tumbukan maksimum 40 kali
7. Cabut peralatan

2
V. Data percobaan

1. Masukan semua data pada formulir pengujian DCP


2. Hitung :
a. Kedalaman penetrasi = P (mm/BL), (cm/BL)
P = D/N
Dengan :
D = kedalaman penetrasi yaitu pembacaan Dn – Dn-1 (cm)
Dn = pembacaan skala ke-n
N = jumlah pukulan
b. CBR per lapisan (%)
Log CBR = 2,6354 – 1,293 Log P ............... untuk (sudut 60°)
Log CBR = 1,352 – 1,125 Log P ............... untuk (Sudut 30°)
c. Tebal lapisan tanah pada CBRn
D = (Dn) – (Dn-1)........... cm

3
d. CBR representatif

3
 D 3 CBR1  D2 3 CBR2  .........  Dn 3 CBRn 
CBR   1 
 D  D  ........  D 
 1 2 n 

Dengan D1 = tebal lapisan tanah pada CBR1


D2 = tebal lapisan tanah pada CBR2
Dn = tebal lapisan tanah pada CBRn

Tabel pengisian

Titik : ....................

Pukulan Dn CBR per CBR titik


D (cm) P Log P
(N) (cm) lapisan (%) (representatif) (%)
(1) (2) (3) (4) = (3) / (1) (5) = Log10 (4) (6)= (7) =
5 3 3=3-0 0,6= 3/5 Log10 (0,6)
5 5 2=5-3 0,4 =2/5 Log10 (0,4)
5 11 6 = 11 – 5 1,2=6/5 Log10 (1,2)
dst. dst.
.
.
.
.
.

4
PENGUJIAN PEMADATAN (PROCTOR)

I. Tujuan
Pemeriksaan tanah dimasudkan untuk menentukan hubungan antara kadar air
dan kepadatan tanah dengan menggunakan alat penumbuk berat 2,5 kg (5,5 lbs), tinggi
jatuh 30 cm (12”) untuk pemadatan standart (standard proctor) dan alat penumbuk berat
4,54 kg (10 lbs), tinggi jatuh 45,7 cm (18”) untuk pemadatan berat (modified proctor).
Pemeriksaan kepadatan dapat dilakukan dengan 4 cara sebagai berikut :
Cara A : Cetakan diameter 102 mm (4”), bahan lewat saringan 4,75 mm (No. 4).
Cara B : Cetakan diameter 152 mm (5”), bahan lewat saringan 4,75 mm (No. 4)
Cara C : cetakan diameter 102 mm (4”), bahan lewat saringan 19 mm (3/4”)
Cara D : cetakan diameter 152 mm (6”), bahan lewat saringan 19 mm (3/4”)
Catatan : bila tidak ditentukan cara yang dilakukan maka tetapkan cara A atau D

Dari percobaan pemadatan tanah bertujuan untuk :


1. Menentukan harga berat isi kering maksimum (γd max) dan kadar air optimum (wopt =
OMC) suatu tanah kohesif.
2. Menyelidiki sifat-sifat tanah kohesif.

Pada timbunan tanah untuk jalan raya, kereta api, dan dan lain-lainnya, tanah
perlu dipadatkan untuk meningkatkan berat isinya / menaikkan kepadatan sehingga daya
dukung tanahnya naik.
Pemadatan tanah berfungsi untuk :
 Meningkatkan kekuatan tanah, sehingga dengan demikian meningkatkan daya dukung
pondasi di atasnya.
 Menaikkan daya dukung tanah untuk pondasi di atasnya.
 Mengurangi besarnya penurunan.
 Memantapkan kestabilan lereng.
Peralatan yang digunakan untuk pemadatan tanah di lapangan adalah :
 Penggilas besi yang permukaan halus (smooth-wheel rollers)
 Penggilas getar (vibratory rollers)

II. Dasar Teori


Prinsip yang harus diketahui adalah tingkat pemadatan tanah diukur dari berat
volume kering tanah yang dipadatkan, bila air ditambahkan kepada suatu tanah yang
sedang dipadatkan, maka air tersebut akan berfungsi sebagai unsur pembasah (pelumas)

5
pada partikel-partikel tanah. Karena adanya air, partikel-partikel tanah tersebut lebih
mudah bergerak dan bergeseran satu sama lain dan membentuk kedudukan yagn lebih
rapat/padat, dengan demikian berat volume kering dari tanah akan naik bila kadar air
dalam tanah (pada saat dipadatkan) meningkat
Bila kadar airnya ditingkatkan terus menerus secara bertahap pada usaha pemadatan
yang sama, maka berat dari jumlah bahan padat dalam tanah persatuan volume juga akan
meningkat secara bertahap pula.
Percobaan-percobaan di laboratorium yang umumnya dilakukan untuk
medapatkan berat volume kering maksimum dan kadar air optimum adalah Proctor
Compaction Test (Uji Pemadatan Proctor). Pada uji proctor, tanah dipadatkan dalam
sebuah cetakan silinder (mould) diameter 152 mm (6”) kapasitas 0,002124±0.00002 m3
dengan diameter dalam 152,4 ±0,6609 mm (6,000”±0,024”) tinggi 116,43±0,1270 mm
(4,534”±0,005”) untuk pemadatan berat (modified proctor) lengkap dengan plat atas dan
cincin kepala. Selama percobaan dilakukan setakan diklam pada sebuah plat dasar dan
diatasnya diberi perpanjangan (juga berbentuk silinder). Tanah dicampur air dengan kadar
yang berbeda-beda dan kemudian dipadatkan dengan penumbuk khusus, pemadatan
dilakukan dalam 3 lapisan (dengan tebal tiap-tiap lapisan kira-kira 1,0”) dan jumlah
tumbukan 56x setiap lapisan.
Untuk setiap percobaan, berat volume tanah basah (γ) yang dipadatkan dapat dihitung
dengan rumus
W
γ dimana : W  berat tanah yang dipadatkan
Vm 
V  volume cetakan

juga setiap percobaan, besarnya kadar air (ω) dalam tanah yang dipadatkan tersebut
dapat ditentukan di laboratorium dengan rumus :

W2  W3
ω x100%
W3  W1
dimana : W1  berat cawan
W2  berat cawan  tanah
W3  berat cawan  tanahsetelah dioven

6
bila kadar air sudah diketahui, berat volume kering (γd) dari tanah tersebut dapat dihitung
dengan rumus :
γ
γd 
1 ω

dari pasangan data (γd dan ω) pada setiap pemadatan dapat digambarkan grafik
hubungan γd dengan kadar air (ω).
Dari kurva yang digambarkan dapat ditentukan berat isi kering maksimum = γd maks dan
kadar air optimum = ωopt

Berat isi kering (γd)

Zero Air Voids Line

γd maks

Kadar air (w)


wopt

Kurva Pemadatan (γd vs wopt)

Untuk suatu kadar air tertentu, berat isi kering maksimum secara teoritis didapat bila pada
pori-pori tanah sudah tidak ada udaranya lagi, yaitu pada saat dimana derajat kejenuhan
tanah = 100 % / seluruh pori udara terisi oleh tanah maupun air. Kondisi ini disebut juga
“Zero Air Void” (pori-pori tanah tidak mengandung udara lagi), kondisi ini juga dipakai
sebagai control terhadap hasil pemadatan dimana jika dibuat grafik hubungan antara
kadar air dan berat isi kering, maka garis/kurva ini tidak akan pernah memotong kurva
hasil pemadatan.
Berat isi kering kondisi pori udara nol dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

7
G s .γ w
γ zav 
1 e
dimana : γ zav  berat isi kering kondisi pori udara
γ w  berat isi air
e  angka pori, (e  ω.G s )
Gs  berat jenis tanah

III. Peralatan

1. Silinder cetakan (mould) diameter 152 mm (6”) kapasitas 0,002124±0.00002 m3


dengan diameter dalam 152,4 ±0,6609 mm (6,000”±0,024”) tinggi 116,43±0,1270 mm
(4,534”±0,005”) untuk pemadatan berat (modified proctor) lengkap dengan plat atas
dan cincin kepala.
2. Alat penumbuk (hammer : palu) berat 2,5 kg (4.5 lbs), tinggi jatuh 304,8 mm (12”) dan
diameter 50,8 mm (2”) untuk pemadatan standart.
3. Alat penumbuk (Hammer : palu) berat berat 4,54 kg (10 lbs), tinggi jatuh 457,2 mm
(18”) dan diameter 50,8 mm (2”) untuk pemadatan berat (modified proctor).
4. Palu karet
5. Saringan No. 4 (4,25 mm) dan ¾ “ (19 mm).
6. Timbangan (ketelitian 0,1 gr)
7. Oven dengan pengatur suhu 110±50 C.
8. Baki besar secukupnya
9. Baki kecil secukupnya.
10. Gelas ukur
11. Extruder yang sesuai
12. Pisau
13. Sendok.

8
IV. Langkah kerja

A. Persiapan contoh tanah

1. Contoh tanah sebanyak ± 24 kg dikeringkan (dijemur panas matahari).


2. Gumpalan-gumpalannya dihancurkan dengan palu karet dan disaring dengan saringan
No.4
3. Contoh tanah yang lolos saringan No. 4 dibagi menjadi 6 bagian (6 contoh), dengan
berat masing-masing ± 4 kg.
4. Masing-masing bagian ditambahkan kadar airnya dengan bervariasi misalnya 6%; 8%;
10%; 12%; 14%; 16% sambil diaduk secarar merata, kemudian dimasukkan dalam
kantong plastic dan didiamkan selama ± 24 jam, sihingga kemudian diperoleh contoh
tanah dengan 6 macam kadar air.

B. Pemadatan

1. Silinder cetakan dipasang pada alasnya, dibersihkan dan ditimbang, kemudian


pasang cincin kepalanya.
2. Siapkan alat pengukur kadar air.
3. Ambil salah satu contoh tanah, hamparkan ke dalam baki kecil dan dibagi menjadi
3 bagian yang kira-kira sama (untuk 3 lapis).

9
4. Bagian untuk lapis pertama dimasukkan ke dalam silinder diratakan dan ditumbuk
dengan palu standar sebanyak 56 kali secara merata.
5. Dengan cara yang sama lakukan untuk bagian lapis kedua dan ketiga.
6. Lepaskan cincin kepala, permukaan tanah dipotong dan diratakan setinggi silinder,
kemudian ditimbang.
7. Contoh tanah dikeluarkan dari silinder kemudian diukur kadar airnya.
8. Pemadatan dilanjutkan dengan contoh-contoh berikutnya (ke II sampai dengan ke
VI) dengan cara yang sama.
9. Hitung berat isi kering (γd), kemudian diplot pada grafik pemadatan tanah dengan
γd sebagai ordinat dan kadar air (ω) sebagai absis.

10
V. Data percobaan

PEMADATAN TANAH
(ASTM D - 1556 )
Pemadatan Standar / Pemadatan Berat (*)
Diam. Cetakan : cm Tinggi cetakan : Volume cetakan : cm3
Jumlah Lapisan : Jlh Tumbukan : Brt penumbuk : kg
Penentuan kadar air
No. Contoh
No. cawan
Berat tanah basah + cawan (gram)
Berat tanah kering + cawan (gram)
Berat air (gram)
Berat cawan (gram)
Berat tanah kering (gram)
Kadar air (%)
Penentuan kepadatan
No. contoh
Kadar air (w) (%)
Berat tanah + cetakan (gram)
Berat cetakan (gram)
Berat tanah basah (gram)
Berat isi tanah basah (gram)
Berat isi kering (gram)

1 1
)

2 2
3
Berat isi kering (grm/cm

3 3
4 4
5 5
6 6

Kadar air (w %)

Kadar air Optimum : %


3
Kepadatan kering maksimum : gram/cm

11
PENGUJIAN CBR LABORATORIUM

I. Tujuan

Pengujian CBR di laboratorium ini bertujuan untuk menentukan harga CBR tanah dan
campuran tanah agregat yang dipadatkan di laboratorium pada kadar air tertentu. CBR
adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu bahan terhadap beban standar dengan
kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama.

II. Dasar Teori

CBR (California Bearing Ratio) adalah percobaan daya dukung tanah yang dikembangkan
oleh California State Highway Departement. Prinsip pengujian ini adalah pengujian
penetrasi dengan menusukkan benda ke dalam benda uji. Dengan cara ini dapat dinilai
kekuatan tanah dasar atau bahan lain yang dipergunakan untuk membuat perkerasan.
Harga CBR dihitung pada harga penetrasi 0,1 dan 0,2 inchi, dengan cara membagi beban
pada penetrasi ini masins-masing dengan beban sebesar 3000 dan 4500 pound (lbs).
CBR adala perbandingan antara beban penetrasi suatu bahan terhadap beban standar
dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama. Benda ini adalah beban standar
yang diperoleh dari percobaan terhadap bermacam-macam batu pecah (standar material)
yang dianggap mempunyai CBR 100%, jadi harga CBR adalah perbandingan antara
kekuatan tanah yang bersangkutan dengan kekuatan bahan aggregat yang dianggap
standar.
Percobaan CBR dapat dilakukan pada contoh tanah asli (undisturb samples) ataupun
pada contoh tanah yang dipadatkan (compated samples), juga dapat dilakukan di
lapangan langsung pada tanah yang akan di uji. Contoh tanah yang dipadatkan
(compaction samples) untuk percobaan CBR biasanya dibuat dalam cetakan yang
mempunyai diameter 6 inchi. Tinggi contoh tanah dibuat sama seperti pada percobaan
pemadatan, dan cara memadatkan tanahnya juga sama yaitu dengan memakai alat
pemukul dan jumlah lapisan yang sama, karena luas cetakan CBR lebih besar dari luas
cetakan pemadatan, maka banyaknya pukulan harus ditambah untuk mendapatkan daya
pemadatan yang sama yaitu : 2
6
Banyaknya pukulan pada contoh CBR =   x 25  56 Pukulan
 4

12
Pada pembuatan jalan baru tanah dasar (subgrade) harus dipadatkan sebaik-baiknya,
untuk menjadikan lebih kuat dan untuk menjamin supaya kekuatannya seragam. Apabila
tanah asli kurang baik, maka tanah tersebut mungkin dapat digantikan dengan tanah yang
sifatnya lebih baik untuk merupakan tanah dasar.
Untuk perencanaan jalan baru, tebal perkerasan biasanya ditentukan dari nilai CBR tanah
dasar yang dipadatkan. Nilai CBR yang dipergunakan untuk perencanaan disebut “design
CBR”. Cara yang dipakai untuk mendapatkan “design CBR” ini ditentukan dengan 2 faktor,
yaitu :
- Kadar air tanah serta berat isi kering pada waktu dipadatkan.
- Percobaan pada kadar air yang mungkin akan terjadi setelah perkerasan selesai
dibuat.
Ada bermacam cara yang dapat dipakai untuk mendapatkan “design CBR” ini, yang
terbaik adalah cara yang dikembangkan oleh U.S Army Corps of Engineers. Pada cara ini
terlebih dahulu harus dilakukan pemadatan untuk menentukan kadar air optimum. Untuk
itu disediakan contoh dengan kadar air berlainan, kadar air diatur sedemikian rupa
sehingga mendapat beberapa kadar di atas dan di bawah optimum.

III. Peralatan

1. Satu set mesin CBR yang terdiri dari :


2. Kerangka Beban (Load Frame)
3. Piston standar
4. Proving Ring
5. Dial
6. Silinder cetakan contoh yang sesuai
7. Palu Standard
8. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr
9. Saringan No. 4
10. Palu karet
11. Baki yang sesuai
12. Sendok Tanah
13. Stop Watch
14. Keping beban
15. Alat pengukur kadar air

13
IV. Langkah kerja

A. Persiapan Contoh Tanah


1. Contoh tanah yang telah diketahui harga Kadar Air Optimum (OMC)-nya,
dikeringkan (dijemur diterik matahari).
2. Bongkahan-bongkahan tanah dihancurkan dengan palu karet, kemudian disaring
dengan saringan N0. 4.
3. Contoh yang lolos saringan N0. 4 dibuat 3 bagian masing-masing beratnya ± 4,5
kg (untuk 3 contoh) kemudian ditambahkan kadar airnya (dibuat) hingga kadar
airnya sama dengan OMC, diaduk dengan merata dan diamkan selama 24 jam.
4. Contoh tanah dipadatkan di dalam silinder cetakan dengan menggunakan palu
standar (sesuai dengan test pemadatan tanah) dengan jumlah tumbukan 10 ; 25 ;
56 kali setiap lapis, kemudian bagian atas (permukaan silinder diratakan).
5. Salah satu contoh langsung dilakukan CBR test (tanpa direndam)
B. Pengujian
1. Pasang Proving Ring dan piston dalam rangka beban.
2. Tempatkan contoh tanah di atas dongkrak dari rangka beban.
3. Atur posisi piston hingga menyentuh permukaan tanah, kemudian stel bacaan ring
pada posisi nol stand.
4. Beri keping pemberat pada permukaan contoh tanah dan pasang dial pengukuran
penetrasi.

14
5. Siapkan stop watch dan alat pencatat.
6. Putar dongkrak hingga piston berpenetrasi dengan kecepatan penetrasi 0,005
permenit (1,25 mm/menit) sambil dicatat bacaan ring pada interval : ¼ ; ½ ; 1 ; 2 ;
3 ; 4 ; 6 ; 8 dan 10 menit.
7. Setelah itu piston dilepas.
8. Ukur kadar airnya.

V. Data Percobaan

Perhitungan Nilai CBR.

Perhitungan dilakukan pada contoh dengan penumbukan 10, 25 dan 56 kali.


- CBR pada 0,1 inchi. Data :
Pembacaan dial = ........ divisi
Kalibrasi proving ring = ........ Lbs/div
Beban = Pembacaan dial * Kalibrasi proving ring = ........ Lbs.
Nilai CBR = Beban / 3000 Lbs
- CBR pada 0,2 inchi.
Data :
Pembacaan dial = ........ divisi
Kalibrasi proving ring = ........ Lbs/div
Beban = Pembacaan dial * Kalibrasi proving ring = ........ Lbs.
Nilai CBR = Beban / 4500 Lbs

Kesimpulan
1. Pada pengujian pemadatan didapatkan kadar air optimum (OMC) adalah ……. % dan
kadar air awal contoh tanah sebelum diuji adalah ……%, sedangkan kadar air rencana
adalah …… % sehingga untuk mencapai kadar air rencana dilakukan penambahan air
sejumlah …… %.
2. Dari hasil pengujian dan setelah dibuat grafis hubungan berat isi kering dan nilai CBR
0,1 didapat nilai CBR adalah …… %.

15
Form Perhitungan Data

CBR LABORATORIUM
(ASTM D 1883 - 87)
Jumlah Tumbukan : kali
Perhitungan kadar air Perhitungan berat Isi Tanah
No Contoh No Contoh
Berat tanah basah + cawan (gram) Berat tanah + cetakan (gram)
Berat tanah kering + cawan (gram) Berat cetakan (gram)
Berat air (gram) Berat tanah (gram)
Berat Cawan (gram) Volume Cetakan (cm 3)
Berat tanah kering (gram) Berat isi tanah basah (gr/cm 3)
3
Kadar air (w) (%) Berat isi tanah kering (gr/cm )
Kadar air rata - rata (w) (%)
Beban - Penetrasi
Proving Ring : Lb/div
Waktu Penetrasi Bacaan Beban
(Menit) (inchi) (Div.) (Lb)
0.25 0.0125
0.5 0.0250
1 0.0500
1.5 0.0750
2 0.1000
3 0.1500
4 0.2000
6 0.3000
8 0.4000
10 0.5000
Beban (lbf)

Penetrasi 0.1" 0.2"


Nilai CBR =

Penetrasi (inchi)

16
PENGUJIAN KEPADATAN LAPANGAN
DENGAN METODE KERUCUT PASIR (SAND CONE)

I. Tujuan

- Menentukan harga berat isi kering (γd) di lapangan.


- Memeriksa derajat kepadatan tanah (Dr)
Percobaan ini dilakukan sesaat setelah dipadatkan (seperti badan jalan dan
sebagainya). Derajat kepadatan tersebut adalah perbandingan antara berat isi kering
lapangan dengan berat isi kering laboratorium.

II. Dasar Teori

Terjadi pada penimbunan tanah untuk jalan raya, sungai, bangunan gedung dan
lainnya. Pada umumnya pengujian sand cone ini dilakukan pada pembangunan jalan
raya. Tanah lepasnya haruslah dipadatkan untuk meningkatkan volumenya,
pemadatan tersebut fungsinya untuk meningkatakkan kekuatan tanah, sehingga
mampu mendukung pondasi yang di atasnya. Pemadatan juga dapat mengurangi
besarnya penurunan (settlement) tanah yang berlebihan, tentunya pemadatan benar-
benar dilakukan (sesuai dengan spesifikasi). Tingkat pemadatan tanah diukur dari
berat kering volume tanah yang dipadatkan. Prosedur standar untuk menentukan berat
volume di lapangan akibat pemadatan adalah dengan metode kerucut pasir, dengan
ini volume lubang yang dibuat di lapangan dapat dicari dengan menggunakan pasir
Ottawa dengan diameter seragam.

III. Peralatan Yang Digunakan

1. Satu set botol dengan corongnya.


2. Timbangan dengan ketelitian 0,001 gram.
3. Silinder yang diketahui volumenya (diameter sesuai dengan diameter corong).
4. Kaleng dengan tutup
5. Meteran/jangka sorong.
6. Alat penggali yang terdiri dari sraper, pahat, pisau, sendok, mal dan sebagainya.
7. Alat pengukur kadar air.
8. Pasir Ottawa dengan diameter seragam dan kering.

17
Peralatan Sand cone

IV. Langkah kerja

A. Menentukan volume botol


 Timbang corong + botol dengan berat (W1) gram
 Pasang corong + botol, buka krannya dan isi dengan air sampai keluar dari
kran
 Tutup kran dan buang air kelebihan
 Timbang corong + botol + air dengan berat (W2) gram
 Berat air = volume botol (W2 - W1)
B. Menentukan berat isi pasir
 Pasang botol + corong, tutup kran dan isi dengan pasir, buka kran kembali
dan jaga supaya corong selalu terisi pasir minimal setengahnya sampai botol
terisi ± ¾ bagian
 Tutup kran dan buang sisanya
 Timbang botol + pasir (W3) gram
 Berat pasir = (W3 – W1) gram
W3  W1
 Berat isi pasir =
W2  W1
C. Menentukan berat pasir dalam corong
 Isi botol dengan pasir dan timbang (W4) = (W3) gram
 Letakkan corong di bawah dan buka kran sampai pasir berhasil mengalir
 Tutup kran dan timbang corong + botol berisi pasir (W5) gram
D. Menentukan berat isi tanah
 Isi botol dengan pasir secukupnya dan timbang (W6) gram

18
 Ratakan tanah yang akan diuji, letakkan plat berlubang dan jepit dengan
angker penjepit
 Besar lubang ± 10 cm dalam (tidak melebihi satu hamparan padat)
 Masukkan seluruh tanah galian dalam kantong plastik yang telah diketahui
beratnya (W9) gram, kemudian timbang (W8) gram
 Letakkan botol di atas pelat berlubang dengan corong di bawah, buka kran
sehingga pasir mengalir memenuhi lubang dalam corong, sampai pasir
berhenti mengalir
 Tutup kran dan timbang sisa pasir dalam botol (W7) gram
E. Menentukan kadar air tanah di lapangan

W2  W3
w x 100%
W3  W1
dimana : w  kadar air
W1  berat cawan
W2  berat cawan  tanah basah
W3  berat cawan  tanag kering setelah dioven

Derajat kepadatan di lapangan


 dlap
Dr  x 100%
 dlab

Dimana :
γd lap = berat isi kering maksimum yang dicapai dari pemadatan lapangan
γd lap = berat isi kering maksimum yang dicapai dari pemadatan laboratorium

19
V. Data percobaan

Kesimpulan
1. Melihat hasil penelitian yang dilakukan di lapangan pada tanah timbunan yang
telah dipadatkan dengan alat Sand Cone, maka didapatkan :
• Berat isi kering γd.lap ......... gr/cm3
• Kadar air rata-rata .......... %
2. Sedangkan hasil penelitian kepadatan di laboratorium (Proctor test) dengan
pengambilan tanah dari lokasi yang dipakai untuk bahan urugan itu didapat :
• Berat isi kering γd.lab .......... gr/cm3
• Kadar air rata-rata ........... %
3. Setelah dibandingkan antara berat isi kering lapangan dengan berat isi kering
laboratorium, maka di dapatkan Derajat Kepadatan (Dr) ....... %.
4. Melihat dari hasil pengujian yang didapat dari Pengujian Kerucut Pasir dan
Pengujian Pemadatan, maka dapat disimpulkan ................................................

20
21
PENGUJIAN KONSOLIDASI

I. Tujuan

1. Menentukan sifat-sifat pemampatan suatu jenis tanah


2. Data-data yang diperoleh adalah :
• Koefisien Konsolidasi (Cv)
• Koefisien perubahan volume (mv)
• Koefisien permeabilitas.

II. Dasar Teori

Bila suatu massa mendapatkan beban tekanan di atasnya, maka akan terjadi
pengecilan volume atau pemampatan (Compresion) dan sifat tanah yang berkenaan
dengan pengaruh berkurangnya volume oleh tekanan ini disebut Daya Mampat
(Compressibility).
Pemampatan tanah terjadi melalui 2 proses :
- Gas keluar disebut dengan Instant Settlement, proses ini berlangsung dengan cepat,
Karena gas mudah keluar dan sangat kompresibel.
- Air keluar disebut dengan Consolidation Settlement, proses ini biasanya berlangsung
cukup lama, karena air sukar keluar dari pori tanah dan tidak kompresibel.
Peristiwa pemampatan tanah yang berlangsung dengan keluarnya gas dari pori
tanah disebut Pemampatan Tanah, sedangkan peristiwa pemampatan yang berlangsung
dengan keluarnya air pori disebut Konsolidasi. Jadi konsolidasi adalah peristiwa
berubahnya volume dari massa tanah yang sama besarnya dengan volume air yang
berdrainase keluar akibat suatu beban pada tanah tersebut.
Pada umumnya konsolidasi akan berlangsung dalam satu arah saja yaitu arah vertikal,
Karen a lapisan yang kena beban itu tidak dapat bergerak dalam jurusan horizontal yang
ditahan oleh tanah. Dalam keadaan demikian pengaliran air juga akan berjalan ke arah
vertikal saja yang disebut Konsolidasi Satu Arah (One Dimensional Consolidation). Dan
perhitungan konsolidasi biasanya didasarkan teori konsolidasi satu arah.
Peristiwa pemampatan tanah yang berlangsung dengan keluarnya gas dari pori
tanah disebut Pemampatan Tanah, sedangkan peristiwa pemampatan yang berlangsung
dengan keluarnya air pori disebut Konsolidasi. Jadi konsolidasi adalah peristiwa
berubahnya volume dari massa tanah yang sama besarnya dengan volume air yang
berdrainase keluar akibat suatu beban pada tanah tersebut.

22
Pada umumnya konsolidasi akan berlangsung dalam satu arah saja yaitu arah vertikal,
Karen a lapisan yang kena beban itu tidak dapat bergerak dalam jurusan horizontal yang
ditahan oleh tanah. Dalam keadaan demikian pengaliran air juga akan berjalan ke arah
vertikal saja yang disebut Konsolidasi Satu Arah (One Dimensional Consolidation). Dan
perhitungan konsolidasi biasanya didasarkan teori konsolidasi satu arah.
Pada waktu konsolidasi berlangsung, bangunan diatas lapisan tersebut akan
bergerak turun. Dalam masalah Teknik Sipil yang perlu diperhatikan adalah :
• Besarnya penurunan yang akan terjadi.
• Kecepatan penurunan.
Pada lempung penurunan yang terjadi lebih besar berlangsung pada waktu yang
lama, sedangkan pada pasir berlangsung lebih cepat, biasanya penurunan pada pasir
dianggap sudah selesai setelah bangunan selesai didirikan.
Prosedur untuk melakukan uji konsolidasi satu-dimensi pertama kali diperkenalkan
oleh Terzaghi. Uji tersebut dilakukan di dalam konsolidometer (Oedometer). Pada
umumnya, bentuk grafik yang menunjukkan hubungan antara pemampatan dengan waktu,
dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa ada 3 tahapan yang berbeda yang dapat
dijalankan sebagai berikut :
1. Pemampatan awal (Initial Compression) yang pada umumnya adalah disebabkan oleh
pembebanan awal (Preloading).
2. Konsolidasi primer (Primary Consolidation) yaitu periode selama tekanan air pori
secara lamban laun dipindahkan ke dalam tegangan efektif, sebagai akibat dari
keluarnya air pori-pori tanah.
3. Konsolidasi sekunder (Secondary Consolidation) yang terjadi setelah tekanan air pori
hilang seluruhnya. Pemampatan yang terjadi disini adalah disebabkan oleh
penyesuaian yang bersifat plastis dari butir-butir tanah

III. Peralatan
1. Satu set alat konsolidasi yang terdiri dari cell konsolidasi dan rangka beban, lengkap
dengan keeping beban yang sesuai.
2. Dial dengan kecepatan 0,01 mm.
3. Alat pencetak yang terdiri dari ring pencetak, extruder, alat pemotong, dsb.
4. Stop watch dengan kapasitas lebih dari 100 menit.
5. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr.
6. Kunci-kunci dsb.

23
IV. Langkah kerja

1. Ring pencetak dibersihkan, diukur dimensinya dan ditimbang.


2. Contoh tanah dikeluarkan dari tabungnya dan dicetak dengan ring pencetak. Kedua
permukaannya diratakan, kemudian ditimbang.
3. Dengan menggunakan doli (piston) contoh tanah dikeluarkan dari ring dan langsung
ditempatkan ke dalam cell konsolidasi. Bagian bawah dan atasnya diberi batu pori dan
kertas saringan.
4. Pada bagian atas dipasang pelat pemompa.
5. Tempatkan cell yang berisi contoh tanah tersebut pada rangka beban, kemudian atur
lengan beban dengan hati-hati, hingga jarum penekanannya tepat menyentuh plat
penumpu, tapi contoh tidak boleh tertekan.
6. Pasang dial dan distel sebagai nol stan.
7. Cell diisi air hingga penuh dan di biarkan selama 24 jam hingga contoh menjadu
jenuh.
8. Setelah 24 jam catat pembacaan dial sebagai pembacaan awal.
9. Mulai diberi pembebanan pertama yaitu beban yang memberikan tekanan pada contoh
tanah sebesar 0,25 kg/cm2, sambil dibaca pada interval waktu ; 0”; ¼”; 1”; 2 ¼ “; 4”;6
¼ “;9”; 12 ¼”; 16”; 25”; 36”; 49”; 64”; 81”; 100”; dan 1440” (selama 24)
10. Tambahkan beban secara bertahap, hingga setiap tahap tekanan berturut-turut
menjadi 0,25; 0,5; 1 ; 2 ; 4 ; ;8 kg/cm2 sambil diadakan pembacaan seperti langkah, 9
setiap tahap.

24
11. Setelah tekanan 8 kg/cm2 dicapai, beban dikurangi secara bertahap hingga tekanan
menjadi 2 ; 0,5 ; dan 0 kg/cm2. untuk pembacaan hanya diambil setiap 24 jam atau
setiap akan megurangi beban.
12. Contoh tanah dikeluarkan, ditimbang dan diukur kadar airnya.

V. Data Percobaan

1. Penentuan Kadar Air dan Berat Kering


Berat kering (Bk) didapat dari pengovenan benda uji setelah selesai percobaan
konsolidasi. Kadar air dihitung sebelum (ωn) dan sebuah (ωa) konsolidasi. Kadar air
sama dengan perbandingan berat air dengan berat butir tanah.
2. Penentuan Tinggi Efektf
Tinggi efektif benda uji adalah penurunan total yang terjadi akibat pemampatan yang
dapat dicapai oleh tanah atau sama dengan tinggi butiran-butiran tanah (jika dianggap
menjadi satu). Tinggi efektif (Hs) dapat dihitung sebagai berikut :

Bk
Hs 
A * G s 
dimana :
Bk  Berat tanah kering (berat benda uji)
A  Luas panampang benda uji
Gs  Berat jenis tanah

3. Penurunan Total
Penurunan total (∆H) yang terjadi pada setiap pembebanan adalah pembacaan arloji
(dial) pada permulaan pembebanan dikurangi pembacaan sesudah pemebebanan.
4. Angka Pori
Angka pori awal (angka pori = eo) dihitung dengan rumus :

eo 
H s  H 0 
Hs
dimana :
H0  Tinggi benda uji mula - mula
5. Perubahan Angka Pori (∆e)
Perubahan angka pori pada setiap pembebanan dihitung dengan rumus :

h ΔH
Δc  
Hs Hs
dimana : h = ∆H = Penurunan total pada setiap pembebanan.

25
6. Angka Pori Pada Setiap Pembebanan
Angka pori pada setiap pembebanan dihitung dengan rumus :
e  H o  Δe

7. Derajad Kejenuhan
Derajad Kejenuhan (Sr) dihitung pada keadaan sebelum dan sesudah percobaan
dengan rumus :

Sr 
ω * G s 
e
dimana ;
ω  kadar air benda uji

8. Koefisien Konsolidasi (Cv)


Hitunglah tinggi benda uji rat-rata pada setiap pembebanan. Buat grafik pembacaan
penurunan terhadap (√2) dari waktu setiap pembebanan, sebagian dari grafik ini
merupakan garis lurus dan tarik lurus (garis a) memotong ordinat dan titik potong garis
ini dengan ordinat (A) dianggap sebagai titik nol (0) yang benar. Tentukan titik B pada
ordinat sejauh 1,15 x 0A dan tarik garis lurus (garis b) dari titik B ke titik perpotongan
(garis a) dengan absis dan memotong kurva penurunan. Titik perpotongan (garis b)
dengan kurva penurunan adalah harga t90 yang diproyeksikan pada ordinat yaitu
waktu untuk mencapai konsolidasi 90%.
Hitung Koefisien Konsolidasi (Cv) dengan rumus :

Cv 
0,848 * H 
2

t 90
dimana :
t w  waktu untuk mencapai konsolidas i 90% (detik) didapat secara grafis
H  tinggi benda uji rata - rata pada pembebanan yang bersangkut an

26
Contoh perhitungan

1. Penentuan kadar air dan berat kering

KADAR AIR
Nomor Krus 1 5 24
Berat Krus + Tanah basah (gr) 16,5 15,6 13,7
Berat Krus + tanah kering (gr) 12,3 11,4 9,9
Berat air (gr) 4,2 4,2 3,8
Berat Krus (gr) 6,0 5,5 4,0
Berat tanah kering (gr) 6,3 5,9 5,9
Kadar air tanah (%) 66,67 71,19 64,41
Kadar air rata-rata 67,63

2. Penentuan Tinggi efektif (Ht)


Berat tanah kering (yang diuji) (Bk) = 72,6 gr
Luas penampang benda uji (A) = 32,17 cm2
Berat jenis tanah (Gs) = 2,61

Ws 72,6
2H o    0,86cm
G s .γγw. 2,61x1x32, 17

3. Angka pori
Tinggi benda uji mula-mula (2H) = 2,5 cm

2H  2H o 2,5  0,86
e   1,89
2H o 0,86

4. Derajad kejenuhan (Sr) dihitung pada keadaan sebelum dan sesudah percobaan.
Kadar air benda uji (ω) = 67,42 %
Angka pori = 0,64

Sr 
.Gs

67,63. 2,61  93,39
e 1,89

27
5. Koefisien Konsolidasi (Cv)
Pada pembebanan 2 kg.
H = 1,20 cm
t90 = 5,76

Cv 
0,848XH   0,848x1,20   0,212
m
2 2

t 90 5,76

Kesimpulan
Dari Grafik didapatkan :
a. Angka Pori = 0,644
b. koefisien Konsolidasi (Cv) = 0,530

28
PENGUJIAN GESER LANGSUNG

I. Tujuan

Untuk menentukan kekuatan tanah terhadap gaya horizontal, dengan cara menentukan
harga kohesi (c) dari sudut geser dalam (υ) dari suatu contoh tanah pada bidang geser
tertentu.

II. Dasar Teori

Keruntuhan geser (shear Failure) dalam tanah adalah akibat gerak relatif antara
butirnya, bukan karena butirnya hancur. Oleh karena itu kekutan tanah bergantung kepada
gaya-gaya yang bekerja antara butirnya. Kekuatan geser tanah dapat dianggap terdiri dari
dua bagian :
1. Bagian yang bersifat kohesi yang bergantung kepada jenis tanah dan kepadatan
butirnya.
2. Bagian yang mempunyai sifat gesekan (Frictional) yang sebanding dengan
tegangan efektif yang bekerja pada bidang geser.

Kekuatan geser suatu massa tanah meruapakan perlawanan internal tanah tersebut
persatuan luas terhadap keruntuhan atau pergeseran sepanjang bidang geser dalam
tanah yang dimaksud, untuk menganalisa masalah stabilitas tanah seperti daya dukung
(Bearing Capacity), stabilitas talud/lereng (Slope Stability), dan tekanan tanah kesamping
pada turap maupun tembok penahan tanah (Earth Pressure), mula-mula kita harus
mengetahui sifat-sifat ketahanan gesernya.
Garis keruntuhan (Failure Envelope) sebenarnya berbentuk garis lengkung tetapi untuk
masalah-masalah mekanika tanah, garis tersebut cukup didekati dengan sebuah garis
lurus yang menunjukan hubungan linier antara tegangan normal dan geser :

  c   u tan 

dimana :
c = kohesi
υ = sudut geser dalam
σu = tegangan normal efektif

29
Harga parameter-parameter kekuatan geser tanah dapat ditentukan dengan pengujian di
laboratorium, yaitu terutama dengan melakukan dua pengujian pokok yaitu uji geser
langsung (direct shear test) atau uji triaksial.
Pengujian dengan alat uji geser langsung, kekuatan geser dapat diukur secara langsung.
Alat ini terdiri dari kotak logam berisi sampel tanah yang akan diuji. Sampel tanah tersebut
dapat berbentuk penampang bujur sangkar atau lingkaran. kotak tersebut terbagi dua
sama sisi dalam arah horizontal. Gaya normal pada sampel tanah didapat dengan
menaruh suatu beban mati di atas sampel tersebut, kemudian contoh tanah diberi
tegangan geser sampai tercapai nilai maksimum. Tegangan geser ini diberikan dengan
memakai kecepatan bergerak (Strain rate) yang konstan.
Pada pengujian tegangan terkendali (strain-controlled), suatu kecepatan gerak mendatar
tertentu dilakukan pada bagian belahan atas, dari pergerakan geser horizontal tersebut,
dapat diukur dengan bantuan sebuah arloji ukur horizontal. Besarnya gaya hambatan dari
tanah yang bergeser dapat diukur dengan membaca angka-angka pada sebuah arloji ukur
ditengah sebuah pengukuran beban lingkar (Proving Ring) perubahan volume dari suatu
sampel tanah selama uji berlangsung.
Pada pengujian tertentu, tegangan normal dapat dihitung sebagai berikut :

Gaya Normal
  Tegangan normal 
Luas Penampang lintang sampel tanah

tegangan geser yang melawan pergerakan geser dapat dihitung sebagai berikut

Gaya geser yang melawan gerakan


  Tegangan Geser 
Luas penampang lintang sampel tanah

a. Hitung gaya geser Ph ;

Ph = Bacaan arloji x Kalibrasi Proving Ring

b. Hitung kekuatan geser τ :


Ph

Ac

Pv
n 
c. Hitung tegangan geser normal σn : Ac

30
gambarkan grafik hubungan ∆B/B versus τ, kemudian dari masing-masing benda
dapatkan τ max.
gambarkan garis lurus c dan υ. Untuk mendapatkan parameter c dan υ dapat diselesaikan
dengan cara matematisnya (persamaan Regresi Linier).

III. Peralatan

1. Alat geser langsung yang terdir dari :


2. Stang penekan dan pemberi beban.
3. Alat penggeser lengkap dengan cincin penguji (Proving Ring) dan 2 buah arloji
geser (Extensiometer).
4. Cincin pemeriksaan yang terbagi dua dengan penguncinya terletak dalam kotak.
5. Dua buah batu pori.
6. Alat pengeluaran contoh tanah dan pisau pemotong.
7. Cincin pencetak benda uji.
8. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr.
9. Stop watch

31
IV. Langkah Kerja

A. Persiapan.

Benda uji tanah asli (undisturbed)


Contoh tanah asli tabung ujungnya diratakan dan cincin pencetak benda uji ditekan pada
ujung tanah tersebut, tanah dikeluarkan secukupnya untuk 3 benda uji. Pakailah bagian
yang rata sebagai alas dan ratakan atasnya.

Benda uji asli bukan dari tabung


Contoh tanah digunakan harus cukup besar untuk membuat 3 benda uji. Persiapan benda
uji sehingga tidak terjadi kehilangan kadar air. Bentuklah benda uji dengan cincin
pencetak. Dalam mempersiapkan benda uji terutama untuk tanah yang peka harus hati-
hati guna menghindari terganggunya struktur asli dari tanah tersebut

Benda uji buatan (dipadatkan)


Contoh tanah harus dipadatkan pada kadar air dan berat yang dikehendaki. Pemadatan
dapat langsung dilakukan pada cincin pemeriksaan atau pada tabung pemadatan.
Tebal minimum benda uji kira-kira 1,3 cm tapi tidak kurang dari 6 kali diameter butir
maximum.
Perbandingan diameter terhadap tebal benda uji harus minimal 2 : 1 Untuk benda uji yang
berbentuk empat persegi panjang atau bujur sangkar perbandingan lebar dan tebal
minimum 2 : 1.

B. Pengujian

1. Timbang benda uji


2. Masukan benda uji ke dalam cincin pemeriksaan yang telah terkunci menjadi satu
dan pasanglah batu pori pada bagian atas dan bawah benda uji.
3. Stang penekan dipasang vertikal untuk memberi beban normal pada benda uji dan
diatur sehingga beban yang diterima oleh benda uji sama dengan beban yang
diberikan pada stang tersebut.

32
4. Penggeseran benda uji dipasang pada arah mendatar untuk memberikan beban
mendatar pada bagian atas cincin pemeriksaan. Atur pembacaan arloji geser
sehingga menunjukan angka nol. Kemudian buka kunci cincin pemeriksaan.
5. Berikan beban normal pertama sesuai dengan beban yang diperlukan. Segera
setelah pembebanan pertama diberikan, isilah kotak cincin pemeriksaan dengan
air sampai penuh diatas permukaan benda uji, jagalah permukaan ini supaya tetap
selama pengujian berlangsung.
6. Diamkan benda uji sehingga konsolidasi selesai. Catat proses konsolidasi tersebut
pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan cara pemeriksaan konsolidasi.
7. Sesudah konsolidasi selesai hitung t50 untuk menentukan kecepatan
penggeseran. Konsolidasi penggeseran dapat ditentukan dengan membagi
deformasi geser maximum dengan 50. Deformasi geser maksimum kira-kira 10 %
diameter/panjang sisi asli benda uji.
8. Lakukan pemeriksaan sehingga tekanan geser konstan dan bacalah arloji geser
setiap 15 detik.
9. Berikan beban normal yang pertama dan lakukan langkah-langkah 6, 7, dan 8.
10. Berikan beban normal pada benda uji ketiga sebesar 3 kali beban normal pertama
dan lakukan langkah-langkah 6, 7, dan 8.

V. Data dan Perhitungan

Data dan menghitung dapat dilihat dalam daftar terlampir.


Contoh perhitungan : (diambil σn = 0,2 kg/cm2 dan t = 1 menit)
Menghitung ∆B :
∆B = Waktu x Strain rate

60 mm
Strain Rate  1 %/ menit  per menit  0,6 mm/menit
100
B  1 menit x 0,6 mm/menit  0,6 mm

Menghitung ∆B/B = ∆B / diameter.


∆B/B = 0,6 / 60 x 100 = 1 %
menghitung luas tampang setelah dikoreksi

   1 
Ac  x B B - B  x 6 x 6 -   28,23 cm
2

4 4  100 

33
Hitung Gaya Geser Ph
Ph = bacaan arloji x kalibrasi Proving Ring
= 19 x 0,4 = 7,60 kg
Hitung kekuatan geser τ
Ph 19 x0,4
   0,2692 kg/cm 2
Ac 28,23

Menghitung sudut geser dalam (υ)

 3  2 0,5554  0,5270
Tan     0,017
 n3   n 2 0,8  0,4
  arc tan 0,017  4,060

Menghitung C :
Dari grafik didapatkan C = 0,48 kg/cm2

34
Form Perhitungan Data
PEMERIKSAAN GESER LANGSUNG
(DIRECT SHEAR)
Proyek : Tgl uji :
Lokasi : Dikerjakan :
Jenis Tanah : Diperiksa :
Dikerjakan : Tgl Uji :

Teg.
Waktu Teg. Geser
Beban normal = 8 kg Beban normal = 16 kg Beban normal = 24 kg Normal
(menit) = P/A
Pmbac.dial Teg. Geser Pmbac.dial Teg. Geser Pmbac.dial Teg. Geser =N/A

Grafik hub. antara teg. normal & teg. geser

0.1
Teg. Geser (kg/cm2)

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Teg. Normal (kg/cm2)

35
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional, (2008), “Tata Cara Kuat Geser Langsung tanah
Terkondolidasi dan terdrainase”: SNI 2813-2008, Jakarta

Badan Standardisasi Nasional, (2008), “Cara Uji Kepadatan Berat Untuk Tanah”: SNI
1743-2008, Jakarta

Badan Standardisasi Nasional, (2008), “Cara Uji Kepadatan Ringan Untuk Tanah”: SNI
1742-2008, Jakarta

Badan Standardisasi Nasional, (2011), “Cara Uji Konsolidasi Tanah Satu Dimensi”: SNI
2812-2011, Jakarta

Budi, G.S. (2011), “Pengujian Tanah di Laboratorium”, Graha Ilmu, Yogyakarta

Departemen Pekerjaan Umum, (2008), “Cara Uji CBR dengan Dynamic Cone
Penetrometer”: Pedoman Bahan Konstruksi Bangunan dan Konstruksi
Sipil, R-SNI 2008, Jakarta

Juwadi, (2000), “Petunjuk Praktikum Pengujian Tanah”, Politeknik Negeri Bandung,


Bandung

Tim Laboratorium Geoteknik dan Mekanika Tanah, (2008), “Buku Panduan Praktikum
Mekanika Tanah (I dan II)”, Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yograkarta

36

Anda mungkin juga menyukai