Anda di halaman 1dari 7

BAB III

3.1 KONSEP KELUARGA


3.1.1. Pengertian
Istilah keluarga didefinisikan berbeda-beda tergantung dari orientasi teoritis yang
digunakan. Beberapa definisi keluarga sering menggunakan teori interaksi, sistem atau
tradisional. Secara tradisional keluarga didefinisikan sebagai berikut:
a. Keluarga adalah kumpulan anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui
pertalian darah, adopsi atau perkawinan (Andarmoyo, 2012).
b. Keluarga adalah sebuah sistem social dan kumpulan dari beberapa komponen yang
saling berintraksi satu dengan yang lainnya (Menurut Logan's dalam Andarmoyo,
2012).
c. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dan
dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI 2012 dalam Andarmoyo, 2012)
d. Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai
ikatan emosional, dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan tugas
(Allender dan Spradley dalam Tantut, 2012).
3.1.2. Jenis/Tipe Keluarga
Tipe keluarga menurut Friedman, Bowden, & Jones tahun 2013 (dalam Susanto, 2012)
a. Tradisional
1. the nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak tinggal dalam satu rumah
2. Keluarga dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu
rumah.
3. Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak sudah
memisahkan diri.
4. The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak
terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karir/ pendidikan yang terjadi
pada wanita.
5. The extended family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti
nuclear family disertai paman, tante, orangtua (kakeknenek), keponakan.
6. The single parents family
Keluarga orang tua tunggal Keluarga yang terdiri dari satu orangtua (ayah atau ibu)
dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian atau karena
ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
7. Commuter family
Kedua orang tua bekerja di Kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai
tempat tinggal dan orangtua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota
keluarga pada saat "weekends" atau pada waktu waktu tertentu.
8. Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama
dalam satu rumah
9. Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan
saling menggunakan barang barang dan pelayanan yang Sama. Contoh: dapur, kamar
mandi, televise, telepon, dan lain-lain.
10. Blended family
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak
dari hasil perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.
11. The single adult living alone/single-adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau
perpisahan (separasi) seperti: perceraian atau ditinggal mati.

b. Non Tradisional
1.the unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orangtua dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2. the stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri.
3. Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara yang
hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang Sama, pengalaman yang
Sama; sosialisasi anak dengan kelompok/membesarkan anak bersama. melalui
aktivitas
4 .Keluarga kumpul kebo heteroseksual non-nikah Keluarga yang hidup bersama
berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5. Keluarga gay dan lesbian Seseorang yang memiliki persamaan sex hidup bersama
sebagaimana marital partners"
6. cohabitating family
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan
tertentu.

7. Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang
saling merasa menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexual dan
membesarkan anak.
8. group nework family
Keluarga inti yang dibatasi oleh aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan
saling menggunakan barang barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan
bertanggung jawab besarkan anak.
9. foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara di dalam waktu
sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
10. homeless family
Keluarga yang berbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena
krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem
kesehatan mental.

3.1.3. Strukture Keluarga


Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di
masyarakat. Struktur keluarga terdiri dari :
a. Patrilinial
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi,
dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi,
dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu
c. Patriakal
Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami
d. matriakal
Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
e. Keluarga kawin
Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa anak
saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau
istri.

3.1.4. Peranan Keluarga


Peranan keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam
konteks keluarga. Sehingga peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dalam situasi tertentu. Peranan
individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan
masyarakat. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing, antara lain adalah:
a. Ayah
Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung/ pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan
juga sebagi anggota masyarakat kelompok sosisal tertentu
b. ibu
Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung
keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga sebagai
anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.
c. Anak
Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik,
mental, sosial, dan spiritual (Setiadi, 2008).

2.1.5. Tahapan Perkembangan dan Tugas Perkembangan Keluarga


Tahap perkembangan keluarga dibagi sesuai dengan kurun waktu tertentu yang dianggap
stabil, misalnya keluarga dengan anak pertama berbeda dengan keluarga dengan remaja.
Menurut Rodgers (Friedman, 1998), meskipun setiap keluarga melalui tahap perkembangannya
secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama. Tiap tahap
perkembangan membutuhkan tugas atau fungsi keluarga agar dapat melalui tahap tersebut
dengan sukses. Tahap-tahap perkembangan keluarga yang paling banyak digunakan untuk
keluarga inti dengan dua orang tua adalah delapan tahap siklus kehidupan keluarga dari Duvall
(1977):
a. Tahap I Pasangan Baru (Keluaraga Baru) Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu
laki-laki (suami) dan wanita (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing dan yang berakhir ketika lahirnya anak pertama. Dua
orang yang membentuk keluarga perlu mempersiapkan kehidupan keluarga yang baru karena
keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi dalam kehidupan sehari hari. Tugas
perkembangan pada tahap pasangan baru adalah:
1. Membina hubungan intim yang memuaskan, yaitu pemenuhan kebutuhan psikologis suami
dan istri. Suami maupun istri perlu saling memerhatikan, menciptakan komunikasi terbuka
dan menyenangkan, serta saling menghargai dan menghormati keberadaannya (fungsi
afektif keluarga).
2.Membina hubungan persaudaraan secara harmonis, suami maupun istri harus saling
menjalin hubungan dengan keluarga pasangannya sehingga terbentuk interak si sosial yang
harmonis (fungsi sosialisasi keluarga).
3. Mendiskusikan rencana memiliki anak, pasangan suami istri harus mulai merencanakan,
kapan dimulainya kehamilan sampai berapa anak yang diinginkan dengan
mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki (fungsi perawatan anak secara fisik,
psikologis maupun sosial dan fungsi ekonomi) (diadaptasi dari Tantut (2012), Andarmoyo
(2012)).
b. Tahap II keluarga "Child-bearing" (Kelahiran Anak Pertama)
Dimulai dari lahirnya anak pertama sampai dengan anak berusia 30 bulan atau 2, 5 tahun.
Kehadiran bayi pertama ini akan menimbulkan suatu perubahan yang besar dalam kehidupan
rumah tangga. Kelahiran anak pertama merupakan pengalaman keluarga yang sangat penting dan
sering merupakan krisis keluarga. Masalah-masalah yang lazim ditemukan pada tahap ini adalah:
Suami merasa diabaikan Terdapat peningkatan perselisihan dan argument antara suami dan istri.
Intruksi dalam jadwal yang kontinu Kehidupan seksual dan sosial terganggu dan menurun Oleh
karena itu, keluarga dituntut untuk mampu beradaptasi terhadap peran baru yang dimilikinya dan
harus mampu melaksanakan tugas dari peran baru tersebut. Tugas perkembangan pada tahap
child bearing adalah:
1.Persiapan menjadi orang tua, yaitu keluarga mulai mengintegrasi bayi ke dalam
kehidupan keluarga sehingga keluarga mulai memainkan peran sebagai orangtua. Bayi
membutuhkan perhatian besar untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
2.Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga: peran, interaksi, hubungan seksual dan
kegiatan, keluarga perlu mengidentifikasi tugas perkembangan pribadi dan perannya
sebagi orangtua. Hal ini dibutuhkan agar tidak terjadi penyimpangan dalam
menjalankan tugasnya, serta membantu menyelesaikan tugas yang dibebankan.
3.Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan, Hubungan yang
kokoh dan bergairah sangat penting bagi stabilitas dan moral keluarga. (Diadaptasi dari
Tantut (2012), Andarmoyo (2012))
c. Tahap III keluarga dengan anak Prasekolah
Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 2, 5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5
tahun. Pada tahap ini kesibukan akan bertambah sehingga menuntut perhatian yang lebih banyak
dari orangtua. Orangtua adalah arsitek keluarga sehingga orangtua harus merancang dan
mengarahkan perkembangan keluarga agar dapat semakin memperkokoh kemitraan dan
perkawinan mereka. Tugas perkembangan pada tahap prasekolah:
1. Memenuhi Kebutuhan anggota keluarga seperti tempat tinggal, privasi dan rasa aman
Membantu anak untuk bersosialisasi.
2.Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara anak yang lain juga harus
terpenuhi
3.Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun diluar keluaga (keluarga
lain dan lingkungan sekitar)
4. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak
5.Pembagian tanggung jawab anggota keluarga. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi
tumbuh dan kembang anak (dalam Tantut, 2012)

d. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah


Tahap ini dimulai saat anak berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir
pada usia 12 tahun. Keluarga perlu membantu meletakan dasar penyesuaian diri anak dengan
teman sebaya. Tugas perkembangan pada tahap anak usia sekolah adalah :
1. Membantu sosialisasi anak: tetanga, sekolah dan lingkungan, kegiatan mendorong
anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual, menyediakan aktivitas untuk
anak dan membantu sosialisasi anak keluar rumah merupakan kegiatan yang harus
dilakukan oleh orangtua.
2.Mempertahankan keintiman pasangan, saat ini hubungan perkawinan sering
mengalami penurunan.orantua lebih fokus pada karir dan pendidikan anak.
3. Memenuhi kebutuhan fisik anggota keluarga, keluarga perlu menyediakan kebutuhan
gizi bagi anggota keluarganya. Keluarga perlu pula menyediakan kebutuhan anak akan
kesehatan terutama kesehatan kulit dan gigi. (Diadaptasi dari Tantut (2012),
Andarmoyo (2012)).
e. Tahap V keluarga dengan Remaja
Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir pada 6-7 tahun
kemudian. Tahap ini merupakan tahap yang paling sulit, karena orangtua melepas otoritasnya
dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik antara orangtua dan
remaja karena anak menginginkan kebebasan untuk melakukan aktivitasnya sementara orangtua
mempunyai hak untuk mengontrol. Tugas perkembangan pada tahap remaja adalah:
1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, orangtua harus
mempercayai anak agar mandiri secara prematur, dengan mengabaikan kebutuhan
ketergantungannya.
2. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga, pada masa ini anak telah lebih
bertanggung jawab terhadap diri sendiri sehingga pasangan suami istri akan lebih
banyak waktu untuk dapat meniti karir atau menciptakan kesenangan perkawinan.
3. Mempertahankan komunikasi terbuka
4. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga, meskipun
peraturan dalam keluarga perlu diubah, etika dan standar moral keluarga perlu
dipertahankan oleh orangtua, sementara remaja mencari nilai dan keyakinan mereka
sendiri (dalam Tantut, (2012) & Andarmoyo, (2012)).
f. Tahap VI keluarga dengan dewasa awal
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir saat anak
terakhir meninggalkan rumah. Keluarga menyiapkan membantu anak tertua dalam melepaskan
diri untuk membentuk keluarga sendiri dan tetap membantu anak terakhir/yang lebih kecil untuk
mandiri. Tugas perkembangan pada tahap dewasa awal adalah:
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2. Mempertahankan keintiman pasangan
3. Membantu orangtua suami/isteri yang memasuki lansia
4. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga (Dalam Tantut, 2012)
g. Tahap VII keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai saat anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun
atau kematian salah satu pasangan. Atau pada saat orangtua berusia 45-55 tahun dan berakhir 16-
18 tahun kemudian. Tugas perkembangan pada tahap pertengahan pertengahan adalah:
1. Mempertahankan kesehatan
2. menjaga hubungan sebaya dan anak-anak
3. Memperkokoh hubungan perkawinan (Dalam Tantut, 2012 dan andarmoyo, 2012)
h. Tahap VIII keluarga Lansia
Tahap ini merupakan tahap terakhir dimana, dimulai ketika salah satu atau ke dua
pasangan pensiun, sampai salah satu pasangan meninggal dan berakhir ketika ke dua pasangan
meninggal. Proses lanjut usia dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena
berbagai stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga. Dengan memenuhi tugas
perkembangan pada fase ini diharapkan orangtua mampu beradaptasi menghadapi stressor
tersebut. Tugas perkembangan pada tahap lansia adalah:
1. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2. Menyesuaikan diri dengan perubahan.
3. Mempertahankan hubungan perkawinan.
4. Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi

Anda mungkin juga menyukai