Makalah Defisit Perawatan Diri (Camelia) TKT 3
Makalah Defisit Perawatan Diri (Camelia) TKT 3
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 gangguan jiwa meningkat dari
tahun 2013 dengan hasil 1.7 menjadi 7 per mil rumah tangga, artinya
perseribu rumah tangga terdapat 7 rumah tangga yang memiliki keluarga
yang mengalami gangguan jiwa, sehingga diperkirakan jumlahnya sekitar
450.000 ODGJ berat. Dari tahun 2013 sampai 2018, prevalensi penderita
skizofrenia di Indonesia meningkat dari 1,7% menjadi 7%, dan di Sumatra
Utara juga mengalami peningkatan dari 1,2% menjadi 6%.
2
Erlando,2019).Berdasarkan praktikyang dilakukan di ruangan Mawar jumlah
pasien sebanyak 20 orang terdiagnosa skizofrenia dan subjek dalam kasus
kelolalan adalah NyW denganmasalahdefisit perawatan diri. Penyebab Ny W
sebagai subjek dikarenakan klien malas merawat diri dikarenakan pengaruh
suara yang sering muncul. Maka tujuan asuhan keperawatan yang di lakukan
ialah untuk mengajarkan standar pelaksanaan (SP 1-4) dengan masalah defisit
perawatan diri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Dari Defisit Perawatan Diri ?
2. Jelaskan Jenis- Jenis Defisit PerawatanDiri ?
3. Bagaimana Etiologi Defisit Perawatan Diri ?
4. Bagaimana Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri ?
5. Bagaimana Proses Terjadinya ?
6. Bagaimana Rentang respon kognitif Defisit Perawatan Diri ?
7. Apa saja Mekanisme Koping Defisit Perawatan Diri ?
8. Bagaimana Akibat Dari Defisit Perawatan Diri ?
9. Bagaimana Penatalaksanaan Pada Pasien Defisit Perawatan Diri ?
10. Pohon Masalah ?
11. Bagaimana Askep Pada pasien Defisit Perawatan Diri ?
1.3 Tujuan.
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan jiwa dengan
Defisit Perawatan Diri
2. Tujuan Khusus
a) Agar Mahasiswa mengetahui konsep teori Defisit Perawatan Diri
b) Agar Mahasiswa dapat mengetahui Askep teoritis Defisit Perawatan Diri
1.4 Manfaat
Dengan dibuatnya makalah Askep Defisit Perawatan Diri Agar dapat
menambah pengetahuan terutama mahasiswa Akper Setih Setio Bagaimana
cara melakukan Askep pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada
pasien gangguan jiwa dimana seseorang yang mengalami kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-
hari secara mandiri seperti tidak ada keinginan untuk mandiri secara teratur,
tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau nafas, dan penampilan
tidak rapi (Wulandari et al., 2022).
Menurut Sutejo (2019) jenis – jenis perawatan diri dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Defisit perawatan diri : mandi Tidak ada keinginan untuk mandi secara
teratur, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi.
2. Defisit perawatan diri : berdandan atau berhias Kurangnya minat dalam
memilih pakaian yang sesuai, tidak menyisir rambut, atau mencukur
kumis.
4
3. Defisit perawatan diri : makan Mengalami kesukaran dalam mengambil,
ketidakmampuan membawa makanan dari piring ke mulut, dan makan
hanya beberapa suap makanan dari piring.
4. Defisit perawatan diri : toileting Ketidak mampuan atau tidak adanya
keinginan untuk emlakukan defeksi atau berkemih tanpa bantuan
2.3 Etiologi
a. Factor predisposisi (Nurhalimah,2016).
5
seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi semuanya
yang memerlukan uang untuk menyediakannya
4) Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada
klien penderita DM, ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6) Kebiasaan Seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti pengguanaan sabun, shampoo dan
lain-lain.
Menurut Jalil (2015), tanda dan gejala defisit perawatan diri terdiri dari :
1. Malas mandi
2. Tidak mau menyisir rambut
3. Tidak mau menggosokgigi
4. Tidak mau memotongkuku
5. Tidak mauberhias/berdandan
6. Tidak bisa/tidak mau menggunakan alat mandi/kebersihandiri
6
minum
8. BAB dan BAKsembarangan
9. Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK
10. Tidak mengetahui cara perawatan diri yangbenar
b. Data objektif
1. Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang.
2. Tidak menggunakan alat mandi pada saat mandi dan tidak mandi
dengan benar.
3. Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, serta tidak
mampu berdandan.
2.5 ProsesTerjadinya
Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri (Hastuti, 2018) adalah :
7
a. Data Subjektif
b. Data Objektif
1) Rambut kotor,acak-acakan
Menurut Ginting (2021), rentang respon perawatan diri pad aklien adalah
sebagai berikut :
Adaptif Maladaptf
Keterangan :
8
b. Kadang perawatan kadang tidak, saat klien mendapatkan stressor
kadang-kadang klien tidak memperhatikan perawatandirinya.
c. Tidak melakukan perawatan diri, klien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stressor.
2.7 MekanismeKoping
2.8 Akibat
a) Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpelirahannya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan membrane
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku
b) Dampak Psikosial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan keb. rasa nyaman, kebutuhan cinta mencintai, kebutuhan harga diri
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial ( Damaiyanti, 2012 )
2.9 Penatalaksanaan
9
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung
BAB III
ASKEP TEORITIS
10
3.1 Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa
d. PemeriksaanFisik
11
Pemeriksaan TTV, pemeriksaan head to toe yang merupakan
penampilan klien yang kotor dan acak-acakan.
e. Psikososial
1) Genogram
a) CitraTubuh
d) IdealDiri
Berisi harapan paien akan keadaan tubuhnya yang ideal,
posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan/sekolah,
harapan klien akan lingkungan sekitar,dan penyakitnya
(Grasela, 2021).
12
e) HargaDiri
1) Penampilan
3) Aktivitas motorik
13
rendah diri dan merasa dihina (Malle, 2021).
5) Afek
1. Makan
14
2. Berpakaian
1. Adaptif
15
sama sekali, selalu menghindari orang lain.
3.3.2 DiagnosaKeperawatan
4) Isolasisosi sosial
16
17
IntervensiKeperawatan
Halusinasi Klien dapat membina Ketika di evaluasi Klien mau a. Membina hubungan saling
Pendengaran hubungan saling membalas salam, berjabat tangan, percaya dengan cara
percaya menyebutkan nama, tersenyum, ada (menjelaskan maksud dan
kontak mata,serta menyediakan waktu tujuan interaksi, jelaskan
untukkunjunganberikutnya tentang kontrak yang akan
dibuat, beri rasa aman
dan sikap empati)
Klien paham dan Klien paham dan mampu Sp 1
mampu memahami halusinasi dan 1. Diskusikan bersama klien
mengendalikan mengendalikan halusinasi dengan tentang halusinasi (isi,
halusinasi dengan cara mempraktikan cara frekuensi, waktu terjadi,
cara mempraktikan menghardik situasi pencetus, perasaan,
caramenghardik dan responhalusinasi)
2. Latih klien caramenghardik
Klien paham dan Klien paham dan mau minum Sp 2
mau minum obat obat secara teratur Latih klien minun obat secara
secarateratur teratur
18
Klien paham dan Klien paham dan mampu Sp 3
mampu mengendalikan halusinasi dengan Latih klien bercakap-cakap
mengendalikan cara bercakap-cakap dengan dengan orang lain
halusinasi dengan orang lain
cara bercakap-cakap
dengan oranglain
19
Klien dapat Klien mampu menyebutkan dan Sp 2 :
melakukan cara mendemonstrasikan cara perawatan Latih cara perawatan diri: berhias
perawatan diriberhias diri berhias
klien dapat Klien mampu menyebutkan dan SP 3
melakukan cara mendemonstrasikan cara perawatan Latih cara perawatan diri:
perawatan diri makan diri makan dan minum makan dan minum
danminum
20
kegiatan yang dapat sesuai kemampuan yang
digunakan dipilih2
Klien paham dan Klien paham dan mampu melatih Sp 4
mampu melatih kegiatan yang dapat digunakan Latih kegiatan
kegiatan yang dapat sesuai kemampuan yang
digunakan dipilih3
21
3.3.4 Implementasi Keperawatan
1. Evaluasi formatif
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan
hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah
perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai
keefektifan tindakan keperawaatan yang telah dilaksanakan.Perumusan
evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah
SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data hasil
pemeriksaan dan observasi), analisis data (perbandingan data dengan teori),
dan perencanaan.
2. Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evalusi sumatif ini bertujuan
menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah
diberikan.Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah
melakukan wawancara pada akhir layanan, menanyakan respon klien dan
22
keluarga terkait layanan keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir
layanan.
Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan
keperawatan.
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Deficit perawatan diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang
mengalami hambatan ataupun gangguan dalam kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri, seperti mandi,
berpakaian, makan, dan eliminasi untuk dirinya sendiri (Tumanduk,
Messakh, & Sukardi, 2018).
2. Menurut Sutejo (2019) jenis – jenis perawatan diri dibagi menjadi 4 yaitu :
a) Defisit perawatan diri : mandi Tidak ada keinginan untuk mandi secara
teratur, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak
rapi.
b) Defisit perawatan diri : berdandan atau berhias Kurangnya minat dalam
memilih pakaian yang sesuai, tidak menyisir rambut, atau mencukur
kumis.
c) Defisit perawatan diri : makan Mengalami kesukaran dalam
mengambil, ketidakmampuan membawa makanan dari piring ke mulut,
dan makan hanya beberapa suap makanan dari piring.
d) Defisit perawatan diri : toileting Ketidak mampuan atau tidak adanya
keinginan untuk emlakukan defeksi atau berkemih tanpa bantuan
4.2 Saran
1. Bagi Perawat Diharapkan dapat menerapkan komunikasi terapeutik dalam
pelaksanaan strategi pertemuan 1-3 pada klien Defisit Perawatan Diri
sehingga dapat mempercepat proses pemulihan klien.
2. Bagi Institusi Pendidikan Dapat meningkatkan bimbingan praktek
lapangan kepada mahasiswa D3 Keperawtan sehingga mahasiswa semakin
mampu dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien-klien yang
mengalami Defisit perawatan diri.
24
3. Bagi Klien Laporan ini diharapkan dapat menjadi acuan dan referensi
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Defisit
Perawatan Diri
25
26