Anda di halaman 1dari 17

KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL


Jl. Salemba Raya Nomor 28 Jakarta Pusat 10430

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI SOSIAL


NOMOR /4/HK.01/8/2022
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN PERMAKANAN BAGI LANJUT USIA
KELUARGA TUNGGAL DAN PENYANDANG DISABILITAS TUNGGAL

DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI SOSIAL

Menimban : a. bahwa sebagai salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan


g dasar berupa pemberian pangan bagi lanjut usia keluarga
tunggal dan penyandang disabilitas tunggal agar memperoleh
kebutuhan permakanan yang layak, perlu untuk
melaksanakan pemberian permakanan;

b. bahwa pemberian permakanan sebagaimana dimaksud dalam


huruf a, dilaksanakan dengan tertib, efektif, efisien dan
akuntabel serta tepat sasaran, maka perlu disusun pedoman
pelaksanaan pemberian permakanan bagi lanjut usia
keluarga tunggal dan penyandang disabilitas tunggal;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan
Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial tentang Pedoman
Pelaksanaan Pemberian Permakanan Bagi Lanjut Usia
Keluarga Tunggal dan Penyandang Disabilitas Tunggal;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1998 Nomor 190, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3796);
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4916);
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang
Disabilitas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5871);
4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan
Fakir Miskin (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5235);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294);
6. Peraturan Presiden Nomor 110 Tahun 2021 tentang
Kementerian Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2021 Nomor 270);
2

7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015


tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
Pemerintah di Kementerian/Lembaga (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1340) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
173/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang
Mekanisme Anggaran Bantuan Pemerintah pada
Kementerian/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 1745);
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.05/2015
tentang Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian
Negara/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 2047) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 228/PMK.05/2016
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
254/PMK.05/2015 tentang Belanja Bantuan Sosial pada
Kementerian Negara/Lembaga (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 2147);
9. Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2019 tentang
Penyaluran Belanja Bantuan Sosial di Lingkungan
Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2019 Nomor 75);
10. Peraturan Menteri Sosial Nomor 11 Tahun 2020 Tentang
Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah di
Lingkungan Kementerian Sosial (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 1233);
11. Peraturan Menteri Sosial Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Asistensi Rehabilitasi Sosial (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 1007);
12. Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2022 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 140);
13. Peraturan Menteri Sosial Nomor 3 Tahun 2022 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di
Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 273);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI SOSIAL


TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN PERMAKANAN
BAGI LANJUT USIA KELUARGA TUNGGAL DAN PENYANDANG
DISABILITAS TUNGGAL.
KESATU : Menetapkan pedoman pelaksanaan pemberian permakanan bagi
lanjut usia keluarga tunggal dan penyandang disabilitas tunggal.
KEDUA : Pedoman pelaksanaan pemberian permakanan bagi lanjut usia
keluarga tunggal dan penyandang disabilitas tunggal
sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU sebagai acuan
bagi:
3

a. direktorat rehabilitasi sosial lanjut usia;


b. direktorat rehabilitasi sosial penyandang disabilitas;
c. unit pelaksana teknis di lingkungan Direktorat Jenderal
Rehabilitasi Sosial;
d. pemerintah daerah provinsi;
e. pemerintah daerah kabupaten/kota; (kecamatan/kel/des ?)
f. lembaga kesejahteraan sosial;
g. kelompok masyarakat; dan
h. penerima manfaat.
untuk melaksanakan kegiatan perencanaan, implementasi,
supervisi, monitoring, dan evaluasi pemberian permakanan.
KETIGA : Pedoman pelaksanaan pemberian permakanan bagi lanjut usia
keluarga tunggal dan penyandang disabilitas tunggal
sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Direktur Jenderal ini.
KEEMPAT : Lampiran sebagaimana dimaksud dalam Diktum KETIGA terdiri
atas:
a. pendahuluan;
b. pelaksanaan program permakanan;
c. kelembagaan;
d. monitoring dan evaluasi; dan
e. penutup.
KELIMA : Pelaksanaan pemberian permakanan bagi lanjut usia keluarga
tunggal dan penyandang disabilitas tunggal dibebankan pada
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Direktorat Jenderal
Rehabilitasi Sosial. (Apabila melalui dana hibah dibebankan
pada ?)
KEENAM : Keputusan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan akan diperbaiki sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal Agustus 2022
DIREKTUR JENDERAL
REHABILITASI SOSIAL,

PEPEN NAZARUDDIN

Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth:


1. Menteri Sosial.
2. Direktur Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan.
3. Para Pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Sosial.
4. Para gubernur di seluruh Indonesia.
5. Para bupati/walikota di seluruh Indonesia.
6. Yang bersangkutan untuk diketahui dan dilaksanakan sebagaimana
mestinya.
4

LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
REHABILITASI SOSIAL
NOMOR …………/4/HK.01/8/2022
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN
PERMAKANAN BAGI LANJUT USIA
KELUARGA TUNGGAL DAN
PENYANDANG DISABILITAS TUNGGAL

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat ini di tengah masyarakat pada ditemukan banyak lansia
keluarga tunggal dan disabilitas tunggal belum bisa memenuhi
kebutuhan dasar yaitu permakanan secara mandiri. Kondisi
kehidupan lansia yang tinggal sendiri membebani masyarakat sekitar.
Bahkan yang lebih ironis ada lansia yang meninggal baru diketahui
beberapa hari kemudian setelah warga sekitar mencium aroma tidak
sedap akibat lansia yang meninggal beberapa hari tidak diketahui.

Terkait permasalahan tersebut pemerintah melalui Kementerian


Sosial terus berupaya meningkatkan pelayanan kepada para lanjut
usia dan penyandang disabilitas di Indonesia terutama untuk
melindungi dari resiko kelaparan atau tidak terpenuhi kebutuhan
dasar berupa permakaan yang bila dibiarkan akan berakibat fatal.
Solusi untuk mengatasi masalah lansia dan disabilitas yang belum
bisa memenuhi kebutuhan dasar berupa permakanan dilaksanakan
kegiatan pemberian permakanan.

B. Maksud dan Tujuan


Pedoman ini dimaksudkan sebagai panduan pelaksanaan pemberian
permakanan agar pengelolaannya dilaksanakan secara tertib,
akuntabel, efektif, efisien dan tepat sasaran sesuai prinsip
pengelolaan keuangan negara.
Pedoman ini ditujukan bagi lanjut usia keluarga tunggal dan
penyandang disabilitas tunggal sebagai upaya penghormatan,
perlindungan dan jaminan sosial dalam bentuk pemenuhan
kebutuhan dasar berupa pangan dan/atau nutrisi.

C. Pengertian
Dalam Keputusan Direktur Jenderal ini yang dimaksud dengan:
1. Permakanan adalah sebuah kegiatan untuk memberikan
makanan terdiri dari nasi/sejenisnya (menyesuaikan dengan
daerah masing-masing), lauk pauk, sayur, buah potong dan air
mineral yang diberikan sebanyak 2 (dua) kali dalam sehari dalam
1 (satu) kali pengantaran.
5

2. Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam


puluh) tahun atau lebih.
3. Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami
keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam
jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan
dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi
secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya
berdasarkan kesamaan hak.
4. Lanjut usia keluarga tunggal adalah lanjut usia yang terdaftar
seorang diri dalam kartu keluarga.
5. Penyandang disabilitas tunggal adalah seseorang yang memiliki
kedisabilitasan dan tinggal sendiri di rumah tangga atau tercatat
sendiri dalam kartu keluarga.
6. Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya
disingkat PPKS adalah perseorangan, keluarga, kelompok,
dan/atau masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan,
atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya,
sehingga memerlukan pelayanan sosial untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya baik jasmani dan rohani maupun sosial
secara memadai dan wajar.
7. Keluarga Tunggal adalah keluarga dengan jumlah anggota 1 (satu)
orang dalam kartu keluarga.
8. Pendamping Rehabilitasi Sosial adalah seseorang yang ditugaskan
untuk melakukan pendampingan kepada pemerlu pelayanan
kesejahteraan sosial Rehabilitasi Sosial.
9. Data Terpadu Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disingkat
DTKS adalah Sekumpulan data terdiri atas Data Pemerlu
Pelayanan Kesejahteran Sosial, Penerima Bantuan dan
Pemberdayaan Sosial, dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial
yang dikelola dalam Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial Next
Generation.
10. Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal
Rehabilitasi Sosial yang selanjutnya disebut UPT merupakan unit
pelaksana teknis di bidang rehabilitasi sosial yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal
Rehabilitasi Sosial.
11. Penerima manfaat permakanan adalah lanjut usia dan
penyandang disabilitas telah tercatat dalam Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial dan ditetapkan oleh Direktorat Jenderal
Rehabilitasi Sosial.
12. Petugas Kirim adalah petugas yang melakukan pengiriman
permakanan ke alamat sasaran penerima manfaat permakanan.
13. Kelompok masyarakat adalah kelompok masyarakat yang
melaksanakan pengadaan barang/jasa dengan dukungan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Alt:
Kelompok masyarakat adalah lembaga yang melaksanakan
kegiatan pemberian permakanan.
14. Ahli Gizi program permakanan adalah seseorang yang bekerja di
bidang pelayanan gizi dan makanan.
15. Pejabat Pembuat Komitmen atau selanjutnya disingkat PPK adalah
6

Pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan


barang/jasa dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemberian
permakanan.
16. Pelaksana Permakanan adalah kelompok masyarakat yang
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial untuk
melaksanakan kegiatan pemberian permakanan
17. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah
pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan
Sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran
pada kementerian negara/lembaga yang bersangkutan.

D. Sasaran Program
Sasaran program ini adalah lanjut usia keluarga tunggal dan
penyandang disabilitas tunggal dengan kriteria sebagai berikut:
a. miskin atau tidak mampu;
b. terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial;
c. bukan berstatus sebagai pensiunan/istri/suami PNS dan/atau
Purnawirawan TNI atau Polri;
d. memiliki Nomor Induk Kependudukan dan Nomor Kartu Keluarga
yang telah dipadankan dengan data dari Direktorat Jenderal
Kependudukan dan Catatan Sipil Kementerian Dalam Negeri;
e. bukan sebagai penerima bantuan Program Keluarga Harapan
dan/atau Program Sembako;
f. Diusulkan lurah/kepala desa/camat/nama lain sebagai penerima
manfaat permakanan.

BAB II
7

PELAKSANAAN PROGRAM PERMAKANAN

A. Penetapan Data Penerima Manfaat


Penetapan data penerima manfaaat program permakanan dilakukan dengan
mekanisme:
1. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial berkoordinasi dengan Pusat Data
dan Informasi Kesejahteraan Sosial terkait data calon penerima bantuan
permakanan;
2. Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial menyerahkan data calon
penerima manfaat permakanan kepada Direktorat Jenderal Rehabilitasi
Sosial yang bersumber dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial;
3. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial memilah data sesuai dengan
kabupaten/kota.
4. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial berkoordinasi dengan Dinas
Sosial Kabupaten/Kota.
5. Dinas Sosial Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan
Camat/Lurah/Kepala Desa dan/atau nama lain untuk melakukan
verifikasi dan validasi data calon penerima manfaat permakanan.
6. Camat/Lurah/Kepala Desa dan/atau nama lain melakukan verifikasi
dan validasi data calon penerima manfaat dengan melibatkan
pendamping rehabilitasi sosial, IPSM, TKSK dan PSKS lainnya;
7. Hasil verifikasi dan validasi berupa data Nama, NIK, Nomor KK, DTKS,
usia, dan alamat calon penerima manfaat yang telah disahkan oleh
Camat/Lurah/Kepala Desa dan/atau nama lain untuk selanjutnya
ditetapkan sebagai Penerima manfaat dan disampaikan kepada Direktur
Jenderal Rehabilitasi Sosial dengan tembusan kepada Camat, Kepala
Dinas Sosial kabupaten/kota;
8. Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial membuat Surat Keputusan
penetapan Penerima Manfaat Permakanan
9. Apabila ada lansia keluarga tunggal dan disabilitas tunggal yang belum
masuk dalam DTKS, pemerintah desa/keluarahan/kecamatan dapat
mengusulkan agar nama tersebut diproses masuk ke dalam DTKS.

B. Penggantian Data Penerima Manfaat


Penggantian/perubahan data penerima manfaat permakanan dapat
dilakukan karena masih tersedianya pagu/kuota permakanan dan/atau
berhentinya status sebagai penerima manfaat disebabkan karena:
a. meninggal dunia;
b. menolak atas permintaan sendiri;
c. pindah domisili;dan/atau
d. tidak memenuhi kriteria penerima permakanan.

Penggantian/perubahan data penerima manfaat tersebut dilakukan sebagai


berikut:
1. Dalam hal terjadi perubahan data penerima manfaat untuk sasaran,
dilakukan melalui musyawarah kelurahan atau desa atau nama lain
yang hasilnya dituangkan dalam Berita Acara Perubahan data penerima
manfaat dan ditandatangani oleh lurah atau kepala desa atau nama
lain.
2. Camat/Lurah/Kepala Desa dan/atau nama lain membuat surat
pengantar dan Berita Acara Perubahan data penerima manfaat dengan
8

dilampiri:
a. bukti terjadinya perubahan penerima manfaat, berupa surat
kematian atau surat pindah atau surat pernyataan menolak bagi
penerima manfaat yang diganti;
b. KTP dan Kartu Keluarga pengganti calon penerima manfaat yang
tercantum dan masuk Data Terpadu Kesejahteraan Sosial;
3. Surat pengantar dan berita acara Perubahan data penerima manfaat
disampaikan kepada Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial dengan
tembusan kepada Camat dan Kepala Dinas Sosial kabupaten/kota.
4. Surat pengantar dan Berita Acara Perubahan data penerima manfaat
sebagai dasar perubahan surat Keputusan Direktur Jenderal
Rehabilitasi Sosial.

C. Pendanaan
Pelaksanaan pemberian permakanan dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara DIPA Direktorat Jenderal Rehabilitasi
Sosial, yang dilaksanakan dengan indeks sebesar Rp21.000,- (dua puluh
satu ribu rupiah) per hari per orang. Pemberian permakanan untuk 2 (dua)
kali makan dilakukan dalam 1 (satu) kali pengantaran. Indeks tersebut
sudah di potong pajak penambahan nilai (PPN) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

D. Pelaksanaan
1. Penetapan pelaksana
Pelaksanaan pemberian permakanan dapat dilakukan menggunakan
metode swakelola sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Kegiatan pelaksanaan pemberian permakanan dilaksanakan
oleh kelompok masyarakat dengan melibatkan petugas kirim.
Adapun kriteria kelompok masyarakat yang dapat menjadi pelaksana
dalam kegiatan pemberian permakanan yaitu:
a. Merupakaan kelompok pemberdayaan masyarakat yang bersifat
nirlaba atau tidak bertujuan mendapat keuntungan, antara lain
Posyandu, PKK, dan atau kelompok masyarakat lain yang dibentuk
untuk tujuan sosial oleh Camat/Lurah/Kepala Desa dan/atau nama
lain;
b. Dibentuk atau didirikan berdasarkan Keputusan
Camat/Lurah/Kepala Desa dan/atau nama lain.
c. Diusulkan oleh Camat/Lurah/Kepala Desa dan/atau nama lain.
d. Berdomisili atau ruang lingkup kegiatannya berada di wilayah
Kecamatan/Kelurahan/Desa/nama lain dimana kegiatan permakanan
dilaksanakan
e. memiliki struktur organisasi yang mendukung pelaksanaan kegiatan
swakelola, terdiri dari tim persiapan, pelaksana dan tim pengawas
f. bersedia melaksanakan pekerjaan swakelola dengan menyampaikan
Surat Kesanggupan sebagai Pelaksana Pekerjaan Swakelola.
g. Memiliki komitmen dan integritas dalam pelaksanaan kegiatan
permakanan.

Mekanisme pengusulan kelompok masyarakat sebagai pelaksana


9

program permakanan adalah yaitu:


1. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial berkoordinasi dengan Dinas
sosial kabupaten/kota untuk menginformasikan kepada kelurahan
atau desa atau nama lain untuk mengusulkan kelompok masyarakat
pelaksana program permakanan.
2. lurah atau kepala desa atau nama lain membentuk kelompok
masyarakat dengan surat keputusan atau menunjuk kelompok
masyarakat yang sudah memiliki surat keputusan pembentukan
kelompok masyarakat untuk diusulkan menjadi calon pelaksana
program permakanan.
3. berdasarkan usulan Camat/Lurah/Kepala Desa/Nama Lain
selanjutnya Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial menetapkan
kelompok masyarakat sebagai pelaksana program permakanan
melalui Surat Keputusan.

Untuk penunjukan petugas kirim dilakukan dengan ketentuan sebagai


berikut:
1. Kelompok Masyarakat mengeluarkan surat keputusan petugas kirim
dan ditembuskan kepada Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial.

Adapun pemilihan petugas kirim diutamakan bagi sebagai berikut:


a. berdomisili di wilayah kecamatan/kelurahan/desa/nama lain tempat
bertugas melaksanakan pengiriman;
b. berusia 18 (delapan belas) sampai dengan 55 (lima puluh lima) tahun;
c. memiliki surat izin mengemudi dan kendaraan sendiri sesuai dengan
kendaraan yang akan digunakan untuk pengiriman;
d. sehat jasmani dan rohani;
e. jujur dan bertanggung jawab; dan
f. mempertanggungjawabkan tugasnya secara administratif secara baik.

2. Komponen Permakanan
Komponen biaya kegiatan pelaksanaan pemberian permakanan untuk
penerima manfaat terdiri atas:
a. biaya permakanan yaitu biaya yang digunakan dalam rangka penyediaan
permakanan yang dilaksanakan oleh kelompok masyarakat;
b. biaya operasional pelaksana permakanan yaitu biaya yang digunakan
untuk membiayai operasional pelaksanaan pemberian permakanan yang
dilakukan oleh kelompok masyarakat; dan
c. biaya pengiriman permakanan adalah biaya yang digunakan untuk
membiayai pengiriman permakanan sesuai dengan jumlah sasaran
kegiatan pemberian permakanan.
Besaran harga untuk setiap komponen biaya pelaksanaan kegiatan
tercantum dalam standar biaya masukan.

3. Penunjukan Pelaksana dan Pencairan


Proses Penunjukan pelaksana dan pencairan bantuan permakanan
dilaksanakan sebagai berikut:
a. Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial menerima Surat Pernyataan
Kesanggupan dari Kelompok Masyaakat sebagai pelaksana kegiatan
penyelenggaraan pemberian permakanan ;
b. Berdasarkan Surat Pernyataan Kesanggupan, Direktur Jenderal
10

Rehabilitasi Sosial menetapkan Kelompok masyarakat yang menjadi


pelaksana kegiatan pelaksanaan pemberian permakanan dalam
bentuk keputusan;
c. Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial menyusun spesifikasi
teknis/Kerangka Acuan Kerja;
d. kelompok masyarakat menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB)
untuk biaya permakanan;
e. pejabat pembuat komitmen menyusun dan menandatangani surat
perjanjian kerjasama/kontrak dengan pimpinan/penanggungjawab
kelompok masyarakat;
f. kelompok masyarakat yang telah menandatangani surat perjanjian
kerjasama/kontrak, selanjutnya mengajukan surat permohonan
pencairan dana biaya permakanan untuk kebutuhan setiap bulan
kepada pejabat pembuat komitmen dengan tembusan Kuasa Pengguna
Anggaran yang dilampiri dengan:
1) kuitansi penerimaan dana kegiatan bermeterai cukup;
2) daftar nama dan alamat penerima;
3) surat pernyataan tanggung jawab mutlak; dan
4) surat kesanggupan melaksanaan pekerjaan.
g. permohonan pencairan dana biaya permakanan yang telah diterima
oleh pejabat pembuat komitmen, untuk selanjutnya dilakukan
verifikasi;
h. berdasarkan hasil verifikasi, apabila terdapat permohonan belum
lengkap dan benar, maka pejabat pembuat komitmen mengembalikan
permohonan dimaksud kepada kelompok masyarakat yang
bersangkutan, guna dilakukan perbaikan;
i. dalam hal permohonan telah lengkap dan benar, maka PPK
memproses pencairan dana biaya permakanan melalui transfer ke
rekening kelompok masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
j. apabila kelompok masyarakat melakukan pelanggaran surat
perjanjian kerjasama dengan pejabat pembuat komitmen dan diputus
kontrak oleh pejabat pembuat komitmen, maka pejabat pembuat
komitmen dapat menunjuk kelompok masyarakat pengganti; dan
k. penunjukan kelompok masyarakat pengganti dilakukan dengan
mengikuti mekanisme pengusulan calon kelompok masyarakat
pelaksana program permakanan.

4. Pelaksanaan
Pelaksanaan pemberian permakanan dilaksanakan sebagai berikut:
a. Kelompok masyarakat mengelola dana biaya permakanan yang telah
diterima, untuk menyediakan permakanan yang memenuhi standar
gizi, antara lain:
1) mengandung unsur nasi/sejenis yang disesuaikan dengan
daerah masing-masing, sayur dan lauk (hewani/nabati), buah
serta air mineral;
2) apabila memiliki pantangan karena faktor kesehatan, maka
standar makanan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
penerima manfaat berdasarkan surat keterangan dari dokter/
petugas kesehatan Puskesmas;
3) pengemasan makanan diupayakan menggunakan pengemasan
11

yang tidak berdampak kepada rusaknya atau membuat efek


samping yang menimbulkan gangguan Kesehatan.
b. Untuk keperluan variasi dan penganekaragaman dan waktu
pergantian menu makanan, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial
dan Dinas Sosial Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan ahli gizi yang
selanjutnya disampaikan kepada pejabat pembuat komitmen untuk
dijadikan pedoman dalam Menyusun menu permakanan.
c. Pejabat pembuat komitmen melaksanakan kegiatan pemberian
permakanan sesuai menu makanan.
d. Kelompok masyarakat melaksanakan pemberian permakanan sesuai
menu makanan yang disampaikan oleh PPK dalam kontrak/nota
kesepahaman.
e. Permakanan yang telah disediakan oleh kelompok masyarakat
selanjutnya diserahkan kepada petugas kirim dengan Berita Acara
Penyerahan Permakanan untuk selanjutnya diserahkan kepada
penerima manfaat permakanan.
f. Petugas kirim dalam mengirimkan permakanan kepada penerima
manfaat permakanan dilengkapi dengan foto dokumentasi pengiriman
dan tanda terima penyerahan makanan.
g. Petugas kirim dalam melaksanakan tugasnya memperoleh
honorarium dalam bentuk biaya pengiriman sesuai dengan jumlah
penerima manfaat.
h. Kelompok masyarakat menyampaikan laporan penggunaan dana
biaya permakanan yang telah diterima kepada PPK dengan tembusan
Kuasa Pengguna Anggaran.
i. Laporan penggunaan dana biaya permakanan sekurang-kurangnya
memuat:
1) foto dokumentasi menu dan penerima sasaran kegiatan; dan
2) rekapitulasi harga dan jumlah permakanan yang diadakan setiap
harinya.
Laporan penggunaan dana biaya sebagaimana dimaksud pada huruf i
dilaporkan secara elektronik untuk bukti fisik disimpan atau diarsipkan
oleh kelompok Masyarakat secara tertib dan rapih. .

5. Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban program permakanan yaitu:
a. Pertanggungjawaban kegiatan pelaksanaan pemberian permakanan
dilaksanakan oleh:
1) kuasa pengguna anggaran;
2) pejabat pembuat komitmen;
3) kelompok masyarakat; dan
4) petugas kirim.
b. Dokumen pertanggungjawaban Kuasa Pengguna Anggaran dalam
kegiatan pelaksanaan pemberian permakanan meliputi:
1) Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran tentang penetapan
penerima manfaat permakanan;
2) Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran tentang penetapan tipe
swakelola;
3) Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran tentang penetapan
pelaksana pemberian permakanan; dan
Catatan : Diskusikan di LKPP
12

c. Dokumen pertanggungjawaban PPK dalam kegiatan pelaksanaan


pemberian permakanan meliputi:
1) dokumen kontrak;
2) tanda terima pembayaran biaya operasional pelaksanaan;
3) tanda terima pembayaran honorarium petugas kirim;
4) surat permohonan pencairan dana biaya permakanan beserta
lampirannya;
5) bukti transfer dana kepada kelompok masyarakat; dan
6) laporan penggunaan dana biaya permakanan yang disampaikan
oleh kelompok masyarakat.
Catatan : Diskusikan di LKPP
d. Dokumen pertanggungjawaban kelompok masyarakat meliputi:
1) laporan penggunaan dana biaya permakanan yang telah
diterima dengan dilampirkan bukti-bukti pembelian bahan baku
pembuatan permakanan disertai bukti pemenuhan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan,
2) foto dokumentasi menu dan penerima manfaat permakanan, tanda
terima permakanan serta rekapitulasi harga dan jumlah
permakanan yang diadakan setiap harinya.
Catatan : Diskusikan di LKPP
e. Laporan penggunaan dana biaya permakanan disampaikan oleh
kelompok masyarakat kepada PPK paling lambat tanggal 25 (dua
puluh lima) setiap bulannya, kecuali pada bulan Desember
penyampaiannya dilakukan paling lambat tanggal 15 (lima belas).
Catatan : Laporan dibuat dari tgl 1 – 25 , tanggal 26 – 30/31 dibuat
di bulan berikutnya.
f. Kelompok masyarakat dan petugas kirim merupakan obyek
pemeriksaan sehingga bukti-bukti pertanggungjawaban yang lengkap
dan sah sesuai peraturan perundang-undangan termasuk kewajiban
pembayaran perpajakan disimpan oleh yang bersangkutan.
g. Penyaluran dana biaya permakanan kepada kelompok masyarakat
guna pelaksanaan pemberian permakanan untuk bulan berikutnya
dilakukan setelah kelompok masyarakat menyerahkan laporan
penggunaan dana biaya permakanan.
Pertanggungjawaban program permakanan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a sampai dengan huruf h dilaporkan secara elektronik
untuk bukti fisik disimpan atau diarsipkan oleh kelompok Masyarakat
secara tertib dan rapih

BAB III
13

KELEMBAGAAN

Kelembagaan permakanan dilaksanakan dengan pembagian tugas dan


kewenangan pelaksana pemberian permakanan yaitu:
1. Kementerian Sosial
a) menyusun norma, standar, prosedur dan kriteria terkait
pelaksanaan pemberian permakanan;
b) menetapkan penerima pemberian permakanan;
c) menetapkan kelompok masyarakat pelaksana bantuan
permakanan;
d) menyediakan anggaran terkait bantuan permakanan;
e) membuat nota kesepahaman/perjanjian kerja sama dengan
kelompok masyarakat;
f) mencairkan dana pemberian permakanan kepada kelompok
masyarakat;
g) melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan
pemberian permakanan; dan
h) melakukan pengawasan bersama dengan APIP dan/atau APH.

2. Dinas Sosial Provinsi


a) melaksanakan norma, standar, prosedur dan kriteria terkait
dengan pelaksanaan pemberian permakanan;
b) melakukan sosialisasi pelaksanaan bantuan permakanan;
c) melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan
bantuan permakanan; dan
d) melakukan pengawasan bersama.

3. Dinas Sosial Kabupaten/Kota


a) melaksanakan norma, standar, prosedur dan kriteria terkait
dengan pelaksanaan pemberian permakanan;
b) melakukan sosialisasi pelaksanaan bantuan permakanan;
c) melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan
pemberian permakanan; dan
d) melakukan pengawasan bersama.

4. Camat
a) melaksanakan norma, standar, prosedur dan kriteria terkait
dengan pelaksanaan bantuan permakanan;
b) melakukan sosialisasi pelaksanaan bantuan permakanan;
c) melakukan pembentukan dan mengusulkan kelompok masyarakat
sebagai pelaksana pemberian permakanan apabila Kelompok yang
melakukan kegiatan permakanan di tingkat kecamatan ;
d) melakukan verifikasi dan validasi data penerima manfaat
permakanan;
e) membuat surat keputusan tentang pengusulan data penerima
manfaat;
f) melakukan pengawasan bersama;
g) melakukan evaluasi dan persetujuan laporan kelompok
masyarakat;
h) melakukan pengecekan penerima manfaat permakanan secara
berkala;
14

i) membuat laporan pelaksanaan pemberian permakanan kepada


dinas sosial kabupaten/kota;
j) membuat nota kesepahaman/perjanjian kerja sama dengan
kelompok masyarakat.
k) melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan
pemberian permakanan; dan
l) melakukan pengawasan bersama.

5. Lurah
a) melaksanakan norma, standar, prosedur dan kriteria terkait
dengan pelaksanaan pemberian permakanan;
b) melakukan sosialisasi pelaksanaan bantuan permakanan;
c) melakukan pembentukan dan mengusulkan kelompok masyarakat
sebagai pelaksana pemberian permakanan;
d) melakukan verifikasi dan validasi data penerima manfaat
permakanan;
e) membuat surat keputusan tentang pengusulan data penerima
manfaat;
f) melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan
pemberian permakanan;
g) melakukan pengawasan bersama;
h) melakukan evaluasi dan persetujuan laporan kelompok
masyarakat;
i) melakukan pengecekan penerima manfaat permakanan secara
berkala;
j) membuat laporan pelaksanaan pemberian permakanan kepada
Camat; dan
k) membuat nota kesepahaman/perjanjian kerja sama dengan
kelompok masyarakat.

6. Kelompok Masyarakat
a) melaksanakan norma, standar, prosedur dan kriteria terkait
dengan pelaksanaan bantuan permakanan;
b) membuat surat kesanggupan melaksanakan pemberian
permakanan;
c) membuat surat keputusan tentang penyelenggara pengelola
pemberian permakanan
d) melaksanakan nota kesepahaman/perjanjian kerja sama dengan
pejabat pembuat komitmen;
e) mengusulkan petugas kirim pemberian permakanan;
f) menetapkan petugas kirim bantuan permakanan;
g) melaksanakan bantuan permakanan mulai dari menyediakan
sampai pengantar permakanan kepada penerima manfaat;
h) mengusulkan pencairan dana pemberian permakanan yang
dilampirkan dengan rab dan daftar nama penerima manfaat
permakanan;
i) membuat laporan pelaksanaan dan penggunaan dana pemberian
permakanan dilengkapi dengan foto dan geotagging sebulan sekali;
j) melaporkan perubahan/pergantian penerima manfaat bantuan
permakanan kepada Camat/lurah/kepala desa/nama lain;
15

k) membuat surat pertanggungjawaban kepada Kementerian Sosial


secara elektronik 1 (satu) kali dalam sebulan;
l) membuat surat pernyataan tanggung jawab mutlak.
16

BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI

Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pemberian permakanan


dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, unit pelaksana
teknis, dinas sosial provinsi, dinas sosial kabupaten/kota, camat dan
lurah atau kepala desa atau nama lain.
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dalam melakukan
monitoring dan evaluasi dapat dilakukan bersama dengan aparat
pengawas instansi pemerintah dan aparat penegak hukum. Hasil
monitoring dan evaluasi digunakan sebagai salah satu pertimbangan
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dalam menyelenggarakan program
dan kegiatan pemberian permakanan.
Masyarakat dapat berpartisipasi guna mendukung kelancaran
kegiatan pelaksanaan pemberian permakanan. Bentuk partisipasi
masyarakat meliputi:
a. melaporkan adanya lanjut usia keluarga tunggal dan/atau
penyandang disabilitas tungga yang berdomisili di daerah namun
belum mendapatkan Permakanan;
b. menyampaikan pengaduan terjadinya penyimpangan kegiatan
pelaksanaan pemberian permakanan kepada Direktorat Jenderal
Rehabilitasi Sosial, unit pelaksana teknis, dinas sosial
kabupaten/kota, kecamatan, dan/atau kelurahan atau desa atau
nama lain.
17

BAB IV
PENUTUP

Penyelenggaraan permakanan ini merupakan upaya pemerintah dalam


rangka mendukung pemenuhan kebutuhan dasar bagi lanjut usia keluarga
tunggal dan penyandang disabilitas tunggal agar mereka bisa hidup layak.
Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pelaksana agar
permakanan dimaksud dapat disalurkan dan dimanfaatkan sesuai dengan
pedoman yang telah ditetapkan.

DIREKTUR JENDERAL
REHABILITASI SOSIAL,

PEPEN NAZARUDDIN

Anda mungkin juga menyukai